46
39 BAB III KEGIATAN EKONOMI SURAKARTA AWAL ABAD XX Perubahan ekonomi di Surakarta awal abad XX dipengaruhi oleh faktor pelaku dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.Komposisi penduduk yang beragam mempengaruhi kegiatan ekonomi karena ditentukan oleh pelaku.Setiap lapis penduduk (kaum Eropa, Cina dan bumiputra) melakukan peran ekonominya masing-masing sebagai pelaku.Arus ekonomi yang dilakukan seperti mendapat dukungan ketika fasilitas-fasilitas pendukung perputaran uang mulai dirintis. Seperti bank, pegadaian, perkreditan, listrik serta infrastruktur jembatan dan jalur transportasi. Periode awal abad XX, kehidupan kota sudah dihuni oleh berbagai macam etnis, suku, dan warga asing.Pada tahun 1900, jumlah keseluruhan penduduk kota 109.459 jiwa, terdiri dari 1.973 warga Eropa; 5.123 etnis Cina; 171 jiwa Arab; 262 jiwa warga timur asing lainnya; dan sisanya 101.924 pribumi Jawa. Lima tahun kemudian, populasi penduduk di kota Surakarta mengalami peningkatan. Penduduk yang tinggal di kota jumlahnya mencapai 118.378 jiwa, yang terdiri dari 1.572 warga Eropa; 6.532 etnis Cina; 337 jiwa Arab; 413 jiwa warga timur asing; dan 109.524 warga pribumi Jawa. 1 1 Kuntowijoyo, Making an Old City Pleasant Place to Stay For Meneer and Mevrouw: Solo, 1900-1915, dalam Jurnal HUMANIORA Volume XII. No. 2 Tahun 2000, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, hlm. 139.

BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

  • Upload
    ledung

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

39

BAB III

KEGIATAN EKONOMI SURAKARTA AWAL ABAD XX

Perubahan ekonomi di Surakarta awal abad XX dipengaruhi oleh faktor

pelaku dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.Komposisi penduduk yang

beragam mempengaruhi kegiatan ekonomi karena ditentukan oleh pelaku.Setiap

lapis penduduk (kaum Eropa, Cina dan bumiputra) melakukan peran ekonominya

masing-masing sebagai pelaku.Arus ekonomi yang dilakukan seperti mendapat

dukungan ketika fasilitas-fasilitas pendukung perputaran uang mulai dirintis.

Seperti bank, pegadaian, perkreditan, listrik serta infrastruktur jembatan dan jalur

transportasi.

Periode awal abad XX, kehidupan kota sudah dihuni oleh berbagai macam

etnis, suku, dan warga asing.Pada tahun 1900, jumlah keseluruhan penduduk kota

109.459 jiwa, terdiri dari 1.973 warga Eropa; 5.123 etnis Cina; 171 jiwa Arab;

262 jiwa warga timur asing lainnya; dan sisanya 101.924 pribumi Jawa. Lima

tahun kemudian, populasi penduduk di kota Surakarta mengalami peningkatan.

Penduduk yang tinggal di kota jumlahnya mencapai 118.378 jiwa, yang terdiri

dari 1.572 warga Eropa; 6.532 etnis Cina; 337 jiwa Arab; 413 jiwa warga timur

asing; dan 109.524 warga pribumi Jawa.1

1 Kuntowijoyo, “Making an Old City Pleasant Place to Stay ForMeneer and Mevrouw: Solo, 1900-1915”, dalam Jurnal HUMANIORA VolumeXII. No. 2 Tahun 2000, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,hlm. 139.

Page 2: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

40

Tabel2Rata-rata tingkat kepadatan pribumi Karesidenan Surakarta

(perdistrik) Tahun 1925

Kabupaten Distrik Tingkat Pertambahan(per km2 )

Surakarta

Dalam kota 756Bekonang 59Kartasura 79Sukoharjo 29Tawangsari 35

Kota Mangkunegaran

Kota MN 75Wonogiri 39Wuryantoro 26Baturetno 27Jatisrono 35Purwantoro 33

Sumber: Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan Surakarta,1880-1930”, LEMBARAN SEJARAH Vol.4 No.1 Tahun 2001, Fakultas Ilmu

Budaya UGM, hlm. 134.2

Kehidupan perkotaan yang majemuk, berpengaruh pula terhadap berbagai

kegiatan ekonomi setiap warganya. Pada sektor perdagangan mikro yang tidak

memerlukan modal yang besar dijalankan oleh para pribumi (wong cilik).

Sebaliknya, untuk sektor perdagangan yang bermodal besar, memiliki alat

produksi juga tempat untuk berjualan (toko) diperankan oleh kaum Eropa; Cina

dan pribumi yang kaya. Bidang lain yang menjadi profesi mencari nafkah adalah

kuli, tukang, sopir dan masih ada beberapa lainnya. Mereka bekerja demi

pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin hari meningkat. Penggerak ekonomi

kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini,

2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di KaresidenanSurakarta, 1880-1930”, LEMBARAN SEJARAH Vol.4 No.1 Tahun 2001, FakultasIlmu Budaya UGM, hlm. 136.

Page 3: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

41

akan diuraikan mengenai para pelaku ekonomi di kota Surakarta beserta fasilitas

yang turut menunjang kegiatan perekonomian.

Gambar 1. Peta Kota Surakarta pada tahun 1927Sumber : www.coloniallibrary.edu.nl

A. Ekonomi Masyarakat Kota

1. Kegiatan Ekonomi Bumiputra

Pekerjaan yang bervariasi muncul dan turut menggerakkankehidupan

sosial-ekonomi perkotaan.Beberapa pekerjaan yang dimaksud mulai dari penjahit,

pedagang, tukang bangunan, tukang ledeng, kusir kereta kuda, pelatih penunggang

kuda, penarik grobag dan lain sebagainya. Meskipun beberapa usaha bidang jahit-

menjahit secara kepemilikan merupakan milik etnis Cina, akan tetapi para

penjahitnya berasal dari penduduk asli bahkan ada pula didatangkan dari luar

kota. Para penjahit yang datang dari luar kota contohnya dari Surabaya dan

Semarang. Untuk bekerja di usaha pakaian ini para pekerja harus melalui

Page 4: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

42

seleksi.Pelanggan yang hendak menjahitkan pakaian juga harus memesan terlebih

dahulu.3

Para pendatang dari luar daerah datang mencoba peruntungan mereka

lewat berdagang.Mereka sebagian besar berjualan di dekat keramaian atau bahkan

masuk dalam komunitas pasar.Contohnya para pedagang tahu di Warung Pelem

juga penjual esdi sekitar jembatan gantung sekitar Pasar Gede.Pedagang tahu

sengaja berdagang mendekati penjual tahu kupat dan pasar. Hal tersebut

disebabkan selain tahu dijual secara mandiri juga dibutuhkan oleh penjual tahu

kupat di daerah pasar.4 Sejalan dengan apa yang dilakukan penjual tahu, pedagang

es juga mendekati pasar untuk menjangkau para pelanggannya.5Hal ini

membuktikan bahwa antar pelaku ekonomi memiliki simbiosis yang memang

terjalin erat.

Pasar dadakan juga muncul ketika para pendatang berdagang di kota Solo.

Mereka yang tidak memiliki tempat untuk menggelar dagangannya, sengaja

berjualan di tepi sungai sebelah utara kampung Kauman.Barang yang dijual

bermacam-macam, namun dalam jumlah yang kecil (klitikan). Tempat berdagang

yang seadanya, mengganggu kebersihan kota dan dipandang membuat kotor.

Akhirnya, para pedagang klitikan ini diusir, keberadaan mereka menyebar di

sekitar Pasar Pon dan Slompretan. Pada tahun yang sama, pasar baru di Solo

didirikan. Daerah perkampungan Sorogenen mulai dipasang loods berbahan dasar

3Usaha tailor terkemuka di kota Solo adalah Kleermaker Baroe milikKwee Janhoo-The Mo Liem, beralamat di Mesen. Para pekerja di KleermakerBaroe ahli di bidangnya, penjahit sengaja di datangkan dari Surabaya danSemarang. Darmo Kondo, 4 Januari 1904.

4Darmo Kondo, 11 Januari 1904.

5Darmo Kondo, 25 Januari 1904.

Page 5: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

43

kayu jati dilengkapi dengan genteng diatasnya.Pengelolaan pasar baru tersebut, di

bawah kewenangan keparak tengen.6

Gambar 2. Beberapa pedagang yang berjualan di pinggir jalanSumber: www.kitlv.nl

Mencari nafkah memang membutuhkan modal, baik berupa materi, tenaga

atau pikiran. Tidak seperti pendatang yang memiliki modal materi untuk

mendirikan usaha berupa toko dan dagangan, para tukang datang ke kota

bermodal tenaga saja. Tukang-tukang yang datang ke kota berasal dari daerah

sekitar, seperti tukang besi dari Klaten, tukang peleleh besi dari Bayat dan

beberapa tukang lain seperti tukang kayu dan bangunan dari daerah (desa sekitar).

Pekerjaan sebagai tukang dianggap sebagai pekerjaan yang lebih ringan jika

dibandingkan dengan buruh batik. Dengan jam kerja yang berbeda, dan para

buruh batik dilaporkan hanya menerima gaji sebesar f 1.50 per-bulannya.7

6Darmo Kondo, 14 Januari 1904.

7 Laporan tersebut disampaikan dalam Vergaderingnja S.I.K.TDirecteur O. E. en N. yang diselenggarakan di astana karesidenan di Solo, tersalindari s.k. N.V. Samboengan No. 23. Dalam laporan tersebut para penggagasvergadering, Tuan Bervoets; Tuan de Witte; Tuan Raat; Paduka Tuan Bertsmengusulkan bahwa pemuda yang berumur minimal 18 tahun diberikan pelatihantukang dan dikirim ke Surabaya, agar menjadi tukang professional dengan gaji perbulan f 10. Darmo Kondo, 2 Mei 1904.

Page 6: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

44

Tabel 3Harga Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Solo

Sumber: Surat Kabar Darmo Kondo, 14 April 1904.

Berbagai macam usaha dilakukan untuk mendapatkan uang, salah satunya

adalah menjual jasa lewat keterampilan. Keterampilan mengendarai kuda (kusir)

menjadi profesi yang bisa dijadikan pegangan untuk mencari rejeki di kota. Kuda

yang dikendarai berikut dengan muatannya ada dua jenis, membawa barang

maupun kereta penumpang.Untuk kuda yang bermuatan barang, sang kusir juga

harus mampu mengendalikan grobag yang terletak di belakang kuda. Selain

terlatih dalam hal mengendarai kuda beserta grobagnya, kusir juga harus

mematuhi peraturan yang berkaitan dengan pengiriman barang (menempuh

perjalanan). Kusir dilarang dengan keras, pertama, menganiaya kuda penariknya,

kedua, dilarang merusak grobag sendiri, ketiga, untuk ikut membantu menjaga

fasilitas jalan agar tidak rusak. Barangsiapa melanggar hal-hal yang sudah

ditetapkan, akan dikenakan sangsi yang merugikan pengendara.8

8Darmo Kondo, 5 Mei 1904.

Nama Barang Harga dalam satuan gulden (f)Beras putih

Kualitas Nomor 1 6.10Kualitas Nomor 2 5.50

Beras merah 4Kacang Ijo 6Kacang Merah 6Kacang Putih 7.50Kacang Bali 3.75Kacang kedele 5.80Kacang wijen 5.50Gambir Kualitas No.1 38Gambir Kualitas No.2 36Soga 40Tepung gaplek 1Minyak kelapa 5.10Minyak kacang 1.90Minyak jarak 2.50Minyak petroleum merk Devoes 4.70Minyak petroleum merk Java 2.20Minyak petroleum cap Kron 2.30

Page 7: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

45

Berbeda dengan kereta kuda pengangkut barang, kereta kuda

berpenumpang dipersiapkan dengan sebaik mungkin.Kusir dan knecht kuda

berpakaian rapi agar terlihat eksklusif. Kereta kuda juga dilengkapi dengan

lonceng seharga f 1,5 yang berbunyi “kring-kring” untuk menarik perhatian

sewaktu melintas di jalan. Hal ini yang membuat para priyayi atau kaum muda

gemar berkendara kereta kuda ketika hendak melakukan perjalanan di kota,

tentunya dengan biaya yang tidak murah.9Penyebabnya selain fasilitas yang

ditawarkan, pajak kepemilikan kuda juga cukup mahal. Untuk satu ekor kuda

dikenakan pajak (belasting) sebesar f 6; dua ekor kuda f 8; tiga ekor f 10; empat

ekor 12 dan lima ekor f 15.10

Kebutuhan hidup yang semakin mendesak bersamaan dengan kemampuan

diri yang kurang memadai memaksa seseorang melakukan hal yang menyimpang,

walaupun tidak semuanya melakukan hal yang demikian. Dilaporkan, pada

tanggal 19 Januari 1904, rumah seorang petani di Bekonang (timur kota Solo)

kemalingan. Pencuri menyusup masuk dengan menggali tanah di sekitar rumah,

sebelah samping dan belakang rumah dirusak oleh pencuri.Kerugian yang diderita

akibat peristiwa ini, petani kehilangan baju beserta kain-kain berharga.Nilai baju

dan kain yang dibawa pencuri mencapai f 10.11

Kabar kecu ramai dibicarakan dalam berita-berita harian lokal.Berita dari

Sukoharjo, bahwa dalam bulan Januari, telah terjadi 2 kali perkara kecu.Kejadian

ini turut merepotkan petugas keamanan (politie) setempat.Dari Wonogiri

9Darmo Kondo, 21 Januari 1904.

10Darmo Kondo, 8 Februari1904.

11Darmo Kondo, 25 Januari 1904.

Page 8: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

46

dikabarkan, pada malam hari, rumah seorang perempuan janda di desa Jaten

(Wonogiri) telah didatangi oleh sekawanan kecu.Seluruh barang berharga

diangkut oleh para kecu, dan janda tersebut masih menderita luka akibat ditikam

dengan menggunakan senjata tajam.Politie berjaga-jaga di lokasi kejadian untuk

memastikan tempat tersebut aman dari ancaman kecu.

Menghalalkan segala demi mendapatkan uang merupakan ciri-ciri perilaku

menyimpang.Kota Solo sebelah barat, tepatnya di Purwosari, para penjual candu

(opium) tertangkap oleh satuan keamanan setempat yang dipimpin Tuan

Schout.Para penjual candu ini memasarkan barangnya secara illegal. Barang

tersebut didapat dari pacht candu di Semarang, dikirim lewat kereta api.12Selain

penjualan barang illegal, bermain judi untuk mendapatkan uang berlipat secara

cepat juga ditangkap oleh politie.Tuan Hasmorotantro menulis dalam laporan

surat kabar, bahwa di antara suasana kampung yang sunyi, seperti di Madiotaman,

di Petetan dan lain lain, banyak orang berkumpul bermain judi dengan bertaruhan

uang.13

Persaingan di dunia perdagangan yang semakin ketat, sering membuat

orang melakukan hal-hal diluar nalar.Dilaporkan bahwa mitos raksasa ijo atau

Buto Ijo muncul di pasar-pasar Solo.Berawal dari cerita mengenai Kanjeng Ratu

Kidul yang datang ke Surakarta dan mengutus Buto Ijountuk memusnahkan

barangsiapa yang melakukan kegiatan jual beli di pasar.Cerita-cerita tersebut

membuat sebagian besar pedagang panik dan khawatir. Dampaknya beberapa

pasar sepi, contohnya Pasar Karanganyar (Sragen) yang biasanya orang yang

12Darmo Kondo, 21 Maret 1904.

13Darmo Kondo, 4 Januari 1904.

Page 9: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

47

berjual-beli tidak kurang dari 2000 orang tetapi kemudian tidak ada 100 orang

yang datang ke pasar, karena semua sama ketakutan jika di terkam sang Boeto

Idjo.14

Kegiatan ekonomi pribumi dipengaruhi pula oleh kondisi global. Perang

Dunia (1914-1918) berpengaruh terhadap industri batik terutama pada

pemberhentian atau pengurangan dari pemasukan bahan dasar yang diperlukan

untuk kerajinan membatik.Pada awal pecahnya perang dunia,bahan pewarna kain

sulit untuk diperoleh, bantuan pemerintah untuk membeli dan mendistribusikan

belum mampu memperbaiki keadaan yang tidak normal di perusahaan batik.

Pasokan impor kain putih salah satunya dari Eropa juga dikurangi.Pemasukan

bahan dari Jepang yang lebih kasar tidak ada banyak perubahan.15 Alternatif

supply pewarna buatan dari Amerika dan Jepang juga tidak menolong.Pemasukan

bahan utama yang terlalu sedikit membuat harganya sedemikian naik, oleh karena

itu rakyat yang dalam kondisi miskin, karena perang, jarang dapat membeli batik

baru.16

Periode sebelum terjadinya perang, industri batik di Jawa, Solo salah

satunya merupakan sektor ekspor yang potensial.Nilai ekspor pada waktu normal

jumlahnya mencapai 2.000.000 gulden.Namun, keadaan berubah semenjak

pecahnya perang.Tingkat ekspor di bidang batik menurun, tidak mencapai angka

yang tinggi lagi. Hal ini juga disebabkan; pertama, harga yang melonjak tinggi

14Darmo Kondo, 8 Februari 1904.

15Baik membatik yang dilakukan perorangan ataupunkegiatan masaldari hasil mengecap, mutu kualitas dari katun kasar sangat menurun.Perbaikandilakukan setelah perang dunia selesai. Periksa Koperberg, Industri Batik Jawa,terjemahan H.R. Soetono, (Solo: Reksopustoko, 1996)

16Koperberg, Ibid.,hlm. 5.

Page 10: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

48

sehingga tidak terbelinya bahan baku; kedua, sarana angkut ke jalur perdagangan

mengalami kemandegan; ketiga, juga banyaknya usaha batik yang gulung tikar.17

Tabel 4Harga Bahan Baku Batik

Nama BahanSebelum tahun

1914Tahun 1916

LabelMahal

Harga padatahun 1920

Kain putih panjangnya 15yard

f 3 – f 8 f 13 300% f 20 – f 25

Aniline bahan cat (bukanindigo) per kg

f 8 – f 8,250 f 80 900% f 16

Indigo tiruan, per 30 kg f 82,50 f 228,50 200% f 412Damar-gondoruken dariAmerika f 8 f 32 300% f 31Tawas-Aluin, Jepang Tidak dipakai f 6,50 f 13Lilin, minyak gas-malamparrafine dari DPM dan kainMij

f 24 f 32 50% f 32,50

Tawas-Aluin, Inggris f 7 f 21 200% f 25Lilin-Tawas, malam tawonterutama di Timor f 100 f 115 15% f 130Toendjoeng Ijzersulfaat-beitsmiddel f 3 f 12 300% f 15Toendjoeng Ijzersulfaat-beitsmiddel, Jepang - f 9 - f 12,50Kayu warna, kayu tinggiMerah f 3 f 3,50 16% f 7Kulit dari kayu Tegeran(kuning) Timor f 15 f 25 70% f 70Blendok-semacam perekatdicampur dengan kulit pohon f 40 f 60 50% f 55Mata kucing-semacamdammar dicampur dengankulit pohon

f 34 f 40 16% f 60 – f 70

Kembang Somba f 24 f 80 230% f 30Dicampur dengan kulit pohonKembang Sari Kuning f 11,50 f 21 80% f 35

Sumber: Koperberg, Industri Batik Jawa, terjemahan H.R. Soetono, (Solo:Reksopustoko, 1996), hlm. 21.18

Perang Dunia yang terjadi turut mempengaruhi harga-harga bahan pokok

perbatikan.Kenaikan harga tidak bisa dihindari, sebagian besar mengalami

17Ibid.

18Ibid.

Page 11: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

49

peningkatan.Mulai harga mori sebagai bahan dasar, pewarna kain, juga bahan lilin

mengalami perubahan harga yang cukup jauh dari harga normal.Pada tahun 1914,

harga kain mori dengan panjang rata-rata 15 yard mampu dibeli oleh para

pengusaha dengan harga f 3- f 8, namun krisis perang membawa perubahan harga

menjadi f 18 pada tahun 1916. Berdasarkan koran lokal, harga mori per kain

(tanpa ukuran pasti) di Kota Solo berubah dari f 2,25 menjadi f 2,35.19Perubahan

harga yang meningkat tinggi, mengakibatkan para pengusaha batik terpaksa

mengurangi bahkan menutup usahanya.

Bangkrutnya para pengusaha batik semasa perang dunia, berakibat pada

pengurangan tenaga kerja dan menipisnya kesempatan kerja.Hasilnya, angka

pengangguran bertambah.Jumlah pengangguran di daerah Solo dan sekitarnya

mencapai 16.000 orang. Pengangguran yang berada di kota kurang lebih 9.000

orang, tapi dalam surat kabar diinformasikan mencapai angka 10.000

orang.20Komposisi pengangguran di sektor perbatikan terdiri dari pengusaha

kerajinan, para buruh pekerja dan para pedagang.

Berdasarkan pengumuman dari Nijverheid en Handelpada tahun 1916 No

6, jumlah perusahaan pembatikan dan pengecapan yang ada di Jawa dan Madura

berjumlah 579 dengan total pegawai 7606 orang. Sementara dalam laporan

Mededelingen omtrent enkele onderwepen van algemeenen aard yang ditutup

pada tahun 1920, diketahui bahwa jumlah perusahaan menurun mencapai angka

362 dengan total pekerja 6139 orang.Pengumuman dari bagian perniagaan

19Darmo Kondo, 3 Juli 1916.

20 Dalam surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch Indië,24 Februari 1919, pengangguran (werkloss) di kota Solo mencapai 10.000 orangdalam bisnis batik.

Page 12: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

50

memberikan informasi untuk Karesidenan Solo jumlah perusahaannya adalah 205,

dengan rata-rata pegawai 16 orang per perusahaan.Jumlah perusahaan batik yang

ada di Solo terhitung besar jika dibandingkan Yogyakarta.Daerah Yogyakarta ada

69 perusahaan dengan jumlah pekerja rata-rata sama dengan Solo.21

Tabel 5Jumlah Pekerja Dan Pengusaha Industri Batik di Daerah Solo

Onderdistrict PekerjaPengusaha

Eropa Pribumi Cina ArabKampung Kidul 60 - 8 - -

Kampung Lor 106 - 1 9 -Gading 33 - 10 8 26

Jebres 76 - - 12 -

Serengan 246 1 16 14 -Gandekan 315 - 10 25 -

Laweyan 525 - 70 - -

Kota Solo 478 2 43 17 11

Sumber: Aantal Werklieden en Ondernemers bij de Batikindustrie in het DistrictSolo22

Menurut pemberitahuan ini hanya di daerah Solo ada 283 perusahaan

dengan 2144 pekerja, ini adalah rata-rata 7-8 orang per perusahaan. Keadaan

seperti demikian yang membuat kota Solo sebagai salah satu penghasil batik

terbesar di Jawa Tengah. Hampir dua pertiga industri batik cap berada di Solo.

Selain dari itu, Solo adalah kota di mana dibuat cap (stempel) dari tembaga

terbaik yang selalu dicari di seluruh Jawa karena betul-betul mempunyai desain

Indonesia.23

21Data tersebut diperoleh dari penelitian Koperberg yang mengacupada data Volkscredietwezen.Koperberg, op.cit.,hlm. 6-7.

22Ibid.

23Ibid.,hlm. 8

Page 13: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

51

Para buruh industri batik masing-masing digaji berdasarkan hasil yang

diperoleh untuk produksi kain batik per kodi (setara dengan 20 biji).Besarnya

pemberian gaji tergantung pada jenis kain batik yang dikerjakan. Jenis kain

Plipitan besar gaji per kodi f 0,20. Jenis tembok dan kodi besar masing-masing f 2

dan f 2,50. Berbeda dengan yang lain, untuk batik kemplongan sebesar f 0,175 dan

kain cap mencapai f 0,70.

Tabel 6Jumlah Buruh dan Gaji Harian Pada Perusahaan Batik

dan Perusahaan Pewarna Kain di Surakarta 1920

Mandor Buruh Berpengalaman Kuli BiasaTimurAsing

Pribumi TimurAsing

Pribumi TimurAsing

Pribumi

L P L PJumlahBuruh

10 57 28 2018 778 20 2372 2733

GajiHarian

f 1 f 0,60 f 0,70 f 0,75 f 0,40 f 0,75 f 0,40 f 0,20

Sumber :Kolonial Verslag 192024

Keterangan: L untuk Laki-laki, P untuk Perempuan.

Berdasarkan tabel tersebut, tampak jumlah buruh yang bekerja dalam

industri batik dan perusahaan pewarna kain di Surakarta pada tahun 1920.Berasal

dari kalangan pribumi dengan pembayaran gaji bervariasi.Besarnya gaji yang

diterima oleh para bekerja berdasarkan kemampuan dan keahlian.Bagi pekerja

yang berpengalaman atau mandor, uang yang mereka terima lebih besar jika

dibandingkan dengan pekerja yang hanya mengerahkan tenaganya untuk proses

produksi.

24 Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927: Tinjauan SosialEkonomi”, dalamLembaran Sejarah Vol.2, No.1.(Yogyakarta: Jurusan IlmuSejarah Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1999), hlm.72.

Page 14: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

52

Residen Solo, A.J.W Harloff, memberikan gambaran kondisi perindustrian

batik ketika memerintah.Menurutnya, kerajinan batik merupakan cabang industri

yang paling menonjol di Solo. Jumlah pengrajin batik yang bersamaan dengan

pemogokan usaha karena sehubungan dengan hasil yang tidak mencukupi akibat

malaise sejak tahun 1920, menurun sampai 72 orang atu 25% dari jumlah kuli

yang bekerja pada usaha ini dengan 730 orang atau 33%. Peninjauan dilakukan

terhadap industri batik dengan tingkat produksi yang terhitung besar.25

Pada akhir tahun 1921, malaise dalam usaha batik telah mencapai titik

tertinggi dan gejala-gejala kehidupan kembali terasa.Oleh para importir bahan

dasar kembali diberikan dalam bentuk kredit jangka pendek.Bahan cat juga

mampu diperoleh dalam jumlah lebih besar daripada sebelumnya. Harga kain

putih saat itu belum berubah, namun banyak dugaan harga tidak akan turun dari

harga sebelumnya. Perkiraan tersebut salah, harga kain putih (mori) pada bulan

Maret menurun dari f 10 menjadi f 7 untuk ukuran 15 yard.Dalam kekhawatiran

pada kemerosotan harga yang lebih buruk, para pengrajin batik kembali

menimbun persediaan besar, sementara semangat beli merosot. Nampaknya ada

prinsip yang terulang secara teratur bahwa pasar untuk barang-barang batik dalam

tiga bulan pertama tahun 1921 telah membuat penjualan turun kembali, menurut

penafsiran para pemimpin usaha 70% dari penjualan tahun 1921 atau pada saat

yang sama. Keadaan sedikit membaik ketika bulan puasa (ramadhan).26

Keberadaan serta munculnya pasar-pasar di daerah

Vorstenlanden(Surakarta dan Yogyakarta) terlepas dari faktor kebutuhan ekonomi

25 Laporan Serah Terima Jabatan (Memori van Overgrave), A.J.WHarloff (1918-1922), Koleksi Arsip Nasional Indonesia.

26ibid.,

Page 15: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

53

masyarakat, yaitu sebagai salah satu dampak industrialisasi di daerah tersebut

yang diupayakan oleh Pemerintah Belanda.Memang konsep dasar timbulnya pasar

adalah karena munculnya kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Dalam hal ini

Surakarta merupakan kota pusat kerajaan karena keberadaan dua Praja sebagai

daerah Vorstenlanden yaitu Praja Kasunanan dan Mangkunegaran.

Pasar berawal dari adanya kesepakatan antar sekelompok orang untuk

menukarkan barang pada suatu hari dan tempat tertentu.27Pasar dalam pengertian

sebagai tempat jalinan hubungan antara penjual dengan pembeli serta produsen

yang turut serta dalam pertukaran barang atau jasa itu disebut dengan pasar

Konkret.28Pada tahun 1900 di seluruh Surakarta ada 286 pasar dan 3.451 warung

yang sebagian berada di bawah pengelolaan Praja Kasunanan dan sebagian lagi

oleh Mangkunegaran.29

Keberadaan pasar di wilayah Mangkunegaran memiliki peran penting

dalam perekonomian lokal.Pasar Legi contohnya, jika dilihat dari letaknya

menempati posisi yang menguntungkan yaitu dekat dengan Stasiun Solo-Balapan.

Stasiun adalah salah satu sarana penunjang sistem transportasi kereta api. Di

tempat itu seluruh mekanisme pengangkutan barang maupun penumpang diatur

dan dikendalikan.Hubungan keduanya merupakan hubungan

menguntungkan.Posisi inilah yang ikut meramaikan aktifitas perdagangan di pasar

27D.H. burger, Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indonesia, djilid II,(Djakarta: Pradnya Paramita, 1970), hlm. 111.

28Winardi, Pengertian Ilmu Ekonomi, (Bandung: PM tarsito, 1975),hlm. 64

29Elies Setiyawati, “Pasar Tradisional di Wilayah Kota Prajamangkunegaran tahun 1900 sampai tahun 1944”, Skripsi, (Surakarta : JurusanIlmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universits Sebelas Maret, 1995) ,hlm.52.

Page 16: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

54

Legi, sehingga dalam perkembangannya menjadi pasar paling besar di wilayah

Kota Praja Mangkunegaran.30

Apabila ditinjau dari faktor pembentukan pasar menurut Robert L.

Heirbroner31 pasar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertama, pasar yang timbul

dengan sendirinya; kedua, pasar yang timbul dengan disengaja. Pasar yang timbul

dengan sendirinya biasanya terdapat di tempat-tempat yang memenuhi syarat

timbulnya pasar yaitu letaknya strategis untuk antara dua kota atau desa, di

persimpangan jalan dan di tepi Bandar sungai atau laut. Sementara itu, jenis pasar

yang timbulnya disengaja biasanya berhubungan dengan keinginan penguasa

untuk memnuhi kebutuhan penduduk akan adanya pasar.32

Pasar yang berada di pusat kota menjadi penggerak ekonomi masyarakat.

Pasar Gede yang merupakan pasar yang letaknya di jantung kota, depan sungai

Pepe serta daerah Pecinan yangmemiliki posisi strategis di kota. Pasar Gede

adalah karya arsitek Belanda, Thomas Karsten, yang memiliki visi untuk

penggabungan budaya Jawa-Eropa. Keberadaan Pasar Gede sebenarnya sudah

sejak lama dikenal dengan nama Pasar Candi, yang diperuntukkan sebagai gaji

babah mayor yang kemudian olehnya didirikan warung-warung berskala

kecil.33Seiring dengan berjalannya waktu, pasar ini semakin ramai dan

berkembang pesat.Kondisi pasar yang semakin memburuk, pemerintah berinisiatif

30Ibid.,hlm. 53.

31 Robert L. Heirbroner, Terbentuknya Masyarakat Ekonomi, (Jakarta:PN Ghalia Indonesia, 1982).

32 Elies Setiyawati, op.cit.,hlm. 53.

33Tiknopranoto dan Mardisuwignyo, op.cit, hlm. 29

Page 17: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

55

untuk memperbaikinya dan hak atas pasar diminta kembali dari Be Kwat Koen

dengan ganti rugi f 35.000 pada tahun 1924.34

Proses perombakan dan pembangunan Pasar Gede sudah dilakukan

semenjak tahun 1928. Perancangan bangunan dipercayakan kepada Thomas

Karsten. Dalam perencanaan bangunan pasar, Karsten juga memperlebar jalan

dari arah Warung Pelem sampai jembatan residen. Lingkungan pasar dilengkapi

taman-taman berukuran kecil disesuaikan dengan tata kota untuk

penghijauan.Pasar Gede dirancang dengan dua lantai, pada bagian lantai satu,

toko-toko ditempatkan di bagian luar sementara untuk para pedagang ditempatkan

di dalam ruangan serta lantai dua sesuai kebutuhan. Selama proses pembangunan,

para pedagang diberikan tempat sementara untuk kegiatan ekonomi di 35

Perdagangan di pasar disebutkan oleh Residen Nieuwenhuys mengalami

kemajuan dengan perbaikan sejumlah pasar (Pasar gede, Pasar legi).36Kehidupan

perdagangan juga merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang dilakukan

oleh sebagian besar penduduk di wilayah Karesidenan Surakarta.Bahkan, untuk

menunjang aktivitas dagang sejumlah pasar didirikan. Sampai dengan 1930

terdapat 254 pasar yang tersebar di daerah-daerah di Karesidenan Surakarta,

34Sidharta dan Eko Budihardjo, Laporan Akhir Konservasi Lingkungandan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, (Surakarta: DPU Surakarta,1987/1988), hlm. 58.

35Sri Asih, “Thomas Karsten dan Karyanya di Surakarta”, dalam JurnalDIAKRONIK Vol.3 No. V Januari 2010, Jurusan Ilmu Sejarah UNS, hlm. 98.

36Memori Serah Terima Jabatan Residen Nieuwenhuys, 1924-1927,Koleksi Arsip Nasional Indonesia.

Page 18: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

56

seperti Pasar Gede, Pasar Slompretan, Sunggingan, Tegalgondo, Gawok, Beji,

Singosaren, Pengging, Turisari, Pasar Legi, serta Ngapeman.37

2. Kegiatan Ekonomi Warga Cina

Pada awal abad XX pola pemukiman di kota Surakarta bersifat pluralistis

dan menunjukkan stratifikasi sosial. Tempat tinggal untuk etnis tertentu

dikelompokkan dengan tujuan untuk lebih mudah dikontrol oleh pemerintah

kolonial. Etnis Cina yang berada di kota, di tempatka di suatu wilayah yang

berdekatan dengan Pasar Gede. Lokasi tersebut dikenal dengan Kampung Balong

dan daerah lain yang terkenal karena mayoritas penduduknya etnis Cina di

Ketandan.

Gambar 3. Suasana Kampung Pecinan di SurakartaSumber : www.kitlv.nl

Aktifitas ekonomi etnis Cina tidak selalu soal berdagang, mereka

cenderung mengandalkan keahlian dan keterampilan untuk mendapatkan uang.

Sebagai contohnya, bila pribumi memanfaatkan kuda sebagai penggerak alat

transportasi, berbeda dengan etnis Cina, mereka mengganggap mengurus kuda

37Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di KaresidenanSurakarta, 1880-1930”, dalam LEMBARAN SEJARAH Vol.4 No.1 Tahun 2001,Fakultas Ilmu Budaya UGM, hlm. 127.

Page 19: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

57

sebagai profesi.Profesi lain yang berhubungan dengan kuda dan keterampilan

(ahli) adalah pelatih kuda. Para pelatih kuda mengajarkan cara menunggang dan

mengereh kuda dengan baik. Selain itu, pelatih kuda memang harus mengerti

secara menyeluruh soal pemeliharaan kuda, karena kuda merupakan hewan yang

prestise dan harganya mahal.Salah satunya Babah Tjan Tik Boen, seorang warga

kota berasal dari etnis Cina yang pandai tentang ilmu berkuda. Tentunya keahlian

ini mendatangkan uang, karena pelanggan berasal dari para hartawan, mengingat

harga kuda cukup mahal ditambah biaya pajaknya.38

Keahlian dan keterampilan memang menjadi alat mencari pundi-pundi

uang yang bisa diandalkan.Apalagi ketika ditunjang dengan fasilitas yang

dimiliki, hal tersebut menjadi lengkap.Budaya di Kota Solo, jika puasa telah

selesai dan menjelang lebaran, studio foto milik etnis Cina ramai didatangi

pelanggan.Pelanggan yang datang berasal dari keluarga-keluarga mampu, para

priyayi, tuan-tuan.Mereka datang ke studio foto hendak mengabadikan gambar

diri beserta keluarga (anak-anak, berikut istri).Studio foto yang terkenal di Solo

milik Li King Ming, di Warung Pelem, Kampung Pecinan.Dalam iklannya, yang

ditulis oleh Liong Jang, mengabadikan gambar merupakan sesuatu hal yang

penting, bila tidak mampu bertemu, lewat gambar diri mampu mewakili.Slogan

yang dipakai usaha Li King Ming, “jauh di mata dekat di hati”.39

Pengembangan keterampilanetnis Cina juga diterapkan di bidang

kesehatan.Barangsiapa yang hendak membuat gigi palsu ataupun cabut gigi,

beserta obat perawatannya, Tjang Tat San seorang yang ahli siap melayani.Selain

38Darmo Kondo, 25 Januari 1904.

39Darmo Kondo, 4 Januari 1904.

Page 20: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

58

pengobatan gigi, klinik yang dibuka Tjang Tat San beralamat di Kretekgantung

sebelah rumah obat Haije Solo, melayani pula pengobatan mata.Pelayanan jasa

Tjang ini sudah mendapatkan sertifikat dan pelatihan dari Amerika, sehingga

menjadi nilai tambah dan semakin terpercaya jika dibandingkan dengan tempat

pengobatan lain. Klaim tersebut yang disebutkan oleh Tjang dalam bahasa

promosi di koran lokal.40

Potensi kota Solo dalam hal ekonomi perbatikan memberikan inspirasi

etnis Cina untuk mengembangkan usaha di bidang bahan baku. Bahan yang

diperlukan dalam hal membatik, seperti kain putih (mori); indigo dan bahan

pewarna batik diperjualbelikan oleh etnis Cina di Solo. Penjualan bahan baku

tersebut terpusat di Coyudan, beberapa pengusaha bahan baku batik ada di sana.

Seperti Tan Kiong Wa, Sie Boen Tik, Tin In Siang dan lainnya.

Tabel 7Orang Cina Yang Berdagang Bahan Baku Batik

Nama Bahan Baku TempatKwik Tjing Gwan Kain putih dan indigo SingosarenTan Kiong Wa Kain putih dan indigo CoyudanSie Boen Tik Kain putih dan berbagai

bahan lainCoyudan

Tin Ing Siang Kain putih dan berbagaibahan lain

Coyudan

Sie Sik Hok Kain putih dan berbagaibahan lain

Coyudan

Lie The Tjian Kain putih dan bahanpewarna sintetis

Coyudan

Sumber : Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927: TinjauanSosial Ekonomi, dalam LEMBARAN SEJARAH, Vol.2 No.1 1999, Jurusan Sejarah

UGM

40Darmo Kondo, Agustus 1919.

Page 21: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

59

Etnis Cina di kota Solo tidak hanya berperan sebagai pengusaha tetapi juga

sebagai pekerja non-modal. Diantaranya mereka bekerja sebagai tukang kayu,

tukang batu dan tukang besi.Upah yang diterima pun bervariasi dengan nilai rata-

rata f 1- f 2. Beda daerah tempat mereka bekerja, beda pula besaran upah yang

diterima. Jika dibandingkan, upah di Solo berbeda dengan beberapa daerah lain

seperti di Klaten Boyolali, Sragen. Upah yang diterima oleh para pekerja (tukang

batu, tukang kayu dan tukang besi) etnis Cina cenderung lebih tinggi di Solo.

Periode tahun 1915-1919, upah etnis Cina yang bekerja sebagai tukang sekitar f

1,5. Meskipun tidak mengalami peningkatan tiap tahunnya, bekerja di kota Solo

menjadi tujuan utama.

Tabel 8Upah Rata-Rata Harian Orang Cina Sebagai Tukang Batu, Tukang Kayu,

dan Tukang Besi

Tahun AfdeelingSurakarta

AfdeelingKlaten

AfdeelingBoyolali

AfdeelingSragen

Rata-rata

1915 f 1,5 f 0,20 f 0,5 f 0,75 –f 2 f 0,74 - f 1,621916 f 0,7 – f 1,5 f 1- f 1,25 f 0,3- f 0,5 f 0,75 –f 2 f 0,69 - f 1,621917 f 1,5 f 1- f 1,25 - f 0,75 –f 2 f 1,08 – f 21918 f 1,5 f 1- f 1,25 f 0,5- f 1,50 f 0,75 –f 2 f 0,75 – f 1,871919 f 1,5 f 1- f 1,25 f 2,3 f 0,75 –f 2 f 1,39 – f 2,25

Sumber : Benny Juwono, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927: Tinjauan SosialEkonomi, dalam LEMBARAN SEJARAH, Vol.2 No.1 1999, Jurusan Sejarah

Universitas Gadjah Mada

3. Aneka Rupa Usaha Toewan Eropa

Kedatangan bangsa Eropa dan mengelola Hindia memang untuk

kesejahteraan negara Induk. Mereka sudah seharusnya tinggal di pusat kota,

karena dalam hirarki sosial posisi kaum Eropa menduduki piramida paling atas.

Tempat tinggal mereka di kota Solo berada dalam suatu wilayah khusus. Daerah

Page 22: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

60

wilayah Mangkunegaran, toewan Eropa para pemilik perkebunan tinggal di

sebelah utara Praja Mangkunegaran bernama Villapark.41 Secara terpisah, kaum

Eropa lain tinggal di belakang (timur benteng) Vastenburg, tepatnya di

Lodjiwetan.

Para penduduk Eropa mempertahankan eksistensi kehidupan di kota Solo,

salah satunya dengan berwirausaha.Berbagai bidang usaha dijalani, asalkan

membawa keuntungan sebagai modal hidup di kota Solo. Membuka usaha bidang

kesehatan, fashion dan pakaian, penjualan alat musik, penginapan (property), dan

beberapa usaha lainnya. Di bidang kesehatan, jual-beli obat dilakukan lewat iklan

di surat kabar lokal. Obat-obatan terbaru untuk penyakit dalam, serta kacamata

untuk mengatasi pandangan yang kabur, di Lodjiwoeroeng terdapat toko bernama

INE NOMINEE yang menyediakan barang tersebut.Kawasan pemukiman Eropa,

Lodjiwetan, juga berdiri Solosche Volksapotheek, sebagai salah satu fasilitas

untuk kesehatan warganya.42Jasa pelayanan kesehatan diiklankan praktik dokter

gigi untuk masyarakat umum yaitu dokter H.E. Van Der Elst di Solo.43

Bidang lain yang ditekuni untuk bertahan dalam ekonomi adalah bidang

modeste. Pada dasarnya, orang-orang Eropa butuh pakaian disesuaikan dengan

acara, umur dan kelamin, hal ini sudah menjadi gaya hidup mereka. Peluang ini

ditangkap oleh N.I. Confectiefabriek, yang beralamat di Bloemstraat Solo.Di

41Daryadi, “Pembangunan Perkampungan Kota Mangkunegaran PadaMasa Pemerintahan Mangkunegara VII”, dalam Jurnal DIAKRONIK Vol. 3 No. V(Surakarta : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UniversitasSebelas Maret,Januari 2010), hlm. 33.

42Darmo Kondo, 3 Juli 1916.

43 Bedjo Riyanto, Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat diJawa Masa Kolonial (1870-1915), (Yogyakarta: Penerbit Tarawang, 2000), hlm.102.

Page 23: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

61

bawah pimpinan Directeur J.F.W Schweers, usaha ini menyediakan berbagai

macam pakaian berdasarkan umur tanpa perlu mengukur badan. Harga yang harus

dibayar untuk 3 pakaian anak laki laki atau perempuan belum genap umur 6 tahun

adalah f 12,50; untuk umur 6-7 tahun f 14; umur 7-9 tahun f 16; umur 9-11 tahun f

17,50; umur 11-13 tahun f 20.44

Warga Eropa yang tinggal di Solo juga membuka usaha di bidang

pelayanan jasa dan peralatan musik. Jasa perhotelan Rusche di kota Surakarta

mengiklankan hotel dengan fasilitas 52 buah kamar lengkap dengan penerangan

listrik ; servis makanan, dan garasi untuk 4 mobil. Di wilayah kota Surakarta

banyak diiklankan hotel-hotel seperti, Motel Het Vorstenlanden, Villa Sans Souci

di Purwosari. Perusahaan jasa bidang konstruksi De Vulcaan di Balapan

mengiklankan jasa-jasa konstruksi untuk atap serta bangunan secara keseluruhan

dari besi, membuat konstruksi jembatan dari besi, dan juga melayani pembuatan

kebutuhan pabrik serta batu nisan dari marmer. Layanan jasa asuransi kebakaran

Insulinde yang berkantor pusat di Batavia dan membuka agen di hotel Slier Solo.

Selain itu, toko penyedia alat musik W.Naessens &Coyang merupakan cabang

dari berbagai kota besar (Batavia, Yogyakarta, Bandung, Amsterdam) melayani

jual beli piano, phonola, phonolapiano, phonolavleugel, biola, gitar, mandolin,

phonolarollen, dan berbagai macam senar merk Richard Lipp.45

Kota Solo dipandang berpotensi dalam hal pembukaan usaha untuk

memaksimalkan potensi ekonomi oleh orang Eropa. Gaya hidup priyayi Solo

yang serba mewah, ditangkap oleh agen perusahaan otomotif terkemuka NV

44Darmo Kondo, 3 Juli 1916.

45 Bedjo Riyanto op.cit.,hlm. 101-102.

Page 24: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

62

Fabriek de Volharding untuk memperjual-belikan mobil merk Overland model

1914, yang berkapasitas untuk 5 penumpang dengan harga f 4000.46Harga yang

cukup tinggi jika dibandingkan menyewa mobil f 4-5 per jam nya.47 Perusahaan

pertunjukkan film bioskop Nederland Indie Electro Bioscoop yang bertempatdi

gedung Solosche Schouwburg mengiklankan film-film yang diimpor dari Eropa.

Harga tiket (kacis) untuk menonton film adalah Loge (balkon) f2; klas I f 1.50;

klas II f 0.75; klas III f 0.50; anak-anak f 0,40; klas IV yang khusus bagi warga

pribumi (inlander) f0.10, sedangkan untuk anak anak di bawah umur 10 tahun dan

tentara dengan pangkat di bawah opsir hanya membayar harga separuh dari harga

normal.48

4. Maleman Sekaten : Wujud Ekonomi Heterogen

Tradisi kultural di Kota Surakarta, tepatnya di kompleks Keraton Kasunanan

Surakarta, menjadi faktor penting dalam perputaran ekonomi.Tradisi tersebut

adalah Sekaten.Awal mulanya, Sekaten merupakan tradisi turunan dari masa

Raden Patah sewaktu memimpin Kerajaan Demak.Dalam masa pemerintahan

Raden Patah, dihasilkan beberapa keputusan setelah rembugan dengan salah satu

Walisongo, Sunan Kalijaga. Beberapa keputusan tersebut ialah:

a. Sekaten diadakan setiap tanggal 5 Rabi’ul Awal untuk memperingati Maulud

Nabi Muhammad SAW

46Ibid.

47Koran Habramarkata, 1924.

48 Bedjo Riyanto, op.cit, hlm. 103-104.

Page 25: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

63

b. Sekaten sebagai peringatan Maulud Nabi tersebut diadakan di Masjid Ageng

selama 7 hari. Gamelan pakurmatan (saat ini dikenal dengan nama Gamelan

Sekaten) di tempatkan di pelataran Masjid dan dibuatkan tempat (ruang

tersendiri) yang disebut griya Pagongan yang dihiasi janur kuning. Gamelan

tersebut biasanya ditabuh pada malam hari.

c. Peringatan tidak hanya dilakukan di Masjid Ageng, di area alun-laun juga

disediakan tempat bagi masyarakat sekitar untuk melihat pagelaran wayang

kulit yang ceritanya mengadung ajaran Islam. Pementasan wayang kulit ini

sebagai salah satu bagian dari acara Sekaten yang diadakan oleh Keraton

Demak.49

Seiring berjalannya waktu, pada masa pemerintahan Paku Buwana X (PB

X) yang berkuasa di Kasunanan Surakarta, tradisi Sekaten mengalami

perubahan.Sekaten pada masa ini terlihat lebih meriah dari masa

sebelummnya.Area sekitar alun-alun mulai berdiri kios-kios (bango) sementara

pedagang.Para pedagang sebagian besar menjual beragam pakaian ataupun

mainan anak kecil.Ukuran kios disesuaikan dengan kebutuhan. Ada pula yang

digunakan sebagai arena sulapan, kumidi soreng, andhe-andhe lumut, wayang

wong dan lain sebagainya.

Pendirian kios atau warung diatur oleh Kasunanan Surakarta menyangkut

beberapa kepentingan yang berkaitan.Kios-kios para pedagang diwajibkan sudah

dirapikan atau dibersihkan sebelum diadakannya Grebeg Mulud. Di area alun-alun

dan sekitar gapura Masjid Ageng harus tidak ada kios lagi karena akan dipenuhi

49 RM. Sayid, Babad Sekaten, (Solo: Reksapustaka, tt)

Page 26: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

64

oleh abdi dalem dan prajurit untuk prosesi Grebeg Mulud. Para abdi dalem diberi

kewajiban untuk memasang bendera, umbul-umbul dan payung serta

menyediakan tempat untuk menyimpan gamelan monggang, kodok ngorek dan

cara balen. Bendera dan umbul-umbul dipasang dari depan Pagelaran ke utara

sampai Kori Gladhag dan ke barat sampai depan Gapura Masjid yang akan dilalui

oleh iring-iringan abdi dalem yang membawa gunungan sebanyak 30 gunungan.

Memasuki tahun 1898 pemerintah mulai membentuk Panitia

Sekaten.Panitia Sekaten bertugas untuk mengurusi tatanan Sekaten dan aturan

mengenai toko yang ada di alun-alun.Panitia kemudian membangun dua los

bangunan di dua tempat yaitu di sebelah selatan Kori Gladhag dan di sebelah barat

jalan.Los panjang tersebut digunakan untuk menyimpan barang dagangan

sehingga bermunculan toko-toko seperti Toko Seteling (Tentoseteling), Rumah

makan, dan lain sebagainya.Toko-toko tersebut mulai dibuka pada tanggal 3

Mulud.50

Gambar 4. Suasana Sekaten pada 1910-1920 di SurakartaSumber : kitlv.nl

50Ibid.

Page 27: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

65

Pada tahun 1922, menurut Verslag van de Commisie, kepengurusan

Sekaten berubah.Komposisi pengurus diharuskan memiliki dedikasi yang

tinggi.Dengan keputusan dari Bupati bulan 16 Jawa Besar tahun Ehe Nomor 1852

1160/A/1 (1922), komposisi pengurus Sekaten terdiri dari:

1. Raden Toemenggoeng Mangoennagoro, Bupati Polisi Soerakarta sebagai

Ketua.

2. Raden Ngabehi Mangoenwadono, Wakil Ketua.

3. J.B.G Rademaker, arsitek yang bekerja untuk Susuhunan.

4. Raden Ngabehi Djaksodipoero, Seorang Onderregent Pradoto Gede di

Surakarta.

5. Raden Ngabehi Soetosoesastro, Districhtshoofd Surakarta.

6. Mas Ngabehi Sastrosoewignjo, Sekretaris Rijksraad di Soerakarta.

7. Raden Ngabehi Djojoradibjo, Mantri Keparak di Soerakarta

8. Mas Ngabehi Wignjohangsono, Mantri dari Rijksbestuurder di Soerakarta

9. Raden Ngabehi Reksowidaggo, Mantri Boemi di Soerakarta.

Pihak penyelenggara Sekaten sangat mengetahui bahwa dihelatnya acara

akan mendatangkan keramaian, maka dari itu dilakukan pula pameran beberapa

perusahaan. Kesempatan ini diambil cepat, karena menangkap daya beli

masyarakat Solo meningkat ketika Sekaten digelar.Selain mengikuti dan

Page 28: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

66

menyaksikan acara Grebeg, tujuan kedatangan para pengunjung adalah untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi. Beberapa jenis pameran yang ada dalam acara

Sekaten tahun 1922 adalah sebagai berikut:

Di bawah ini adalah daftar jenis pameran yang:

Batik :Kain, syal, bantalan payudara, slendang, sarung, tafelloopers, dll

Bordir: taplak meja, serbet, saputangan, ikat pinggang, Kains, sarung,

band perut, dll

Produk anyaman: topi, cerutu, dompet, tas travel, dll

Kulit: jasa membersihkan, sandal, sandal, band perut, pameran,

penggemar, wayang, dll

Hoornbewerking: sisir, pin rambut, cerutu dan harga rokok, gelang, knot,

pipa, pemegang pena, dll

Beenbewerking: pemegang pena, pipa, tombol, dll

Kerajinan kayu: meja untuk potret, tongkat, dll

Panel dinding dan interior: boiler, set asap, alat-alat dapur, dll: tembaga

Emas dan perak: cincin,gelang, gesper, pin rambut, anting-anting, kalung,

wadah sirih

Pengolahan Semen: batu nisan, pot, panel dinding

Marmer: batu nisan, meja, dll

Tembikar: alat-alat dapur, piring dinding, pot, dll

Tali-temali :tali dari ketebalan yang berbeda dan panjang.51

51Verslag van de CommisieBelast met de Regeling vandeSEKATENDjimawal 1852(1922).

Page 29: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

67

B. Fasilitas Penunjang Kegiatan Ekonomi

Kredit memiliki peran penting dalam perekonomian, karena dapat

membantu seseorang atau bidang usaha yang sedang mengalami kesulitan

keuangan untuk pengembangan usaha atau memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan adanya kredit yang diberikan, diharapkan akan dapat memajukan kegiatan

ekonomi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Peranan kredit dalam perekonomian antara lain sebagai berikut, (1)

meningkatkan produksi atau produktivitas; (2) meningkatkan daya guna barang;

(3) memajukan perkembangan dunia keuangan; (4) memperlancar pemasaran

barang; (5) mempermudah pembayaran di dalam maupun di luar negeri atau

sebagai alat hubungan internasional; (6) memajukan lalu lintas peredaran uang;

(7) membuka lapangan kerja baru; (8) dan yang terpenting sebagai salah satu alat

untuk menjaga kestabilan ekonomi.

Kredit jika dipandang dari segi politik-ekonomi memiliki makna

ganda.Bagi penguasa, untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa kebijakan-

kebijakan yang diambil selalu memperhatikan kepentingan rakyat banyak dan

dalam kasus Indonesia adalah “kelas menengah ke bawah”.Jika ditinjau pada

aspek ekonomi perkreditan mempunyai pemaknaan yang luas karena menyangkut

hajat hidup orang banyak dan negara dalam upayanya untuk meningkatkan taraf

hidup sosial kemasyarakatan dan perbaikan ekonomi rakyat.52Kredit rakyat itu

dapat digunakan untuk kepentingan pedagangan, pertanian, dan atau usaha mikro

52 MG. Sulistyawardhani, Kredit Rakyat : Suatu Studi PendahuluanPada Awal Abad XX di Jawa, (Yogyakarta: Kalika, 2000), hlm. 1.

Page 30: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

68

lainnya.Bagi rakyat, hadirnya kredit rakyat memberikan ruang bagi mereka untuk

memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya.53

Lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan oleh Pemerintah Kolonial

Belanda pada tahun 1900 di Hindia Belanda. Pendirian lembaga perkreditan

rakyat ini mendapat inspirasi dari munculnya bank-bank “priyayi”, yaitu bank

untuk pegawai pangreh praja bumiputra, terutama di Jawa Tengah. Tujuannya,

untuk membantu para anggotanya dengan memberi pinjaman uang yang

dikumpulkan dari iuran sumbangan agar tidak jatuh ke tangan lintah darat.Selain

itu juga dilhami munculnya lumbung-lumbung padi di daerah pedesaan yang

memberikan pinjaman bibit padi atau padi untuk keperluan konsumsi pada masa

paceklik.54Seorang ahli pertanian Wegeningen, Van Doorn, menerangkan bahwa

tujuan semula dari pemberian kredit yaitu pembebasan hutang menjadi kurang

penting, dan penekannya diletakkan kepada pemberian pinjaman dalam bidang

pertanian dengan tujuan meningkatkan tingkat produksi.55

Dari perspektif ekonomi, wilayah Surakarta berkembang menjadi wilayah

pertumbuhan ekonomi yang menarik. Selain petani yang berbasis ekonomi

subsisten, di sana terdapat perusahaan-perusahaan perkebunan swasta Barat di

satu pihak dan perkebunan kerajaan di pihak lain. Perusahaan-perusahaan swasta

Barat menyewa lahan-lahan milik bangsawan dan petani untuk kepentingan

53 Wasino, “Dari Pola Bagi Hasil Menjadi Pembayaran Bunga:Perkembangan Kredit Rakyat di Pedesaan Surakarta Pada Awal HinggaPertengahan Abad Ke 20”, dalam J.Thomas Linblad, Bambang Purwanto, MerajutSejarah Ekonomi Indonesia : Essays in Honour of Thee Kian Wie 75 YearsBirthday, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2010), hlm, 251.

54Ibid.,hlm. 252

55 MG Sulistyawardhani, op.cit.,hlm. 4.

Page 31: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

69

industri perkebunan yang paling banyak adalah industri gula.Pada awal abad ke

20, perusahaan perkebunan swasta Barat ini, terutama beroperasi wilayah Sunan

yaitu Kabupaten Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Sragen.Sementara itu wilayah

Mangkunegaran digunakan untuk operasional industri gula milik Praja

Mangkunegaran sendiri dengan mengoperasikan pabrik gula Colomadu dan

Tasikmadu.

1. Bank Kredit Solo

Bank Kredit Solo didirikan 23 September 1910 di sekitar Residenstraat

atau kawasan residental. Susunan anggaran dasarnya, disetujui melalui surat

keputusan pemerintah tertanggal 30 Desember 1910. Pendirian Bank Kredit Solo

melibatkan seluruh kekuatan politik yang saat itu memegang tampuk

kekuasaan.Dewan pengawas terdiri dari Residen Surakarta, Kepala Trah

Mangkunegaran, dan Patih Surakarta.Pengurusnya terdiri dari 28 anggota dengan

ketuanya Asisten Residen Surakarta. Delapan tahun berselang, yakni pada akhir

Desember 1918, jumlah dana yang mampu dihimpun di antara penduduk sebesar f

166.654,37 dengan tunggakan pembayaran f 46.094,92 atau 2,6%. Oleh karena

proses reorganisasi tanah sedang berjalan di Surakarta sejak 1912, maka bank ini

baru dapat meneruskan usahanya secara normal beberapa tahun setelah itu. Pada

tahun 1922, mulai diadakan pengembangan kembali semua pos yang ada dari

bank kredit itu. Di sebagian tempat peminjaman, usaha peminjaman

diberhentikan, kemudian dilakukan penelitian untuk mencari solusi mengenai cara

dan bagian bank mana yang dapat memperoleh keuntungan dalam penyediaaan

kredit penduduk. Peminjaman barang banyak yang tidak lagi diperhitungkan,

Page 32: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

70

karena ada dugaan dari beberapa pihak bahwa Volkscredietwezen (VCW) tidak

mungkin dapat melanjutkan ekspansinya di wilayah Praja Kejawen

(Vorstenlanden) karena mendapat perlawanan dari masyarakat. Akan tetapi

sebagian pihak manajemen masih tetap mempertahankan dengan cara melakukan

perubahan sistem, dari sistem lama diganti dengan sistem baru. Penggunaan

sistem baru tidak disebutkan karakteristik yang hendak diterapkan, dan

perbedaannya dengan sistem lama.Helsdingen selaku penguasa Kolonial di

Surakarta hanya melaporkan bahwa dengan sistem baru eksistensi Bank Kredit

Solo menjadi kuat.56

2. Pegadaian

Institusi pegadaian sudah ada di Surakarta sejak abad XIX.Sejak tahun

1869, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan bahwa setiap rumah gadai

dikenakan biaya sewa, rumah gadai harus membayar biaya meterai f 50.Akan

tetapi aturan ini tidak berlaku bagi kawula raja bumi putra dan rakyat Pemerintah

Hindia Belanda di wilayah Praja Kejawen, termasuk di pedesaan

Mangkunegaran.Pada tahun 1880 biaya sewaterhadap rumah gadai ini diterapkan

di Surakarta, tetapi hanya diperuntukkan bagi rakyat dari pemerintah Hindia

Belanda, bukan rakyat raja bumiputra.57

Pegadaian untuk rakyat bumi putra tetap berada di kalangan keluarga raja.

Di Mangkunegaran usaha pembuatan pegadaian bumi putra ini dilakukan oleh

Mangkunegara VI melalui putranya R.M.H Suyono. Tujuannya untuk membantu

56Ibid.,hlm. 257-258.

57Ibid.,hlm 273.

Page 33: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

71

rakyat bumi putra agar memperoleh pinjaman dengan bunga ringan atas barang

yang dijaminkan.Kelompok yang menikmati pegadaian ini semula hanya para

pedagang besar dan kecil bumi putra.58

Biaya sewaatas pegadaian pribumi ini sesuai tradisi menjadi milik Praja

Mangkunegaran. Sejalan dengan makin menguatnya pengaruh Belanda dalam

tatanan administrasi dan birokrasi di wilayah Surakarta, maka pemerintah kolonial

juga berusaha memperoleh keuntungan ekonomi dari lembaga pegadaian dengan

cara monopoli. Usaha monopoli lembaga pegadaian oleh Pemerintah Kolonial

Belanda mulai berlangsung sejak 19 Februari 1917.59

Gambar 5. Pandhuis Solo (Rumah Gadai di Solo)Olivier Johannes Raap, Pekerdja Pekerdja Di Djawa Tempo Doeloe,

(Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013), hlm. 53.

Monopoli pegadaian berakibat, Praja Mangkunegaran kehilangan

pemasukan darigadai.Sebuah sumber di Mangkunegaran menyebutkan bahwa

58Darmo Kondo, 16 September 1927.

59 Wasino Op.cit., hlm. 273

Page 34: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

72

sebagai konsekuensi monopoli gadai oleh Pemerintah Kolonial Belanda,

Pemerintah Praja Mangkunegaran memperoleh ganti rugi f 1.200 setiap tahunnya.

Sementara itu Helsdingen mengemukakan bahwa ganti rugi itu berupa uang

sebesar 8,3% dari keuntungan bersih per tahun. Akibat monopoli gadai oleh

pemerintah, maka lisensi-lisensi pegadaian lain tidak lagi diberikan. Bank pemberi

pinjaman swasta yang telah mendapat lisensi usahanya dibiarkan hidup sampai

ijin usahanya berakhir. Sebagai pengganti lembaga gadai non pemerintah itu pada

tahun 1918 didirikan sebanyak 10 rumah gadai yang tersebar di wilayah

Surakarta60

Tabel 9Perkembangan Pegadaian Surakarta

Tahun Jumlahgadaiyang

masuk

Jumlahgadaiyang

ditebus

%(Prosentase)

Jumlahpinjaman

yangdiberikan (f)

Rata-ratatiap

pinjaman(f)

Pinjamanyang kembali

(f)

1917 735.288 459.302 62 1.884.699 2,56 Ttd1918 1.218.0

61963.431 79 3.014.807 2,48 Ttd

1919 943.161 974.713 103 2.643.169 2,80 Ttd1920 761.997 744.597 90 3.051.823 4,01 Ttd1921 670.139 601.139 90 3.231.601 4,82 Ttd1922 783.234 705.896 90 3.653.680 4,66 Ttd1923 836.030 762.437 93 3.496.459 4,28 Ttd1924 Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd Ttd1925 923.489 Ttd Ttd 3.139.073 Ttd Ttd1926 932.333 Ttd Ttd 2.967.172 Ttd Ttd1927 950.080 891.714 93 3.151.770,20 3,31 2.947.429,011928 979.768 845.721 86 3.436.609,50 3,51 2.894.055,55

Sumber: MvO JJ van Helsdingen 1932: 263a; Kolonial Verslag 1924.Keterangan : Ttd= tidak tersedia data.

Rata-rata pinjaman mengalami kenaikan. Pada tahun pertama (1917)

lembaga gadaipemeintah berdiri, rata-rata pinjaman hanya f 2,56, namun sejak

60Wasino, ibid.,hlm. 273-274.

Page 35: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

73

tahun 1920 rata-rata pinjaman sudah di atas f 4. Rata-rata pinjaman tertinggi

terjadi pada tahun 1921 sebesar f 4,82. Peningkatan nilai pinjaman terlihat dari

mutu barang yang digadaikan, tidak hanya barang-barang yang bernilai

rendah,tetapi juga barang-barang yang bernilai tinggi atau mahal. Rata-rata

pinjaman mengalami penurunan kembali menjelang dan pada saat krisis ekonomi

tahun 1930-an. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya jumlah pengadai yang

umumnya bukan barang yang bernilai tinggi.61

3. Pembangunan Jalan dan Jembatan

Jalan merupakan komponen perkotaan berperan vital. Berkaitan dengan

transportasi dan kegiatan perekonomian, jalan-jalan penghubung tempat satu

dengan tempat lain perlu dirawat dan dipelihara. Jalan utama di kota Solo, dirawat

dengan sistem kerja bebas dan pendanaan yang bersumber dari pajak

junken.Sementara itu, jalan polisi digarap menggunakan kerja wajib, jalanan di

pedesaan dengan kerja desa dan jalan yang berhubungan dengan perkebunan

dirawat dengan sistem kerja intiran.Setelah berjalannya reorganisasi, peraturan

tentang perawatan jalan dengan menggunakan sistem kerja wajib diatur

kembali.Peraturan yang menegaskan bahwa perawatan jalan sebagian besar harus

dilakukan dengan kerja upah, yang dibiayai dari para pengelola

perkebunan.Secara khusus, jalan yang ada di ibukota dan sekitar wilayah

negaragung Kasunanan dilakukan oleh Patih, yang telah diberikan tanggung

61Ibid.,hlm. 275-276

Page 36: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

74

jawab baik secara finansial maupun hal teknis oleh pejabat Eropa dan Residen

Surakarta.62

Perawatan jalan di ibukota dan sekitarnya dilakukan secara intensif, agar

mobilitas sosial berikut kegiatan perekonomian tidak tersendat. Setiap Minggu,

Patih melaporkan keadaan jalan di kota ke Residen berdasarkan pengamatannya.

Kondisi jalan di luar kota, terutama Klaten dan Boyolali, jalanan masih berupa

kerikil-kerikil kecil hasil erupsi dari Gunung Merapi.Berbeda dengan jalan

ibukota (Solo), yang sudah dilalui oleh berbagai jenis kendaraan. Perbedaan

antara jalan kota dan luar kota tidak lagi kentara, ketika dilakukan perbaikan

(aspal) pada tahun 1913. Hal ini dilakukan karena berdasarkan laporan surat

Residen kepada Patih tanggal 1 Februari 1912 nomer 817/47; 818/47yang

memberikan informasi bahwa di Afdeeling Surakarta (terutama di onderafdeeling

Sukoharjo) dan di distrik Pedan di Afdeeling Klaten jumlah jalan masih belum

memadai.

Berbeda dengan wilayah kota dan Kasunanan, Mangkunegaran

mempunyai cara sendiri dalam hal perawatan jalan. Jalan-jalan di daerah

Mangkunegaran pada umumnya baik karena dirawat dalam kerja wajib, dengan

tujuan untuk meringankan penduduk Wonogiri yang telah mengeluarkan biaya

bagi jalan.Sejak tahun 1912, jalan Nambangan-Wonogiri-Kakap perbatasan

dengan Pacitan dirawat dengan kerja kerja bebas, di mana setiap tahun f 10 ribu

dikeluarkan; para pekerja wajib yang dibebaskan dibagi di sejumlah jalan dan

dibuat sebuah daftar: segera setelah dana memungkinkan, jalan Palur-

62 Memori Serah Terima Jabatan Residen Van Wijk, tahun 1909-1914,Koleksi Arsip Nasional Indonesia.

Page 37: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

75

Karanganyar-Karangpandan yang rusak akibat dilewati gerobak milik pabrik gula

Tasikmadu perlu dirawat dan diperbaiki dengan kerja bebas.

Wilayah kota Solo memiliki jaringan jalan yang baik dan cukup memadai,

yang hanya kekurangan sedikit penghubung dengan daerah sekitarnya. Hubungan

dengan kota-kota lain diluar Surakarta, yakni hubungan dengan Semarang lewat

Sumberlawang, Gundih menuju Purwodadi dan Madiun lewat Wonogiri-

Jatisrono ke Ponorogo. Rencana untuk membuka sambungan penghubung pada

masa Residen Nieuwenhuys (1924-1927) dalam tahap perkembangan, telah

diselesaikan sampai separuh jalan yang diperlukan. Hubungan lewat

Karangpandan-Tawangmangu lewat lereng Lawu, sampai Sarangan, tempat

pegunungan yang terkenal di wilayah Madiun, sudah terjalin dengan jalan

penghubung yang baik, hanya saja pemanfaatannya masih terbilang kurang.

Jaringan jalan tersebut hanya dimanfaatkan oleh para pelancong menuju tempat

pegunungan ini yang berasal dari Solo dan daerah yang terletak sebelah

barat.Dalam tinjauan ekonomi, jalan ini tidak memberikan bermanfaat yang begitu

besar dan pembukaan serta pembangunan jalan penghubung tersebut diusulkan.63

Kondisi jalan raya di ibukota Solo yang membaik, memungkinkan

lancarnya jalur transportasi antar daerah.Residen Nieuwenhuys melaporkan

bahwa beberapa bagian dari jalan luar telah diaspal.Secara rutin pengaspalan

masih diteruskan bagi jalan-jalan lain dengan penuh pertimbangan.Suasana jalan

menjadi ramai karena sarana lalu lintas telah menunjukkan perkembangan.Sarana

lalu lintas tersebut adalah beberapa persewaan mobil, gerobak dan bis, baik untuk

63Memori Serah Terima Jabatan (Memori van Overgrave) ResidenNieuwenhuys 1924-1927, Koleksi Arsip Nasional Indonesia.

Page 38: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

76

mengangkut penumpang maupun untuk mengangkut barang.Bis memiliki andil

yang besar dalam percepatan mobilitas sarana pengangkutan, yakni Solo-

Boyolali-Klaten; Solo-Sragen; Solo-Klaten-Yogyakarta; Solo-Wonogiri-Pacitan;

Solo-Karanganyar-Karangpandan. Hasilnya, laju masuk-keluarnya penduduk ke

dalam dan luar kota Solo terjadi begitu cepat.64

Infrastruktur selain jalan yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan

ekonomi adalah jembatan. Adanya jembatan, jarak tempuh antar daerah atau dari

daerah menuju kota mampu tereduksi. Jembatan besar dibangun melintas di atas

sungai Bengawan Solo, di jalan raya Solo-Sukoharjo dibangun (Jembatan

Bacem).Proyek jembatan ini dapat terselesaikan, namun mendapatkan respon

negatif dari Sunan.Penyebab kemarahan Sunan, pembangunan jembatan dekat

dengan tempat peristirahatan (pesanggrahan) Langenhardjo. Selain Sunan, Patih

juga merasa dirugikan karena tidak bisa mendapatkan uang tambahan lewat

pungutan uang tol. Jembatan lain yang dibangun yakni di perbatasan Sukoharjo

dan Wonogiri di atas Sungai Bengawan Solo, dekat Nguter atau Nambangan.65

Kebutuhan pembangunan jembatan juga dilakukan di pusat kota. Jembatan

yang perlu dibangun yaitu melintas di atas kali Pepe dekat stasiun Balapan,

dengan tujuan untuk memperpendek hubungan dari Purwosari dengan stasiun

dicapai.Proyek pembangunan jembatan ini dikerjakan oleh arsitek dari pihak

Mangkunegaran. Tujuan lainnya, untuk merawat hubungan singkat dengan pusat

ibukota dari Villapark-Balapan dan untuk menjamin jalan masuk ke kota Solo,

Jalan raya dari Villapark yang telah ditarik melalui wilayah Mangkunegaran.

64Ibid.

65Memori Serah Terima Jabatan (Memori van Overgrave) Residen VanWijk, Tahun 1909-1914, Koleksi Arsip Nasional Indonesia.

Page 39: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

77

Selanjutnya, melalui wilayah Sunan, perlu ditarik di sepanjang rumah

residen.Maka dari itu pembongkaran rumah dan pembuatan jembatan Kali Pepe

diperlukan.66

4. Munculnya Listrik dan Roda Perekonomian Kota

Pembukaan pintu masuk modal bagi pihak swasta seakan memperkuatnya

penetrasi budaya asing di Surakarta.Hal ini berpengaruh dalam peningkatan

fasilitas kota. Pengadaan jaringan listrik salah satunya, sebagai penunjang

kehidupan perkotaan. Selain fasilitas sarana transportasi dan infrastruktur

komunikasi kota seperti pengangkutan kereta api dan telepon, prasarana budaya

perkotaan lain yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial di Kota Surakarta

adalah fasilitas penerangan.

Periode akhir abad XIX sarana penerangan kota dilayani dengan lampu

gas yang disediakan oleh Perusahaan Gas Hindia Belanda (NV NIGM). Seiring

berjalannya waktu, sarana ini tidak lagi dianggap memadai untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat kota yang semakin meningkat. Penyebabnya, lampu gas

hanya bisa dinyalakan pada waktu-waktu terbatas dan jam-jam tertentu.67

Kondisi Kota Solo di waktu malam hari sangat gelap, sebelum pengadaan

penerangan listrik di jalan-jalan sebagai penerangan masih menggunakan lampu

ting, yaitu lampu teplok yang memakai kaca dimasukkan dalam suatu tempat yang

66 Ibid,

67Kusumastuti, et.al.Morfologi Kota Konflik Solo, Penelitian ToyotaFoundation, hlm. 66. Arfani Muhammad Sofyan, “Pengaruh Perusahaan ListrikSolosche Electriciteit Maatschappij (SEM) Dalam Mendukung Lahirnya BudayaPerkotaan Surakarta 1900-1942”Skripsi (Surakarta :Jurusan Ilmu Sejarah FakultasSastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, 2007),hlm. 30-31.

Page 40: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

78

terbuat dari seng, dan berbentuk segi empat. Lampu-lampu tersebut digantung

pada pertengahan jalan yang ramai. Jarak setiap satu meter dipasang satu buah

lampu penerangan. Ketika musim penghujan sebagian besar lampu mati dan tidak

dapat digunakan.Penyebabnya terkena air dan tertiup angin yang kencang.68

Dalam buku Sejarah Kutha Sala dituturkan sebagai berikut:

Nalika semana tumrap rakyat kanggo madangi ing jeron omaheing wayah bengi, migunake sentir, isine lenga pet. Ana singnganggo lengo jarak utawa lenga klentik, diwadahi ing cuplak,didedeki uceng-uceng. Cukup mung minangka ancer, dene wong-wong sing kecukupan migunakka lampu. Ana lampu teplok,bethetan, setroli gantung. Bangsa ngamanca sing wis ana, kaya ta:Walanda, Cina, Arab lan toko-toko uga migunakke lampukasebut. Ing jero kraton nganggo lampu robyong, setroli gantung,lampu gantung plenthon cawing telu utawa papat.Lampu-lampumau isine lenga pet.69

Demi menghidupkan aktivitas kehidupan kota Surakarta khususnya di

malam hari, pemerintah kerajaan sebagai pemangku kebijakan, pada tahun 1902

memberitahukan di Kota Surakarta akan diusahakan adanya lampu listrik.

Susuhunan Paku Buwana X bersama dengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati

Arya Mangkunegara VI beserta pemodal swasta lainnya berkehendak mendirikan

sebuah unit genset pembangkit tenaga listrik. Tentunya berkapasitas dan

bertegangan tinggi dengan asupan tenaga diesel.Rencana awal pembangunan

pembangkit listrik ini dipasang dan ditempatkan di dekat stasiun NIS, wilayah

Purwasari.Pendanaan untuk pengadaan mesin genset tersebut ditanggung oleh

68RM Sayid, Babad Sala, (Solo: Reksapustaka, 1984), hlm. 31.

69 Tiknopranoto dan Mardisuwignyo, Sejarah Kutha Sala: KratonSolo, Bengawan Sala, Gunung Lawu, (Solo: Toko Buku Pelajar, 1980), hlm. 5-6.

Page 41: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

79

pihak Pemerintah Kasunanan dan Pemerintah Mangkunegaran, serta para

saudagar dan juga pihak swasta.70

Instalasi listrik di Surakarta dilaksanakan pada awal abad XX. Pada saat

itu sebuah perusahaan listrik swasta yang berkantor pusat di Batavia, NV Firma

Maintz & Co melalui anak perusahaannya (cabang) NV ANIEM memberikan

informasi bahwa ijin kepada NV Solosche Electriciteit Maatschappij telah

diterima. Peresmian berdirinya NV. SEM tanggal 12 Maret 1901 dengan kantor

sementara yang berkedudukan di Batavia atau Jakarta. Berkenaan dengan

ketetapan surat keputusan dari Gubernur Jenderal pada tanggal 30 April 1901

No.9, dan diikuti perubahan perubahan oleh surat-surat keputusan Gubernemen

Surakarta, pada tanggal : 19 Desember 1905 No. 33, 28 Juli 1909 No.25, 14

November 1912 No.36, 18 November 1918 No.6, dan 30 November 1925 No.23.

Memberikan perijinan usaha pelistrikan bagi NV SEM untuk mendirikan

perusahaannya bagi kepentingan umum pada tahun 1913 di kota Surakarta. Selain

itu NV Solosche Electriciteit Maatschappij (SEM) tampil juga sebagai pemborong

dan pemasangan instalasi listrik Kota Surakarta sejak tahun 1913.71

Perusahaan listrik swasta NV Solosche Electriciteit Maatschappij (SEM)

berperan penting terhadap perkembangan kota Solo. Mulai dari pengelolaan,

pengadaan, dan perawatan lampu-lampu jalan. Berlanjut menjadi distributor

listrik untuk instalasi Kraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran,

perkantoran Pemerintah Hindia Belanda, perusahaan umum serta pabrik-pabrik

70 Lampu listrik mulai dicoba hidup pada hari: Malam Sabtu, 10 Sura,tahun Be 1832 atau tanggal: 19 April 1902, sehingga pada waktu malam, KotaSurakarta menjadi terang benderang. Lihat Sayid, op.cit.,hlm. 63. Periksa pulaArfani, op.cit.,hlm. 32.

71 Arfani,Ibid.,hlm. 32.

Page 42: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

80

perkebunan di sekitar kota.Pada periode awal NV SEM sudah mulai menghasilkan

listrik-listrik yang disalurkan ke rumah-rumah pelanggan dan pabriknya yang

berada di kampung Purwosari, sisi barat Kota Surakarta. Tidak lama kemudian,

dibangunnya pabrik es batu Sari Petodjo yang terletak tidak jauh dari SEM.

Purwosari pun berkembang menjadi semacam kawasan perindustrian yang

didukung dengan adanya sumber energi listrik yang berasal dari SEM. Pemilihan

tempat Purwosari sebagai tempat berdirinya SEM ini dimaksudkan sebagai

penyeimbang di wilayah Kota Surakarta, karena di wilayah timur Surakarta sudah

mulai tumbuh menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan, di sebelah barat

dikembangkan sebagai kawasan industri.72Perusahaan listrik ini juga merupakan

pemegang hak tunggal dalam pengelolaan dan pemungutan pajak listrik bagi para

pengguna serta pelanggan listrik di kota.73

Keberadaan listrik seakan merubah budaya dan ekonomi perkotaan di

Solo. Dengan adanya jaringan listrik, arus informasi menjadi semakin deras.

Munculnya stasiun radio NIROM (Nederlandsch Indie Radio Omroep).

Komunikasi pun menjadi lancar ketika ditambah fasilitas telepon. Berbagai sarana

kota seperti listrik dan telepon ini sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya

pusat-pusat pertemuan dan penginapan (hotel). Untuk aktivitas pertemuan

72 Wilayah timur sebagai pusat pemerintahan karena terdapatnyaBenteng Vastenburg, rumah Residen, Puro Maangkunegaran serta KratonKasunanan dan terdapat Pasar Gede serta Pasar Legi sebagai pusat perekonomianrakyat. Periksa Setiadi Bram, Qomarul Hadi, D.S. Tri Handayani, Raja di AlamRepublik (Kraton Kasunanan dan Paku Buwana XII), (Surakarta: PT Bina RenaPariwara, 2001), hlm. 28.

73Tentang pengesahan pemasangan listrik di Solo ini Lihat Besluit vanGouvernoor Generaal 20 November 1913 No. 58.Posisi monopoli SEM dalammengelola listrik dan usaha administrasinya ini diwarisi oleh Perusahaan ListrikNegara (PLN) pada jaman modern sekarang ini. Periksa Kusumastuti, Loc.Cit.Lihat pula Arfani,op.cit.,hlm. 34

Page 43: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

81

terdapat beberapa seperti Societeit Harmonie, Societeit Militer serta Theosophie.74

Begitu pula dengan hotel, beberapa hotel yang terkenal yaitu Hotel Rusche,75Hotel

Dohne, Hotel Slier dan Schouwburg Hotel Solo76.

Menyambut dengan adanya instalasi listrik, Hotel Rusche berbenah untuk

meningkatkan pelayanan.Dengan segera Hotel Rusche merenovasi gedungnya dan

memasang instalasi untuk 36 kamarnya.Hampir keseluruhan kamar yang tersedia

di hotel diterangi lampu di setiap kamarnya. Dalam setahun perusahaan menjual

sebanyak 3.586 lampu.Pengguna terbanyak adalah Kasunanan Surakarta, dengan

200 lampu.Sunan merencanakan untuk membeli lebih dari 1.000 lampu untuk

penerangan jalan.77

Hubungan antara seni pertunjukkan dan para pedagang menjadi simbiosis

mutualisme ketika listrik menerangi kota. Munculnya jenis-jenis hiburan dan

pertunjukkan di kota Surakarta, dimanfaatkan oleh para pedagang dan penjaja

makanan untuk berjualan. Setiap ada pemutaran film di Bioskop maupun

pertunjukkan Stambul, para pedagang es dan jajanan sudah memenuhi tempat

74Susanto, “Penetrasi Budaya Asing di Surakarta”, Dalam JurnalDIAKRONIK Vol.1 No. 5 Juli 2004, hlm. 105

75 Hotel Rusche merupakan salah satu hotel ternama di kota Solo. Rajadari Siam pernah menginap di hotel ini. Berita tentang menginapnya Raja Siamdimuat dalam surat kabar De Locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad, 27 Juni 1901.

76Hotel ini juga sering disebut dengan hotel theatre.Dengan ruang yangcukup luas, Hotel Schouwburg cocok untuk yang hendak menginap baik keluargaataupun sebagai tempat tinggal dalam jangka panjang. Hotel ini per-malamdikenakan biaya antara f 3,5 - f 4,5. De Locomotief : Samarangsch handles-enadvertentie-blad, 28 Januari 1903.

77Kuntowijoyo, “The Making of a Modern Urban Ecology: Social andEconomic History of Solo 1900-1915”, Dalam Lembaran Sejarah Vol.3 No.1Tahun 2000. Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra UGM. hlm. 165.

Page 44: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

82

diadakannya pementasan untuk menggelarkan dan menawarkan barang

dagangannya.

Pemanfaatan listrik juga disambut positif oleh para pelaku usaha.Dengan

adanya energi listrik yang tersedia berkat NV. SEM muncul beberapa perusahaan

penting di Solo. Bidang penjualan buku serta percetakan terdapat NV.

Kunsthandel en Handelsdrukkerij J. Sigrits dan Vogel van der Heijde en Co. eigen

Th Roeland Landbouw. Akibatnya perkembangan literasi Kota Solo perlahan

hidup karena perusahaan percetakan yang sudah memadai.Selain itu, berdiri pula

pabrik es yang bertempat di Purwosari. Pabrik es tersebut adalah Pabrik Es Sari

Petodjo, yang dikelola oleh pengusaha berkebangsaan Cina bernama Sie Dhian

Ho. Tidak hanya Pabrik Es Sari Petodjo, Mineraalwaterfabriek dan Solosche Ijsen

berada di Solo dibawah pengelolaan Tuan Watsch.78

C. Kebijakan Kolonial dalam Penuntasan Kemiskinan

Mencaripekerjaan di kota memang tidak mudah. Para pendatang yang

hendak mencari nafkah di kota harus memiliki keahlian dan modal. Nasib

pendatang yang tidak mempunyai keahlian dan modal yang cukup terpaksa

menganggur, akhirnya mereka jatuh miskin. Menyambung hidup sehari-hari pun

susah bila tidak punya pekerjaan sebagai penopang.

Pemerintah mempunyai cara untuk mengatasi angka kemiskinan dan

pengangguran. Asisten Residen, Helsdingen bersama rekan-rekannya mendirikan

rumah pemeliharaan bagi orang miskin yang tidak berpekerjaan. Rumah

pemeliharaan itu bernama Armenzorgbertempat di kampung Margoyudan, daerah

78Tiknopranoto dan Madisuwignyo.Op.cit, hlm. 53.

Page 45: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

83

wilayah kekuasan Mangkunegaran. Pada tanggal 22 Agustus 1919, Raden

Ngabehi Kartowardono seorang Onder Regent di Sukoharjo datang mengunjungi

Armenzorg untuk melakukan survey. Kedatangan Raden Ngabehi Kartowardono

mempunyai tujuan untuk mengetahui apa saja kegiatan orang yang tinggal di

Armenzorg, apabila yang dilakukan memiliki nilai positif, para tahanan yang

berada di Sukoharjo akan dikirim ke Armenzorg dan meminta upah sekedarnya.79

Rumah pemeliharaan Armenzorg bermanfaat bagi para pendatang yang

nihil kemampuan. Pada tahun 1919, kurang lebih 74 orang yang dipelihara, 150

orang yang telah meninggalkan Armenzorgberpindah ke kolonisatie di Lampung

untuk mengusahakan sawah dan ladang. Di Armenzorg mereka itu diberikan

pelajaran menganyam untuk membuat keset, tali, bakul.Logistik sehari-hari juga

terjamin, dalam satu hari makan 3 kali, yaitu, waktu pagi, siang dan malam hari.80

Jaminan hidup keseharian dan pekerjaan sudah lengkap di rumah

pemeliharaan Armenzorg.Waktu pagi hari disediakan ketela rebus untuk sarapan,

yang diambil dari tanaman milik Armenzorg.Pada siang dan malam hari, nasi

dengan lauk dan sayur sayur sekedarnya. Masing-masing penghuni juga mendpat

uang belanja f 0,05 sehari. Adapun uang f 0,05 sehari itu voorschot dari hasil

kerajinan menganyam yang rutin dilakukan di Armenzorg. Apabila pekerjaan

(anaman) telah selesai dan laku terjual, pendapatan keseluruhan dipotong

voorschot dan dibagi rata.Orang-orang yang tinggal di Armenzorgpun terlihat

senang.Beberapa hasil pekerjaan orang yang tinggal di Armenzorg adalah

membuat dan menjual keset. Harga kesetdengan kualitas No.I dengan panjang

79Darmo Kondo, Agustus 1919.

80Ibid.

Page 46: BAB III - abstrak.ta.uns.ac.id · kota adalah mereka yang berjuang bertahan hidup di kota pula. Dalam bab ini, 2Moordiati, “Dinamika Pertumbuhan Penduduk di Karesidenan ... Tepung

84

ukuran 1 meterdijual f 3.25; kualitas No.2 seharga f 3; kualitas No.3 seharga f

2.25 dan No.4 seharga f 2.81

Rumah Armenzorg memiliki hubungan baik dengan jaringan masyarakat

di desa. Hubungan Armenzorg dengan potensi desa adalah pemanfaatan sumber

daya alam. Desa yang melimpah urat kulit kelapa dibutuhkan oleh Armenzorg

yang berada di kota untuk membuat keset. Adapun Armenzorg dapat urat kulit

kelapa (sepet) beli dari orang orang desa f 0,25 per pikul. Harga urat kulit kelapa

yang sudah bersih tidak ada kotorannya f 0.15 per kati.Maka dari itu,penduduk

desa diperintahkan supaya rajin mengumpulkan kulit-kulit kelapa tersebut guna

dijual kepada Armenzorg.Sebenarnya, hubungan desa-kota di berbagai bidang

terutama ekonomi sangat berhubungan erat.Pada masa berikutnya, hubungan

keduanya saling mempengaruhi untuk menghadapi beberapa persoalan ekonomi.

81Ibid.