Upload
vunhu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
57
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan di paparkan data-data dari hasil penelitian yang telah
dilakukan beserta analisisnya berdasarkan pada hasil observasi, dokumentasi, dan
wawancara yang dilakukan guna mendapatkan gambaran dan jawaban tentang
permasalahan yang di teliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara
dalam 2 kondisi, yaitu wawancara formal dan wawancara informal.
Wawancara formal disini secara keseluruhan berisi pertanyaan-pertanyaan
yang telah dirancang sedemikian rupa oleh penulis untuk mendapatkan fakta
dilapangan secara spesifik. Sedangkan wawancara informal disini berisi
wawancara bersifat percakapan tidak resmi. Pertanyaan yang diajukan dilakukan
secara spontan untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam dan lebih jujur
dari responden. Dalam wawancara informal ini peneliti tidak memiliki
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya akan tetapi lebih kepada
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya refleksi dari jawaban-jawaban yang
disampaikan oleh responden. Tujuannya adalah untuk mendapatkan fakta atau
memperoleh data yang lebih terpercaya.
Hasil penelitian ini sendiri akan difokuskan pada peran daripada Satgas
Saber Pungli Kota Malang dalam menindaklanjuti laporan-laporan tentang pungli
dan prospek dibentuknya Satgas Saber Pungli Kota Malang dalam mengurangi
tindak pidana pungutan liar di Kota Malang. Sebelum penulis memaparkan hasil
daripada penelitian yang telah dilakukan, penulis akan memaparkan terlebih
58
dahulu sejarah pembentukan Satgas Saber Pungli dari tingkat pusat hingga tingkat
daerah kabupaten/kota, yang mana kota yang dipilih penulis adalah Kota Malang.
A. Gambaran Umum Tentang Satgas Saber Pungli
A.1 Visi Dan Misi Satgas Saber Pungli
Visi Satgas Saber Pungli:
Terwujudnya pelayanan publik pada kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah yang terbebas dari pungutan liar
Misi Satgas Saber Pungli:
1. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan
liar;
2. Membangun sistem pengumpulan, pengolahan, penyajian data
dan informasi dari kementerian/lembaga dan pihak lain yang
terkait dengan menggunakan teknologi informasi;
3. Membangun dan menginternalisasi budaya anti pungli pada tata
pemerintahan dan masyarakat;
4. Mengoordinasikan, merencanakan dan melaksanakan
operasi/kegiatan pemberantasan pungutan liar;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik melalui
transparasi dan standarisasi pelayanan, sesuai peraturan
perundang-undangan dan menghapuskan pungutan liar;
59
A.2 Strategi Pemberantasan Pungli
Strategi Pre emtif (Pembinaan):
a. Membangun budaya/anti pungli baik masyarakat, aparatur maupun
pengusaha.
b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat dalam gerakan
nasional pemberantasan pungli, pemda bebas dari pungli.
Strategi Preventif (Pencegahan):
1. Melaksanakan pemetaan rawan pungli di setiap
Kementrian/Lembaga dan Pemda;
2. Mengoptimalkan fungsi satuan pengawas internal;
3. Pengawas fungsional oleh BPK dan BPKP dengan para inspektur
lebih terkoordinir dan tersinkronisasi;
4. Mengoptimalkan sistem pelayanan publik yang prima berbasis
teknologi dan informasi.
Strategi Represif (Penegakan Hukum):
Menindak tegas terhadap oknum aparat penyelenggara
negara/pegawai negeri, masyarakat yang terlibat dalam pungutan liar
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
60
A.3 Penjabaran Tugas Satgas Saber Pungli
Gambar 1
Sumber: https://acch.kpk.go.id
61
A.4 Struktur Organisasi Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Dari
Tingkat Pusat Hingga Kabupaten/Kota
Gambar 2
Sumber: https://acch.kpk.go.id
Gambar 3
Sumber: https://acch.kpk.go.id
62
Gambar 4
Sumber: https://acch.kpk.go.id
Gambar 5
Sumber: https://acch.kpk.go.id
63
Gambar 6
Sumber: https://acch.kpk.go.id
A.5 Data Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Yang Terbentuk
Gambar 7
Sumber: https://acch.kpk.go.id
64
A.6 Sejarah Di Bentuknya Satgas Saber Pungli Dari Tingkat Pusat
Hingga Tingkat Daerah
Pungli pada hakekatnya lahir dari sebuah keterpaksaan,
sebagai respon dari kerumitan dan ketidakpastian pelayaan publik.
Namun dalam perkembangannya terjadi pergeseran sistem nilai di
tengah masyarakat. Pengguna layanan justru merasa lega dengan
melakukan pungli. Pungli diyakini mampu mengurangi kerumitan
proses pelayanan publik menjadi kemudahan. Pada akhirnya, prilaku
pungli itu dianggap sebagai hal yang wajar terjadi di Indonesia
mengingat masyarakat Indonesia rata-rata menginginkan pelayanan
yang cepat.
Pungli memang tidak menyebabkan kerugian negara secara
langsung namun praktek tersebut dalam jangka panjang akan merusak
integritas dan mentalitas para pegawai instansi pemerintah pemberi
pelayanan publik. Bagi para pegawai instansi pemerintah tersebut,
sudah menjadi kewajibannya untuk memberikan pelayanan prima
kepada warga masyarakat tanpa harus menerima uang tambahan dari
pemohon layanan.
Tidak mudah untuk membereskan masalah pungli yang sudah
membudaya di masyarakat. Kebanyakan nominal transaksinya relatif
kecil, akan tetapi meski nominal transaksinya relatif kecil, namun jika
intensitas transaksinya sering terjadi, maka secara akumulatif
jumlahnya akan menjadi besar juga.
65
Pelaku di dalam tindak pidana pungutan liar bisa dikatagorikan
sebagai pemberi ataupun penerima. Sekalipun pemberi adalah korban,
namun pemberi tetap sebagai pelaku kejahatan. Hanya saja, ada satu
catatan, sejauh manakah pemerintah bisa menjamin proses pelayanan
publik tidak akan panjang, rumit dan berbelit. Pasalnya proses
panjang, rumit dan berbelit ini adalah awal dari semua kejahatan
pungli.
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar atau disingkat Satgas
Saber Pungli dibentuk atas instruksi Presiden Jokowi dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla, menyusul Operasi Tangkap Tangan (OTT)
pungutan liar (Pungli) perizinan perkapalan di Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) RI pada hari Selasa tanggal 11 Oktober
2016. Pada saat itu OTT dilakukan oleh tim gabungan dari Mabes
Polri dan Polda Metro Jaya yang dipimpin langsung oleh Kapolri
Jenderal Pol. Tito Karnavian. Pada saat itu polisi berhasil
mengamankan enam orang dari hasil OTT di Kemenhub tersebut.
Selain mengamankan 6 orang tersebut, polisi juga berhasil
mengamankan barang bukti berupa sejumlah uang Rp 34 juta di lantai
6 dan Rp 61 juta di lantai 12. Selain itu polisi juga menyita enam buku
tabungan yang berisi uang Rp 1 miliar dan beberapa dokumen terkait
perizinan.
Langkah yang di ambil pemerintah guna menindaklanjuti OTT
yang dilakukan di Kemenhub RI pada saat itu yaitu Pemerintah
66
memutuskan membentuk Tim Satuan Tugas Sapu Bersih Punguta Liar
(Satgas Saber Pungli) untuk menindak pelaku pungutan liar di
kementerian/lembaga dan berbagai tempat berkaitan dengan
pelayanan masyarakat. Pada saat itu pemerintah sedang menyiapkan
Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukum dari pada Tim
Saber Pungli tersebut. Menurut Wiranto selaku Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), tujuan
pemerintah membuat payung hukum perpres agar Satgas Saber Pungli
dalam bertindak memiliki legalitas sehingga bisa
dipertanggungjawaban.
Pada tanggal 20 Oktober 2016 presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2016
tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar, yang selanjutnya
disebut Satgas Saber Pungli. Tujuan di bentuknya Perpres ini ialah
salah satunya untuk memulihkan kepercayaan publik, memberikan
keadilan, dan kepastian hukum terhadap masyarakat. Terbitnya
Perpres 87 tahun 2016 ini seperti mengulang sejarah lama. Tahun
1977 lalu, pemerintahan orde baru juga menerbitkan Instruksi
Presiden (Inpres) nomor 9 tahun 1977 tentang Operasi Tertib (Opstib).
Saat itu, Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara sebagai
67
Koordinator Pelaksana dan Kaskopkamtib membantu Departemen/
Lembaga pelaksana secara operasional.46
Hal yang mendasari terbitnya Inpres nomor 9 tahun 1977 kala
itu adalah untuk menghilangkan praktek-praktek yang dilakukan
oknum-oknum dalam aparatur pemerintah yang tidak berdasarkan
peraturan seperti pungutan liar dalam berbagai bentuk. Tujuan dari
upaya ini untuk memperbaiki serta meningkatkan daya guna dan hasil
guna aparatur pemerintah.47
Setelah ditandatanganinya perpres tersebut pada tanggal 20
Oktober 2016, perpres ini juga telah diundangkan oleh Menteri
Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly pada Jumat, 21 Oktober 2016.
Dengan begitu, Satgas Sapu Bersih Pungutan liar alias Tim Saber
Pungli siap beroperasi. Adapun susunan organisasi satgas Saber
Pungli adalah sebagai berikut:
1. Pengendali/Penanggung jawab: Menko Polhukam Wiranto;
2. Ketua Pelaksana: Inspektur Urusan Pengawasan Umum
(Irwasum) Kepolisian Negara RI (Polri) Komjen Dwi Priyatno;
3. Wakil Ketua Pelaksana 1: Inspektur Jenderal Kementerian Dalam
Negeri Sri Wahyuningsih;
4. Wakil Ketua Pelaksana 2 : Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan Widyo Pramono;
46 Kompasiana. 2017. “Ketika Jokowi Terbitkan Perpres No 87 Tahun 2016”.
http://www.kompasiana.com. Diakses 10 Juli 2017. Pukul 19.50 WIB 47 Ibid.
68
5. Sekretaris: Staf Ahli di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
Satgas Saber Pungli ini beranggotakan 236 anggota yang
terdiri atas unsur Kepolisian Negara RI, Kejaksaan Agung,
Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(KEMENKUMHAM), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK), Ombudsman RI, Badan Intelijen Negara (BIN),
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Agar terciptanya negara yang bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), selain pembentukan tim satgas saber pungli di
pusat, Wiranto menghimbau agar di setiap daerah-daerah
kabupaten/kota mempunyai tim satgas saber pungli tersendiri guna
menghilangkan praktik-praktik pungli yang selama ini telah merusak
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Peran Satgas Saber Pungli Kota Malang Dalam Menindaklanjuti
Laporan-laporan Tentang Pungli Di Kota Malang
Dengan dikeluarkannya surat keputusan Wali Kota Malang Nomor :
188.45/30/35.73.112/2017 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar
Kota Malang, pada hari senin 9 Januari 2017 Kota Malang resmi mempunyai
satgas saber pungli yang yang beranggotakan 45 anggota dari berbagai
elemen termasuk unsur Pemerintahan, Kejaksaan, Polisi, TNI hingga
69
Akademisi yang bertujuan untuk memberantas praktik tindak pidana
pungutan liar tersebut.
Pembentukan Satgas Saber Pungli ini merupakan tindak lanjut dari
Presiden Joko Widodo yang berupaya untuk memerangi pungutan liar.
Karena pungli tersebut dirasakan sangat meresahkan masyarakat. Tugas tim
tersebut yakni menggali informasi serta melaporkannya kepada pemerintah
dan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian di empat
instasi pelayanan publik yang ada di Kota Malang dengan tujuan mendapakan
hasil yang maksimal. Empat instasi tersebut diantaranya yaitu pemerintah
Kota (Pemkot) Malang, Kepolisian Resort Kota (Polresta) Malang, Dinas
Perdagangan, dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Malang. Peneliti
melakukan penelitian menggunakan metode pengumpulan data yaitu
kuesioner/angket. Kuesioner/angket digunakan dengan tujuan memperoleh
data responden yang banyak berdasarkan fakta yang ada di lapangan terkait
masalah yang peneliti angkat pada penulisan skripsi ini.
Pada awal penelitian, peneliti melakukan penelitian di Pemkot
Malang. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pendekatan-
pendekatan terhadap responden. Responden awal yaitu Bapak Eko Fajar ARB
SH., M.Si, beliau selaku Kasubag. Hukum Sekretariat Daerah Kota Malang
dan sekaligus menjabat sebagai anggota kelompok kerja (Pokja) Pencegahan
Satgas Saber Pungli Kota Malang. pada awal penelitian, peneliti mulai
memperkenalkan diri dan menjelaskan latar belakang serta maksud dan tujuan
70
melakukan penelitian di Pemkot Malang. Pendekatan-pendekatan ini agar
responden bersikap terbuka dalam menjawab setiap pertanyaan yang ada.
Pada awalnya peneliti sangat sulit untuk melakukan wawancara secara
mendalam dengan responden dikarenakan padatnya jadwal yang dimiliki
responden. Akan tetapi, saat itu peneliti mendapatkan kepastian hari
diperbolehkannya melakukan wawancara yaitu pada hari senin tanggal 15
Mei 2017.
Memasuki awal penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan
responden menggunakan wawancara formal dengan tujuan mendapatkan data
lapangan secara spesifik. Berkaitan dengan dibentuknya Satgas Saber Pungli
Kota Malang, tentunya segala bentuk pungutan liar dapat di berantas. Akan
tetapi bagaimana sebelum adanya Satgas Saber Pungli Kota Malang,
mengingat fenomena pungutan liar ini telah ada sejak jaman dulu. Hal ini
dijawab oleh Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si :
“Fenomena pungutan liar memang telah ada sejak jaman dulu, saya turut mendukung adanya Satgas Saber Pungli ini di setiap daerah yang ada di Indonesia. Kenapa? karena pungutan liar inilah yang bisa dikatakan menindas rakyat kecil, karena hanya orang-orang yang bercukupan sajalah rata-rata yang melakukan pungutan liar. Sedangkan orang-orang menengah kebawah cuma bisa mengikuti alur atau presedur yang ada. Akan tetapi, perlu diketahui ya mas, sebelum adanya Satgas Saber Pungli ini dibentuk, Pemkot Malang sudah mempunyai suatu wadah yang tugasnya hampir sama dengan tugas Satgas Saber Pungli. Hanya saja bekerjanya di lingkup pemerintahan saja. Namanya APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah) yang berada inspektorat kota Malang dan masih berada di lingkungan Pemkot Malang. APIP ini bertugas mengawasi secara internal mulai dari disiplin karyawan hingga walikota. Mengawasi internal disini
71
sudah termasuk menampung laporan-laporan dari masyarakat terkait pungutan liar khususnya di lingkungan pemerintahan”.48
Menanggapi jawaban responden diatas, terkait masyarakat dapat
melaporkan bila masyarakat menemukan, merasakan atau mengetahui tindak
pidana pungutan liar di lingkungan pemerintahan, oleh karena itu setelah
dibentuknya Satgas Saber Pungli Kota Malang yang salah satu tugasnya yaitu
menampung laporan-laporan terkait pungutan liar di berbagai instansi
pelayanan publik yang ada di Kota Malang, apakah sejauh ini sudah ada
laporan yang masuk terkait pungutan liar oleh Satgas Saber Pungli Kota
Malang sendiri. Hal ini dijawab kembali oleh Bapak Eko Fajar ARB SH.,
M.Si :
“Sampai sekarang belum ada laopran yang masuk dari masyarakat terkait pungutan liar. Kenapa? karena adanya suatu tindak pidana pungutan liar itu karena ada laporan. Kalau tidak ada laporan berarti orang yang memberikan ataupun yang menerima itu sama-sama nyaman (menguntungkan satu sama yang lain). Jadi menurut saya bukan masuk dalam katagori pungli”.49
Pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si
berbanding terbalik dengan apa yang dikemukakan oleh Bapak M. Arif
Koerniawan selaku kepala seksi intelejen Kejaksaan Negeri Malang :
“Satgas Saber Pungli di Kota Malang itu belum sepenuhnya berjalan mas, kenapa? pertama, Disamping masih prematurnya atau masih barunya Satgas ini di bentuk, perlu adanya suatu penyesuaian antara satgas saber pungli dengan masyarakat, caranya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat. Kedua, karena terlalu mengacu kepada sistim yang diberikan. Satgas saber pungli baru berkerja jika ada laporan dari masyarakat. Ini yang salah besar, kenapa? karena
48 Hasil wawancara dengan Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si, beliau selaku Kasubag.
Hukum Sekretariat Daerah Kota Malang dan sekaligus menjabat sebagai anggota kelompok kerja (Pokja) Pencegahan Satgas Saber Pungli Kota Malang. Pada hari Senin 15 Mei 2017 pukul 10.00 WIB
49 Ibid
72
pungutan liar terjadi karena adanya kesepakatan antara si pemberi dan si penerima. Antara si pemberi dan si penerima sama-sama menerima keuntungan meskipun cara mereka melanggar hukum. Hal ini yang menyebabkan fenomena pungli masih ada di setiap Kota. Memang benar kalau berbicara sistim bahwa Satgas saber pungli dapat bekerja jika ada laporan terkait pungli dari masyarakat. Akan tetapi alangkah lebih baik jika satgas ini bekerja secara proaktif. Mereka dapat memilah-milah mana saja pelayanan publik yang cenderung terdapat banyak praktik pungli. disini Satgas Saber Pungli dapat melakukan operasi tangkap tangan (OTT) dengan cara melakukan penyamaran menjadi masyarakat yang akan melakukan pungli. Dengan demikian akan lebih membuahkan hasil daripada hanya menunggu adanya laporan dari masyarakat terkait pungli”50
Penulis disini setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Bapak M.
Arif Koerniawan, bahwa seharusnya Satgas Saber Pungli harus bekerja secara
proaktif untuk memberantas pungutan liar khususnya di Kota Malang.
Padahal jika Satgas Saber Pungli Kota Malang bekerja secara proaktif, Satgas
Saber pungli Kota Malang ini bisa melakukan banyak OTT diberbagai
pelayanan publik yang ada di Kota Malang.
Terkait tentang laporan-laporan pungli, berikut hasil yang di dapat
setelah penulis melakukan penelitian di instansi-instansi yang dituju:
Tabel 1 menjelaskan
Laporan Masuk dan Ditindaklanjuti Terkait Pungli
NO NAMA LAPORAN
KETERANGAN INSTANSI MASUK DITINDAKLANJUTI
1 Polresta Malang - - - 2 Pemkot Malang - - -
3 Kejaksaan Negeri
Malang 3 1 Proses
Penyidikan 4 Akademisi - - - 5 TNI - - -
Sumber Tabel: Data 10 Bulan Terakhir terhitung 9 Januari 2017
50 Hasil wawancara dengan Bapak M. Arif Koerniawan S.H selaku Kepala Seksi Intelejen
Kejaksaan Negeri Malang dan sekaligus menjabat sebagai wakil ketua II Satgas Saber Pungli Kota Malang. Pada hari Selasa 6 Juni 2017 pukul 09.00 WIB
73
Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa selama 10 bulan terakhir
sejak dibentuknya Satgas Saber Pungli Kota Malang tanggal 9 Januari 2017
terdapat 3 laporan masuk terkait pungli dan hanya 1 laporan yang
ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Negeri Kota Malang.
Ketidakmaksimalnya Satgas Saber Pungli Kota Malang dalam bekerja
disebabkan karena lemahnya kinerja kelompok kerja (Pokja) yang dimiliki
oleh Satgas Saber Pungli Kota Malang. Pokja tersebut terdiri dari Pokja unit
Intelejen, Pokja unit Pencegahan, Pokja unit Penindakan, dan Pokja unit
Yustisi. Masing-masing Pokja mempunyai tugas yang berbeda-beda dan
saling berkaitan.
Terkait laporan pungli, setiap laporan pungli yang masuk dari
masyarakat, tidak langsung dilakukan penindakan. Melainkan harus melalui
proses pemilahan laporan terlebih dahulu. Laporan yang dinilai sudah
memiliki cukup bukti, laporan tersebut akan diteruskan ke kelompok kerja
(Pokja) penindakan. Sedangkan laporan yang dinilai belum memiliki cukup
bukti akan ditangani oleh pokja intelejen.
74
Diagram 1
Sumber Diagram: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Tabel 2
Jumlah Responden Yang Mengetahui dan Tidak Keberadaan Satgas
Saber Pungli di Kota Malang
NO
JENIS JUMLAH
KEBERDAAN SATGAS SABER
PUNGLI KOTA MALANG
PEKERJAAN
RESPONDEN MENGETAHUI
TIDAK
MENGETAHUI
1 MAHASISWA 18 12 6
2 PELAJAR
(SMA) 8 2 6 3 WIRASWASTA 6 - 6 4 PEDAGANG 4 1 3 5 PNS 5 2 3
6 IBU RUMAH
TANGGA 1 - 1 Jumlah 42 17 25
Sumber Tabel: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Berdasarkan diagram 1 dan tabel 2 diatas, diketahui sebanyak 17
responden mengetahui keberadaan Satgas Saber Pungli Kota Malang dan 25
responden tidak mengetahui keberadaan Satgas Saber Pungli Kota Malang.
40 %
60 %
75
Responden terbanyak yang mengetahui keberadaan Satgas Saber Pungli di
Kota Malang adalah mahasiswa sebanyak 12 dari 18 responden.
Pokja unit Pencegahan dalam tugasnya yaitu melakukan upaya-upaya
preventif (pengendalian sosial untuk mencegah kejadian yang belum terjadi)
baik melalui sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, dan kegiatan lain dalam
rangka mencegah terjadinya pungli.
Lemahnya kinerja Pokja unit Pencegahan membuat masyarakat tidak
mengetahui mekanisme pelaporan bila masyarakat menemukan, merasakan
atau mengetahui secara langsung tindak pidana pungutan liar. Hal ini akan
berdampak juga pada ketiga Pokja lainnya. Seperti halnya yang disampaikan
oleh Ibu Fulan Diana Kusumawati S.H., M.Hum selaku anggota Pokja unit
Yustisi:
“Pada dasarnya antara Pokja saling berkaitan. Pokja unit Yustisi tidak bisa bekerja tanpa ada tindak lanjut dari Pokja unit Penindakan. Sedangkan Pokja unit Penindakan sendiri umumnya dapat bekerja bila ada laporan dari masyarakat terkait pungli dan tindak lanjut dari Pokja unit Intelejen. Masyarakat agar bisa mengetahui mekanisme pelaporan, sebelumnya harus ada sosialisasi terlebih dahulu. Pokja unit Pencegahan lah yang berhak melakukan sosialisasi kepada masyarakat.51
Penulis disini setuju dengan pendapat Ibu Fulan Diana Kusumawati
S.H., M.Hum, bahwa antara pokja-pokja mempunyai tugas yang saling
berkaitan. Pokja Intelijen pada dasarnya bertugas melakukan identifikasi dan
penyidikan atas laporan pungli yang masuk dan tidak memiliki bukti yang
cukup. Pokja Penindakan bertugas melakukan OTT atas laporan pungli yang
51 Hasil wawancara dengan Ibu Fulan Diana Kusumawati S.H., M.Hum, selaku Staf Bagian
Hukum Sekretariat Daerah Kota Malang dan sekaligus menjabat sebagai anggota kelompok kerja (Pokja) Yustisi Satgas Saber Pungli Kota Malang. Pada hari Senin 15 Mei 2017 pukul 10.30 WIB
76
masuk dan telah cukup bukti dan tindak lanjut dari pokja Intelijen yang
sebelumnya telah dilakukannya penyidikan atas laporan pungli yang masuk.
Pokja Yustisi bertugas memberikan saran kepada ketua pelaksana bahwa
pelaku yang telah dilakukan penindakan nantinya akan diberikan sanksi
administrasi atau sanksi pidana. Akan tetapi fakta dilapangan ditemukan
bahwa terhitung sejak 10 bulan terakhir sejak di bentuknya Satgas Saber
Pungli Kota Malang tertanggal 9 Januari 2017 ketiga pokja tersebut belum
sama sekali mendapatkan tugas. Hal ini disebabkan belum adanya sosialisasi
terhadap masyarakat yang seharusnya disampaikan oleh pokja Pencegahan.
Berdasarkan tabel 1 diatas, dari tiga responden tersebut yang penulis
wawancarai diketahui bahwa satu responden berinisial S merupakan
pedagang Pasar Merjosari. Beliau mengatakan bahwa dirinya merasa di
pungut sejumlah uang oleh oknum Dinas Pasar dengan alasan penarikan
biaya retribusi di Pasar Merjosari Kota Malang. Berita tersebut juga
terpampang di dalam situs resmi milik SURYAMALANG.COM. Adapun
beritanya yaitu :
77
Gambar 8
Surat Laporan Dugaan Pungutan Liar
Sumber Gambar: SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo.52
Berdasarkan gambar diatas bahwa sejumlah pedagang pasar
penampungan Merjosari menyebut adanya dugaan pungli restribusi sekitar Rp
159 juta selama 81 hari. Pungutan per hari mencapai Rp 1,9 juta, berdasar
hitungan pedagang, pungli itu menimpa 689 responden pedagang. Menurut
Sabiel salah satu pedagang pasar Merjosari mengatakan bahwa beliau merasa
ada kejanggalan terhadap penarikan retribusi setelah pencabutan SK Pasar
Merjosari. Diketahui bahwa SK pasar tersebut telah di cabut pada tanggal 30
September 2016, akan tetapi masih ada penarikan retribusi sampai tanggal 20
Desember 2016. Setiap pedagang dikenakan retribusi per hari sebesar Rp
3.000 sampai Rp 3.500. Dengan hal seperti itu, para pedagang melihat itu
52 Hayu Yudha Praboowo. 2017. “Pedagang Ungkap Besaran Pungli di Pasar Merjosari, Kota Malang, Jumlahnya...Wow”. http://suryamalang.tribunnews.com. Diakses 23 Juli 2017. Pukul 09:20 WIB
78
sebagai bentuk pungutan liar. Oleh karena itu sejumlah pedagang melaporkan
ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Malang.
Berangkat dari berita tersebut, penulis berhasil melakukan wawancara
kepada Bapak Eko Sya selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Rakyat
Dinas Perdagangan Kota Malang. Ketika penulis menyodorkan berita
tersebut, responden memberikan tanggapan yang kontras ketika awal
wawancara bahwa berita tersebut merupakan berita yang tidak sebenarnya.
Bapak Eko Sya menjelaskan,
“Berita terkait adanya dugaan pungli retribusi yang dilakukan oknum Dinas Pasar adalah salah besar. Pihak kami (Dinas Pasar) tidak merasa melakukan penarikan uang retribusi kepada sejumlah pedagang yang ada di Pasar Merjosari.”53 Hal ini juga di pertegas oleh Bapak M. Arif Koerniawan selaku
Kepala Seksi Intelejen Kejaksaan Negeri Malang. Beliau mengatakan :
“Tapi kita tidak semudah itu menerima opini publik mengenai kasus yang dimaksud tersebut. Memang benar bulan April kemarin ada beberapa pedagang Pasar Merjosari yang datang kesini untuk melaporkan dugaan pungli yang dilakukan oleh oknum Dinas Pasar terkait penarikan biaya retribusi. Jika ditanya siapa yang salah? Tentunya keduanya yang salah. Kenapa? yang pertama karena SK Pasar Merjosari tersebut telah dicabut oleh walikota Malang pada tanggal 30 September 2016. Otomatis lewat dari tanggal tersebut, pedagang yang berjualan disana sudah menjadi ilegal. Sebenarnya penarikan biaya retribusi adalah biaya retribusi sampah. Para pedagang beranggapan bahwa biaya tersebut adalah pungutan liar. Padahal kenyataanya bukan. Jika tidak ditarik biaya retribusi tersebut, yang terjadi adalah sampah atau limbah dari pasar tersebut akan menumpuk lokasi dekat pasar tersebut yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak sedap jika tidak dibersihkan. Kesalahan yang kedua, walikota memang telah mencabut SK Pasar Merjosari dan telah memberikan lokasi baru untuk mantan pedagang Pasar Merjosari di Pasar Dinoyo Terpadu (PDT) tepatnya di basement Mall Dinoyo.
53 Hasil Wawancara Dengan Bapak Eko Sya Selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pasar
Rakyat Dinas Perdagangan Kota Malang. Pada Hari Jumat 2 Juni 2017 pukul 09.00 WIB
79
Akan tetapi yang menjadi masalah disini, hingga saat ini Pasar Dinoyo Terpadu belum mempunyai Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Hal ini yang dikhawatirkan sejumlah pedagang yang nantinya akan berjualan di Pasar Dinoyo Terpadu.” 54
Sebagai penguat pendapat dari Bapak M. Arif Koerniawan S.H diatas,
sesuai dengan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, PP No. 36
tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, dan Peraturan Menteri PU No :
25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
yang isinya bahwa mulai tahun 2013 selain memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), setiap pemilik bangunan wajib memiliki Sertifikat Laik
Fungsi (SLF) agar setiap bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan
memenuhi keandalan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan penggunaan
serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.55
Dua responden lainnya yang berhasil penulis wawancarai mengatakan
bahwa dirinya merasa di pungut sejumlah uang oleh koordinator pengurus
Pasar Blimbing Kota Malang. Dua responden tersebut berinisial E dan ES
yang merupakan pedagang Pasar Blimbing Kota Malang. Kedua pedagang
tersebut juga sudah melaporkannya kepada ketua paguyuban Pasar Blimbing
Kota Malang yaitu bapak Kamad tentang pungutan liar yang dilakukan oleh
pengurus pasar. Bapak Kamad selaku ketua paguyuban Pasar Blimbing Kota
Malang pun juga telah melaporkan koordinator pengurus Pasar Blimbing
54 Hasil wawancara dengan Bapak M. Arif Koerniawan S.H. Op. Cit 55 Dinas Tata Ruang Tata Bangunan. 2017. “Mengenal Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Untuk Bangun-Bangunan”. http://trtb.pemkomedan.go.id. Diakses 22 Juli 2017. Pukul 16:20 WIB
80
Kota Malang kepada Kejaksaan Negeri Malang. Berita tersebut terbukti
termuat didalam situs resmi milik MALANG TIMES, yaitu:
Gambar 9
Oknum Pengurus Pedagang Pasar Blimbing Kota Malang Dilaporkan
Ke KEJARI
Sumber Gambar: JATIM TIMES56
Berdasarkan gambar diatas, bahwa adanya dugaan pungutan liar yaitu
penjualan bedak pasar di Pasar Blimbing Kota Malang. Kamad selaku Ketua
Paguyuban Pedagang Pasar Blimbing pada tanggal 7 Desember 2016
melaporkan sejumlah koordinator pengurus pedagang yang selama ini
mengurus atas nama Susi dan Saiful dengan dugaan pungli dan
penghambatan perpindahan pasar ke Kejaksaan Negeri (Kajari) Kota Malang.
Menurut bukti kwitansi yang ada, besaran pungli yang ditarik sebesar Rp
1.250 juta per bedak. Selain itu menurut Kamad, jumlah pedagang pun sudah
membengkak dari yang sebelumnya 1.600-an pedagang menjadi 2.250-an
pedagang. Hal ini yang menyebabkan pembangunan pasar menjadi molor
56 Sandi Alam. 2017. “Diduga Lakukan Pungli, Oknum Pengurus Pedagang Pasar Blimbing
Dilaporkan ke Kajari”. http://www.malangtimes.com. Diakses 23 Juli 2017. Pukul 09:30 WIB
81
dengan alasan tempat yang tidak mencukupi.Terkait penambahan pedagang
tersebut serta dengan adanya kwitansi dengan nominal angka dan juga
ditandatangi oleh pengurus koordinator, mengindikasikan telah terjadi jual
beli bedak oleh pengurus pasar Blimbing Kota Malang.
Terkait berita diatas, Bapak M. Arif Koerniawan kembali berpendapat
bahwa kasus dugaan pungutan liar yang dilakukan oleh koordinator pengurus
Pasar Blimbing Kota Malang masih dalam proses penyidikan. Diperjelas
kembali dalam wawancaranya yaitu:
“Kasus dugaan pungutan liar yang ada di Pasar Blimbing Kota Malang ini masih dalam tahap penyidikan dan pihak kami (KEJARI) masih mengumpulkan alat-alat bukti yang ada. Sejauh ini alat bukti yang di dapat hanya sebuah foto copy kuitansi penjualan bedak. Bukan merupakan sebuah alat bukti yang kuat kalau hanya berupa foto copy an, kita memerlukan alat bukti yang autentik untuk memperkuat bukti kasus dugaan pungli ini. Menurut hasil penyelidikan di lapangan di temukan bahwa memang benar terjadi jual beli bedak yang dilakukan pedagang dengan pedagang dimana satu bedak yang awalnya hanya dimiliki oleh satu pedagang, bisa dimiliki dua hingga tiga pedagang dalam satu bedak dengan harga Rp. 100.000,- per pedagang mengingat Pasar Blimbing Kota Malang merupakan pasar kelas A. Hal inilah yang menyebabkan bertambahnya para pedagang yang berjualan di pasar Blimbing Kota Malang. Perlu di ketahui, sebelum kasus dugaan pungli yang ada di pasar Blimbing Kota Malang masuk ke KEJARI, kasus ini sudah pernah ditangani langsung oleh Polda Jatim. Akan tetapi kasus tersebut tidak dilanjutkan karena bukti yang diberikan tidak cukup.”57
C. Prospek Dibentuknya Satgas Saber Pungli Kota Malang Dalam
Mengurangi Tindak Pidana Pungutan Liar Di Kota Malang
Dengan melihat hasil kinerja Satgas Saber Pungli Kota Malang dalam
kurun waktu 10 bulan terakhir terhitung sejak dibentuknya Satgas Saber
57 Hasil wawancara dengan Bapak M. Arif Koerniawan. Op. Cit
82
Pungli Kota Malang tanggal 9 Januari 2017 belum mencapai hasil yang
maksimal. Hal ini disebabkan karena lemahnya peran daripada Satgas Saber
Pungli Kota Malang. Sehingga masih memberikan rasa aman bagi pelaku
pungli di Kota Malang. Padahal di dalam pembentukan Satgas Saber Pungli
Kota Malang sendiri pemerintah telah menyiapkan dana APBD terhadap
Satgas Saber Pungli Kota Malang agar dalam bekerjanya secara maksimal.
Akan tetapi fakta yang ada di lapangan belum ada sama sekali satgas saber
pungli Kota Malang melakukan OTT. Dengan melihal hal demikian, seperti
tidak adanya laporan masuk terkait pungli, tidak adanya bentuk pencegahan
seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tidak adanya kantor khusus
atau kepala posko guna menampung aspirasi masyarakat terkait pungli, secara
tidak langsung pembentukan Satgas Saber Pungli di Kota Malang hanya
sebuah formalitas saja atau bisa dikatakan memakan gaji buta.
Dalam bekerjanya, Satgas Saber Pungli Kota Malang tidak proaktif
dan cenderung pasif. Mereka lebih memilih menunggu laporan masuk dari
masyarakat terkait pungli dibandingkan melakukan penyamaran untuk
melakukan penindakan atau OTT di sejumlah lokasi atau instansi yang
terindikasi masih melakukakan pungutan liar di Kota Malang.
Padahal jika Satgas Saber Pungli Kota Malang bekerja secara proaktif,
mereka akan mendapat hasil yang maksimal dalam melakukan penindakan
atau OTT di sejumlah lokasi atau instansi di Kota Malang. Berikut
merupakan bukti bahwa masih adanya tindak pidana pungli di Kota Malang;
83
Tabel 3
Jumlah Responden Yang Terlibat Pungli
NO JENIS JUMLAH TERLIBAT
PEKERJAAN RESPONDEN PUNGLI
1 MAHASISWA 18 13
2 PELAJAR (SMU) 8 7
3 WIRASWASTA 6 4
4 PEDAGANG 4 3
5 PNS 5 2
6 IBU RUMAH TANGGA 1 -
Jumlah 42 29 Sumber Tabel: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Menginginkan pelayanan yang cepat menjadi alasan utama
masyarakat terlibat pungli. Berdasarkan tabel 3 diatas, diketahui bahwa alasan
29 responden tidak melaporkan kepada Satgas Saber Pungli Kota Malang
adalah:
Diagram 2
Sumber Diagram: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Dari diagram 2 diatas, dapat kita ketahui sebanyak 21 dari 29
responden yang pernah di pungli mempunyai alasan mengapa mereka tidak
melapor kepada Satgas Saber Pungli Kota Malang adalah karena merasa
17%
10%
71%
84
takut, 5 responden tidak mengetahui prosedur, dan 3 responden sudah
melapor. Keinginan pelayanan yang cepat menjadi alasan terbesar masyarakat
menjadi pelaku suap ataupun korban pungutan liar. Hal ini di perjelas oleh
Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si :
“Selama ini kinerja Birokrasi belum maksimal dikarenakan adanya pelayanan publik yang berbelit-belit, banyaknya pungutan liar dan suap dimana-mana, adanya sikap kalau bisa dipermudah kenapa harus dipersulit, tidak fokus pada pelayanan prima dan maunya birokrasi minta dilayani terus, adanya penyalahgunaan dana publik seperti APBN dan APBD. Dan pada akhirnya menyebabkan dampak negatif bagi bangsa dan negara, dengan menimbulkan ekonomi biaya tinggi, rusaknya tatanan masyarakat, dan menguatnya ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Dengan demikian, inilah yang menjadi alasan masyarakat lebih memilih pelayanan yang cepat. Bila di tanya siapa yang salah? Tentunya dua-duanya yang dapat disalahkan. Baik bagi masyarakat yang melakukan suap terhadap pelayanan publik maupun bagi pelayanan publik yang bekerja di luar tanggungjawabnya. Perlu diketahui disini, korban pungutan liar belum tentu adalah korban, bisa juga dikatak pelaku suap.”58
Sejalan dengan pendapat Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si bahwa
salah satu alasan pelayanan publik melakukan pungutan liar yaitu disamping
oknum tersebut membutuhkan dana lebih untuk pemenuhan kebutuhan
hidupnya, pelaku suap sekaligus korban pungli tersebut juga menginginkan
pelayanan yang cepat sehingga oknum tersebut berbuat sesuatu dalam
jabatannya dan bertentangan dengan kewajibannya yaitu melakukan pungutan
liar.
Tidak adanya sosialisasi dari Pokja unit Pencegahan dapat berdampak
masih maraknya praktik pungutan liar di sejumlah lokasi atau instansi di Kota
58 Hasil Wawancara dengan Bapak Eko Fajar ARB SH., M.Si. Op. Cit
85
Malang. Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui sebanyak 29 dari 42 responden
terlibat pungli di sejumlah lokasi atau instansi di Kota Malang.
Diagram 3
Sumber Diagram: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Berangkat dari diagram 3 diatas, 69% atau 29 responden diketahui
pernah menjadi korban pungutan liar di sejumlah lokasi atau pelayanan
publik yang ada di Kota Malang, yaitu:
Tabel 4
Lokasi Atau Instansi Yang Melakukan Pungli dan Jumlah Responden
Yang di Pungli
NO LOKASI ATAU INSTANSI JUMLAH RESPONDEN
YANG MELAKUKAN PUNGLI YANG DI PUNGLI
1 POLRESTA MALANG 4 2 POLSEK LOWOKWARU 5 3 SAMSAT KOTA MALANG 1
4 PERGURUAN TINGGI KOTA
MALANG 1
5 SALAH SATU SMA DI KOTA
MALANG 5
69 %
31 %
86
6 KELURAHAN 3 7 KANTOR IMIGRASI 1 8 DINAS PASAR 1 9 PASAR BLIMBING 2 10 LOKASI PARKIR 4 11 JALAN RAYA (POLANTAS) 1 12 RT/RW DAERAH KARANGPLOSO 1
JUMLAH 29 Sumber Tabel: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Berdasarkan tabel 4 diatas ditemukan bahwa lokasi atau instansi yang
paling banyak melakukan pungutan liar adalah Polsek Lowokwaru dan Salah
Satu SMAN di Kota Malang dengan jumlah orang masing-masing 5
responden. Selanjutnya terbanyak kedua yaitu Polresta Malang dan lokasi
parkir yang ada di Kota Malang dengan jumlah orang masing-masing 4
responden. Selanjutnya yaitu masih adanya pungutan liar di salah satu
kelurahan yang ada di Kota Malang dengan jumlah 3 responden. Kemudian 2
responden yang ada di Pasar Blimbing juga pernah mengalami pungutan liar.
Terakhir lokasi atau instansi yang paling banyak melakukan pungutan liar
adalah Samsat Kota Malang, salah satu perguruan tinggi di Kota Malang,
kantor imigrasi, dinas pasar, jalan raya (Polantas), dan RT/RW daerah
Karangploso dengan jumlah orang masing-masing 1 responden.
Berikut merupakan tabel diagram jenis-jenis pungli yang pernah
dialami oleh 29 orang yang telah penulis wawancarai, diantaranya:
87
Diagram 4
Sumber Tabel: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Dari data diagram 4 diatas membuktikan bahwa praktik pungutan liar
masih ada di dalam pelayanan publik di Kota Malang yang tidak di ketahui
oleh Satgas Saber Pungli Kota Malang. Kembali lagi ke Proaktif, karena pada
dasarnya bekerja secara proaktif bisa membuat seseorang memiliki kebiasaan
bertindak, fokus pada solusi bukan masalah. Jika hal itu bisa terpola sebagai
sebuah karakter, maka pada akhirnya menjadikan orang punya kemampuan
dalam menjemput setiap peluang yang ada.
Responden yang
di Pungli
88
Dapat dikatakan bahwa fenomena pungutan liar merupakan perilaku
menyimpang dari seseorang dan diikuti oleh orang lain karena sebab hal
tertentu. Sebab hal tertentu seperti halnya dengan melakukan pungli akan
mendapat pelayanan yang cepat hingga penghasilan tambahan. Sutherland
memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang
berbeda (differential assosiation), artinya seorang individu mempelajari
perilaku menyimpang dan interaksinya dengan seorang individu yang berbeda
latar, kelompok dan budaya.59
Kejahatan adalah hasil dari pengaruh lingkungan terhadap organisme
yang rendah tingkatannya. Menurut made dharma weda seseorang melakukan
kejahatan disebabkan karena meniru keadaan lingkungannya.60
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh lingkungan dalam
masyarakat memang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap mental
seseorang untuk melakukan pungli.
Berangkat dari kuesioner yang penulis sebar disini, penulis berhasil
melakukan wawancara terhadap HF salah satu korban pungutan liar
pengurusan surat kehilangan STNK yang dilakukan oleh oknum polisi yang
berada di Polsek Lowokwaru Kota Malang. HF menjelaskan :
“Pada awalnya saya tidak mengetahui untuk membuat surat kehilangan di polsek Lowokwaru itu gratis. Karena saya membutuhkan surat tersebut untuk pengantar membuat STNK baru di daerah saya di Kota Tuban. Oleh karena itu mau tidak mau saya harus membayarnya. Petugas polisi tersebut mengatakan jika mau mengambil surat kehilangan tersebut ada biayanya, dan saat saya mengatakan berapa biayanya, beliau mengatakan seikhlasnya akan
59 Topo Santoso & Eva Achjani Zulfa. 2003. Kriminologi Ed. 1. Cet. 3. Jakarta. PT
Grafindo persada. hlm. 74 60 Ibid.
89
tetapi dengan cara tetap menahan surat kehilangan tersebut di laci mejanya hingga saya memberikan uang tersebut. Lucunya disini saat saya memberikan uang 10 ribu, beliau mengatakan agar di tambah 10 ribu lagi. Karena saya membutuhkan surat tersebut, tanpa pikir panjang lebar lagi langsung saya berikan uang tambahan tersebut sejumlah 10 ribu. Dengan total 20 ribu rupiah”61
Dari penjelasan HF diatas, yang dilakukan oknum Polsek Lowokwaru
tersebut sudah dapat dipastikan pungutan liar dengan modus operandinya
yaitu biaya seikhlasnya. Pada dasarnya untuk membuat surat kehilangan
contohnya STNK atau biasa disebut Surat Keterangan Tanda Lapor
Kehilangan (SKTLK) itu tanpa dipungut biaya (gratis). Karena tidak ada
peraturan yang mengatur mengenai biaya pembuatan Surat Keterangan Tanda
Lapor Kehilangan.
Hal ini dipertegas dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak Yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP
50/2010). Pada peraturan tersebut, biaya pembuatan Surat Keterangan Tanda
Lapor Kehilangan tidak termasuk dalam jenis penerimaan negara bukan pajak
yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.62
Selain itu, penulis juga berhasil melakukan wawancara terhadap
korban pungli lainnya. Terdapat hal yang menarik dimana salah seorang
responden yang berinisial HR yang menjadi korban pungutan liar sekaligus
pelaku suap petugas pembuatan sim langsung jadi di Polresta Malang pada
bulan Maret tahun 2017. HR mengatakan info pembuatan sim A dan C
61 Hasil wawancara dengan HF (Korban) Pungutan Liar Pembuatan Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK). Pada hari Senin 5 Juni 2017 pukul 13.00 WIB
62 Hukum Online. 2017. “Apakah Pembuatan Surat Keterangan Hilang Dikenakan Biaya?”. http://www.hukumonline.com. Diakses 19 Juli 2017. Pukul 20:10 WIB
90
langsung jadi tanpa menggunakan alur prosedur tes yang seharusnya, info
tersebut didapatkannya dari broadcast message BBM teman sekolahnya
dahulu yang berinisial MBKC. Kemudian diperjelas kembali oleh HR yaitu :
“Mungkin karena dulunya saya teman sekolah, untuk pembuatan sim A dan C saya mendapatkan harga spesial yaitu 1 juta rupiah tanpa tes dan langsung foto di Polresta Malang, pada waktu itu saya hanya disuruh menunggu untuk foto sim oleh teman saya tadi, dan benar saja hanya selang 3 hari waktu setelah pembayaran, saya di suruh datang ke polresta Malang untu melakukan foto sim”63
Adapun isi dari broadcast message BBM tersebut yaitu:
Gambar 10
Contoh Calo / Perantara Pungutan Liar
Sumber Gambar: Screenshoot BBM
63 Hasil wawancara dengan HR (Korban sekaligus pelaku) Pungutan Liar Pembuatan Sim
Langsung Jadi di Polresta Malang. Pada hari Sabtu 8 Juni 2017 pukul 19.00 WIB
91
Selain itu, penulis juga berhasil melakukan wawancara dengan
responden yang berinisial HB. HB merupakan korban pungutan liar sekaligus
pelaku suap pembuatan sim langsung jadi di Polresta Malang. Yang
membedakan dengan kasus pembuatan sim langsung jadi yang dilakukan HR
yaitu nominal yang di pungli. Untuk pembuatan sim langsung jadi, HR
dimintai uang sejumlah 1 juta rupiah, sedangkan HB berbeda, HB dimintai
barang berupa burung peliharaan jenis love bird. Seperti yang di ungkapkan
oleh HB :
“Ceritanya awalnya saya ditawari membuat sim C langsung jadi tinggal foto saja oleh kakak saya yang bekerja sebagai PNS di Polresta Malang, kemudian saya disuruh menemui seorang polisi berpangkat BRIPKA yang bekerja di pengurusan administrasi pembuatan sim, setelah saya menemuinya, beliau menanyakan apakah saya mempunyai peliharaan burung love bird di rumah, dan kebetulan memang saya mempunyai peliharaan berupa burung love bird di rumah. Oleh karena itu beliau meminta burung love bird sebagai ongkos pembuatan sim C. Burung love bird yang memiliki corak warna pastel tersebut jika di uangkan berkisar 500 ribu rupiah”64 Dari apa yang diungkapkan oleh HB diatas, dapat disimpulkan bahwa
HB dan oknum polisi tersebut melakukan suatu tindak pidana yang mana
bertentangan dengan undang-undang. HB dan oknum polisi tersebut dapat
dijerat hukum karena melanggar pasal gratifikasi yang terdapat dalam Pasal 5
dan Pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Tindak Pidana Korupsi. Dimana HB selaku pemberi hadiah berupa burung
love bird kepada pegawai negeri yang mana disini adalah oknum polisi
berpangkat BRIPKA agar berbuat sesuatu dalam jabatannya dan bertentangan
64 Hasil wawancara dengan HB (Korban sekaligus pelaku) Pungutan Liar Pembuatan Sim
Langsung Jadi di Polresta Malang. Pada hari Sabtu 12 Juni 2017 pukul 15.30 WIB
92
dengan kewajibannya yaitu pembuatan sim C tanpa menggunakan alur
prosedur yang ada dapat dijerat pasal 5 Undang-undang No. 20 Tahun 2001
Tentang Tindak Pidana Korupsi.
Sedangkan oknum polisi berpangkat BRIPKA tersebut dapat dijerat
dengan pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-undang No. 20 Tahun 2001
Tentang Tindak Pidana Korupsi karena telah menerima hadiah yang diberikan
oleh HB berupa burung love bird agar melakukan sesuatu dalam jabatannya
dan bertentangan dengan kewajibannya yaitu pembuatan sim C tanpa
menggunakan alur prosedur yang seharusnya.
Konsep pungutan liar bila dikaitkan dengan prespektif sosiologis yang
mana telah dijelaskan oleh penulis pada bab II yaitu akan sangat
berkesinambungan karena prespektif ini memandang bahwa masyarakat tidak
selamanya berada dalam keteraturan. Masyarakat akan cenderung melakukan
hal apapun yang dapat meringankan atau mempermudah pekerjaan mereka
meskipun harus melanggar suatu peraturan perundang-undangan.
Dari tahun ke tahun fenomena pungli semakin meningkat, hal ini
dikarenakan faktor aspek individu pelaku dan aspek organisasi. Aspek
individu pelaku meliputi sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat,
penghasilan yang kurang mencukupi, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya
hidup yang konsumtif, dan malas atau tidak mau bekerja. Sedangkan aspek
organisasi meliputi kurang adanya sikap keteladanan pimpinan, tidak adanya
93
kultur organisasi yang benar, sistem akuntabilitas yang benar di pelayanan
publik kurang memadai, dan kelemahan sistim pengendalian manajemen.65
Diagram 5
Sumber Tabel: Hasil Kuesioner Tanggal 6 Juli 2017
Meningkatnya jumlah korban pungli dari tahun ke tahun khususnya di
Kota Malang menjadi catatan penting bagi Satgas Saber Pungli Kota Malang
dalam mengurangi tindak pidana pungli. Sejauh ini prospek daripada Satgas
Saber Pungli Kota Malang selama kurun waktu 10 bulan terakhir terhitung
sejak di bentuknya Satgas Saber Pungli Kota Malang bisa dibilang kurang
bagus dan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan lemahnya kinerja daripada
Pokja Satgas Saber Pungli Kota Malang. Ditambah lagi Satgas Saber Pungli
Kota Malang tidak menerapakan isi dari Perpres No 87 Tahun 2016 Tentang
Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar khususnya pada pasal 2 terkait
65 Monitorriau. 2017. “Faktor-faktor pungli”. http://monitorriau.com. Diakses 19 Juli
2017. Pukul 20:50 WIB
71%
3%
21%
10%
94
tugas Satgas Saber Pungli yaitu melaksanakan pemberantasan pungutan liar
secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil,
satuan kerja, dan sarana prasarana, baik yang berada di kementerian/lembaga
maupun pemerintah daerah. Dengan tidak menerapkannya pasal 2, bagaimana
bisa Satgas Saber Pungli Kota Malang melakukan OTT yang telah jelas
tercantum pada pasal 4 huruf d.