Upload
vantruc
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB III
METODE PERANCANGAN
Target yang ingin di capai dalam perancangan alat pirolisis adalah alat ini
dapat mengkonversikan limbah plastik tipe polypropylene (PP) & polyethylene (PE)
dan menentukan dimensi yang efektif dalam keseluruhan alat pirolisis ini terdiri
dari 3 bagian, yakni tungku biomassa, reaktor, dan kondensor.
Tahapan-tahapan dalam perancangan alat pirolisis :
3.1 PERANCANGAN TUNGKU BIOMASSA
Prosedur perancangan tungku dapat dilihat pada Gambar 3.1 analisis
kebutuhan bakar ini dibagi dalam dua tahap, yaitu steady state dan un-steady state.
Tahap steady state adalah perhitungan kebutuhan bahan bakar untuk melakukan
pirolisis plastik. Tahap un-steady state adalah perhitungan kebutuhan bakar untuk
memanaskan reaktor sebelum panas dapat mencapai bahan plastik.
Tungku yang dirancang menggunakan batu bata, pasir, semen, dan kawat
sebagai pemisah antara ruang bakar dan penampung abu. Bagian-bagian dari
tungku beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 1 Bagian-bagian tungku dan fungsinya NAMA BAGIAN FUNGSI
Ruang pembakaran Tempat terjadinya pembakaran biomassa
Ruang penampung abu Tempat menampung abu sisa pembakaran
Lubang pemasukan Lubang untuk memasukan bahan bakar kayu dan udara
dengan blower
Cerobong Tempat pengeluaran gas buang dari pembakaran
Dudukan reaktor Tempat penyangga reaktor
Untuk mengetahui jari-jari tungku biomassa dapat ditentukan dengan
menggunakan Persamaan (1) (Clesmens, 1984)
2
𝑟 = (
𝑚𝑝𝑃𝑝
𝜋. 𝑟𝑠𝑟ℎ
)1/3
Untuk mengetahui tinggi tungku biomassa dapat ditentukan dengan
Persamaan (2) (Clesmens, 1984)
ℎ = (𝑟
𝑟𝑠𝑟ℎ
)
Dimana :
r = jari-jari (m)
𝑝𝑝 = kapasitas plastik (kg/m3)
h = tinggi tungku biomassa (m)
𝑚𝑝 = massa pascal (kg.m3)
rs = tebal (m)
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan pemutusan rantai molekul plastik
adalah 12145,4 cal/mol (Ramadhan, 2015). Sehingga energi (E) yang dibutuhkan
untuk memutuskan rantai molekul 100 kg plastik adalah 181486,04 kJ. Bahan bakar
yang di gunakan adalah limbah kayu ulin memiliki nilai kalor adalah 4576 kal/gr.
Untuk mengetahui massa 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 yang dibutuhkan untuk melakukan pirolisis
dapat dihitung dengan mengunakan Persamaan (3) (Demiral, 2012)
Tahap un- 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑑𝑦 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 untuk melakukan analisis diperlukan data massa
reaktor kosong. Massa reaktor kosong dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan (4) - (7) (Clemens, 1984).
V1 = 𝜋∗ (((r . x)2) * (h – x)
Vo = 𝜋∗ (r2) * t
Vt = Vo - V1
Mr = p * vt
3
Gambar 3. 1 Diagram alir perancangan tungku biomassa
Dimana :
V1 = volume dalam reaktor ( m3)
Vo = volume luar reaktor ( m3)
Vt = volume total bahan reaktor ( m3)
mr = massa reaktor ( kg )
𝜌 = massa jenis ( kg/ m3) mu = massa udara (kg)
mss = massa steady state (kg)
uss = massa up- steady state (kg)
lu = laju udara (kg/jam)
Massa reaktor yang dibutuhkan didapatkan kalor yang dibutuhkan (Q) untuk
memanaskan reaktor dapat diperhitungkan dengan menggunakan Persamaan (8)
(Holman, 2010).
A
Kapasitas Reaktor
Penentuan massa bahan bakar Up-steady state
Nilai kalor kayu
Energi aktivasi
pirolisis plastik
Penentuan total massa bahan bakar
Penentuan masa bahan bakar Steady - State
𝑚𝑠𝑠 =𝐸
𝑛𝑘
B
𝑢𝑠𝑠 =𝑄
𝑛. 𝑘
𝑚𝑡 = (𝑚𝑠𝑠 + 𝑢𝑠𝑠 )/25%
mt = (𝑚𝑠𝑠 + 𝑢𝑠𝑠 )/25%
4
Q = 𝑚𝑟 . 𝑐𝑝 . ∆𝑇
Dimana :
cp = kalor jenis (kJ/kg.K)
∆𝑇 = perbedaan suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar-kalor
Sehingga massa bahan bakar tahap up-steady state dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (9) (Demirel, 2012).
𝑢𝑠𝑠 =𝑄
𝑛.𝑘
Massa bahan bakar total (mt) dapat dihitung dengan Persamaan (10). Daya
tungku dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (11) (Holman, 2010).n
mt = (𝑚𝑠𝑠 + 𝑢𝑠𝑠 )/25%
dt = 𝑚𝑟 .𝑛𝑘
𝑡
5
3.2 REAKTOR
Gambar 3. 2 Diagram alir perancangan reaktor
B
Bahan reaktor
Penentuan badan reaktor
𝑣 =𝜋
4 . 𝑑2. 𝑡
Penentuan tutup reaktor
𝑟
𝑠= 𝑐𝑜𝑠 35°
Perhitungan daya tahan dinding reaktor
𝑡𝑏 =𝑃. 𝐷
2𝜎𝑡 ቀ1 +𝐷𝐿 ቁ
Proses rambat panas
𝑞 = −𝑘. 𝐴 ቀ 𝑟
𝑠ቁ
Volume uap pirolisis
𝑣𝑚 = 100 𝑥 60 %
Panas spesifik fluida
Q = 𝑚𝑡. 𝐶𝑝. ∆𝑡
Tekanan uap akibat temperatur
𝑃 = 𝜌. 𝑅. 𝑇
C
Penggolahan data
6
3.2.1 Bahan Reaktor
Reaktor yang di rancang terbuat dari bahan stainless steel 304, hal ini
dikarenakan stainless steel memiliki titik leleh yang tinggi dan tahan karat. Bagian-
bagian dari reaktor berserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 2 Bagian-bagian reaktor dan fungsinya
BAGIAN FUNGSI
Badan reaktor Tempat berlangsungnya proses pirolisis
Tutup reaktor Menutup reaktor
Insulasi Mencegah kehilangan panas ke lingkungan
Lubang pengeluaran Mengalirkan gas ke kondensor
Lubang kontrol Menjaga tekanan dalam reaktor tidak terlalu tinggi dan
mengecek sisa bahan plastik dalam reaktor
3.2.2 Badan reaktor
Prosedur penentuan dimensi tabung reaktor dapat dilihat pada Gambar 3.2
Penentuan dimensi reaktor berdasarkan densitas dari bahan plastik yang telah
dipotong dengan ukuran 3 x 4 direncanakan diameter reaktor 50 cm dan tinggi (t)
reaktor di tentukan dengan persamaan :
𝑣 =𝜋
4 . 𝑑2. 𝑡
Dimana :
𝑣 = Volume reaktor (m3) d = Diameter reaktor (cm)
t = Tinggi reaktor (cm)
Untuk menentukan luas tabung reaktor dengan persamaan :
Menentukan luas selimut tabung reaktor : 2𝜋𝑟𝑡
Menentukan luas alas tabung reaktor : 𝜋𝑟2
Menentuksn luas tabung reaktor : 𝐿𝑠 + 𝐿𝑎
Dimana :
𝑟 = jari-jari (cm)
𝐿𝑎 = luas alas (cm)
𝐿𝑠 = luas selimut (cm)
7
3.2.3 Tutup Reaktor
Tutup reaktor berfungsi untuk menjaga tekanan di dalam ruang pemanasan
agar titik uap dari plastik dapat naik. Untuk menentukan dimensi pada tutup tabung
berbentuk kerucut perlu diameter 50 cm dengan kemiringan 35o, maka untuk
perhitungan dimensi sisi miring tutup tabung berdasarkan trigonometri dengan
persamaan :
𝑟
𝑠= 𝑐𝑜𝑠 35°
𝑠 =𝑟
𝑐𝑜𝑠 35°
Untuk selanjutnya menentukan luas selimut tutup tabung berbentuk kerucut
dengan persamaan :
𝐿𝑠 = 𝜋 𝑟 𝑠
3.2.4 Proses Rambat Panas Reaktor
Dalam perancangan ini menggunakan bahan stainless steel 304 dengan
ketebalan 2 mm. Panas api akan merambat dari tungku biomassa melalui media
tabung stainless steel untuk memanaskan limbah plastik. Proses penggantar panas di
sebut perpindahan panas secara konduksi.
Untuk mengetahui perpindahan panas konduksi dapa di hitung dengan
persamaan :
𝑞 = −𝑘. 𝐴 (𝑑𝑇
𝑑𝑥)
Dimana :
q = laju perpindahan panas konduksi (kJ/s)
k = konduksifitas termal stainless steel 304 = 0,01464 (kJ/s moC)
A = Luas permukaan (m2)
dT = Gradien suhu arah perpindahan panas (oC)
dx = ketebalan (m)
8
3.2.5 Volume Uap Pirolisis
Peristiwa berubahnya zat padat dari sampah plastik menjadi zat gas,
penguapan pada zat padat menjadi uap terjadi karena terdapat kalor yang diterima.
Untuk menetukan laju penguapan benda padat menjadi uap setiap detiknya waktu
yang di gunakan adalah 2 jam untuk menghasilkan bahan bakar dari proses pirolisis.
Menentukan laju aliran panas pirolisis dengan persamaan :
𝑚𝑢𝑎𝑝𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝑚𝑝𝑖𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 + 𝑚𝑢𝑎𝑝
2 𝑗𝑎𝑚
Menentukan jumlah panas pirolisis dengan persamaan (J.P
Holman,1994).
𝑄 = 𝑚𝑢𝑎𝑝𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙. 𝐶𝑝. ∆𝑇
Dimana :
𝑚𝑢𝑎𝑝𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = massa uap total (kg/s)
𝐶𝑃 = Kalor spesifik pada tekanan konstant (kJ/kg.oC)
∆𝑇 = Perbedaan temperatur (oC)
3.2.6 Tekanan Uap Akibat Temperatur
Tekanan uap akibat temperatur yang digunakan unutk memanaskan bahan
polimer tanpa oksigen. Perekahan dilakukan dengan temperatur 190oC = 190 + 273
= 463 oK. Dapat di hitung dengan persamaan (Riyanto Ssi, Termodinamika teknik):
𝑃𝑣 = 𝑚 𝑥 𝑅 𝑥 𝑇
𝑃 = 𝜌. 𝑅. 𝑇
Dimana :
𝜌 = Berat jenis solar (kg/m3)
T = Temperatur (oK)
P = Tekanan (kg/cm2)
R = Harga konstanta = 29,27 kg m/kgo
9
3.3 PIPA SALURAN UAP
Untuk merancangan pipa saluran uap perlu spesifikasi dari bahan pipa
tembaga yang akan digunakan, data spesifikasi bahan pipa sebagai berikut :
Jenis pipa : pipa tembaga type K
Ukuran pipa tembaga : 3/8
Tegangan tarik : 2249,8 kg/cm2
Laju aliran yang terjadi pada pipa saluran adala untuk menentukan proporsi
dan jumlah bahan yang mengalir masuk dan keluar proses. Dengan kata lain,
pengukuran laju aliran menunjukan beberapa banyak fluida yang digunakan atau
didistribusikan ke dalam proses (https://www.scribd.com/doc/79280175/Makalah-
Pengukuran-Laju-Alir-2A).
Untuk mengetahui laju aliran uap dalam pipa kondensor perlu bahan pipa
tembaga type K ukuran 3/8 inci, maka dapat di hitung dengan persamaan :
3.3.1 Aliran Uap Di Dalam Pipa
Di dalam pipa kondensor mengalir fluida kerja berupa uap, yang
mempunyai sifat-sifat, dengan persamaan :
𝑇𝑤 =𝑇𝑢𝑚 + 𝑇𝑢𝑘
2
Dimana :
Tw = temperatur rata-rata (oC)
𝑇𝑢𝑚 = temperatur uap masuk (oC)
𝑇𝑢𝑘 = temperatur uap keluar (oC)
3.3.2 Aliran Dalam Pipa Trianguler
Luas aliran dalam pipa (Aa) adalah luas dari pada kondensor trianguler
dengan persamaan :
10
𝐴𝑎 =𝜋
4. 𝑑𝑖
2
3.3.3 Kecepatan Aliran Uap
Untuk mengetahui kecepatan uap yang mengalir dalam pipa dengan
persamaan :
𝜇 =muap
𝜌 x A
Dimana :
𝜇 = Kecepatan (kg/s)
𝜌 = Densitas (kg/m3)
muap = Massa uap (m/s)
A = luas penampang
3.3.4 Koreksi Daya Tahan Pipa
Untuk memeriksa saluran uap agar tidak belah maka dengan persamaan :
𝑡𝑏 =𝑃.𝐷
2𝜎𝑡 ቀ1+𝐷
𝐿ቁ
3.3.5 Harga Harga Reynold Number (Re)
Menentukan harga Reynold Number (Re) dengan persamaan :
𝑅𝑒 =𝜌 𝑥 𝜇 𝑥 𝐷𝑖
𝜇
Dimana :
𝑅𝑒 = bilangan reynold
𝜌 = Densitas (kg/m3)
𝜇 = Viskositas dinamik (kg/s)
u = Kecepatan (kg/s)
𝐷𝑖 = Diameter dalam pipa (m)
3.3.6 Harga Angka Nusselt (NU)
Dari harga bilangan reynold (Re) diketahui bahwa aliran uap pipa adalah
aliran laminer/turbulen, maka angka nusselt dapat di hitung dengan persamaan :
11
B
Pengumpulan data
Pengolahan data
Perancangan APK
Keluaran
Selesai
Nu = (1,86). [(𝑅𝑒).(𝑃𝑟𝑢𝑎𝑝).(𝐷𝑖)
3]
1/3
Dimana :
Nu = Angka nusselt
Re = Bilangan reynold
Pr = Angka prandtl
𝐷𝑖 = Diameter
3.4 ALAT PENUKAR KALOR TIPE BEM
Dalam mendesain sebuah alat penukar kalor tipe BEM dengan aliran 1-1
pas, maksud dari alat tersebut. Ciri utama dari sebuah alat ini ialah berupa shell dan
tube. Alkran fluida 1-1 pas mempunyai arti bahwa yang mengalir sebanyak 1 kali
dalam shell dan 1 kali di tube. Untuk tipe BEM ialah huruf yang mempunyai arti
bagian pada alat penukar kalor, huruf B artinya bagian pada stationary head,
huruf E artinya nama bagian pada shell, sedangkan huruf M artinya nama bagian
pada read head. Untuk mengetahui besarnya koefisien perpindahan panas, luas
perpindahan panas. Dapat dilihat pada gambar 3.3 diagram alir perancangan .
Gambar 3. 3 Diagram alir perancangan APK
12
APK yang dirancang adalah kondensor tipe shell and tube. Shell yang
digunakan bahan pipa stainless stell sedangkan bagian tube menggunakan pipa
tembaga. Bagian-bagian kondendor beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 3 Bagian-bagian kondensor dan fungsinya
NAMA BAGIAN FUNGSI
Head Tempat gas masuk
Tube Tempat pertukaran panas
Shell Tempat penampung fluida pendingin
3.4.1 Laju Aliran
Untuk mengetahui laju aliran uap yang mengalir lewat pipa kondensor perlu
diketahui jumlah bahan yang mengalir masuk dan keluar proses. Dengan demikian
kata lain pengukuran laju aliran menjunjukan berapa banyak fluida yang digunakan
atau didistribusikan ke dalam proses.
Untuk mengetahui laju aliran uap dalam pipa kondensor perlu bahan pipa
tembaga type K ukuran 3/8 inci, maka dapat dihitung dengan persamaan:
Di dalam pipa kondensor mengalir fluida kerja berupa uap, yang
mempunyai sifat-sifat dengan persamaan (J.P Holman):
𝑇𝑤 =𝑇𝑢𝑚 + 𝑇𝑢𝑘
2
Dimana :
𝑇𝑤 : Temperatur rata-rata (oC)
𝑇𝑢𝑚 : Temperatur uap masuk (oC)
𝑇𝑢𝑘 : Temperatur uap keluar (oC)
Luas aliran dalam pipa (𝐴𝑎) adalah luas dari kondensor pada kondensor
trianguler picth dengan persamaan :
𝐴𝑎 =𝜋
4. 𝑑𝑖
2
13
Untuk mengetahui kecepatan uap yang mengalir dalam pipa dengan
persamaan (J.P Holman, 1994) :
𝜇 =muap
𝜌 x A
Dimana :
𝜇 : Kecepatan (kg/s)
𝜌 : Densitas (kg/m3)
muap : massa uap (m/s)
A : Luas penampang (m2)
Menentukan harga Reynolds Number (Re) dari system yang dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan (24) (Holman, 2010).
𝑅𝑒 =𝑝 . 𝑉𝑔𝑎𝑠 . 𝑑
𝜇
Dimana :
𝑅𝑒 = Bilangan Reynold
𝜌 = Densitas (kg/m3)
𝑣𝑔𝑎𝑠 = kecepatan gas
𝑑 = diameter (m)
𝜇 = Viskositas fluida (kg/m.s)
Karena alirannya adalah aliran laminar/turbulen maka, bilangan Nusselt
(Nu) dapat dicari dengan Persamaan (25) (Holman, 2010)
Nu = (1,86). [(𝑅𝑒).(𝑃𝑟𝑢𝑎𝑝).(𝐷𝑖)
3]
1/3
Dimana :
Nu = Bilangan Nusselt
𝑃𝑟 = Angka Prandtl D = Diameter (m)
L = Panjang (m)
𝑅𝑒 = Bilangan Reynold
ℎ𝑎𝑖𝑟 = Konduktifitas air (W/mK)
3.4.2 Konveksi Dalam Pipa
Proses perpindahan panas secara konveksi dalam perancangan ini karena
proses pirolisis yang terkenan panas maka molekul-molekulnya akan bertambah
14
besar dan beratnya tetap, sehingga akan bergerak ke atas, gerakan ke atas ini akan
diikuti oleh gerakan uap plastik laiannya secara terus menerus sehingga terjadi
aliran uap karena panas. Dari persamaan-persamaan diatas, maka harga konveksi di
dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan (J.P Holman, 1994):
ℎ =𝑘. 𝑁𝑢
𝐷
Dimana :
D : Diameter dalam pipa (m)
k : Konduktifitas thermal (W/m2 oK)
Nu : Bilangan nusselts
3.4.3 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan
Koefisien perpindahan panas keselurahan pada kondensor dapat diketahui
dengan menggunakan Persamaan (26) (Holman, 1994).
𝑈 =1
1
ℎ𝑖+
𝐷𝑖,𝐼𝑛(
𝐷𝑜𝐷𝑖
)
𝐾+
𝐷𝑖ℎ𝑜
Dimana :
U = Koefisiensi perpindahan panas konveksi meyeluruhan (W/m2K)
ℎ𝑖𝑛 = Koefisiensi perpindahan panas konveksi bagian dalam (W/m2K)
ℎ𝑜𝑢𝑡 = Koefisiensi perpindahan panas konveksi bagian luar (W/m2K)
3.4.4 Kondisi Aliran Searah Pada Kondensor
Perpindahan panas kondensor diharapkan keluar dalam bentuk liqud solar
kadar atom C12 – C17 dengan temperature 21oC dari temperatur 450oC. Beda
temperatur rata-rata untuk permukaan kalor aliran counter flow dapat dihitung
dengan persamaan :
∆𝑇𝑚 =(𝑇𝑢𝑘 − 𝑇𝑎𝑘) − (𝑇𝑢𝑚 − 𝑇𝑎𝑚)
𝐼𝑛[(𝑇𝑢𝑚 − 𝑇𝑎𝑘)/(𝑇𝑢𝑘 − 𝑇𝑎𝑚)]
Dimana :
𝑇𝑢𝑚 : Temperatur uap masuk
𝑇𝑢𝑘 : Temperatur uap keluar
𝑇𝑎𝑘 : Temperatur air keluar
15
𝑇𝑎𝑚 : Temperatur air masuk
3.4.5 Menentukan Panjang Pipa Kondensor
Pipa kondensor berfungsi sebagai penghubung antara pipa saluran uap
dengan alat penampung dan memisahlan cairan distilasi. Pipa kondensor tersebut
dari bahan tembaga tipe K karena jenis bahan ini merupakan bahan jenis logam
yang mudah menghantarkan panas.
Untuk menentukan luas permukaan perpindahan panas (A) dengan
persamaan :
𝐴 =𝑄
𝑈. ∆𝑇𝑚
Dimana :
Q : Laju perpindahan panas kalor persatuan waktu (kj/s)
U : Koefisen perpindahan panas keseluruhan (W/m2 oC)
∆𝑇𝑚 : Temperatur rata-rata (oC)
Untuk menentukan panjang pipa kondensor dengan persamaan :
𝐿 =𝐴
𝑛. 𝜋. 𝑑𝑜
Dimana :
𝐿 = Panjang ( m) A = Luar permukaan (m2)
𝑑𝑜 = Diameter luar
Menurut pertimbangan pipa diatas karena pipa jenis tembaga sangat baik
sebagai pipa kondensor karena mudah menghantarkan panas tujuan banyak pipa
dalam saluran kondensor adalah untuk memperluas permukaan sehingga uap
terbagai dengan jumlah pipa sehingga uap di dalam kondensor untuk proses
pendinginan dan keluar dengan temperatur yang di rencanakan atau maximal.