Upload
truongngoc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
59
BAB III
OBYEK PENELITIAN
3.1 Sejarah Hotel Borobudur Jakarta
Gambar 3.1 Logo Hotel
Berdiri di dekat Istana Kepresidenan dan dikenal sebagai salah satu hotel
terbaik di Indonesia, Hotel Borobudur Jakarta dikelilingi tanah seluas 9,3 ha di
pusat Ibu Kota.
Dengan nama yang diambil dari sebuah Candi Buddha abad ke-9 terkemuka
di Jawa Tengah yang replikanya dengan megah diletakkan di tengah taman agar
dapat dilihat semua pengunjung, Hotel Borobudur Jakarta merupakan pelopor
dalam bidangnya.
Diawali dengan konsep yang dicetuskan oleh mantan Presiden RI, Alm.
Presiden Soekarno, sebagai sebuah hotel termewah di belahan selatan bumi,
peresmian peletakan batu pertama hotel yang direncanakan memiliki 6 lantai dan
220 kamar dilakukan oleh Alm. Presiden Soekarno pada tahun 1963.
60
Pembangunan hotel ini sempat terhenti pada tahun 1965 dan dilanjutkan
kembali dengan penambahan kamar dari 220 kamar menjadi 700 kamar serta
penambahan 12 lantai.
Saat Indonesia membuka pintu bagi penanam modal yang tertarik pada
perkembangan sektor perminyakan dan ekonomi Indonesia di awal tahun 1970-an,
Pemerintah Indonesia, Inter-Continental Hotels Corporation dari Perancis bersatu
untuk menciptakan sebuah hotel yang lain dari konsep awalnya.
Perubahan rancangan, konsep dan pembangunanya rampung pada bulan
Maret 1974 saat hotel ini diresmikan oleh Alm. Presiden Soeharto pada tanggal 23
Maret 1974 dan menjadi tuan rumah konferensi tahunan PATA (Pasific Asia Travel
Association)
Dengan penambahan sisi Garden Wing, Hotel Borobudur Jakarta menjadi
hotel terbesar di Indonesia dengan jumlah kamar 860. Diantara penghargaan yang
pernah diterima Hotel Borobudur Jakarta adalah dua kali sebagai hotel Berbintang-5
Berlian, yaitu klasifikasi tertinggi bagi industri perhotelan.
Sebelum itu pada tahun 1986, hotel ini juga menerima ‘Golden Palm
Award” – penghargaan tertinggi industri Pariwisata Indonesia untuk pelayanan
terbaik dan kontribusi terhadap perkembangan pariwisata Indonesia.
Sejak Peresmian pada tanggal 23 Maret 1974, Hotel Borobudur Jakarta telah
berhasil menempatkan dirinya sebagai pimpinan industri pesangrahan di Jakarta.
Guna meningkatkan sarana dan jasa yang diberikannya, maka pada akhir tahun
61
1993 dibuat rencana untuk mengadakan peningkatan yang diperlukan. Rencana
tersebut baru terlaksana pada tanggal 16 Oktober 1995 bertepatan dengan
ditutupnya Gedung Utama hotel sebagai tanda berakhirnya “Babak I” perjalanan
hotel ini.
Keputusan untuk menutup Gedung Utama diambil guna mempercepat
proses peremajaan hotel ini yang mencakup pemasangan berbagai sistem baru, dan
Hotel Borobudur Jakarta melanjutkan perjalanan bersejarahnya dengan gaya,
keanggunan dan kenyamanan yang menggambarkan “Potret Sebuah Legenda”.
Sementara sarana baru dan pelayanan yang telah ditingkatkan melengkapi
hotel di bawah kepemilikan PT. Jakarta International Hotels and Development
dengan 815 kamar ini, kehangatan dan keramahan khas Hotel Borobudur Jakarta
tetap menjadi bagian dari resor di pusat Jakarta.
Selama 25 tahun Hotel Borobudur Jakarta telah dikelola oleh Inter-
Continental Hotels & Resort telah memulai pengelolaan mereka 1 Januari 1999
dengan kontrak pengelolaan secara resmi ditandatangani pada tanggal 26 Januari
1999.
Dalam memasuki milinium baru, Hotel Borobudur Jakarta ingin mencari
peluang alternatif untuk mengelola properti Hotel Borobudur Jakarta. Setelah 25
tahun bersama Grup Manajemen International yang besar, kini pilihan Hotel
Borobudur Jakarta memprioritaskan perusahaan manajemen yang dapat bekerja
62
secara fleksibel, dan kreatif, memahami situasi dan kondisi, serta mengutamakan
kepentingan perusahaan dan pembangunan nasional.
Dimana di dalamnya terdapat beberapa restoran dan salah satunya adalah
restoran Bogor Cafe yang menyediakan makanan bercita rasa dalam dan luar negeri
dan juga terdapat Sop Buntut Legendaris (a Javanese Oxtail Soup). Dan buka
selama 24jam sehari.
3.1.1 Alamat Lengkap Hotel
Jalan Lapangan Banteng Selatan, PO BOX 1329, Jakarta 10710 – Indonesia.
Telp: (62-21) 380 5555. 383 5000 Fax: (62-21) 380 9595
Email: [email protected],
Website: www.hotelborobudur.com
3.1.2 Visi dan Misi.
Visi : “Menjadi Hotel terkemuka bintang lima dengan posisi Diamond
Hotel di Indonesia sebelum akhir dekade ini.”
Misi : Hotel yang berusaha untuk mempertahankan posisi Bintang Lima
dengan posisi Diamond didalam pasar.
63
1. Untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan keramahtamahan
dengan melebihi expestasi dari tamu dan aspirasi dari pemegang saham.
2. Untuk membangun dasar yang kuat dengan landasan pondasi dan inovasi
dari pelanggan berbasis kompetitif dan senantiasa membangun dalam
bidang:
a. Operasi produk dan layanan.
b. Standard Operasional.
c. Proses pengambilan keputusan manajemen.
d. Sistem dalam manajemen Properti.
3. Untuk mempromosikan Hotel yang ramah lingkungan dan ramah sosial
dengan konsep Hotel Internasional.
64
3.1.3 Struktur Organisasi
Gambar 3.2 Struktur Organisasi
65
3.2 Prosedur yang Berlaku
Prosedur yang berlaku di Hotel Borobudur Jakarta dirumuskan dalam
pengertian “Sepuluh Dasar Kendali Mutu (The 10 Quality Points)” dimana
menyangkut cara pelayanan kepada pelanggan yang perlu diimplementasikan oleh
seluruh karyawan setiap harinya saat bekerja.
Maka dimana Hotel Borobudur Jakarta percaya dan berpendirian untuk
memegang teguh Sepuluh Dasar Kendali Mutu (The 10 QP) Hotel Borobudur
Jakarta. Sepuluh Dasar Kendali Mutu ini merupakan landasan falsafah yang
mengatur cara hotel berfikir dan membimbing setiap langkah serta perilaku Hotel
dalam melayani Pelanggan. Baik itu Pelanggan Eksternal (Tamu) maupun
Pelanggan Internal (rekan kerja terkait). Berikut adalah penjabaran dari kesepuluh
dasar kendali Mutu Hotel Borobudur Jakarta :
1. Mutu Berawal Dari Para Tamu. (Quality Starts With Our Guest)
Standar Mutu yang baik berarti keselarasan antara apa yang diharapkan
oleh tamu dan apa yang diterima oleh tamu tersebut. Dengan kata lain, landasan
falsafah, prinsip-prinsip dasar serta tolak ukur atas keberhasilan penerapan
Standar Mutu Hotel Borobudur Jakarta harus dimulai dan dibangun atas satu
dasar kepentingan, yaitu: Demi Kepentingan Tamu.
2. Mutu Memerlukan Tabiat Manusia Yang Positif dan Terbuka. (Quality Requires
the Right Attitude)
66
Berangkat dari pemikiran bahwa kita semua hadir di Hotel Borobudur
Jakarta untuk melayani Tamu semata; maka sikap serta perilaku dasar dari
seorang manusia Borobudur adalah untuk selalu tertarik mendengar keluhan
Tamu. Menghargai pendapat tersebut dan bersyukur atas saran – saran mereka.
Sebab kita melihat keluhan serta pendapat Tamu tersebut sebagai suatu
kesempatan untuk belajar, melakukan perbaikan dan ruang eksplorasi untuk
menemukan inovasi – inovasi baru dibidang perhotelan.
3. Mutu Adalah Tanggung Jawab Kita Semua. (Quality is Everyone’s
Responsibility)
Mulai dari mereka yang menempati posisi tertinggi sampai dengan
terendah dalam struktur organisasi Hotel Borobudur Jakarta, secara bersama
ataupun perorangan bertanggung jawab atas penerapan Standar Mutu yang baik.
Merupakan tanggung jawab pengelola (Manajemen) untuk menetapkan falsafah
serta prinsip – prinsip dasar beserta perangkat struktural termasuk administrasi
pendukung pelaksanaan Manajemen. Sedangkan tanggung jawab karyawan
adalah untuk melaksanakan dan merealisasikan produk dan pelayanan sesuai
dengan Standar Mutu yang telah ditetapkan tersebut. Sementara yang paling
berhak untuk memberikan penilaian akhir adalah Tamu – tamu kita.
4. Mutu Dimulai Dari Kepemimpinan. (Quality Means Leadership)
Penerapan sistem Manajemen Mutu memerlukan keteguhan hati dari
seluruh jajaran kepemimpinan Hotel Borobudur Jakarta. Tidak hanya sekedar
67
pengarahan serta slogan, namun yang lebih penting adalah dengan membiasakan
diri untuk memperlihatkan contoh yang baik, dengan mempraktekkan langsung
apa yang telah diucapkan dan digariskan bersama sebagai suatu kebijakan; demi
memperlihatkan disiplin pribadi yang konsisten dan demi menjaga kewibawaan
pemimpin dimata bawahan; serta memenangkan kepercayaan dari atasan dan
rekan kerja setingkat.
5. Mutu Ditentukan Oleh Proses. (Quality Focuses on Process)
Mutu yang baik adalah hasil dari disiplin dalam mengerjakan setiap
langkah instruksi dalam satu rangkaian proses kerja. Untuk itu, setiap orang
bertanggung jawab untuk memberikan hasil kerja yang terbaik sebelum
meneruskan hasil kerja tersebut kepada orang lain untuk ditindak lanjuti. Dalam
hal ini, diperlukan komunikasi yang intensif dan kerjasama yang baik antara satu
bagian/seksi dengan bagian/seksi lainnya. Untuk saling menghimbau dan
mengingatkan; serta harus diartikan sebagai kepedulian yang tulus dari satu
bagian atas bagian lainnya. Dari satu manusia Borobudur ke Manusia Borobudur
lainnya.
6. Standar Mutu Harus Terukur. (Quality Means Measuring Results)
Setiap hasil dari suatu rangkaian proses kerja harus dapat diukur dan
dibandingkan dengan Standar Mutu yang telah ditetapkan dan didokumentasikan.
Untuk itu secara berkala harus diadakan pengukuran – pengukuran lewat suatu
sistem pengujian yang kemudian dikaitkan dengan langkah – langkah perbaikan.
68
Baik perbaikan yang menyangkut sistem (sebagai alat) maupun atas manusia-nya
itu sendiri (sebagai pelaksana dari sistem tersebut). Menghargai kesesuaian atas
pelaksanaan standar dan menghindari metode pengukuran yang memberikan
penghargaan atas ke-tidak-sesuaian.
7. Standar Mutu Adalah Standar Yang Terbuka Untuk Perbaikan. (Quality Means
Open Systems of improvements)
Kita percaya bahwa sangat manusiawi bagi Tamu untuk menuntut yang
terbaik dan kita sadari bahwa tuntutan tersebut akan selalu meningkat. Untuk itu
perbaikan yang terus – menerus adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi.
Demi meningkatkan kepuasan Tamu dan menjaga kesetiaan mereka. Dalam hal
ini tantangan yang harus dijawab adalah untuk tidak cepat berpuas diri dan untuk
selalu berusaha mencari celah – celah perbaikan. Untuk selalu menerima
perbaikan atas perbaikan.
8. Mutu Berarti Proses Belajar Yang Tak Pernah Berhenti. (Quality Means A
Continuous Learning Process)
Untuk terus dapat meningkatkan Mutu pelayanan terhadap tamu, kita
semua dituntut untuk terus menerus belajar. Dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut: (1) Apakah karakter produk dan pelayanan yang diberikan oleh
Hotel Borobudur Jakarta telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
Tamu? (2) Apakah sesuai dengan peruntukkan dan harapan – harapan mereka?
(3) Apakah kita sudah menambah nilai produk dan pelayanan kita terhadap
69
Tamu? (baik dalam Mutu dan harga). Untuk itu para pemimpin di Hotel
Borobudur Jakarta bertanggung jawab untuk membimbing, melatih dan
memfasilitasi setiap individu untuk belajar dari kesalahan
9. Mutu Berarti keuntungan. (Quality Means Profit Margins)
Untuk terus dapat meningkatkan keuntungan lewat peningkatan Mutu
produk dan pelayanan kepada Tamu, Hotel Borobudur Jakarta melakukan
pendekatan efisiensi atas total beban biaya untuk menghindari pengeluaran yang
berlebihan sebagai akibat dari proses kerja yang tidak efektif dan efisien
termasuk pelaksanaan aktifitas yang tidak menambah nilai kepuasan Tamu. Ini
berarti Hotel Borobudur Jakarta dituntut terus menerus memformulasikan titik
keseimbangan yang paling tepat antara kepuasan Tamu dan keuntungan
perusahaan.
10. Mutu Dalam Rangkuman. (Quality Summary).
Mutu adalah akumulasi dari berbagai macam karakter fisik maupun non-
fisik (maya) yang merupakan hasil dari disiplin pelaksanaan suatu rangkaian
standar proses kerja yang harmoni antara komponen terkait. Dimana akumulasi
karakter – karakter tersebut mengandung fakta – fakta yang selaras; antara apa
yang diharapkan oleh para Pelanggan dengan apa yang sebetulnya mereka
terima. Baik Pelanggan Eksternal (Tamu) maupun Pelanggan Internal (rekan
kerja). Yang membuat Tamu kita datang, dan datang kembali ke Hotel
Borobudur Jakarta.
70
Selain dari 10 Quality Points ada juga BASIC COMPONENTS OF
QUALITY, dimana sama-sama prosedur yang diadakan untuk pelayanan khusus
kepada pelanggan Hotel Borobudur Jakarta. Yaitu:
Tabel 3.1 Basic Components of Quality
Q = P + S (PS)
Quality performance = People (+) System (x), interactions between the People and the System
Dasar komponen kualitas terdiri dari 3 yaitu:
1. People (P)
Kualitas ditentukan dengan adanya orang-orang berkompeten yang
memiliki kemampuan (skillful), memiliki pengetahun (knowledgeable), dan
memiliki perilaku yang baik (attitude).
2. System (S)
Kualitas ditentukan dengan adanya system yang dapat diandalkan
(realible) yang memiliki tujuan yang jelas (clear purposes/objectives),
berdasarkan pada proses (process based), memiliki langkah-langkah yang
detail (detail step), dan memiliki integrasi (integrated).
3. Interactions Between (P) dan (S)
Kualitas ditentukan dengan adanya hubungan yang harmonis yang
saling berkomunikasi (communicate), saling memberi keuntungan
71
(mutualism), mengembangkan pribadi maupun system (improve people &
system), dan berkelanjutan dalam belajar (continuous learning)
Maka struktur kecil untuk pelayanan kepada pelanggan hotel adalah
dengan GUEST SATISFACTION:
100% PRODUCT QUALITY
+
100% SERVICE QUALITY
+
100% EFFICIENCY
+
100% PRODUCTIVITY
=
100% GUEST SATISFACTION
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian
perorangan dan organisasi. Pengumpulan data penelitian secara primer yang
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
72
a. Observasi
Dengan melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti atau
dapat dirumuskan sebagai proses pencatatan pola perilaku subyek (orang,
obyek , benda) atau kejadian sistematik di dalam Hotel Borobudur Jakarta
dengan berinteraksi langsung dalam melakukan strategi-strategi yang di
analisis. Pelaksanaan kegiatan observasi ini meliputi pencatatan,
pengamatan dan penelitian lebih jauh guna mengetahui dan melihat
langsung proses kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations Hotel
Borobudur Jakarta. Semua ini demi untuk membangun identitas merek
hotel melalui kegiatan yang berjalan, dan juga antar komunikasi internal
terhadap departemen lainnya. Metode ini dilakukan tanpa perlu
memberikan pertanyaan langsung kepada responden, maka dengan kajian
teknik observasi ini penulis juga mencoba untuk mengkaji SWOT (
Streaght, Weakness, Opportunities, dan Threat) yang ada pada Hotel Y ini.
Sejauh penulis melakukan kegiatan observasi ini, penulis melihat langsung
kegiatan rutin yang dilakukan oleh departemen Public Relations guna
merencanakan strategi-strategi yang tepat dalam membangun identitas
merek Hotel Borobudur Jakarta dimata media dan masyarakat. Selain itu
penulis juga mengamati kegiatan komunikasi internal yang terjalin dalam
lingkup dalam Hotel dengan adanya briefing antar departemen demi
strategi promosi yang lebih terstruktur di kedepannya, maka dengan begitu
73
apa yang akan di laksanakan oleh Hotel adalah hasil kerja pemikiran
orang-orang yang terlibat
b. Wawancara mendalam
Teknik wawancara dengan mengumpulkan data langsung dari pihak Public
Relations dalam Hotel Borobudur Jakarta sendiri, penulis juga melakukan
teknik wawancara ini kepada pelanggan hotel yang berada dalam Restoran
Bogor Cafe untuk mendapatkan data yang lebih lengkap tidak hanya dari
pihak Hotel yang mengeluarkan strategi-strategi nya namun juga dapat
dirasakan oleh para pelanggan dengan hasil yang didapat. Dengan cara
melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview)
penulis mendapatkan hasil yang cukup maksimal tentang apa yang
dirasakan oleh para pelanggan. Maka dalam melakukan kegiatan
wawancara untuk karya tulis ini, penulis memilih beberapa pihak yang
terkait demi hasil yang lebih maksimal
Penulis memilih pihak yang bersangkutan dari dalam Public Relations
Hotel sendiri dikarenakan informan utama yang membuat strategi dari
Hotel itu sendiri dengan mengenai tujuan pelaksanaannya kegiatan dan
sasaran yang ingin dituju. Untuk hal ini pertanyaan wawancara yang
diberikan meliputi kegiatan media monitoring dan juga komunikasi internal
yang terjadi dalam briefing pagi yang rutin dilakukan oleh pihak-pihak
Hotel. Selain dari pada itu penulis juga mewawancarai tamu yang sedang
berada dalam Restoran Bogor Cafe untuk mendapatkan tanggapan
74
konsumen mengenai pelayanan yang diberikan oleh Hotel Borobudur
Jakarta sehingga mereka memilih hotel tersebut. Hal ini tidak jauh untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dengan tidak hanya melihat dari satu
pihak saja, namun kembali lagi kepada tamu yang dirasakan tepat sasaran.
3.3.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan oleh berbagai organisasi atau
perusahaan.
Beberapa bentuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Studi Kepustakaan
Penulis melakukan pengumpulan data melalui buku-buku yang berkaitan
dengan Public Relations / Hubungan Masyarakat, artikel mengenai
hubungan masyarakat dari internet, dan situs-situs yang terkait dengan
peran humas dalam meningkatkan citra perusahaan.
2. Dokumen Perusahaan
Penulis mencari fakta yang tersimpan dalam buku-buku Hotel, agenda,
catatan hasil rapat , jurnal kegiatan, arsip, dan sebagainya yang ada
hubungannya dengan penelitian. Data sekunder ini hanya sebagai
referensi data untuk mendukung penelitian.
75
3.4 Keabsahan Data
Uji keabsahan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi
sumber. Paton dalam Moleong (2010,p.330) menyatakan bahwa triangulasi sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Dengan demikian untuk menguji kredibilitas data mengenai pencitraan yang
dilakukan oleh Hotel Borobudur Jakarta dilakukan dengan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Pada penelitian ini,
peneliti memperoleh data dari berbagai sumber yakni narasumber internal yang
melaksanakan peran dan fungsi humas dalam meningkatkan citra Hotel dan
narasumber eksternal yang berada disekitar lingkup hotel.
Selain melakukan wawancara dengan berbagai narasumber yang berbeda
untuk mengecek kebenarannya, peneliti melakukan observasi participant dan
mencari informasi melalui dokumen-dokumen hotel. Dari berbagai data yang
diperoleh, data dideskripsikan dan dikategorisasikan mana pandangan yang sama
dan mana pandangan yang berbeda. Data yang telah dianalisis oleh peneliti
kemudian ditarik kesimpulan.
76
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
Deskriptif kualitatif yang menurut Miles dan Huberman (1984), seperti dikutip oleh
Sugiyono, 2009, adalah “aktivitas dalam analisis data kualitatif yang dilakukan
secara interaktif dan berlangsung terus-menerus”. Aktifitas dalam analisis data
yakni data reduction, data display, dan verification. Penjelasan sebagai berikut :
1. Data Reduction (Teori Data) yaitu mereduksi data berarti merangkum, memilih,
memfokuskan, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir
dapat digambarkan.
2. Data Display (Penyajian Data). Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data. Penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang
tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan
kualitatif. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif adalah teks
naratif.
3. Conclusion Drawing (Kesimpulan). Langkah ketiga dalam analisis kualitatif
menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari
permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah
makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proposisi-proposisi.
77
3.6 Permasalahan yang ada
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis mengenai strategi promosi
Hotel Borobudur Jakarta, terlihat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
strategi promosi yang dilakukan oleh divisi Public Relations di Hotel, yaitu:
1. Kesamaan strategi promosi di setiap tahunnya, ditakutkan akan menurunkan
minat para pelanggan.
2. Lebih mengutamakan pemasaran pada Restoran Bogor Cafe tidak pada
kamar Hotel itu sendiri.
3.7 Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam mencapai strategi promosi yang baik, pasti selalu ada masalah yang
timbul, dan tentu ada pemecahan masalahnya. Dalam permasalah kesamaan strategi
promosi yang dilakukan setiap tahunnya, Public Relations Hotel perlu mengambil
langkah dengan mendengar ide dari para pelanggan dengan terjun langsung di
tengah pelanggan yang berada dalam hotel demi strategi yang lebih tertuju pada
pelanggan, karena apa yang dihasilkan oleh Hotel Borobudur Jakarta sendiri adalah
untuk kepada pelanggan, maka tidak ada salahnya mengambil kesimpulan selain
dengan terjun langsung ke dalam pelanggan demi memuaskan pelanggan lebih dari
yang diharapkan. Lalu pada permasalahan Hotel lebih mengutamakan pemasaran
pada Restoran Bogor Cafe yang tidak lebih dituju kepada kamar adalah akan lebih
baik bahwa Public Relations memasarkan promosi Hotel tidak sepenuhnya pada
78
Restoran Bogor Cafe agar citra kamar dapat dirasakan lebih lagi demi nama Hotel
sepenuhnya. Maka selain itu, divisi Public Relations juga dapat mengambil ide dari
divisi-divisi lain yang nantinya dapat diolah kembali menjadi bentuk jawaban yang
matang agar kembali kepada Hotel baik itu untuk Kamar ataupun untuk Restoran
Bogor Café sendiri.
79