Upload
marsharinduc
View
105
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
DESQUAMATIVE GINGIVITIS
III.1. Definisi
Desquamative gingivitis adalah penyakit kronis gingiva dengan
karakteristik adanya eritema, erosi, vesikobulosa, dan desquamative dengan
keterlibatan gingiva cekat.3 Desquamative gingivitis dapat bersifat asimtomatik
(tanpa gejala), namun ketika simtomatik (dengan gejala), timbul rasa seperti
terbakar ringan sampai hebat. Desquamative gingivitis bukan merupakan satu
kesatuan penyakit tetapi merupakan bentuk klinis dari rasa sakit, beku dan
berwarna merah atau adanya ulserasi pada gingiva yang persistensi. Desquamative
gingivitis biasanya terjadi pada masa menopause atau masa sesudah menopause.5
Desquamative gingivitis merupakan suatu kondisi yang jarang ditemukan
dengan melibatkan papila marginal dan gingiva cekat. Area yang tidak teratur
pada seluruh gingiva berwarna merah, lunak dan mengkilat. Tekanan pada gingiva
dengan jari, gulungan kapas atau semprotan udara akan menyebabkan
pengelupasan pada bagian epithelium dan akan menyebabkan perdarahan yang
sangat sakit pada jaringan ikatnya.5
Desquamative gingivitis bersifat progresif dan reversible, maksudnya
adalah gingiva yang meradang dan jaringan epitel yang terlepas akan kembali
normal jika dilakukan perawatan dengan benar dan tepat.6
Desquamative gingivitis biasanya dialami oleh kebanyakan orang yang
berusia 40 tahun ke atas dan wanita lebih dominan (diatas 80 persen). Pada
prosesnya, dengan berjalannya waktu akan menyebar dan mempengaruhi gingiva.
Perubahannya dapat menunjukkan perubahan-perubahan bentuk dari gingiva.3
III.2. Etiologi
Pada desquamative gingivitis penyebab kondisi ini masih belum jelas,
dengan berbagai kemungkinan yang telah dinyatakan karena sebagian besar kasus
didiagnosa pada wanita berusia 40 tahun sampai 55 tahun (meski desquamative
gingivitis dapat terjadi sedini mungkin ketika pubertas atau selambat mungkin
pada usia 40 tahun sampai 55 tahun), maka susunan hormonal dicurigai menjadi
penyebabnya. Pada tahun 1960 Mc Carthy menyatakan bahwa desquamative
gingivitis bukan merupakan suatu penyakit spesifik, namun merupakan respon
gingiva terkait dengan berbagai kondisi. Konsep ini kemudian didukung oleh
sejumlah penelitian immunopatologis.2,3
Etiologi desquamative gingivitis dicurigai karena autoimun namun
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh reaksi alergi dari obat-obatan, makanan
atau substansi lain. Sama seperti lesi pemphigoid retikulus plak dapat
disembuhkan tetapi sulit pada pasien desquamative gingivitis dikarenakan adanya
lesi erosi yang sangat sakit. Penyakit ini dapat berlanjut sampai beberapa tahun,
khususnya pada anak-anak penyakit ini dapat sembuh secara spontan atau dapat
sembuh sendiri.4
III.3. Gambaran klinis dan mikroskopis dari desquamative gingivitis
Secara klinis, desquamative gingivitis ditandai dengan eritema difus
menyeluruh pada gingiva cekat dengan daerah vesikulasi dan erosi. Gambaran
klinis dari desquamative gingivitis diantaranya adalah gingiva yang berwarna
merah dan terdapat pembengkakan yang menyebar. Gingivanya lunak dan
mengkilat. Epitelnya cenderung mengelupas, dan terdapat perdarahan pada
permukaan. Pasien sering mengeluhkan adanya rasa sakit dan rasa kekeringan
yang sangat serta rasa terbakar di dalam mulut.4,6 (gambar 1)
Gambar 1. Gambaran klinis desquamative gingivitis12
Pada dasar membran terdapat bentuk lepuhan. Tekanan pada gingiva
dengan menggunakan jari atau probe akan menyebabkan terlepasnya epithelium
ulserasi yang dapat terjadi setelah mengunyah makanan ataupun dapat terjadi
secara spontan. Ulserasi disertai dengan adanya perdarahan dan rasa sakit. Lesi ini
dapat melibatkan secara keseluruhan dari gingiva atau dapat terjadi single atau
multiple, discred atau irregular patches.5 (gambar 2)
Gambar 2Ulserasi pada desquamative gingivitis.12
Dalam tingkatan yang paling ringan, terdapat eritema gingiva yang difus
dan tidak terasa sakit. Pada tingkat sedang hingga parah, tepi gingiva dan gingiva
cekat berwarna merah menyebar abu-abu. Gingiva juga dapat dikelupas dengan
tekanan jari tangan atau ditiup dengan semprotan udara dan menimbulkan
perdarahan pada daerah tersebut. Papila gingiva tidak mengalami nekrosis,
sehingga tidak ada pembentukan kawah interdental. Pasien mengeluhkan rasa
terbakar, sensitif terhadap suhu dan rasa sangat sakit pada saat menyikat gigi.
Tingkat yang ringan mungkin tidak terasa sakit, tetapi tingkat yang parah terasa
sangat sakit sekali.6
III.3.1 Konsistensi gingiva
Pada gingiva yang normal menunjukkan konsistensi yang padat dan
kenyal, kecuali pada margin gingiva yang bebas bergerak dan melekat erat pada
tulang dibawahnya. Faktor-faktor yang berperan dalam konsistensi yaitu : seluler,
konten cairan, dan jaringan kolagen dari lamina propria. Dalam keadaan
desquamative gingivitis, konsistensi gingiva menjadi lembut (tidak kenyal), lunak
dan elastis. Ketika udara disemprotkan ke daerah sulkus gingiva, jaringan yang
lunak pada margin gingiva dan papilla akan mudah dibelokkan oleh udara
menjauhi leher gigi.3
III.3.2 Ukuran gingiva
Perubahan ukuran gingiva menunjukkan adanya kelainan atau tanda umum
terjadinya penyakit gingiva. Pada kondisi sakit, ukuran menjadi membesar yang
sering disebut sebagai pembesaran gingiva (gingival enlargement). Faktor-faktor
yang berperan untuk terjadinya hal ini, yaitu peningkatan serat penurunan sel-sel
tipe non inflamasi. Sedangkan tipe inflamasi akan mengalami peningkatan sel-sel
dan penurunan serat-serat. Perubahan ukuran gingiva bisa terlokalisir atau
menyebar ke seluruh mulut.3
III.3.3 Tekstur permukaan
Pada tekstur gingiva normal memiliki tampilan yang mirip dengan kulit
jeruk (stippling), karena adanya perlekatan serat gingiva ke tulang dasar
(underlying bone). Stippling tidak akan ditemukan dalam keadaan desquamative
gingivitis, karena gingiva tampak lunak dan mengkilat bahkan pada permukaan
kulit akan mengelupas akibat peningkatan jumlah cairan gingiva sebagai respon
keradangan.3
III.3.4 Posisi atau letak gingiva
Posisi normal gingiva margin sedikit kearah koronal sampai pada cemento
enamel junction (CEJ). Pada kondisi desquamative gingivitis, posisi ini dapat
bergeser kearah koronal (pseudopocket) maupun kearah apikal cemento enamel
junction (resesi gingiva).3 (gambar 3)
Gambar 3Perubahan letak gingiva pada desquamative gingivitis.7
III.3.5 Kontur gingiva
Dalam keadaan normal, margin gingiva diantara gigi berbentuk lancip,
sedangkan papilla interdental di region anterior berbentuk piramid. Faktor-faktor
yang menjaga kontur tetap normal yaitu bentuk gigi, dan susunan dalam lengkung
rahang, lokasi dan ukuran dari kontak proksimal dan dimensi fasial serta lingual
dari gingival embrasures. Dalam kondisi keadaan desquamative gingivitis margin
gingiva dapat melingkar, sedangkan papilla interdental dapat menjadi tumpul dan
datar. Pembesaran gingiva inflamasi kronis menunjukkan fitur eksudatif dan
proliferasi peradangan kronis. Lesi klinis berwarna merah ataupun merah kebiruan
yang lembut dan rapuh dengan permukan halus, mengkilap, dan mudah berdarah.3
III.4 Penyakit yang secara klinis nampak sebagai desquamative gingivitis
Desquamative gingivitis dengan penggunaan parameter klinis dan
laboratorium telah menunjukkan bahwa sekitar 75 persen kasus desquamative
gingivitis memiliki genesis dermatologis dengan gambaran klinis dari ekspresi
gingiva seperti kemerahan, rasa terbakar, erosi dan nyeri serta beberapa bentuk
seperti pemphigoid membran mukosa, penyakit IgA linear (dermatitis IgA linear),
lichen planus, dermatitis herpetiformis, pemphigus vulgaris. Penyakit ini pada
umumnya merupakan manifestasi klinis yang serupa di rongga mulut dan
diagnosis ditentukan berdasarkan perubahan histologis dari jaringan setelah biopsi
dan imunofluoresensi.3
Desquamative gingivitis merupakan gejala penyakit mucocutaneous yang
mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan beberapa penyakit lain.
Penyakit yang secara klinis nampak seperti desquamative gingivitis yaitu :
1. Pemphigoid membrane mukosa
Pemphigoid membran mukosa merupakan penyakit vesiculobullous yang
seringkali menyerang membran mukosa. Rongga mulut merupakan daerah yang
paling sering terserang penyakit ini. Adanya gambaran klinis berupa lesi yang
hanya terbatas pada daerah mukosa mulut menjadi sangat penting untuk
diperhatikan.
Istilah pemphigoid digunakan karena gambaran klinisnya hampir sama
dengan pemphigus namun prognosis dan gambaran mikroskopis pemphigoid
sangat berbeda dengan pemphigus. Istilah cicatricial berasal dari kata cicatrix,
yang berarti “jaringan parut” karena cicatricial pemphigoid cendrung sembuh
dengan meninggalkan jaringan parut.2
Pemphigoid membran mukosa adalah penyakit autoimun. Penyakit
autoimun merupakan penyakit yang dihasilkan karena kegagalan mekanisme
normal dari sistem imun. Penyakit ini mempengaruhi membran mukosa ditandai
dengan adanya jaringan parut. Pemphigoid membran mukosa lebih sering
menyerang wanita di bandingkan dengan pria, walaupun lebih sering mengenai
pasien yang berusia 45 sampai 55 tahun namun penyakit ini juga dapat terlihat
pada pasien dewasa muda dan jarang terlihat pada anak-anak.
Pempigoid membran mukosa terutama mempengaruhi rongga mulut,
laring, esofagus dan okular membran pada jaringan kulit. Pada permukaan gingiva
terjadi erosi superfisial dari epitel yang terlepas. Literatur lain mengatakan pada
mukosa mulut yang terlibat adalah pada bagian bukal mukosa, langit-langit, dan
lidah alveolar ridge.
Gambaran klinis pada pemphigoid membran mukosa hampir sama seperti
gambaran klinis desquamative gingivitis. Lesi gingiva merupakan lesi tersering di
rongga mulut. Gingiva akan menjadi edematous dengan gambaran klinis berupa
bercak-bercak eritema sampai eritema menyeluruh dan ulserasi yang luas meliputi
gingiva bebas dan gingiva cekat yang sering disebut sebagai desquamative
gingivitis.2 biasanya seluruh gingiva cekat pada sejumlah gigi dapat terkena.
Gingiva kemudian dapat terlihat halus, merah dan translusen karena adanya
penipisan dari epitel yang atrofi. Selain pada gingiva, desquamative gingivitis
juga dapat mengenai palatum lunak dan mukosa bukal.
Tanda nikolsky positif dapat terlihat pada penyakit ini. Tanda nikolsky
yaitu kondisi kulit terdapat pemisahan lapisan epidermis dari lapisan basal karena
adanya trauma minor seperti penekanan secara halus pada daerah tersebut. Tanda
nikolsky positif terjadi jika dilakukan penekanan dan digeser maka kulit akan
mengelupas.12
Gambar 4.Pemphigoid membrane mukosa.9
2. Penyakit IgA linear (Dermatosis IgA Linear)
Penyakit IgA libear merupakan penyakit subepitel yang dikarakteristikkan
dengn adanya deposisi linear dari IgA disepanjang membran basal dan juga
adanya deposit neutrofil dan eosinofil.2
Penyakit linear immunoglobulin A juga dikenal sebagai dermatosis IgA
liniar. Yaitu kelainan mukokutaneus yang jarang ditemukan, pada umumnya
terjadi pada wanita. Aspek etiopatogenik penyakit ini masih belum dimengerti
sepenuhnya, meskipun dilaporkan bahwa penyakit liniar imunoglobulin A yang
disebabkan oleh obat dicetuskan oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
inhibitors. Penyakit ini secara klinis menunjukkan pada vesikulobullous yang
gatal. Biasanya terjadi pada usia pertengahan sampai usia lanjut. Meskipun
individu muda juga dapat mengalaminya.3
Penyakit linear immunoglobulin A dapat menyerupai lichen planus secara
klinis dan histologi. Pada penyakit ini jika ingin mendiagnosa maka diperlukan
penelitian immunofluorescence untuk menetapkan diagnosis yang tepat.8
Manifestasi oral dari penyakit linier immunoglobulin A berupa vesikel dan
ulserasi yang terasa sakit. Lebih sering mengenai palatum keras dan lunak.
Dilanjutkan dengan pilar tonsilar, mukosa bukal, lidah, dan gingiva. Pada kasus
yang langka, lesi oral dapat menjadi manifestasi satu-satunya dari penyakit linear
mimuoglobulin A selama beberapa tahun sebelum munculnya lesi pada kulit.
Selain itu, telah dilaporkan bahwa penyakit ini secara klinis disebut sebagai
desquamative gingivitis.3
Gambar 5Penyakit IgA linear (Dermatosis IgA Linear).10
3. Lichen Planus
Lichen planus merupakan penyakit mukokuktan yang belum diketahui
penyebabnya. Meskipun penyebabnya belum diketahui, secara umum
penyakit ini merupakan reaksi sel imun yang dapat melibatkan sel T.
Gambaran klinis lichen planus menyerupai dengan desquamative gingivitis.
Lichen planus kekebalannya relatif umum pada penyakit mukokutan yang
tidak diketahui penyebabnya. Hal ini lebih umum pada setengah baya untuk
lansia perempuan. Beberapa bentuk lichen planus terdapat didalam mulut
berbentuk retikuler, papular, seperti plak, atropik, bulosa dan bentuk erosif.
Daerah yang paling sering terlibat adalah mukosa bukal di ikuti oleh lidah
dan gingiva. (gambar 5) Karakteristik bentuk lichen planus adalah bentuk
kronis, penampilan simetris. Gingiva merupakan tempat satu-satunya
terjadinya penyakit lichen planus dalam sekitar 10 persen kasus. Bentuk
atropi dari lichen planus sering terdapat pada gingiva dan memberikan bentuk
umum dari desquamative gingivitis. Pada lichen planus ketebalan gingiva
hingga mencapai ke persimpangan mukoginval. Pada jaringan gingiva
muncul eritematosa dengan sesekali daerah erosi dan kemungkinan striae
putih di bagian pinggiran. Pasien mungkin mengeluh terus-menerus rasa sakit
pada gingiva yang dibuat lebih buruk oleh pedas makanan atau ketika
melakukan prosedur kebersihan mulut sehari-hari.2,8
Gambar 6Lichen planus.8
Hingga 10% pasien dengan lichen planus oral memiliki lesi yang terbatas
pada jaringan gingiva yang dapat terjadi sebagai satu atau lebih jenis dari empat
pola berbeda, sebagai berikut:
a. Lesi keratotik. Lesi ini merupakan lesi putih yang muncul sebagai papula
tunggal dan sekelompok papula, linear atau retikular, atau dengan gambaran
menyerupai plak.3
b. Lesi erosif atau lesi ulseratif. Erosive berupa daerah ulserasi yang tertutup
pseudomembran disertai dengan eritema dan keratosis, lesi ini mempunyai
suatu variasi simptomatik dengan gejala berkisar dari rasa terbakar ringan,
hingga nyeri hebat. Jika lesi erosive menyerang gingiva secara klinis tampak
seperti desquamative gingivitis yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya bercak merah, terang yang mengenai seluruh perlekatan gingiva.13
Daerah eritematosa yang meluas dengan penyebaran bercak nampak sebagai
daerah hemoragik fokal atau difus. Lesi ini dapat mengalami eksaserbasi oleh
sedikit trauma (misalnya menyikat gigi).3
c. Lesi vesikular atau lesi bulosa. Lesi ini muncul mengandung cairan. jarang
terjadi pada usia muda. Lesi ini sangat mudah rusak dan meninggalkan
ulserasi.3
d. Lesi atropik. Atropi pada jaringan gingiva dengan penipisan epitel
menyebabkan eritema pada batas gingiva.3 Lesi atropik memperlihatkan
daerah mukosa yang mengalami inflamasi dan ditutupi oleh epitel ti[is
berwarna merah. Kombinasi dengan suatu perubahan keratosis dengan striae
dan eritema. Lesi merah tidak berbatas jelas menyerupai eritoplakia disertai
variasi reticular dan erosive biasanya diliputi perlekatan gingiva, sensitive
dan rasa tidak nyaman. Mukosa bukal merupakan lokasi yang paling banyak
ditimbulkan.12
Secara mikroskopis, tiga gambaran karakteristik lichen planus oral
yaitu: (1) hiperkeratosis atau parakeratosis, (2) degenerasi hidrofik pada
lapisan basal, dan (3) suatu infiltrat padat seperti ikatan merupakan limfosit T
dalam lamina propria. Secara umum, epitel ridge memiliki gambaran
berlekuk-lekuk. Degenerasi hidropik pada lapisan basal epitelium cukup luas
sehingga epitel menjadi tipis dan atropik atau tidak melebar pada jaringan
ikat dibawahnya dan menghasilkan vesikel subepitel atau suatu ulserasi.
Badan colloid (badan civatte) seringkali nampak pada pertemuan epitel-epitel
jaringan ikat. Diagnosis mikroskopis dari lichen planus oral tertuju pada lesi
keratotik, dan biopsi spesimen harus didapatkan dari daerah ini apabila
memungkinkan. Pada gambaran histologis ini dapat menjadi tidak jelas pada
daerah ulserasi. Dengan demikian sulit untuk mendiagnosis lichen planus oral
apabila hanya didasarkan pada pemeriksaan mikroskopis konvensional saja.2,5
Penelitian mikroskopis elektronik menunjukkan bahwa lichen planus dapat
dibagi menjadi tiga tahap: (1) degenerasi sitoplasma dari sel – sel epitel, (2)
hilangnya serat kolagen pada lamina propria superfisial, (3) degenerasi dan
nekrosis lapisan basal dan parabasal epitel. Lamina propria superfisial juga
mengalami degenerasi dan nekrotik, kemudian lamina basement (dasar) tidak lagi
nampak. Pemisahan lamina basal dari lapisan sel basal merupakan manifestasi
awal lichen planus.8
Penting untuk diingat bahwa pola lesi oral dari lichen planus dapat
berubah. Dalam kasus lain, biopsi kedua atau bahkan biopsi ketiga perlu
dilakukan untuk mendapatkan diagnosis definitif. Hal yang lebih penting yaitu
terdapat kontroversi mengenai potensi keganasan dari lichen planus oral. Dalam
beberapa penelitian, telah diperkirakan bahwa kanker oral terjadi sebanyak 0.4% -
5.6% pasien dengan lichen planus oral. Sebaliknya, peneliti lain menolak atau
mempertanyakan kaitan antara lichen planus oral dan kanker oral. Biopsi dan
tinjauan berkala pada pasien ini penting dilakukan.3
4. Dermatitis herpetiformis
Dermatitis herpetiformis adalah suatu keadaan kronis yang biasanya
berkembang pada dewasa muda (usia 20-30 tahun) dan memiliki sedikit predileksi
untuk pria. Dermatitis herpetiformis merupakan penyakiy kronis yang
dikarakterisitkan dengan adanya periode pelemahan dan eksaserbasi. Jika lesi ini
terdapat pada rongga mulut maka lesi dapat berupa vesikel dan bula yang ketika
pecah akan meninggalkan ulcer superficial nonspesifik dengan dasar fibrin dan
memiliki tepi eritomatous. Pada kasus yang berat, pasien mungkin mengeluhkan
dysphagia, diare, dan berat badan menurun.2
Secara klinis, dermatitis herpetiformis menunjukkan papula atau vesikula
yang gatal bilateral dan simetris terutama pada permukaan ekstensor ekstermitas.
Sacrum, dan terkadang wajah serta rongga mulut juga dapat terkena. Nama
“herpetik” diambil dari tampilan awal penyakit ini, yaitu kumpulan vesikel atau
papula muncul pada kulit. Vesikel-vesikel atau papula-papula ini dapat pulih
dengan sendirinya dan dilanjutkan dengan munculnya hiperpigmentasi pada kulit,
yang nantinya semakin berkurang. Lesi oral dari dermatitis herpetiformis
memiliki ciri adanya ulserasi yang terasa sakit didahului dengan pecahnya vesikel
ephemeral atau bulla. Keadaan ini hampir sama dengan desquamative gingivitis.3
Pemeriksaan mikroskopis dari lesi awal dermatitis herpetiformis
menunjukkan aggregasi fokal dari netrofil dan eosinofil diantara kumpulan fibrin
pada ujung dermal.3
Gambar 7Dermatitis herpetiformis.10
5. Pemphigus vulgaris
Penyakit pemphigus merupakan kelompok kelainan bullosa autoimun
yang menghasilkan blister membran mukosa. Pemphigus vulgaris merupakan
penyakit pemphigus yang paling sering terjadi, yang juga meliputi pemphigus
foliaceous, pemphigus vegetan, dan pemphigus eritematosa. Pemphigus vulgaris
berpotensi letal, dengan kondisi kronis (10% tingkat mortalitas) dengan insidensi
di dunia 0.1 hingga 0,5 kasus per tahun per 100,000 orang. Predileksi wanita
biasanya setelah dekade keempat kehidupan. Bagaimanapun, pemphigus vulgaris
juga dilaporkan jarang terjadi pada anak – anak dan bayi baru lahir.
Sebagian besar kasus pemphigus vulgaris bersifat idiopatik.
Bagaimanapun, medikasi seperti penicillamine dan captopril dapat menghasilkan
pemphigus yang dipicu oleh obat, yang biasanya reversibel pada penghentian
obat. Pemphigus paraneoplastik secara antigen berbeda dari pemphigus vulgaris
dan berkaitan dengan keganasan.
Sekitar 60% pasien dengan pemphigus vulgaris, lesi oral merupakan tanda
pertama dari penyakit dan dapat menunjukkan keterlibatan dermatologis selama
setahun atau lebih.
Pada lesi oral berkisar dari vesikel kecil hingga bulla yang besar. Ketika
bulla ruptur, meninggalkan daerah ulserasi yang luas. Secara virtual, tiap daerah
rongga mulut yang terlibat, namun lesi multipel seringkali berkembang pada
daerah iritasi atau trauma. Palatum lunak lebih sering terkena, diikuti dengan
mukosa bukal, aspek ventral atau dorsum lidah dan mukosa labial bawah. Lesi
oral dari pemphigus vulgaris terbatas pada jaringan ginigva. Pada pasien ini
diagnosis klinis dari gingivitis erosif atau desquamative gingivitis seringkali
nampak sebagai manifestasi tunggal dari pemphigus oral.
Lesi pemphigus menunjukkan karakteristik pemisahan intraepitel, yang
terjadi diatas lapisan sel basal. Vesikulasi intraepitel dimulai sebagai perubahan
mikroskopis dan secara bertahap menghasilkan bulla berisi cairan yang besar.
Terkadang seluruh lapisan superficial dari epitelium hilang, meninggalkan hanya
sel – sel basal yang melekat pada lamina propria dibawahnya. Acantolisis,
pemisahan sel – sel epitel dari stratum spinosum bawah, dikarakteristikkan
dengan adanya lingkaran daripada sel sel epitel polihidral. Jembatan interseluler
hilang dan nuklei besar dan hiperkromatik. Jaringan ikat dibawahnya biasanya
nampak sebagai sel infiltrat inflamasi kronis ringan hingga sedang. Setelah
vesikel atau bulla ruptur, lesi ulserasi menjadi terinfiltrasi dengan
polimorfonuklear leukosit (PMN) dan permukaannya menunjukkan supurasi.
Gambar 8Pemphigus Vulgaris.11
6. Keadaan lainnya
Kelompok lainnya dari keadaan berbeda yang menyerupai desquamative
gingivitis antara lain lesi fractitious, candidiasis, penyakit graft versus host,
granulomatosis wagener, gingivitis benda asing, sindroma kindler, dan bahkan
karsinoma sel skuamosa. Keadaan ini membuat tenaga medis dan dokter sulit
untuk menentukan dan menetapkan diagnosis.3
Lesi fractitious dihasilkan dari luka yang dilakukan secara sadar dan
dimaksudkan tanpa motif jelas. Desquamative gingivitis telah dilaporkan dalam
beberapa literatur dan sulit untuk menetapkan diagnosisnya pada desquamative
gingivitis terlihat hanya setelah tes laboratorium yang ekstensif dan memakan
biaya mahal dan sulit untuk menerangkan awal terjadinya lesi.3
Candidiasis merupakan keadaan yang menyerupai desquamative gingivitis
dan merupakan keadaan yang jarang timbul pada jaringan gingiva.
Penyakit gravt versus host terkadang menyerupai desquamative gingivitis
dan dapat terjadi pada penerima transplantasi sumsum tulang allogenik.(Gambar 9)
Gambar 9Penyakit gravt versus host.10
Granulomatosis wegener adalah penyakit sistemik yang pada awalnya
nampak sebagai perubahan yang terbatas pada jaringan gingiva. Biasanya jaringan
gingiva terlihat eritema dan membesar dan disebut sebagai “gusi stroberi”.
Keadaan ini menunjukkan seperti desquamative gingivitis.(Gambar 10)
Gambar 10Granulomatosis wegener.10
Sindroma kindler ditandai dengan adanya bulla kutaneus neonatal, po
kiloderma, photosensitivity, dan acral atrofi juga dapat ditemukan dengan lesi oral
yang secara klinis sesuai dengan desquamative gingivitis.
Kegagalan untuk mengevaluasi pasien secara tepat dan sistemik dengan
keadaan klinis yang sesuai dengan desquamative gingivitis dapat menghasilkan
hasil yang tidak baik. Hal ini terutama benar ketika menetapkan terapi untuk
desquamative gingivitis putative (perkiraan/dugaan) sebelum mendapatkan biopsi
jaringan lesi. Dua sampel yang secara klinis didiagnosis sebagai desquamative
gingivitis dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis dan imunofluorescence
tidak dilakukan untuk mengetahui awal dari lesi gingiva. Pada kasus-kasus ini,
harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pasien secara teliti atau meresepkan
steroid topikal untuk beberapa bulan. Kurangnya respons jaringan gingiva