22
BAB IV ANALISIS 25 BAB IV ANALISIS 4.1. Analisa Tapak Kondisi eksisting lahan saat ini merupakan lahan datar dalam keadaan kosong yang telah dipagari dinding beton pada sekelilingnya. Lahan berdempetan dengan area pemukiman penduduk. Secara umum lahan ini berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu di sudut jalan R.A. Kartini dan Adiyaksa raya Lebak Bulus yang mudah diakses dari seluruh penjuru kota Jakarta melalui Tol-JORR Pondok Pinang. Menurut informasi dari Dinas Tata Kota, di daerah Jakarta Selatan masih banyak wilayah yang menjadi daerah resapan air, sehingga wilayah tersebut menjadi lebih asri dengan kondisi lingkungan yang masih terjaga. Dengan pertimbangan tersebut maka dipilihlah daerah Jakarta Selatan untuk dibangun sebuah pusat rehabilitasi medik yang sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang asri untuk membantu proses penyembuhan bagi para pasien. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Cilandak Sumber : (http://www.tatakota-jakartaku.net/ )

BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

25

BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisa Tapak

Kondisi eksisting lahan saat ini merupakan lahan datar dalam

keadaan kosong yang telah dipagari dinding beton pada

sekelilingnya. Lahan berdempetan dengan area pemukiman

penduduk. Secara umum lahan ini berada pada posisi yang

cukup strategis, yaitu di sudut jalan R.A. Kartini dan Adiyaksa

raya Lebak Bulus yang mudah diakses dari seluruh penjuru kota

Jakarta melalui Tol-JORR Pondok Pinang.

Menurut informasi dari Dinas Tata Kota, di daerah Jakarta

Selatan masih banyak wilayah yang menjadi daerah resapan air,

sehingga wilayah tersebut menjadi lebih asri dengan kondisi

lingkungan yang masih terjaga. Dengan pertimbangan tersebut

maka dipilihlah daerah Jakarta Selatan untuk dibangun sebuah

pusat rehabilitasi medik yang sangat membutuhkan kondisi

lingkungan yang asri untuk membantu proses penyembuhan

bagi para pasien.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Cilandak

Sumber : (http://www.tatakota-jakartaku.net/)

Page 2: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

26

Gambar 4.3 View situasi sekitar tapak Gambar 4.4 Tapak dikelilingi tembok

Sumber : Dok. Pribadi Sumber : Dok. Pribadi

4.1.1. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian

Menentukan posisi Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE)

dari dan menuju site dalam tapak. Adapun yang menjadi dasar

pertimbangan penempatan tersebut antara lain meliputi :

• Lalu lintas jalan ke dalam tapak

• Bentuk tapak

• Kemudahan dalam pencapaian tapak

Sirkulasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sirkulasi kendaraan dan

sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi servis. Untuk kendaraan yang

melalui jalan tol dapat keluar di pintu gerbang tol Fatmawati dan

menuju lokasi melalui arah depan tapak atau bisa juga keluar di

pintu gerbang tol Pondok Pinang yang kemudian memutar

kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah

belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal dari arah

utara dan barat bisa memutar melalui Jl. Fatmawati ataupun

melalui belakang stadion Lebak Bulus.

Untuk pejalan kaki dapat melalui pedestrian di sebelah kiri jalan

R.A. Kartini ataupun pedestrian di sebelah kanan dan kiri jalan

Adiyaksa Raya. Sedangkan yang dari arah seberang jalan tol

dapat melalui jembatan penyeberangan yang ada.

Kriteria pencapaian kelokasi yang diterapkan adalah dengan

posisi Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) menyebar atau

Page 3: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

27

berada pada lokasi yang berbeda di dalam tapak.

Keuntungannya yaitu :

• Pola sirkulasi jelas.

• Tidak terjadi penumpukan.

• Kecenderungan sirkulasi tetap.

• Kenyamanan menuju tapak

dapat terjaga.

Gambar 4.5 Sirkulasi Pencapaian Lokasi

Gambar 4.6 View masuk Jl. Adiyaksa Gambar 4.7 View dari arah belakang

Sumber : Dok. Pribadi Dok. Pribadi

Gambar 4.8 Jembatan Penyeberangan Gambar 4.9 Putaran di Jl. Fatmawati

Sumber : Dok. Pribadi Dok. Pribadi

4.1.2. Analisa Orientasi Tapak

Yang dimaksud dengan orientasi tapak di sini yaitu menentukan

arah pandang bangunan terhadap lingkungan sekitarnya, hal ini

juga dijadikan sebagai dasar penataan masa bangunan.

Page 4: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

28

Adapun yang dijadikan dasar pertimbangan penilaiannya adalah :

• Letak tata dan arah jalur lalulintas.

• Pola akses dari dan menuju tapak.

• Tata fisik bangunan di sekitar tapak.

Gambar 4.10 Orientasi arah pandang

bangunan

Sumber : Dok. Pribadi Gambar 4.11 Bangunan lain di sekitar tapak.

Sumber : Dok. Pribadi

Dengan kondisi lingkungan yang seperti tertera pada gambar,

maka orientasi tapak dapat ditentukan menghadap kearah utara,

barat ataupun timur. Sedangkan arah selatan tidak menjadi

orientasi karena berdempetan dengan kawasan pemukiman.

4.1.3. Analisa Gubahan Massa Bangunan Sekitar

Lokasi tapak berada di jalan arteri R.A. Kartini, dimana bangunan

di sekitar tapak merupakan bangunan dengan massa tunggal

dengan ukuran relatif besar dan bertingkat banyak, sedangkan di

jalan Adiyaksa merupakan bangunan dengan massa deret

dengan ukuran bangunan relatif kecil. Pada lokasi tapak

ketinggian maksimal bangunan telah ditentukan 8 lantai oleh

Dinas Tata Kota Jakara

Selatan.

Gambar 4.12 Gubahan Massa

bangunan lain di sekitar tapak

Sumber : Dok. Pribadi

Page 5: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

29

4.2. Analisa Bangunan

4.2.1. Analisa Ruang

A. Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas

Tabel 4.1

Program Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas

No Pelaku Kegiatan Kebutuhan Fasilitas

1

Pasi

en R

aw

at

Jala

n

1. Mencari informasi, mendaftar,

menunggu.

2. Menjalani terapi.

3. Mengunjungi fasilitas pendukung.

1. R. Informasi & pendaftaran.

2. R. Rekam medik, R. Terapi.

3. Fas. Pendukung : toko,

apotik, cafe, taman, dll.

2

Pasi

en R

aw

at

Inap

1. Dirawat dan menjalani terapi secara

intensif, sesuai kebutuhan program.

2. Melakukan aktivitas sehari-hari seperti

mandi, makan, tidur, rekreasi dll.

3. Ditunggui atau dijenguk oleh keluarga.

1. Ruang tidur, kamar mandi.

2. Ruang bersama.

3. Ruang terapi.

4. Fas. Pendukung : parkir,

toko, cafe, taman, dll.

3

Pengunju

ng 1. Mencari informasi pasien.

2. Menemani pasien rawat jalan.

3. Menjenguk pasien rawat inap.

4. Mengunjungi fasilitas pendukung.

1. Resepsionis, r. informasi.

2. Lobby, r. bersama.

3. Fas. pendukung : parkir,

toko, apotik, cafe, taman.

4

Sta

f M

edis

(Dokte

r, P

sikolo

g)

1. Membantu dan mengawasi program

terapi yang dijalankan pasien.

2. Rapat dengan rekan sejawat.

3. Beristirahat, ibadah dan berinteraks

dengan rekan sejawati.

4. Melakukan konseling dengan pasien

dan keluarga pasien.

1. R. Periksa & konsultasi.

2. Ruang rapat.

3. Ruang ganti/loker.

4. Ruang istirahat, fasilitas

Pendukung.

5. R. Konseling individual.

6. R. Konseling kelompok.

5 Staf

Parame

dis

1. Merawat pasien.

2. Membantu staf medis.

3. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi

dengan staf lainnya.

1. Ruang perawat, loker.

2. Ruang terapi.

3. Ruang istirahat, fasilitas

pendukung

6 Staf

Non

Medis

(servis)

1. Melakukan berbagai kegiatan servis

sesuai tugasnya.

2. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi

dengan staf lainnya.

1. Dapur, laundry, gudang,

ruang jaga.

2. Ruang ganti/loker.

3. R. Istirahat, fas.Pendukung.

7 Staf

Admin.

1. Melakukan kegiatan administratif.

2. Beristirahat, ibadah dan berinteraksi

dengan staf lainnya.

1. Ruang kantor.

2. Ruang istirahat, fasilitas

pendukung.

Page 6: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

30

B. Hubungan Fungsional Ruang

C. Hubungan Fungsional Unit Rehabilitasi

Administrasi

Rekreasi ruang luar

Rekreasi

ruang dalam

Rawat inap

Radiologi

Gerbang

Masuk

Daerah

Konsesi

Pusat

informasi

Rawat

Jalan Rehabilitasi

Daerah masuk staff

Daerah masuk servis

Ruang staf

Bongkar muat

barang

Gudang umum

Ruang utilitas

Dapur

Ruang cuci

Sirkulasi Pasien

Sirkulasi Pengunjung

Sirkulasi Staf/Non Staf

Administrasi

Konsultasi

Administrasi Terapi

Terapi

Okupasi

Fisioterapi

Hidrotrapi

Brace

Shop

Ruang

Terapi

ruang luar

Taman

Ruang tunggu Konsultasi

Toilet

Ruang tunggu Terapi

Taman

Pekerja Sosial

Medik

Konsultasi Vokasional

Konsultasi Psikologis

Sirkulasi Pasien

Sirkulasi Pengunjung

Sirkulasi Staf/Non Staf

Page 7: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

31

D. Analisa Kebutuhan Ruang

Analisa ini dibuat berdasarkan Hayward, Cynthia, 2004,

SpaceMed, Hayward & Associates LLC dan perbandingan dari hasil

survey di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

Tabel 4.2 Program Ruang Bagian Administrasi Pusat

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu utama 4 50 200 1 200

R. Administrasi 4 15 60 1 60

R. Rekam medik 20 2 40

R. Kepala unit 16 1 16 1 16

R. Wakil Kepala unit 16 1 16 1 16

R. Kepala staf 8 2 16 2 32

R. Rapat utama 2 20 40 1 40

R. Kerja staf 4 12 48 1 48

Bank 70 2 140

ATM 2 1 2 5 10

Gudang 16 1 16

Toilet pria & wanita (khusus) 6 5 30 2 60

Toilet pria & wanita (umum) 6 8 48 2 96

Luas bersih 774

Sirkulasi (30%) 232

Total m2 1006

Tabel 4.3 Program Ruang Bagian Departemen Medis

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu utama 2 20 40 1 40

R. Kerja Dokter 8 3 24 5 120

R. Periksa umum 4 3 10 4 40

Toilet 4 1 4 3 12

Luas bersih 212

Sirkulasi (30%) 64

Total m2 276

Page 8: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

32

Tabel 4.4 Program Ruang Departemen Terapi Fisik

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu terapi fisik 2 30 60 3 180

R. Staf 4 4 16 3 48

Ruang terapi 200 1 200

Gymnasium 250 3 750

R. Ganti & Loker Pria-wanita 8 1 8 8 64

Area kolam terapi 60 2 120

R. Perawatan 4 6 24 2 48

R. Peralatan 4 5 20 1 20

Gudang 16 1 16

R. tangki dan Utilitas 50 1 50

Luas bersih 1496

Sirkulasi (30%) 449

Total m2 1945

Tabel 4.5 Program Ruang Bagian Terapi Okupasional

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu Terapi Okupasi 2 20 40 1 40

R. Terapi Okupasi 4 10 40 1 40

Gudang peralatan 20 1 20

Luas bersih 100

Sirkulasi (30%) 30

Total m2 130

Tabel 4.6 Program Ruang Bagian Terapi Wicara

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu Terapi 2 10 20 1 20

R. Terapi wicara 3 2 5 10 50

R. Terapi kelompok 4 10 40 1 40

Luas bersih 110

Sirkulasi (30%) 33

Total m2 143

Page 9: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

33

Tabel 4.7 Program Ruang Bagian Terapi Sosial-Psikologi

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

R. Tunggu Terapi 2 10 20 1 20

R. Konseling individu 6 3 18 5 90

R. Konseling kelompok 4 10 40 1 40

Luas bersih 150

Sirkulasi (30%) 45

Total m2 195

Tabel 4.8 Program Ruang Bagian Rawat Inap (71 Tempat Tidur)

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(Kmr)

Sub Total

(M2)

K. Kelas 3+WC, 6TT, 17% 13,5 6 80 2 160

K. Kelas 2+WC, 3TT, 30% 13,5 3 30 7 210

K. Kelas 1+WC, 2TT, 40% 13,5 2 30 14 420

K. Kelas VIP+WC, 1TT, 8% 13,5 1 30 8 240

K. Kelas VVIP+WC, 1TT, 2% 27 1 100 2 200

Ruang perawat 4 4 20 6 120

Lounge 80 4 320

Pantry 6 6 36

Gudang 4 6 24

Luas bersih 1730

Sirkulasi (30%) 519

Total m2 2249

Tabel 4.9 Program Ruang Bagian Penunjang

Ruang Standar

(M2/org)

Kapasitas

(org)

Luas

(M2)

Jumlah

(unit)

Sub Total

(M2)

Dapur 4 8 64 1 64

Gudang basah & kering 68 1 68

Bengkel & toko prostetic 30 3 90

Gudang alat & material 20 3 60

Kantin 3 25 75 1 75

Apotik 30 1 30

Restoran/cafe 1.4 30 50 2 100

Page 10: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

34

Toko / retail 3 4 12 4 48

Ruang bermain anak 50 1 50

Mushola 1,5 40 60 1 60

Ruang laundry 48 1 48

Laundry kotor & bersih 64 1 64

R. Loker & toilet staf 3 10 30 2 60

R. Keamanan 4 4 16 2 32

Luas bersih 849

Sirkulasi (30%) 255

Total m2 1104

Luas Total Area 7048

Parkir mobil / motor 3393

Luas Total Area Keseluruhan 10441 m2

E. Persyaratan Ruang

Persyaratan khusus untuk fasilitas rehabilitasi medik sesuai

dengan salah satu prinsip healing architecture, yaitu kesatuan

bentuk dan fungsi, dimana bentuk, ukuran dan perletakan ruang

disesuaikan dengan kondisi penyandang cacat. Ruang-ruang

tersebut antara lain :

1. Jalur masuk, parkir, pintu dan koridor

- Jalur menuju pintu masuk harus mempunyai kemiringan

maksimal 7°, permukaannya datar dan tidak licin.

- Untuk memudahkan penyandang cacat, akses dari parkir

ke bangunan harus bersifat langsung. Pada lot parkir

disediakan ramp trotoar di kedua sisi kendaraan dan

ditandai dengan simbol parkir penyandang cacat.

- Di pintu masuk harus ada kanopi sebagai perlindungan

terhadap cuaca, panjang kanopi minimal 0.84 m.

- Lebar pintu utama minimal 90 cm, hindari ramp di daerah

sekitar pintu, gunakan door closer. Plat tendang dipasang

dibagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda.

Page 11: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

35

- Keset pintu harus dibenamkan di lantai.

- Lebar koridor minimal 1,5 m agar dapat dilewati dengan

nyaman oleh pemakai kursi roda.

Gambar 4.13 Area parkir

khusus.

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing for

the Disable Mc Graw Hill

Book Company, Inc.

Gambar 4.14 Ukuran

pintu dan koridor.

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing

for the Disable Mc Graw

Hill Book company, Inc.

2. Taman dan pedestrian

- Permukaan jalan harus stabil, kuat, bertekstur halus dan

tidak licin. Kemiringan jalan maksimum 7° dan pada

setiap 9 m terdapat pemberhentian untuk istirahat.

- Drinase dibuat tegak lurus dengan arah jalur, kedalaman

maksimal 1,5 cm agar mudah dibersihkan dan perletakan

lubang di jauhkan dari tepi ramp.

- Ukuran lebar minimum jalur pedestrian adalah 136 cm

untuk jalur satu arah dan 180 cm untuk jalur dua arah.

- Pencahayaan berkisar antara 50-150 lux tergantung pada

intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan keamanan.

3. Ruang bersama, ruang makan

Tersedia ruang sebesar 2,3 m2/orang di ruang makan

sehingga cukup ruang untuk sirkulasi dan manuver kursi

roda. Lebar meja makan tidak lebih dari 1,07 m, tinggi

berkisar antara 0,8–0,86 m di atas permukaan lantai.

Page 12: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

36

4. Kamar tidur

- Perabotan yang ada sebaiknya tidak mudah bergeser

karena pasien sering menjadikan perabot yang ada

disekitarnya sebagai alat untuk menolong mereka berdiri.

- Kaki tempat tidur harus masuk ke dalam dengan

ketinggian minimal 0,22 m. Sedangkan tinggi tempat tidur

yang optimal 0,48 m dari lantai.

- Di sisi tempat tidur harus tersedia tempat untuk

menyimpan brace dan tongkat yang mudah dijangkau.

Gambar 4.15 Ukuran

minimal kamar tidur untuk

pasien dengan kursi roda

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing for

the Disable Mc Graw Hill

Book company, Inc.

5. Kamar mandi dan Toilet

- Toilet bagi penyandang cacat dilengkapi simbol dan

memiliki ruang gerak yang cukup dengan perletakan

perabot kamar mandi yang mudah dijangkau. Ketinggian

tempat duduk kloset sekitar 45-50 cm dan handrail yang

dipasang sesuai dengan ukuran pengguna kursi roda.

- Shower box harus memiliki tempat duduk yang lebar dan

tinggi disesuaikan dengan cara-cara memindahkan badan.

- Untuk memudahkan pasien keluar dan masuk bathub

dapat menggunakan bangku mandi yang bisa disetel.

Gambar 4.16 Ukuran

closet dan bathub

dengan bangku mandi.

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing

for the Disable Mc Graw

Hill Book company, Inc.

Page 13: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

37

Gambar 4.17 Ukuran

shower untuk pengguna

kursi roda.

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing for

the Disable Mc Graw Hill

Book company, Inc.

6. Sirkulasi Vertikal (Ramp, tangga, lift)

- Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi

7°, sedangkan di luar bangunan maksimum 6°. Panjang

maksimal ramp adalah 9 m dengan lebar 1,35 m, harus

memiliki tepi penganman (10 cm) dan handrail yang kuat.

- Kemiringan tangga kurang dari 60°, memiliki handrail

dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai dan dilebihkan 30

cm pada tiap ujungnya.

- Untuk lift harus memiliki lobby sebagai area tunggu

kedatangan lift. Tinggi tombol lift 90-120 cm dari muka

lantai dan dilengkapi dengan huruf braille. Sedangkan

ukuran bersih minimal kabin lift adalah 140 x 140 cm.

Gambar 4.18 Lebar ramp,

tinggi handrail, bentuk

ramp yang diajurkan.

Sumber : Goldsmith,

Slwyn.1967, Designing for

the Disable Mc Graw Hill

Book company, Inc.

Page 14: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

38

Gambar 4.19 Tipikal tangga

Sumber : Goldsmith, Slwyn.1967, Designing for the Disable Mc Graw Hill Book

company, Inc.

4.2.2. Analisa Kebutuhan Ruang Parkir

Kelas VVIP = 2 mobil/TT x 2 TT = 4 mobil

Kelas VIP = 1 mobil/TT x 8 TT = 8 mobil

Kelas 1 = 1 mobil/TT x 28 TT = 28 mobil

Kelas 2 = 1 mobil/2 TT x 21 TT = 10 mobil

Kelas 3 = 1 mobil/4 TT x 12 TT = 3 mobil

Jumlah = 53 parkir mobil

Parkir Rawat jalan + Pengunjung 100% = 53 mobil

Parkir staff 10% = 12 mobil

Total = 118 parkir mobil

Luas kebutuhan lahan parkir (2,5 x 5) x 118 mobil = 1475 m2

Sirkulasi 100% = 1475 m2

Total kebutuhan lahan parkir mobil = 2950 m2

Parkir motor 30% dari parkir mobil (1475 m2) = 443 m2

Total lahan parkir mobil dan motor = 3393 m2

Page 15: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

39

4.2.3. Analisa Bahan Bangunan

Material bangunan yang akan digunakan dipilih berdasarkan

beberapa pertimbangan, yaitu antara lain :

1. Faktor keamanan yang tinggi.

2. Menggunakan bahan yang efektif.

3. Kekuatan dan ketahanan terhadap gempa.

Berikut ini tabel karakteristik material yang akan digunakan.

Tabel 4.10 Karakteristik Material Bahan yang digunakan

Ra

ng

ka

Str

uk

tur

Baja

Karakteristik :

- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tarik.

- Sifat bahan kaku dan dingin.

- Tidak tahan api.

- Waktu pengejaan cepat.

- Dapat korosi akibat pemuaian dan cuaca.

Beton

Karakteristik :

- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tekan.

- Sifat bahan mudah dibentuk.

- Tahan lama dan tahan terhadap api.

- Lebih berat dibanding baja.

- Waktu pengerjaan lama.

- Tahan terhadap cuaca.

Beton

Bertulang

Karakteristik :

- Mempunyai daya tahan terhadap gaya tekan & tarik.

- Daya tahan api hingga 50%.

- Waktu pengerjaan cepat.

- Tahan terhadap cuaca.

Ma

teri

al

Pe

len

gk

ap

Alumunium

Karakteristik :

- Ringan dan kuat.

- Harga relatif mahal.

- Mudah dalam pemasangan.

- Tahan terhadap gaya tarik dan tekan.

Besi

Karakteristik :

- Bahan Berat dan cukup kuat.

- Pemasangan mudah.

- Tahan terhadap gaya tarik dan tekan.

- Dapat mengalami korosi.

Page 16: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

40

Kayu

Karakteristik :

- Tidak tahan api.

- Ukuran terbatas.

- Harga dan Perawatannya mahal.

- Mudah dibentuk.

Gypsumboard

/ GRC

Karakteristik :

- Bahan ringan.

- Pemasangan cepat.

- Multifungsi.

- Tahan api dan lembab.

Kaca

Karakteristik :

- Murah.

- Perawatan sulit.

- Rapuh.

Glass Block

Karakteristik :

- Murah.

- Bahan ringan.

- Pemasangan mudah.

- Baik untuk penerangan.

Batu Conblock

Karakteristik :

- Menyerap air.

- Pemasangan mudah.

- Tersedia dalam berbagai ukuran.

Berdasarkan analisa diatas, maka rangka yang dipilih

pada bangunan ialah beton dan baja. Sedangkan material

pelengkap bangunan ialah komposisi dari keseluruhan material

yang terdapat di atas dengan memperhatikan aktivitas yang

dilakukan, faktor biaya, dan penyesuaian dengan tema.

4.2.4. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Kriteria pemilihan massa didasarkan atas pertimbangan:

1. Hubungan antar kegiatan.

2. Sirkulasi dan pencapaian pada bangunan.

3. Berdasarkan fungsi bangunan yang memerlukan gubahan

yang menarik dan memiliki karakter.

Page 17: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

41

4. Penyesuaian dengan tapak dan lingkungan untuk

mengoptimalkan potensi, orientasi dan karakter

lingkungan sekitar.

Berdasarkan perletakkan massa bangunan, terdapat dua jenis

massa bangunan, yaitu:

1. Massa tunggal

Massa yang terjadi karena adanya pemusatan kegiatan di

dalam bangunan. Jenis bangunan ini cocok untuk

kelompok kegiatan yang membutuhkan integrasi kegiatan,

juga efisiensi pada ruang gerak. Adapun ciri-cirinya :

a. Orientasi bangunan kurang jelas.

b. Mudah pengawasan dari segi keamanan.

c. Pencapaian jelas dan mudah.

2. Massa Majemuk

Massa bangunan yang terlepas satu sama lain. Hal ini

disebabkan oleh setiap massa yang memiliki jenis kegiatan

yang berbeda. Hubungan antar massa bangunan dapat

diciptakan dengan adanya plaza atau ruang terbuka.

Adapun ciri-cirinya :

a. Orientasi ditentukan oleh tapak dan gubahan massa.

b. Mudah untuk pengembangan.

c. Lebih dinamis.

d. Pencapaian tersebar.

Berdasarkan analisa di atas maka pola massa yang digunakan

ialah pola massa tunggal dengan suatu penghubung yaitu

berupa ruang transisi karena lahan yang luas serta adanya

kegiatan penunjang yang memiliki hubungan dan kesamaan.

Page 18: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

42

Kriteria pemilihan bentuk dasar massa atas pertimbangan :

1. Ekspresi dan karakter bangunan yang ditampilkan.

2. Jenis dan hubungan antar kegiatan.

3. Efisiensi dan fleksibilitas ruang bagi pengguna.

Tabel 4.11

Bentuk-bentuk Dasar Massa

Bentuk

Dasar

Massa

Ke

un

tun

ga

n

- Efisiensi ruang.

- Kemudahan sirkulasi.

- Kemudahan

Penataan interior.

- Struktur sederhana.

- Bentuk dinamis.

- Dapat dipadukan

dengan bentuk lain.

- Bentuk dinamis.

- Dapat dipadukan

dengan bentuk lain.

- Orientasi semua arah.

- Kenyamanan sirkulasi.

Ke

ku

ran

ga

n

- Bentuk sederhana

dan statis.

- Ruang tidak efisien.

- Menyebabkan pergerakan

menyempit yang kurang

menguntungkan bagi para

penyandang cacat tubuh.

- Sulit beradaptasi dengan

tapak.

- Pembagian ruang

tidak efisien.

- Pelaksanaannya relatif

lebih susah.

- Kurang baik bagi tuna

daksa karena tidak

adanya patokan (awal-

akhir), polanya menyebar

ke segala arah.

Berdasarkan tabel di atas, maka bentuk dasar massa yang dipilih

ialah kombinasi bentuk segi empat bervariasi dengan lingkaran.

Pertimbangan bangunan dengan bentuk tersebut dikarenakan

untuk memudahkan pergerakan pasien dan juga karena massa

bangunan merupakan massa tunggal yang menyatu, mengalami

perulangan bentuk ruang dan berada di sudut jalan.

4.2.5. Analisa Struktur

Dari program ruang telah diketahui bahwa pusat rehabilitasi

medik ini merupakan bangunan yang terdiri dari ruang-ruang

dengan luasan yang relatif kecil. Oleh karena itu struktur yang

Page 19: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

43

digunakan adalah struktur untuk bentang pendek. Modul kolom

perlu disesuaikan dengan grid parkir karena sesuai dengan

analisis sirkulasi dan parkir yang diletakkan pada basement. Jadi

modul kolom harus disesuaikan dengan modul parkir yaitu 2,5 x

5 meter/kendaraan, sehingga untuk 3 buah kendaraan maka

modul kolom yang digunakan adalah 8 x 8 meter.

Penggunaan pondasi dapat didasari oleh beberapa hal, adapun

kriteria penentuan pondasi adalah :

• Beban yang dipikul pondasi, yaitu beban sendiri, faktor luar

dan ketinggian bangunan yang mempengaruhi jenis

pondasi yang akan dipakai.

• Waktu pelaksanaan pemasangannya, pengaruh terhadap

faktor biaya konstruksi.

• Dampak terhadap lingkungan sekitar, yaitu dampak getaran

dan kebisingan pada saat pemancangan yang berpengaruh

pada bangunan sekitarnya.

Beberapa jenis pondasi, diantaranya :

1. Pondasi dangkal yang memiliki kedalaman antara 1 sampai

2 meter, dan hanya dapat memikul beban bangunan kecil.

Pondasi dangkal terdiri dari dua jenis, yaitu pondasi lajur

dan pondasi setempat

Gambar

4.20 Jenis

pondasi

dangkal

Sumber :

Dok.

Pribadi

Page 20: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

44

2. Pondasi tiang pancang

Merupakan pondasi yang mampu memiliki kedalaman tanah

keras antara 15 sampai 30 meter.

3. Pondasi tiang Bor/boredpile

Merupakan pondasi yang mampu memiliki kedalaman tanah

keras antara 30 sampai 40 meter.

4.3. Analisa Utilitas

4.3.1. Analisa Sisem Air Bersih dan Air Kotor

Sumber air berasal dari PAM karena interupsi air tanah di Jakarta

yang cukup tinggi sehingga tidak bijak bila membuat sumur bor,

kemudian di distribusikan dari suatu penampungan utama ke

seluruh fasilitas yang memerlukannya.

Jalur distribusi air bersih :

Air kotor pada bangunan rehabilitasi medik dibedakan atas :

a. Saluran pembuangan air hujan, disalurkan melalui talang

menuju saluran pembuangan air kotor ke saluran riol kota.

b. Saluran pembuangan air kotor

Berasal dari dapur yang mengandung lemak dibuang ke

resapan melalui perangkap lemak. Yang berasal dari bak

mandi, wastafel, air kotor dan lain sebagainya dibuang ke

pengolahan limbah (water- treatment).

c. Saluran pembuangan air kotor padat

Kotoran padat dari WC dibuang ke sewage - treatment lalu

dialirkan ke resapan.

PAM Meteran Reservoir Bawah

Pompa

Reservoir Atas

Saluran Distribusi

Page 21: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

45

4.3.2. Analisa Pencahayaan dan Penghawaan

Pusat rehabilitasi medik ini memerlukan pencahayaan maksimal

di setiap ruangnya. Penerangan ruangan dapat menggunakan

pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Pencahayaan

alami dapat digunakan karena lahan yang terletak di daerah

subtropik sehingga cahaya matahari dapat digunakan

semaksimal mungkin. Bentuk lahan yang tidak frontal

menghadap barat atau timur juga mendukung penggunaan

cahaya alami. Masuknya cahaya alami secara healing

architecture dapat terapkan melalui prinsip the living wall,

dimana penggunaan bukaan-bukaan yang besar dan dinding-

dinding transparan selain sebagai penerangan alami namun juga

dapat memasukkan unsur luar kedalam sehingga pasien dapat

berinteraksi dengan ruang luar pada saat di dalam ruangan.

Gambar 4.21 Penggunaan jendela untuk

penerangan alami

Sumber : Dok. Pribadi

Sedangkan untuk sistem penghawaan dipertimbangan

berdasarkan jenis ruang, fungsi ruang, dan tingkat kenyamanan.

Sistem penghawaan terdiri dari :

a. Penghawaan Alami

Prinsip penghawaan menggunakan ventilasi silang (Cross

ventilation). Pengudaraan silang pada daerah tropis

lembab sangat efektif untuk memperbaiki iklim ruangan.

Sistem ini berjalan dengan memasukkan udara luar ke

dalam bangunan dengan cara aliran silang. Caranya

dengan membuat bukaan yang besar pada tempat-tempat

tertentu. Penggunaan sistem ini pada bangunan adalah

untuk area servis dengan memanfaatkan aliran.

Page 22: BAB IV ANALISISteknikarsitektur.ft.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/...kearah kiri melalui stadion Lebak Bulus dan tembus dari arah belakang tapak. Sedangkan kendaraan yang berasal

BAB IV ANALISIS

46

b. Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan ini digunakan untuk ruang-ruang

yang menuntut kenyamanan dari kondisi udara yang

stabil, dengan menggunakan air conditioning (AC).

Penghawaan buatan memungkinkan pengaturan suhu dan

kelembaban udara, serta pengudaraan yang lebih merata

dan terkendali.

4.3.3. Analisa Mekanikal dan Elektrikal

Daya listrik yang digunakan dari 2 sumber, yaitu :

a. PLN

Merupakan sumber listrik utama pada pemakaian di

proyek. Listrik dari PLN dialirkan ke gardu utama,

kemudian ke ruang transformator (trafo), lalu di

distribusikan ke panel kontrol bangunan.

b. Genset

Sebagai cadangan yang bekerja otomatis jika listrik PLN

terputus. Genset berfungsi melayani beban penting,

seperti sebagian penerangan, unit kebakaran dan darurat

dalam bangunan.

Panel Utama

Gen Set

Sub Panel

PLN

Meteran

Gardu

Listrik

Penerangan

Tata Suara

Pompa

Penghawaan

Outlet