31
45 Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang akan peneliti buat ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang ada secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa tanpa ada pengujian hipotesis, tanpa ada pengujian hubungan. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 7-8) mentode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifatt seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretarif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya- upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur- prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan data (Creswell, 2014, hlm. 4-5). Penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat berbeda dengan rancangan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada teori atau hipotesis-hipotesis yang dibangun secara priori (Creswell, 2014, hlm. 293). Menurut Sugiyono (2008, hlm. 9) metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Alasan utama peneliti menggunakan metode kualitatif ini yakni dikarenakan metode kualitatif merupakan metode yang sangat relevan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian ini. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

45 Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang akan peneliti buat ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang ada

secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa tanpa ada pengujian

hipotesis, tanpa ada pengujian hubungan. Menurut Sugiyono (2008, hlm.

7-8) mentode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena

popularitasnya belum lama, dinamakan postpositivistik karena

berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga

sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifatt seni

(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretarif karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang

ditemukan dilapangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-

upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-

prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis

data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema

umum, dan menafsirkan data (Creswell, 2014, hlm. 4-5).

Penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat

berbeda dengan rancangan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, tidak

ada teori atau hipotesis-hipotesis yang dibangun secara priori (Creswell,

2014, hlm. 293). Menurut Sugiyono (2008, hlm. 9) metode kualitatif

digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti

yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu

dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi

lebih menekankan pada makna.

Alasan utama peneliti menggunakan metode kualitatif ini yakni

dikarenakan metode kualitatif merupakan metode yang sangat relevan

dalam menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian ini. Dengan

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

46

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan metode kualitatif diharapkan peneliti dapat memperoleh

berbagai informasi yang jelas serta lengkap dari narasumber secara

langsung. Selain itu dengan metode kualitatif ini peneliti kan terjun

kelapangan langsung untuk melakukan wawancara secara mendalam

kepada tim redaksi dari harian umum Republika terkait foto cover

headline edisi 8 Oktober 2015. Data penelitian bersifat deskriptif

merupakan data yang disajikan dalam bentuk kata-kata (utamanya kata-

kata partisipan) atau gambar-gambar ketimbang angka-angka (Creswell,

2014, hlm. 293).

Pada penelitian ini peneliti ingin mengkaji dan mendalami makna

foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015

dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Semiotika, atau

dalam istilah Barhtes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagai

mana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things). Melalui

paradigma semiotika Roland Barthes peneliti berusaha

menginterpretasikan dan memaknai tanda-tanda yang terkandung dalam

foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015

secara denotatif, konotatif, dan mitos.

Karakteristik pada penelitian memiliki sejumlah karakter seperti yang

diungkapkan Creswell (2014, hlm. 261-263) sebagai berikut :

1. Lingkungan Alamiah (natural setting).

Pada penelitian kualitatif cenderung mengumpulkan data lapangan di

lokasi di mana para partisipan mengalami isu atau masalah yang akan

diteliti. Pada penelitian ini lingkungan alamiah yang dimaksud yakni

dengan mengumpulkan informasi dengan melalui diskusi bersama

Redaktur foto dan wartawan foto selaku orang yang paling mengetahui

terkait objek yang diteliti.

2. Peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument).

Para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi,

observasi perilaku, atau wawancara dengan para partisipan. Pada

penelitian ini, peneliti akan menjadi satu-satunya instrumen dalam

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

47

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengumpulkan informasi ini melalui beberapa pengumpulan data dengan

para partisipan.

3. Beragam sumber data (multiple sources of data).

Peneliti akan memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti

wawancara, observasi, dan dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada

satu sumber data saja. Pada penelitian ini, sumber data tersebut akan

diambil melalui observasi, focus group discussion, wawancara, dan studi

dokumentasi.

4. Analisis data induktif (inductive data analysis).

Peneliti membangun pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari

bawah ke atas (induktif), dengan mengolah data ke dalam unit-unit

informasi yang lebih abstrak. Pada penelitian ini, peneliti akan mengolah

data penelitian secara berulang-ulang dengan tema-tema dan database

yang ada hingga peneliti berhasil membangun serangkaian tema yang

utuh.

5. Makna dari partisipan (participants’ meaning).

Peneliti akan fokus pada usaha mempelajari makna yang disampaikan para

partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna yang

disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literaturu-literatur

tertentu.

6. Rancangan yang berkembang (emergent design).

Proses penelitian yang dilakukan peneliti berkembang dinamis. Hal ini

berarti bahwa rencana awal penelitian tidak secara ketat dipatuhi oleh

peneliti. Semua tahap dalam proses ini bisa saja berubah setelah peneliti

masuk ke lapangan dan mulai mengumpulkan data.

7. Perspektif teoretis (theoretical lens).

Para peneliti seringkali menggunakan perspektif tertentu dalam penelitian

mereka, seperti konsep kebudayaan, etnografi, perbedaan-perbedaan

gender, ras, dan lain-lain.

8. Bersifat penafsiran (interpretive).

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

48

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti membuat suatu interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar,

dan pahami. Interpretasi ini bisa saja berbeda dengan latar belakang,

sejarah, konteks, dan pemahaman-pemahaman antara peneliti dengan

pembaca ataupun partisipan.

9. Pandangan menyeluruh (holistic account).

Para peneliti berusaha mendapat gambaran kompleks dari suatu masalah

yang atau isu yang diteliti. Peneliti dalam penelitian ini dapat membuat

suatu model visual dari berbagai aspek mengenai proses utama pada

penelitian ini. Model ini yang akan membantu membangun gambaran

holistik.

B. Semiotika Roland Barthes

Seperti yang sudah dipaparkan di atas Penelitian ini menggunakan

analisis semiotika Roland Barthes. Roland Barthes dikenal sebagai pemikir

strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi

Saussurean, pemikiran Barthes mengenai semiotika merupakan

penyempurnaan semiologi Sausure yang berhenti pada penandaan dalam

tataran denotatif. Berikut terdapat peta tanda Roland Barthes (dalam

Sobur, 2003, hlm. 69).

Tabel 3. 1. Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda

denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes,

1. Signifer

(penanda)

1. Signifer

(petanda)

3. Denotative Sign (tanda denotatif)

4. Conotative Signifier

(penanda Konotatif)

5. Conotative Signified

(Petanda Konotatif)

6. Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

49

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tanda konotatif tidak sekedar memiliki mkakna tambahan namun juga

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Kemudian di katakan oleh Fiske (dalam Sobur, 2001, hlm. 127-128) Fokus

penelitian Barthes lebih tertuju kepda gagasan tentang signifikansi dua

tahap (two order signification) seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. 1. Signifikasi dua tahap Barthes

Pada gambar diatas signifikasni pertama merupakan hubungan antara

signifier (penanda) dan signifiel (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap

realita eksternal.

1. Denotasi

Pada dasarnya terdapat perbedaan antara denotasi dan konotasi

dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang

dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi

biasanya dimengerti sebaagi makna harfiah, makna yang

sesungguhnya. Proses signifikansi yang secara tradisional disebut

sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa

dengan arti sesuai dengan apa yang terucap. Selain itu Fiske (dalam

Sobur, 2001, hlm.128) mengungkapkan bahwa denotasi adalah apa

yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan

konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

50

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi

merupakan sistem signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi

merupakan tingkat kedua. Kerangka teori Bathes (dalam Sobur,

2003, hlm. 71) konotasi identik dengan operasi ideologi, yang

disebutnya sebagai mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku

dalam suatu periode.

Maka dalam fotografi makna denotasi merupakan apa yang

ditangkap audiens secara kasat mata dari foto yang diamatinya.

Hanya sebatas itu saja, jika lebih dari ini maka sudah berpindah

pada tataran yang berbeda yakni tataran makna konotasi.

2. Konotasi

Telah dipaparkan sebelumnya konotasi merupakan proses

penyelusupan makna kedua, hal tersebut juga terkandung dalam

pesan yang berbentuk visual khususnya fotografi. Roland Barthes

(1977, hlm. 20) mengungkapkan “Connotation, the imposition of

second meaning on the photographic message proper, is realized at

the different levels of the production of the photograph (choice,

technical treatment, framing, lay-out) and represents, finally, a

coding of the photographic analogue”. Maksudnya konotasi dalam

fotografi dapat terbangun dengan proses produksi foto mulai dari

pemilihan, teknis pengambilan gambar, framing, dan juga layout.

Pada sebuah karya fotografi Roland Barthes (1977, hlm. 21-

25) menyebutkan prosedur-prosedrur yang dapat membangkitkan

makna konotasi dalam sebuah foto :

a. Trick effects (olah digital)

A photograph given wide circulation in the American press in

1951 is reputed to have cost Senator Millard Tydings his seat;

it showed the Senator in conversation with the Communist

leader Earl Browder. In fact, the photograph had been faked,

created by the artificial bringing together of the two faces. The

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

51

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

methodological interest of trick effects is that they intervene

without warning in the plane of denotation; they utilize the

special credibility of the photograph - this, as was seen, being

simply its exceptional power of denotation - in order to pass

off as merely denoted a message which is in reality heavily

connoted; in no other treatment does connotation assume so

completely the 'objective' mask of denotation. Dapat

disimpulkan bahwa olah digital yang berlebihan menimbulkan

makna konotasi yang sangat tinggi terhadap sebuah foto.

b. Pose (pose)

Consider a press photograph of President Kennedy widely

distributed at the time of the 1960 election: a half-length

profile shot, eyes looking upwards, hands joined together.

Here it is the- very pose of the subject which prepares the

reading of the signifieds of connotation: youthfulness,

spirituality, purity. The photograph clearly only signifies

because of the existence of a store of stereotyped attitudes

which form ready-made elements of signification (eyes raised

heavenwards, hands clasped). Maka dapat disimpulkan bahwa

pose sebuah objek foto memiliki pengaruh dalam pemaknaan

konotasi. Dalam hal ini peran seorang wartawan foto sangat

penting dalam memilih pose (posisi, ekspresi, gaya) saat

pengambilan sebuah gambar.

c. Object (objek)

Special importance must be accorded to what could be called

the posing of objects, where the meaning comes from the

objects photographed (either because these objects have, if the

photographer had the time, been artificially arranged in front

of the camera or because the person responsible for lay-out

chooses a photograph of this or that object). Dapat di simpulkan

bahwa pemilihan objek dalam sebuah frame foto terdapat makna

konotasi dilamnya.

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

52

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Photogenia (teknik fotografi)

In photogenia the connoted message is the image itself,

'embellished' (which is to say in general sublimated) by

techniques of lighting, exposure and printing. An inventory

needs to be made of these techniques, but only insofar as each

of them has a corresponding signified of connotation

sufficiently constant to allow its incorporation in a cultural

lexicon of technical 'effects' (as for instance the 'blurring of

movement' or 'flowingness' launched by Dr Steinert and his

team to signify space-time). Maksudnya adalah teknik fotografi

mempengaruhi adanya pemaknaan konotasi. teknik fotografi

tersebut meliputi pemilihan lensa, shot size, sudut pandang,

pencahayaan, penempatan objek. Budyatna (2006, hlm. 43)

menyebutkan pemaknaan photogenia dalam menganalisi foto

sebagai berikut :

Tanda

Photogenia Teknis Fotografi Makna Konotasi

Normal Normalitas

Pemilihan lensa Lebar Dramatis

Tele Tidak Personal

Close up Intimate, dekat

Medium up Hubungan tidak personal

Shot size Full shot Hubungan tidak personal

Long shot Menghubungkan subjek

dengan konteks tidak

personal

High level Membuat subjek tampak

tidak berdaya, didominasi,

dikuasai, kurang otoritas

Sudut pandang Eye level Khalayak tampil sejajar,

kesamaan, sederajat

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

53

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Low angel Menambah kesan subjek

berkuasa, mendominasi, dan

memperlihatkan otoritas.

High key Kebahagiaan, cerah

Pencahayaan Low key Suram, muram

Datar Keseharian, realitas

Atas Memberi kesan subjek

berkuasa

Penempatan subjek/objek

pada bidang foto

Tengah Subjek penting

Bawah Subjek tidak penting

Pinggir Subjek tidak penting

Tabel 3.2

Pemaknaan Photogenia Dalam Menganalisis Foto

e. Aestheticism (estetika)

For if one can talk of aestheticism in photography, it is

seemingly in an ambiguous fashion: when photography turns

painting, composition or visual substance treated with

deliberation in its very material 'texture', it is either so as to

signify itself as 'art' (which was the case with the

'pictorialism' of the beginning of the century) or to impose a

generally more subtle and complex signified than would be

possible with other connotation procedures. Maksudnya

yaitu estetika dalam fotografi merujuk pada komposisi foto.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, komposisi foto

mempengaruhi pemaknaan konotasi.

f. Syntax

We have already considered a discursive reading of object-

signs within a single photograph. Naturally, several

photographs can come together to form a sequence (this is

commonly the case in illustrated magazines); the signifier of

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

54

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

connotation is then no longer to be found at the level of any

one of the fragments of the sequence but at that - what the

linguists would call the suprasegmental level - of the

concatenation. Maksud penjelasan di atas, syntax merupakan

rankaian cerita dari karya fotografi. Namun pada karya

fotografi yang bersifat foto tunggal biasanya rangkaian cerita

tersebut dihadirkan dalam bentuk teks singkat atau caption.

3. Mitos

Menurut Sobur (2001, hlm 128) mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang

realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial

yang sudah mempunyai suatu dominasi. Sementara menurut

Roland barthes (1991, hlm. 108) myth is type of speech, Of course,

it is not any type: language needs special conditions in order to

become myth: we shall see them in a minute. But what must be

firmly established at the start is that myth is a system of

communication, that it is a message. This allows one to perceive

that myth cannot possibly be an object, a concept, or an idea; it is a

mode of signification, a form. Later, we shall have to assign to

thisform historical limits, conditions of use, and reintroduce society

into it: we must nevertheless first describe it as a form. Maksdud

dari penjelasan di atas yakni mitos dalam pangan Barthes berbeda

dengan mitos yang lain. Mitos menurut Barthes merupakan bahasa

yang dimana bahasa merupakan sistem komunikasi, Barthes

menyebut mitos sebagai type of speech.

Roland Barthes (1991, hlm. 121-126) menyebutkan ciri-ciri

mitos yakni meliputi :

a. Deformatif

The relation which unites the concept of the myth to its meaning

is essentially a relation of deformation. We find here again a

certain formal analogy with a complex semiological system such

as that of the various types of psycho analysis. Just as for Freud

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

55

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

the manifest meaning of behaviour is distorted by its latent

meaning, in myth the meaning is distorted by the concept. Of

course, this distortion is possible only because the form of the

myth is already constituted by a linguistic meaning. Maksudnya

adalah mitos berfungsi mendistorsi bukan untuk menghilangkan.

Pada teorinya Barthes menerapkan unsur Sausure menjadi form

(signifer), concept (signifiel). Kemudian Barthes menambahkan

signification yang berasal dari hubungan unsur tadi, Barthes

menyebutnya sebagai mitos. Dengan katalain hubungan form dan

concept ini bersifat distorsif.

b. Intensional

Myth has an imperative, buttonholing character: stemming from

an historical concept, directly springing from contingency (a

Latin class, a threatened Empire), it is I whom it has come to

seek. It is turned towards me, I am subjected to its intentional

force, it summons me to receive its expansive ambiguity. Dari

penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa, mitos

merupakan sesuatu yang berakar dari konsep budaya atau historis

yang berada pada lingkup masyarakat itu sendiri.

c. Motivasi

We know that in a language, the sign is arbitrary: nothing

compels the acoustic image tree 'naturally' to mean the

concept tree: the sign, here, is unmotivated. Yet this

arbitrariness has limits, which come from the associative

relations of the word: the language can produce a whole

fragment of the sign by analogy with other signs (for

instance one says aimable in French, and not amable, by

analogy with aime). The mythical signification, on the other

hand, is never arbitrary; it is always in part motivated, and

unavoidably contains some analogy. Maksud dari penjelasn

di atas yakni bahasa merupakan sesuatu yang bersifat

arbitrer tetapi memiliki sifat arbitrer yang terbatas.

Sementara untuk mitos tidak memiliki sifat arbitrer, dalam

mitos selalu terdapat analogi dan motivasi.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

56

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengetahui makna denotasi,

konotasi, dan mitos pada foto cover headline bencana kabut asap di harian

umum Republika edisi 8 Okober 2015. Kemudian untuk menjelaskan hal

tersebut, maka peneliti menggunakan teori semiotika foto Roland Barthes

untuk mengupas makna yang muncul dari foto tersebut.

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

Menurut Sugiyono (2008, hlm. 215-216) dalam penelitian

kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley

dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu:

1. Tempat (place)

2. Pelaku (actors)

3. Aktivitas (activity)

Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian

yang ingin diketahui. Sementara sampel dalam penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan,

informasn, teman dan guru dalam penelitian.

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa makna yang muncul

dari foto cover di harian Republika. Peneliti dapat menganalisa foto secara

langsung akan tetapi hasil analisanya dapat bersifat subjektif. Guna

menemukan tanda-tanda yang muncul pada foto tersebut secara objektif

maka peneliti akan melakukan wawancara. Sehingga hasil analisa yang

akan peneliti lakukan akan cenderung objektif. Secara umum partisipan

dalam penelitian ini yaitu berlokasi di harian umum Republika. Menurut

Arikunto (1991, hlm. 31) subjek penulisan bisa diartikan sebagai sumber

data yang diperoleh. Subjek penulisan ini bisa berarti orang atau, atau apa

saja yang menjadi sumber penulisan. Pada penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian yaitu sebagai berikut :

Makna Sumber Analisis Teknik Informan/Partisipan

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

57

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Denotasi Gambar

Teks/caption

Wawancara Staf Redaksi Desk Foto

Harian Republika

Wartawan Foto Harian

Republika

Dosen Fotografi

Gambar

Teks/caption

FGD Masyarakat yang aktif

dibidang fotografi

Konotasi Gambar

Teks/caption

Wawancara Staf Redaksi Desk Foto

Harian Republika

Wartawan Foto Harian

Republika

Dosen Fotografi

Gambar

Teks/caption

FGD Masyarakat yang aktif

dibidang fotografi

Mitos Gambar

Teks/caption

Wawancara Dosen Fotografi

Studi Kepustakaan -

Tabel 3.3

Partisipan penelitian

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Peneliti menggunakan teknik sampel secara purposeive sampling

dalam memilih partisipan dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2008,

hlm. 218-219) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangna tertentu ini

misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang diteliti.

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling ini bertujuan

untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti. Melalui tekni ini juga partisipan yang ditentukan

akan memberikan informasi yang mendalam terkait foto cover headline

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

58

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Selain itu partsipan

penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai key person atau pemegang

kunci, karena memiliki pengetahuan yang mendalam terkait foto

jurnalistik dan foto cover headline pada harian umum REPUBLIKA edisi

8 Oktober 2015. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi yang

sesuai dan dapat memiliki informasi yang cukup objektif.

Pada proses penentuan sampel penelitian dengan teknik purposive

sampling, Sugiyono (2008, hlm. 219) mengatakan beberapa besar sampel

tidak dapat ditentukan sebelumnya, tetapi dalam purposive sampling besar

sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. S. Nasution (dalam

Sugiyono, 2008, hlm. 220) juga menjelaskan bahwa penentuan unit sampel

dianggap telah memadai apabila sampai kepada taraf “redundancy” artinya

bahwa dengan menggunakan respon selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi

diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dengan penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa partisipan atau narasumber dalam penelitian ini

dapat di ganti atau juga ditambah, akan tetapi berdasarkan pertimbangan

tertentu. Berikut adalah pertimbangan kriteria yang dapat dijadikan acuan

dalam memilih partisipan pada penelitian ini :

1. Partisipan merupakan pegawai aktif di hariam umum

Republika.

2. Partisipan merupakan orang yang mengetahui informasi

mendalam terkait pembuatan foto cover headline di harian

umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

3. Partisipan merupakan orang yang ikut andil dalam pembuatan

cover headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober

2015.

Amirin (1995, hlm. 15) mengungkapkan objek penulisan adalah

masalah yang akan diteliti atau yang akan dijadikan penelitian. Objek

dalam penelitian ini peneliti mengambil satu buah foto untuk dikaji lebih

dalam yaitu, foto cover headline di harian umum Republika edisi 8

Oktober 2015.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

59

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Unit Analisis

Pada penelitian ini unit analisis tertuju pada foto cover harian

Republika edisi 8 Oktober 2015. Berikut adalah tabel unit analis yang

menjadi fokus pada penelitian ini :

Unit Analisis Kategori Fokus Analisis

Teks Verabal Keterangan foto

(caption)

Gambar Non verbal 6 unit analisis:

Tricks Effects

(manipulasi foto)

Pose

Objek

Fotogenia

Aestheticism

Syntax

Tabel 3.4

Tabel Unit analisis

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Dalam pandangan Roland Barthes terkait sanalisis semiotika

terhadap foto, caption atau keterangan foto memiliki pengaruh dalam

membangun sebuah makna. Meskipun dalam caption lebih mengulanig

apa yang nampak pada foto atau pengulangan makan denotasi. Akan tetapi

bukan menutup kemungkinan caption tidak memiliki makna konotasi.

E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

60

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan (Sugiyono, 2008, hlm. 224). Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini yaitu :

a. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) atau dapat disebut sebagai

grup interview, tergolong dalam jenis wawancara terfokus atau

terstruktur. Minichiello (dalam Baswori & Suwandi, 200, hlm.

165) mengungkapkan bahwa FGD merupakan wawancara

menggunakan panduan diskusi tersusun dari beberapa topik

tetapi urutan pertanyaan tidak disusun secara kaku, melainkan

lebih fleksibel. Penjelasan lain di ungkapkan oleh Hoed &

Kruger (dalam Baswori & Suwandi, 2008, hlm. 165) FGD

dirancang dengna tujuan mengungkapkan presepsi kelompok

mengenai suatu gejala budaya.

Kruger dan Hoed (dalam Baswori & Suwandi, 2008, hlm.

165) mengungkapkan bahwa pelaksanaan FGD tidak bertujuan

mencari “consensus”, tidak mencari pemecahan masalah, dan

tidak bertujuan memberikan rekomendasi atau membuat

keputusan. Penelitian kualitatif disini lebih kepada proses.

Kriyantono (2010, hlm. 63) menyebut FGD merupakan metode

riset dimana periset memilih orang-orang yang dianggap

mewakili sejumlah publik atau populasi yang berbeda. Di

dalam forum diskusi inilah moderator mengeksplorasi opini

dan pandangan-pandangan responden tentang topik yang

dibicarakan. Periset dapat bertindak sebagai moderator atau

memercayakan kepada orang lain. Maka FGD merupakan

meotde pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap

dan prilaku khalayak. Biasanya terdisi dari 6-12 orang yang

secara bersama dikumpulkan, diwawancarai dengan dipandu

oleh moderator. (Kriyantono, 2010, hlm 120).

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

61

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada bagian ini peneliti akan bertindak selaku moderator

dan memandu berjalannya proses FGD. Partisipan dalam

proses FGD ini yakni terdiri dari masyarakat dengan berbagai

latarbelakang tetapi aktif dibidang fotografi.

b. Interview/wawancara

Pada penelitian ini wawancara digunakan sebagai data

pendukung atau data sekunder dalam penelitian ini. Esterberg

(dalam Sugiyono, 2008, hlm. 233) mengemukakan macam-

macam wawancara, yaitu sebagai berikut :

1) Wawancara terstruktur (structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan

wawancara, pengumpul data telah menyiapkan

instrumen berupa pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang

sama, dan pengumpul data mencatatnya.

2) Wawancara semistruktur (Semistructure interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori

in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

pihak yan gdiajak wawancara diminta pendapat, dan

ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

62

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara ini tidak terstruktur, adalah wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara hanya berupa gari-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.

Pada wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-

to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan

partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau atau

terlibat dalam focus group interview (interview dalam

kelompok tertentu) yang terdiri dati enam sampai delapan

partisipan per kelompok (Creswell, 2014, hlm 267). Licoln dan

Guba dalam (Sugiyono, 2008, hlm. 235) mengemukakan ada

tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif yaitu :

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan

dilakukan

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan

menjadi bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara

4) Melangsungkan alur wawancara

5) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan

mengakhirinya

6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan

lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara

Patton (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 235) menggolongkan

enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu :

1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman.

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

63

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan ini digunakan untuk

mengungkapkan pengalawan yang telah dialami

oleh informan atau subyek yang diteliti dalam

hidupnya, baik dalam kehidupan pada waktu masih

kanak-kanak, selama di sekolah, di masyarakat, di

tempat kerjad dan lain-lain. Hasil dari wawancara

ini, selanjutnya peneliti dapat mengkontruksi profil

kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir

hayatnya.

2) Pertanyaan yang berkaitan dengna pendapat.

Ada kalanya penelti ingin meminta pendapat

informan terhadap data yang diperoleh dari sumber

tertentu. Oleh karena itu peneliti pertanyaan yang

dilontarkan kepada informan berkenaan dengan

perdapatnnya tentang data tersebut.

3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan.

Mendapatkan data tendang perasaan orang

yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan

mendapatkan data yang sifatnnya kognitif atau

psikhomotorik. Namun demikian perasaan orang

yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari

ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang

digunakan untuk mengungkapkan perasaan

seseorang menggunakan pertanyaan yang tidak

langsung.

4) Pertanyaan tentang pengetahuan.

Pertanyaan ini digunakan untuk

mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus

atau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini

dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut

terlibat dalam peristiwa tersebut.

5) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

64

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertanyaan ini digunakan untuk

mengungkapkan data atu informasi karena yang

bersangkutan melihat, mendengarkan, meraba dan

mencium suatu peristiwa.

6) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau

demografi.

Pertanyaan ini digunakan untuk

mengungkapkan latar belakang subyek yang

dipelajari yang meliputi status sosial ekonomi, latar

belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia,

pekerjaan dan lain-lain.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi-

terstruktur. Melalui teknik wawancara semi-terstruktur ini

diharapkan memperoleh informasi atau data terkait pembuatan

foto cover headline pada harian umum Republika edisi 8

Oktober 2015. Dalam penelititan ini penelititi akan

mewawancara tim redaksi dari harian umum Republika

sebagai narasumber utama dalam penelitian ini.

Saat melakukan wawancara, peneliti tak luput membuat

pedoman wawancara. Hal tersebut dilakukan agar jalannya

wawancara lebih terfokus pada bidang atau objek yang diteliti.

hingga pada saat pelaksanaannya pertanyaan wawancara dapat

berkembang namun tidak keluar jalur dari pedoman yang telah

disediakan. Pengumpulan data dengan wawancara ini hanya

menjadi data sekunder atau data pelengkap dari penelitian ini.

c. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2008, hlm. 240) mengungkapkan bahwa

dokumentasi merupakan catatan perisitiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

65

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam mendukung

pengumpulan data dan pengolahan data. Studi dokumentasi

pada penelitian ini akan terdiri dari gambar atau foto seputar

pelaksanaan penelitian di harian umum Republika, dan foto

headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Selain

dalam bentuk gambar, studi dokumentasi ini berupa gambar

hidup atau dokumen berupa audio visual. Dengan adanya

dokumen-dokumen tersebut sebagai pendukung maka

penelitian ini akan lebih kredibel. Seperti yang dikatakan

Sugiyono (2008, hlm. 240) dokumen berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Hasil

penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-

foto.

d. Studi Kepustakaan

Pada pengumpulan data melalui cara studi kepustakaan ini

makssudnya adalah pencarian sumber-sumber yang dapat

memperkuat objektifitas penelitian ini. Studi kepustakaan ini

meliputi berbagai literasi seperti jurnal ilmiah, penelitian

(skripsi, tesis, desertasi), artikel, dan internet searching.

Melalui cara ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam

menyusun penelitian ini baik dari awal hingga nanti padasaat

mengelola data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian

ini.

2. Instrumen Penelitian

Pada setiap penelitian, kualitas hasil penelitian dapat

dipengaruhi oleh instrumen penelitian, begitupun dengan penelitian

ini. Menurut Arikunto (dalam Kriyantono, 2010, hlm. 96) instrumen

penelitian atau instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan

data agar kegiatan itu menjadi sistematika dan dipermudah olehnya.

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

66

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui instrumen dapat diketahui data dan jawaban yang dibutuhkan

terhadap permasalahan penelitian. Berikut adalah instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini :

a. Pedoman Focus Group Discusion (FGD)

Proses FGD pada penelitian ini yakni dennga

mengumpulkan 6 orang narasumber yang terdiri dari golongan

akademisi, praktisi wartawan foto, mahasiswa dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan setelah melihat foto headline

harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

Pedoman ini peneliti gunakan demi kelancara proses

wawancara dan berguna sebagai batasan-batasan yang dapat

menghalangi pertanyaan yang tidak sesuai dengan penelitian

ini. Pedoman FGD ini disusun dalam bentuk pertanyaan guna

memperoleh data mengenai makna denotasi & konotasi yang

di tangkap oleh masyarakat terkait foto headline di harian

umum Republikaedisi 8 Oktober 2015.

Pedoman FGD

Nama :

Tanggal :

Tempat :

Pekerjaan :

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang

nampak pada foto cover headline harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober

2015?

2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline di harian umum

REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

1) Setelah melihat foto headline di harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober

2015 adakah pesan yang tidak nampak terlihat secara kasat mata ?

2) Bagaimana trick effects (olah digital) yang nampak pada foto headline di

harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

67

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bagaimana pemilihan object dari foto headline di harian umum REPUBLIKA

edisi 8 Oktober 2015?

4) Apa yang anda tangkap dari pemilihan object dalam foto headline di harian

umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

5) Bagaimana pose yang nampak pada objek dari foto headline di harian umum

REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 ?

6) Apa yang anda tangkap dari pose object dalam foto headline di harian umum

REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

7) Bagaimana teknik fotografi yang nampak dari foto headline di harian umum

REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

8) Apa yang anda tangkap dari caption yang nampak pada foto headline di

harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.5

Pedoman Focus Group Discussion (FGD)

b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan sebagai batasan atau

acuan untuk mengembangkan pertanyaan selama penelitian

berlangsung. Pertanyaan ini akan di ajukan kepada tim redaksi

dari harian umum REPUBLIKA terkait foto headline edisi 8

Oktober 2015. Dalam penelitian ini pedoman waancara

dirangkai menjadi butiran pertanyaan yang semi-terstruktur,

agar lebih mudah dalam mengembangkan pertanyaan yang

relevan terkait bidang yang diteliti. Berikut adalah pedoman

wawancara semi-terstruktur yang dibuat :

Pedoman Wawancara dengan Staf Redaktur harian umum Republika

Tanggal :

Tempat :

Narasumber :

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

68

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerjaan :

a) Wawancara ini sebagai salah satu sumber data dalam penelitian dengan judul

“ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP “Analisis

semiotika Roland Barthes pada foto cover headline di harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015”. Peneliti melakukan wawancara ini dengna

tujuan agar mendapat gambaran secara utuh dari permasalahan tersebut.

b) Metode pengumpulan data ini berasal dari Redaktur foto harian umum

Republika.

c) Agar menjamin kerahasiaan, maka setiap data yang bersifat internal dan

pribadi tidak untuk kepentingan umum akan dirahasiakan sepenuhnya oleh

peneliti.

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang

nampak pada foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015?

2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

3) Mengapa topik kabut asap yang dipilih menjadi headline edisi 8 Oktober

2015 ?

4) Hal apa yang mendasari anda menentukan topik kabut asap sebagai foto

headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

5) Mengapa foto headline dengan topik kabut asap tersebut dimuat pada tanggal

8 Oktober 2015 ?

6) Berapa lama tim redaksi menentukan konsep headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

7) Apakah terbitan harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 merupakan

edisi spesial ?

8) Mengapa foto bencana kabut asap dikombinasikan dengan topik pemberitaan

yang membahas tentang turunnya harga solar ?

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

69

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9) Terdapat berapa foto yang dikirimkan fotografer kepada tim redaksi ?

10) Sebelum memilih foto tersebut sebagai foto cover, adakah foto pengganti

untuk foto headline tersebut ? jika ada apa objek yang di tanngkap ?

11) Adakah arahan terhadap wartawan foto untuk pengambilan gambar (baik

objek maupun pose) ?

12) Apa foto yang dikirim disertakan dengan captionnya ?

13) SOP caption di harian republika seperti apa ?

14) Mengapa foto tersebut yang terpilih menjadi healine edisi 8 Oktober 2015 ?

15) Pada foto headline harian umum REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015 foto

yang dicetak penuh satu halaman, mengapa demikian ?

16) Apa yang anda harapkan dari pembaca setelah dimuatnya foto healine edisi 8

Oktober 2015 ?

17) Menurut anda pengertian healine itu apa ?

18) Fungsi utama dari headline itu apa ?

19) Apakah headline bisa dijadikan alat atau ruang dalam sebuah surat kabar

untuk menyampaikan pesannya secara efektif ?

20) Pesan yang lebih mudah sampai pada pembaca itu pesan yang berbentuk

gambar atau tulisan ?

21) Apakah objek dalam foto memiliki pengaruh yang kuat dalam mempersuasi

pembaca ?

22) Dalam praktiknya apakan proses olah digital pada foto dapat merubah pesan

dari foto itu sendiri ?

23) Pada foto jurnalistik apakah olah digital diperbolehkan ?

24) Apa Ideologi dari harian umum Republika ?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.6

Pedoman wawancara dengan Staf Redaktur harian umum Republika

Pedoman Wawancara dengan Wartawan Foto Harian Umum Republika

Tanggal :

Tempat

Narasumber :

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

70

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pekerjaan :

a) Wawancara ini sebagai salah satu sumber data dalam penelitian dengan judul

“ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP “Analisis

semiotika Roland Barthes pada foto cover headline di harian umum

REPUBLIKA edisi 8 Oktober 2015”. Peneliti melakukan wawancara ini

dengna tujuan agar mendapat gambaran secara utuh dari permasalahan

tersebut.

b) Metode pengumpulan data ini berasal dari wartawan foto di harian umum

REPUBLIKA.

c) Agar menjamin kerahasiaan, maka setiap data yang bersifat internal dan

pribadi tidak untuk kepentingan umum akan dirahasiakan sepenuhnya oleh

peneliti.

Makna Denotasi

1) Agar menyamakan presepsi terhadap objek yang diteliti, Objek apa yang

nampak pada foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015?

2) Objek apa yang nampak menonjol dari foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ?

Makna Konotasi

3) Foto headline harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015 nampak objek

seorang anak sekolah, mengapa objek tersebut yang diambil ?

4) Dimana lokasi objek yang nampak pada foto foto headline harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 ? beserta waktu dan tempat kejadian.

5) Bagaimana situasi di lokasi pengambilan gambar (situasi masyarakat dan

situasi kabut asap yang nampak)?

6) Pengambilan foto dalam foto headline harian umum Republika edisi 8

Oktober 2015 berbentuk potrait atau landscape ?

7) Apakan foto tersebut di ambil secara candid (spontanitas) ?

8) Dalam pengambilan gambar tersebut terdapat berapa frame ?

9) Adakah rasa iba/prihatin terhadap objek yang ditangkap ?

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

71

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10) Apakah di lokasi kejadian ada objek lain yang di ambil gambarnya ?

11) Dari berbagai foto yang di ambil dan tersimpan di kartu memori, berapa foto

yang dikirim ke tim redaksi ?

12) Adakah olah digital yang dilakukan sebelum foto dikirim ke tim redaksi ?

13) Apakah foto dikirimkan beserta caption atau hanya foto saja ?

14) Kamera apa yang digunakan dalam mengambil kambar tersebut (merek serta

jenis kamera) ? serta jenis lensa apa yang digunakan ?

15) Apa hal yang mendasari anda memilih foto tersebut untuk dikirimkan pada

tim redaksi ?

Sumber: Diolah Peneliti 2016

Tabel 3.7

Pedoman wawancara dengan wartawan foto harian umum Republika

c. Pedoman Dokumentasi

Pada bagian pedoman dokumentasi peneliti lebih mengacu

pada pengumpulan dokumen atau berkas yang bersifat fisik,

dan bersifat audio. Dokumen yang bersifat fisik ini digunakan

untuk menjadi bukti fisik dari foto cover headline di hariam

umum Republika edisi 8 Oktober 2015, sedangkan dokumen

yang bersifat audio visual merupakan bukti otentik dalam

pelaksanaan penelitian. Meski menggunakan bantuan alat

perekam audio, peneliti juga tak luput untuk menyiapkan

catatan yang berguna untuk mengatasi sesuatu kendala yang

bersifat teknis. Dengan begitu data dalam penelitian ini

menjadi lebih kuat dan nantinya akan dilaporkan dalam hasil

akhir penelitian.

d. Pedoman Studi Kepustakaan

Mengingat penelitian analisis semiotika tidak hanya dapat

dilakukan pada sebuah foto maka, pada penelitian analisis

semiotika ini dibutuhkan studi kepustakaan seperti mencari

buku, jurnal, atau pun dokumen lainnya jika diperlukan. Hal

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

72

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dilakukan guna menafsirkan lebih mendalam terkait

makna denotasi, konotasi, dan mitos pada objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini studi kepustakaan yang dilakukan yakni

mencari berbagai literatur terkait pembangunan makna dalam

fotografi. Dalam foto cover di hariam umum Republika edisi 8

Oktober 2015.

F. Analisis Data

Terdapat dua buah analisis data yang digunakan dalam mengolah

hasil data yang telah dikumpulkan. Dalam mengolah data hasil observasi

yakni peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes terhadap

foto headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015. Sedangkan

untuk mengolah data secara keseluruhan yakni merujuk pada teori yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan

(Sugiyono, 2008, hlm. 245). Pada penelitian ini peneliti menggunakan

analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2008, hlm. 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam model Miles

dan Huberman aktivitas analisis data mencakup 3 hal yakni : (1) Reduksi

data, (2) Display data, (3) Conclusion drawing/kesimpulan. Berikut

penjelasan lebih rinci dari analisis data model Miles dan Huberman :

1. Reduksi Data

Pada saat melakukan penelitian data yang diperoleh dari

lapangan jumlahnya akan sangat banyak, dari jumlah data yang

sangat banyak dan bahkan kompleks, maka diperlukan adanya

reduksi data. Sugiyono (2008, hlm. 247) mengemukakan

mereduksi berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

73

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Pada

proses ini peneliti mencari data yang benar-benar valid. Dalam

proses reduksi ini peneliti selaku peneliti baru maka dapat

mendiskusikannya dengan orang yang memiliki kempetensi

terkait foto cover headline di harian umum Republika edisi 8

Oktober 2015.

Sebelum menganalisa tanda-tanda yang muncul dari foto

cover headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015,

peneliti mereduksi terhadap hasil wawancara. Hal tersebut

dilakukan agar memilah dan memilih jawaban yang tidak

diperlukan dalam penelitian ini. Setelah reduksi dilakukan maka

proses analisis terhadap foto cover headline di harian umum

Republika edisi 8 Oktober 2015 dapat dilakukan, berikut

langkah-langkahnya :

a. Mengidentifikasi foto headline di harian umum Republika

edisi 8 Oktober 2015. Dalam proses ini diperlukan

pencarian dukumen fisik maupun dalam bentuk digital

koran di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

b. Penyajian data pada penelitian ini yaitu berupa hasil dan

interpretasi foto cover headline di harian umum Republika

edisi 8 Oktober 2015. Peneliti menyajikan hasil

interpretasi tersebut secara deskriptif atau dengan cara

memaparkan apa adanya.

c. Menganalisis dan juga menginterpretasi data, maksud dari

analisa di sini adalah mengamati tanda-tanda yang nampak

pada foto cover headline di harian umum Republika edisi

8 Oktober 2015. Sedangkan untuk interpretasi merupakan

pemberian makna terhadap data dari peristiwa yang

nampak pada foto yang telah ditemukan, dengan tujuan

untuk memberikan jawaban dari peristiwa dalam foto.

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

74

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini hasil dari jawaban FGD (Focus Group

Discussion) bersama masyarakat dari berbagai latar belakang

akan peneliti rangkum dan pilih untuk menentukan jawaban

mana yang memang benar-benar diperlukan dalam melengkapi

data dalam penelitian ini. Peneliti melakukan hal tersebut agar

lebih memisahkan data yang tidak perlu dalam penelitian ini,

sehingga pertanyaan dari penelitian ini bisa terjawab.

2. Display data/ penyajian data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay atau menyajikan data. Sugiyono (2008, hlm. 249)

mengemukakan dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan

Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 249) menyatakan “the

most frequent from of display data for qualitative reaserch data

in the past has been narative text”. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Sugiyono (2008,

hlm. 249) mengemukakan dalam melakukan display data, selain

dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik,

network (jejaring kerja) dan chart. Hal tersebut dilakukan agar

data lebih mudah terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.

Pada penelitian ini peneliti melakukan penyajian data

berupa teks naratif. Penyajian data dengan bentuk naratif ini

telah dikumpulkan sebelumnya dan melalui tahap reduksi.

Penyajian data tersebut berisikan bagaimana makna denotasi,

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitianrepository.upi.edu/26982/7/S_IKOM_1200310_Chapter3.pdfPara peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi

75

Alwan Husni Ramdani, 2016 ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan konotasi yang ditangkap oleh masyarakat terkait foto cover

headline di harian umum Republika edisi 8 Oktober 2015.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langka ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles

dan Huberman yakni penarikan kesimpulan dan verivikasi.

Sugiyono (2008, hlm. 252) mengemukakan pada bagian ini

kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sugiyono

(2008, hlm. 253) menjelaskan bahwa kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belumpernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Pada bagian ini peneliti berusaha untuk menginterferensi

data secara jelas dan mendalam agar nantinya pembaca dapat

mengerti dan memahami hasil dari penelitian terkait analisis

semiotika terhadap foto cover headline di harian umu

Republikaedisi 8 Oktober 2015.