Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
105
BAB III
METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah metode analisis data yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasikan data yang
berwujud angka-angka untuk mengetahui perhitungan yang tepat bagi
instansi pemerintah dalam melakukan perencanaan dan penyusunan
anggaran dan peningkatan kinerja
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
yang berada di Kota Purwokerto. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi
penelitian karena lokasi tersebut mudah dijangkau, memiliki kondisi
sosial ekonomi yang relatif sama serta diharapkan dengan
menggunakan daerah tersebut sebagai lokasi penelitian, penulis dapat
memperoleh jumlah responden yang lebih banyak. Sasaran dalam
penelitian ini adalah wajib pajak yang terdapat diwilayah KPP Pratama
Purwokerto, Jalan Gerilya No. 567 Purwokerto 53143.
106
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama tujuh bulan dengan perincian
kegiatan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
No
JenisKegiatan
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1. Penyusunan Proposal
2. Penyusunan Instrumen
3. Pelaksanaan Penelitian
4. AnalisisData
5. Penyusunan Laporan
4. Teknik dan Penentuan Ukuran Sampel
a. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Menurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah
generlisasi, obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Peneliti ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif karena data yang
dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai data
laporan keuangan suatu perusahaan yang diteliti dengan
menggabungkan hubungan antara variabel yang terlibat
didalamnya, kemudian di interprestasikan dan diambil suatu
107
kesimpulan yang berkenaan dengan objek tersebut baik berupa
angka-angka, tabel maupun gambar. Jumlah Sampel
Menurut Sugiyono (2014) sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi terdiri dari wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di
KPP Pratama Purwokerto per 31 Desember 2017 sebanyak
155.455 wajib pajak orang pribadi.
Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan purposive sampling, menurut
Sugiyono (2016) purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Penentuan
jumlah sampling menggunakan rumus Slovin yang diperoleh
sebanyak 100 responden,caranya dibawah ini :
=
1 + ( ) = 155.455
1 + 155.455(0,1) =155.4551.55455 = 100
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kuesioner yang disebarkan kepada responden yakni wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar dan sedang berada
lingkungan KPP Pratama Purwokerto.
b) Dokumentasi yang berasal dari KPP Pratama Purwokerto
yaitu berupa jumlah wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar dan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
108
5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari kuesioner tertutup
yang dibagikan yaitu kuesioner yang pilihan jawaban pertanyaan sudah
disediakan dan responden hanya mengisi dengan cara memberi tanda
terhadap pilihan jawaban yang sesuai dengannya dan jumlah wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar serta tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi atau biasa disebut dengan data sekunder.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara,
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data
sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002). Peneliti memperoleh
data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui
buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan
penerimaan pajak.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian
lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama
(data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian
adalah WP pribadi yang terdaftar di KPP tersebut diatas.
109
Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally
administered questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan
dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo,
2002).
Skala yang digunakan dalam tingkat pengukuran adalah
skala interval atau sering disebut skala LIKERT yaitu skala yang
berisi 7 tingkat prefensi jawaban. Skala likert dikatakan interval
karena pernyataan sangat setuju mempunyai tingkat atau prefensi
yang “lebih tinggi” dari setuju dan setuju “lebih tinggi” dari ragu-
ragu (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS
16.00 untuk memperoleh hasil perhitungan dari berbagai metode
yang digunakan dan dapat menganalisis perumusan masalah
penelitian. Masing-masing jawaban dari 7 alternatif jawaban yang
telah tersedia diberi bobot nilai (skor) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pengukuran Terhadap Variabel IndependenNo Jawaban Responden Skor
1 Sangat Setuju Sekali 7
2 Sangat Setuju 6
3 Setuju 5
4 Netral 4
5 Tidak Setuju 3
6 Sangat Tidak Setuju 2
7 Sangat Tidak Setuju Sekali 1
110
7. Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependent atau variabel terikat (Y) adalah
variabel yang variasinya dipengaruhi oleh variasi variabel
independent. Variabel ini sering disebut dengan variabel kriteria.
Variasi perubahan dependent ditentukan oleh variasi perubahan
variabel independent (Suliyanto, 2011). Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu Penggelapan Pajak (Y).
b. Variabel Independen (X)
Variabel Independent atau variabel bebas (X) adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab besar kecilnya
nilai variabel yang lain. Variabel ini sering disebut dengan variabel
predikator. Variasi perubahan variabel independent akan berakibat
terhadap variasi perubahan variabel dependent. (Suliyanto, 2011).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu sistem perpajakan (x1),
keadilan (x2), teknologi perpajakan (x3), biaya kepatuhan(x4), dan
kemungkinan terdektesi kecurangan (x4).
111
8. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara
pengukurannya.
A. Definisi Konseptual
1) Variabel Independen
a. Sistem Perpajakan (X1)
Sistem Perpajakan merupakan suatu sistem
pemungutan pajak yang merupakan perwujudan dari
pengabdian dan peran serta WP untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
diperlukan untuk pembiayaan penyelenggaraan Negara
dan pembangunan nasional.
b. Keadilan (X2)
1) Prinsip keadilan pajak menurut Siahaan (2010) yang
pertama didasarkan pada keadilan harus didasarkan
pada prinsip manfaat. Prinsip ini menyatakan bahwa
suatu sistem pajak dikatakan adil apabila kontribusi
yang diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan
manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah.
Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana yang
disediakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
112
2) Prinsip yang kedua mengacu pada prinsip keadilan
dalam membayar, menurut prinsip ini, perekonomian
memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu,
dan setiap wajib pajak diminta untuk membayar sesuai
dengan kemampuannya.
3) prinsip yang ketiga adalah bagaimana WP dikenakan
kewajibannya disesuaikan dengan keadilan horizontal
dan keadilan vertikal, yang mana WP yang memiliki
penghasilan yang sama akan disesuaikan pula dengan
pengenaan pajak yang sama, WP yang memiliki
penghasilan yang besar akan dikenakan kewajiban
perpajakan yang besar pula, demikian sebaliknya.
Ketiga prinsip yang dipaparkan tersebut harus
diterapkan dan dilaksanakan secara penuh terhadap
para WP, dimana dibutuhkan kesadaran yang besar dari
dalam WP sendiri untuk melaksanakan kewajibannya
dan sekaligus pengawasan dari pihak fiskus dalam
mensukseskan target penerimaan pajak Negara.
113
c. Teknologi Perpajakan (X3)
Teknologi perpajakan adalah penggunaan sarana
dan prasarana perpajakan dengan memanfaatkan ilmu dan
perkembangan teknologi serta informasi dibidang
perpajakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
perpajakan terhadap wajib pajak yang akan memenuhi
kewajiban perpajakan.
Ditjen Pajak telah memfasilitasi beragam aplikasi
modern untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban
perpajakan wajib pajak. Adanya pembaharuan di bidang
teknologi dan informasi yang berkaitan dengan sistem
pelayanan administrasi perpajakan, diharapkan dapat
mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sehingga tindakan tax evasion dapat
diminimalisir. Maka semakin tinggi dan modern teknologi
dan informasi perpajakan yang digunakan, semakin rendah
tax evasion yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan
oleh Permatasari (2013) mengenai minimalisasi tax
evasion menunjukkan indikasi nilai negatif yang bersifat
signifikan untuk variabel teknologi dan informasi
perpajakan.
114
d. Biaya Kepatuhan (X4)
Biaya Kepatuhan adalah biaya yang dikenakan
terhadap wajib pajak di luar pajak itu sendiri misalnya
biaya belajar tentang pajak,pengarsipan,dll.
Menurut Standford V.Berg (2005) menyatakan
biaya pajak kepatuhan (Tax Compliance Cost)
didefinisikan sebagai seluruh biaya yang diluar pajak
terutang yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam proses
pemenuhan kewajiban perpajakannya,mulai dari aspek
perpajakan dalam investasinya hingga saat menerima
putusan banding dan melunasi pajak terutangnya.
Besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam
berbagai literature disebut compliance cost. Idealnya
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam
rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak
memberatkan wajib pajak dan tidak menghambat wajib
pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Namun meskipun tidak memberatkan
wajib pajak faktor ini untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
115
e. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan (X5)
Pemeriksaan pajak dilaksanakan dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Porsentase kemungkinan suatu pemeriksaan
pajak dilakukan sesuai dengan aturan perpajakan untuk
mendeteksi kecurangan yang dilakukan wajib pajak
sehingga berpengaruh pada Tax Evasion. Ketika seseorang
menganggap bahwa porsentase kemungkinan
terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang
dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh
terhadap aturan perpajakan dalam hal ini berati tidak
melakukan penghindaran Pajak (Tax Evasion), karena ia
takut jika ketika diperiksa dan ternyata dia melakukan
kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk
membayar denda akan jauh lebih besar daripada pajak
yang sebenarnya harus ia bayar.
116
2) Variabel Dependen
a. Penggelapan Pajak (Y)
Mardiasmo (2009) mendefinisikan penggelapan pajak
(tax evasion) Adalah usaha yang dilakukan oleh wajib
pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang. Dikarenakan melanggar
undang-undang, penggelapan pajak ini dilakukan dengan
menggunakan cara yang tidak legal. Para wajib pajak
sama sekali mengabaikan ketentuan formal perpajakan
yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau
mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar.
117
B. Definisi Operasion
Tabel 3.3Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator SkalaPengukuran
SistemPerpajakan(X1)(Sumber:Supriyadi danSuminarsasi(2011) danNickerson etal (209))
Penerapan sistemperpajakansecaramenyeluruhkepadamasyarakat
1. Penggelapan pajakdianggap etis jikasistem perpajakanyang ada tidak adil2. Penggelapan pajakdianggap etis jikatarif pajak yangdikenakan olehWajib Pajak (WP)tidak sesuai dengantingkat penghasilanWP.3. Menurut saya,uang pajak yangterkumpul harusdikelola denganbijaksana.4. Menurut saya,prosedur sistemperpajakan yang adamemberikankemudahan oleh WPdalam menyetorkanpajaknya5. Menurut saya,Direktorat jenderalperpajakan (DitjenPajak) sudahmemberikansosialisasi yg baikuntuk kemudahanakses penyetoranpajak
Interval
118
Keadilan(X2)(Sumber:Supriyadi danSuminarsasi(2011) danNickerson etal (2009))
pemerintah dapatdikatakan adilapabila uangpajak yangdibayarkan olehmasyarakatdigunakan untukpengeluaranumum negara,selain itupengenaan danpemungutanpajak terhadapmasyarakatdiperlakukandengan sama.
1.Penggelapan pajakdianggap etismeskipun dana yangbersumber dari pajakdigunakan untukmembangun fasilitasumum yang bersifatpenting.2. Penggelapan pajakdianggap etismeskipun uang yangbersumber dari pajaktelah digunakansecara baik danbenar.3. Penggelapan pajakdianggap etismeskipun tarifpajaknya rendah.4. Penggelapan pajakdianggap etis jikaorang yang memilikipenghasilan tinggi,maka kewajibanperpajakannya jugatinggi.5. Penggelapan pajakdianggap etis jikapemerintah tidak adildalam penyusunanundang-undangperpajakan.6. Penggelapan pajakdianggap etis jikapihak fiskus atauDirektorat JenderalPerpajakan (DJP)tidak adil dalammelaksanakanketentuanperpajakan.
Interval
119
Teknologiperpajakan(X3)(sumber :Permatasaridan Laksito(2013) danArdyaksa(2014))
pemerintah harusmendukungpembentukanadministrasi E-systemperpajakan agardapat mulaimemperolehmanfaat daritingginya tingkatkepatuhan wajibpajak dan E-systemperpajakan harusdilaksanakanuntukmengurangipenyalahgunaanuang pajak.
1.SistemAdministrasiModern (e-System)dimanfaatkan untukkemudahanpemenuhankewajibanperpaajakan.2. Pembayaran pajaksecara on-linemudah dan cepat.3. Sistem pelaporanpajak secaraelektronikmemberikankemudahanpelaporan pajak.4. Complaint centermemberikankemudahan wajibpajak untukmenyampaikankeberatan dankeluhan pajak
Interval
BiayaKepatuhan(X4)( sumber :Kurniawatidan Toly(2014))
Apabila teoriPlanned Behaviordikaitkan denganfaktor biayakepatuhan, makaseorang individuyang menanggungbiaya kepatuhanyang besar danmemberatkanakan cenderungmelakukanpenggelapanpajak. Sebaliknya,apabila biayakepatuhan tidakterlalumemberatkan,maka individuakan cenderungmenghindaripenggelapanpajak.
1. Apakah jumlahuang yang dikeluarkan untukmembayar honorkonsultan pajakmemberatkan bagiWajib Pajak.2. Apakah jumlahuang yang dikeluarkan untukbiaya fotokopi(pengarsipandokumenperpajakan)memberatkan bagiWajib Pajak.
Interval
120
3. Apakah waktuyang terpakai untukmembaca peraturanperpajakan danmemahaminyamemberatkan bagiWajib Pajak.4. Apakah waktuyang terpakai untukpulang pergi keKantor PelayananPajak memberatkanbagi Wajib Pajak.5. Apakah rasacemas menungguhasil pemeriksaanmemberatkan bagiWajib Pajak.6. Apakah rasacemas menungguhasil pemeriksaanmemberatkan bagiWajib Pajak.
9. Teknik Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji
kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama
dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
Priyatno (2010) menjelaskan bahwa analisis deskriptif
menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti
121
mean, standar deviasi, variasi, modus, dll. Juga dilakukan
pengukuran skewness dan kurtosis untuk menggambarkan
distribusi data apakah normal atau tidak.
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini,
maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas
adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Menurut Ghozali
(2011) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kusioner tersebut. Pengujian
menggunakan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05. Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut:
1) Jika rhitung rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka
instrumen atau item-item pertanyaan berkolerasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid)
2) Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka
instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
(Priyatno, 2010).
122
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Menurut ( Ghozali, 2009)
menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu salah satunya yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah one shot pengukuran sekali saja, di sini
pengukurannya hanya sekali saja dan kemudian hasilnya di
bandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur kolerasi
antar jawaban pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan
menggunakan pengujian cronbach Alpha yaitu pengujian yang
paling umum digunakan. Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai cronbach Alpha > 0,60.
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini,
maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas dan
uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Data yang baik adalah data
yang berdistribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi
123
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik-t mengansumsikan
bahwa nilai residual yang mengikuti distribusi data normal.
Apabila nilai residual yang dihasilkan tidak terdistribusi secara
normal, maka uji statistik menjadi tidak valid.
Analisis grafik dilakukan dengan memperhatikan penyebaran
data (titik) pada Normal P Plotof Regression Standardizzed
Residual dari variabel independen, dimana:
a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Apabila pendeteksian normalitas hanya dengan cara
melihat grafik, maka hasil yang didapat akan menyesatkan dan
bias karena kemungkinan terlihat normal, padahal secara
statistik menunjukan ketidaknormalan dalam pendistribusian.
Oleh sebab itu, dalam pengujian normalitas selain dengan
analisis grafik harus dilengkapi dengan uji statistik. Pengujian
normalitas data secara statistik menggunakan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Nilai signifikansi dari
residual yang berdistribusi secara normal adalah jika nilai
asymp. Sig (2-tailed) dalam pengujian One-Simple
124
Kolmogorov-Smirnov Test lebih dari signifikansi 0,05. Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi
normal
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas pada
model regresi dapat dilihat dari toleranevalue dan variance
inflation factor (VIF). Berikut ini adalah dasar acuanya:
a) Jika nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF
10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas antar variabel independen dalam model
regresi.
b) Jika nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF
10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
multikolinieritas antar variabel independen dalam model
regresi.
125
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
tahun periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Apabila terjadi korelasi
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam penelitian ini
uji autokorelasi dilakukan dengan mengggunakan Uji Durbin-
Watson (DW test) untuk menguji autokorelasi dari model regresi
penelitian. Uji Durbin-Watson ini hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dan tidak ada variabel lag diantara variabel
independen (Ghozali, 2013).
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : Ada autokorelasi (r 0)
126
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, dapat
dilihat dari Tabel di bawah ini
Tabel 3.4
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Tolak 0 < d < dI
Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dI d du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dI < d <
4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du d
4 – Di
Tidak ada autokorelasi,
positif atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 –
du
127
Selain itu, uji autokorelasi dapat juga dilakukan dengan
menggunakan statistik non-parametrik, yaitu dengan Run
Test.Run testdigunakan sebagai bagian dari statistik non-
parametrik dan dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak
terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah
acak atau random (Ghozali, 2013). Model regresi dikatakan tidak
terjadi autokorelasi jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
maka disebut homoskedastisitas, jika tidak maka disebut
heteroskedastisitas.
128
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara mendeteksi ada
atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan Uji
White. Uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat
dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan
perkalian variabel independen. Uji ini dapat mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dengan cara melihat signifikansi masing-
masing variabel. Jika variabel independen signifikan secara
statistik lebih dari 0,05,dapat disimpulkan bahwa dalam data
model empiris tidak terdapat heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Regresi linear berganda yaitu suatu model liniear regresi yang
variabel dependennya merupakan fungsi liniear dari beberapa variabel
bebas. Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti
pengaruh beberapa variabel yang berkolerasi dengan variabel yang
diuji. Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai
pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen
maupun dalam telaah ilmiah. Analisis regresi berganda digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk pengolahan
datanya menggunakan aplikasi SPSS. Dengan rumus regresi berganda
yaitu:
129
Y= 1X1+ 2X2+ 3X3+ 3X4+ 3X4+e
Dimana:
Y = Etika Penggelapan Pajak
X1 = sistem perpajakan
X2 = Keadilan
X3 = Teknologi Perpajakan
X4 = Biaya Kepatuhan
X5 = Kemungkinan Terdektesi Kecurangan
a = Bilangan Konstanta (harga Y, bila X=0)
e = error yang ditolerir (5%
b. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien Determinasi (R ) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R yang kecil berati kemampuan
variasi variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berati
variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
130
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi R
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan
ke dalam model. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai adjusted R pada saat mengevaluasi
mana model regresi terbaik. Menurut Ghozali (2013), apabila
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R negatif maka nilai
adjustedR dianggap bernilai 0. Secara sistematis jika nilai R =
1, maka adjustedR = R = 1, sedangkan R = 0, maka adjustedR
= (1 - k)/(n - k). Jika k > 1, maka adjustedR akan bernilai negatif.
b. Uji F – Statistik
Uji F dilakukan untuk menguji secara keseluruhan pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kriteria
pengujiannya adalah jika F hitung >F tabel atau sig.< (0,05),
maka hal ini berarti variabel bebas mampu menjelaskan variabel
terikat secara bersama-sama. Jika F hitung >F tabel atau sig.< ,
maka hal ini berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak
mampu menjelaskan variabel terikatnya.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukan pengaruh
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2013). Pada uji t ini untuk mengetahui pengaruh
komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, intensitas asset tetap, intensitas
persediaan dan corporate risk.
131
1) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis 1
Ho: 1 0
Sistem perpajakan tidak berpengaruh negatif terhadap
persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak
Ha: 1< 0
Sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap persepsi
wajib pajak tentang penggelapan pajak
Hipotesis 2
Ho: 1 0
Keadilan tidak berpengaruh negatif terhadap persepsi
wajib pajak tentang penggelapan pajak.
Ha: 1< 0
Keadilan berpengaruh negatif terhadap persepsi wajib
pajak tentang penggelapan pajak.
Hipotesis 3
Ho: 1 0
Teknologi perpajakan tidak berpengaruh negatif terhadap
persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak
Ha: 1< 0
Teknologi perpajakan berpengaruh negatif terhadap
persepsi wajib pajak tentang penggelapan pajak
132
Hipotesis 4
Ho: 1 0
Biaya kepatuhan tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan
pajak.
Ha: 1 > 0
Biaya kepatuhan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan
pajak.
Hipotesis 5
Ho: 1 0
Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh
negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Ha: 1 < 0
Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak
mengenai etika penggelapan pajak.
133
2) Kriteria Signifikan
Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 (5%), dikatakan signifikan apabila
nilai signifikan 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% serta
derajat kebebasan (degree of freedom).
( ) ( )
Keterangan :
df : Degree of freedom
α : Alpha
n : Jumlah Sampel
k : Banyaknya variabel
3) Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian hipotesis 1,2,3,4, dan 5 adalah:
a. Ho diterima atau Ha ditolak apabila ttabel thitung
b. Ho ditolak atau Ha diterima apabila ttabel <thitung
Kriteria pengujian hipotesis 5 adalah
a. Ho diterima atau Ha ditolak apabila-ttabel thitung
b. Ho ditolak atau Ha diterima apabila -ttabel >thitung
134
4) Mencari Nilai t
Nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel tergantung atau tidak. Rumus t hitung sebagai
berikut:
ti=
Keterangan:
ti = Nilai t hitung
j = Koefisien Regresi
j = standar error atas koefisien regresi variabel
5) Menarik Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan kriteria pengujian,
menentukan hipotesis diterima atau ditolak.