16
30 Riska Fauziah, 2016 PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)dalam penelitian ini. Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran terutama pada keterampilan membaca pemahaman siswa sekolah dasar. B. Desain Penelitian Tindakan Kelas Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto dkk (2014, hlm. 3) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan, menurut McNiff dalam Arikunto (2014, hlm. 102), memandang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. Karasteristik utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto (2014, hlm. 108-109) yaitu: 1. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas. 2. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Desain Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggrat, konsep pokok action research (dalam Trianto, 2011, hlm. 29) adalah perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Dilihat dari konsep pokok Penelitian Tindakan Kelas (PTK, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah proses penelitian yang dinamis dan memiliki keterkaitan yang erat anatara satu dan lainnya. Keempat proses dala PTK merupakan satu kesatuan proses yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian B ...repository.upi.edu/25988/6/S_PGSD_1200075_Chapter3.pdfyaitu: menelaah materi, menentukan indikator, menyusun Rencana Pelaksanaan

Embed Size (px)

Citation preview

30 Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)dalam

penelitian ini. Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran

terutama pada keterampilan membaca pemahaman siswa sekolah dasar.

B. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto dkk (2014, hlm. 3) adalah

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan,

menurut McNiff dalam Arikunto (2014, hlm. 102), memandang Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh

pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan

prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

Karasteristik utama dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut

Arikunto (2014, hlm. 108-109) yaitu:

1. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas.

2. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di

kelas.

Desain Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah desain yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggrat, konsep pokok action research

(dalam Trianto, 2011, hlm. 29) adalah perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Dilihat dari konsep pokok Penelitian Tindakan Kelas (PTK, dapat

disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sebuah proses

penelitian yang dinamis dan memiliki keterkaitan yang erat anatara satu dan

lainnya. Keempat proses dala PTK merupakan satu kesatuan proses yang

31

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berurutan dan berhubungan dalam suatu siklus atau daur yang akan berkaitan erat

dengan siklus atau daur berikutnya.

Penelitian ini diprediksi dilakukan dalam tiga siklus. Desain siklus yang

digunakan adalah desain yang diadaptasi dari desain PTK Kemmis dan Mc

Taggart, adapun gambaran desain penelitian yang akan dilakukan berdasarkan

desain Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, dkk, 2011, hlm. 16), adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart

TaTaggart

32

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan, terdapat empat tahapan

yang akan dilakukan selama proses penelitian, yaitu:

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Berdasrakan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK,

rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang

ditentukan (Trianto, 2011, hlm. 36). Perencanaan menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan

(Arikunto, 2014, hlm. 17). Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan

yaitu: menelaah materi, menentukan indikator, menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan pendekatan

whole language, dan menyediakan media pembelajaran. Dalam tahap perencanaan

ini juga diperhitungkan kendala yang mungkin timbul saat pelaksanaan tindakan

berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2014, hlm. 18) dari

semua rencana yang telah dibuat. Tahapan pelaksanaan ini dilakukan dengan

menerapkan pendekatan whole language. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas

ini direncanakan dalam tiga siklus. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya melalui

kegiatan perencanaan pembelajaran.

c. Pengamatan/Observasi (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan

rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhdap proses dan hasil intruksional

yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan

oleh peneliti (Trianto, 2011, hlm. 36). Kegiatan ini dilaksanakan secara

kolaboratif antara peneliti dengan observer pada saat kegiatan pembelajaran

membaca pemahaman melalui pendekatan whole language. Kegiatan observasi

dilakukan untuk mengamati aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman

siswa.

33

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data didapat saat

dilakukan pengamatan (Trianto, 2011, hlm. 37). Kegiatan refleksi dilakukan

setelah guru selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang

dilakukan adalah mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang

muncul dalam pelaksanaan siklus pertama dalam pembelajaran menggunakan

pendekatan whole language, kemudian bersama peneliti membuat perencanaan

tindak lanjut untuk siklus berikutnya. Refleksi digunakan untuk melakukan

perbaikan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

Keempat tahap dalam penelitian yang dilakukan merupakan unsur-unsur

pembentuk sebuah siklus atau satu putaran kegiatan beruntun. Tahapan tersebut

dikatakan sebagai satu buah siklus apabilan dimulai dengan tahap perencaan

hingga tahap refleksi.

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan penelitian ini adalah siswa kelas VA salah satu Sekolah Dasar di

kecamatan Sukasari tahun pelajaran 2015/2016. Partisipan tersebut dipilih karena

kelas partisipan merupakan kelas yang menjadi tempat mengajar dan

dipercayakan pada peneliti dalam pelaksanaan program Pengenalan Lapangan

Persekolahan (PLP). Lokasi penelitian dilakukan disalah satu sekolah dasar negeri

di Kota Bandung Kecamatan Sukasari dan sekolah tersebut terletak dipinggir

jalan raya sekitar perumahan warga.

Peneliti memilih seluruh siswa di dalam kelas tersebut sebagai partisipan

penelitian. Jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak dua puluh delapan siswa

dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak delapan belas orang dan siswa perempuan

sebanyak sepuluh orang siswa. Heterogenitas siswa dilihat dari jernis kelamin,

kemampuan pemahaman siswa, dan kemampuan akademis siswa. Jumlah

keseluruhan kelas di SD ini adalah sebelas rombongan belajar, masing masing

tingkatan kelas terdapat dua rombongan belajar kecuali, kelas satu yang hanya ada

satu rombongan belajar. Kegiatan belajar mengajar kelas VA dimulai pukul

34

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

09.30 sampai dengan pukul 14.30 untuk hari selasa sampai hari jumat, sedangkan

untuk hari senin dan hari sabtu dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00.

D. Prosedur Administratif Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai

pembelajaran dinilai efektif, serta dapat terlihat perbaikan dan kemajuan dari hal

sedang diteliti, terutama dalam aspek keterampilan membaca pemahaman siswa

yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan studi

pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang mungkin terjadi dalam

proses pembelajaran, menentukan fokus permasalahan, melakukan analisis dan

identifikasi terhadap permasalahan yang akan diteliti. Hasil identifikasi tersebut

akan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk merumuskan strategi pemecahan

masalah yang akan digunakan.

Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Prapenelitian

a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Sekolah yang

akan dijadikan tempat penelitian ditentukan oleh pihah kampus yaitu Prodi

PGSD (Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

b. Menghubungi pihak sekolah tempat akan dilaksanakannya penelitian untuk

mengurus surat perizinan pelaksanaan penelitian.

c. Berkordinasi dengan pihak sekolah untuk menentukan kelas yang akan

dijadikan sebagai tempat penelitian.

d. Melakukan studi pendahuluan dengan mengobservasi pelaksanaan

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk mengidentifikasi

permasalahan yang terjadi didalam kelas.

e. Melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh informasi pendukung

dari temuan hasil identifikasi.

f. Membuat instrumen tes untuk mengidentifikasi masalah lebih lanjut.

g. Melakukan observasi untuk memperoleh data awal penelitian.

35

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Membuat jurnal reflektif dari proses identifikasi yang dilakukan dan

melakukan studi literatur untuk memperoleh dukungan teori mengenai strategi

yang sesuai.

i. Menyusun proposal penelitian.

j. Melakukan bimbingan proposal dengan dosen pembimbing, melakukan revisi

pada proposal yang telah dibuat, dan meminta persetujuan kepada dosen dan

ketua prodi untuk pengajuan proposal secara resmi.

2. Tahap perencanaan tindakan

Setelah melakukan studi pendahuluan dan melaksanakan tahapan-tahapan

yang telah direncanakan dalam tahap pra penelitian, peneliti kemudian merancang

tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian yang terbagi

dalam tiga siklus.

Terlebih dahulu peneliti merancang perencanaan tindakan untuk siklus

petama, hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus pertama adalah:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan

penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada

keterampilan membaca pemahaman siswa. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

mengenai membaca pemahaman

b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian

yang akan dilakukan

c. Membuat teks narasi ekspositoris yang berisikan informasi yang akan diberikan

pada siswa.

d. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.

e. Menyesuaikan instrumen penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli

untuk mengetahui validitas instrumen.

f. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing

sekaligus.

g. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama

pembelajaran berlangsung.

Perencanaan penelitian siklus kedua disusun berdasarkan hasil refleksi

siklus pertama. Hal-hal yang dilakukankan dalam tahap perencanaan siklus kedua

adalah sebagai berikut:

36

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan

penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada

keterampilan membaca pemahaman siswa.

b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian

yang akan dilakukan.

c. Membuat teks narasi ekspositoris berisikan informasi yang akan diberikan pada

siswa.

d. Membuat instrumen tes, berisi 10 buah soal untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa dan kemampuan siswa menggali informasi.

e. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.

f. Menyesuaikan instrumen penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli

untuk mengetahui validitas instrumen.

g. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing

sekaligus.

h. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama

pembelajaran berlangsung.

Perencanaan penelitian siklus ketiga disusun berdasarkan hasil refleksi

siklus kedua. Siklus ketiga bertujuan untuk memperkuat hasil temuan dari siklus

kedua. Hal-hal yang dilakukankan dalam tahap perencanaan siklus kedua adalah

sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang memuat tahapan

penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pada

keterampilan membaca pemahaman siswa.

b. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang berisikan fokus penelitian

yang akan dilakukan.

c. Membuat teks narasi ekspositoris berisikan informasi yang akan diberikan pada

siswa.

d. Membuat instrumen tes, berisi 10 buah soal untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa dan kemampuan siswa menggali informasi.

e. Menyusun media yang akan digunakan untuk mendukung proses pembelajaran.

f. Mendiskusikan RPP, instrumen penelitian, media dengan dosen pembimbing

sekaligus.

37

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama

pembelajaran berlangsung.

3. Tahap pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran seuai

dengan sintaks pendekatan whole language yang telah direncanakan dan

dikembangkan dalam RPP. Pada saat tindakan penelitian dilaksanakan peneliti

bertindak sebagai guru.

Langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman melalui peneparan pendekatan whole language dilakukan dengan

jalan menerapkan komponen whole language yang didalamnya meliputi kegiatan

membaca, menulis jurnal, membaca dalam hati, membaca bersama, membaca

terbimbing, menulis terbimbing, membaca bebas, dan menulis bebas.

a. Tahapan Persiapan

Penerapan pendekatan whole language pada tahap persiapan meliputi;

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

2) Mempersiapan bahan pelajaran yaitu teks narasi ekspositoris,

3) Mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan,

4) Guru juga mempersiapkan lembar kerja siswa untuk menilai proses membaca

pemahaman siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pendekatan whole language terdiri dari 8 komponen. Kedelapan komponen

tersebut diterapkan secara simultan dalam pembelajaran untuk meningkatkan

ketermapilan membaca pemahaman. Setelah tahap persiapan pembelajaran

diselesaikan dengan menambahkan beberapa langkah pembelajaran yang sesuai,

maka secara rinci gambaran pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

membaca pemahaman dengan pendekatan whole language adalah sebagai

berikut:

a. Reading Aloud (Membaca Bersuara)

Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk

siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau

buku cerita atau dapat langsung menggunakan teks narasi ekspositoris yang dibuat

untuk menyampaikan materi pembelajaran. Guru dapat membacakan cerita

38

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat

mendengarkan dan memahami isi ceritanya.

b. Jurnal Writing (menulis jurnal)

Journal writing atau menulis jurnal, pada kegiatan ini guru dapat memberi

tugas kepada siswa untuk menuliskan prediksi bacaan lain dengan tema yang

sama dengan bacaan yang sebelumnya diberikan guru. Tugas guru adalah

mendorong siswa agar dapat menuangkan ide dan pengetahuan yang ia miliki

mengenai topik bacaan yang sedang dibahas. Kegiatan yang biasa dilakukan guru

pada tahapan ini ialah guru dapat membaca jurnal yang ditulis anak dan

memberikan komentar atau respon terhadap cerita tersebut sehingga ada dialog

antara guru dan siswa.

c. SSR (Sustained Silent Reading)

Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku

atau materi yang akan dibacanya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai

dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan

tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan penjabaran Brown (1932, hlm. 4) yang

menyebutkan bahwa “children deal with literacy in their own styl”, hal tersebut

menmperkuat bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

whole language, guru sebagai fasilitator harus dapat menyediakan bahan bacaan

yang beraga bagi siswa, dan siswa memilih bahan bacaan yang sesuai dengan

kegemarannya tetapi tetap dalam topik pembelajaran. Guru dapat memberikan

contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat

meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.

d. Shared Reading (Membaca Bersama)

Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan

siswa, di mana setiap siswa mempunyai teks yang sedang dibacanya, dalam

kegiatan ini guru dan siswa bersama-sama membaca sebuah teks informasi yang

sudah disediakan oleh guru.

Proses ini diperkuat dengan adanya pendapat Brown (1932, hlm. 4)

mengenai hal yang harus dilakukan pada proses pembelajaran yaitu “The need

communicate with other must be present for a literacy learning to accur”, pada

tahap ini guru juga bisa meminta siswa membaca materi yang membahas topik

39

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut di depan kelas secara bergiliran dengan teman lainnya, kemudian

melakukan tanya jawab hingga siswa diintruksikan untuk mengomunikasikan

kembali informasi yang ia dapatkan.

e. Guided Reading (Membaca Terbimbing)

Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan materi

yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru menjadi pengamat dan

fasilitator serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan secara bergantian.

f. Guided Writing (Menulis Terbimbing)

Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti dalam membaca

terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu

membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan jelas, sistematis,

dan menarik serta menentukan ide pokok yang terdapat dalam terks.

g. Independent Reading (Membaca Bebas)

Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang

dimilikinya. Membaca bebas yang diberikan secara rutin walaupun hanya 10

menit sehari dapat meningkatkan kemampuan membaca para siswa, dalam proses

membaca bebas siswa diberi kebebasan untuk membaca teks atau materi, dan

menggali informasi lain dari sumber wawancara yang telah dilakukanya dengan

tetap sejalan dalam topik pembelajaran.

h. Independent writing (Menulis Bebas)

Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa

ada interfensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses

menulis. Dalam tahap ini siswa dapat menuliskan mengenai informasi yang ia

dapatkan dalam proses pembelajaran.

Peneliti menambahkan tahapan pembentukan kelompok dalam tahapan awal

pembelajaran, kelompok kecil dibentuk sebagai upaya membentuk wadah bagi

siswa untuk berdiskusi dalam pembelajaran. Selain itu proses mengomunikasikan

kembali juga ditambahkan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mengukur

salah satu indikator dalam proses pembelajaran.

c. Penilaian

40

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses penilaian dan evaluasi dilaksanakan selama keterampilan. Hasil

refleksi pada siklus satu, akan digunakan sebagai patokan untuk membuat

perbaikan dalam menyusun proses pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan membaca pemahaman bagi siswa. Setelah siklus kedua

dilaksanakan, hasil refleksi dari siklus kedua akan digunakan untuk memperbaiki

proses pembelajaran pada siklus ketiga, hingga dapat terlihat perubahan yang

positif dalam proses pembelajaran, terutama pada keterampilan membaca

pemahaman yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan.

4. Tahap Observasi Tindakan

Tahap observasi tindakan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Dalam melaksanakan kegiatan observasi tindakan, peneliti dibantu oleh

observer untuk merekam dan mencatat setiap perilaku siswa yang muncul selama

proses pembelajaran berlangsung. Catatan hasil dan hasil dokumentasi pada

tahapan obeservasi tindakan dari observer dijadikan sebagai salah satu sumber

informasi data penelitian dan catatan dari observer dapat dijadikan sebagai catatan

lapangan bagi peneliti.

5. Tahap Refleksi terhadap Tindakan

Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru berdiskusi mengenai

pelaksanaan tindakan pembelajar dengan menggunakan pendekatan whole

language, kelebihan dan kekurangan penerapan pendekatan whole language

dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman

bagi siswa. Hal tersebut dilakukan dengan menganalisis catatan lapangan, hasil

observasi, dan hasil keterampilan membaca pemahaman siswa serta menentukan

strategi perbaikan selanjutnya.

E. Prosedur Substantif Penelitian

1. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yaitu, berupa:

a. Instrumen Tes

Teknik pengumpul data tes bersifat mengukur karena berisi pertanyaan atau

pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu

41

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Hermawan. R, Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 189). Tes pemahaman

digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah penerapan

pendekatan Whole language, tes pemahaman berupa soal yang sesuai dengan teks

yang digunakan baik itu berupa tes tertulis ataupun tes lisan. Tes digunakan

sebagai salah satu sumber data untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

b. Observasi Partisipatif

Peneliti dibantu oleh observer melakukan observasi partisipatif aktif dan

partisipasi pasif. Observasi partisipasi aktif dilakukan oleh peneliti. Peneliti berperan

sebagai guru yang sekaligus melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran

dengan penerapan pendekatan whole language. Sedangkan partisipasi pasif dilakukan

oleh observer. Observer mngamati dan mencatat hasil pengamatannya pada format

observasi mengenai respon siswa dalam langkah-langkah pembelajaran melalui

pendekatan whole language dan hanya sedikit terlibat dalam proses pembelajaran.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat informasi kualitatif yang terjadi

terkait dengan tindakan. Hal-hal yang dicatat sangat banyak macamnya, misalnya

perilaku spesifik yang menjadi petunjuk adanya permasalahan atau petunjuk

untuk langkah berikutnya, catatan kualitatif juga dapat dipakai untuk menunjukan

kecenderungan perubahan yang bersifat positif atau negatif (Hermawan. R,

Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 189). Catatan lapangan dari observer dapat

digunakan peneliti untuk menyusun pembelajaran pada tahapan selanjutnya atau

siklus selanjutnya.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar atau elektronik

(Hermawan. R, Musjono, Suherman.A, 2010, hlm 187). Dokumentasi diperlukan

untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan yang dilakukan dikelas.

2. Pengolahan Data

a. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas siswa,

catatan lapangan, dan hasil dokumentasi dianalisis dengan analisis deskriptif

kualitatif. Pengolahan data dengan teknik kualitatif tersebut harus melalui

42

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa tahapan pengolahan menurut model Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2014, hlm. 337), yakni:

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan

anticipatory berupa tahapan membaca intensif hasil data yang telah diperoleh.

Setelah hal tersebut dilakukan barulah dilakukan tahapan proses pengolahan data

yang telah diperoleh dari hasil hasil observasi aktivitas siswa, catatan lapangan,

dan hasil dokumentasi yakni adalah sebagai berikut:

1) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu.

2) Data display (Penyajian Data)

Dalam penelitian Kuantitatif dapat disajikan dalam bentuk tebel, grafik, phie

chard, ptictogram dan sejenisnya. Sehingga data terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, dan akan semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif

yang paling sering digunakan dalam menyajikan data kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.

3) Conclusion Drawing/ verification

Menurut Miles and Huberman langkah selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila yang

dikemukakan pada tahap, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sat

oeneliti kembali ke lapangan mengumpilkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan yang kredibel.

b. Pengolahan Data Kuantitatif

Pengolahan data kuantitatif, yang datanya didapatkan dari proses

pembelajaran, berasal dari lembar kerja siswa ketika proses pembelajaran jika

adanya tes tertulis yang di lakukan tes tersebut hanya sebagai penunjang dalam

proses penilaian, bukan sebagai hasil utama yang diproses. Pemerolehan data

dilakukan dengan pemberian skor siswa rentan 1 hingga 4. Hal tersebut

merupakan adaptasi penskoran proses pembelajaran membaca dari proses

43

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penilaian tahapan membaca (Abidin, 2012. Hlm 142-148). Dengan kriteria skor

pada setiap indikator ialah sebagai berikut:

1) Indikator 1: Tahap Prabaca (Membuat Prediksi Bacaan)

Skor 4: Siswa mampu membuat prediksi yang disusun secara sistematis,

berfokus pada wacana, dan lengkap.

Skor 3: Siswa mampu membuat prediksi yang disusun secara sistematis,

berfokus pada wacana, tetapi kurang lengkap.

Skor 2: Siswa mampu membuat prediksi tetapi disusun berfokus pada wacana,

tetapi kurang lengkap dan kurang sistematis.

Skor 1: Siswa belum mampu membuat prediksi bacaan dari judul yang telah

ditentukan.

2) Indikator 2: Tahap Saat Baca (Menentukan Ide Pokok)

Skor 4: Siswa dapat menentkan ide pokok dengan benar dan tepat.

Skor 3: Siswa dapat menentukan ide pokok akan tetapi kurang tepat.

Skor 2: Siswa dapat menentukan ide pokok karena kemiripan kalimat tetapi

kurang tepat.

Skor 1: Siswa belum mampu menentukan ide pokok dari suatu bacaan.

3) Indikator 3: Tahap Pasca Baca (Kemampuan Membuat Kesimpulan)

Skor 4: Siswa dapat membuat kesimpulan sesuai dengan urutan peristiwa,

berfokus pada wacana, dan lengkap.

Skor 3: Siswa dapat membuat kesimpulan tetapi kurang sesuai dengan urutan

peristiwa, berfokus pada wacana tetapi kurang lengkap.

Skor 2: Siswa dapat membuat kesimpulan yang berfokus pada wacana, tetapi

kurang sesuai dengan urutan peristiwa dan kurang lengkap.

Skor 1: Siswa tidak dapat membuat kesimpulan.

4) Indikator 4: Tahap Pasca Baca (Menggali Informasi Lanjutan)

Skor 4: Siswa dapat menggali informasi yang berfokus pada wacana dan

lengkap.

Skor 3: Siswa dapat menggali informasi yang berfokus pada wacana tetapi

kurang lengkap.

Skor 2: Siswa dapat menggali informasi tetapi kurang berfokus pada wacana

dan kurang lengkap.

44

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor 1: Siswa tidak dapat menggali informasi lanjutan.

5) Indikator 5: Tahap Pasca Baca (Mengomunikasikan Kembali)

Skor 4: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan

isi bacaan, lengkap, dan sistematis.

Skor 3: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan

isi bacaan, lengkap, tetapi kurang sistematis.

Skor 2: Siswa berani mengomunikasikan kembali informasi, dan sesuai dengan

isi bacaan, tetapi kurang lengkap, dan kurang sistematis.

Skor 1: Siswa tidak dapat/ tidak berani mengomunikasikan kembali isi bacaacn

yang ia baca.

6) Indikator 6: Tahap Pasca Baca

Skor 4: Apabila jawaban benar , tepat dan sesuai dengan teks informasi serta

jawaban memuat informasi yang lengkap.

Skor 3: Apabila jawaban benar, tepat dan sesuai dengan teks informasi tetapi

memuat informasi yang kurang lengkap.

Skor 2: Apabila jawaban memuat hal yang benar tetapi kurang sesuai dengan

informasi.

Skor 1: Apabila menjawab tetapi memuat jawaban yang salah.

Skor 0: Apabila siswa tidak menjawab pertanyaan.

Pengolahan data kuantitatif dapat diolah melalui beberapa tahapan yaitu:

1) Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

X= Jumlah aktivitas yang terlaksana x 100%

Jumlah seluruh aktivitas

Keterangan: X= Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa

2) Menghitung Persentase Ketercapaian Indikator Membaca Pemahaman

Berikut adalah rumus menghitung presentase ketercapaian indikator

membaca Pemahaman yang diadaptasi dari Aksiwi dan Sagoro (2014, hlm. 43):

%AB = ∑𝒙

𝒚 x100%

%AB = Presentase Ketercapaian Indikator Membaca Pemahaman

∑𝑥 = Total skor yang diperoleh siswa

𝑦 = Skor maksimal dari indikator

45

Riska Fauziah, 2016

PENERAPAN WHOLE LANGUAGE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

PEMAHAMAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menentukan Kriteria Membaca Pemahaman Siswa

Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa x100%

Jumlah Skor Maksimal

Skor maksimal dari enam indikator adalah 24. Sedangkan kriteria membaca

pemahaman terbagi dalam lima kriteria, hasil adaptasi dari penilaian dalam

pengajaran bahasa dan sastra (Nurgianto, 2009, hlm. 307-308), yang terdiri dari:

Kriteria Rentan Nilai

Sangat Baik 85-100

Baik 70-84

Cukup 55-69

Kurang 40-54

Perlu Bimbingan <40