Upload
stephanie-figueroa
View
66
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Flavonoid
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh
seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy
memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter
untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata
dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa
senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus
limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme
aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi, alat
komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang
selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau
mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat)
maupun bersifat positif (menstimulasi) (Lenny,2006).
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa bahan alam
yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid pada umumnya
mempunyai kerangka flavon C6-C3-C6, dengan tiga atom karbon sebagai
jembatan antara gugus fenil yang biasanya juga terdapat atom oksigen.
Berdasarkan pada tingkat ketidakjenuhan dan oksidasi dari segmen karbon,
flavonoid selanjutnya dibagi menjadi beberapa kelas seperti pada Gambar
6. Senyawa ini biasanya terdapat sebagai pigmen tumbuhan untuk menarik
pollinators, atau sebagai bahan pertahanan bagi tumbuhan untuk melawan
serangga dan mikroorganisme (Rosa, Emilio, & Gustavo, 2010: 132).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-
C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan
dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai
glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu
tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida (Harbone, 1987). Aglikon
3
flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai
bentuk struktur (Markham, 1988).
Gambar 2.1 Struktur Umum Flavonoid (Achmad, 1986).
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa
C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
benzena) 6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang
berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin
heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut
pola yang berlainan (Robinson, 1991).
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat
banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid
bertindaksebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida
dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.
Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu
merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional
untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson, 1995).
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam
(Harbone, 1987). Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan
larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,
dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada
flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air
dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan
pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang
4
polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
ermetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform (Markham, 1988). Analisa flavonoid lebih baik dengan memeriksa
aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis
sebelummemperhatikan kerumitan glikosida yang ada dalam ekstrak asal
(Harbone, 1987).
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena
merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar
sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton,
air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping itu dengan
adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga
cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Markham,1988).
2.2.Klasifikasi Flavonoid
Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin
aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan
susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur
senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
5
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang
berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang
terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini
mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan
atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan
oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru.
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida.
Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang
menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene.
Menurut Markham (1988), kerangka dasar flavonoid ada empat dimana
struktur dan sistem penomorannya diberikan dibawah:
Gambar 2.2 Kerangka Dasar Flavonoid
Berdasarkan kerangka dasar dan sejumlah sifatnya, senyawa
flavonoid diklompokkan menjadi 11 golongan. Masing-masing golongan
tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut (Markham,1988) :
6
Gambar 2.3. Golongan Kelas Flavonoid
Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis yang
sama, yang memasukan prazat dari alur ‘sikimat’ dan alur ‘asetat-malonat’,
flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua alur itu bertemu.
Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ialah khalkon dan
semua bentuk lain diturunkan darinya melalui berbagai alur. Modifikasi
flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap dan
menghasilkan : penambahan atau pengurangan hidroksilasi, metilasi gugus
hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfate, dan yang
terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoid O-
glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida) (Waji dan
Andis,2009).
7
a. Flavonoid O-glikosida
Flavonoid O-glikosida merupakan senyawa yang mana terdapat
satu gula atau lebih berikatan secara hemiasetal pada gugus hidroksi
dari flavonoid yang tidak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan
flavonoid menjadi kurang rektif dan lebih mudah larut dalam air gula
yang paling umum terlibat adalah glukosa, walau pun galaktosa,
ramnosa xilosa, dan arabinosa sering juga terlibat. Ada kalanya juga
glikosida mengalami modifikasi lebih lanjut yaitu asilasi seperti pada
contoh berikut :
Gambar 2.4. Flavonoid O-glikosida
b. Flavonoid C-glikosida
Gula juga dapat terikat pada atom karbon flavonoid, dalam hal ini
terikat langsung pada inti benzene dengan satu ikatan karbon-karbon
yang tahan asam dibandingkan O-glikosida. Glikosida yang demikian
disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya
ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula
yang paling umum terlibat glukosa misalnya pada viteksin dan orientin,
dan juga galaktosa pada apigenin 8-C-galaktosida, ramnosa pada
violantin, xilosa pada visenin-1 dan arabinosa pada skaftosida. Seperti
pada O-glikosida, C-glikosida juga sering mengalami O-glikosilasi lebih
lanjut atau mengalami asilasi pada hidroksi gula.
8
Gambar 2.5. Flavonoid C-glikosida
c. Biflafonoid
Biflavonoid adalah flavonoid dimer. Flavonoid yang biasa terlibat
ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola
oksigenasi sederhana dan ikatan antar flavonoid berupa ikatan karbon-
karbon atau kadang-kadang ester. Banyak sifat kimia dan fisika
biflavonoid yang menyerupai monoflavonoid pembentuknya. Akibatnya
kadang-kadang biflavonoid sukar dikenalai. Meski demikian kromatografi
pada silica gel dapat membedakan monomer dan dimer dengan jelas
dan dapat dipastikan dengan cara peleburan basa atau dengan
spektoskopi massa. Contoh dari biflavonoid yaitu amentoflavon yang
memiliki struktur sebagai berikut :
Gambar 2.6. Biflafonoid
9
2.3.Manfaat Flavonoid
Flavonoid tidak lain adalah golongan senyawa bahan alam dari
senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi
flavonoid ini dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan, sehingga
dengan fungsinya ini flavonoid sangat baik untuk pencegahan kanker.
Manfaat flavonoid antara lain adalah melindungi struktur sel, sebagai
peningkat efektifitas vitamin c, mencegah peradangan (antiinflamasi),
mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik (Waji dan Andis,2009).
Beberapa manfaat flavonoid yang terkandung dalam sarang
semut adalah sebagai berikut (Waji dan Andids,2009) :
a. Antioksidan yang terkandung dalam flavonoid sangat baik untuk
pencegahan kanker.
b. Flavonoid mampu melindungi struktur sel atau jaringan yang ada
pada setiap bagian tubuh.
c. Flavonoid mengandung Vitamin C yang memiliki hubungan sinergis
yang baik bagi tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat
vitamin C dalam menurunkan kadar kolesterol dan memproduksi
bahan kimia tertentu pada otak. Selain itu, tingginya kandungan
antioksidan pada vitamin C juga dapat menyapu radikal bebas yang
merusak sel-sel dalam tubuh. Manfaat lain Vitamin C adalah
Mencegah stroke, Melawan kanker, Meningkatkan mood, Mengobati
infeksi vagina (BV), Memperbaiki kulit,dll.
d. Flavonoid berfungsi sebagai Anti inflamasi. Anti inflamasi adalah obat
yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan
gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu.
Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya
permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang,
dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya
terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin,
leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
10
e. Flavonoid berfungsi sebagai senyawa yang digunakan sebagai obat
untuk pencegahan secara dini terhadap pengeroposan tulang,
sebelum atau pada saat menopouse.
f. Flavonoid berfungsi sebagai antibiotik yang baik untuk
mempertahankan sistem kekebalan tubuh, yang menurut penelitian
secara medis sebagai pencegahan dan pengobatan asma, mata
katarak, diabetes, encok / rematik, migran, wasir dan penyakit
lainnya.
g. Flavonoid sudah banyak digunakan sebagai obat antivirus, seperti
HIV/AIDS dan virus herpes.
2.4.Tanaman yang Mengandung Senyawa Flavonoid
2.4.1. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore) Steenis)
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)
adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai
jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan
nama asalnya adalah Dheng shan chi. Di Indonesia tanaman ini
belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini
merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana.
Binahong tumbuh menjalar danpanjangnya dapat mencapai 5
meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada ketiak daun
terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar (Puspita dan Andriani,
2005).
11
Gambar 2.7 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis)
Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan,
mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya. Tanaman
binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) termasuk dalam
famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang
mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari
tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fito
farmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan
menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika,
tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana belum tertarik
untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat
sebagai obat telah diakui (Puspita dan Andriani, 2005).
Klasifikasi dari tanaman binahong adalah sebagai berikut
(Puspita dan Andriani. 2005) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
12
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis
Tanaman binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat
pendek (subsessile), pertulangan menyirip, tersusun berseling,
berwarna hijau muda, berbentuk jantung (cordata), memiliki
panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7 cm, helaian daun
tipis lemas, ujung runcing, pangkal berbelah, tepi rata atau
bergelombang, dan permukaan halus dan licin (Suyanto, 2009).
Tanaman binahong memiliki rhizoma. Rhizoma adalah batang
beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang
dan tumbuh mendatar, dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang
muncul di atas tanah dan dapat menjadi suatu tumbuhan baru.
Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan tempat
penimbunan zat-zat cadangan makanan. Rhizoma adalah
penjelmaan dari batang dan bukan akar, yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Suyanto, 2009) :
1 Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat
demikian.
2 Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik.
3 Mempunyai kuncup-kuncup.
4 Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, terkadang tumbuh ke
atas, muncul di atas tanah.
Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk
tandan atau malai panjang, bertangkai panjang, muncul di ketiak
daun, mahkota berwarna putih sampai krem berjumlah lima helai
tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5 - 1 cm dan
memiliki bau yang harum (Suyanto, 2009). Tanaman binahong
mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna
coklat kotor.
13
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis)
Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkhasiat mulai dari
akar, batang, dan daunnya. pemanfaatannya bisa direbus atau
dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Semakin praktis, kini
binahong dikemas dalam bentuk kapsul sehingga mudah
dikonsumsi. Khasiat dari tanaman binahong adalah melancarkan
dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, mencegah
stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan vitalitas
daya tahan tubuh, ambeien, melancarkan buang air kecil, buang
air besar, diabetes rematik, asam urat dan sariawan berat
(Suyanto, 2009).
c. Kandungan Kimia dari Tanaman Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis)
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)
mengandung senyawa flavonoid, polifenol, saponin, dan alkaloid.
Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi,
analgesi, antioksidan. Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui
efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidona,
pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin pada radang
(Rochani N, 2009).
Polifenol mudah larut dalam air karena berikatan dengan
gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.
Untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan
menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol
ke dalam larutan cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah,
ungu, biru atau hitam yang kuat (Rochani N, 2009).
Saponin tidak larut dalam pelarut non polar, paling cocok
diekstraksi dengan etanol atau metanol panas 70-96%, kemudian
lipid dan pigmen disingkirkan dari ekstrak dengan benzen
14
(Rochani N, 2009). Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa
yang mengandung satu atau lebih atom N, biasanya dalam
gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya
tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal, hanya sedikit yang
berupa cairan. Senyawa alkaloid dapat dideteksi dengan pereaksi
Dragendorf (Rochani N, 2009).
2.4.2. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora
L.)
Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.) adalah tanaman
obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Di
Pulau Jawa tanaman ini dikenal dengan sebutan asam selong,
belimbing londo, dewandaru dan di Pulau Sumatra, dewandaru
dikenal dengan sebutan cereme asam (Anonim, 2007).
Dewandaru termasuk dalam tanaman perdu tahunan
dengan rata-rata tinggi mencapai ± 5 m. Batangnya tegak
berkayu, bulat, coklat. Daunnya termasuk jenis daun tunggal,
tersebar, lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing dengan tepi
rata, pertulangan menyirip, panjang ± 5 cm, lebar ± 4 cm, dan
berwarna hijau. Bunganya merupakan bunga tunggal, berkelamin
dua, daun pelindung kecil, hijau, kelopak bertajuk tiga sampai
lima, benang sari banyak, putih, putik silindris, mahkota bentuk
kuku, dan berwarna kuning. Buah dewandaru berjenis buni, bulat,
diameter ± 1,5 cm, dan berwarna merah. Bijinya kecil, keras, dan
berwarna coklat. Akar termasuk akar tunggang, dan berwarna
coklat (Anonim, 2007).
Klasifikasi dari tanaman dewandaru adalah sebagai berikut
(Hutapea, 1994):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
15
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Jenis : Eugenia uniflora L.
Gambar 2.8 Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Secara empiris buah dewandaru (Eugenia uniflora L.)
berkhasiat sebagai obat batuk, kurap, disentri juga sebagai
antiinflamasi, dan anti diabetes (Reynertson and Kennelly, 2001).
Berbagai ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) diketahui
memiliki aktivitas antidiabetes dan antihipertensi (Auricchio and
Bacchi, 2003), antibakteri (Khotimah, 2004), antiradikal 5 (Utami,
dkk, 2005). Penelitian lain menyebutkan bahwa dewandaru dapat
berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis
dan oksidasi enzim, dan antiinflamasi (Pourmorad, et al, 2006).
Berdasarkan penelitian, senyawa yang diduga bertanggungjawab
16
sebagai antiradikal adalah flavonoid (Reynertson and Kennelly,
2001; Utami, dkk, 2005).
c. Kandungan Kimia dari Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)
Dewandaru memiliki beberapa kandungan kimia
diantaranya tannin, alkaloid, dan glikosida (Adebajo, et al, 1983),
lycopene, β-karoten, γ-karoten,ς-karoten, phytofluene, β-
cryptoxanthine, dan rubixanthin (Calvacante and Rodriguez-
Amaya, 1992), alkaloid indolizidin dan piperidin (Michael, 2002),
antosianin (Einbond, et al, 2004). Sedangkan pada daunnya kaya
akan minyak atsiri seperti furanodiene, β-elemene, dan α-cadinol
(Melo, et al, 2007).
2.4.3. Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kemuning (Murraya
paniculata (L.) Jack)
Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan
India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning bersosok perdu
dengan tinggi mencapai 8 meter. Selain tumbuh liar di semak
belukar, kemuning juga ditanam orang sebagai tanaman hias.
Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi
dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Daun
tumbuhan ini dapat digunakan sebagai penurun kadar kolesterol
dalam darah dengan kandungan kimia berupa tannin, flavanoid,
steroid, dan alkaloid (Harmanto, 2005).
Sistematika tumbuhan kemuning adalah sebagai berikut
(Harmanto, 2005):
Kingdom : Plantae ( plants )
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
17
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Murraya
Spesies : Murraya paniculata (L.) Jack.
Gambar 2.9 Tanaman kemuning Murraya paniculata (L.)
Jack.
Tumbuhan kemuning mempunyai nama lain adalah
sebagai berikut. Nama ilmiah ialah Murraya paniculata (L) Jack.
Nama lain tanaman kemuning ialah kamuning (Sunda), kemuning
(Jawa Tengah), kamoneng (Madura) Sumatera ,kemuning
(Melayu), kemunieng (Minangkabau) kemuning (Bali), kemuni
(Bima), kemuning (Sumba), Sukik (Roti), kamuning (Menado,
Makasar), kamoni (Bare), palopo (Bugis), eschi (Wetar), fanasa
(Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone (Buru). Nama Asing : Jiu
Li Xiang, Yueh Chu (C), Orange Jasmine (I), Ekangi, Bibzar
Koonti, Thanethha, May-Kay, Honey Bush, Cosmetic Box
(Dalimartha, 1999) .
Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon kecil.
Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi
tanaman sekitar 3-8 m. Batang kemuning keras, beralur, dan tidak
berduri. Daunnya majemuk bersirip ganjil dengan jumlah anak
18
daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian daun
bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing,
serta tepi rata atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm
dan lebar antara 1-3 cm. Permukaan daun licin, mengkilap, dan
berwarna hijau. Bunga kemuning majemuk dan berbentuk tandan
yang terdiri dari 1-8 bunga. Warnanya putih dan berbau harum.
Bunga-bunga kemuning keluar dari ketiak daun atau ujung
ranting. Buah kemuning berbentuk bulat telur atau bulat
memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih muda, buah
berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di
dalam buah terdapat dua buah biji (Iskandar, 2005).
b. Manfaat dan Khasiat Tumbuhan Kemuning Murraya paniculata
(L.) Jack
Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain
berkhasiat sebagai penurun kolesterol, kemuning juga berkhasiat
sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang,
antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh,
pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit (Iskandar, 2005).
Daun kemuning berkhasiat sebagai antitiroida (Ditjen POM, 1977).
c. Kandungan Kimia dari Tumbuhan Kemuning Murraya paniculata
(L.) Jack
Daun kemuning mengandung cadinena, metil-antranilat,
bisabolena, β-kariopilena, geraniol, carane-3, eugenol, citronelol,
metil-salisilat, s-guaiazulena, osthol, paniculatin, tanin, dan
coumurrayin (Iskandar, 2005). Daun kemuning mengandung
minyak atsiri, damar, tanin, glikosida murrayin (Ditjen POM, 1977).
2.4.4. Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)
19
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Sukun (Artocarpus communis
Forst)
Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan. Buah sukun
yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya
getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan
sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang
kemudian dikilapkan. Tanaman sukun merupakan tanaman hutan
yang tingginya mencapai 20 m, kayunya lunak dan kulit kayu
berserat kasar.Semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya
lebar sekali, berbentuk menjari, dan berbulu kasar. Batangnya
besar, agak lunak, dan bergetah banyak. Cabangnya banyak,
pertumbuhannya cenderung ke atas. Klasifikasi tumbuhan sukun
(Pitojo, 1999) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis Forst.
Nama lain : Seedless bread fruit (Inggris)
Pohon, daun dan bunga mirip keluwih. Buah bundar atau
agak bundar panjang, kulit mempunyai tonjolan seperti duri lunak,
daging kuning pucat atau keputihan, aroma sedap, tidak berbiji,
perbanyakannya dengan cara stek, dan sambung. Bunga jantan
berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel. Bunga betina
berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka.
20
Bunga betina merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada
nangka (Pitojo, 1999).
Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang
merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik. Penyerbukan bunga
dibantu oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung
kurang berperan dalam penyerbukan bunga. Pada buah sukun,
walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami
kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada
keluwih (Artocarpus communis) kedua proses dapat berlangsung
normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit
buah berduri lunak sekali. Duri buah keluwih merupakan bekas
tangkai putik bunga majemuk sinkarpik. Buah sukun mirip dengan
buah keluwih (timbul). Perbedaannya adalah duri buah sukun
tumpul, bahkan hampir tidak tampak pada permukaan buahnya.
Selain itu, buah sukun tidak berbiji (partenokarpi). Akar tanaman
sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping
dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering
digunakan untuk bibit (Pitojo, 1999).
Gambar 2.10 Tanaman kemuning Artocarpus communis Forst.
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Sukun (Artocarpus communis
Forst)
21
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin,
karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit
kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi,
yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. Sukun mempunyai
komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah
sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%,
abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%,
fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan
serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau bulat
panjang (Mustafa, A.M.,1998).
Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai
sumber vitamin A, B komplek dan vitamin C. Kandungan mineral
Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira
sama dengan yang ada dalam ubi jalar Kandungan zat gizi pada
buah sukun tergantung dari umur buah sukun atau tingkat
kematangan buah sukun. Kandungan gizi buah sukun muda
berbeda dengan kandungan gizi buah sukun yang sudah masak
(Makmur, L., et al., 1999).
2.4.5. Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Benalu Teh (Scurrula
atropurpurea (Bl.) Dans)
Benalu teh dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS
merupakan tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L).
Berbagai spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan
untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Benalu teh
dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS merupakan
tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L). Berbagai
spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk
mencegah dan mengobati berbagai penyakit (Purnomo, 2000).
22
Berdasarkan pengalaman, benalu yang menempel pada
tumbuhan tertentu telah digunakan dalam pengobatan tradisional.
Benalu pada umumnya digunakan sebagai obat campak,
sedangkan benalu pada jeruk nipis dimanfaatkan sebagai ramuan
obat untuk penyakit amandel. Benalu teh dan benalu mangga
sendiri digunakan sebagai obat kanker (Purnomo, 2000).
Berikut ialah klasifikasi dari tanaman benalu teh (Scurrula
atropurpurea (Bl.) Dans)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Santales
Famili : Loranthaceae
Genus : Scurrula
Spesies : Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans
Gambar 2.11 Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans)
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Benalu Teh (Scurrula
atropurpurea (Bl.) Dans)
Mekanisme kerja dari flavonoid benalu teh sebagai
vasodilator karena peran otot polos dan endotel pembuluh darah.
23
Pada umumnya pengobatan hipertensi yaitu pada organ target
pembuluh darah (sistem vaskular). Flavonoid benalu teh dalam
hal ini quercetin mampu bekerja langsung pada otot polos
pembuluh arteri dengan menstimulir atau mengaktivasi
Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF) sehingga
menyebabkan vasodilatasi. Beberapa penelitian tentang pengaruh
flavonoid tanaman teh pada fungsi bahwa kandungan dari
flavonoid yaitu polifenol dapat meningkatkan aktivitas dari Nitric
Oxide Synthase (NOS) pada sel endotel pembuluh darah.
Quercetin mempunyai potensi meningkatkan produksi Nitric
Oxide(NO) di sel endotel. Zat aktif tersebut mampu mensintesa
NO dalam endotel dan berdifusi secara langsung ke otot polos
selanjutnya merangsang guanylate cyclase untuk membentuk
cGMP sehingga terjadi vasodilatasi. Kemungkinan benalu teh
bersifat sebagai antagonisme kompetetif reseptor α sehingga
tidak terjadi aktivasi reseptor α .Diduga benalu teh menghambat 1
12+ 2+ kanal Ca sehingga tidak terjadi peningkatan Ca intrasel
dan terjadi defosforilasi MLC akhirnya tidak terjadi kontraksi
pembuluh darah arteri. Benalu teh mampu menghambat kontraksi
arteri, karena adanya peran endotel pembuluh darah. Secara
klinis, Endothelial Progenitor Cell (EPC) dapat memperbaiki
kondisi penyakit yang diawali dengan kerusakan sel endotel,
misalnya hipertensi. Flavonoid dari benalu teh mampu
memperbaiki disfungsi endotel melalui mekanisme reendotelisasi
(Athiroh, 2012).
Penelitian secara in vivo menunjukkan bahwa teh hijau
danteh hitam akan meningkatkan relaksasi pembuluh darahpada
wanita. Peran flavonoid pada ekstrak anggur bebasalkohol secara
nyata menurunkan tekanan darah sistol dandiastol jantung pada
model tikus hipertensi (Soares, 2002). Hasil penelitian tersebut
juga didukung oleh Negishi bahwapemberian polifenol teh
24
hitam (3,5 g/L thearubigins, 0,6g/L theaflavins, 0,5 g/L flavonols,
dan 0,4 g/L catechins) teh hijau (3,5 g/L catechins, 0,5 g/L
flavonols, dan 1 g/Lflavonoid polimer), secara nyata
menurunkan tekanandarah baik sistol maupun diastol pada
tikus mode hipertensi (Negishi, 2004). Penelitian yang telah
dilakukan olehAthiroh dkk tentang efek pemberian ekstrak kasar
Scurullaoortiana (benalu teh) dan Macrosolen javanus (benalu
jambu mawar) terhadap kontraktilitas pembuluh darah arteri
ekor tikus terpisah dengan atau tanpa endotel, menunjukkan
bahwa kedua benalu tersebut mampumenurunkan kontraksi
pembuluh darah arteri secara invitro karena peran endothel
(Athiroh, 2010).
Pemberian benalu teh pada pasien hipertensi mampu
memperbaiki atau mengembalikan fungsi endotel, seperti halnya
dengan pemberian α bloker. Benalu teh bersifat antagonisme
kompetetif reseptor α sehingga tidak terjadi 1 aktivasi reseptor
α. Pemberian quercetin pada model 1 ekspremen trakea tikus
secara in vitro menghambat kontraksi melalui presinaptik dan
possinaptik setelah distimulasi oleh listrik dan carbachol
(Capasso dkk, 2009). Benalu teh 2+ menghambat kanal Ca
sehingga tidak terjadi peningkatan 2+ Ca intrasel dan terjadi
defosforilasi MLC akhirnya tidak terjadi kontraksi otot arteri. V.
album mampu menurunkan kontaktilitas aorta ring tikus
setelah distimulasi oleh noradrenalin dan KCl, hal ini dibuktikan
dengan adanya pergeseran kurva respon konsentrasi ke kanan.
Efek vasorelaksasi terjadi juga melalui NO, hal ini 2+ karena NO
menghambat masuknya Ca . Oleh karena itu, V. album sebagai
vasodilator melalui stimulasi dari NO melalui jalur guanylate
cyclase serta melalui mekanisme 2+ Ca -dependent. Hipertensi
ditandai dengan peningkatan 2+ resistensi perifer mungkin karena
tingginya Ca dan atau disfungsi endotel. V. album sering
25
digunakan oleh rakyat Nigeria untuk pengobatan hipertensi
(Mojiminiyi, 2008). Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan cara
menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-
L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin
(kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin
(1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja
pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai obat antihipertensi,
sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem
konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung,
efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan
resistensi perifer (Aziza, 2007).
c. Kandungan Kimia dari Tanaman Benalu Teh (Scurrula
atropurpurea (Bl.) Dans)
Benalu, parasit yang pada awalnya dianggap tidak
bermanfaat ternyata berpotensi sebagai agen kemopreventif.
Benalu mangga (Dendrophthoe pentandra) dan benalu nangka
(Macrosolen cochinchinensis) sebagaimana benalu teh (Scurrula
oortina) mengandung senyawa flavonoid kuersetin yang memiliki
sifat antitumor. Mekanisme senyawa aktif dalam benalu tersebut
kemungkinan melalui aktivitas antioksidan. Kuersetin mampu
menghambat ekspresi protein p53 mutan, tirosin kinase, heat
shock protein dan siklooksigenase, serta menunjukkan afinitas
yang sama dengan tamoxifen pada estrogen reseptor. Kuersetin
dapat dapat dikombinasikan dengan agen kemoterapi, misalnya
tamoxifen, cisplatin dan busulphan, sehingga dapat mengurangi
besarnya dosis kemoterapi yang diperlukan dan menurunkan efek
sampingnya (Athiroh, 2012).
Benalu teh pada umumnya mengandung flavonoid terdiri
dari quersetin, chalcone, dan turunan flavon), terpen (misalnya
beta-amyrin, betulinic acid, oleanic acid, betasitosterol,
26
stigmasterol, ursolic acid, lupeol,dan kombinasi ester),
amine(misalnya; acetylcholine, choline, histamine, GABA dan
tyramine), serta viscotoxins A2, A3 and B. Benalu teh juga
mengandung komponen fenolic termasuk caffeic dan myristic
acid, lectins, fatty acids, sugars, and tannins. Zat aktif yang
berkhasiat sebagai hiopotensi acetylcholine, histamine, GABA,
tyramine dan flavonoid (Ohashi, 2003).
Kandungan kima yang terdapat dalam benalu adalah
flavonoid, tanin, asam amino, karbohidrat, alkaloid dan saponin
(Ritcher, 1992). Berdasarkan berbagai penelitian, senyawa dalam
benalu yang diduga memiliki aktivitas antikanker adalah flavonoid,
yaitu kuersetin yang bersifat inhibitor terhadap enzim DNA
topoisomerase sel kanker (Hegnauer, 1966).
2.4.6. Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola Linn.)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Belimbing (Averrhoa
carambola Linn.)
Belimbing manis merupakan tanaman berbentuk pohon,
tinggi mencapai 12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak
mendatar sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Berbunga
sepanjang tahun sehingga buahnya tak kenal musim
(Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
Daun belimbing manis berupa daun majemuk menyirip
ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi
rata, permukaan atas mengilap, permukaan bawah buram,
panjang 1,75-9 cm, dan lebar 1,25-4,5 mm. Bunga majemuk
tersusun dengan baik, warnanya merah keunguan, keluar dari
ketiak daun dan di ujung cabang, ada juga yang keluar dari
dahannya. Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila
dipotong melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-12,5 cm,
berdaging, dan banyak mengandung air, saat masak warnanya
27
kuning. Rasanya manis sampai asam. Biji berwarna putih kotor
kecoklatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip
(Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
Buah dan daun mengandung kristal asam oksalat sehingga
rasanya asam. Air perasan belimbing dapat dipakai untuk
menghilangkan karat pada logam. Perbanyakan dengan biji,
okulasi, atau cangkok (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).
Klasifikasi tanaman belimbing Averrhoa carambola Linn.)
(Tjitrosoepomo, 2000) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola Linn.
Gambar 2.12 Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola Linn.)
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Belimbing
Tumbuhan belimbing manis memiliki efek farmakologis
seperti antiradang usus, antimalaria, antirematik, analgesik,
28
peluruh liur,peluruh kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan
sebagai pelembut kulit. Bagian buah secara empiris juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat untuk tekanan darah tinggi,
menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah
kanker,memperlancar pencernaan, obat batuk, peluruhair
kencing, peluruh lemak, dan radang usus (Wiryowidagdo dan
Sitanggang, 2002; Arisandi dan Yovita, 2005; Rukmana, 1996).
c. Kandungan Kimia Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola
Linn.)
Efek farmakologis dari buah belimbing manis ini
kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan
beberapa senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti;
senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, protein,
lemak,kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C
(Wiryowidagdo dan Sitanggang,2002).
2.4.7. Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola Linn.)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Tempuyung (Averrhoa
carambola Linn.)
Tempuyung adalah tanaman tahunan, tinggi 1-2 m, akar
tunggang kokoh, batang berusik, bergetah putih. Daun bagian
bawah terpusat membentuk roset, bentuk lonjong atau berbentuk
lancet, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur, pangkal daun
berbentuk panah atau jantung. Ujung daun bercuatan pendek,
panjang daun 6-48 cm, lebar daun 10 cm. Bunga berbentuk
bonggol yang bergabung dalam malai, bonggol bunga berukuran
2 cm -2,5 cm, panjang bonggol 1 cm-8 cm, mahkota bunga
panjang 2 cm sampai 2,5 cm, mula-mula berwarna kuning terang,
lama-kelamaan berwarna coklat. Panjang biji 4 mm sampai 4,5
mm, berusuk, panjang papus 1,5 cm.
29
Tumbuh liar di Jawa, di daerah yang banyak hujan pada
ketinggian 50 m sampai 1.650 m di atas permukaan laut. Tumbuh
di 2 tempat terbuka atau sedikit kenaungan, di tempat yang
bertebing di pematang, di pnggir saluran air. Klasifikasi tanaman
belimbing Averrhoa carambola Linn.) (Tjitrosoepomo, 2000) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa carambola Linn.
Gambar 2.13 Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola Linn.)
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola
Linn.)
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung
berupa ion-ion mineral, seperti diuret; kalium; magnesium;
natrium; dan senyawa iureti, seperti flavonoid (kaempferol,
luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-glukosida), kumarin,
30
taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan
vanilat). Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar
0,1044%. Sementara itu, kandungan senyawa flavonoid total
dalam akar sekitar 0,5%. Flavonoid terbesar yang terkandung
dalam akar adalah apigenin-7-O-glukosida (Winarto, 2004).
c. Kandungan Kimia Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola
Linn.)
Efek farmakologis dari tanaman tempuyung selain berguna
sebagai antiradang, senyawa flavonoid dalam daun tempuyung
juga berguna untuk menjaga kesehatan. Senyawa ini bermanfaat
untuk memperkuat dinding kapiler (Winarto, 2004:6-7).
Tempuyung dapat digunakan sebagai diuretik, obat batu ginjal,
kegemukan (Dalimarta,2002 ; 158). Selain itu ekstrak tempuyung
bisa memecah batu ginjal dan batu saluran kencing
(Winarto,2004).
2.4.8. Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Temu Hitam (Curcuma
aeruginosa Roxb)
Temu ireng merupakan tumbuhan semak, batang berwarna
hijau dan agak lunak karena merupakan batang semu yang
tersusun atas kumpulan pelepah daun, panjang batang kurang
lebih 50 cm, dan tinggi tumbuhan dapat mencapai 2 meter. Temu
ireng merupakan tumbuhan yang dapat hidup secara liar di hutan-
hutan jati, Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) adalah
sejenis tumbuhanan yang rimpangnya dimanfaatkan sebagai
campuran obat atau jamu (Hyene, 2006).
Tinggi tanaman temu ireng mencapai dua meter dan lebar
rumpun 26,90 cm. Jika ditanam di dataran rendah, tiap rumpun
dapat menghasilkan dua belas anakan; sedangkan di dataran
31
tinggi hanya sekitar lima anakan per rumpun. Permukaan daun
bagian atas bergaris menyirip dan pinggiran daun rata. Daun tidak
berbulu dan ibu tulang daun atau kedua sisinya berwarna cokelat
merah sampai ungu. Ukuran panjang daun rata-rata 39,20 cm dan
lebar 12,20 cm. Jumlah 7 daun mencapai enam helai per rumpun.
Tanaman ini berbunga pada umur lima bulan. Bunga berwarna
ungu, sedangkan tangkai bunga berwarna hijau. Jika dipotong
melintang, rimpang berwarna putih dan berbentuk cincin. Jika
diirisiris, rimpang akan tampak seperti cincin berwarna biru atau
kelabu. Kulit rimpang tua umumnya berwarna putih kotor,
sedangkan dagingnya kelabu. Rimpang cukup harum dan berasa
getir. Kedalaman rimpang sekitar 11,60 cm; dengan panjang akar
17 cm, ketebalan rimpang muda sekitar 2,20 cm. Jumlah rimpang
tua rumpun sekitar sembilan buah; sedangkan rimpang muda
sekitar lima buah. Komponen utama yang terkandung dalam
minyak rimpang temu ireng terdiri atas terpen, alkohol, ester,
mineral, minyak atsiri, lemak, damar, dan kurkumin (Rahmat,
2004).
Klasifikasi tanaman temu hutam sebagai berikut (Hyene,
2006):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma aeruginosa Roxb
32
Gambar 2.14 Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)
b. Khasiat Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)
Mengenai ekstrak rimpang temu ireng mempunyai daya
mukolitik lebih hat dari pada minyak atsirinya mungkin disebabkan
dalam ekstrak temu ireng terdapat potensiasi dari segala senyawa
yang terkandung dalam rimpang temu ireng. Dengan adanya
senyawa kandungan yang lain, misalnya flavonoid, mempunyai
berhagai efek yang menguntungkan guna penyembuhan radang,
sepeni efek anti bakteri, anti virus, antiseptik, antihistamin
(Dzulkarnain et al., 1996).
Curcuma banyak dimanfaatkan sebagai antimikroba karena
kandungan senyawa aktifnya mampu mencegah pertumbuhan
mikroba. Tanaman ini terdiri dari beberapa spesies diantaranya
Curcuma xanthorriza (temulawak), C. Domestica (kunyit), C.
mangga (temu mangga), C. zedoaria (temu putih), C. heyneana
(temu giring) dan C. aeruginosa (temu hitam) (Tjitrosoepomo,
1994). Rimpang curcuma ini sering digunakan dalam pengobatan
tradisonal (Hernani dan Rahardjo, 2002) diantaranya mengobati
keputihan, diare, obat jerawat dan gatal-gatal (Rukmana, 2004).
33
Curcuma juga berpeluang sebagai obat infeksi yang disebabkan
oleh mikroba patogen seperti C. albicans, S. aureus dan E. coli
(Jawetz et al., 2005). Penggunaan curcuma ini sebagai obat
tradisional dapat dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan
dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996).
c. Kandungan Kimia Tanaman Temu Hitam (Curcuma
aeruginosa Roxb)
Rimpang temu ireng mengandung saponin, minyak
atsiri,flavonoid, kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral,
minyak dansaponin. Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat
pada irisan temu ireng,dan kadar minyak atsiri maksimal terdapat
pada waktu rimpang belum bertunas dan mengeluarkan batang
atau daun yang tumbuh. (Widyawati M, Darsono FI, Senny YE,
2003).
2.4.9. Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav.)
Sirih merah menjalar seperti sirih hijau, batangnya bersulur
dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm dengan setiap buku
tumbuh bakal akar. Daunnya bertangkai membentuk jantung
dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, mengkilap atau tidak
berbulu, dan mempunyai warna yang khas yaitu permukaan atas
hijau gelap berpadu dengan tulang daun berwarna merah hati
keunguan. Daun berasa pahit, berlendir, serta mempunyai bau
yang khas seperti sirih (Sudewo 2005).
Sirih merah bisa tumbuh dengan baik di tempat yang teduh
dan tidak terlalu banyak kena sinar matahari. Apabila terlalu
sering terkena sinar matahari maka warna merah daunnya bisa
menjadi pudar, buram, kurang menarik dan batangnya cepat
34
mengering. Sirih merah akan tumbuh baik jika mendapatkan 60-
75% cahaya matahari sehingga tempat tumbuh yang paling cocok
untuk sirih merah pada lingkungan berhawa dingin. Saat musim
hujan banyak sirih merah yang mati akibat batangnya yang busuk
dan daunnya rontok (Sudewo 2005).
Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam
famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun
menyerupai hati dan bertangkai serta tumbuh berselang-seling
dari batangnya. Daunnya berwarna merah keperakan dan
mengkilap saat terkena cahaya. Bagian ujung dari daun sirih
merah meruncing. Permukaan daunnya tidak merata. Sirih merah
tumbuh merambat di pagar atau di pohon (Sudewo, 2005). Yang
membedakan dengan sirih hijau adalah sirih merah memiliki daun
yang berwarna merah keperakan, bila daunnya sobek maka akan
berlendir serta aromanya lebih wangi (Manoi, 2007).
Klasifikasi tanaman sirih merah sebagai berikut (Manoi,
2007):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav.
35
Gambar 2.15 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)
b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav.)
Sirih termasuk tanaman dari suku piperaceae yang
merambat dan bersandar pada batang pohon lain (Duryatmo
2005). Sirih mengandung kavibetol dan kavikol yang sifat
antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol
biasa. Selain sebagai antiseptik, sirih juga dapat digunakan untuk
mengobati sakit mata, eksim, bau mulut, pendarahan gusi,
mimisan, sariawan, luka, sakit gigi, dan menjaga kesehatan alat
kelamin wanita (Mursito 2002).
Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu jenis
sirih yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias pada tahun
1900-an. Namun sekarang mengalami perubahan fungsi menjadi
tanaman obat sejak dikenalkan oleh Bambang Sudewo, seorang
produsen tanaman obat di Blunyahrejo (Duryatmo 2005).
Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan sirih merah
adalah hipertensi, leukemia, diabetes melitus, batu ginjal, radang
prostat, jantung koroner, ambien, asam urat, dan hepatitis.
Dewasa ini dikenal jenis sirih yang lain, yaitu sirih merah (Piper
crocatum) yang menarik banyak perhatian pakar herbal.
Kemampuan sirih merah untuk mengobati berbagai jenis penyakit
seperti obat hipertensi, diabetes melitus, leukimia, kanker
payudara, radang mata serta keputihan (Duryatmo,2005).
Tanaman sirih merah mempunyai banyak manfaat dalam
pengobatan tradisional, mempunyai potensi menyembuhkan
banyak penyakit misalnya diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal,
menurunkan kolesterol, mencegah asam urat, hipertensi, radang
liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maagh, kelelahan,
36
nyeri sendi, dan menghaluskan kulit. Selain itu sirih merah dapat
berfungsi sebagai antibakteri (Damayanti, 2006).
c. Kandungan Kimia Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.)
Senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun sirih
merah meliputi alkaloid, saponin, tannin, dan flavonoid (Puruhito
dalam Sudewo, 2008). Flavonoid bekerja menghambat fase
penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan
siklooksigenase. Flavonoid juga menghambat fosfodiesterase,
aldoreduktase, monoamine oksidase, protein kinase, DNA
polymerase dan lipooksigenase (Robinson, 1995). Tanin diketahui
mempunyai aktifitas antiinflamasi, astringen, antidiare, diuretik
dan antiseptik (Khanbabaee dan Ree, 2001). Sedangkan aktivitas
farmakologi saponin yang telah dilaporkan antara lain sebagai
antiinflamasi,antibiotik, antifungi, antivirus, hepatoprotektor serta
antiulcer (Soetan, 2006).
37