Upload
vutuong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel/Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SDN 2 Cikoneng
dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. SDN 2 Cikoneng
terletak di Jln. Raya Cikoneng No. 146 Mandalika Cikoneng Ciamis dan SDN 4
Cikoneng terletak di Dusun Pasarsaptu Cikoneng Ciamis.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:117),“Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Menurut Margono (2010:118), ”Populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan”. Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian dengan kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam suatu ruang lingkup
dan waktu tertentu untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulan setelah
penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD pada Gugus 1
Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2012/2013. Gugus 1 terdiri
dari SDN 1 Cikoneng, SDN 2 Cikoneng, SDN 3 Cikoneng, SDN 4 Cikoneng,
SDN 1 Gegempalan, dan SDN 2 Gegempalan.
Sementara “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”
(Arikunto, 2006: 131). Margono (2010:121), “Sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”.
Jadi sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang digunakan untuk
penelitian. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili) karena apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Jenis sampel yang digunakan oleh peneliti adalah
Sampel Nonprobabilitas. Kategori sampel yang dipilih adalah sampling
31
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
purposive. “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2009:124). Sampel dalam penelitian ini yaitu
siswa kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng yang berjumlah 65 orang.
SDN 2 Cikoneng ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan jumlah 31 orang,
sedangkan SDN 4 Cikoneng ditetapkan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
34 orang. Peneliti memiliki pertimbangan dalam menggunakan sampel penelitian
yaitu karakteristik sekolah, prestasi yang diperoleh kedua sekolah dasar tersebut
dianggap sama, dan rekomendasi dari pihak yang memiliki otoritas di daerah
tersebut.
B. Desain Penelitian
Jenis desain metode penelitian dalam penelitian ini adalah Nonequivalent
Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control
group design, hanya saja pada desain ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol
tidak dipilih secara random. Kedua kelas ini diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
pretest yang baik bila nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
berbeda secara signifikan. Pola Nonequivalent Control Group Design dijelaskan
sebagai berikut.
Gambar 3.1: Pola Nonequivalent Control Group Design
Keterangan:
O1 dan O3 : Tes awal sebelum perlakuan (Pretest)
O2 dan O4 : Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)
X1 : Perlakuan (Treatment) menggunakan model Quantum Teaching
X2 : Perlakuan (Treatment) menggunakan model konvensional
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
E O1 X1 O2
K O3 X2 O4
32
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam desain ini, pretest adalah mengukur hasil belajar pengetahuan
prosedural siswa tentang gaya magnet sebelum pembelajaran (O1 dan O3 ).
Sedangkan posttest adalah mengukur hasil belajar pengetahuan prosedural siswa
tentang gaya magnet setelah pembelajaran (O2 dan O4). Pretest dan posttest
dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk pretest dilakukan
di awal pertemuan pertama saja, sedangkan posttest dilakukan di akhir setiap
pertemuan pembelajaran.
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:3), “Metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. “Metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan” (Sugiyono, 2009:107).
Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Quasi Experimental (eksperimen semu) jenis Nonequivalent Control
Group Design. Dikatakan eksperimen semu karena dalam hal ini variabel-variabel
lain yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian tidak dikontrol.
Pemilihan metode ini didasarkan pada alasan bahwa pada penelitian ini tidak
dilakukan randomisasi sampel serta sulitnya mendapatkan kelompok kontrol pada
penelitian yang melibatkan perilaku siswa dalam kelas yang benar-benar mampu
mengontrol variabel-variabel luar. Penelitian Quasi Experimental (eksperimen
semu) ini melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan
yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
Quantum Teaching, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak
diberi perlakuan yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model konvensional. Pembelajaran di kelas kontrol disesuaikan
dengan pembelajaran yang umumnya dilakukan oleh guru tersebut pada kegiatan
pembelajaran sehari-hari.
33
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2009:61) “variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Arikunto (2010 : 161) “variabel adalah obyek penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.”
Variabel-variabel dalam penelitian antara lain:
1. Variabel bebas/independent variable.
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel
penyebab” (Arikunto, 2010 : 169). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model Quantum Teaching.
2. Variabel terikat/dependent variable.
“Variabel terikat adalah akibat atau variabel yang dipengaruhi” (Arikunto,
2010:169). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan
prosedural siswa pada pembelajaran IPA.
Penjelasan istilah variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Model Quantum Teaching
Yaitu model pembelajaran yang mengorkestrasi bermacam-macam interaksi
yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-
unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Tahap-tahap
dalam model Quantum Teaching yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi, dan rayakan. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Quantum
Teaching digunakan perangkat pembelajaran untuk kelas V materi gaya magnet.
b. Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2006:68). Pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat
rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-
langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
Hasil belajar pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang keterampilan
34
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bidang tertentu dan algoritma, pengetahuan tentang teknik dan metode
dalam bidang tertentu, dan pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan
harus menggunakan prosedur yang tepat. Dalam hal ini peneliti mengambil satu
aspek saja yaitu pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik siswa di sekolah dasar dan
memperhatikan keluasan variabel.
Dimensi proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl (2010:100)
mencakup mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan
(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), mencipta (create).
Dalam penelitian ini dimensi proses kognitif yang digunakan yaitu mengingat
(remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply). Instrumen yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan prosedural berupa tes
objektif sebanyak 25 butir soal untuk kelas V materi gaya magnet. Tes yang
dilaksanakan ini berupa pretest dan posttest. Soal pretest sama dengan soal
posttest. Untuk pretest dilakukan di awal pertemuan pertama saja, sedangkan
posttest dilakukan di akhir setiap pertemuan pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:148) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati”. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Berikut dijelaskan macam-macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Instrumen Penelitian Utama/Primer
Instrumen penelitian utama/primer pada penelitian ini berupa soal tes hasil
belajar pengetahuan prosedural siswa kelas V semester 2 tentang gaya magnet
dalam bentuk tes objektif. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar
pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada ranah kognitif. Aspek
kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek mengingat (C1), memahami (C2),
dan menerapkan (C3) yang terdiri dari berbagai soal yang memiliki tingkat
kesukaran yang berbeda-beda serta disesuaikan dengan indikator pembelajaran.
35
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal tes ini terdiri atas 25 soal berbentuk pilihan ganda dengan 4 opsi pilihan.
Butir soal instrumen ini dipilih dari 30 soal setelah terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas soal. Adapun kisi-kisi instrumen hasil belajar
pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Domain
Kognitif No. Soal
(a) (b) (c) (d) (e)
Memahami
hubungan
antara gaya,
gerak, dan
energi, serta
fungsinya.
Mendeskripsikan
hubungan antara
Gaya Magnet,
gerak dan energi
melalui
percobaan (Gaya
gravitasi, Gaya
gesek, Gaya
magnet)
1) Menunjukkan
sifat-sifat magnet.
CI 5, 13, 17,
19,
2) Menjelaskan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
perbedaan kekuatan
gaya magnet
melalui percobaan.
C2 6, 18, 20
3) Mengelompokkan
benda-benda yang
bersifat magnetis
dan yang tidak
magnetis.
C2 9, 23
4) Menunjukkkan
kutub magnet
senama dan tidak
senama.
C1 7, 11, 14,
5) Menentukan letak
kekuatan gaya
magnet.
C2 15, 22, 24
6) Menentukan
kekuatan gaya
magnet dalam
menembus
beberapa benda
melalui percobaan.
C2 10, 21
7) Memberi contoh
penggunaan gaya
magnet dalam
kehidupan sehari-
hari.
C2 1, 4, 12,
25
36
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8) Membuat magnet. C3 2, 3, 8, 16
Soal yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda, maka
pemberian skor tiap soal, jika dijawab benar diberi skor satu (1) dan jika salah
menjawab diberi skor nol (0).
2. Instrumen Penelitian Pendukung/Sekunder
Instrumen penelitian pendukung/sekunder pada penelitian ini yaitu lembar
observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model
Quantum Teaching. Instrumen ini berbentuk rating scale, dimana observer hanya
memberikan tanda ceklish () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang
diobservasi. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar, sedangkan guru kelas V
SDN 4 Cikoneng bertindak sebagai observer. Lembar observasi mengenai
keterlaksanaan model pembelajaran ini didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen
pembimbing yang kemudian dijelaskan pada observer. Sebelum penelitian
dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pengujian keterlaksanaan model Quantum
Teaching sebagaimana ditunjukkan pada lampiran B.7.
3. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti membuat instrumen
pengembangan bahan ajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.Hal ini
bertujuan agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik. Untuk kelas
eksperimen instrumen pengembangan bahan ajar adalah berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dalam
pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching. Sedangkan untuk
kelas kontrol menggunakan RPP yang diupayakan sama seperti yang ada selama
ini. Adapun materi yang dipilih adalah materi kelas V yaitu pokok bahasan
tentang gaya magnet.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Langkah selanjutnya setelah pembuatan instrumen soal tes selesai adalah
pengujian instrumen soal tes. Uji instrumen ini dilaksanakan terhadap 55 siswa
37
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas V yang berasal dari 30 siswa kelas V SDN 1 Cikoneng dan 25 siswa kelas
V SDN 3 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Sekolah yang
diambil untuk uji instrumen ini diasumsikan memiliki kualitas yang sama dengan
sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan
untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel sehingga layak digunakan
dalam penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen Soal
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen” (Arikunto, 2006:168).Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Jadi uji
validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang
diukur sehinggga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item. Validitas item
ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total),
perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor
total item. Dari hasil penghitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi
yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk
menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penelitian ini
perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan Program SPSS 16.0 dengan
langkah-langkah sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.1.
Adapun rekapitulasi hasil pengujian validitas soal tes dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Soal
No. Item
Pertanyaan r tabel r hitung Keterangan
a b c d
1 0,266 0,319 Valid
2 0,266 0,539 Valid
3 0,266 0,478 Valid
4 0,266 0,292 Valid
5 0,266 0,389 Valid
6 0,266 0,472 Valid
7 0,266 0,338 Valid
8 0,266 0,428 Valid
38
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
(lanjutan)
9 0,266 0,318 Valid
10 0,266 0,260 Tidak Valid
11 0,266 0,443 Valid
12 0,266 0,261 Tidak Valid
13 0,266 0,224 Tidak Valid
14 0,266 0,605 Valid
15 0,266 0,453 Valid
16 0,266 0,460 Valid
17 0,266 0,403 Valid
18 0,266 0,252 Tidak Valid
19 0,266 0,405 Valid
20 0,266 0,319 Valid
21 0,266 0,343 Valid
22 0,266 0,375 Valid
23 0,266 0,488 Valid
24 0,266 0,327 Valid
25 0,266 0,527 Valid
26 0,266 0,535 Valid
27 0,266 0,546 Valid
28 0,266 0,602 Valid
29 0,266 0,514 Valid
30 0,266 0,456 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
mengenai uji validitas soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: pada tabel r
product moment untuk N = 55 dengan taraf signifikan 5%, maka didapat nilai r
tabel 0,266. Selanjutnya hasil pengujian dari jumlah soal seluruhnya yaitu
sebanyak 30 soal terdapat 26 item pertanyaan yang valid dan 4 item pertanyaan
tidak valid. Untuk item pertanyaanyang tidak valid, yaitu item pertanyaan nomor
10, 12, 13 dan 18. Pada penelitian ini, item pertanyaan yang tidak valid
dihilangkan semua. Hal tersebut disebabkan karena indikator pembelajaran
terwakili dengan item pertanyaan yang valid. Hal ini dilakukan setelah peneliti
berkonsultasi dengan pembimbing. Beliau berpendapat bahwa “item pertanyaan
yang tidak valid boleh dihilangkan asalkan ada item pertanyaan lain yang valid
dan mewakili indikator pembelajaran”.
2. Uji Reliabilitas Instrumen Soal
Reliabilitas (Arikunto, 2006:178) diartikan bahwa “sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
40
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut sudah baik”. Sugiyono (2009:173) menyatakan bahwa ”instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Uji reliabilitas instrumen
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat
ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s
Alpha yang perhitungannya menggunakan bantuan komputer pada program SPSS
16.0. Langkah-langkah uji reliabilitas pada program SPSS ditunjukkan pada
lampiran E.1. Adapun rekapitulasi hasil pengujian reliabilitas soal tes dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal
No. Item
Pertanyaan
Nilai
Cronbach's Alpha
Nilai Cronbach's Alpha
if Item Deleted Keterangan
A B c d
1 0,832 0,829 Reliabel
2 0,832 0,822 Reliabel
3 0,832 0,825 Reliabel
4 0,832 0,830 Reliabel
5 0,832 0,828 Reliabel
6 0,832 0,825 Reliabel
7 0,832 0,830 Reliabel
8 0,832 0,827 Reliabel
9 0,832 0,829 Reliabel
10 0,832 0,834 Tidak Reliabel
11 0,832 0,826 Reliabel
12 0,832 0,834 Tidak Reliabel
13 0,832 0,831 Reliabel
14 0,832 0,819 Reliabel
15 0,832 0,827 Reliabel
16 0,832 0,826 Reliabel
17 0,832 0,827 Reliabel
18 0,832 0,834 Tidak Reliabel
19 0,832 0,827 Reliabel
20 0,832 0,830 Reliabel
21 0,832 0,829 Reliabel
22 0,832 0,829 Reliabel
23 0,832 0,824 Reliabel
24 0,832 0,829 Reliabel
25 0,832 0,823 Reliabel
26 0,832 0,823 Reliabel
27 0,832 0,822 Reliabel
28 0,832 0,821 Reliabel
29 0,832 0,823 Reliabel
30 0,832 0,826 Reliabel
41
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0
mengenai uji reliabilitas, diperoleh nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebesar
0,832. Kriteria pengujian yaitu bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item
Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach’s Alpha
keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi,
Uyanto (2009:275). Dengan demikian terdapat 27 item pertanyaan yang reliabel
dan 3 item pertanyaan yang tidak reliabel. Item pertanyaan yang tidak reliabel
yaitu item pertanyaan nomor 10, 12 dan 18. Item pertanyaan yang tidak reliabel
dihilangkan karena sudah terwakili indikator pembelajarannya oleh item
pertanyaan lain yang sudah valid dan reliabel.
3. Taraf Kesukaran (Index Difficulty)
Daryanto, (2007:179) menyatakan bahwa,
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya”.
Taraf kesukaran dihitung dengan rumus:
JS
BP
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh Siswa peserta tes
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.Menurut
Daryanto (2007:180) klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada tabel berikut.
42
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Interpretasi Indeks Kesukaran
Indeks Tingkat
Kesukaran
0 – 0,30 sukar
0,31 – 0,70 sedang
0,71 – 1,00 mudah
Tabel 3.5
Tingkat Kesukaran Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
Tentang Gaya Magnet
Item
Soal
Indeks
Kesukaran
Kategori
Soal
Item
Soal
Indeks
Kesukaran
Kategori
Soal
1 0,89 Mudah
16 0,87 Mudah
2 0,67 Sedang
17 0,84 Mudah
3 0,45 Sedang
18 0,40 Sedang
4 0,87 Mudah
19 0,78 Mudah
5 0,76 Mudah
20 0,53 Sedang
6 0,67 Sedang
21 0,95 Mudah
7 0,27 Sukar
22 0,67 Sedang
8 0,60 Sedang
23 0,73 Mudah
9 0,93 Mudah
24 0,95 Mudah
10 0,45 Sedang
25 0,56 Sedang
11 0,22 Sukar
26 0,60 Sedang
12 0,35 Sedang
27 0,64 Sedang
13 0,93 Mudah
28 0,84 Mudah
14 0,58 Sedang
29 0,69 Sedang
15 0,93 Mudah
30 0,78 Mudah
Berdasarkan tabel 3.8, dari 30 soal terdapat 14 soal kategori mudah, 14 soal
kategori sedang, dan 2 soal kategori sukar. Soal-soal yang dipilih, lebih dahulu
diperbaiki dalam hal redaksinya, kemudian disusun menjadi satu set soal.
G. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan
memecahkan masalah penelitian. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data
43
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui
tes dan observasi.
1. Tes
Menurut Riduwan (2006:57), “Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok“. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
pengetahuan prosedural siswa pada materi gaya magnet yaitu tes objektif. Aspek
kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek mengingat (C1), memahami (C2),
dan menerapkan (C3). Tes ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pelaksanaan pembelajaran mulai dari tanggal 15 April sampai dengan
tanggal 22 April 2013. Pembelajaran IPA pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional (ceramah) sebagaimana biasanya dilaksanakan di
kelas tersebut pada kegiatan pembelajaran sehari-hari sedangkan pada kelas
eksperimen menggunakan model Quantum Teaching.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga pertemuan untuk masing-masing
kelas kontrol dan eksperimen dengan alokasi waktu sebanyak 2x35 menit untuk
masing-masing pertemuan. Pada pertemuan pertama indikator pembelajaran yang
disampaikan yaitu menunjukkan sifat-sifat magnet, menunjukkan kutub magnet
senama dan tidak senama, mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis
dan non magnetis. Pada pertemuan kedua, menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan kekuatan gaya magnet melalui percobaan, menentukan
letak kekuatan gaya magnet, dan menentukan kekuatan gaya magnet dalam
menembus beberapa benda. Pada pertemuan ketiga, memberi contoh penggunaan
gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan cara membuat magnet.
Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama. Pretest
hanya diberikan pada pertemuan pertama, sedangkan posttest diberikan di akhir
pembelajaran pada setiap pertemuan.
2. Observasi
Riduwan (2006:57) mengemukakan bahwa ”observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
44
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan”. Observasi hanya dilaksanakan di kelas eksperimen oleh guru
kelas V SDN 4 Cikoneng yang bertindak sebagai observer. Sedangkan peneliti
bertindak sebagai guru pengajar. Observasi ini bertujuan untuk menilai
keterlaksanaan model pembelajaran di kelas eksperimen. Instrumen observasi
berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish () pada
kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua data yang
diperlukan terkumpul. Selanjutnya data yang dihasilkan dari pengumpulan data
diolah melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan pada langkah persiapan ini, antara lain: mengecek kelengkapan
identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek isian data.
2. Pengelompokkan Data
Pengelompokkan data ini dilakukan berdasarkan variabel dan jenis
instrumen. Pada saat pengelompokkan data dilakukan juga pengecekan terhadap
semua data yang telah dikumpulkan.
3. Tabulasi
Kegiatan pada langkah tabulasi ini, antara lain: pemberian skor, menghitung
skor dari setiap jawaban baik pada pretest maupun posttest, dan mentabulasikan
data ke dalam tabel. Karena soal yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
pilihan ganda, maka pemberian skor tiap soal, jika menjawab benar diberi skor
satu (1) dan jika menjawab salah diberi skor nol (0). Setelah perhitungan skor
baik pada pretest maupun posttest selesai maka dilanjutkan dengan menghitung
normal gain.
4. Analisis Statistik
Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan, antara lain:
a. Analisis Deskriptif
Analisis data secara statistik deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab
atau menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan:
45
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Deskripsi hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet
pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional di SDN 2 Cikoneng.
2) Deskripsi hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet
pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching di
SDN 4 Cikoneng.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti hanya mendeskripsikan
bagaimana hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajarn konvensional dan
hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada
pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching baik pada
pretest maupun posttest. Kategori pencapaian hasil belajar pengetahuan
prosedural siswa didasarkan pada interval kategori hasil belajar menurut Rahmat
dan Solehudin (Tresna, 2012:66) dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 3.6
Rambu-rambu Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
No. Rambu-rambu Interval Nilai Kategori
1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi
2. ideal + 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi
3. ideal - 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang
4. ideal - 1,5 Sideal ≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah
5. X < ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah
Penjelasan: ideal =
Xideal ; Sideal =
ideal
Untuk pretest dan posttest Xideal (nilai ideal) = 100, ideal = 50, dan Sideal =
16,7. Dengan demikian (setelah dilakukan pembulatan desimal) interval kategori
hasil belajar pengetahuan prosedural adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7
Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
No. Interval Nilai Kategori Hasil Belajar
Pengetahuan Prosedural
1. X ≥ 75 Sangat Tinggi
2. 60≤ X < 75 Tinggi
46
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
(lanjutan)
3. 40 ≤ X < 60 Sedang
4. 25 ≤ X < 40 Rendah
5. X < 25 Sangat Rendah
Untuk keperluan analisis kualitas peningkatan hasil belajar pengetahuan
prosedural dilakukan perhitungan normal gain terhadap perbedaan antara nilai
posttest dan nilai pretest. Rumus normal gain (Ngain) menurut Meltzer
(Nurramdani, 2012:62) adalah sebagai berikut.
Normal Gain =
Adapun interpretasi efektifitas dari Ngain menurut Arikunto (Nurramdani,
2012:62), yaitu:
Tabel 3.8
Kategori Interpretasi Normal Gain
Normal Gain Tafsiran
< 0,40 Tidak efektif
0,40 – 0,55 Kurang efektif
0,56 – 0,75 Cukup efektif
> 0,76 Efektif
Gain adalah selisih antara nilai posttest dengan pretest, gain menunjukkan
peningkatan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa setelah pembelajaran
dilakukan guru. Sering sekali terjadi permasalahan pada dua kelas (misalnya kelas
kontrol dan kelas eksperimen), diperoleh pada kelas kontrol nilai gain tinggi
sedangkan pada kelas eksperimen nilai gain rendah. Hal ini disebabkan karena
pada kelas eksperimen nilai gain rendah, karena nilai pretest dan posttest sama-
sama tinggi sedangkan pada kelas kontrol nilai posttest siswa sangat tinggi dan
nilai pretest siswa sangat rendah. Jika gain kedua kelas ini dibandingkan, maka
didapatkan kesimpulan kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen.
47
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kesimpulan ini akan menimbulkan bias penelitian, karena nilai pada pretest kedua
kelompok ini sudah berbeda. Untuk menghindari bias penelitian seperti ini
digunakan normal gain. Normal gain adalah perbandingan antara selisih nilai post
tes dengan nilai pre test dan selisih nilai ideal dengan nilai pre test. Normal gain
digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan prosedural
siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
pengetahuan prosedural siswa kelas kontrol tentang gaya magnet antara pretest
dengan posttest, mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa
kelas eksperimen tentang gaya magnet antara pretest dengan posttest, mengetahui
perbedaan pretest siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang
gaya magnet, mengetahui perbedaan posttest siswa antara kelas kontrol dengan
kelas eksperimen tentang gaya magnet, dan mengetahui perbedaan efektivitas
pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang gaya magnet.
Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural
siswa tentang gaya magnet antara pretest dengan posttest baik pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum
apakah hasil belajar pengetahuan prosedural tentang gaya magnet setelah
pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar pengetahuan
prosedural tentang gaya magnet sebelum pembelajaran.
Sedangkan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan pretest, posttest, dan
efektivitas pembelajaran siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen
tentang gaya magnet dilakukan terhadap hipotesis kerja untuk pertanyaan
penelitian: “Adakah perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang
gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran
konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang
menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng?”
48
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hipotesis kerja tersebut adalah sebagai berikut:
Hipotesis nol (H0):
Tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya
magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran
konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang
menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
Hipotesis alternatif (H1):
Ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet
antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di
kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model
Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Asumsi
Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengolahan data yang akan
digunakan. Apakah data yang diperoleh diolah dengan parametrik, atau dengan
non parametrik.
a. Uji Normalitas
‘Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak’, Priyatno (Nurramdani, 2012:62). Jika data
tersebut berdistribusi normal, maka data dianalisis menggunakan statistik
parametrik. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka
menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS 16.0. dengan Uji kolmogorov-smirnov.
Langkah-langkah penggunaan program SPSS 16.0 untuk menguji normalitas
sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran E.2.
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah
dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan
kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan hipotesis.
2) Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05.
49
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
4) Jika signifikansi yang diperoleh >a, maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
5) Jika signifikansi yang diperoleh <a, maka sampel bukan berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi
sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto, 2006:321). Pada
penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS
16.0, langkah-langkah pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran E.2.
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas
adalahdengan memperhatikan bilangan pada (Sig.) Based on Mean. Untuk
menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis.
2) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05.
3) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
4) Jika signifikansi yang diperoleh >a, maka variansi setiap sampel sama
(homogen).
5) Jika signifikansi yang diperoleh <a, maka variansi setiap sampel tidak sama
(tidak homogen).
2. Uji Hipotests Statistik
Uji hipotesis statistik terdiri dari uji komparasi dan uji hipotesis statistik
penelitian. Uji komparasi dan uji hipotesis statistik ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural
siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
a. Uji Komparasi
Uji komparasi dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas data.
Peneliti menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 untuk mentabulasi
data dan SPSS 16.0 untuk melakukan analisis komparasi. Uji komparasi ini
50
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar pengetahuan
prosedural siswa pada kelas kontrol dengan hasil belajar pengetahuan prosedural
siswa pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen
menggunakan uji Paired Samples T Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan
rerata pretest kelas kontrol dengan rerata pretest kelas eksperimen, perbedaan
rerata posttest kelas kontrol dengan rerata posttest kelas eksperimen, dan
perbedaan rerata normal gain kelas kontrol dengan rerata normal gain kelas
eksperimen menggunakan uji Independent Sample T-Test.
Langkah-langkah uji Paired Samples T Test dengan program SPSS 16.0
sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.3. Kemudian cara mengetahui ada
tidaknya perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan
eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk
menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis.
2) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05.
3) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
4) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka tidak ada perbedaan yang
signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
5) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka ada perbedaan yang signifikan
antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
Langkah-langkah uji Independent Sample T-Test dengan program SPSS 16.0
sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.3. Cara mengetahui ada tidaknya
perbedaan rerata nilai pretest kelas kontrol dengan rerata nilai pretest kelas
eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk
menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut:
a) Menentukan Hipotesis
b) Menentukan taraf signifikansi. Nilai a adalah 0,05.
c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
d) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka H0 ditolak.
e) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka Ha diterima.
51
Melliani, 2013 PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian tentang pengaruh model Quantum
Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran
IPA ditetapkan sebagai berikut :
1) Hipotesis nol (H0): tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural
siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan
model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan
pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V
SDN 4 Cikoneng. H0: µ1 = µ2
2) Hipotesis alternatif (H1):terdapatperbedaan hasil belajar pengetahuan
prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang
menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng
dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di
kelas V SDN 4 Cikoneng. H1: µ1 ≠ µ2