24
22 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Umum Organisasi 3.1.1.Sejarah dan Perkembangan Organisasi Sumber: Kejaksaan Agung Republik Indonesia Gambar III.1. Kejaksaan Agung Republik Indonesia 1. Sebelum Reformasi Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942,

BAB III PEMBAHASAN · bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 22

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. Tinjauan Umum Organisasi

    3.1.1.Sejarah dan Perkembangan Organisasi

    Sumber: Kejaksaan Agung Republik Indonesia

    Gambar III.1.

    Kejaksaan Agung Republik Indonesia

    1. Sebelum Reformasi

    Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi

    difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan

    tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942,

  • 23

    No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang

    pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin

    (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Begitu Indonesia

    merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara Republik Indonesia.

    Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang diperjelas oleh

    Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan bahwa

    sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai

    dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada

    masih langsung berlaku.

    Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak

    kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari

    setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur

    Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.

    Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus

    menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal

    eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode

    kepemimpinan Jaksa Agung.

    Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan

    pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami

    berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta

    bentuk negara dan sistem pemerintahan.Menyangkut Undang-Undang tentang

    Kejaksaan, perubahan mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat

  • 24

    pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-

    Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai

    alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1),

    penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung

    (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden.

    Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat

    revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan

    Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi. Pada

    masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai

    dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-

    Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan

    itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi serta tata cara

    institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun

    1991 tertanggal 20 November 1991.

    2. Masa Reformasi

    Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap

    pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam

    penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi

    Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan

    diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal

    2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang

    melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain

    berdasarkan undang-undang”. untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

  • 25

    1991. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas

    dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.

    Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam melaksanakan tugas

    profesionalnya. Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa

    Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di

    rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena

    bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat

    membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri. Selanjutnya Pasal 33

    mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina

    hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara

    atau instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat

    memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.

    Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya

    berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-

    lembaga baru dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif

    sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan

    hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering mengalami kendala.

    Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh Kepolisian RI serta

    badan-badan lainnya. Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu

    dengan pembentukan berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat

    sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak Pidana

    Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi sehingga

    diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU ini diatur pembuktian terbalik

  • 26

    bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan hukuman

    mati bagi koruptor.

    Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas

    menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan

    secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu,

    diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah badan

    negara yang mempunyai kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan

    manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi, mengingat korupsi sudah

    dikategorikan sebagai extraordinary crime.Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002

    mengamanatkan pembentukan pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan

    berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi. Sementara untuk

    penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK)

    yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang masing-masing membawahi empat

    bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan

    Pengaduan masyarakat.

    Kejaksaan Agung Republik Indonesia memiliki Visi dan Misi tersendiri, yaitu:

    1. Visi Kejaksaan R.I:

    Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,

    transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam

    mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proporsional danbermartabat

    yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai – nilai kepautan.

  • 27

    2. Misi Kejaksaan R.I :

    1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas dan

    wewenang, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara

    seluruh tindak pidana, penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara,

    serta pengoptimalan kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara profesional,

    proposional dan bermartabat melalui penerapan Standard Operating Procedure

    (SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan efisien.

    2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka

    mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan

    upaya penegakan hukum.

    3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh

    tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-

    hak publik.

    4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi

    Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen, menerbitkan dan menata

    kembali manajemen administrasi keuangan, peningkatan sarana dan prasarana,

    serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui tunjangan kinerja atau

    remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien,

    transparan, akuntabel dan optimal.

    5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan

    beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan

    wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta

    tugas-tugas lainnya yang terkait.

  • 28

    3.1.2.Struktur dan Tata Kerja Organisasi

    Sumber: Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Republik Indonesia

    Gambar III.2.

    Struktur Organisasi Puspenkum Kejaksaan Agung Republik Indonesia

    Fungsi dan tugas dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi tersebut

    secara berurutan adalah sebagai berikut:

    1. Kepala Pusat Penerangan Hukum

    Kepala Pusat Penerangan Hukum lebih dikenal sebagai “humas”-nya Kejaksaan

    Agung. Bagian dari lembaga unit organisasi dalam suatu lembaga pemerintahan

    yang melakukan fungsi managemen bidang komunikasi dan informasi. Puspenkum

    adalah humas dari Kejaksaan serta dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya

    haruslah menjunjung nilai-nilai moral yang mengikat dalam berucap, bersikap dan

    berperilaku dalam pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawabnya

    sebagaimana termuat dalam Kode Etik Humas Pemerintahan.

    Kepala Pusat Penerangan

    Hukum

    Bidang Penerangan dan Penyuluhan

    Hukum

    Bidang Hubungan Media Massa

    Bidang Hubungan Antar Lembaga

    Negara

    Kelompok Jabatan Fungsional

    Bagian Tata Usaha Sekretaris Pribadi

    Puspenkum

  • 29

    2. Kelompok Jabatan Fungsional

    Kelompok Jabatan Fungsional pada Pusat Penerangan Hukum terdiri dari tenaga

    Fungsional Jaksa, Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat dan Fungsional

    Pranata Komputer serta fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    3. Bagian Tata Usaha

    Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program, urusan

    ketatausahaan dan kerumahtanggaan Pusat Penerangan Hukum.

    4. Sekretaris Pribadi Puspenkum

    Sekretaris bertugas membantu meringankan pekerjaan pimpinan di Pusat

    Penerangan Hukum seperti menyusun dan mebuat jadwal pimpinan, menangani

    rapat, menangani perjalanan dinas, mengarsip, menerima tamu, dan lainya.

    5. Bidang Penerangan dan Penyuluhan Hukum

    Bidang Penerangan dan Penyuluhan Hukum mempunyai tugas melaksanakan

    perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan penerangan dan penyuluhan

    hukum, peningkatan kesadaran hukum masyarakat serta mempersiapkan perangkat

    pendukung kegiatannya.

    6. Bidang Hubungan Media Massa

    Bidang Hubungan Media Massa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

    materi dan sarana publikasi mengenai berbagai masalah yang menyangkut

    kegiatan kejaksaan untuk kepentingan pemberitaan, pelaksanaan pengelolaan

    informasi dan dokumentasi.

  • 30

    7. Bidang Hubungan Antar Lembaga Negara, Lembaga Pemerintah dan Non

    Pemerintah

    Bidang Hubungan Antar Lembaga Negara Lembaga Pemerintah dan Non

    Pemerintah mempunyai tugas melaksanakan pembinaan hubungan kerjasama dan

    pemberian pelayanan teknis penerangan hukum kepada Lembaga Negara,

    Lembaga Pemerintah, dan Non Pemerintah serta Lembaga lainnya di dalam dan

    luar negeri, penghimpunan dan pengolahan bahan-bahan yang berkaitan dengan

    hubungan kerjasama serta pengelolaan Pos Pelayanan Hukum dan Peneriman

    Pengaduan Masyarakat.

    3.1.3.Kegiatan Organisasi

    Sumber: Puspenkum Kejaksaan Agung R.I

    Gambar III.3.

    Pusat Penerangan HukumKejaksaan Agung R.I

    Puspenkum (Pusat Penerangan Hukum)merupakan bidang disalah

    satuKejaksaan Agung Republik Indonesia yang berkedudukan sebagai pelaksana

  • 31

    tugasyang bergerak di Kelompok Jabatan Fungsional, Bidang Penerangan dan

    Penyuluhan Hukum, Hubungan Media Massa, Hubungan Antar Lembaga Negara,

    Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah, yang karena sifatnya tidak tercakup dalam

    satuan organisasi Kejaksaan lainnya, secara teknis bertanggung jawab langsung

    kepada Jaksa Agung dan secara administratif kepada Jaksa Agung Muda Bidang

    Intelijen.

    Puspenkum adalah humas dari Kejaksaan Agung RI serta di dalam

    melaksanakan tugas dan kewenangannya haruslah menjunjung nilai-nilai moral yang

    mengikat dalam berucap, bersikap dan berperilaku dalam pelaksanaan tugas, fungsi,

    wewenang, serta tanggungjawabnya sebagaimana termuat dalam Kode Etik Humas

    Pemerintahan.

    3.2. Hasil Penelitian

    3.2.1.Prosedur Penanganan Rapat Pimpinan

    Di Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Republik Indonesia ada 6

    (enam) tahapan prosedur penanganan rapat pimpinan. Pertama-tama adalah pimpinan

    memerintahkan sekretaris untuk membuat surat undangan rapat. Kedua sekretaris

    membuat surat undangan rapat. Ketiga sekretaris meminta persetujuan pimpinan, dan

    pimpinan menandatanganinya. Keempat sekretaris membuat agenda rapat. Kelima

    sekretaris mencatat jadwal kegiatan Kapuspenkum. Yang terakhir keenam surat

    undangan dicopydan dibagikan ke staf yang mengikuti rapat.

    Berikut adalah tahapan alur prosedur penanganan rapat pimpinan di Pusat

    Penerangan Hukum, adalah sebagai berikut:

  • 32

    Pimpinan Sekretaris Staf / Peserta Rapat

    Setuju

    Tidak

    Sumber: Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung R.I, (2016)

    Gambar III.4.

    Start

    Surat Undangan

    Rapat Surat Undangan

    Rapat

    Surat Undangan

    yang sudah

    ditandatangan TTD dan Stempel

    End

    Jadwal

    Kegiatan

    Surat Undangan

    Rapat di Copy

    Surat Undangan

    Rapat

    Agenda Rapat

    Proses

    Pembuatan Surat

    Undangan

  • 33

    Alur Prosedur Penanganan Rapat

    1. Pimpinan memerintahkan sekretaris membuat surat undangan rapat.

    Pertama-tama yang harus dilakukan dalam mengadakan rapat di Pusat

    Penerangan Hukum pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia adalah pimpinan

    memerintahkan sekretaris untuk membuat surat undangan rapat sesuai dengan

    rapat yang ditentukan oleh pimpinan.

    2. Pembuatan surat undangan rapat

    Setelah rapat sudah ditentukan pimpinan,barulah sekretaris membuat surat

    undangan rapatnya yang bertujuan untuk semua staf yang mengikuti rapat wajib

    hadir ke rapat tersebut sehingga rapat dapat berjalan sebagaimana mestinya dan

    mendapatkan hasil maksimal yang diinginkan oleh pimpinan. Berikut adalah

    contoh surat undangan rapat yang berisikan tentang undangan menghadiri rapat,

    dengan tema Rapat Dinas Pelatihan Pimpinan Pusat Penerangan Hukum di

    Kejaksaan Agung Republik Indonesia, yang akan diadakah pada hari Senin,

    tanggal 11 April 2016, pada pukul 09.00 s/d 11.00 WIB, dan akan diselenggarakan

    di tempat Ruang Rapat Pusat Penerangan Hukum Lt. 1. adalah sebagai berikut:

  • 34

    Sumber: PusatPeneranganHukumKejaksaan R.I, April 2016

    Gambar III.5.

    Surat Undangan Rapat Dinas Pelatihan Pimpinan

  • 35

    3. Pimpinan menandatangani surat rapat

    Setelah surat undangan rapat sudah dibuat lalu sekretaris meminta persetujuan

    pimpinan, jika pimpinan setuju surat undangan tersebut di tandatangan dan di

    stempel oleh pimpinan, jika tidak sekretaris harus membuat surat undangan lagi

    sesuai dengan ketentuan dan perintah dari pimpinan.

    4. Pembuatan Agenda Rapat

    Setelah surat undangan sudah mendapat persetujuan pimpinan, prosedur

    berikutnya yang harus dilakukan sekretaris adalah membuat agenda rapat, tujuan

    dibuat agenda rapat ini agardapat mengetahui pada waktu kapan rapat di mulai,

    kegiatan apa yang ingin di permasalahkan, di tempat mana rapat diadakan dan

    siapa yang mengarahkan rapat tersebut.Berikut adalah contoh agenda rapat pada

    bulan April 2016, kolom agenda rapat ini berisikan Nomor. Waktu, yaitu jam

    berapa sampai jam berapa kegiatan tersebut dilaksanakan. Kegiatan, yaitu apa saja

    permasalahan yang akan dibahas dalam rapat.Keterangan, yaitu penanggung jawab

    atau rapat diarahkan oleh siapa. Diantaranya adalah, sebagai berikut:

  • 36

    Sumber: PusatPeneranganHukum

    Sumber: PusatPeneranganHukumKejaksaanAgung R.I, April 2016

    Gambar III.6.

    Agenda Rapat Dinas Pelatihan Pimpinan

  • 37

    Rapat ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 April 2016, bertepat di

    ruang rapat Pusat Penerangan Hukum Lt. 1, kegiatan yang dilakukan adalah jam

    09.00-09.30 WIB pembukaan di buka oleh Bapak Supriono, Spd.I, jam 09.30-

    10.00 WIB pengarahan dari Ketua Pusat Penerangan Hukum oleh Bapak Amir

    Yanto, SH.,MM.,MH, jam 10.00-11.00 WIB pembahasan materi dan tanya jawab

    bersama Ketua Pusat Penerangan Hukum dan para Staf, jam 11.00 WIB penutup di

    tutup oleh Bapak Supriono, Spd.I.

    5. Mencatat Jadwal Kegiatan Kapuspenkum

    Lalu prosedur berikutnya sekretaris mencatat jadwal kegiatan Kapuspenkum

    di papan tulis yang terdapat di ruangan sekretaris Pusat Penerangan Hukum, tujuan

    mencatat jadwal kegiatan tersebut agar sekretaris tidak lupa dan selalu ingat apa

    saja kegiatan yang ada di Pusat Penerangan Hukum. Kolom jadwal kegiatan berisi

    No, Hari/Tanggal, Jam, Acara, dan Keterangan. Bukan kegiatan rapat saja yang

    dicatat melainkan kegiatan lain seperti acara resepsi pernikahan, acara pelatihan,

    acara arisan dan lainnya. Contoh jadwal kegiatan Kapuspenkum di papan tulis,

    sebagai berikut:

  • 38

    Sumber: Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung R.I

    Gambar III.7.

    Jadwal Kegiatan Kapuspenkum

    6. Surat undangan dibagikan ke staf

    Yang terakhir sesudah sekretaris membuat agenda rapat serta mencatat jadwal

    kegiatan Kapuspenkum barulah sekretaris mengcopy surat undangan rapat yang

    sudah ditandatangani dan mendapat persetujuan pimpinan, surat undangan

    tersebut dicopy sebanyak yang di perlukan kemudian dibagikan ke semua staf

    yang mengikuti rapat.

  • 39

    3.2.2.Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Rapat

    Dalampersiapanpelaksanaankegiatanrapat di

    PusatPeneranganHukumKejaksaanAgungRepublik Indonesia ada 3 (tiga) tahapan

    yang sekretarisharuslakukan, yaitusebagai berikut:

    1. Ruang Rapat

    Terlebih dahulu sekretaris harus menyiapkan ruangan rapat, apakah ruang rapat

    bisa digunakan pada Hari/Tanggal, Waktu yang akan dilaksanakan rapat tersebut.

    Pada saat menyiapkan ruangan rapat perlu diperhatikan dari segi efektifitas,

    kuantitas sebagai jumlah sesuai dengan jumlah peserta dan kenyamanan sehingga

    rapat dapat berjalan dengan lancar. Ada 2 (dua) contoh ruang rapat pada

    Kejaksaan Agung Republik Indonesia, diantaranya adalah:

    a. Tata ruang rapat Pusat Penerangan Hukum, lantai 1

    Ruangan ini berbentuk U-shape style khusus untuk karyawan Pusat Penerangan

    Hukum dirancang untuk rapat yang melibatkan adanya peran serta semua

    peserta rapat, kontak mata dan keintiman antara peserta dengan pemimpin rapat

    sangat diperlukan. Kapasitas tata ruang rapat seperti ini sesuai untuk jumlah

    peserta 10-30 orang, contohnya adalah sebagai berikut:

  • 40

    Sumber: Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung R.I

    Gambar III.8.

    Ruang Rapat Pusat Penerangan Hukum, Lt. 1

    b. Tata ruang rapat Aula Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Lt. 3

    Ruangan ini berbentuk Theater style tidak terdapat meja, bentuk ruangan seperti

    ini sangat ideal untuk acara-acara seperti ceramah, seminar, pidato, peluncur

    produk dan sebagainya. Kapasitas peserta 100-175 orang. Ruangan seperti ini

    sesuai untuk rapat yang tujuannya mengkomunikasi kan secara nonverbal

    kepada peserta bahwa mereka diminta datang hanya untuk mendengarkan apa

    yang disampaikan pemimpin rapat. Kontak mata peserta hanya tertuju kepada

    pemimpin rapat, contohnya adalah sebagai berikut:

  • 41

    Sumber: Kejaksaan Agung Republik Indonesia

    Gambar III.9.

    Ruang Rapat Aula Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Lt. 3

    2. Perlengkapan dan Peralatan Rapat

    Setelah ruangan rapat sudah siap, sekretaris mempersiapkan perlengkapan dan

    peralatan rapat agar rapat tersebut dapat berjalan dengan lancar. Adapun

    perlengkapan dan peralatan rapat yang ada di Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan

    Agung Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

    a. Meja dan bangku yang digunakan sesuai dengan jumlah peserta rapat;

    b. Netbook/Laptop;

    c. Papan Layar, Proyektor LCD, Laser Pointer;

    d. Peralatan audio visual;

    e. Sound system, Tape Recorder, Mikrofon;

  • 42

    f. Map / bahan-bahan rapat;

    g. Block note, note paper (kertas pencatat) dan alat tulis.

    h. Konsumsi (snack/makanan ringan)

    3. Daftar Hadir Rapat

    Setelah mempersiapkan ruangan rapat serta perlengkapan dan peralatan rapat,

    sekretaris menyiapkan daftar hadir peserta rapat sesuai dengan jumlah peserta

    yang akan mengikuti rapat tersebut. Kolom daftar hadir rapat terdiri dari Nomor,

    Nama, Jabatan, Tandatangan. Berikut adalah gambar Daftar Hadir Rapat Dinas

    Pelatihan Pimpinan Pusat Penerangan Hukum pada tanggal 11 April 2016, total

    peserta rapat seharusnya 12 orang, tetapi yang hadir 10 orang dan tidak hadir 2

    orang, seluruh peserta adalah Staf/Karyawan Pusat Penerangan Hukum:

  • 43

    Sumber: PusatPeneranganHukumKejaksaan RI, April 2016

    Gambar III.10

    DaftarHadirRapatDinas Pelatihan Pimpinan

  • 44

    3.2.3.Kendala dan Solusi Rapat Pimpinan

    Adapun kendala-kendala yang dihadapi sekretaris dalam melaksanakan rapat

    pimpinan di Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan

    adapun cara mengatasi kendala tersebut adalah:

    1. Kendala dalam Rapat

    a. Sekretaris sudah membuat surat undangan rapat lalu meminta persetujuan

    pimpinan, tetapi pimpinan tidak setuju dengan surat tersebut dan ada koreksi.

    b. Sekretaris sudah menyebarkan surat undangan rapat, tetapi pimpinan tiba-tiba

    mengganti jadwal rapat tersebut karena ada keperluan mendadak yang sangat

    penting.

    c. Ada benturan jadwal rapat dengan rekan kerja di luar.

    d. Benturan dalam pemakaian ruang rapat.

    e. Ada peserta rapat yang tidak hadir.

    2. Solusi atau Cara Mengatasinya

    a. Sekretaris harus membuat lagi surat undangan tersebut membetulkan apa saja

    yang salah lalu dibenarkan sesuai dengan perintah dan ketentuan pimpinan.

    b. Sekretaris harus mengganti surat undangan tersebut untuk diberikan kepada

    peserta rapat dan menjelaskan kepada peserta rapat kenapa rapat dibatalkan

    dan jadwal akan diundur.

    c. Yang harus sekretaris lakukan adalah sekretaris harus mengutamakan rapat

    yang lebih penting, sedangkan rapat yang kurang penting bisa digantikan

    dengan staf lain yang menguasai materi rapatnya.

  • 45

    d. Ruangan rapat yang dipakai harus didahulukan dengan jenis rapatnya yang

    lebih penting, dan yang kurang penting sekretaris bisa menggantikan ruang

    rapat dibidang lain, sekretaris harus mengkonfirmasi terlebih dahulu dengan

    sekretaris dibidang lainnya apakah ruang tersebut bisa dipakai.

    e. Menggantikan staf lain yang menguasai materi rapatnya. Apabila rapat

    penting peserta yang tidak hadir diberi surat peringatan supaya pada rapat-

    rapat yang akan datang bisa dikonfirmasikan terlebih dahulu bila tidak bisa

    hadir, tetapi apabila rapat tidak terlalu penting sekretaris membiarkan jika

    peserta ada yang tidak hadir.