BAB IV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

4

Citation preview

25

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan sampel dilakukan di Kampung Api-Api RT08/RW02 Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Responden yang diikutsertakan adalah Ibu Rumah Tangga yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu berjumlah 28 orang. Peneliti menyampaikan informasi tentang tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan Ibu Rumah Tangga untuk mengisi kuesioner penelitian. Peneliti kemudian menjelaskan tentang kuesioner yang harus diisi. Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah, disusun serta dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi sebagai berikut.

4.1Hasil

4.1.1Umur

Proporsi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Distribusi Responden menurut UmurNo.Kelompok Umur (tahun)JumlahPersentase (%)

1.15-24 3 10,7

2.25-34 11 39,3

3.35-44 10 35,7

4.45-54 3 10,7

5. 55 1 3,6

Total28100,0

(Sumber : Data Primer, 2014)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa proporsi menurut umur responden yang terbesar dalam penelitian ini adalah kelompok umur 25-34 tahun (39,3%), sedangkan proporsi responden terkecil menurut usia adalah kelompok usia 55 tahun (3,6%). Sebaran umur responden berkisar antara 22-58 tahun dengan rata-rata 35,9 tahun.

4.1.2 Tingkat Pendidikan

Proporsi responden menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan Tamat SD/sederajat yaitu sebanyak 12 orang (42,9%), sedangkan tidak ada responden yang Tidak bersekolah, Tidak Tamat SD/sederajat dan Sarjana. Data tingkat pendidikan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan

No.PendidikanJumlahPersentase (%)

1.Tidak sekolah 0 0,0

2.Tidak tamat SD/sederajat 0 0,0

3.Tamat SD/sederajat12 42,9

4.Tamat SMP/sederajat 9 32,1

5.Tamat SMA/sederajat 7 25,0

6.Sarjana 0 0,0

Total28100,0

(Sumber: Data primer, 2014)

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan pada seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.4.1.3 Jumlah Penghasilan

Proporsi responden menurut jumlah penghasilan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Responden menurut Jumlah Penghasilan

No.Jumlah PenghasilanJumlahPersentase (%)

1.< Rp. 1.380.000,-10 35,7

2.Rp. 1.380.000,- s/d Rp. 2.000.000,-16 57,1

3.> Rp. 2.000.000,- 2 7,2

Total28100,0

(Sumber: Data primer, 2014)

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak berpenghasilan sebulan sebesar Rp. 1.380.000,- s/d Rp. 2.000.000,-, yaitu sebanyak 16 orang (57,1%). Sedangkan sebanyak 10 orang (35,7%) berpenghasilan < Rp. 1.380.000,- dan 2 orang (7,2%) berpenghasilan > Rp. 2.000.000,- sebulan. Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan.4.1.4 Tingkat Penerapan PHBS Rumah Tangga

Proporsi tingkat penerapan PHBS responden dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Responden menurut Tingkat Penerapan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS)

No.Tingkat Penerapan PHBSJumlahPersentase (%)

1.Baik1450,0

2.Sedang1035,7

3Buruk 414,3

Total28100,0

(Sumber: Data primer, 2014)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari tingkat penerapan PHBS responden, 14 rumah tangga (50,0%) dikategorikan memiliki perilaku baik, 10 rumah tangga (35,7%) memiliki perilaku sedang, dan 4 rumah tangga (14,3%) dikategorikan berperilaku buruk. Proporsi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki penerapan yang baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.4.2. Pembahasan

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari. Cara terbentuknya perilaku seseorang adalah sebagai berikut:81) Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misalnya mengosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.

2) Pengertian (insight), terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian, misalnya bila naik motor harus memakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri.

3) Penggunaan model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model. Model yang dimaksud adalah pemimpin, orang tua dan tokoh panutan lainnya.

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga telah memiliki tingkat penerapan PHBS yang baik yaitu sebanyak 14 rumah tangga (50%). Sedangkan masih terdapat 4 rumah tangga (14,3%) yang memiliki tingkat penerapan PHBS yang buruk. Itu artinya sebagian besar ibu rumah tangga sudah menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya.

Tingkat penerapan PHBS pada Ibu Rumah Tangga di Kampung Api-api RT08/RW02 Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah (lampiran 3) bila dibandingkan dengan angka provinsi dan nasional adalah sebagai berikut:

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada ibu rumah tangga di Kampung Api-api RT08/RW02 adalah sebesar 57,1% (lampiran 3). Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kalimantan Barat pada tahun 2006 sebesar 69,24% dan target nasional tahun 2010 sebesar 90%.9 Sebesar 60,7% (17 orang) ibu rumah tangga di Kampung Api-api persalinannya masih ditolong oleh dukun beranak yang bertempat tinggal di daerah tersebut.b. Pemberian ASI eksklusifPersentase penerapan PHBS poin pemberian ASI eksklusif di Kampung Api-api secara keseluruhan adalah sebesar 64,3%. Persentase bayi yang diberi ASI eksklusif di Kampung Api-api adalah 53,6%, sebesar 39,2% bayi diberi ASI dengan makanan tambahan lainnya dan sisanya 7,1% tidak diberi ASI (lampiran 3). Angka ini masih lebih rendah dibandingkan target nasional (80%).9 Hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya pengetahuan ibu mengenai Asi eksklusif, dibuktikan dari hasil penelitian ini didapatkan 50% ibu rumah tangga masih belum tahu dengan apa yang dimaksud ASI eksklusif.c. Anggota rumah tangga mengkonsumsi buah dan sayur setiap hariPerilaku yang dinilai pada Riskesdas 2007 adalah perilaku Kurang Makan Sayur dan Buah. Prevalensi nasional Kurang Makan Buah dan Sayur Pada Penduduk Umur >10 tahun adalah 93,6%. Kalimantan Barat merupakan salah satu dari 21 provinsi dengan perilaku Kurang Makan Buah dan Sayur Pada Penduduk Umur >10 tahun yang diatas prevalensi nasional.9 Angka cukup konsumsi buah dan sayur pada warga di Kampung api-api RT08/RW02 adalah 50% (lampiran 3). Hal ini dapat dikarenakan masih 35,7% rumah tangga di Kampung Api-api RT08/RW02 memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu kurang dari Rp. 1.380.000,- sehingga alokasi dana untuk membeli sayur dan buah masih rendah.d. Menggunakan air bersih Secara nasional masih banyak rumah tangga yang menggunakan air minum dari sumber tidak terlindung (sumur tidak terlindung 12,4%; mata air tidak terlindung 5,0%; air sungai 3,8% dan lainnya 0,5%). Target nasional keluarga yang memiliki akses air bersih pada tahun 2010 adalah 85%.9 Penerapan penggunaan air bersih untuk keluarga pada warga Kampung Api-api RT08/RW02 adalah sebesar 96,4%. Seratus persen rumah tangga di Kampung Api-api RT08/RW02 menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk mandi, cuci dan kakus (MCK), dikarenakan lokasi pemukiman yang berada di pinggiran Sungai Pinyuh. Sedangkan untuk sumber air minum, 100% rumah tangga telah menggunakan sumber air bersih, yaitu dengan menggunakan air galon dan air hujan yang dimasak terlebih dahulu. e. Menggunakan jamban sehat Menggunakan jamban sehat adalah rumah tangga yang memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir. Persentase nasional rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri adalah 60,0%. Kalimantan Barat merupakan salah satu dari 20 provinsi dengan jumlah rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri lebih rendah dari persentase nasional.9 Di Kampung Api-api RT08/RW02 46,4% masyarakat telah menggunakan jamban ber-septic tank, sedangkan 53,6% nya masih menggunakan jamban cebluk/cemplung di tepi sungai. f. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Yang dimaksud dengan melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah penduduk atau anggota keluarga umur 10 tahun ke atas dalam 1 minggu melakukan aktivitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.Prevalensi nasional Kurang Aktivitas Fisik pada Penduduk Umur >10 Tahun adalah 48,2%. Kalimantan Barat merupakan salah satu dari 16 provinsi yang memiliki angka Kurang Aktivitas Fisik pada Penduduk Umur >10 Tahun diatas prevalensi nasional. Data di tingkat nasional menunjukkan bahwa menurut kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun ke atas (76,0%) dan umur 10-14 tahun (66,9%), dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibanding laki-laki (41,4%). Berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi kurang aktifitas fisik.9 Angka kurang aktivitas fisik pada warga di Kampung Api-api RT08/RW02 adalah 25% (lampiran 3), angka ini berada di bawah angka kurang aktivitas fisik nasional. Rendahnya angka tersebut menurut penulis dikarenakan di setiap rumah tangga di Kampung Api-api RT08/RW02 mayoritas anggota keluarganya terdiri dari anak-anak dan usia produktif, sedangkan sangat sedikit lansia yang tinggal di Kampung Api-api RT08/RW02.g. Luas ruangan minimal 9m2/orang Salah satu syarat rumah sehat adalah anggota rumah tangga menempati luas rumah minimal 9m2/orang. Tingkat hunian padat (