Upload
phamdan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
18
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, dari bulan Januari hingga
bulan Juni 2018 di Laboratorium Bioteknologi UMM, Laboratorium Biomed
Fakultas Kedokteran UMM, dan screenhouse yang terletak di Dusun Kasin, Desa
Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf, UV LAF, cawan
petri diameter 9 cm, gelas beaker, object glass dan cover glass, mortar-martil,
aluminium foil, plastik wrapping, hand sprayer, hand counter, pisau dan cutter,
pinset, cellspreader, jarum ose, hemositometer, vortex homogenizer, gelas ukur,
erlenmeyer, pipet mikro, botol kultur, tabung reaksi, kertas tisu, dan kertas label.
Bahan yang digunakan adalah media PDA, PDB, NA, dan LB, alkohol 70%,
MgCl2, methanol, kapas, akuades steril, pupuk organik cair (POC), serbuk
carborundum, pupuk kandang, dan top soil. Sampel tanaman yang dieksplorasi
adalah tanaman kedelai sehat yang diambil secara acak di kebun percobaan Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang. Jumlah sampel
tanaman kedelai sehat yang diambil berjumlah lima tanaman berumur 65 hari.
Adapun ekstraksi virus mosaik diambil dari tanaman kedelai umur 65 hari yang
menunjukkan gejala infeksi SMV di kebun percobaan Balitkabi Malang.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas yakni keanekaragaman mikroba endofit
19
indigenous pada bagian akar, batang, daun, polong, dan tanah sekitar perakaran.
Sedangkan variabel terikat terbagi atas intensitas serangan dan ketahanan
tanaman.
3.4 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi. Adapun uji efektivitas
aplikasinya di screenhouse menggunakan rancangan acak kelompok (RAK)
sederhana. Perlakuan dengan cendawan endofit berjumlah 33 perlakuan ditambah
dengan dua perlakuan kontrol. Perlakuan yang ada diulang sebanyak dua kali
sehingga terdapat 70 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah kontrol
positif dengan pemberian POC (P1), kontrol negatif dengan tanpa perlakuan (P2)
dan perlakuan cendawan pada tiga tingkatan pengenceran (P3 s/d P35) yang
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kode Perlakuan Cendawan Endofit Indigenous
No. Kode Isolat
Kode Perlakuan-
Pada Tingkat Pengenceran
100 10
-1 10
-2
1 CKA1 P3 P14 P25
2 CKA2 P4 P15 P26
3 CKA3 P5 P16 P27
4 CKA4 P6 P17 P28
5 CKB1 P7 P18 P29
6 CKB2 P8 P19 P30
7 CKB3 P9 P20 P31
8 CKB4 P10 P21 P32
9 CKD1 P11 P22 P33
10 CKD2 P12 P23 P34
11 CKT P13 P24 P35
Keterangan : CKA1-4 = Isolat cendawan asal akar, CKB1-4 = Isolat cendawan asal Batang,
CKD1-2 = Isolat cendawan asal daun, CKT = Isolat cendawan asal tanah.
20
Denah penelitian untuk perlakuan dengan cendawan endofit digambarkan pada
skema berikut ini:
I II
P4 P1 P13 P2 P18 P4 P1 P13 P2 P18
P16 P22 P10 P29 P3 P16 P22 P10 P29 P3
P9 P24 P15 P25 P32 P9 P24 P15 P25 P32
P35 P5 P23 P11 P21 P35 P5 P23 P11 P21
P34 P28 P7 P20 P30 P34 P28 P7 P20 P30
P27 P19 P17 P26 P14 P27 P19 P17 P26 P14
P33 P6 P31 P8 P12 P33 P6 P31 P8 P12
Gambar 1. Denah Sampel Penelitian Dengan Perlakuan Cendawan Endofit
Perlakuan dengan bakteri endofit berjumlah sembilan perlakuan ditambah
dengan dua perlakuan kontrol. Perlakuan yang ada diulang sebanyak tiga kali
sehingga terdapat 11 unit percobaan. Kontrol positif adalah dengan pemberian
pupuk organik cair (POC) (P1), kontrol negatif dengan tanpa perlakuan (P2), dan
perlakuan bakteri pada tiga tingkatan pengenceran (P3 s/d P11). Kode perlakuan
bakteri dan denah penelitian berturut-turut disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 5.
Tabel 2. Kode Perlakuan Bakteri Endofit Indigenous
No. Kode Isolat
Kode Perlakuan-
Pada Tingkat Pengenceran
10-1
10-2
10-3
1 BKP P3 P6 P9
2 BKA P4 P7 P10
3 BKT P5 P8 P11
Keterangan : BK P = Isolat bakteri asal polong, BK A = Isolat bakteri asal akar, BK T = Isolat
bakteri asal tanah
21
Denah penelitian untuk perlakuan dengan bakteri endofit digambarkan pada
skema berikut ini:
I II III
P1 P2 P1 P2 P1 P2
P3 P6 P3 P6 P3 P6
P9 P8 P9 P8 P9 P8
P11 P10 P11 P10 P11 P10
P4 P5 P4 P5 P4 P5
P7 P7 P7
Gambar 2. Denah Sampel Penelitian Dengan Perlakuan Bakteri Endofit
Keterangan :
1. Jarak antar baris adalah 20 cm,
2. Jarak antar ulangan adalah 40 cm,
3. I dan II merupakan ulangan perlakuan.
3.5 Metode Analisis Data
Hasil eksplorasi terhadap mikroba endofit indigenous dianalisis secara
deskriptif. Data pengujian di lapangan dianalisis dengan analisis varian (ANOVA)
menggunakan program Microsoft Office Excel 2010, kemudian uji lanjut Duncan
Multiple Range Test (DMRT) 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
variabel yang diukur.
3.6 Pelaksanaan Penelitian
3.6.1 Pembuatan Media
1. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar). Kegiatan diawali dengan
menimbang 18 gram bubuk agar, 20 gram dextrose, dan 200 gram kentang
22
yang telah dipotong dadu. Kentang direbus dalam akuades 400 ml hingga
mendidih kemudian diangkat dan disaring untuk diambil sarinya. Setelah itu,
menambahkan 20 gram dextrose ke dalam sari kentang dan mengaduknya
hingga rata. Selanjutnya menambahkan akuades hingga 1000 ml dan
memanaskannya dengan api kecil, sambil memasukkan bubuk agar secara
perlahan lalu mengaduknya hingga homogen. Kemudian menambahkan 2
kapsul chloramphenicol sebagai antibakteri. Menuangkan larutan media PDA
ke dalam tabung Erlenmeyer untuk disterilkan pada autoklaf (suhu 121 ºC
selama 15 menit).
2. Pembuatan media PDB (Potato Dextrose Broth). Pertama, menimbang 20 gram
dextrose dan 200 gram kentang yang telah dipotong dadu. Kentang direbus
dalam akuades 400 ml hingga mendidih, kemudian diangkat dan disaring untuk
pengambilan sarinya. Selanjutnya, menambahkan 20 gram dextrose ke dalam
sari kentang dan mengaduknya hingga rata dan menambahkan akuades hingga
1000 ml. Kemudian menambahkan 2 kapsul chloramphenicol sebagai
antibakteri dan menuangkan larutan media PDB ke dalam tabung Erlenmeyer
untuk disterilkan di autoklaf (suhu 121 ºC selama 15 menit).
3. Pembuatan Media NA (Nutrient Agar). Bubuk NA sebanyak 28 gram yang
telah tersedia ditambahi akuades 1 liter, diaduk, dan dipanaskan. Pemanasan
dilakukan hingga semua serbuk terlarut dan tidak ada sisa kristal. Setelah itu,
menuangkan larutan media NA ke dalam tabung Erlenmeyer untuk disterilkan
pada autoklaf (suhu 121 ºC selama 15 menit).
4. Pembuatan media LB (Lysogeny Broth). Diawali dengan menimbang 10 gram
tripton, 10 gram NaCl, dan 5 gram yeast extract. Selanjutnya bahan ditambahi
23
akuades 1 liter, diaduk, dan dipanaskan. Pemanasan dilakukan hingga semua
serbuk terlarut dan tidak ada sisa kristal. Setelah itu, menuangkan larutan
media LB ke dalam tabung Erlenmeyer untuk disterilkan di autoklaf (suhu 121
ºC selama 15 menit).
3.6.2 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dan bahan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC dengan
tekanan 1.5 atm. Sterilisasi alat berlangsung selama 60 menit, sedangkan
sterilisasi bahan berlangsung selama 15 menit.
3.6.3 Isolasi, Purifikasi, dan Identifikasi Cendawan Endofit Indigenous
Isolasi diawali dengan sterilisasi bagian tanaman kedelai yaitu akar, batang,
daun, polong, serta tanah sekitar perakaran. Bagian tanaman yang telah diambil
dibersihkan dari kotoran dengan cara diuci pada air mengalir. Bagian tanaman
dipotong-potong 1 cm dan direndam dengan alkohol 70% selama satu menit.
Potongan bagian tanaman direndam kembali dengan larutan MgCl2 selama satu
menit, masing-masing pencucian dilakukan dengan dua kali ulangan. Kemudian
mencucinya dengan akuades steril selama satu menit dengan dua kali ulangan, dan
mengeringkannya dengan tisu steril. Bagian jaringan tanaman tersebut ditanam di
media PDA yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun proses inkubasi dilakukan
selama tujuh hari hingga muncul koloni. Purifikasi dilakukan untuk mendapatkan
biakan murni dengan memindahkan miselium yang tumbuh ke cawan petri yang
telah berisi media PDA. Adapun identifikasi cendawan dilakukan berdasarkan
penampakan mikroskopis. Identifikasi mikroskopis cendawan disesuaikan dengan
buku identifikasi Barnett dan Hunter (1999).
24
3.6.4 Isolasi, Purifikasi, dan Identifikasi Bakteri Endofit Indigenous
Isolasi diawali dengan melakukan sterilisasi bagian jaringan tanaman
terlebih dahulu. Setiap bagian tanaman dicuci dengan air mengalir, kemudian
direndam dengan alkohol 70% dan dengan larutan MgCl2, masing-masing selama
satu menit. Perendaman dilakukan dengan dua kali ulangan. Selanjutnya
mencucinya dengan akuades steril selama satu menit dengan dua kali ulangan, dan
mengeringkannya dengan tisu steril. Setiap bagian tanaman kedelai dihaluskan
dengan larutan methanol 70% dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm
selama 10 menit untuk memisahkan natan dan supernatan. Selanjutnya,
supernatan sebanyak 10 µl dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi
media NA. Purifikasi bakteri dilakukan dengan memindahkan koloni bakteri yang
telah tumbuh ke dalam cawan petri berisi media NA dengan metode zig-zag.
Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan penampakan makroskopis dan
mikroskopis. Identifikasi makroskopis bakteri disesuaikan dengan metode
pewarnaan Gramm, sedangkan identifikasi mikroskopis berdasarkan morfologi
bakteri.
Tahapan pewarnaan Gramm adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan object glass yang telah diberi isolat bakteri.
2. Meneteskan larutan kristal violet ke atas isolat bakteri, mendiamkannya
selama satu menit, dan membilasnya dengan air mengalir.
3. Meneteskan lugol ke atas isolat bakteri dan mendiamkannya selama satu
menit, kemudian membilasnya dengan air mengalir.
4. Meneteskan alkohol 96% selama 5-10 detik atau sampai dengan warna luntur,
kemudian membilasnya dengan air mengalir.
25
5. Meneteskan safranin ke atas isolat bakteri dan mendiamkannya selama 30
detik, kemudian membilasnya dengan air mengalir.
6. Mengeringkan object glass dengan kertas penghisap.
7. Mengamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x.
3.6.5 Uji Hipovirulensi
Uji hipovirulensi dilakukan dengan menggunakan tanaman mentimun, hal
ini dikarenakan tanaman mentimun dapat memberikan respon yang cepat terhadap
serangan patogen. Metode yang digunakan pada uji ini adalah menurut
Ichielevich-Auster et.al dalam Worosuryani et.al (2006) dengan modifikasi.
Permukaan benih mentimun disterilkan dengan alkohol 70% selama satu menit,
dilanjutkan dengan Clorox 2% selama 30 detik, lalu dibilas Akuades sebanyak
tiga kali, setelah itu dikering anginkan. Isolat murni cendawan ditanam pada
media PDA dalam botol kultur dan diinkubasi selama tiga hari. Selanjutnya, tiga
benih mentimun ditanam pada tiap-tiap biakan cendawan tersebut dan diinkubasi
selama 14 hari. Sedangkan untuk bakteri, tiga benih mentimun direndam dalam
suspensi tiap bakteri selama 2 jam lalu ditanam pada media NA dalam botol kultur
dan diinkubasi selama 14 hari. Kontrol dibuat dengan menaman benih pada media
tanpa penambahan cendawan dan bakteri. Pertumbuhan benih mentimun diamati
setiap hari. Indeks keparahan penyakit pada hasil perkecambahan mentimun
dideterminasikan dengan skor individual hasil modifikasi Worosuryani et.al
(2006) sebagai berikut:
DSI =
Keterangan :
26
DSI = Disease Severity Index (Indeks Keparahan Penyakit)
N = Nilai tingkat keparahan penyakit masing-masing individu
Z = Jumlah individu yang digunakan
Nilai Tingkat keparahan penyakit:
0 = Sehat dan tidak ada infeksi pada hipokotil,
1 = Satu atau dua bercak coklat muda <0,25 cm,
2 = Bercak coklat muda <0,5 cm dan area kebasahan <10% pada hipokotil,
3 = Bercak coklat muda sampai tua >1,0 cm dan kemudian bergabung
dengan bercak lainnya dan daerah kebasahan 10%<x<100% pada
hipokotil (daun belum layu dan hipokotil masih tegar dan putih,
4 = Hipokotil bercak hitam, daun layu, dan bibit mati.
Worosuryani et.al (2006) menyatakan bahwa isolat yang tidak
menyebabkan gejala penyakit atau menunjukkan gejala yang hanya sedikit
(DSI<2,0) pada perkecambahan mentimun dikategorikan sebagai isolat yang
bersifat hipovirulen. Sneh et.al (2004) juga telah mengklasifikasikan virulensi
isolat cendawan atas lima kategori berdasarkan nilai DSI dan gejalanya. Isolat
dengan nilai DSI 0-0.3 dikategorikan sebagai isolat tidak virulen atau bersifat
hipovirulen. Nilai DSI 0.4-0.9 dengan kategori virulensi rendah, 1-1.9 dengan
kategori moderat, 2-2.9 dengan kategori virulen, dan 3-4 dengan kategori sangat
virulen.
3.6.6 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Uji
Pengujian ketahanan tanaman dilakukan pada tanaman kedelai varietas
Gepak Kuning. Balitkabi Malang (2016) melaporkan bahwa varietas ini tidak
27
memiliki ketahanan terhadap penyakit, sehingga cocok digunakan sebagai
tanaman uji. Gepak Kuning memiliki tipe percabangan agak tegak dengan tinggi
tanaman 55 cm dengan umur berbunga relatif cepat yakni 28 hari, sedangkan
umur polong masak adalah 73 hari. Benih kedelai ditanam dengan kedalaman 2
cm pada media semai. Bibit kedelai yang telah berumur 1 minggu setelah tanam
(MST) kemudian dipindahkan ke dalam polybag berukuran 30 cm x 30 cm. Media
tanam yang digunakan adalah berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:3 (b/b). Tanaman dipelihara di screenhouse dan disusun sesuai
dengan denah percobaan dengan jarak 20 cm x 20 cm antar polybag.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman rutin setiap sore hari, pengendalian
gulma secara manual, dan pengendalian hama dengan pestisida jika ditemukan
ulat dan serangga.
3.6.7 Pembuatan Sari Perasan (sap) Virus Mosaik
Pembuatan sari perasan daun (sap) tanaman kedelai yang sakit bertujuan
mendapatkan virus mosaik. Sap digunakan untuk menginfeksi tanaman sehat yang
sebelumnya telah diinduksi mikroba endofit indigenous. Pembuatan sap dilakukan
dengan mengambil bagian tanaman yang mengandung konsentrasi virus yang
tinggi kemudian digerus menggunakan mortar-martil steril. Hancurnya sel-sel
tanaman tersebut menyebabkan lepasnya virus pada sap. Larutan buffer phosphate
digunakan untuk menstabilkan virus (Sastrahidayat, 2011). Larutan buffer
phosphate sebagai larutan inokulasi 0.01 M (pH 7) ditambahkan dengan
perbandingan 1 g daun terinfeksi virus tiap 5 ml larutan buffer phosphate
(1:5 b/v). Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama
10 menit (Subekti et.al., 2006).
28
3.6.8 Perbanyakan Mikroba Endofit Indigenous
Perbanyakan mikroba endofit indigenous dilakukan dengan metode
suspensi. Suspensi dibuat dengan cara memanen spora cendawan yang diawali
dengan menuangkan media cair PDB steril sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri
berisi biakan cendawan, menggeseknya dengan cellspreader, dan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Suspensi cendawan dihomogenkan
menggunakan Vortex Homogenizer. Setelah itu, suspensi cendawan diinkubasi
selama tujuh hari pada shaker dengan kecepatan 150 rpm. Suspensi cendawan
awal diencerkan dengan tingkat pengenceran 100, 10
-1, dan 10
-2. Penghitungan
jumlah kerapatan spora cendawan menggunakan alat hemositometer dengan
bantuan fotomikroskop optilab. Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan
mengambil biakan menggunakan jarum ose sebanyak 1-2 kali dan disuspensikan
ke dalam 10 ml media cair LB, lalu diinkubasi selama 24 jam. Suspensi bakteri
diencerkan dengan tingkat pengenceran 10-1
, 10-2
, dan 10-3
.
3.6.9 Penghitungan Kerapatan Populasi Spora Cendawan dan Sel Bakteri
Penghitungan kerapatan populasi spora cendawan dan sel bakteri per ml
larutan dilakukan menggunakan hemositometer dibantu dengan mikroskop
cahaya. Tahapan penghitungan dilakukan sebagai berikut:
1. Membersihkan hemositometer dengan alkohol 70% dan mengeringkannya
dengan kertas tisu.
2. Meletakkan cover glass di atas alat hitung.
3. Menambahkan ± 50 μ l suspensi sel mikroba (kira-kira 1 tetes) dengan cara
meneteskan pada parit kaca pada alat hitung. Suspensi sel akan menyebar
karena daya kapilaritas.
29
4. Memastikan bahwa ruangan penuh terisi dengan suspensi mikroba, ditambah
beberapa kelebihan dalam saluran di sampingnya. Membiarkan sejenak
sehingga sel diam di tempat (tidak terkena aliran air dari efek kapilaritas).
5. Meletakkan alat hitung pada meja objek mikroskop, kemudian mencari
fokusnya pada perbesaran 40 x10.
6. Menghitung jumlah spora cendawan atau sel bakteri pada 5 kotak hitung.
Hasil perhitungan kemudian dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut
(Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, 2009):
x 10
3
Keterangan:
A = Luas Kotak Hitung = 0.04 mm2 x 5 = 0.2 mm
2
B = Kedalaman Bidang Hitung = 0.1 mm
Faktor Pengenceran =
1.6.10 Inokulasi Mikroba Endofit Indigenous pada Tanaman Kedelai
Inokulasi mikroba endofit indigenous pada tanaman kedelai dilakukan
sebanyak tiga kali. Inokulasi cendawan pertama kali dilakukan dengan merendam
benih yang telah disterilisasi pada suspensi cendawan endofit selama 24 jam.
Inokulasi kedua dilakukan dengan menyiramkan suspensi cendawan endofit ke
sekitar perakaran bibit kedelai pada pertengahan fase vegetatifnya, yaitu pada 2
minggu setelah tanam (MST). Inokulasi ke tiga dilakukan dengan menyemprotkan
suspensi cendawan tersebut ke permukaan daun kedelai bagian bawah di akhir
masa pertumbuhan vegetatifnya, yaitu pada umur 4 MST. Kontrol pada masing-
30
masing inokulasi menggunakan akuades steril untuk perendaman dan penyiraman.
Adapun inokulasi bakteri endofit indigenous juga dilakukan sebanyak tiga kali,
yakni dengan merendam benih kedelai menggunakan suspensi bakteri selama dua
jam, menyiram bibit kedelai umur 2 MST dengan suspensi bakteri, dan
menyemprotkan suspensi bakteri ke permukaan daun bagian bawah pada bibit
kedelai umur 4 MST.
3.6.11 Infeksi Virus Mosaik dengan Metode Sap
Sari perasaan daun terserang virus (cairan sap) yang telah diperoleh
kemudian dioleskan pada daun muda yang sebelumnya sudah ditaburi atau dilukai
dengan serbuk karborundum. Aplikasi cairan sap dilakukan dengan cara
mengoleskannya pada permukaan daun bagian atas menggunakan kapas steril.
Subekti et.al (2006) menyatakan bahwa setelah pengolesan sap, segera dilakukan
pembilasan sisa-sisa cairan perasan yang masih melekat pada permukaan daun
tanaman uji menggunakan air mengalir.
1.6.12 Pengamatan Intensitas Serangan Virus dan Ketahanan Tanaman
Intensitas serangan atau infeksi virus pada tanaman kedelai ditentukan dengan
menggunakan rumus kerusakan mutlak sebagai berikut (Untung, 2010):
I =
x 100%
Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
A = Banyaknya daun yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.
B = Banyaknya daun yang tidak terserang (tidak menunjukkkan gejala
serangan).
31
1.6.13 Pengamatan Badan Inklusi Virus
Tanggap histologi pada tanaman yang terinfeksi virus adalah berupa
pembentukan badan inklusi di dalam sel. Adapun metode diagnosis virus
penyebab penyakit tanaman salah satunya adalah melalui pengamatan badan
inklusi virus. Pengamatan badan inklusi virus dilakukan berdasarkan metode yang
dijelaskan oleh Balai Karantina Pertanian (2009). Pengamatan badan inklusi virus
dilakukan dengan cara mengambil daun yang terinfeksi virus. Sampel daun
kemudian dipotong/diiris melintang setipis mungkin menggunakan silet. Irisan
tersebut kemudian diletakkan pada kaca objek dan diberi setetes metilen biru, lalu
ditutup dengan cover glass. Pengamatan badan inklusi virus dilakukan dengan
mikroskop cahaya dengan perbesaran 40 kali.