22
32 BAB III KONSEP “INNER BEAUTY” DALAM ISLAM Dalam dekade terakhir ini, slogan emansipasi dan feminisme kian berkumandang. Sekolah-sekolah dan bermacam-macam kursus kepribadian pun tak kalah marak. Begitu juga pameo “inner beauty” mengalahkan kecantikan fisik kian menjadi sorotan publik, terutama kaum wanita. Namun disayangkan, beberapa bahkan banyak kaum wanita masih merasa asing dengan ungkapan inner beauty” ini. Tak jelas faktor penyebabnya sehingga para wanita atau pemudi bahkan mahasiswi masih mempertanyakan apakah hakekat “inner beautydan benarkah setiap muslimah dianjurkan untuk meraihnya ? Jikalau benar, manakah bentuk motivasi agama yang dapat dijadikan sebagai rujukan ? Karena itu penting kiranya untuk dikaji hakekat inner beauty dalam frame Islam. A. Pengertian Inner Beauty Inner beauty berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, inner dan beauty. Inner, artinya dalam, bathiniah. 1 Dan beauty artinya orang cantik, kecantikan. 2 Dengan demikian bermakna kecantikan dalam atau kecantikan bathiniah. Dalam Webster’s New Dictionary And Thesaurus “Beauty is a pleasing combination of qualities in a person or object, a particular grace or excellence a beautiful person, esp a woman, good looks”. 3 Cantik adalah gabungan yang menyenangkan dari sifat, mutu (kualitas) dari seseorang atau objek, keanggunan atau khusus, hingga wanita tampak lebih bagus. 1 Peter Salim, Advanced English-Indonesian Dictionary, (Jakarta : Modern English Press, 1989), hlm. 433 2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), hlm. 58 3 Russel, Webster’s Dictionary or Webster’s Thesaurus, (New York : Geddes & Glosset, Ltd, 1990), hlm. 60

BAB III KONSEP “INNER BEAUTY” DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/25/jtptiain-gdl-s1... · Wawancara Pribadi Zahirah Mubarakah, (Jakarta : 2 September 1998)

  • Upload
    buihanh

  • View
    232

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

32

BAB III

KONSEP “INNER BEAUTY” DALAM ISLAM

Dalam dekade terakhir ini, slogan emansipasi dan feminisme kian

berkumandang. Sekolah-sekolah dan bermacam-macam kursus kepribadian pun

tak kalah marak. Begitu juga pameo “inner beauty” mengalahkan kecantikan fisik

kian menjadi sorotan publik, terutama kaum wanita. Namun disayangkan,

beberapa bahkan banyak kaum wanita masih merasa asing dengan ungkapan

“inner beauty” ini. Tak jelas faktor penyebabnya sehingga para wanita atau

pemudi bahkan mahasiswi masih mempertanyakan apakah hakekat “inner beauty”

dan benarkah setiap muslimah dianjurkan untuk meraihnya ? Jikalau benar,

manakah bentuk motivasi agama yang dapat dijadikan sebagai rujukan ? Karena

itu penting kiranya untuk dikaji hakekat inner beauty dalam frame Islam.

A. Pengertian Inner Beauty

Inner beauty berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, inner

dan beauty. Inner, artinya dalam, bathiniah.1 Dan beauty artinya orang cantik,

kecantikan.2 Dengan demikian bermakna kecantikan dalam atau kecantikan

bathiniah.

Dalam Webster’s New Dictionary And Thesaurus “Beauty is a pleasing

combination of qualities in a person or object, a particular grace or

excellence a beautiful person, esp a woman, good looks”.3

Cantik adalah gabungan yang menyenangkan dari sifat, mutu (kualitas) dari

seseorang atau objek, keanggunan atau khusus, hingga wanita tampak lebih

bagus.

1 Peter Salim, Advanced English-Indonesian Dictionary, (Jakarta : Modern English Press,

1989), hlm. 433 2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia,

1996), hlm. 58 3 Russel, Webster’s Dictionary or Webster’s Thesaurus, (New York : Geddes & Glosset,

Ltd, 1990), hlm. 60

33

Dalam bahasa Arab, kecantikan diungkapkan dengan kata Al-Jamal dan Al-Husn. Dalam Kamus Arab-Indonesia karangan Mahmud Yunus, Al-Jamal bermakna keindahan, kecantikan4 dan Al-Husn bermakna kebagusan, kebaikan.5 Menurut Ibnu Sayyidih dan Ibnu Katsir, Al-Jamal adalah kecantikan yang terdapat pada perilaku maupun rupa manusia.6 Di antara yang menunjukkan pengertian tersebut adalah hadits Nabi Muhammad SAW dalam Kitab Ihya Ulumuddin :

حد ثنا عبد اهللا حد ثنى أبى ثنا أبوالمغيرة قال ثنا حريز قال سمعت سعد بن مرثد الرحبى قال سمعت عبد الرحمن بن حوشب يحد ث عن ثوبان بن شهر قال سمعت آريب بن ابرهة وهو حالس مع عبد الملك بد ير المران وذ آر واالسكبر فقال آريب سمعت أبار يحانة يقول سمعت

اهللا عليه وسلم يقول انه اليد خل شيئ من االكبر الجنة رسول اهللا صلى قال فقال قائل يا رسول اهللا انى أحب ان أنجمل بسبق سوطى وشسع نعلى

صلى اهللا عليه وسلم ان ذ لك ليس بالكبران اهللا عز وجل فقال النبى 7)رواه احمد بن حنبل..... (جميل يحب الجمال

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu cantik (Jamil) menyukai kecantikan (Jamal)”. (HR. Muslim)

Yang dimaksud yaitu kecantikan perilaku dan kesempurnaan fisik. Sedangkan Al-Husn (cantik) adalah lawan kata Al-Qobh (buruk) sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat At-Taghabun ayat 3 :

)3: التغبن .... (ا حسن صورآم وصورآم ف... “……. Dia membentuk rupamu dan dibaguskannya rupamu …....”.8 (Q.S. At-Taghabun : 3)

Namun Al-Husn yang asalnya dipakai untuk memberi sifat pada bentuk dan fisik (rupa) kemudian digunakan untuk menyifati perilaku dan akhlak. Sementara Al-Jamal pada mulanya dipakai untuk menyifati perilaku, akhlak dan hal ihwal yang bersifat lahiriah, kemudian juga digunakan untuk menyifati rupa.

4 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Hida Karya Agung, 1990), hlm. 91 5 Ibid, hlm. 103 6 Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim, Cantik Luar Dalam, (Jakarta : Serambi, 2002), hlm.

11 7 Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (t.tp : Dar Al-Fikr,

t.th), hlm. 133 8 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Thoha Putra, 1989)

34

Term “inner beauty” belum banyak ditemukan dalam literatur Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cantik berarti elok, molek, indah. Kecantikan berarti keelokan, kemolekan wajah (muka).9 Menurut Muhammad Kamil Hasan Al-Muhami, “Keindahan atau kecantikan berarti suasana batin yang mendorong seseorang menerima sesuatu dengan sepenuh hati, karena telah tertanam rasa suka dalam jiwa”.10 Sedang menurut Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim kecantikan adalah sesuatu yang membuat manusia menjadi masyhur dan terangkat citranya, baik karena kecantikan akhlaknya, perilakunya, kekayaannya, maupun tubuhnya.11

Menurut Muhammad Kamil Hasan Al-Muhami, kecantikan batin atau inner beauty meliputi kecantikan jiwa, kecantikan karakter serta perilaku.12

Menurut Dra. Mien R. Uno, seorang Pakar Etiket dan Vice President Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Power, mengatakan, “inner beauty adalah kecantikan dalam yang terpantul keluar dalam wujud sikap-sikap positif. Lebih lanjut Mien R. Uno mengungkapkan, “the essence of inner beauty is how to behaviour, how to control emotion, how to control your self, etc…… Selanjutnya beliau mengatakan bahwa individu yang memiliki inner beauty adalah pribadi yang penuh kharisma yang dalam dirinya terkumpul tiga unsur pembentukan total image, yaitu behaviour (emotional quotient), brain (intellegent quotient) dan beauty (gracefull quotient).13

Adapun menurut seorang pakar wanita La Rose yang juga pernah menjadi Ketua Umum Wanita Penulis Indonesia dan Penyiar Radio serta TV mengungkapkan definisi inner beauty sebagai kecantikan mendalam yang memantul keluar atau kecantikan hakiki seorang wanita yang akan terefleksi melalui ekspresi diri. Lebih lanjut beliau juga mengungkapkan bahwa inner beauty pada dasarnya merupakan gabungan dari beberapa hal positif, di antaranya kematangan kepribadian, keluhuran akhlak, kecenderungan untuk

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), hlm. 760 10 Muhammad Kamil Hasan Al-Muhami, Inner Beauty dalam Pandangan Islam, (Jakarta

: Azan, 2002), hlm. 9 11 Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim, Op. Cit, hlm. 11 12 Muhammad Kamil Hasan Muhami, Op. Cit, hlm. 10 13 Mien R. Uno, Vice President Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Power,

Wawancara Pribadi Zahirah Mubarakah, (Jakarta : 2 September 1998)

35

selalu mengembangkan wawasan, kecemerlangan otak, kebersihan jiwa dan sebagainya.14

Sinyalemen Mien R. Uno tentang inner beauty selalu selaras dengan La Rose. Dalam sebuah makalah Seminar Sehari tentang Perempuan Total, La Rose mengemukakan pendapatnya, bahwa perempuan yang memiliki kecantikan adalah perempuan yang berbahagia. Perempuan yang berbahagia adalah yang sehat secara fisik dan mental. Lebih lanjut La Rose mengungkapkan bahwa perempuan cantik adalah pribadi yang mampu mengekspresikan diri, mampu mengeluarkan kreativitasnya, tampil sewajarnya sesuai dengan kondisi dengan segenap kelebihan dan kekurangannya tanpa meniru yang lain. Menurut La Rose menjadi diri sendiri adalah kunci sebuah kecantikan, karena perempuan yang selalu terdikte (cara berfikir, cara bicara, cara penampilan) dapat diibaratkan gadis terpasung, yang tidak bebas berekspresi dan berkreativitas sesuai dengan hati nuraninya. Dan hal ini mengakibatkan kejenuhan serta bermacam gangguan yang bisa saja terpantul pada kondisi fisik.15

Oleh karena itu, menurut La Rose yang perlu terus ditingkatkan adalah kecantikan yang tidak ditelan waktu dan ini datangnya dari keadaan jiwa yang tidak dapat diombang-ambing oleh berbagai standar kecantikan yang kemungkinan besar sekali akan terus berubah-ubah apabila kita tidak mampu membina kecantikan yang hakiki.16

Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil sebuah konklusi bahwa inner beauty menurut para pakar tersebut adalah kecantikan dalam yang terpantul keluar melalui keluhuran akhlak atau tingkah laku, keluasan ilmu dan kecemerlangan otak serta kebersihan hati dan jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada tiga unsur pembentuk inner beauty yaitu keluhuran akhlak atau tingkah laku, keluasan ilmu dan kebersihan jiwa dan hati.

14 La Rose, Ketua Umum Wanita Penulis Indonesia, Wawancara Pribadi Zahirah

Mubarakah, (Jakarta : 27 Agustus 1998) 15 La Rose, Perempuan Total, Makalah Seminar Radio AM 810 KHz, (Jakarta : Agustus,

1998), hlm. 4 16 La Rose, Hakekat Kecantikan dan Kebahagiaan Wanita dalam Kiprah Wanita Islam

dalam Keluarga, Karier dan Masyarakat, (Jakarta : Pustaka Antara, 1996), hlm. 53

36

B. Inner Beauty Dalam Pandangan Islam

Sebagai agama hanif (lurus), agama Islam memiliki perhatian besar

terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keindahan dan

kecantikan secara umum, lebih khusus lagi kecantikan wanita. Dalam

membahas kecantikan di mata Tuhan tentunya selalu berpegang kepada Al-

Qur’an dan Hadits sebagai petunjuk bagi umat Islam.

Al-Qur’an menggunakan berbagai macam kata untuk mengungkapkan

kecantikan, di antaranya Al-Jamal, Al-Husn, Al-Bahjah dan Al-Jinah. Al-

Qur’an menggunakan kata Al-Jamal sebanyak delapan kali yang semuanya

berbicara dalam konteks akhlak, kecuali dalam Surat An-Nahl ayat 6 :

) 6: النحل (ولكم فيهاجمال حين تريحون وحين تسرحون “Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan”. 17 (Q.S. An-Nahl : 6)

Sementara yang lain terdapat dalam Surat Yusuf ayat 18 dan 83 yang berbunyi

-yang berbicara tentang kesabaran yang baik. Dalam Surat Al فصبر جميل

Hijr ayat 85 yang berbunyi فاصفح الصفح الجميل yang berbicara tentang cara

memaafkan yang baik. Dalam Surat Al-Ahzab ayat 28 dan 49 yang berbunyi

yang berbicara tentang cara menceraikan yang baik. Dalam Surat سراحاجميال

Al-Ma’arif ayat 5 yang berbunyi فاصبر صبرا جميال yang berbicara tentang

perintah untuk bersabar dengan baik. Dan dalam Surat Al-Muzammil ayat 10

yang berbunyi هجرا جميال . Semuanya berbicara dalam konteks akhlak.

Sedangkan kata Al-Husn banyak sekali dijumpai dalam Al-Qur’an

dengan bentuk kata yang berbeda-beda. Kata tersebut dipakai untuk

menunjukkan kebaikan rupa maupun perilaku. Namun kecantikan fisik yang

mencakup kecantikan raut muka dan tubuh tidak tersebut dalam Al-Qur’an,

kecuali hanya dua kali saja.

17 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Semarang : Thoha Putra, 1989), hlm. 403

37

Pertama, manakala Allah SWT mengingatkan Rasul-Nya agar tidak

terlena oleh fenomena luar dari orang-orang munafik. Dan apa yang tampak di

mata dalam banyak hal tidak mengisyaratkan kebenaran. Allah SWT

berfirman dalam Surat Al-Munafiqun ayat 4 :

واذارايتهم تعجبك اجسامهم وان يقولوا تسمع لقولهم آانهم خشب )4: المنا فقون ... (مسندة

“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan yang bersanda …”.18 (Q.S. Al-Munafiqun : 4)

Kedua, adalah tatkala Allah berbicara pada Rasul-Nya dalam Surat Al-

Ahzab ayat 52. Allah berfirman :

اليحل لك النساء من بعد وال أن تبدل بهن من أزوج ولوأعجبك ن اال ماملكت يمينك وآان اهللا على آل شيئ رقيبا حسنه

)52:األحزاب(“Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) menggantikan mereka dengan istri-istri (yang lain) meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu”.19 (Q.S. Al-Ahzab : 52)

Maksud dari kata husnuhunna di sini adalah keelokan wanita, keindahan raut

muka atau tindakan tubuh secara umum.

Namun tatkala Allah menyebutkan kecantikan dalam Al-Qur’an,

sesungguhnya Allah menyebutkan sifat bidadari surga :

) 70: الرحمن (فيهن خيرات حسان

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik”.20 (Q.S. Al-Rahman : 70)

18 Ibid, hlm. 936 19 Ibid, hlm. 677 20 Ibid, hlm. 890

38

Meskipun begitu kata خيرات (yang baik-baik) didahulukan daripada kata

Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa wanita .(yang cantik-cantik) حسان

yang baik (yang memiliki sifat-sifat terpuji) lebih utama dari wanita yang

hanya memiliki kecantikan fisik saja.

Allah tidak menetapkan keindahan lahiriah dan fisik sebagai standar

untuk menilai manusia. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda :

حد ثنا جعفربن برقان ثنا يزيد . ثنا آثيربن هشام . حد ثنا احمد بن سنان ان اهللا : م قال .رفعه الى النبى ص, بن االصم عن ابى هريرة

الينظرالى صورآم وال الى اموالكم ولكن ينظرالى اعمالكم وقلو بكم 21)رواه ابن ماجه(

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupamu dan hartamu tetapi dia melihat amal perbuatanmu dan hatimu”. (HR. Ibnu Majah)

Isi hadits di atas sangat jelas menerangkan bahwa kecantikan lahiriah

tidak ada harganya di mata Allah jika tidak disertai kecantikan hati,

kedudukan dan jabatan yang tinggi serta harta benda yang melimpah tidak ada

nilainya di hadapan Allah jika tanpa disertai akhlak dan amal perbuatan yang

mulia. Sesungguhnya Allah telah menentukan standar lain untuk memuliakan

hambanya yaitu orang yang bertaqwa yang mempunyai kemuliaan hati dan

keluhuran akhlak.

Bagi Allah yang Maha Bijaksana, hati merupakan inti kepribadian

manusia yang pantas untuk dijadikan petunjuk tentang diri seseorang. Jika hati

seseorang baik, bersih dan hidup, maka baiklah pribadinya. Sebaliknya bila

hati itu rusak, kotor bahkan berpenyakit, maka buruklah pribadi manusia yang

memilikinya. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya :

“Sungguhnya dalam hati manusia itu ada segumpal darah, jika sehat, sehatlah seluruh tubuhnya. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah itu hati”.22(Muttafaqun alaih)

21 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz II, (Semarang : Thoha Putra, t.th), hlm. 138 22 Abu Al-Ghifari, Wanita Bukan Makhluk Penggoda, (Bandung : Mujahid Press, 2003),

hlm. 66

39

Menyimak hadits di atas, membuat mereka yang berwajah pas-pasan termotivasi untuk mempercantik diri dengan biaya murah, yaitu dengan mempercantik hati, yang terpenting adalah adanya kemauan dan kesungguhan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

)13: الحجرات (ان اآرمكم عند اهللا اتقكم “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”.23 (Q.S. Al-Hujurat : 13)

Alangkah indahnya ayat tersebut, bagi Allah segala perangkat atau atribut dunia, baik kebangsaan, kesarjanaan, kekayaan dan kedudukan tidaklah berarti. Cukuplah seseorang itu melakukan “make up” bagi hatinya dengan taqwa. Niscaya dengan demikian ia akan mampu merebut posisi penting di hadapan Allah SWT.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memerintahkan kepada seluruh umatnya agar selalu bertaqwa dimanapun berada dan bergaul dengan sesamanya dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda beliau :

, حد ثنا سفيان, حدثنا عبد الرحمن بن مهدي, حد ثنا محمد بن بشار بندارقال : عن ابي ذر قال , عن ميمون بن ابي شبيب, عن حبيب بن ابي ثابت

اتق اهللا حيثما آنت واتبع السيئة الحسنة تمحها : م .لي رسول اهللا ص 24) رواه الترمذى(وخالق النا س بخلق حسن

Artinya : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun berada dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)

Demikianlah komitmen Nabi Muhammad sebagai Rasul penyeru kebajikan. Akhlak terpuji atau budi pekerti luhur (positive attitudes) yang melekat pada diri beliau telah mengantarkannya mencapai derajat kemuliaan di hadapan-Nya. Juga di tengah-tengah umat manusia, karena sesungguhnya Rasulullah diutus di dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana sabdanya :

23 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Thoha Putra, 1989), hlm. 847 24 At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz III, (Beirut : Dar Al-Fikr, t.th), hlm. 389

40

حد ثنا عبد اهللا حد ثنى ابي حدثنا سعيد بن منصور قال حدثنا عبد العزيز بن محمد عن محمد بن عجالن عن قعقاع بن حكيم عن ابى صالحن عن ابى هريرة قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم انما

25)رواه احمد بن حنبل(بعثت التمما صا لح األخالقArtinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang

bagus”. (HR. Ahmad Bin Hambal)

Selain diperintah untuk bertaqwa dan berhias dengan akhlak yang baik, manusia juga diperintah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan akal demi menggapai ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW :

عن , ثنا آثير بن شنظير. ثنا حفص بن سليمان. حد ثناهشام بن عمار, قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم, عن أنس بن مالك, محمد بن سيرين

26)رواه ابن ماجه...(طلب العلم فريضة على آل مسلمArtinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

Perintah untuk menuntut ilmu tersebut tidak hanya ditujukan kepada kaum

pria saja tetapi juga kepada kaum wanita. Sejak hari pertama perjalanan Islam,

wanita muslimah pada masyarakat Islam pada saat itu telah mengenal

kedudukan ilmu. Mereka sadar betul kedudukan wanita sama dengan

kedudukan pria dalam menuntut ilmu. Sehingga pada suatu ketika ada

beberapa wanita yang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata :

“Ya Rasulullah, kami tidak mendapatkan peluang untuk belajar di majlismu

yang dipenuhi kaum laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat

belajar darimu pada kesempatan itu”. Kemudian Rasulullah menjawab :

“Bagianmu adalah di rumah Si Anu”. Maka beliau datang kepada mereka

(kaum wanita) pada hari dan tempat yang telah dijanjikan dan beliau mengajar

mereka.27

25 Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (t.tp : Dar Al-

Fikr, t.th), hlm. 381 26 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz I, (Semarang : Thoha Putra, t.th), hlm. 81 27 Muhamad Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan As-

Sunnah, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1997), hlm. 97

41

Dari riwayat di atas terlihat, bahwa setiap muslim baik laki-laki maupun

perempuan wajib mengisi hidupnya dengan pengetahuan, tidak terbatas pada

baca tulis, melainkan dengan ilmu. Khususnya bagi wanita, Nabi

menandaskan bahwa mereka hendaknya diberikan pelajaran-pelajaran lain

sebanyak mungkin, selama tidak keluar dari kodratnya, hal tersebut sangat

dianjurkan oleh agama.

Islam menganjurkan agar para wanita dapat mempelajari ilmu-ilmu yang

dianjurkan untuk dipelajari oleh wanita, di antaranya adalah pertama, ilmu

tentang Kitabullah (bacaan, tajwid dan tafsirnya), kedua ilmu hadits, sirah

nabawi, shahabat wanita dan tabi’un wanita, ketiga, ilmu fiqh untuk

kebaikannya dalam ibadah dan muamalah serta untuk mengetahui hukum

agama secara benar.28 Selain itu kaum wanita harus senantiasa meluangkan

sebagian waktunya untuk membuka buku, membaca majalah atau surat kabar

yang bermanfaat dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, sastra, ekonomi,

sosial, pandangan hidup dan lainnya yang ditulis oleh para sastrawan, para

pemikir, para ulama dan intelektual dalam rangka membuka cakrawala

berfikir serta menambah ilmu dan wawasan.29

Setelah mempelajari semuanya, wanita mesti kembali memperhatikan

kewajiban pokoknya mengurus rumah tangga dan mendidik putra-putrinya.30

Dengan seperangkat ilmu itulah wanita membenahi kepribadiannya. Dengan

ilmu pula wanita memperoleh derajat kemuliaan di sisi Tuhannya. Juga di

mata manusia lainnya. Derajat tersebut seperti yang dijanjikan oleh-Nya

sebagai berikut :

... رجت م والذين اوتو العلم ديرفع اهللا الذين امنوا منك... )11: المجادلة (

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.31 (Q.S. Al-Mujadilah : 11)

28 Ibid, hlm. 99 29 Ibid, hlm. 105 30 Ibid, hlm. 99 31 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Thoha Putra, 1989), hlm.

42

Dan firman-Nya :

)9: الزمر (قل هل يستوى الذين يعلمو ن والذين اليعلمون

“Katakan, adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu ?”32 (Q.S. Az-Zumar : 9)

Demikianlah keutamaan ilmu dalam pandangan Islam. Manfaatnya

bukan menjadi dominasi pemiliknya, melainkan juga bagi orang lain yang

belum mempunyai pengetahuan, yang belajar darinya. Allah SWT berfirman :

)43: النحل (فاسئلوا اهل الذ آران آنتم ال تعلمون

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu mengetahuinya”.33 (Q.S. An-Nahl : 43)

Selain diperintah untuk menjaga hati, berakhlak mulia dan menuntut

ilmu serta berusaha untuk memperluas wawasan, kaum wanita juga dianjurkan

untuk memelihara ruh dan jiwanya. Dalam memelihara ruh dan jiwa dapat

dilakukan dengan cara tekun dan rajin beribadah, mensucikan jiwa (tazkiyah

an-nafs), berdzikir dan bermuhasabah kepada Allah SWT, memperbanyak

amal sholeh, memilih teman yang sholihah dan selalu menghadiri Majlis

Ta’lim untuk mempertebal imannya.34

Dengan mencermati ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi tersebut

di atas, kiranya cukup jelas bahwa Islam sangat menekankan arti penting

kecantikan hakiki, yaitu kecantikan yang memiliki makna lebih luas dan

mendalam, bukan sekedar pesona jasmani. Kecantikan itu adalah ketaqwaan,

kebersihan hati dan jiwa, tingkah laku/sifat positif dan keluasan cakrawala

berfikir. Adapun wanita yang memiliki kecantikan hakiki adalah wanita yang

disebut wanita shalihah, wanita yang mampu menghadirkan pesona dan

kebahagiaan hati yang menjadi perhiasan dunia. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW :

32 Ibid, hlm. 747 33 Ibid, hlm. 408 34 Muhammad Ali Hasyimi, Op. Cit, hlm. 105-109

43

. حد ثنا جعفر بن برقان. ثنا آثير بن هشام. حد ثنا أحمد بن سنانرفعه الى النبى صلى اهللا عليه , ثنا يزيد بن األصم عن ابى هريرة

ان الد نيا آلها متاع وخير متاع الد نيا المراة الصالحة , وسلم )رواه ابن ماجه(

Artinya : “Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”.35(HR. Ibnu Majah)

Dengan demikian jelas bahwa Islamlah penganjur inner beauty dan

bahkan mempeloporinya. Islam menganjurkan kepada para wanita agar

memiliki “inner beauty” dengan cara menuntut ilmu dan berusaha

memperluas wawasannya, membersihkan jiwa dan hatinya serta berhias

dengan keluhuran tingkah laku.

C. Memadukan Inner Beauty dengan Keindahan Fisik

Dalam Al-Qur’an telah diuraikan bahwa Allah telah menciptakan

manusia dari materi dan roh.36 Dan melalui keduanya Allah menganugerahkan

manusia empat daya :

1. Daya tubuh, yang mengantar manusia berkekuatan fisik. Berfungsinya

organ tubuh dan panca indera berasal dari daya ini.

2. Daya hidup yang menjadikannya memiliki kemampuan mengembangkan

dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta mempertahankan

hidupnya dalam menghadapi tantangan.

3. Daya akal, yang memungkinkannya memiliki ilmu pengetahuan dan

teknologi.

4. Daya kalbu, yang memungkinkannya bermoral, merasakan keindahan,

kelezatan iman dan kehadiran Allah. Dari daya inilah lahir intuisi dan

indera keenam.37

35 An-Nasa’i, Sunan An-Nasa’i, Juz, (Beirut : Dar Al-Fikr, t.th), hlm. 69 36 Muhammad Utsman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1985), hlm.

242 37 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992), hlm. 281. Lihat pula Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 108-109

44

Apabila keempat daya itu digunakan dan dikembangkan secara baik,

maka kualitas pribadi akan mencapai puncaknya. Yaitu suatu pribadi yang

beriman, berbudi pekerti luhur, memiliki kecerdasan, ilmu pengetahuan,

ketrampilan, keuletan serta wawasan masa depan dan dengan fisik yang

sehat.38

Untuk mencapai pada kualitas tersebut, antara materi dan roh tidaklah

terpisah atau lepas antara satu sama lainnya. Keduanya terpadu dalam suatu

kesatuan yang komplementer dan serasi. Dari paduan yang komplementer dan

serasi ini terbentuklah diri dan kepribadian manusia.39 Oleh karena itu, barang

siapa yang mampu memadukan antara aspek-aspek material dan spiritual pada

kepribadiannya dan berhasil merealisasikan keserasian dan keseimbangan

antara kedua aspek tersebut, maka ia akan mencapai derajat kesempurnaan.

Karena pada hakekatnya, manusia baru dapat dikatakan sempurna manakala

dapat memenuhi kedua kebutuhan tersebut.40

Oleh karena itu seorang wanita muslimah yang memahami bahwa

dirinya terdiri atas tubuh, akal dan jiwa akan senantiasa memperlakukan

ketiganya dengan adil dan seimbang (tawazun) dan tidak melebihkan

perhatian kepada salah satunya dan mengabaikan yang lainnya. Sebagaimana

ajaran agama Islam yang mengajarkan sikap adil dan seimbang (tawazun).

Dengan demikian secara tegas Islam menyeru kepada kaum perempuan agar

dapat menyeimbangkan dan menyelaraskan jasmani, rohani dan akalnya

secara adil dan seimbang.

Islam menganjurkan agar kaum wanita meraih inner beauty dengan cara

memperluas ilmu pengetahuan dan wawasannya, membersihkan hati dan

jiwanya dengan berzikir, bermunajat kepada Allah SWT dan memperbanyak

amal sholeh serta berhias dengan akhlak yang mulia sebagai landasan atau

pondasi awal dalam meraih kebahagiaan. Kemudian dilanjutkan dengan

38 Ibid 39 Muhammad Utsman Najati, Op. Cit, hlm. 244 40 R.Ay. Sitoresmi Prabuningrat, Sosok Wanita Muslimah, (Yogyakarta : PT. Tiara

Wacana Yogya, 1997), hlm. 9. Lihat pula M. Utsman Najati, Op. Cit, hlm. 255

45

memperhatikan aspek jasmaninya yaitu dengan cara memelihara tubuh atau

fisiknya. Di antara cara menjaga dan memelihara tubuh/fisiknya adalah

membersihkan badan dan pakaian, memperhatikan kebersihan mulut dan gigi,

memelihara keindahan dan kebersihan rambut, senantiasa berolahraga,

sederhana dalam makan dan minum, berpenampilan menarik dan tidak tabaruj

dan berlebihan dalam berdandan.41

1. Membersihkan badan dan pakaian

Menjaga kebersihan adalah salah satu pokok ajaran agama Islam

sebagaimana hadits Rasulullah bahwasannya kebersihan itu sebagian dari

iman. Dan membersihkan badan dan pakaian adalah termasuk di

dalamnya.

Perintah untuk membersihkan badan dan pakaian adalah upaya

pengaplikasian dari hadits Rasulullah yang menganjurkan mandi dan

memakai wangi-wangian terutama pada hari Jum’at. Sebagaimana hadits

Nabi SAW :

“Mandilah pada hari Jum’at dan guyurlah kepalamu sekalipun kamu tidak sedang janabat, lalu percikilah (tubuh) dengan wewangian”.42 (HR. Muslim)

“Barang siapa yang hendak shalat Jum’at baik pria maupun wanita, hendaklah ia mandi”.43

2. Memperhatikan kebersihan mulut dan gigi

Kebersihan mulut dan gigi agar tidak mengeluarkan bau tidak sedap

dapat terealisasi dengan cara membersihkan gigi atau menggosok gigi

setiap selesai makan, baik menggosoknya dengan siwak, sikat gigi atau

dengan alat pembersih yang lain dan berusaha menghindari makanan yang

berbau tidak sedap.

41 Muhammad Ali Hasyimi, Op. Cit, hlm. 94-95. Lihat pula Abu Bakar Al-Asy’ari, Tugas

Wanita dalam Islam, (Jakarta : Media Dakwah, 1986), hlm. 53-61 42 Ibid, hlm. 86 43 Ibid

46

Siti Aisyah RA. sangat memperhatikan kebersihan giginya dengan

jalan bersiwak sebagaimana hadits dalam Shahih Muslim. Dari Atha dari

Urwah RA, ia berkata : “Kami sungguh mendengar Umul Mukminin RA.

menggosok-gosokkan siwak ke giginya”.44

Dan perhatian Rasulullah terhadap kebersihan mulut ini sampai

kepada batas yang menjadikan beliau mengeluarkan pernyataan sebagai

berikut :

“Jika tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintah agar mereka bersiwak pada setiap kali hendak melakukan shalat”.45

3. Memelihara keindahan dan kebersihan rambut

Memelihara keindahan dan kebersihan rambut merupakan ajaran

agama Islam. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW :

“Barang siapa yang memiliki rambut, maka hendaklah ia menghormatinya (memeliharanya)”.46

Yang dimaksud dengan “menghormati rambut” menurut Islam

adalah membersihkannya, menyisir, memberinya wewangian (minyak

rambut) dan memeliharanya dengan baik. Dan Rasulullah sangat

membenci orang yang membiarkan rambutnya berantakan, kotor dan

bau.47

4. Senantiasa berolahraga

Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh harus dengan cara

berolahraga secara teratur sehingga tubuh menjadi bugar, lentur, indah,

juga sehat dan kuat serta kebal dari berbagai penyakit. Dengan tubuh yang

sehat dan kuat, maka diharapkan dapat mengerjakan tugas-tugas rutinnya

baik sebagai istri, ibu maupun seorang remaja putri.

44 Ibid, hlm. 89 45 Abu Bakar Al-Asy’ari, Tugas Wanita dalam Islam, (Jakarta : Media Da’wah, 1986),

hlm. 57 46 Ibid, hlm. 55 47 Muhammad Ali Hasyimi, Op. Cit, hlm. 91

47

5. Sederhana dalam makan dan minum

Untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan kuat diperlukan makan

yang baik, sehat dan bergizi. Islam memerintahkan umatnya agar

memakan makanan yang halal dan thoyyib serta sederhana dalam makan

dan minum dan tidak berlebih-lebihan.

6. Berpenampilan menarik, tidak tabaruj dan berlebihan dalam berdandan

Berkaitan dengan tugas dan fungsinya, seorang wanita dituntut untuk

selalu berpenampilan menarik sehingga sedap dipandang oleh suami,

putra-putri, mahramnya dan wanita yang lain dengan tidak tabaruj, tidak

berlebih-lebihan dan keluar dari rel Islam. Yang dimaksud tabaruj di sini

adalah menampakkan keelokan tubuh dan kecantikan wajah berikut

pesonanya. Atau seperti kata Imam Bukhari, tabaruj adalah perbuatan

wanita yang memamerkan segala kecantikan miliknya.48 Dan ini

merupakan ajaran agama Islam agar mendorong umatnya supaya

berdandan dengan perhiasan yang halal dan berpenampilan menarik serta

mempercantik diri dan tidak berlebihan. Sebagaimana firman Allah :

يابنى اد م خذوازينتكم عند آل مسجد وآلواواشربواوال تسرفوا قل من حرم زينة اهللا التي اخرج لعباده . انه اليحب المسرفين

والطيبات من الرزق قل هي للذين امنوا فى الحيوة الدنيا خالصتا )32-31: االعراف (يوم القيامة آذلك نفصل االيت لقوم يعلمون

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah : “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapakah yang mengharamkan) rezeki yang baik-baik ?” Katakanlah : Semuanya itu (disediakan) untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui”.49 (Q.S. Al-A’raf : 31-32)

48 Ni’mah Rosyid Ridha, Tabaruj, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2000), hlm. 19 49 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit, hlm. 225

48

Dengan memperhatikan kecantikan fisik diharap akan menambah kecantikan seorang wanita. Bagaimanapun juga kecantikan fisik adalah pelengkap kebahagiaan dan sangat penting bagi kaum wanita. Sebab kecantikan juga sebagai salah satu landasan kepribadian wanita ideal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya wanita yang membawa berkah paling besar adalah yang paling cerah wajahnya (cantik) dan yang paling sedikit maharnya”.50 Meskipun demikian kecantikan yang tidak disertai dengan agama dan akhlak yang baik merupakan musibah dan bukan nikmat.51 Inner beauty lebih utama sebagai landasan atau pondasi atau dasar kepribadian wanita.

Jika inner beauty saja sudah indah, apalagi jika dipadukan dengan kecantikan fisik. Dan ketika seorang wanita dapat memadukan inner beauty dengan kecantikan fisik, maka akan terlahir pribadi yang sempurna dan berwibawa di hadapan manusia sekaligus mendapat keridhoan di sisi Allah SWT.

D. Urgensi Inner Beauty Bagi Muslimah

Wanita pada zaman sekarang pada umumnya terjebak pada penampilan fisik dan cenderung melupakan perawatan bathiniyahnya. Mereka berlomba-lomba mempercantik diri dengan berbagai cara, mulai dari cara tradisional sampai cara modern. Mulai dari minum jamu, melakukan diet yang super ketat, rajin berolahraga, melakukan fitnes, mengkonsumsi produk-produk kecantikan dan yang lebih ekstrim dengan melakukan operasi. Semua itu dilakukan agar tampil cantik dan menarik.

Munculnya kontes ratu kecantikan dan kemajuan teknologi dan media massa yang sering mengekspos tentang trend mode dan juga standar kecantikan ideal telah memaksa kaum wanita untuk lebih concerned pada penampilan fisiknya. Dan akhir mereka memandang bahwa penampilan fisik adalah segala-galanya dan mereka menjadikan kecantikan fisik sebagai standar kecantikan wanita.

50 Muhammad Utsman Al-Khasyat, Muslimah Ideal di Mata Pria, (Jakarta : Pustaka

Hidayah, 1997), hlm. 19 51 Ibid, hlm. 18

49

Padahal Islam telah mengajarkan bahwa kecantikan hakiki bukan

terletak pada tampilan fisik, cantik bukan soal berat badan, tinggi badan dan

ukuran pinggang. Kecantikan hakiki terpancar dari dalam melalui kebersihan

jiwa dan hatinya, keluasan cara berfikirnya dan keluhuran akhlaknya. Inilah

standar kecantikan yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Kecantikan fisik ada batasnya, sifatnya permanen dan tidak akan

sanggup bertahan lama. Jika usia sudah bertambah dan semakin tua, maka

kecantikan tersebut sedikit demi sedikit akan memudar. Apalagi jika

dihadapkan dengan beban hidupnya yang kian berat serta berbagai persoalan

hidup yang datang menghimpit. Sebaliknya inner beauty permanen dan tahan

lama bahkan ada kalanya meningkat lebih baik lagi. Seiring dengan

bertambahnya usia, inner beauty akan terus berkembang dan sangat

bermanfaat dalam menghadapi beban hidup yang berat serta berbagai

persoalan hidup yang dihadapi. Bagaimanapun, beban hidup dan persoalan

yang dihadapi tidak bisa diselesaikan dengan tampilan fisik atau wajah,

melainkan sikap dewasa yang terpancar dari inner beauty.

Wanita yang mengutamakan inner beauty, akan mudah menghadapi

problema hidup. Mereka akan mencari solusi sebaik mungkin yang didasarkan

pada keilmuan yang dimilikinya dan kedalaman pribadinya.52 Sebaliknya,

wanita yang hanya memikirkan kecantikan fisik, akan mudah goyah dalam

menghadapi problema kehidupan, sehingga banyak di antara mereka yang

akhirnya terperosok dalam jurang kenistaan.

Karena itu sejak dahulu kala, Islam mengisyaratkan pentingnya inner

beauty. Bahkan Allah menganjurkan agar kaum wanita berusaha untuk

meraihnya. Sebab seorang wanita mempunyai tugas untuk mempersiapkan

generasi masa depan. Dalam kehidupan riil, peranan wanita sebagai pendidik

berlangsung di berbagai tingkat. Di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai

guru, di perguruan tinggi sebagai dosen dan di masyarakat sebagai pekerja

52 Abu Al-Ghifari, Op. Cit, hlm. 65

50

sosial atau da’i.53 Oleh karena peran dan fungsinya yang sangat krusial ini,

wanita bisa dijadikan tolok ukur bagi maju dan mundurnya suatu bangsa.54

Apabila wanitanya baik, maka bangsa itu akan berjaya. Sebaliknya bila

wanitanya rusak, maka bangsa itu akan mengalami kehancuran. Sebagaimana

hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : “Perempuan itu tiang negara, bila ia

baik, negaranya jaya, bila perempuannya rusak, binasalah negaranya”.55

Dan agar dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik, wanita

harus dibekali dengan pendidikan dan mengarahkan agar meraih inner beauty.

Di sinilah urgensi inner beauty bagi wanita yaitu untuk membantu

melaksanakan tugas dan perannya dengan baik.

53 Khalijah Moh. Salleh, Pendidikan Untuk Muslimah Sebagai Pencetak Generasi Masa Depan dalam Muslimah Abad 21, (Jakarta : Gema Insani Press, 1999)

54 Aba Firdaus Al-Halwani, Wanita-wanita Pendamping Rasulullah, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2001), hlm. 6

55 Zakiah Darajat, Peran Ganda dan Kepemimpinan Perempuan dalam Memposisikan Kodrat, Editor Lili Zakiyah Munir, (Bandung : Mizan, 1999), hlm. 12

51

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hambal, Imam Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz II, (t.tp : Dar

Al-Fikr, t.th).

Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005).

Al-Asy’ari, Abu Bakar, Tugas Wanita dalam Islam, (Jakarta : Media Dakwah,

1986).

Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Juz. IV, (Kairo : Dar Al-Ihya’ Al-Kutub Al-

Arabiyah, tt).

Al-Ghifari, Abu, Wanita Bukan Makhluk Penggoda, (Bandung : Mujahid Press,

2003).

Al-Halwani, Aba Firdaus, Wanita-wanita Pendamping Rasulullah, (Yogyakarta :

Mitra Pustaka, 2001).

Al-Hasyimi, Muhamad Ali, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an

dan As-Sunnah, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1997).

An-Nasa’i, Sunan An-Nasa’i, Juz, (Beirut : Dar Al-Fikr, tt).

At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Juz III, (Beirut : Dar Al-Fikr, t.th).

Darajat, Zakiah, Peran Ganda dan Kepemimpinan Perempuan dalam

Memposisikan Kodrat, Editor Lili Zakiyah Munir, (Bandung : Mizan,

1999).

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Thoha Putra, 1989).

Al-Muhami, Muhammad Kamil Hasan, Inner Beauty dalam Pandangan Islam,

(Jakarta : Azan, 2002).

52

La Rose, Hakekat Kecantikan dan Kebahagiaan Wanita dalam Kiprah Wanita

Islam dalam Keluarga, Karier dan Masyarakat, (Jakarta : Pustaka

Antara, 1996).

La Rose, Ketua Umum Wanita Penulis Indonesia, Wawancara Pribadi Zahirah

Mubarakah, Jakarta, 27 Agustus 1998

La Rose, Perempuan Total, Makalah Seminar (Radio AM 810 KHz, Jakarta,

Agustus).

M. Echols, John dan Shadily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT.

Gramedia, 1996).

Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Juz I, (Semarang : Thoha Putra, tth).

Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Juz II, (Semarang : Thoha Putra, tth).

Moh. Salleh, Khalijah, Pendidikan Untuk Muslimah Sebagai Pencetak Generasi

Masa Depan dalam Muslimah Abad 21, (Jakarta : Gema Insani Press,

1999).

Prabuningrat, R.Ay. Sitoresmi, Sosok Wanita Muslimah, (Yogyakarta : PT. Tiara

Wacana Yogya, 1997).

R. Uno, Mien, Vice President Sekolah Pengembangan Pribadi John Robert Power,

Wawancara Pribadi Zahirah Mubarakah, Jakarta, 2 September 1998.

Rosyid Ridha, Ni’mah, Tabaruj, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2000).

Salim, Peter, Advanced English-Indonesian Dictionary, (Jakarta : Modern English

Press, 1989).

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992).

Al-Harrani, Ibnu Taimiyah dan Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Cantik Luar Dalam,

(Jakarta : Serambi, 2002).

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995).

Al-Khasyat, Muhammad Utsman, Muslimah Ideal di Mata Pria, (Jakarta :

Pustaka Hidayah, 1997).

Najati, Muhammad Utsman, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka,

1985).

53

Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Hida Karya Agung, 1990).