Upload
ledang
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
71 Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan paradigma kualitatif dengan
metode penelitian studi kasus, karena dalam penelitian sosial tidak selalu dapat
digeneralisir seperti halnya ilmu eksak. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam
subjek penelitian. Seperti diketahui ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku
manusia yang bersifat dinamis karena dipengaruhi potensi-potensi berpikir, emosi,
pengalaman seseorang, kondisi sosial budaya, nilai-nilai yang berlaku dan dianut
akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
memahami permasalahan yang terjadi di kalangan penyalahgunaan narkotika,
aturan yang berlaku dalam komunitas mereka dalam situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap dan pandangan-
pandangan mereka. Penelitian ini mencoba mengamati kehidupan para pengguna
narkotika dan memahami secara lebih mendalam semua hal yang berkaitan
dengan kehidupan mereka selama kurang lebih delapan bulan.
Penelitian ini mencoba mengesampingkan semua prasangka dan berusaha
semampunya mencari informasi termasuk ungkapan-ungkapan perasaan, dan
harapan-harapan mereka. Guba dan Lincoln (1981:248) mengetengahkan tujuh
karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrument penelitian, yaitu:
72
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Sifatnya yang responsif
2. Adaptif
3. Lebih holistik
4. Kesadaran pada konteks tak terkatakan
5. Mampu memproses segera
6. Mampu mengejar klarifikasi dan mampu meringkas segera
7. Mampu menjelajahi jawaban ideosinkretik dan mampu mengejar pemahaman
yang lebih mendalam.
Penelitian kualitatif sebagaimana yang didefinisikan oleh Bogdan dan
Taylor (1975: 4), yaitu :
Refers to research procedures with procedure descriptive data : people‟s
own written or spoken words and the observable behavior. This approach,
direct itself at scvetting and the individuals within those setting and the
study, be it an organization or an individual, is not reduced to an isolated
variable or to a hypothesis, but is viewed instead as part of a whole.
Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang mau
piknik, ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi tentu belum tahu pasti apa
yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki latar/setting, dengan cara
membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berpikir dan melihat subjek
juga aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, serta melakukan wawancara. Pada
tahap observasi mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasa dan
ditanyakan. Semua informasi baru diperoleh masih dikenal serba sepintas. Setelah
terjun ke lapangan, proses selanjutnya adalah tahap reduksi / fokus. Pada tahap ini
semua informasi yang diperoleh dari tahap pertama direduksi. Tahap reduksi ini
berkaitan dengan menyortir data serta cara memilih mana data yang menarik,
penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan (Miles &
Huberman, 1986: 36). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data
tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai katagori yang ditetapkan
73
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebagai fokus penelitian. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan analisis yang
mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, menemukan tema dengan
cara memfokuskan data yang diperoleh menjadi suatu bangunan pengetahuan
yang baru. Hasil akhir dari penelitian ini, bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-
informasi yang bermakna.
Permasalahan sosial yang dipilih sebagai tema penelitian ini adalah sebuah
realitas sosial yang membutuhkan pemahaman sehingga dalam pengumpulan data
dilakukan wawancara secara langsung dan observasi untuk mencari pemahaman
tersebut. Paradigma penelitian kualitatif berpandangan bahwa realitas sosial tidak
dapat dipisahkan dari pikiran dan persepsi subjek (orang yang diteliti maupun
peneliti).
Realitas sosial merupakan hasil konstruksi manusia. Karena setiap orang
memiliki pandangan, pengalaman, atau makna yang berbeda tentang suatu
peristiwa maka mereka bebas melakukan konstruksi dan memberi interpretasi
tentang realitas secara subjektif. Untuk itulah penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif, dan untuk mengkaji masalah penelitian dipilih jenis studi
kasus. Hal ini disebabkan karena metode pemilihan kualitatif lebih manusiawi
bagi manusia sebagai instrument penelitian. Teknik pengumpulan data seperti
wawancara, observasi dan dokumentasi, juga analisisnya lebih merupakan
ekstensi dari perilaku manusia, seperti mendengarkan, berbicara, melihat,
berinteraksi, bertanya, minta penjelasan, mengekspresikan kesungguhan dan
74
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menangkap yang tersirat/tersembunyi (tacit knowledge.) Dari lapangan dapat
terungkap seberapa dalam informasi dan makna dapat dimunculkan. Dalam
paradigma ini memahami sebuah realitas tanpa membawa alat ukur.
Creswell (1998: 40) menjelaskan tentang studi kasus yang menunjuk
kepada kajian yang terikat waktu dan tempat tertentu, serta didukung bahan
kontekstual berkaitan dengan setting kasus tersebut. Data dikumpulkan dari
berbagai sumber untuk mengungkapkan gambaran mendalam mengenai kasus
tersebut. Studi kasus dapat juga dijelaskan sebagai eksplorasi tentang “sistem
terbatas” (bounded system) atau dapat juga beberapa kasus yang telah melewati
waktu tertentu, melalui pengumpulan data secara mendalam yang berasal dari
berbagai sumber informasi.
B. PEMILIHAN INFORMAN PENELITIAN
Teknik sampling adalah merupakan teknik pemilihan informan penelitian.
Untuk menentukan informan yang akan digunakan dalam penelitian ini yang
digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan informan yang akan menjadi sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mengenai keadaan yang sedang terjadi, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk menjelajahi
subjek / gejala yang diteliti.
75
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lincoln dan Guba (1985: 247) mengemukakan bahwa :
“Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling.
It is based on informational, not statistical considerations. Its purpose is to
maximize information, not to facilitate generalization”.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistic) sangat berbeda dengan
penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Dalam penelitian
kualitatif, penentuan sampel penelitian tidak didasarkan perhitungan statistik.
Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum,
bukan untuk digeneralisasikan.
Karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985: 247), dalam penelitian
naturalistik spesifikasi informan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Sedangkan
ciri-ciri khusus informan purposive, yaitu :
1. Emergent sampling design / sementara.
2. Serial selection of sample units / menggelinding seperti bola salju
(snowball).
3. Continuous adjustment or focusing of the sample / disesuaikan dengan
kebutuhan.
4. Selection to the point of redundancy / dipilih sampai jenuh.
Seperti telah dikutip di atas, besarnya informan purposif ditentukan oleh
pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 247)
bahwa : “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated
when no new information is forth-coming from newly sampled units; this
redundancy is the primary criterion”. Dalam hubungan ini Nasution (1988: 248)
menjelaskan bahwa penentuan unit informan (responden) dianggap telah memadai
76
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), ditambah
informan tidak lagi memberikan informasi yang baru, artinya bahwa dengan
menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.
Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar menguasai situasi sosial
yang diteliti (subjek), hal itu merupakan keuntungan, karena tidak memerlukan
banyak informan lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi
kepedulian dalam penelitian ini adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan
keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya informan sumber data.
(Miles & Huberman, 1986: 41-42)
Gambar 3.2. Proses pemilihan informan sumber data sampai kepada subjek
penelitian para pengguna dan mantan pengguna narkotika.
A
F
C
I
K
D
E
J
G
H
B
77
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan gambar 3.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa : peneliti telah
merencanakan A sebagai orang pertama dari data yang diperoleh. Informan
pangkal ini dipilih orang yang dapat “membukakan pintu” untuk mengenali
keseluruhan medan secara luas, atau memberikan petunjuk untuk mendapatkan
informan lain yaitu B. Selanjutnya dapat diperoleh informasi dari D, E, F dan
seterusnya dalam hal ini sebagai subjek penelitian. Setelah dirasa jenuh, maka
penelitian pun dihentikan karena sudah tidak dapat memberikan informasi
lainnya. Penelitian ini mengambil enam orang informan dari beberapa instansi,
yaitu Dinas Sosial, Kepolisian, Lembaga Permasyarakatan, Badan Narkotika
Kabupaten, Bappeda Kabupaten Indramayu, Panti Rehabilitasi, sebagai informan
pangkal. Informan pokok ada delapan orang para pengguna dan mantan pengguna,
yang kemungkinan akan bertambah sesuai keadaan di lapangan.
Wawancara dengan informan pangkal dan informan pendukung lainnya
sebagai perwakilan dari masyarakat yaitu pihak-pihak terkait dari Dinas Sosial,
Kepolisian, Badan Narkotika Kabupaten, dan Lembaga Pemasyarakatan, juga
dengan subjek penelitian dalam hal ini para korban penyalahgunaan narkotika di
lokasi penelitian yang dipilih. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data
yang akurat mengenai pengetahuan mereka tentang narkotika itu sendiri (termasuk
dampaknya yang akan diperoleh), latar belakang kehidupan sosial ekonomi
mereka, sampai dengan memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang sedang
mereka hadapi, demikian seterusnya, sehingga akan terjadi menggelinding seperti
bola salju (snowball).
78
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. INSTRUMEN DAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA
Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen
utama penelitian adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawancara secara
terbuka. Dalam hal ini, peneliti sebagai “human instrument” berperan sebagai
perencana, penentu fokus penelitian, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,
penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Dalam melakukan kegiatan di lapangan peneliti menggunakan catatan
lapangan (field notes). Karena peneliti sebagai instrumen penelitian harus
berupaya semaksimal mungkin bersikap dan berperilaku sebagai berikut : (1)
mengkoordinir pengambilan informasi dari subjek penelitian, (2) menghindari
perilaku dan pembicaraan yang tidak pasti tentang kepribadian yang menjadi
subek penelitiannya, (3) menghindari kompetisi dengan subjek penelitian, (4)
bersikap jujur, dan (5) menjaga kerahasiaan data yang disampaikan.
Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat
kepercayaan yang cukup meyakinkan sehingga hasil penelitian yang diperoleh
memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah) dengan teknik pengumpulan data lebih
79
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi baik data primer (data utama)
maupun data sekunder (data penunjang).
1. Observasi (pengamatan)
Nasution (1982: 123) mengatakan bahwa: “observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam
kenyataannya”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan
memahami makna dari perilaku tersebut.
Dengan demikian, bahwa instrumen penelitian ialah peneliti itu sendiri,
yang terlebih dahulu perlu sepenuhnya memahami dan adaptif dalam situasi
(Garna, 1990: 5). Dari pendapat Patton dalam Nasution (1988: 257), melalui
observasi, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga
memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang
diteliti yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas). Dalam hal
ini, peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas penyalahgunaan narkotika oleh
sekelompok orang yang ada di sekitar Kabupaten Indramayu. Untuk menjadikan
aktivitas penyalahgunaan narkotika tersebut sebagai sumber pembelajaran IPS,
maka dilakukan pengamatan secara mendalam terhadap para pengguna yang
masih mengkonsumsi narkotika dan menggali pengalaman langsung dari para
mantan. Data-data pendukung diperoleh antara lain dari Dinas Sosial Kabupaten
Indramayu, Polres Indramayu dan Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten
Indramayu.
80
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang efektif di
dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Wawancara
menggunakan komunikasi dua arah antara peneliti dan responden, yaitu pihak-
pihak yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti
mengadakan wawancara dengan para pengguna dan mantan pengguna, juga
dengan informan pangkal yang membukakan jalan kepada para pengguna, dengan
perwakilan masyarakat di Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, Polres Indramayu
dan Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Indramayu. Materi yang digali dalam
wawancara adalah segala hal yang berkaitan dengan penanganan penyalahgunaan
narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat, yaitu seputar keadaan
ekonomi, kebiasaan, status dan peran sosial orangtua, serta pertanyaan yang
bersifat pribadi mengenai kehidupan masa lalu, mengapa dan kapan mulai
menggunakan narkotika.
Penjelasan di atas sejalan dengan Esterberg (2002) yang mendefinisikan
wawancara sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information
and idea through question and responses, resulting in communication and joint
construction of meaning about a particular topik”. Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan gagasan melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data saat
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan
81
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang akan diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
Dalam wawancara, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur
(unstructured interview). Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanya.
Hasil wawancara yang relevan dijadikan sumber dan dikemas menjadi
materi pembelajaran IPS. Perolehan data terbanyak sebagai sumber pembelajaran
yaitu hasil wawancara dengan para mantan pengguna yang telah menjalani
program rehabilitasi sehingga lebih dapat memberikan relevansi dan pemahaman
positif bagi para siswa.
3. Studi dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan
teknik studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk melengkapi data / informasi
yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, dengan cara menelusuri,
mempelajari dan mendalami berbagai dokumen yang bersifat permanen dan
tercatat agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Data-data yang
82
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain laporan ungkap kasus narkotika dari
Kepolisian Kabupaten Indramayu dan Undang-undang Narkotika No 35 tahun
2009.
4. Administrasi Pembelajaran IPS
Peneletian ini melakukan teknik pengumpulan data primer terhadap kasus,
serta menganalisis pembelajaran IPS yang dilaksanakan di sekolah. Setelah
melakukan sejumlah observasi dan wawancaraca dengan para informan serta
mengkaji beberapa dokumentasi, penelitian dilanjutkan dengan melakukan uji
coba kepada siswa di dalam kelas untuk materi-materi yang telah diteliti. Aplikasi
di sekolah dengan mebuat rancangan soal-soal pemahaman berikut analisis
kelompok atas dan bawah serta dan analisis butir soalnya. Untuk mengukur
pemahaman diberikan soal-soal yang sama saat pretest dan posttest, yang diambil
dan dikembangkan dari hasil wawancara dengan para informan pokok dan
informan pangkal. Adapun materi yang dianalisis dalam soal adalah permasalahan
seputar narkotika, seperti dampak dan pencegahan serta sedikit mengupas tentang
undang-undang narkotika. Pembelajaran IPS yang dilakukan meliputi proses
kegiatan secara runtut mulai dari perencanaan dengan mempersiapkan rencana
pembelajaran dengan materi yang telah diteliti yaitu penyalahgunaan narkotika
sebagai penyimpangan sosial, melakukan proses kegiatan inti dengan metode dan
strategi yang relevan, dan melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil dari
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, dilakukan penanaman pendidikan nilai-nilai yang diperlukan bagi
83
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
siswa agar terhindar dari perilaku penyimpangan sosial yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan narkotika.
D. TAHAP PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan untuk keperluan studi ini adalah berbagai hal
mengenai :
1. Latar belakang umum dan psikologis subjek penelitian, mengenai beberapa hal
yang menyangkut kehidupan pribadi mereka, seperti :
a. Kondisi keluarga.
b. Masa lalu kehidupannya.
c. Saat pertama kali mulai mencoba narkotika.
d. Latar belakang (alasan) menggunakan narkotika.
e. Reaksi/tanggapan keluarga setelah mengetahui subjek terlibat narkotika.
f. Subjek memikirkan atau tidak resiko yang akan diterimanya setelah terjun
dalam dunia gelap narkotika.
g. Subjek menikmati/menyenangi/membiarkan keadaannya.
2. Latar belakang sosial-ekonomi subjek penelitian, mengenai kondisi keluarga
dan diri sendiri, seperti :
a. Pekerjaan dan penghasilan keluarga (orang tua)
b. Status sosial orang tua atau keluarga di masyarakat
c. Pendidikan dan keterampilan subjek penelitian
84
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Latar belakang kultural subjek penelitian, mengenai lingkungan tempat mereka
berasal dan dimana mereka tinggal, seperti :
a. Kebiasaan atau budaya yang sudah berlangsung di lingkungan subjek
penelitian.
b. Suasana dan hubungan antar keluarga di rumah.
c. Pergaulan di antara sesama anak-anak dan remaja.
d. Sikap dan tindakan dari masyarakat terhadap kegiatan para pengguna
narkotika.
Untuk memperoleh data yang diharapkan, dilakukan tahap seperti yang
dilakukan oleh Miles & Huberman (1986: 38) menjelaskan tahapan pengumpulan
data dalam melakukan penelitian yaitu pertama selalu dimulai dari lokasi
penelitian dengan melakukan observasi yang diperkuat melalui wawancara
dengan para subjek penelitian. Dengan terjun langsung ke lokasi, dapat melihat
bagaimana subjek berinteraksi sosial dengan lingkungan sosio-kulturalnya seperti
keluarga, sekolah, dan peer groupnya. Observasi dilakukan terus menerus baik
sebelum maupun sesudah wawancara dilakukan. Selanjutnya adalah melakukan
pencatatan (record) dari semua peristiwa utama yang telah terjadi. Selain
pengumpulan data-data primer (utama), juga melakukan pengumpulan data-data
sekunder (penunjang), melalui studi dokumentasi dan literatur dari laporan-
laporan dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan penyalahgunaan
narkotika khususnya yang terjadi di Kabupaten Indramayu.
85
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. VALIDITAS
Guba dalam Noeng Muhadjir (1996: 126) menjelaskan ada tiga teknik
untuk menguji terpercayanya temuan, yaitu: a) memperpanjang waktu tinggal
dengan mereka, b) observasi lebih tekun, dan c) menguji secara triangulasi.
Sedangkan Creswell (1997: 213) menyatakan, “He expands on two procedural
concept: triangulation and member checking. He suggest that triangulation of
information-searching for convergence of information-relates directly to “data
situations” in developing in a case study..
Untuk tingkat kredibilitas setiap informasi yang diperoleh dalam penelitian
ini mesti mendapatkan pembenaran dari sumber informasinya maupun sumber
lain. Untuk itu dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Informasi yang terkumpul dalam catatan lapangan melalui wawancara,
dikofirmasikan secara langsung kepada responden untuk memperoleh
pembenaran juga koreksi atau kritik, dan responden lainnya memungkinkan
lebih lengkapnya dan menjamin keabsahan informasi tersebut. Tahap ini
biasanya disebut tahapan member check yang dilakukan untuk memeriksa
kebenaran data. Member check merupakan kegiatan yang tidak dapat
diabaikan, karena merupakan langkah pengecekan ulang data yang telah
diperoleh peneliti dari responden.
2. Kegiatan berikutnya adalah menginformasikan hasil penelitian sementara
kepada sumber data untuk memperoleh kebenaran data dan informasi, juga
86
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk mendekati ketuntasan bagi pengelolaan data selanjutnya. Kemudian
melakukan triangulasi dengan teman sejawat untuk memperoleh respons dan
kritik ilmiah. Menurut Nasution (1996: 32) “triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu di luar data
sebagai pembanding yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan
data.”
3. Dari data yang dikumpulkan baru dianggap baik dan valid manakala ada
penguat, untuk itu peneliti melakukan bimbingan dan meminta tambahan
rujukan dari para pembimbing sebagai expert opinion agar lebih menguatkan
untuk mengangkat kasus penyalahgunaan narkotika ini ke dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
F. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan
secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Analisis data kualitatif, Miles & Huberman (1986: 49) menyatakan bahwa:
“The ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them
from the beginning”. (Model yang ideal untuk pengumpulan data dan analisa
adalah peristiwa yang terjadi terhadap mereka dari awal). Sebagaimana lazimnya,
penelitian naturalistik diolah dan dianalisis sepanjang penelitian berlangsung, jadi
sejak studi pendahuluan dan tahapan pengumpulan data, analisis data sudah
87
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dilakukan, juga setelah selesai di lapangan. Kegiatan menganalisis data dalam
penelitian merupakan suatu pekerjaan penting untuk dilakukan, karena melalui
kegiatan tersebut peneliti akan mendapatkan makna terhadap data yang
dikumpulkan.
Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan kebenaran atau menolak
hipotesis yang dibuat sebelumnya melainkan membuat abstraksi ketika fakta-fakta
khusus terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama. Hal ini disebabkan karena
penulis mengamati situasi yang terjadi dan mengangkatnya menjadi suatu kasus
yang layak untuk diteliti dan dianalisis. Dalam hal ini Nasution (1988: 275)
menyatakan bahwa “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian.”
1. Analisis sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data
sekunder yang akan digunakan untuk fokus penelitian, antara lain dari Dinas
Sosial, BNK dan Polres Kabupaten Indramayu, namun demikian, fokus penelitian
itu masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan
selama berada di lapangan.
2. Analisis data di lapangan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada
88
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Respondennya adalah sumber data primer yaitu para pengguna
(dua orang wanita), mantan pengguna narkotika (enam orang pria) dan mantan
pengguna sekaligus pengedar eksnarapidana (satu orang pria). Bila jawaban
mereka setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, sehingga diperoleh data yang
dianggap kredibel. Miles and Huberman dalam Moleong (2007: 287),
mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data itu adalah reduction, data display dan
conclusion drawing/verification.
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :
(Sumber : Moleong,2007: 287)
Gambar 3.3. Komponen Analisis Data Model Interaktif
Data
Collection
Data
reduction
Data
Display
Conslusions:
Drawing/verifying
89
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti mengurangi, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, selanjutnya mencari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data, peneliti harus terus
berpegang pada tujuan utama yang akan dicapai dalam penelitian ini.
Dalam melakukan reduksi data, peneliti tetap mendiskusikannya dengan
para pembimbing sebagai „expert opinion‟ atau pakar di bidangnya seperti
yang penulis lakukan, sehingga dapat menambah wawasan untuk
mengembangkan pengembangan teori yang signifikan.
b. Data display (penyajian data)
Display data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan data berdasarkan
hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Selanjutnya peneliti
melakukan klasifikasi data dengan melakukan kegiatan menyusun,
memadatkan dan memasang informasi sesuai dengan jenis, karakteristik
dan bidang kajian. Kemudian peneliti menyusun draft. Pada awalnya
secara garis besar dan kasar, meliputi judul dan sub-judul, selanjutnya
diperhalus sesuai dengan langkah-langkah a) Menggolongkan data, b)
Memilah-milah data primer, sekunder dan lainnya, c) Memilih data yang
tingkat keterhandalannya tinggi dari yang tingkat keterhandalannya
rendah, d) Mencari data pendukung bagi data yang tingkat
90
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
keterhandalannya rendah. Data display ini dilakukan untuk mempermudah
melihat gambaran penelitian secara menyeluruh atau bagian-bagian
tertentu dari hasil penelitian. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, flowchart dan sejenisnya. dalam penelitian ini
penulis menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion drawing/verification
Peneliti melakukan verifikasi atau memberi makna dari data yang
dikumpulkan. Pemberian penafsiran atau makna ini dihubungkan dengan
konsep pendukung berkenaan dengan upaya penanganan penyalahgunaan
narkotika sebagai penyimpangan sosial masyarakat. Verifikasi dilakukan
dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hipotesis dan
sebagainya. Kesimpulan awal penelitian masih bersifat sementara, karena
masih sangat tentatif dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih
mantap, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung.
3. Analisis data setelah selesai dari lapangan
Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan
menetapkan seeorang informan kunci “key informan” yang merupakan informan
yang mampu dipercaya untuk “membukakan pintu” kepada peneliti untuk
memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada
informan dan mencatat hasil dan menganalisisnya. Selanjutnya peneliti
mengajukan pertanyaan kontras dengan tema-tema sosial budaya yaitu “apakah
91
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
selama ini pembelajran IPS telah mampu memberikan pemahaman mengenai
bahaya penyalahgunaan narkotika kepada para siswa?” Kemudian menuliskan
laporan hasil penelitian.
G. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN
Tahap penelitian yang dimaksud disini adalah aktivitas yang dilakukan
secara berurut dari awal sampai akhir penelitian, yang nantinya memberikan
gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data,
analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan penanganan
penyalahgunaan narkotika sebagai penyimpangan sosial masayarakat di
Kabupaten Indramayu.
Secara umum tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini ada empat
tahap, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2004:85), yaitu :
1. Tahap pralapangan
Pralapangan adalah kegiatan awal yang dilakukan pada penelitian, meliputi
tujuh kegiatan: (1) menyusun rancangan penelitian atau usulan penelitian, (2)
memilih lapangan penelitian untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan
kenyataan yang ada di lapangan, (3) mengurus perizinan untuk pelaksanaan
penelitian, (4) menjajagi dan menilai keadaan lapangan atau orientasi lapangan,
(5) memilih dan memanfaatkan informan, (6) menyiapkan perlengkapan
penelitian, dan (7) persoalan etika penelitian.
92
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahapan pekerjaan lapangan atau pelaksanaan studi adalah kegiatan yang
dilakukan peneliti di lokasi penelitian, yakni pengumpulan data melalui teknik-
teknik yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur penelitian dan kondisi
lapangan, meliputi: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2)
memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. Kegiatan
ini dilakukan di SMP N 3 Balongan. Dalam melakukan penelitian ini,
dikembangkan berbagai macam rubrik penelitian yang nantinya dapat membantu
pelaksanaan proses pembelajaran dari sekolah. Peneliti mencoba menuangkan
hasil penelitian ini untuk dijadikan sumber dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model reflective inquiry yang mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan atau decision making skill. Kemampuan ini berfungsi saling
melengkapi dengan kemampuan memecahkan masalah atau problem solving. yang
dikembangkan dalam pengajaran ilmu sosial yang berorientasi pada karakter ilmu
sosial.
3. Tahap analisis data
Proses analisis data dimulai dengan menela’ah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen pribadi dan
dokumen resmi. Data yang telah terkumpul tersebut diolah sesuai dengan kaidah
pengolahan data yang relevan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil
wawancara yang diperoleh dari para informan lalu mengemasnya ke dalam soal-
93
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
soal katagori pemahaman (C2) yang akan diberikan kepada siswa dalam
pembelajaran di kelas.
4. Tahap penulisan laporan
Penulisan laporan hasil penelitian tidak terlepas dari keseluruhan tahapan
kegiatan dan unsur-unsur penelitian. Pada tahap ini mengadakan pengumpulan
data, analisa data dilakukan secara terus-menerus selama proses penelitian sampai
data yang diperlukan terkumpul, pengolahan data berupa laporan awal setelah
membandingkan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data sebagai
laporan akhir yang dilakukan setelah data yang diperlukan lengkap terkumpul.