14
Page 1 BAB III PONTA SEBAGAI PERSEMBAHAN 3.1. Orang Kristen Protestan pelaku Ponta Masyarakat suku Dayak Paser yang tinggal di desa Long Gelang dahulu kala berkepercayaan kaharingan. 1 Tahun 1980-an ada seorang Dayak Paser di desa ini mulai mengenal Tuhan Yesus dari pelayanan GPIB di Tana Paser Nyokut Rendeng mengajukan permintaan di baptis pada GPIB melalui para penginjil yang masuk ke Tana Paser. Permintaan itu diterima dan dilayankan baptisan kudus kepadanya juga Isterinya yang bernama Nyangki beserta kedua putra mereka di GPIB Maranatha Balikpapan Kalimantan Timur. 2 Setelah dibaptis, Nyokut Rendeng beserta keluarga kembali ke Long Gelang. Dan meneruskan berita injil kepada semua keluarga besarnya perlu diketahui bahwa hampir seluruh masyarakat desa Long Gelang adalah satu keluarga bahkan seluruh masyarakat desa long gelang di Injilinya. Mengingat karena ia juga seorang kepala desa Long Gelang saat itu. Melalui ajakan dan pemberitaannya, banyak orang mau meninggalkan kepercayaan kaharingan untuk dibaptis. Bertepatan juga dengan keluarnya Peraturan Pemerintah saat itu bahwa semua warga Negara Indonesia harus beragama. Dan agama yang diakui di Indonesia saat itu adalah agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Khatolik, Hindu dan Budha. Seluruh masyarakat desa menentukan pilihan untuk beragama Kristen Protestan dan sangat sedikit yang kemudian memilih beragama Islam. Itu pun yang memilih agama Islam dikarenakan pengaruh dari pihak luar desa Long Gelang. Dengan demikian, terjadi perubahan identitas iman di Long Gelang, sebelumnya 1 Lihat Sarwoto Kertodipoero, Kaharingan (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1963), 50 60. 2 Pendeta Yohanes Rendeng, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 15 April 2017, Pukul 14:20 Wita.

BAB III PONTA SEBAGAI PERSEMBAHAN 3.1. Orang Kristen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16445/3/T2... · 2018-11-08 · Kekristenan telah membentuk masyarakat Long Gelang

  • Upload
    buinga

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1

BAB III

PONTA SEBAGAI PERSEMBAHAN

3.1. Orang Kristen Protestan pelaku Ponta

Masyarakat suku Dayak Paser yang tinggal di desa Long Gelang dahulu kala

berkepercayaan kaharingan. 1 Tahun 1980-an ada seorang Dayak Paser di desa ini mulai

mengenal Tuhan Yesus dari pelayanan GPIB di Tana Paser – Nyokut Rendeng mengajukan

permintaan di baptis pada GPIB melalui para penginjil yang masuk ke Tana Paser. Permintaan

itu diterima dan dilayankan baptisan kudus kepadanya juga Isterinya yang bernama Nyangki

beserta kedua putra mereka di GPIB Maranatha Balikpapan – Kalimantan Timur. 2 Setelah

dibaptis, Nyokut Rendeng beserta keluarga kembali ke Long Gelang. Dan meneruskan berita

injil kepada semua keluarga besarnya – perlu diketahui bahwa hampir seluruh masyarakat desa

Long Gelang adalah satu keluarga – bahkan seluruh masyarakat desa long gelang di Injilinya.

Mengingat karena ia juga seorang kepala desa Long Gelang saat itu. Melalui ajakan dan

pemberitaannya, banyak orang mau meninggalkan kepercayaan kaharingan untuk dibaptis.

Bertepatan juga dengan keluarnya Peraturan Pemerintah saat itu bahwa semua warga Negara

Indonesia harus beragama. Dan agama yang diakui di Indonesia saat itu adalah agama Kristen

Protestan, Islam, Kristen Khatolik, Hindu dan Budha. Seluruh masyarakat desa menentukan

pilihan untuk beragama Kristen Protestan dan sangat sedikit yang kemudian memilih beragama

Islam. Itu pun yang memilih agama Islam dikarenakan pengaruh dari pihak luar desa Long

Gelang. Dengan demikian, terjadi perubahan identitas iman di Long Gelang, sebelumnya

1 Lihat Sarwoto Kertodipoero, Kaharingan (Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1963), 50 – 60. 2 Pendeta Yohanes Rendeng, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan,

Wawancara, Long Gelang, 15 April 2017, Pukul 14:20 Wita.

Page 2

mayoritas agama yang dianut Kaharingan, maka setelah penginjilan Nyokut Rendeng dan

keluarnya Peraturan Pemerintah, maka desa itu kini mayoritas beragama Kristen Protestan.3

Kekristenan telah membentuk masyarakat Long Gelang dengan cara hidup sebagai satu

ikatan keluarga. Dan ini nampak melalui gotong royong. Dalam bahasa Dayak Paser disebut

Royongan. 4 Baik ketika berladang, kegiatan keluarga, kegiatan gereja, dan upacara adat.

Bahkan, Kekristenan telah memberi nilai dan makna baru pada banyak kisah budaya, salah

satunya Ponta.5 Secara khusus saya akan kisahkan latar belakang Ponta. Bahwa dalam kisahnya

dituturkan, dahulu kala ada seorang bernama Nalau. Ketika ia sedang berburu,6 dia menyaksikan

para binatang yang sedang berkumpul hendak makan. Hanya saja, dan ini yang menarik, menurut

ceritanya, Nalau terkagum – kagum sebab binatang – binatang ini memulai makannya setelah

pemimpinnya hadir. Dan semua binatang seakan mempersembahkan sekaligus memberikan

makanan tersebut yang pertama pada sang pemimpin.7 Inilah yang kemudian menjadi renungan

Nalau, hingga akhirnya ia mempraktekannya juga bersama seluruh masyarakat desa untuk

melakukan, sebagaimana yang dilakukan para binatang itu. 8 Cerita tersebut turun-temurun

diwariskan dan kemudian dikenal dengan istilah Ponta hingga kini.9

3Tahap, Masyarakat dan Majelis Jemaat Gereja di Desa Long Gelang , Wawancara, Long Gelang, 10 April

2017, Pukul 10:20 Wita. 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah,

Upacara Adat Perkawinan Daerah Kalimantan Timur (Jakarta: 1985),18 – 28. 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan - Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi, 22. 6 Dr. Christopher Wright, Hidup sebagai Umat Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993),74. Kebutuhan

makanan mendorong orang untuk keluar dari kenyamanannya. Itu sebabnya Nalau harus pergi dari desa ke hutan

untuk berburu dan memenuhi kebutuhan hidup. Karena desanya mengalami kelaparan. Lalu dihutan, ia mendapat

pengetahuan baru yang menolongnya bersama seluruh masyarakat desa kembali hidup makmur. Hal yang sama

dialami bangsa Israel dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Dan berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup saat kelaparan dipadang gurun. Lalu Allah membebaskan mereka dari kelaparan itu. Umat

dibebaskan dari kerja paksa karena kebutuhan makanan. 7 Disarikan dari Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: Penerbit UI,1987), 66 – 68. 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Proyek inventarisasi dan Dokumentasi, 22. 9 Kendon, Ketua Adat Desa Long Gelang, Wawancara, Long Gelang, 9 Juni 2017, Pukul 06:43 Wita.

Page 3

Bagi masyarakat desa Long Gelang, melakukan Budaya Ponta sebelum panen itu wajib.10

Dan hal ini berkaitan dengan keyakinan. Karena dengan cara demikianlah, maka, berkat Tuhan

atas hasil ladangnya pasti melimpah dan hidupnya damai.11 Itu sebabnya ritual Ponta selalu

dilakukan satu bulan sebelum panen. Tepatnya dilakukan pada setiap bulan Mei. Kegiatan ini

dilaksanakan selama 1 – 2 hari berturut-turut.12

3. 2. Berikut ini merupakan 7 (tujuh) proses liturgi Ponta:13

3.2.1. Doa untuk Penentuan waktu.

Setiap keluarga yang akan melaksanakan Ponta, sebelum menentukan waktu,

melaksanakn doa bersama. Agar semua berjalan dengan baik dan waktu yang ditentukan

memang memperoleh restu Allah. Penentuan waktu ini disesuaikan dengan kondisi dan

tingkat kesiapan padi ketan yang akan diambil. Agar memperoleh hasil yang maksimal.

Biasanya harus dilaksanakan pada bulan Mei.14 Karena dipercaya bulan ini yang tepat

untuk memulai Ponta, selain karena padi ketan telah siap pula karena dilakukan sejak

jaman leluhur. Lebih penting lagi bagi umat Kristen Protestan, karena dilakukan setelah

Paskah. Artinya, dilaksanakan setelah kebangkitan Kristus. Dan ini memiliki makna

kehidupan. Sehingga mereka konsentrasi melaksanakan Ponta. Selain makna

kebangkitran Yesus juga sebagai semangat baru untuk bekerja dan menjalani hidup

10 Mauss, Marcel, The gift (The form and Reason for exchange in Archaic Society) (London: Presses

Universitaires de France, 1990), 18 – 48. Bahkan menurut Mauss, jika manusia tidak melakukan kewajiban

persembahan, dapat mengakibatkan musibah karena kemarahan dewa. 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Proyek inventarisasi dan Dokumentasi, 25. 12 Kendon, Ketua Adat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 9

Juni 2017, Pukul 06:51 Wita. 13 Kendon, Ketua Adat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 9

Juni 2017, Pukul 06:58 Wita. 14 Melatiah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang,

11 Juni 2017, Pukul 12:10 Wita.

Page 4

sebagai orang Kristen.15 Pernah dilakukan sebelum bulan Mei tetapi bulir padi belum

berisi, sedangkan lewat dari bulan Mei maka dikatakan kadaluarsa. Kalau terjadi

demikian maka itu pertanda:

Pertama, akan gagal panen;

Kedua, Hasil panen jauh dari harapan;

Ketiga, tidak akan tercukupi kebutuhan makanan untuk setahun kedepan.

Dan itu terbukti! Hal ini semakin diperkuat lagi dari sisi teologis, dipahami sebagai

kesalahan mengelola berkat sehingga Tuhan tidak berkati. Berdasarkan pemahaman

teologis ini sehingga turun – temurun, umat Kristen Protestan tidak merubah atau

bergeser dari waktu yang ditentukan. Sebab ketakutan akan kegagalan diatas, karena

tidak diberkati Tuhan.16 Sedangkan dari sisi sosial, orang yang mengalami ketiga tanda

diatas merasa malu dengan masyarakat17 karena tidak peka membaca waktu. Rasa malu

sebab kepandaian membaca waktu adalah warisan kemampuan yang turun temurun dan

tidak pernah berubah. Sehingga harusnya tidak terjadi kesalahan perhitungan waktu.

Setelah menentukan waktu maka keluarga berkeliling untuk mengundang

masyarakat. Perlu untuk diketahui bahwa penentuan waktu ini melibatkan Orang tua dan

anak – anak. Artinya, Orang tua tidak boleh egois dalam mengambil keputusan namun

juga mendengar pendapat anak – anak. Dan hal itu dibutuhkan kerja sama, kesabaran,

15 Kendon, Tokoh adat masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara,

Long Gelang, 10 Juni 2017, Pukul 06:20 Wita. 16 Pendeta Yohanes Rendeng, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan,

Wawancara, Long Gelang, 10 Juni 2017, Pukul 16:20 Wita. 17 Brian Moris, Antropologi Agama –Kritik Teori – Teori Agama Kontemporer (Yogyakarta: AK Group,

2003), 296 -300.

Page 5

rendah hati satu dengan yang lain. Sehingga tercipta keharmonisan keluarga sebelum

mengundang orang lain. Dalam hal ini nilai sosialnya sangat tinggi.

Berdasarkan musyawarah dan doa keluarga maka waktu telah ditentukan dan

dilaksanakan undangan kepada masyarakat Desa Long gelang. Tugas mengundang ini

khusus dilakukan oleh orangtua. Sebab sesuai tradisi masyarakat Dayak Paser, Desa

Long gelang, kedatangan orang tua untuk mengundang sebagai bentuk penghargaan

kepada para undangan dan bagian dari menjaga etika hubungan sosial masyarakat. Serta

tanda kalau hal ini merupakan kegiatan serius. Sehingga para undangan yang hadir

berasal dari semua kalangan usia, mulai hari pertama hingga selesai dihari kedua. 18

Sebagai bentuk penghargaan terhadap pengundang.

Adapun sikap keluarga yang harus dijaga saat pelaksanaan liturgi Ponta:19

1. Menyediakan kebutuhan makan dan minum bagi seluruh undangan yang

hadir.

2. Pelayanan yang ditunjukan dengan sikap keramah-tamahan.

3. Keluarga selalu menjaga agar komunikasi yang terbangun, tidak menyinggung

atau menyakiti orang lain.

4. Menyambut dan menyediakan tempat, alat kerja bagi semua orang yang hadir.

Pula menghitung serta mencatat kehadiran pada buku catatan keluarga.

Pencatatan ini bermanfaat untuk pembagian ponta pada akhirnya dari semua

proses. Serta tidak seorang pun yang hadir terluput dari ingatan keluarga. Jika

ada yang terlewatkan dari pembagian Ponta, maka resikonya adalah keluarga

18 Nenek Meli, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long

Gelang, 11 Juni 2017, Pukul 12:10 Wita. 19

Page 6

harus memohon maaf serta menyediakan dan menyerahkan Ponta dari bekal

keluarga. Agar semua orang yang hadir, merasakan pelayanan yang adil dari

keluarga.

3. 2. 2. Berdoa dan Memilih padi ketan muda

Memilih dan memotong padi ketan muda yang masih mentah (Pare pulut) dari

ladang. Pemotongan menggunakan renggap (Alat pemotong khusus untuk padi, sejenis

pisau). Dan padi ketan yang diambil tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Karena

terlalu muda kurang berisi dan terlalu tua maka tidak berhasil menjadi Ponta sebab sudah

mengeras. Proses ini perlu ketelitian dan keahlian dalam memilihnya dan ini biasanya

dilakukan oleh kaum perempuan yang berpengalaman. Tahap ini dilakukan pada hari

pertama.20 Sebelum pemotongan dimulai maka diawali dengan berdoa agar tidak terjadi

kesalahan dalam pemilihan padi. Ada nilai teologis yang tinggi dari proses ini. Keyakinan

bahwa Tuhan turut bekerja dalam pemilihan padi dan memberkatinya.

Setiap hasil pemotongan dimasukkan kedalam lanjung (kantong yang terbuat dari

rotan atau bambu). Kemudian dikumpulkan menjadi satu pada karung yang telah

dipersiapkan. Agar tidak tercecer atau terbuang, lalu dibawa ke tempat yang sudah

dipersiapkan untuk melepaskan bulir padi dari tangkainya. Semua perempuan yang

melaksanakan liturgi kedua ini, harus tenang, teliti, tekun dan sabar. Agar padi muda

yang diyakini sebagai berkat Tuhan ini, tidak terbuang tetapi terolah dengan baik. Jika

tidak bersikap demikian di atas maka akibatnya adalah beroleh hasil pemotongan yang

sedikit, bahkan jauh dari target.

20 Ibu Janiah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang,

10 Mei 2017, Pukul 13:10 Wita.

Page 7

3.2.3. Berdoa dan Melepaskan bulir padi dari tangkainya (Ngerik: Dayak Paser).

Diawali dengan berdoa agar setiap tangkai padi menghasilkan bulir yang banyak

dan berkualitas.21 Berdoa dengan sungguh – sungguh maka tercapai demikian. Itu sebab

pelaksana liturgi ketiga ini sangat tekun dan berhati – hati agar menghasilkan karya yang

diyakini, diberkati Tuhan melimpah. Dan tahap ini dilakukan saat semua kebutuhan

ngerik telah siap. Dikatakan siap jika hasil potongan padi itu terkumpul pada satu wadah

karung dan lokasi yang sudah dipersiapkan. Pula orang – orang dewasa yang telah siap

untuk bekerja. Mengapa demikian? Penjelasannya bahwa, ngerik akan dimulai jika alat,

bahan baku serta tenaga telah siap. Agar tidak memakan waktu panjang untuk

penyelesaiannya. Sebab akan mengakibatkan padi mengering dan tidak segar. Dan hal itu

berpengaruh pada rasa.22 Oleh karena itu, jumlah tenaga juga harus seimbang dengan

jumlah alat. Alat yang dipakai adalah sebuah bilah bambu yang agak tipis dan terbelah

dua. Belahannya tidak penuh agar dapat menjepit bulir padi untuk dilepaskan dari

tangkainya.

Apabila pelepasan bulir selesai, dilanjutkan dengan tampi (Pembersihan padi dari

tangkai yang masih tersisa hingga bersih). Tampi menggunakan lewong (Wadah yang

dipakai untuk membuang sisa – sisa tangkai padi). Lewong terbuat dari rotan atau bambu,

sehingga kuat dan tahan lama). 23 Setelah dibersihkan, maka padi yang telah bersih

dimasukkan pada lanjung dan siap untuk dimasak dengan cara sangrai.

21 Pdt. Yohanes Rendeng, Tokoh Masyarakat dan pelayan gereja di Desa Long Gelang yang beragama

Kristen, wawancara, Long Gelang, 9 Juni 2017, Pukul 11.00 Wita. 22 Ibu Janiah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang,

10 Mei 2017, Pukul 13:15 Wita. 23 Ipung, Pemuda Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 10 Juni

2017, Pukul 10.00 Wita.

Page 8

3.2.4. Berdoa dan Sangrai.

Keluarga menyiapkan padi yang akan di sangrai kemudian didoakan agar melalui

sangrai bersama menghasilkan Ponta yang melimpah. Setelah keluarga berdoa maka

sangrai dimulai oleh semua masyarakat yang hadir. Perlu untuk diketahui bahwa sangrai

adalah saat yang dinanti - nantikan oleh orang banyak. Sebab waktu semakin sore maka

jumlah orang yang hadir semakin bertambah dan ramai. Bahkan kadangkala dihadiri oleh

tamu dari luar desa. Seperti para pekerja di perusahaan – perusahaan terdekat. Mereka

tertarik dan ingin tahu serta melihat dari dekat Ponta yang dilakukan hanya dalam satu

tahun sekali ini.

Semua orang berkonsentrasi pada Ponta. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah,

ladang dan memberi makan hewan peliharaannya. Semua orang yang hadir, langsung

mengambil dadeh (Kayu panjang sekitar 2 meter, untuk melakukan sangrai) dan

menempati tempat duduk yang telah disiapkan. Tempat duduknya berbentuk bulat yaitu

mengelilingi tungku masak yang terbuat dari drum bekas (Dulu tungku terbuat dari tanah

liat). Kemudian menunggu sogon (Wajan berukuran besar) dipanaskan dengan api oleh

orang yang telah ditugaskan, barulah dimulai sangrai. Suhu panas api harus dipersiapkan

dengan baik agar tidak terlalu panas, juga tidak hangat. Sebab berpengaruh pada tingkat

kematangan dari Ponta. Pula pemilihan kayu untuk api pun tidak sembarangan kayu.

Hanya boleh menggunakan kayu sungkai dan kayu laban. Karena kedua jenis kayu

tersebut menghasilkan bara api yang berkualitas baik dan tahan lama. Dengan kualitas

bara api yang baik, maka dimulailah sangrai. Ini adalah cara memasak yang beda dengan

biasanya. Yakni padi ketan muda yang berkulit dan kering, dimasukkan kedalam sogon

tanpa campuran air, minyak atau apapun. Lalu dicampur bersama menggunakan dadeh

Page 9

selama 30 – 50 menit.24 Biasanya setiap tungku diduduki oleh 6 – 10 orang, baik anak –

anak maupun orang dewasa, pula oleh laki – laki dan perempuan.25

Atmosfir yang terasa disetiap tungku dan lokasi Ponta adalah suasana

kekeluargaan, keharmonisan walaupun kadangkala ada ketersinggungan, kerukunan,

perhatian, sukacita, percakapan tentang kehidupan beragama bahkan berbagi ilmu

pengetahuan. Tidak hanya itu, didalam Ponta juga orang mencurahkan hati tentang

pergumulan rumah tangga. Misalnya, pergumulan kesehatan keluarga, masalah hubungan

suami – isteri, yang kadangkala dibahas dengan vulgar, bukan berniat negatif tetapi

pengaruh hubungan keluarga. Mengingat semua warga masyarakat Long Gelang sebagian

besar adalah satu keluarga atau satu garis keturunan. Ada pula pembahasan tentang

pergumulan ekonomi keluarga, pekerjaan di ladang atau kebun sawit, hewan peliharaan,

pendidikan anak – anak, pergaulan muda – mudi hingga persoalan global lainnya. Bahasa

yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Dayak Paser. Bahkan kaum muda

dan anak – anak sudah minim menggunakan bahasa Dayak Paser. Sehingga dari sisi

kelemahan, kekayaan bahasa Dayak Paser hampir punah. Namun disisi positif yaitu

masyarakat jadi lebih terbuka dengan orang yang datang dari luar suku Dayak Paser. Dan

pendatang dari luar suku Dayak Paser lebih mudah masuk dan tidak merasa asing dengan

sekitar. Dengan kemudahan bergabung maka orang dari luar masyarakat Dayak Paser

dapat terlibat dalam liturgi Ponta, dimulai dengan bagian yang mudah yaitu Sangrai.

Sangrai dilakukan hingga waktu subuh bahkan kadangkala sampai siang harinya.

Panjangnya waktu ditentukan oleh banyaknya hasil panen Ponta serta banyaknya

24 Ibu Imah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan juga sebagai Pelayan

digereja, Wawancara, Long Gelang, 10 Juni 2017, Pukul 10:00 Wita. 25 Ipung, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen, Wawancara, Long Gelang, 11 Juni 2017,

Pukul 10.00 Wita.

Page 10

keluarga yang bergabung.26 Seringkali Ponta disatu tempat namun diadakan oleh 3 – 5

keluarga. Bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya konsumsi Ponta.27

3.2.5. Berdoa dan Pendinginan.

Setelah Ponta dinyatakan matang dengan menggunakan tes tradisional, maka

didinginkan. Dengan cara mengurai Ponta yang panas itu diatas apai (Tikar atau alas

tanah yang terbuat dari rotan atau bambu). Sambil menanti dinginnya padi, maka

keluarga berdoa agar padi ini sampai pada tahap pendinginan yang maksimal dan tidak

hancur saat ditumbuk atau digiling. Masa pendinginan sekitar 1 jam, lalu dimasukkan

pada lanjung dan karung bersih yang telah disediakan. Kemudian siap untuk digiling

atau ditumbuk.

3.2.6. Berdoa dan Padi ditumbuk atau digiling.

Semua peralatan yang akan digunakan untuk menumbuk atau menggiling,

didoakan lebih dulu agar tidak terjadi kerusakan saat penggilingan atau proses

menumbuk berlangsung.

Pada zaman dahulu, Ponta ditumbuk, namun kini digiling. Jika ditumbuk maka

dibutuhkan tenaga yang banyak dan ekstra. Sehingga hubungan komunikasi yang

dibangun saat tumbuk padi juga cukup akrab. Keakraban itu nampak karena dibutuhkan

kerja sama yang baik dan keharmonisan untuk menghasilkan ponta yang baik. Alat – alat

yang digunakan untuk ditumbuk dahulu adalah alat – alat tradisional seperti Lisung

26 Royun, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 10

Juni 2017, Pukul 10:15 Wita. 27 Imah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 10

Juni 2017, Pukul 10:15 Wita.

Page 11

(Bentuknya bulat dan lubang kedalam. Sebagai wadah penumbuk), Alu (Kayu yang

berbentuk panjang sekitar 2 meter sebagai penumbuk), dan Siru atau tenutu (Wadah yang

dipakai untuk membersikan kulit Ponta). Jumlah orang yang menumbuk disetiap lisung

adalah 4 – 8 orang dengan termin waktu 5 – 10 menit. Pula membutuhkan energi yang

ekstra serta berhati – hati agar Ponta tidak terbuang sia – sia.28

Kini sedikit orang yang memilih untuk menumbuk. Sebab membutuhkan tenaga

yang ekstra serta waktu yang lama. Sehingga sebagian besar menggunakan mesin

penggilingan padi. Pertimbangannya yaitu lebih praktis, hemat waktu, lebih efisien

bahkan mudah untuk membersihkan dari kulit padi. Bahkan para pemuda sekarang pun

kurang tertarik untuk menumbuk. Sebab ada cara giling yang lebih praktis dan hasilnya

lebih banyak dibandingkan dengan menumbuk. Walaupun demikian, tidak mengurangi

makna dari Ponta. Hanya saja letak keunggulan dari menumbuk pada rasanya yang lebih

gurih dan enak.29 Pula kekompakan dan kerja sama yang terbangun saat menumbuk,

mulai terkikis oleh instannya proses melalui penggilingan. Artinya, hubungan sosial yang

terjalin dengan kokoh melalui proses menumbuk lemah untuk dipertahankan dan

diteruskan bagi generasi masyarakat Dayak Paser kedepan.

Setelah digiling atau ditumbuk, langsung dibersihkan kulit padinya, maka jadilah Ponta.

Lalu siap untuk dinikmati. Perlu juga untuk diketahui bahwa Ponta merupakan makanan

idola masyarakat dayak Paser dimusim panen ladang.30

28 Kendon, Ketua Adat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 9

Juni 2017, Pukul 07:00 Wita. 29 Ipung, Pemuda Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11 Juni

2017, Pukul 13:30 Wita. 30 Pendeta Yohanes Rendeng, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan,

Wawancara, Long Gelang, 10 Juni 2017, Pukul 16:30 Wita.

Page 12

3.2.7. Berdoa, Memisahkan bagian yang dipersembahkan dan Pembagian Ponta.

Setelah melewati proses kerja yang panjang, maka hal utama yang akan dilakukan

oleh keluarga adalah mempersembahkan Ponta kepada Tuhan sebagai sumber berkat.

Caranya, keluarga memisahkan yang terbaik untuk Tuhan dengan jumlah yang disepakati

dalam musyawarah keluarga. Lalu keluarga menyerahkan Ponta kepada Tuhan melalui

doa syukur keluarga dan diserahkan ke gereja. Setelah doa syukur dan menyerahkan

persembahan Ponta pada Tuhan, maka keluarga membagikan Ponta kepada Pendeta baru

setelah itu semua undangan boleh menikmati sebagai tanda ungkapan syukur bersama

atas berkat Tuhan bagi keluarga.31

Ada hal yang menarik dari proses pembagian Ponta:

Pertama, Bahwa semua yang hadir akan mendapatkan Ponta dengan ukuran yang sama

(adil), namun khusus bagi ibu hamil, akan mendapatkan 2 (dua) bagian.

Dengan pengertian bahwa, penghargaan dan berkat itu dibagikan kepada

semua yang hadir termasuk bayi dalam kandungan yang dianggap juga bagian

dari kehidupan,32 walaupun belum terlahir didunia.

Kedua, semua orang yang diundang akan mendapatkan bagian yang sama, walaupun

berhalangan hadir, sebab:

31 Pdt. Yohanes Rendeng, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara,

Long Gelang, 11 Juni 2017, Pukul 12:30 Wita. 32 Reniah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 10

April 2017, Pukul 12:16 Wita.

Page 13

1. Ada pemahaman bahwa semua orang yang diundang, memiliki hak yang

sama dan ikut bersyukur 33 dan mendoakan keluarga untuk semakin

melimpah berkatnya.34

2. Pemberian Ponta ini bertujuan agar orang yang berhalangan hadir itu

terhindar dari kepohonan (Musibah, Kesusahan).35

3. Setiap orang yang terlibat dalam Ponta, harus mengikuti hingga selesai.36

Jika terpaksa meninggalkan Ponta karena kepentingan lain, maka harus

nyantap (Merasakan atau memakan sedikit Ponta).37 Agar terhindar dari

kepohonan. 38 Persoalan kepohonan berkaitan dengan Ponta sebenarnya

adalah cara yang dipakai untuk mengikat seseorang dengan komunitasnya.39

4. Menjaga hubungan baik keluarga dengan setiap orang yang diundang.

Ada pemahaman juga bahwa semakin banyak orang yang hadir maka, semakin

banyak orang yang mengucap syukur bersama dan menjaga hubungan baik dengan keluarga.

Dan diyakini bahwa kehadiran orang banyak pertanda hasil panennya nanti melimpah karena

diberkati oleh Yang Maha Kuasa. 40 Serta masa depan keluarganya sejahtera. Apalagi jika

Pendeta hadir, maka dipercaya bahwa kedatangan Pendeta dalam ritual Ponta merupakan suatu

33 Bolang, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 12

Juni 2017, Pukul 12:00 Wita. 34 Yeniati, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 12

Juni 2017, Pukul 12:30 Wita. 35 Jemi, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11

Juni 2017, Pukul 09:00 Wita. 36 Said, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 12

Juni 2017, Pukul 13:30 Wita. 37 Kodim, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 12

Juni 2017, Pukul 12:30 Wita. 38 Nenek Meli, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long

Gelang, 11 Juni 2017, Pukul 12:16 Wita. 39 Salmin, Kepala Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11 Juni

2017, Pukul 09:30 Wita. 40Dersam, Orang yang dituakan oleh Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan,

Wawancara, Long Gelang, 11 Juni 2017, Pukul 12:30 Wita.

Page 14

kehormatan dan melengkapi ucapan syukur serta kebersamaan keluarga dan masyarakat Desa

Long Gelang.41 Mengapa demikian? Karena doa makan bersama memiliki nilai khusus dalam

ucapan syukur keluarga kepada Tuhan Allah. Dan Pendeta tidak hanya hadir saat Ponta, namun

selalu disertakan dimulai dari persiapan bibit padi hingga penanaman dan masa panen. 42

Diyakini juga bahwa hasil akhir dari Ponta menentukan hasil panen tahun ini. Dan fakta

membuktikan bahwa hasil akhir dari Ponta sedikit atau kurang, maka hasil panen tahun ini tidak

akan cukup untuk konsumsi setahun.43 Namun sebaliknya melimpah, pertanda bahwa hasil panen

tahun ini akan melimpah dan tercukupi untuk kebutuhan selama setahun kedepan.44 Dengan

berdoa maka semua proses ini diimani akan menghalau kuasa – kuasa jahat.45 Doa juga diyakini

menjadi penyadar diri untuk menghindari sikap tidak santun serta tidak baik terhadap sesama.

Karena sikap yang tidak santun dan tidak baik terhadap sesama dapat berujung buruk pula pada

hasil panennya.46

Liturgi Ponta juga membawa orang pada kesadaran pentingnya mengandalkan Tuhan Yesus

dalam hidup ini. Melaluinya orang disadarkan akan kebergantungannya kepada Tuhan Yesus

yang memberi berkat makanan – minuman. Melalui Liturgi Ponta pula, manusia diingatkan

tentang pentingnya kehadiran sesama. Itu sebabnya, hubungan baik yang telah terbangun perlu

dijaga untuk terciptanya kedamaian dan keharmonisan dengan sesama manusia.

41 Junitan, Pemerintah Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11

Juni 2017, Pukul 13:00 Wita. 42 Nenek Meli, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long

Gelang, 11 Juni 2017, Pukul 12:30 Wita. 43 Lanjam, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11

Juni 2017, Pukul 13:30 Wita. 44 Ipung, Pemuda Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 10 Juni

2017, Pukul 10:10 Wita. 45 Markus, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang, 11

Juni 2017, Pukul 12:10 Wita. 46 Ibu Janiah, Masyarakat Desa Long Gelang yang beragama Kristen Protestan, Wawancara, Long Gelang,

10 Mei 2017, Pukul 12:30 Wita.