19
23 Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Alokasi Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diadakan di Sekolah Dasar Negeri Gedeg, Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang. Adapun alasan pemilhan lokasi PTK ini dikarenakan: a. Model pembelajaran mind mapping belum pernah digunakan di SD tersebut. b. Pada sekolah tersebut siswa mengalami kesulitan dalam kemampuan berpikir kreatif pada materi teknologi transportasi, c. Lokasi dekat sehingga lebih memudahkan untuk melaksanakan penelitian. 2. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping ini di kelas IV SDN Gedeg adalah dengan jumlah siswa 24, yaitu: 17 laki-laki, dan 7 perempuan. B. Metode Penelitian 1. Pengertian PTK Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

BAB III METODE PENELITIAN A. 1. Lokasi Penelitianrepository.upi.edu/19004/6/S_IPS_KDSERANG_1100398_Chapter3.pdfIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING ... Adapun alasan pemilhan

Embed Size (px)

Citation preview

23 Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alokasi Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diadakan di Sekolah Dasar Negeri Gedeg,

Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang.

Adapun alasan pemilhan lokasi PTK ini dikarenakan:

a. Model pembelajaran mind mapping belum pernah digunakan di SD

tersebut.

b. Pada sekolah tersebut siswa mengalami kesulitan dalam kemampuan

berpikir kreatif pada materi teknologi transportasi,

c. Lokasi dekat sehingga lebih memudahkan untuk melaksanakan

penelitian.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian dengan menggunakan model

pembelajaran mind mapping ini di kelas IV SDN Gedeg adalah dengan

jumlah siswa 24, yaitu: 17 laki-laki, dan 7 perempuan.

B. Metode Penelitian

1. Pengertian PTK

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).

24

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arkunto (dalam Asrori, 2009, hlm. 5) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas melalui pemaparan gabungan definisi dari kata “penelitian”,

“tindakan” dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek

dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal

menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam

penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok

siswa yang waktu sama menerima pembelajaran yang disamakan oleh

guru. Jadi Suharsimi berkesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari

guru yang dilakukan oleh siswa.

Suharjono (dalam Asrori, 2009, hlm 5) juga mendefinisikan PTK

adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas bertujuan

memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Dari definisi di atas, penelitian tindakan kelas dapat diartikan

sebagai sumber bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik

pembelajaran dikelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

25

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penting untuk dipertegas di sini adalah pengertian atau makna

“kelas” itu sendiri. Bahwa siswa belajar di “kelas” tidak terbatas hanya di

dalam ruangan saja, tetapi juga termasuk ketika melakukan observasi di

laboratorium, menelaah buku diperpustakaan atau melakukan karyawisata

ke tempat-tempat peninggalan sejarah. Oleh sebab itu, Arikunto

menekankan bahwa, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya

di ruang kelas saja, tetapi bisa dimana saja tempatnya yang penting ada

sekelompok anak yang sedang belajar (dalam Asrori, 2009, hlm. 6).

a. Komponen-komponen Penelitian Tindakan Kelas

Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji

melalui Penelitian Tindakan Kelas, menurut Suhardjono (dalam Asrori,

2009, hlm. 6), meliputi:

1) Siswa dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan

sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di

kelas/lapangan/laboratorium atau dalam kegiatan pembelajaran

lainnya

2) Guru dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang

mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang

berdarmawisata atau sedang mengadakan kunjungan ke rumah

siswa.

3) Materi Pelajaran dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau

sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

26

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Peralatan atau sarana pembelajaran dapat dicermati ketika guru

sedang mengajar dengan tujuan meningkatkan hasil belajar, yang

diamati adalah guru, siswa atau keduanya.

5) Hasil pembelajaran merupakan produk yang harus ditingkatkan,

pasti terkait dengan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan

atau sarana pendidikan, guru, dan siswa itu sendiri

6) Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah maupun yang

melingkungi siswa di rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan

yang dapat dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi

lebih kondusif.

7) Pengelolaan merupakan suatu kegiatan yang sedang diterapkan dan

dapat diatur/direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan,

yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur

dan direkayasa dalam bentuk tindakan.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik PTK menurut Priyono (dalam Sukidin, dkk, 2002

hlm. 23) adalah:

1) Masalah yang dijadikan objek penelitian mencul dari dunia kerja

peneliti,

2) Bertujuan dapat berfikir kreatif guna peningkatan kualitas,

3) Menggunakan data yang beragam,

4) Langkah-langkahnya merupakan siklus,

5) Mengutamakan kerja kelompok.

27

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian di atas, PTK mempunyai karakteristik yang

khusus, yakni untuk berfikir kreatif dan untuk meningkatkan kinerja

guru.

c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam konteks tujuan PTK ini, secara rinci Suhardjono (dalam

Asrori, 2009 hlm 13) mengemukakan sebagai berikut:

1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses serta hasil pendidikan

dan pembelajaran di sekolah,

2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk berfikir

kreatif dalam pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas,

3) Meningkatkan sikap profesionalisme pendidikan dan tenaga

kependidikan, dan

4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan

sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan

perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan.

d. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas

PTK memiliki kelebihan (Asrori, 2009 hlm. 39) untuk digunakan

guru dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar

siswa. Berikut dipaparkan kelebihan PTK:

1) Kerjasama dengan teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas

dapat menimbulkan rasa memiliki,

28

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kerjasama dalam penelitian tindakan kelas dapat mendorong

berkembangnya pemikiran secara kreatif dan kreativitas guru, dan

3) kerjasama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan

kemampuan guru untuk membawa kepada kemungkinan untuk

berubah.

Sesuai dengan paparan di atas, penelitian ini dilakukan sebagai

upaya untuk membantu berfikir kreatif yang ada di kelas dan

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa. Terutama dalam

pembelajaran IPS pada materi teknologi transportasi di kelas IV SDN

Gedeg Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang.

2. Alur/Desain PTK

Alur/desain penelitian tindakan kelas ini menggunakan model

Kemmis dan Mc Taggart, yang mana Kemmis mengembangkan modelnya

berdasarkan konsep Lewin yang kemudian disesuaikan dengan beberapa

pakar perkembangan.

Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi

diri yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan

perencanaan kembali yang merupakan ancang-ancang berfikir kreatif.

Dalam perencanaan Kemmis & Mc Taggart menggunakan sistem spiral ini

dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. (Sukidin,

dkk, 2002 hlm. 48)

29

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Model Stephen Kemmis dan Taggart

Observasi

melakukan pengamatan

terhadap aktivitas siswa

Tindakan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk

melaksanakan pembelajaran

teknologi transportasi menggunakan

model pembelajaran transportasi

Perencanaan

Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran ( RPP )

Refleksi mendiskusikan dan mengevaluasi

tentang permasalahan-

permasalahan yang dirasakan oleh

guru dan hasil belajar. Dilanjutkan

ke siklus selanjutnya.

Siklus I

Observasi

Melihat kondisi yang

objektif pada

pembelajaran IPS di kelas

IV

Refleksi

guru dan peneliti mengadakan diskusi dan

evaluasi tentang permasalahan yang dihadapi

oleh siswa. Peneliti menawarkan model

pembelajaran mind mapping

Pra siklus

Refleksi

Perencanaan

Tindakan

Observasi Siklus2 II

30

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber : Hopkins (dalam Zainal aqib, 2006 hal. 23)

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari beberapa

siklus/putaran. Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor

yang diselidiki. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (dalam Sukidin, dkk, 2002 hlm.

49) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral.

Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan

jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

a. Pra Siklus

1) Observasi

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati kegiatan

pembelajaran pada materi teknologi transportasi di kelas IV SDN

Gedeg, berdasarkan kondisi awal (belum diadakan tindakan).

Pengamatan siswa meliputi: keaktifan, perhatian, serta kemampuan

pemecahan masalah dalam menyelesaikan persoalan selama proses

pembelajaran. Dan mengamati kegiatan guru dalam proses

pembelajaran. Serta mencatat semua hasil pengamatan baik berupa

masalah yang dihadapi selama pembelajaran maupun kendala-

kendala lainnya untuk dijadikan sebagai bahan tindakan selanjutnya.

31

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk

mengevaluasi tentang permasalahan yang ditemui selama observasi,

yaitu: pembelajaran sangat monoton lebih didominasi guru,

keaktifan siswa tidak terlihat dan kemampuan berfikir kreatif siswa

sangat kurang.

Dari permasalahan tersebut, peneliti memberikan refleksi

sebagai bahan rancangan kegiatan pembelajaran untuk merumuskan

siklus I melalui model pembelajaran mind mapping. Jika tidak

mengalami perubahan akan dilanjutkan pada siklus II dan

seterusnya.

b. Siklus 1

Siklus I ini dilaksanakan berdasarkan dari hasil refleksi dari pra

siklus, dengan tahapan sesuai RPP yang telah dipersiapkan. (RPP

terlampir)

1) Observasi

Setelah membuat perencanaan kemudian dilaksanakan

tindakan maka observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa

dalam proses penyelesaian masalah pada materi teknologi

transportasi telah sesuai dengan model pembelajaran mind mapping

dan apakah kemampuan berfikir kreatifnya telah meningkat.

2) Refleksi

32

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bersama dengan guru mengindentifikasi hasil observasi

terhadap pembelajaran IPS materi teknologi transportasi

menggunakan model pembelajaran mind mapping, bila masih

menunjukan kekurangan baik proses maupun hasilnya tidak

mencapai sesuai harapan. Maka peneliti dan guru harus menemukan

kekurangan-kekurangan tersebut dan mencari solusinya. Kemudian

merancang tindakan pada siklus selanjutnya yang lebih baik, yang

telah disesuaikan dengan hasil refleksi tersebut. Dan perbaikan

tindakan akan terus dilakukan sampai pada keadaan saturasi, yaitu

keadaan yang tidak akan ada peningkatan lagi meskipun prosedur

diubah-ubah. Pada saat inilah penelitian dihentikan.

Penelitian ini dilakukan selama beberapa siklus/putaran.

Dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri tes formatif setiap masing putaran. Hal ini dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

1. Pengertian Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Yusrizal, 2010, hlm. 20),

instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

33

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ibnu Hadjar (Yusrizal, 2010) berpendapat bahwa instrumen

merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (dalam

Yusrizal, 2010 hlm. 22) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada

umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut

psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya

digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi

mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah

pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah

pernyataan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

2. Instrumen pada Penelitian

Sebagai alat pengumpul data, instrumen penelitian sangat penting

peranannya, sebab tanpa instrumen yang tepat tidak dapat diperoleh data

yang benar-benar akurat, sehingga mengakibatkan kesimpulan penelitian

yang keliru. Dalam penelitian ini menggunakan dua macam instrumen

yakni tes dan non-tes.

Adapun untuk Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari:

34

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Lembar Observasi

Observasi merupakan kegiatan non-tes yang dilaksanakan melalui

pengamatan/mengamati prilaku siswa atau proses terjadinya suatu

kegiatan, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan

(Wahyudin,Uyu. et all.2006: 51).

Lembar observasi aktivitas siswa ini, untuk mengamati aktivitas siswa

selama proses pembelajaran dan untuk mengetahui proses berfikir

kreatif siswa telah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran

mind mapping.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

No

Aspek yang

Diobservasi Indikator

Kelompok yang Benar Presentase

Rata-rata 1 2 3 4 5 6

1.

Kelancaran a. Kesigapan saat merancang,

b. Kemampuan menghasilkan

banyak gagasan.

2. Fleksibilitas Kemampuan untuk

menggunakan berbagai

pendekatan dalam mengatasi

masalah

3. Keaslian Kemampuan menghasilkan

gagasan yang asli

4. Perumusan Merumuskan pengertian

35

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kembali dengan cara dan dari sudut

pandang yang berbeda

Presentase Rata-rata

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diklasifikasi

menjadi kriteria sebagai berikut (Rasyid, Harun., dan Mansur. 2009:

21):

80% – 100% : Baik Sekali 45% – 59% : Kurang

70% – 79% : Baik ≤44% : Sangat Kurang

60% – 69% : Cukup

b. Tes

Tes ini tersusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif pada materi

teknologi transportasi. Tes formatif ini diberikan diakhir pembelajaran.

Bentuk soal yang diberikan adalah tertulis yang berbentuk isian

(subjektif) sebanyak 10 soal.

Tes ini terdapat pada lampiran RPP pada setiap siklus.

c. Kuesioner (Angket)

Kuesioner ini untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

IPS dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping. Dimana

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

(dalam hal ini siswa) untuk dijawabnya.

36

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk tipe pertanyaan dalam kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup.

Yaitu siswa memberikan tanda ceklis pada kolom untuk jawaban Ya

atau Tidak. Lembar angket sebagai berikut:

37

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KUESIONER/ ANGKET PENELITIAN

TERHADAP PEMBELAJARAN MIND MAPPING

Implementasi Model Pembelajaran Mind Mapping Pada Materi Teknologi

Transportasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa SDN Gedeg

Nama :

NIS :

Tabel 3.2

Kuesioner/ Angket

Berilah tanda ceklis () pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan yang kamu rasakan!

No Pertanyaan Alternatif Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah perasaanmu menyenangkan dengan adanya

penggunaan model pembelajaran mind mapping

dalam proses belajar mengajar IPS materi teknologi

transportasi?

2. Apakah dengan penggunaan model pembelajaran mind

mapping pelajaran IPS materi teknologi transportasi

menjadi lebih mudah?

3. Apakah cara berfikirmu menjadi kreatif dalam menerima

materi teknologi transportasi setelah menggunakan model

pembelajaran mind mapping?

4. Apakah kamu menjadi lebih aktif dalam menerima materi

teknologi transportasi dengan adanya penggunaan model

pembelajaran mind mapping?

5. Apakah kamu merasa termotivasi untuk memperhatikan

pembelajaran IPS pada materi teknologi transportasi dengan

menggunakan model pembelajaran mind mapping?

38

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Analisis Data

Pada analisis pengumpulan data, peneliti menganalisis data-data yang

sudah terkumpul untuk kemudian dijadikan sebagai hasil dari penelitian.

Adapun data yang dianalisis adalah data hasil tes belajar siswa tentang

kemampuan berfikir kreatif siswa pada pokok bahasan teknologi transportasi

dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping serta data hasil

observasi siswa selama pembelajaran di kelas.

1. Lembar Observasi

a. Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa, digunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

% = Persentase pengamatan

𝜮 Ya = Jumlah pengamatan jawaban Ya

𝜮 Indikator = Jumlah indikator untuk langkah penyelesaian

masalah dengan model pembelajaran mind mapping

𝜮 Kelompok = Jumlah kelompok diskusi

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diklasifikasi menjadi

kriteria sebagai berikut (Rasyid, Harun, dan Mansur. 2009: 21):

% Presentase = 𝜮 𝑌𝑎

𝜮 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝜮 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 x 100%

39

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

80% – 100% : Baik Sekali 45% – 59% : Kurang

70% – 79% : Baik ≤44% : Sangat Kurang

60% – 69% : Cukup

2. Tes

Pada analisis hasil tes, peneliti akan menganalisis keberhasilan siswa

dalam mengembangkan kemampuan berfikir kreatif lewat jawaban-

jawaban dari soal-soal mengenai konsep teknologi transportasi. Data yang

diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. nilai yang benar dan sempurna diberi nilai 35 (tiga puluh lima) dan

dianggap mampu serta memahami konsep tersebut. Jawaban yang benar

namun kurang sempurna diberi nilai 15 (lima belas), sedang jawaban

yang salah diberi nilai 0 (nol) dan dianggap belum mampu menguasai

konsep tersebut

b. menentukan nilai rata-rata kelas berdasarkan nilai hasil evaluasi seluruh

siswa. Adapun nilai akhir dari data tes hasil belajar adalah :

Nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh SDN

Gedeg untuk mata pelajaran IPS kelas IV adalah 55. Apabila perolehan rata-

rata yang diperoleh siswa jumlahnya sama atau lebih besar dari nilai KKM,

maka siswa dapat dikatakan tuntas belajar, sedangkan bila pemerolehan nilai

rata-ratanya lebih kecil, maka siswa dinyatakan belum tuntas belajar. Analisis

Nilai Akhir =

Jumlah skor yang diperoleh siswa X 10

x 100 Skor Maksimal

40

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dimulai dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus ketiga akan disimpulkan

hasil dari penelitian secara keseluruhan.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diklasifikasi menjadi

kriteria sebagai berikut (Rasyid, Harun., dan Mansur. 2009: 21):

80 – 100 : Baik Sekali 45 – 59 : Kurang

70 – 79 : Baik ≤44 : Sangat Kurang

60 – 69 : Cukup

3. Kuesioner (Angket)

Data yang dikumpulkan dari kuesioner kemudian dianalisis dengan

mengikuti langkah-langkah (Ruswandi, Herman., et all. 2007) sebagai

berikut:

a. Setelah pelaksanaan latihan soal III, siswa langsung diberikan

seperangkat kuesioner/angket. Siswa yang mengisi ada 24 orang yang

terdiri dari 17 laki-laki dan 7 perempuan

b. Setiap butir kuesioner yang terkumpul kemudian dihitung

c. Data hasil kuesioner ini dibuat bentuk persentase untuk mengetahui

frekuensi masing-masing jawaban yang diberikan. Dalam pengolahan

data, digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Nilai akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑌𝐴

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Nilai akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝐼𝐷𝐴𝐾

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

41

Rifai Al Ghozali, 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA METERI TEKNOLOGI TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk kriteria hasil presentase yang diperoleh sebagai berikut

(Rasyid, Harun dan Mansur. 2009 : 21):

80% – 100% : Baik Sekali 45% – 59% : Kurang

70% – 79% : Baik ≤44% : Sangat Kurang

60% – 69% : Cukup