Upload
buituyen
View
234
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT.
KAI (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur dan
mengurus jasa angkutan kereta api Indonesia didirikan sesuai akta tanggal 1 Juni
1999 No.2 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, S.H, Sp.N, Notaris di Jakarta dan
kemudian diperbaiki kembali sesuai dengan akta tanggal 13 September 1999 No. 14,
Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia melalui surat keputusan tanggal 1 Oktober 1999 No. C-17171
HT.01.01.TH.99 dan telah diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia
tanggal 14 Januari 2000 No. 4 Tambahan No. 240/2000. Riwayat PT Kereta Api
Indonesia (Persero) dibagi menjadi tiga periode yaitu masa colonial, sebagai lembaga
pelayanan publik dan sebagai perusahaan jasa. Pada masa kolonial industry
perkeretaapian dimulai pada tahun 1864 ketika Namlooze Venootschap Indische
Spoorweg Maatschappij memprakarsai pembangunan jalan kereta api dari Semarang
ke Surakarta Jawa Tengah34.
Stasiun Kota Baru Kota Malang merupakan salah satu stasiun besar yang ada
Di Kota Malang. Stasiun ini terletak pada ketinggian +444 Mdpl di JL. Trunojoyo
Kiduldalem Klojen Kota Malang. Jumlah jalur pada stasiun Kota Baru Malang ada 10
jalur yang terbagi atas 5 jalur untuk kedatangan dan pemberangkatan kereta dan 5 34 http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016
49
jalur lainnya untuk jalur parkir dan langsir kereta pengisian bahan bakar kereta.
Jumlah kereta api yang melintas di stasiun Kota Baru Malang adalah 40 kereta api
dengan berbagai jenis yaitu kereta api ekonomi, eksekutif, bisnis dan kereta barang.
Jumlah penumpang yang singgah pada stasiun Kota Baru Malang perhari mencapai
3000 - 3500 penumpang dengan pendapatan mencapai 120 – 130 juta perhari. Jumlah
pegawai PT.KAI yang ditugaskan untuk mengelolah stasiun Kota Baru Malang
berjumlah 29 orang35.
Gambar 1 Logo PT. Kereta Api Indonesia
Sumber : http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016
Garis melengkung : malambangkan gerakan yang dinamis PT.KAI dalam mencapai
visi dan misinya.
Anak panah : melambangkan nilai integritas yang harus dimiliki insan PT.KAI dalam
mewujudkan pelayanan prima.
Warna orange : melambangkan proses pelayanan prima (kepuasan pelanggan) yang
ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.
35 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1
Desember 2016
50
Warna biru : melambangkan semangat inovasi yang harus dilakukan dalam
memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi
di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat36.
Visi dan misi
Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan
pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya
melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah
yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama
yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan37.
Berikut struktur organisasi stasiun Kota Baru Malang :
36 http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016
37 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1
Desember 2016
51
Bagan 1
Struktur Organisasi Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Hasil observasi stasiun Kota Baru Malang tanggal 1 Desember 2016
B. Aksesibilitas penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi
kereta api di Stasiun Kota Baru Malang ditinjau dari Pasal 131 ayat 1
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
Aksesibilitas merupakan kemudahan yang disediakan untuk kaum disabilitas
guna menciptakan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan sebagai suatu
kemudahan bergerak dan menggunakan fasilitas yang ada. Sehingga dalam
penggunaannya bisa digunakan secara mandiri contohnya fasilitas di stasiun dan
WKSB MARDIONO NIPP. 45341
SPV PERKA dan ADM
SAMSUL HADI NIPP47008
PPKA
SPV KOMERSIAL RIRIN
DESMAYANTI NIPP.51451
SPV KAMTIB SOBANI
NIPP. 64393
SPVPELAYANAN STASIUN ACHMAD SYAIFUL
NIPP. 45345
JM UPT STA SUPRAPTO NIPP.41437
PRS
PLR
CUSTOMER CARE
ANNOUNCER
CLEANER
PORTER
OA LOKET
OPERATOR
LOKET
CHEKER
BOARDING
SECURITY
52
kereta api. Karena fasilitas penunjang di stasiun dan gerbong kereta api merupakan
hal yang sangat berperan penting bagi pengguna jasa transportasi kereta api tanpa
terkecuali. Sehingga kemudahan kemandirian dan kenyamanan dapat tercipta pada
saat menggunakan jasa transportasi kereta api. Aksesibilitas wajib disediakan untuk
penyandang disabilitas sehingga tercipta kemudahan kesetaraan kemandirian dari
setiap pengguna jasa transportasi kereta api. Setiap warga Negara berhak atas
pemenuhan fasilitas publik tanpa terkecuali kaum disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal
131 ayat 1 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang
berisikan bahwa Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas
khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima
tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia. Hal ini merupakan dasar atas disediakannya
fasilitas untuk penyandang disabilitas sesuai dengan standart pelayanan minimum
seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015
Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api.
53
Tabel 3.1
Pendapat Responden Tentang Penggunaan Kereta Api
Pernyataan Nama Jawaban
Ya Tidak
Penggunaan jasa kereta
api oleh penyandang
disabilitas
Harianto
Norman S
Neni
Maman
Bambang
Yulis
Lisa
Siti
Nanang
Yanti
Jawaban 10 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016
Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang diperoleh dari penyandang disabilitas
di YPAC Malang menunjukkan bahwa 50% dari 10 responden penyandang disabilitas
masih enggan untuk menggunakan transportasi kereta api.
Karena sebagian besar penyandang disabilitas memilih untuk menggunakan
kendaraan pribadi pada saat berpergian. Karena dirasa aksesibilitas dalam
menggunakan transportasi umum seperti kereta api masih sulit bagi penyandang
disabilitas khususnya di stasiun Kota Baru Malang38.
38 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November
2016
54
Tabel 3.2 Pendapat Responden Tentang Fasilitas Kereta Api
Pernyataan Nama Jawaban
Ya Tidak
Tingkat pemenuhan
fasilitas kereta api
berdasarkan kebutuhan
penyandang disabilitas
Harianto
Norman S
Neni
Yulis
Yanti
Jawaban 5 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016
Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden
mengatakan fasilitas yang ada pada kereta api belum memenuhi kebutuhan
penyandang disabilitas.
Karena para penyandang disabilitas masih merasa kesulitan pada saat
menggunakan kereta api jika tanpa bantuan dari oranglain. Dengan belum adanya
kelengkapan fasilitas yang ada membuat penyandang disabilitas belum mendapat
kemudahan aksesibilitas pada saat menggunakan jasa kereta api dan juga kesetaraan
dan kesamaan kesempatan serta mengurangi kebebasan kemandirian dari penyandang
disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dalam menggunakan fasilitas yang ada di
stasiun dan gerbong kereta api 39.
39 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016
55
Tabel 3.3
Pendapat Responden Tentang Kemudahan Aksesibilitas
Pernyataan Nama Jawaban
Ya Tidak
Kemudahan yang
diperoleh penyandang
disabilitas pada saat
menggunakan jasa
transportasi kereta api
Harianto
Norman S
Neni
Yulis
Yanti
Jawaban 5 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016
Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden yang
pernah menggunakan jasa transportasi kereta api mengatakan masih belum
memperoleh kemudahan akses pada saat menggunakan kereta api.
Kemudahan akses belum di dapatkan oleh penyandang disabilitas karena pada
saat Di Stasiun Kota Baru Malang pada saat awal masuk stasiun belum ada jalur
khusus untuk kursi roda sehingga menyulitkan pergerakan dari penyandang
disabilitas yang harus berdesakan dengan penumpang lainnya, pada saat membeli
tiket loketnya juga masih belum mudah untuk dijangkau, belum ada ruang tunggu
khusus untuk penyandang disabilitas sehingga dirasa masih sulit aksesibilitas oleh
penyandang disabilitas di stasiun Kota Baru Malang40.
40 Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016
56
Dalam lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015
Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api menjelaskan
beberapa kriteria yang harus ada yaitu informasi yang jelas dan mudah, loket, ruang
tunggu, toilet, fasilitas kemudahan naik/turun penumpang, fasilitas khusus untuk
penyandang disabilitas, fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan.
Fasilitas yang disediakan Di Stasiun Kota Baru Malang diberikan berdasarkan
SPM (Standart Pelayanan Minimum) yang telah ditetapkan. Fasilitas yang sudah
tersedia di stasiun Kota Baru Malang untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang
bisa digunakan penyandang disabilitas, mushola yang sudah disediakan tempat duduk
khusus untuk penyandang disabilitas, ada jalan landai yang menghubungkan antar
jalur rel kereta api yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, ruang
menyusui, ruang kesehatan. Selain penyediaan beberapa fasilitas untuk menjamin hak
dari penyandang disabilitas dalam penggunaan jasa kereta api juga diberikan
pelayanan oleh petugas dari stasiun Kota Baru Malang kepada penyandang
disabilitas. Namun belum ada fasilitas lain yang mendukung seperti tangga yg landai
untuk naik turun penumpang, loket yang rendah agar mudah digunakan pengguna
kursi roda dan ruang tunggu khusus, jalur khusus dari pertama masuk stasiun untuk
penyandang disabilitas. Dalam gerbong kereta api sendiri juga belum merata atas
pemenuhan fasilitas penyandang disabilitas, hanya kereta tertentu saja yang sudah ada
fasilitas untuk penyandang disabilitas41.
41 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1
Desember 2016
57
Belum adanya kelengkapan fasilitas khusus yang menjamin atas pemenuhan
hak penyandang disabilitas hal ini dapat mengurangi kemandirian aksesibilitas dari
penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api, karena walaupun sudah
disediakan beberapa fasilitas untuk mendukung hak penyandang disabilitas akan
tetapi belum adanya fasilitas yang menjadi kebutuhan dasar untuk kemudahan akses
dari penyandang disabilitas hal ini membuat para penyandang disabilitas masih
bergantung sepenuhnya terhadap bantuan tenaga manusia untuk memudahkan
langkahnya. Seperti belum adanya ruang tunggu khusus, belum ada tangga yang
landai untuk naik turun, belum ada loket yang bisa dijangkau kursi roda, serta jalan
khusus untuk penyandang disabilitas pada saat awal memasuki stasiun selain itu di
dalam gerbong kereta belum merata pintu kereta yang luas sehingga mudah untuk
diakses kursi roda dan papan informasi perjalanan kereta digital untuk penyandang
tuna rungu. Belum lengkapnya fasilitas yang mendukung juga menjadi penyebab
masih banyaknya penyandang disabilitas yang masih enggan untuk menggunakan
jasa transportasi publik salah satunya kereta api42.
Walaupun belum terpenuhi secara maksimal fasilitas khusus untuk
penyandang disabilitas namun pihak dari PT.KAI memberikan pelayanan jika ada
penyandang disabilitas yang menggunakan jasa transportasi kereta api agar para
penyandang disabilitas tersebut mendapatkan kemudahan aksesibilitas dalam
menggunakan transportasi kereta api. Pihak penyelenggara kereta api bukan tidak
42 Hasil observasi di Stasiun Kota Baru Malang dan wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016
58
menghargai asas kemandirian dari penyandang disabilitas akan tetapi karena belum
adanya pengadaan fasilitas dari pihak pengelolah pusat yaitu DAOP 8. Petugas di
Stasiun Kota Baru Malang hanya sebagai pengelolah saja, namun untuk pemenuhan
fasilitas harus ada ketentuan dari DAOP 8 sebagai penyelenggara kereta api43.
Adapun yang termasuk dalam standart pelayanan minimum sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015
Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yakni:
1. Standart pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan 2. Standart pelayanan minimal dalam perjalanan.
Kemudian yang termasuk dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang dengan Kereta
Api yakni: standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup
a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.
Pemberian fasilitas dirasa kurang dan merata untuk setiap stasiun di Kota
Malang salah satunya stasiun Kota baru. Karena fasilitas yang masih kurang hal ini
menjadi penyebab adanya pembeda antara penumpang disabilitas dan penumpang
normal lainnya karena belum bisa mengakses dengan mudah secara mandiri pada saat
43 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Syaiful (Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang).Tanggal 1 Desember 2016
59
menggunakan jasa kereta api contohnya pada saat naik atau turun penumpang
disabilitas tidak bisa mandiri sendiri karena belum adanya tangga yang landai untuk
kursi roda, belum adanya ruang tunggu khusus untuk penyandang disabilitas juga
menyulitkan karena jika harus menunggu kereta datang penyandang disabilitas harus
berdesakan dengan paenumpang lainnya sehingga menyulitkan untuk melakukan
pergerakan pada saat kereta datang jika tanpa bantuan petugas kereta api44. Di dalam
Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus bagi
penyandang disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :
“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.
Penyediaan fasilitas untuk pengguna jasa di Stasiun Kota Baru Malang sudah
sesuai dengan standart pelayanan minimum. Namun belum lengkapnya fasilitas
khusus untuk penyandang disabilitas menjadi penghambat atas aksesibilitas
penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api untuk memperoleh
kemandirian dan kesetaraan dalam menggunakan jasa kereta api45.
Berdasarkan uraian diatas jika dikaitkan dengan teori keadailan sosial John
Rawls yang mengatakan Teori keadilan Rawls memiliki konsepsi keadilan yang
disebut dengan Justice as Fairness. Justice as Fairness memiliki terdiri dari dua
prinsip keadilan. Rawls merumuskan dua prinsip keadilannya sebagia berikut:
44 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016 ( Diolah )
45 Ibid
60
1. Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of
equal basic liberties, which scheme is compatible with the same scheme of liberties
for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan
sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua
warga yang lain)
2. Social and economic inequalities are to satisfy two conditions: first, they
are to be attached to offices and positions open to all under conditions of fair
equality of opportunity; and second, they are to be to the greatest benefit of the least-
advantaged members of society. (maksudnya: Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial
dan ekonomi ditata sedemikian rupa sehingga:
a. paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal, dan
b. posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua di bawah syarat
kesamaan kesempatan yang fair)46.
Bidang utama keadilan adalah susunan dasar masyarakat, semua institusi
sosial, politik, hukum dan ekonomi. Karena susunan institusi sosial tersebut
mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap aspek-aspek kehidupan manusia,
tetapi juga dalam perilaku, keputusan dan penilaian individual. Mengingat
kompleksnya masalah keadilan, maka Rawls memusatkan diri pada bidang utama
keadilan yang menurutnya adalah susunan dasar masyarakat. Susunan dasar
masyarakat meliputi: konstitusi, pemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi, pasar
46 Kirdi Dipoyudo.1985.Keadilan Sosial. Jakarta.Penerbit CV Rajawali.Hal.4
61
kompetitif, dan susunan keluarga monogami. Dari penjelasan tersebut Rawls menitik
beratkan pada bentuk hubungan sosial yang membutuhkan kerjasama.
Keadilan sosial bagi penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api
masih kurang terwujud pasalnya mereka masih belum mendapatkan kemandirian atas
aksesibilitas pada transportasi kereta api secara merata. Jika dikaitkan dengan teori
keadilan sosial John Rawls yang menyebutkan Each person has the same indefeasible
claim to a fully adequate scheme of equal basic liberties, which scheme is compatible
with the same scheme of liberties for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh
yang dapat dicakup keseluruhan sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang
setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain) hak dari penyandang disabilitas
sebagai pengguna jasa Kereta Api masih belum sepenuhnya terpenuhi karena dalam
penyediaan fasilitas pendukung aksesibilitas penyandang disabilitas masih belum
maksimal dan merata dalam penyediaannya. Atas kurangnya fasilitas yang ada hal ini
mengurangi kesamaan kemerdekaan bagi penyandang disabilitas karena tidak ada
kesetaraan hak aksesibilitas penyandang disabilitas pada saat menggunakan
transportasi kereta api karena belum terpenuhinya secara maksimal sehingga
menjadikan beda antara pengguna jasa penyandang disabilitas dan pengguna jasa
transportasi lainnya.
Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas di sebutkan bahwa :
“aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan”.
62
Kesamaan kesempatan menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 adalah ”keadilan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan Negara dan masyarakat”.
Hak dari penyandang disabilitas tersebut tertuang pada Pasal 18 Undang
Undang no 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas yang berbunyi :
Hak Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak: a. Mendapatkan Aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik; dan
b. Mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi individu.
Pasal 19 Hak Pelayanan Publik untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:
a. Memperoleh Akomodasi yang Layak dalam Pelayanan Publik secara optimal, wajar, bermartabat tanpa Diskriminasi; dan
b. Pendampingan, penerjemahan, dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di tempat layanan publik tanpa tambahan biaya.
Akomodasi yang layak menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang penyandang Disabilitas adalah “modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan”.
Jika ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian yang menyebutkan “penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.
Di Stasiun Kota Baru Malang tersedia beberapa fasilitas yang bisa digunakan
untuk penyandang disabilitas. Namun belum maksimal dalam penyediaannya
sehingga mengurangi kemandirian dan kemudahan aksesibilitas penyandang
disabilitas pada saat menggunakan transportasi kereta api. Hal ini menjadikan kurang
sesuainya dari penerapan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
63
Tentang Perkeretaapian karena belum terpenuhinya unsur kemudahan yang diperoleh
penyandang disabilitas.
Dengan demikian fungsi kereta api sebagai pelayanan masyarakat menjadi
kurang memuaskan bagi penyandang disabilitas karena belum terpenuhi secara
maksimal fasilitas yang menjadi kebutuhan atas pengguna jasa transportasi kereta api
khususnya penyandang disabilitas. Hal ini menjadikan kurangnya kemudahan
aksesibilitas dari penyandang disabilitas pada saat menggunakan kereta api untuk
berpergian. Akan tetapi sebagai penyelenggara kereta api hal ini menjadi tantangan
agar meningkatkan pemenuhan fasilitas untuk disabilitas secara merata di setiap
stasiun dan di dalam gerbong kereta api khususnya di Kota Malang. Badan
penyelenggara kereta api wajib memberikan fasilitas yang diperlukan dan
memberikan pelayanan khusus untuk penyandang disabilitas dan orang sakit di
stasiun kereta api untuk memudahkan aksesibilitas. Menurut Keputusan Menteri No.
71 Tahun 1999 standart acuan aksesibilitas pada sarana prasarana perkeretaapian
meliputi :
1. Sarana
a. Ruang yang dirancang dan disediakan khusus untuk kelompok disabilitas dan orang sakit guna memberikan kemudahan bergerak.
b. Penempatan ruang untuk kelompok disabilitas dan orang sakit diharuskan memiliki aksesibilitas tanpa hambatan untuk keperluan peturasan.
c. Alat bantu naik turun dan sarana pengangkut. d. Informasi perjalanan kereta api.
2. Prasarana a. kondisi keluar masuk stasiun harus andal.
64
b. kondisi peterusan yang dapat dimanfaatkan kelompok disabilitas dan orang sakit tanpa bantuan pihak lain.
c. Kondisi peron yang memudahkan kelompok disabilitas dan orang sakit untuk naik turun dari dank e sarana perkeretaapian.
d. Wajib menyediakan personil yang dapat membantu kelompok disabilitas dan orang sakit.
e. Papan informasi perjalanan kereta api berbentuk huruf braile atau tanda melalui bunyi bagi kelompok disabilitas tuna netra.
f. Tempat duduk bagi penempatan kursi roda pada sisi aman dekat pintu keluar / masuk.
g. Papan informasi dengan tanda huruf yang besar disertai warna yang jelas dan dalam jumlah yang cukup banyak bagi kelompok disabilitas tuna grahita, tuna rungu, dan tuna daksa.
h. Kemudahan untuk mendapatkan tiket angkutan.
C. Tanggung jawab penyelenggara kereta api Di Kota Malang dalam
memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas
sebagai pengguna jasa transportasi kereta api
Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati
semua hak yang diberikan oleh hukum47. Sementara itu, pengertian hukum dapat
dikaji dari norma yang tercantum dalam Undang-Undang dan Norma Hukum yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Perlindungan hukum terhadap pihak yang
lemah selalu dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak pihak yang lemah. Maria
Theresia Geme mengartikan perlindungan hukum adalah berkaitan dengan tindakan
47 Satjipto Raharjo.2000.Ilmu Hukum..Bandung. PT Citra Adi Karya Bakti.Hal.54
65
Negara untuk melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum secara eksklusif
dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak seseorang atau kelompok
orang48. Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau
perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Cara perlindungan
secara hukum adalah :
1. Membuat peraturan (giving regulation), yang bertujuan untuk :
a. Memberikan hak dan kewajiban.
b. Menjaminn hak para subjek.
2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui :
a. Hukum Administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah
(preventif) terjadinya pelanggaran hak konsumen, dengan perijinan
dan pengawasan.
b. Hukum pidana yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan dengan cara
mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman.
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative
recovery) dengan membayar kompensasi atau kerugian49.
Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
konsumen terdapat artian perlindungan hukum terhadap konsumen yaitu : segala
48 Maria Theresia Geme.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Hukum Adat Dalam
Pengelolahan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada NTT.Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.Hal. 99
49 Wahyu Sasongko,2013,Perlindungan Hukum Bagi Konsumen,Vol.1.No.1
66
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan
terhadap konsumen. Sebagai pengguna jasa memiliki hak dan kewajiban.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan konsumen, hak konsumen adalah sebagai berikut :
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa.
2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa. 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7. Hak untuk diperlakukan dengan benar atau jujur serta tidak diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila
barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjiannya.
Pihak penyelenggara kereta api wajib bertanggung jawab atas hak dari
pengguna jasa yaitu penyandang disabilitas. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yaitu :
Perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan:
a. asas manfaat; b. asas keadilan;
c. asas keseimbangan; d.asas kepentingan umum;
e. asas keterpaduan; f. asas kemandirian;
g. asas transparansi; h. asas akuntabilitas; dan
67
i. asas berkelanjutan.
Asas kemandirian dalam huruf f merupakan unsur yang harus dipenuhi atas
penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api.
Karena setiap orang tanpa terkecuali penyandang disabilitas juga berhak memperoleh
kemandirian dalam menjalankan segala aktifitasnya sendiri tanpa bantuan oranglain.
Sehingga hak yang diperlukan penyandang disabilitas menjadi terpenuhi sebagaimana
mestinya sebagai pengguna jasa kereta api.
Tabel 3.4 Pendapat responden tentang perlindungan hukum
Pernyataan Nama Jawaban
Ya Tidak
Pengetahuan masyarakat
penyandang disabilitas
tentang Pasal 131 Undang-
Undang Nomor 23
Tahun 2007 Tentang
Perkeretaapian mewajibkan
penyelenggara kereta api
menyediakan fasilitas
untuk penyandang
disabilitas
Harianto
Norman S
Neni
Maman
Bambang
Yulis
Lisa
Siti
Nanang
Yanti
Jawaban 10 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016
Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang ditujukan kepada penyandang
disabilitas 40% dari 10 responden sudah mengetahui bahwa ada aturan yang
68
melindungi mengenai hak untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta
api. Namun 60% dari 10 responden tidak mengetahui akan aturan tersebut.
Hal ini menunjukkan masih belum tersosialisasinya aturan tentang
perlindungan hukum mengenai hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa
kereta api dengan baik. karena lebih banyak penyandang disabilitas yang tidak tahu
akan aturan yang menjamin hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta
api50. Di stasiun Kota Baru Malang bentuk tanggung jawab atas perlindungan hukum
hak penyandang disabilitas adalah dengan menyediakan fasilitas untuk penyandang
disabilitas. Yaitu toilet yang bisa diakses penyandang disabilitas, jalur yang bisa
digunakan untuk disabilitas sebagai penghubung antar rel, tempat ibadah yang sudah
disediakan tempat duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas, untuk di dalam
gerbong kereta api tidak semua kereta api mempunyai gerbong khusus untuk
disabilitas hanya beberapa kereta yang sudah ada fasilitas yang lebih mendukung
aksesibilitas penyandang disabilitas seperti pintu yang lebih lebar, jarak antar tempat
duduk lebih lebar dan disediakan tempat khusus kursi roda di setiap ujung gerbong
dan kapasitas penumpang lebih sedikit yaitu 80 orang sedangkan untuk kereta 106
orang. Yaitu kereta Matarmaja, Jayabaya, Jenggala. Untuk gerbong kereta api lainnya
sudah terdapat tempat duduk yang mempunyai tanda bahwa bisa digunakan untuk
penyandang disabilitas yang terletak di ujung gerbong51. Penyediaan fasilitas di
stasiun Kota Baru Malang disediakan berdasarkan standart pelayanan minimum yang 50 Hasil observasi YPAC Malang Tanggal 20 November 2016
51 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1
Desember 2016
69
beracuan pada Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan
Minimum Orang Dengan Kereta Api. Bentuk perlindungan hukum terhadap
penyandang disabilitas diatur dalam Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berbunyi :
“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.
Diperkuat dengan aturan pelaksana yaitu Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun
2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api. Untuk
bentuk pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna kereta api
tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang
Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :
Standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :
a. Keselamatan; b. Keamanan;
c. Kehandalan; d. Kenyamanan;
e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.
Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart
Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :
Standart pelayanan minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :
a. Keselamatan; b. Keamanan;
70
c. Kehandalan;
d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan
f. Kesetaraan. Di stasiun Kota Baru Malang dalam penyediaan fasilitas dan pelayanan untuk
pengguna jasa kereta api diselenggarakan berdasarkan standart pelayanan minimum
yang ditentukan. Namun dalam penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas
baik di stasiun maupun dalam gerbong belum mencapai kesetaraan karena masih
minimnya fasilitas untuk mendukung aksesibilitas penyandang disabilitas sehingga
mengurangi kemandirian aksesibilitas untuk penyandang disabilitas52.
52 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016
71
Gambar 2
Ruang menyusui
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Di stasiun Kota Baru Malang sudah ada ruang ibu menyusui yang bisa
digunakan untuk ibu yang sedang menyusui pada saat berada di stasiun Kota Baru.
Kondisinya cukup bersih dan tertutup sehingga dapat menciptakan kenyamanan
untuk ibu yang sedang menyusui dan bisa terjaga privasi dari pengguna ruangan
tersebut pada saat sedang menyusui53.
53 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016
72
Gambar 3
Toilet di stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Sudah tersedia toilet yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas hal ini
merupakan bentuk tanggung jawab penyelenggara kereta api atas perlindungan
hukum terhadap hak penyandang disabilitas. Kondisi toilet di stasiun Kota Baru
Malang cukup bersih dan cukup luas untuk bisa diakses kursi roda dan juga sudah
terdapat tanda usignage yang menunjukkan bahwa toilet tersebut dikhususkan untuk
penyandang disabilitas54. Dengan disediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas
54 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016
73
hal ini sesuai dengan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian yang berbunyi :
“penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia”.
Dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang
Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi :
standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :
a. Keselamatan; b. Keamanan;
c. Kehandalan; d. Kenyamanan;
e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.
74
Gambar 4
Pos Kesehatan Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016.
Di stasiun Kota Baru Malang juga sudah tersedia pos kesehatan yang bisa
digunakan untuk penumpang yang sedang sakit pada saat melakukan perjalanan
menggunakan kereta api di stasiun Kota Baru Malang. Kondisi pos kesehatan cukup
steril karena berada pada ruang tertutup dan bersih didalamnya juga terdapat
peralatan P3K dan obat yang disediakan untuk pengguna jasa ataupun petugas yang
sedang mengalami gangguan kesehatan di Stasiun Kota Baru Malang55.
55 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016
75
Gambar 5
Musholla Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016.
Tersedia musholla/tempat ibadah yang didalamnya terdapat tempat duduk
yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil yang sedang
melaksanakan ibadah. Kondisi di musholla tersebut sangat bersih karena tiap pagi dan
sore hari selalu ada petugas kebersihan yang membersihkan tempat ibadah tersebut56.
Selain disediakan beberapa fasilitas yang bisa digunakan untuk penyandang
disabilitas juga diberikan pelayanan untuk membantu penyandang disabilitas pada
saat menggunakan jasa kereta api. Seperti membantu memesan tiket di loket,
membantu mencarikan tempat duduk di ruang tunggu, serta membantu naik turun
penumpang disabilitas. Tidak ada prosedur khusus dalam melakukan pelayanan
terhadap penyandang disabilitas hanya saja para petugas di stasiun Kota Baru Malang
56 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016
76
bertugas sesuai dengan hati dan visi misi dari PT.KAI selaku penyelenggara kereta
api. Namun untuk pelayanan terhadap penyandang disabilitas mental lebih diarahkan
agar menggunakan pendamping pada saat berpergian menggunakan kereta api57.
Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart
Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api disebutkan bahwa stasiun kereta api
adalah tempat pemberhentian kereta api. Dalam standar pelayanan minimum orang
dengan kereta api terdapat enam aspek pelayanan yang harus dipenuhi yaitu
keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan.
Berikut adalah kondisi di stasiun Kota Baru Malang :
Gambar 6
Tampak depan Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
57 Hasil wawancara dengan Achmad Syaiful.(Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang).
Tanggal 1 Desember 2016
77
Gambar 7
Loket Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Gambar 8
Ruang tunggu Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
78
Gambar 9
Akses menuju peron Stasiun Kota Baru Malang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Gambar 10 Ruang tunggu peron
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
79
Gambar 11
Jalur terowongan penghubung antar rel
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Gambar 12
Tangga naik turun penumpang
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
80
Gambar 13
Gerbong kereta api
Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016
Berdasarkan uraian diatas mengenai tanggung jawab penyelenggara
kereta api atas hak penyandang disabilitas jika dikaitkan dengan teori
perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah
adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan
kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya dikemukakan
bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
memberikan pengayoman terhadap masyarakat. Perlindungan hukum terhadap
masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum58.
Unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi :
1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan
hukum. 58 Satjipto Raharjo.1983.Permasalahan Hukum Di Indonesia.Bandung.Penerbit alumni.Hal.121
81
2. Subjek hukum
3. Objek perlindungan hukum.
Dalam setiap peraturan perundang-undangan yang menjadi wujud atau bentuk
atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek atau objek perlindungannya
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya teori perlindungan hukum
merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyrakat.
Penyelenggara kereta api wajib melakukan tanggung jawab perlindungan
hukum atas hak penyandang disabilitas berdasarkan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2007 yang menyebutkan penyelenggara sarana perkeretaapian wajib
memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil,
anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Wujud perlindungan
hukum yang diberikan oleh penyelenggara kereta api terhadap penyandang disabilitas
harus sesuai dengan standart pelayanan minimum Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri
Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta
Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup :
a. Keselamatan;
b. Keamanan; c. Kehandalan;
d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan
f. Kesetaraan.
82
Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart
Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan
minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3
huruf a paling sedikit mencakup :
a. Keselamatan;
b. Keamanan; c. Kehandalan;
d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan
f. Kesetaraan. Fasilitas yang disediakan untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang bisa
diakses penyandang disabilitas, sudah ada tempat ibadah yang menyediakan tempat
duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas untuk beribadah, ada jalur
penghubung antar rel yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, untuk
didalam gerbong sendiri sudah ada beberapa kereta yang menyediakan tempat duduk
untuk penyandang disabilitas di kereta kelas eksekutif terletak pada gerbong 4 dan 5.
Namun dalam segi pemerataan dan pelengkap fasilitas untuk penyandang disabilitas
masih banyak kendala yang menjadi penghambat antara lain belum adanya
pengadaan fasilitas dari DAOP 8 selaku pengelolah pusat stasiun kereta api di Kota
Malang. Selain itu karena jumlah penumpang disabilitas yang sedikit. Oleh karenanya
pihak penyelenggara mengutamakan pelayanan dari petugas sebagai wujud
perlindungan hukum itu sendiri. Jika ditinjau dari unsur teori perlindungan hukum
83
menyebutkan unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan
hukum meliputi :
1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan
hukum.
2. Subjek hukum
3. Objek perlindungan hukum.
Wujud perlindungan hukumnya yaitu disediakannya beberapa fasilitas dan
diberikannya pelayanan untuk penyandang disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal 3 dan 4
Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum
Orang dengan Kereta Api yang menyebutkan unsur keamanan, kenyamanan,
kehandalan, kemudahan dan kesetaraan Di Stasiun Kota Baru Malang untuk
keamanan sudah ada petugas keamanan dari security dan Polsuska yang berjaga di
Stasiun Kota Baru malang, untuk kehandalan sudah disediakan petugas yang siap
sedia melayani sesuai dengan visi dan misi, kenyamanan sudah cukup memenuhi
karena kondisi di stasiun Kota Baru malang sudah cukup bersih sehingga dapat
menciptakan rasa nyaman bagi pengguna jasa, untuk kemudahan dan kesetaraan
masih kurang karena masih belum lengkap fasilitas yang disediakan untuk
mendukung kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas. Namun belum tepat
mengenai sasaran atas upaya tanggung jawab hukum yang diberikan terhadap
penyandang disabilitas karena para penyandang disabilitas masih memilih kendaraan
pribadi untuk berpergian akibat belum lengkapnya fasilitas yang menjamin rasa
kemandirian dan kesetaraan dari penyandang disabilitas. Karena penyandang
84
disabilitas dibedakan dengan berbagai macam maka terkait dengan penyelenggara
sarana dan prasarana juga harus berbeda. Di Stasiun Kota Baru Malang dari mulai
awal masuk stasiun belum terlihat adanya fasilitas khusus yang mendukung
kemandirian aksesibilitas penyandang disabilitas. Oleh karena itu wujud
perlindungan hukum yang diberikan penyelenggara kereta api terhadap hak
penyandang disabilitas sudah memenuhi unsur perlindungan hukum namun masih
belum mencakup keseluruhan dari kebutuhan penyandang disabilitas sebagai
pengguna jasa kereta api. Sebagai contoh berikut adalah fasilitas khusus untuk
penyandang disabilitas :
Gambar 14
Jalur khusus penyandang disabilitas
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
Jalur untuk penyandang disabilitas dibuat dengan ada jalur yang
bergelombang sehingga memudahkan akses untuk penyandang disabilitas tuna netra
85
sebagai penunjuk arah. Sehingga aksesibilitas kemandirian penyandang disabilitas
tuna netra dapat terpenuhi.
Gambar 15
Ruang tunggu penyandang disabilitas
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
Ruang tunggu untuk penyandang disabilitas harus disediakannyua ruang
untuk kursi roda. Sehingga penyandang disabilitas pengguna kursi roda tidak
86
berdesakan dengan pengguna jasa lainnya. Selain ada ruang untuk kursi roda tatanan
tempat duduk haruslah luas agar pengguna kursi roda bisa mudah melakukan
pergerakan dengan kursi roda tanpa harus berdesakan.
Gambar 16
Papan pengumuman huruf braile
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
Papan pengumuman huruf braile berfungsi untuk membantu agar penyandang
disabilitas tuna rungu dapat memperoleh informasi dengan mudah. Oleh karenanya
dengan disediakannya fasilitas tersebut dapat mendukung kemandirian dari
penyandang disabilitas tuna rungu dan memperoleh kesetaraan karena dapat
memperoleh informasi dengan mudah sama dengan pengguna jasa lainnya
87
Gambar 17
Tangga landai naik turun penumpang
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
Tangga landai untuk naik turun penumpang disabilitas. Dengan adanya tangga
yang landai bisa digunakan penyandang disabilitas untuk naik turun dengan mudah.
Karena tidak ada lagi tangga susun yang tidak bisa dilewati kursi roda. Sehingga
dapat menciptakan kesetaraan dan kemandirian penyandang disabilitas.
Gambar 18
Tempat duduk penyandang disabilitas dalam gerbong
Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016
88
Adanya ruang untuk kursi roda dalam gerbong kereta api berfungsi untuk
memudahkan pengguna kursi roda di dalam gerbong kereta api tanpa harus berpindah
dari kursi roda karena sudah disediakannya ruang untuk kursi roda. Selain itu tatanan
gerbong kereta api yang dibuat lebih luas untuk memudahkan akses pengguna kursi
roda dalam gerbong kereta api. Dengan adanya fasilitas tersebut dapat menciptakan
rasa kesetaraan untuk penyandang disabilitas
Beberapa contoh gambar fasilitas untuk penyandang disabilitas yang di
lampirkan adalah bentuk dari upaya tanggung jawab perlindungan hukum yang harus
diberikan oleh penyelenggara kereta api kepada penyandang disabilitas karena
dengan menggunakan fasilitas tersebut dapat memenuhi kemandirian atas
aksesibilitas penyandang disabilitas tanpa bantuan dari orang lain serta menciptakan
kesetaraan bagi penyandang disabilitas. Dalam Pasal Pasal 198 Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa :
1 Setiap jenis sarana perkeretaapian wajib memenuhi kelaikan operasi sarana perkeretaapian. 2 Kelaikan operasi sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengujian sarana perkeretaapian; dan
b. pemeriksaan sarana perkeretaapian.
Pasal 398 ayat 4 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa :
Penyelenggara prasarana, dan sarana perkeretaapian yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat 1, Pasal 166 ayat 2, Pasal 171 ayat 1, Pasal 173 ayat 3, Pasal 182 ayat 1, Pasal 198 ayat 1, Pasal 222 ayat 1, Pasal 229 ayat 1, Pasal 271 ayat 1, Pasal 274 ayat 1, Pasal 277 ayat 1, Pasal 290 ayat
89
1, Pasal 328, Pasal 331, Pasal 336, Pasal 341, Pasal 348, Pasal 351 ayat 3, Pasal 362, atau Pasal 372, dikenai sanksi administrasi. Ayat 5 Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan
ayat 4 diberikan dengan tahapan:
a. peringatan tertulis; b. pembekuan sertifikat atau izin; c. pencabutan sertifikat atau izin.
Jika dikaitkan dengan teori efektifitas hukum yang dikemukakan oleh
Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu aturan hukum
ditentukan oleh 5 faktor yaitu :
Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, Pihak yang membuat dan
yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan, Faktor kebudayaan ,sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia dalam pergaulan59. Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya
ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati
atau tidak ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu
perundang undangan adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para
penegak hukum baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang-
Undang tersebut60. Berdasarkan teori dari Soerjono Soekamto tidak adanya penerapan
sanksi atas tidak tersedianya dengan lengkap fasilitas khusus untuk penyandang
disabilitas merupakan bentuk tidak efektifnya aturan yang telah dibuat. Hal ini
59 Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit
PT Raja Grafindo Persada.Hal.8 60 Achmad Ali .2010.Menguak Teori Hukum Dan Teori Keadilan.Jakarta.Kencana.Hal 375
90
disebabkan karena tidak ada ketegasan dari petugas yang berwenang melakukan
pengawasan untuk menerapkan sanksi yang telah diatur oleh Undang-Undang atas
penyelenggara sarana dan prasarana kereta api. Maka dengan kurangnya penerapan
sanksi yang diatur hal ini menjadi tidak efektifnya aturan yang dibuat. Sehingga
pemenuhan fasilitas untuk penyandang disabilitas masih belum tersedia dengan
lengkap di Stasiun Kota Baru Malang.