49
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Flavonoid Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi, alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi) (Lenny,2006). Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa bahan alam yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid pada umumnya mempunyai kerangka flavon C6-C3- C6, dengan tiga atom karbon sebagai jembatan antara gugus fenil yang biasanya juga terdapat atom oksigen. Berdasarkan pada tingkat ketidakjenuhan dan oksidasi dari segmen karbon, flavonoid selanjutnya dibagi menjadi 3

BAB II.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Flavonoid

Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh

seorang Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy

memberikan ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter

untuk mengobati penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata

dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa

senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus

limon juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme

aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi, alat

komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang

selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau

mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat)

maupun bersifat positif (menstimulasi) (Lenny,2006).

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa bahan alam

yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid pada umumnya

mempunyai kerangka flavon C6-C3-C6, dengan tiga atom karbon sebagai

jembatan antara gugus fenil yang biasanya juga terdapat atom oksigen.

Berdasarkan pada tingkat ketidakjenuhan dan oksidasi dari segmen karbon,

flavonoid selanjutnya dibagi menjadi beberapa kelas seperti pada Gambar

6. Senyawa ini biasanya terdapat sebagai pigmen tumbuhan untuk menarik

pollinators, atau sebagai bahan pertahanan bagi tumbuhan untuk melawan

serangga dan mikroorganisme (Rosa, Emilio, & Gustavo, 2010: 132).

Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-

C3-C6. Tiap bagian C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan

dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan rantai alifatik, seperti

ditunjukkan pada Gambar 1. Tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai

glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu

tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida (Harbone, 1987). Aglikon

3

Page 2: BAB II.docx

flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai

bentuk struktur (Markham, 1988).

Gambar 2.1 Struktur Umum Flavonoid (Achmad, 1986).

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa

C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin

benzena) 6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang

berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin

heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut

pola yang berlainan (Robinson, 1991).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat

banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid

bertindaksebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida

dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.

Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu

merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional

untuk mengobati gangguan fungsi hati (Robinson, 1995).

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam

(Harbone, 1987). Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai

sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan

larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,

dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada

flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air

dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan

pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang

4

Page 3: BAB II.docx

polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang

ermetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan

kloroform (Markham, 1988). Analisa flavonoid lebih baik dengan memeriksa

aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis

sebelummemperhatikan kerumitan glikosida yang ada dalam ekstrak asal

(Harbone, 1987).

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia

senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena

merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar

sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton,

air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping itu dengan

adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga

cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Markham,1988).

2.2.Klasifikasi Flavonoid

Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin

aromatis yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan

susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur

senyawa flavonoid yaitu:

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

5

Page 4: BAB II.docx

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang

berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang

terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini

mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan

atom karbon yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan

oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru.

Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan

cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar

menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida.

Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang

menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene.

Menurut Markham (1988), kerangka dasar flavonoid ada empat dimana

struktur dan sistem penomorannya diberikan dibawah:

Gambar 2.2 Kerangka Dasar Flavonoid

Berdasarkan kerangka dasar dan sejumlah sifatnya, senyawa

flavonoid diklompokkan menjadi 11 golongan. Masing-masing golongan

tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut (Markham,1988) :

6

Page 5: BAB II.docx

Gambar 2.3. Golongan Kelas Flavonoid

Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis yang

sama, yang memasukan prazat dari alur ‘sikimat’ dan alur ‘asetat-malonat’,

flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua alur itu bertemu.

Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ialah khalkon dan

semua bentuk lain diturunkan darinya melalui berbagai alur. Modifikasi

flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada berbagai tahap dan

menghasilkan : penambahan atau pengurangan hidroksilasi, metilasi gugus

hidroksil atau inti flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfate, dan yang

terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoid O-

glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida) (Waji dan

Andis,2009).

7

Page 6: BAB II.docx

a. Flavonoid O-glikosida

Flavonoid O-glikosida merupakan senyawa yang mana terdapat

satu gula atau lebih berikatan secara hemiasetal pada gugus hidroksi

dari flavonoid yang tidak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan

flavonoid menjadi kurang rektif dan lebih mudah larut dalam air gula

yang paling umum terlibat adalah glukosa, walau pun galaktosa,

ramnosa xilosa, dan arabinosa sering juga terlibat. Ada kalanya juga

glikosida mengalami modifikasi lebih lanjut yaitu asilasi seperti pada

contoh berikut :

Gambar 2.4. Flavonoid O-glikosida

b. Flavonoid C-glikosida

Gula juga dapat terikat pada atom karbon flavonoid, dalam hal ini

terikat langsung pada inti benzene dengan satu ikatan karbon-karbon

yang tahan asam dibandingkan O-glikosida. Glikosida yang demikian

disebut C-glikosida. Sekarang gula yang terikat pada atom C hanya

ditemukan pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula

yang paling umum terlibat glukosa misalnya pada viteksin dan orientin,

dan juga galaktosa pada apigenin 8-C-galaktosida, ramnosa pada

violantin, xilosa pada visenin-1 dan arabinosa pada skaftosida. Seperti

pada O-glikosida, C-glikosida juga sering mengalami O-glikosilasi lebih

lanjut atau mengalami asilasi pada hidroksi gula.

8

Page 7: BAB II.docx

Gambar 2.5. Flavonoid C-glikosida

c. Biflafonoid

Biflavonoid adalah flavonoid dimer. Flavonoid yang biasa terlibat

ialah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola

oksigenasi sederhana dan ikatan antar flavonoid berupa ikatan karbon-

karbon atau kadang-kadang ester. Banyak sifat kimia dan fisika

biflavonoid yang menyerupai monoflavonoid pembentuknya. Akibatnya

kadang-kadang biflavonoid sukar dikenalai. Meski demikian kromatografi

pada silica gel dapat membedakan monomer dan dimer dengan jelas

dan dapat dipastikan dengan cara peleburan basa atau dengan

spektoskopi massa. Contoh dari biflavonoid yaitu amentoflavon yang

memiliki struktur sebagai berikut :

Gambar 2.6. Biflafonoid

9

Page 8: BAB II.docx

2.3.Manfaat Flavonoid

Flavonoid tidak lain adalah golongan senyawa bahan alam dari

senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi

flavonoid ini dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan, sehingga

dengan fungsinya ini flavonoid sangat baik untuk pencegahan kanker.

Manfaat flavonoid antara lain adalah melindungi struktur sel, sebagai

peningkat efektifitas vitamin c, mencegah peradangan (antiinflamasi),

mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik (Waji dan Andis,2009).

Beberapa manfaat flavonoid yang terkandung dalam sarang

semut adalah sebagai berikut (Waji dan Andids,2009) :

a. Antioksidan yang terkandung dalam flavonoid sangat baik untuk

pencegahan kanker.

b. Flavonoid mampu melindungi struktur sel atau jaringan yang ada

pada setiap bagian tubuh.

c. Flavonoid mengandung Vitamin C yang memiliki hubungan sinergis

yang baik bagi tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat

vitamin C dalam menurunkan kadar kolesterol dan memproduksi

bahan kimia tertentu pada otak. Selain itu, tingginya kandungan

antioksidan pada vitamin C juga dapat menyapu radikal bebas yang

merusak sel-sel dalam tubuh. Manfaat lain Vitamin C adalah

Mencegah stroke, Melawan kanker, Meningkatkan mood, Mengobati

infeksi vagina (BV), Memperbaiki kulit,dll.

d. Flavonoid berfungsi sebagai Anti inflamasi. Anti inflamasi adalah obat

yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena

mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan

gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu.

Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya

permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang,

dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya

terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin,

leukotrin, Prostaglandin dan PAF.

10

Page 9: BAB II.docx

e. Flavonoid berfungsi sebagai senyawa yang digunakan sebagai obat

untuk pencegahan secara dini terhadap pengeroposan tulang,

sebelum atau pada saat menopouse.

f. Flavonoid berfungsi sebagai antibiotik yang baik untuk

mempertahankan sistem kekebalan tubuh, yang menurut penelitian

secara medis sebagai pencegahan dan pengobatan asma, mata

katarak, diabetes, encok / rematik, migran, wasir dan penyakit

lainnya.

g. Flavonoid sudah banyak digunakan sebagai obat antivirus, seperti

HIV/AIDS dan virus herpes.

2.4.Tanaman yang Mengandung Senyawa Flavonoid

2.4.1. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis)

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

adalah tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai

jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan

nama asalnya adalah Dheng shan chi. Di Indonesia tanaman ini

belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini

merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana.

Binahong tumbuh menjalar danpanjangnya dapat mencapai 5

meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada ketiak daun

terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar (Puspita dan Andriani,

2005).

11

Page 10: BAB II.docx

Gambar 2.7 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis)

Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan,

mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya. Tanaman

binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) termasuk dalam

famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang

mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari

tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fito

farmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan

menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika,

tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana belum tertarik

untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat

sebagai obat telah diakui (Puspita dan Andriani, 2005).

Klasifikasi dari tanaman binahong adalah sebagai berikut

(Puspita dan Andriani. 2005) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Basellaceae

12

Page 11: BAB II.docx

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

Tanaman binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat

pendek (subsessile), pertulangan menyirip, tersusun berseling,

berwarna hijau muda, berbentuk jantung (cordata), memiliki

panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7 cm, helaian daun

tipis lemas, ujung runcing, pangkal berbelah, tepi rata atau

bergelombang, dan permukaan halus dan licin (Suyanto, 2009).

Tanaman binahong memiliki rhizoma. Rhizoma adalah batang

beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang

dan tumbuh mendatar, dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang

muncul di atas tanah dan dapat menjadi suatu tumbuhan baru.

Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan tempat

penimbunan zat-zat cadangan makanan. Rhizoma adalah

penjelmaan dari batang dan bukan akar, yang memiliki ciri-ciri

sebagai berikut (Suyanto, 2009) :

1 Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat

demikian.

2 Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik.

3 Mempunyai kuncup-kuncup.

4 Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, terkadang tumbuh ke

atas, muncul di atas tanah.

 Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk

tandan atau malai panjang, bertangkai panjang, muncul di ketiak

daun, mahkota berwarna putih sampai krem berjumlah lima helai

tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5 - 1 cm dan

memiliki bau yang harum (Suyanto, 2009). Tanaman binahong

mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan berwarna

coklat kotor.

13

Page 12: BAB II.docx

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis)

Seluruh bagian tanaman menjalar ini berkhasiat mulai dari

akar, batang, dan daunnya. pemanfaatannya bisa direbus atau

dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Semakin praktis, kini

binahong dikemas dalam bentuk kapsul sehingga mudah

dikonsumsi. Khasiat dari tanaman binahong adalah melancarkan

dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, mencegah

stroke, asam urat, maag, menambah dan mengembalikan vitalitas

daya tahan tubuh, ambeien, melancarkan buang air kecil, buang

air besar, diabetes rematik, asam urat dan sariawan berat

(Suyanto, 2009).

c. Kandungan Kimia dari Tanaman Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis)

Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

mengandung senyawa flavonoid, polifenol, saponin, dan alkaloid.

Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi,

analgesi, antioksidan. Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui

efek penghambatan pada jalur metabolisme asam arakhidona,

pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin pada radang

(Rochani N, 2009).

Polifenol mudah larut dalam air karena berikatan dengan

gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.

Untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan

menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol

ke dalam larutan cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah,

ungu, biru atau hitam yang kuat (Rochani N, 2009).

Saponin tidak larut dalam pelarut non polar, paling cocok

diekstraksi dengan etanol atau metanol panas 70-96%, kemudian

lipid dan pigmen disingkirkan dari ekstrak dengan benzen

14

Page 13: BAB II.docx

(Rochani N, 2009). Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa

yang mengandung satu atau lebih atom N, biasanya dalam

gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya

tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal, hanya sedikit yang

berupa cairan. Senyawa alkaloid dapat dideteksi dengan pereaksi

Dragendorf (Rochani N, 2009).

2.4.2. Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora

L.)

Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.) adalah tanaman

obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Di

Pulau Jawa tanaman ini dikenal dengan sebutan asam selong,

belimbing londo, dewandaru dan di Pulau Sumatra, dewandaru

dikenal dengan sebutan cereme asam (Anonim, 2007).

Dewandaru termasuk dalam tanaman perdu tahunan

dengan rata-rata tinggi mencapai ± 5 m. Batangnya tegak

berkayu, bulat, coklat. Daunnya termasuk jenis daun tunggal,

tersebar, lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing dengan tepi

rata, pertulangan menyirip, panjang ± 5 cm, lebar ± 4 cm, dan

berwarna hijau. Bunganya merupakan bunga tunggal, berkelamin

dua, daun pelindung kecil, hijau, kelopak bertajuk tiga sampai

lima, benang sari banyak, putih, putik silindris, mahkota bentuk

kuku, dan berwarna kuning. Buah dewandaru berjenis buni, bulat,

diameter ± 1,5 cm, dan berwarna merah. Bijinya kecil, keras, dan

berwarna coklat. Akar termasuk akar tunggang, dan berwarna

coklat (Anonim, 2007).

Klasifikasi dari tanaman dewandaru adalah sebagai berikut

(Hutapea, 1994):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

15

Page 14: BAB II.docx

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Jenis : Eugenia uniflora L.

Gambar 2.8 Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

Secara empiris buah dewandaru (Eugenia uniflora L.)

berkhasiat sebagai obat batuk, kurap, disentri juga sebagai

antiinflamasi, dan anti diabetes (Reynertson and Kennelly, 2001).

Berbagai ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) diketahui

memiliki aktivitas antidiabetes dan antihipertensi (Auricchio and

Bacchi, 2003), antibakteri (Khotimah, 2004), antiradikal 5 (Utami,

dkk, 2005). Penelitian lain menyebutkan bahwa dewandaru dapat

berfungsi sebagai penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis

dan oksidasi enzim, dan antiinflamasi (Pourmorad, et al, 2006).

Berdasarkan penelitian, senyawa yang diduga bertanggungjawab

16

Page 15: BAB II.docx

sebagai antiradikal adalah flavonoid (Reynertson and Kennelly,

2001; Utami, dkk, 2005).

c. Kandungan Kimia dari Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L.)

Dewandaru memiliki beberapa kandungan kimia

diantaranya tannin, alkaloid, dan glikosida (Adebajo, et al, 1983),

lycopene, β-karoten, γ-karoten,ς-karoten, phytofluene, β-

cryptoxanthine, dan rubixanthin (Calvacante and Rodriguez-

Amaya, 1992), alkaloid indolizidin dan piperidin (Michael, 2002),

antosianin (Einbond, et al, 2004). Sedangkan pada daunnya kaya

akan minyak atsiri seperti furanodiene, β-elemene, dan α-cadinol

(Melo, et al, 2007).

2.4.3. Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kemuning (Murraya

paniculata (L.) Jack)

Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan

India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning bersosok perdu

dengan tinggi mencapai 8 meter. Selain tumbuh liar di semak

belukar, kemuning juga ditanam orang sebagai tanaman hias.

Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi

dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Daun

tumbuhan ini dapat digunakan sebagai penurun kadar kolesterol

dalam darah dengan kandungan kimia berupa tannin, flavanoid,

steroid, dan alkaloid (Harmanto, 2005).

Sistematika tumbuhan kemuning adalah sebagai berikut

(Harmanto, 2005):

Kingdom : Plantae ( plants )

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

17

Page 16: BAB II.docx

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Murraya

Spesies : Murraya paniculata (L.) Jack.

Gambar 2.9 Tanaman kemuning Murraya paniculata (L.)

Jack.

Tumbuhan kemuning mempunyai nama lain adalah

sebagai berikut. Nama ilmiah ialah Murraya paniculata (L) Jack.

Nama lain tanaman kemuning ialah kamuning (Sunda), kemuning

(Jawa Tengah), kamoneng (Madura) Sumatera ,kemuning

(Melayu), kemunieng (Minangkabau) kemuning (Bali), kemuni

(Bima), kemuning (Sumba), Sukik (Roti), kamuning (Menado,

Makasar), kamoni (Bare), palopo (Bugis), eschi (Wetar), fanasa

(Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone (Buru). Nama Asing : Jiu

Li Xiang, Yueh Chu (C), Orange Jasmine (I), Ekangi, Bibzar

Koonti, Thanethha, May-Kay, Honey Bush, Cosmetic Box

(Dalimartha, 1999) .

Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon kecil.

Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi

tanaman sekitar 3-8 m. Batang kemuning keras, beralur, dan tidak

berduri. Daunnya majemuk bersirip ganjil dengan jumlah anak

18

Page 17: BAB II.docx

daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian daun

bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing,

serta tepi rata atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm

dan lebar antara 1-3 cm. Permukaan daun licin, mengkilap, dan

berwarna hijau. Bunga kemuning majemuk dan berbentuk tandan

yang terdiri dari 1-8 bunga. Warnanya putih dan berbau harum.

Bunga-bunga kemuning keluar dari ketiak daun atau ujung

ranting. Buah kemuning berbentuk bulat telur atau bulat

memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih muda, buah

berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di

dalam buah terdapat dua buah biji (Iskandar, 2005).

b. Manfaat dan Khasiat Tumbuhan Kemuning Murraya paniculata

(L.) Jack

Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain

berkhasiat sebagai penurun kolesterol, kemuning juga berkhasiat

sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang,

antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh,

pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit (Iskandar, 2005).

Daun kemuning berkhasiat sebagai antitiroida (Ditjen POM, 1977).

c. Kandungan Kimia dari Tumbuhan Kemuning Murraya paniculata

(L.) Jack

Daun kemuning mengandung cadinena, metil-antranilat,

bisabolena, β-kariopilena, geraniol, carane-3, eugenol, citronelol,

metil-salisilat, s-guaiazulena, osthol, paniculatin, tanin, dan

coumurrayin (Iskandar, 2005). Daun kemuning mengandung

minyak atsiri, damar, tanin, glikosida murrayin (Ditjen POM, 1977).

2.4.4. Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst)

19

Page 18: BAB II.docx

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Sukun (Artocarpus communis

Forst)

Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan. Buah sukun

yang merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan

makanan, diolah menjadi berbagai macam makanan, misalnya

getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan

sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang

kemudian dikilapkan. Tanaman sukun merupakan tanaman hutan

yang tingginya mencapai 20 m, kayunya lunak dan kulit kayu

berserat kasar.Semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya

lebar sekali, berbentuk menjari, dan berbulu kasar. Batangnya

besar, agak lunak, dan bergetah banyak. Cabangnya banyak,

pertumbuhannya cenderung ke atas. Klasifikasi tumbuhan sukun

(Pitojo, 1999) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst.

Nama lain : Seedless bread fruit (Inggris)

Pohon, daun dan bunga mirip keluwih. Buah bundar atau

agak bundar panjang, kulit mempunyai tonjolan seperti duri lunak,

daging kuning pucat atau keputihan, aroma sedap, tidak berbiji,

perbanyakannya dengan cara stek, dan sambung. Bunga jantan

berbentuk tongkat panjang yang disebut ontel. Bunga betina

berbentuk bulat bertangkai pendek (babal) seperti pada nangka.

20

Page 19: BAB II.docx

Bunga betina merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada

nangka (Pitojo, 1999).

Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang

merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik. Penyerbukan bunga

dibantu oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung

kurang berperan dalam penyerbukan bunga. Pada buah sukun,

walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami

kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada

keluwih (Artocarpus communis) kedua proses dapat berlangsung

normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit

buah berduri lunak sekali. Duri buah keluwih merupakan bekas

tangkai putik bunga majemuk sinkarpik. Buah sukun mirip dengan

buah keluwih (timbul). Perbedaannya adalah duri buah sukun

tumpul, bahkan hampir tidak tampak pada permukaan buahnya.

Selain itu, buah sukun tidak berbiji (partenokarpi). Akar tanaman

sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping

dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering

digunakan untuk bibit (Pitojo, 1999).

Gambar 2.10 Tanaman kemuning Artocarpus communis Forst.

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Sukun (Artocarpus communis

Forst)

21

Page 20: BAB II.docx

Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin,

karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit

kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi,

yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. Sukun mempunyai

komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah

sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%,

abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%,

fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan

serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau bulat

panjang (Mustafa, A.M.,1998).

Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai

sumber vitamin A, B komplek dan vitamin C. Kandungan mineral

Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira

sama dengan yang ada dalam ubi jalar Kandungan zat gizi pada

buah sukun tergantung dari umur buah sukun atau tingkat

kematangan buah sukun. Kandungan gizi buah sukun muda

berbeda dengan kandungan gizi buah sukun yang sudah masak

(Makmur, L., et al., 1999).

2.4.5. Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Benalu Teh (Scurrula

atropurpurea (Bl.) Dans)

Benalu teh dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS

merupakan tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L).

Berbagai spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan

untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Benalu teh

dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS merupakan

tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L). Berbagai

spesies benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk

mencegah dan mengobati berbagai penyakit (Purnomo, 2000).

22

Page 21: BAB II.docx

Berdasarkan pengalaman, benalu yang menempel pada

tumbuhan tertentu telah digunakan dalam pengobatan tradisional.

Benalu pada umumnya digunakan sebagai obat campak,

sedangkan benalu pada jeruk nipis dimanfaatkan sebagai ramuan

obat untuk penyakit amandel. Benalu teh dan benalu mangga

sendiri digunakan sebagai obat kanker (Purnomo, 2000).

Berikut ialah klasifikasi dari tanaman benalu teh (Scurrula

atropurpurea (Bl.) Dans)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Santales

Famili : Loranthaceae 

Genus : Scurrula

Spesies : Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans

Gambar 2.11 Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans)

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Benalu Teh (Scurrula

atropurpurea (Bl.) Dans)

Mekanisme kerja dari flavonoid benalu teh sebagai

vasodilator karena peran otot polos dan endotel pembuluh darah.

23

Page 22: BAB II.docx

Pada umumnya pengobatan hipertensi yaitu pada organ target

pembuluh darah (sistem vaskular). Flavonoid benalu teh dalam

hal ini quercetin mampu bekerja langsung pada otot polos

pembuluh arteri dengan menstimulir atau mengaktivasi

Endothelium Derived Relaxing Factor (EDRF) sehingga

menyebabkan vasodilatasi. Beberapa penelitian tentang pengaruh

flavonoid tanaman teh pada fungsi bahwa kandungan dari

flavonoid yaitu polifenol dapat meningkatkan aktivitas dari Nitric

Oxide Synthase (NOS) pada sel endotel pembuluh darah.

Quercetin mempunyai potensi meningkatkan produksi Nitric

Oxide(NO) di sel endotel. Zat aktif tersebut mampu mensintesa

NO dalam endotel dan berdifusi secara langsung ke otot polos

selanjutnya merangsang guanylate cyclase untuk membentuk

cGMP sehingga terjadi vasodilatasi. Kemungkinan benalu teh

bersifat sebagai antagonisme kompetetif reseptor α sehingga

tidak terjadi aktivasi reseptor α .Diduga benalu teh menghambat 1

12+ 2+ kanal Ca sehingga tidak terjadi peningkatan Ca intrasel

dan terjadi defosforilasi MLC akhirnya tidak terjadi kontraksi

pembuluh darah arteri. Benalu teh mampu menghambat kontraksi

arteri, karena adanya peran endotel pembuluh darah. Secara

klinis, Endothelial Progenitor Cell (EPC) dapat memperbaiki

kondisi penyakit yang diawali dengan kerusakan sel endotel,

misalnya hipertensi. Flavonoid dari benalu teh mampu

memperbaiki disfungsi endotel melalui mekanisme reendotelisasi

(Athiroh, 2012).

Penelitian secara in vivo menunjukkan bahwa teh hijau

danteh hitam akan meningkatkan relaksasi pembuluh darahpada

wanita. Peran flavonoid pada ekstrak anggur bebasalkohol secara

nyata menurunkan tekanan darah sistol dandiastol jantung pada

model tikus hipertensi (Soares, 2002). Hasil penelitian tersebut

juga didukung oleh Negishi bahwapemberian polifenol teh

24

Page 23: BAB II.docx

hitam (3,5 g/L thearubigins, 0,6g/L theaflavins, 0,5 g/L flavonols,

dan 0,4 g/L catechins) teh hijau (3,5 g/L catechins, 0,5 g/L

flavonols, dan 1 g/Lflavonoid polimer), secara nyata

menurunkan tekanandarah baik sistol maupun diastol pada

tikus mode hipertensi (Negishi, 2004). Penelitian yang telah

dilakukan olehAthiroh dkk tentang efek pemberian ekstrak kasar

Scurullaoortiana (benalu teh) dan Macrosolen javanus (benalu

jambu mawar) terhadap kontraktilitas pembuluh darah arteri

ekor tikus terpisah dengan atau tanpa endotel, menunjukkan

bahwa kedua benalu tersebut mampumenurunkan kontraksi

pembuluh darah arteri secara invitro karena peran endothel

(Athiroh, 2010).

Pemberian benalu teh pada pasien hipertensi mampu

memperbaiki atau mengembalikan fungsi endotel, seperti halnya

dengan pemberian α bloker. Benalu teh bersifat antagonisme

kompetetif reseptor α sehingga tidak terjadi 1 aktivasi reseptor

α. Pemberian quercetin pada model 1 ekspremen trakea tikus

secara in vitro menghambat kontraksi melalui presinaptik dan

possinaptik setelah distimulasi oleh listrik dan carbachol

(Capasso dkk, 2009). Benalu teh 2+ menghambat kanal Ca

sehingga tidak terjadi peningkatan 2+ Ca intrasel dan terjadi

defosforilasi MLC akhirnya tidak terjadi kontraksi otot arteri. V.

album mampu menurunkan kontaktilitas aorta ring tikus

setelah distimulasi oleh noradrenalin dan KCl, hal ini dibuktikan

dengan adanya pergeseran kurva respon konsentrasi ke kanan.

Efek vasorelaksasi terjadi juga melalui NO, hal ini 2+ karena NO

menghambat masuknya Ca . Oleh karena itu, V. album sebagai

vasodilator melalui stimulasi dari NO melalui jalur guanylate

cyclase serta melalui mekanisme 2+ Ca -dependent. Hipertensi

ditandai dengan peningkatan 2+ resistensi perifer mungkin karena

tingginya Ca dan atau disfungsi endotel. V. album sering

25

Page 24: BAB II.docx

digunakan oleh rakyat Nigeria untuk pengobatan hipertensi

(Mojiminiyi, 2008). Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan cara

menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-

L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin

(kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin

(1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja

pada arteri sehingga dapat berfungsi sebagai obat antihipertensi,

sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem

konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung,

efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan

resistensi perifer (Aziza, 2007).

c. Kandungan Kimia dari Tanaman Benalu Teh (Scurrula

atropurpurea (Bl.) Dans)

Benalu, parasit yang pada awalnya dianggap tidak

bermanfaat ternyata berpotensi sebagai agen kemopreventif.

Benalu mangga (Dendrophthoe pentandra) dan benalu nangka

(Macrosolen cochinchinensis) sebagaimana benalu teh (Scurrula

oortina) mengandung senyawa flavonoid kuersetin yang memiliki

sifat antitumor. Mekanisme senyawa aktif dalam benalu tersebut

kemungkinan melalui aktivitas antioksidan. Kuersetin mampu

menghambat ekspresi protein p53 mutan, tirosin kinase, heat

shock protein dan siklooksigenase, serta menunjukkan afinitas

yang sama dengan tamoxifen pada estrogen reseptor. Kuersetin

dapat dapat dikombinasikan dengan agen kemoterapi, misalnya

tamoxifen, cisplatin dan busulphan, sehingga dapat mengurangi

besarnya dosis kemoterapi yang diperlukan dan menurunkan efek

sampingnya (Athiroh, 2012).

Benalu teh pada umumnya mengandung flavonoid terdiri

dari quersetin, chalcone, dan turunan flavon), terpen (misalnya

beta-amyrin, betulinic acid, oleanic acid, betasitosterol,

26

Page 25: BAB II.docx

stigmasterol, ursolic acid, lupeol,dan kombinasi ester),

amine(misalnya; acetylcholine, choline, histamine, GABA dan

tyramine), serta viscotoxins A2, A3 and B. Benalu teh juga

mengandung komponen fenolic termasuk caffeic dan myristic

acid, lectins, fatty acids, sugars, and tannins. Zat aktif yang

berkhasiat sebagai hiopotensi acetylcholine, histamine, GABA,

tyramine dan flavonoid (Ohashi, 2003).

Kandungan kima yang terdapat dalam benalu adalah

flavonoid, tanin, asam amino, karbohidrat, alkaloid dan saponin

(Ritcher, 1992). Berdasarkan berbagai penelitian, senyawa dalam

benalu yang diduga memiliki aktivitas antikanker adalah flavonoid,

yaitu kuersetin yang bersifat inhibitor terhadap enzim DNA

topoisomerase sel kanker (Hegnauer, 1966).

2.4.6. Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola Linn.)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Belimbing (Averrhoa

carambola Linn.)

Belimbing manis merupakan tanaman berbentuk pohon,

tinggi mencapai 12 m. Percabangan banyak yang arahnya agak

mendatar sehingga pohon ini tampak menjadi rindang. Berbunga

sepanjang tahun sehingga buahnya tak kenal musim

(Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Daun belimbing manis berupa daun majemuk menyirip

ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi

rata, permukaan atas mengilap, permukaan bawah buram,

panjang 1,75-9 cm, dan lebar 1,25-4,5 mm. Bunga majemuk

tersusun dengan baik, warnanya merah keunguan, keluar dari

ketiak daun dan di ujung cabang, ada juga yang keluar dari

dahannya. Buahnya merupakan buah buni, berusuk lima, bila

dipotong melintang berbentuk bintang. Panjang buah 4-12,5 cm,

berdaging, dan banyak mengandung air, saat masak warnanya

27

Page 26: BAB II.docx

kuning. Rasanya manis sampai asam. Biji berwarna putih kotor

kecoklatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip

(Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Buah dan daun mengandung kristal asam oksalat sehingga

rasanya asam. Air perasan belimbing dapat dipakai untuk

menghilangkan karat pada logam. Perbanyakan dengan biji,

okulasi, atau cangkok (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2000).

Klasifikasi tanaman belimbing Averrhoa carambola Linn.)

(Tjitrosoepomo, 2000) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola Linn.

Gambar 2.12 Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola Linn.)

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Belimbing

Tumbuhan belimbing manis memiliki efek farmakologis

seperti antiradang usus, antimalaria, antirematik, analgesik,

28

Page 27: BAB II.docx

peluruh liur,peluruh kencing (diuretic), menghilangkan panas, dan

sebagai pelembut kulit. Bagian buah secara empiris juga dapat

dimanfaatkan sebagai obat untuk tekanan darah tinggi,

menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah

kanker,memperlancar pencernaan, obat batuk, peluruhair

kencing, peluruh lemak, dan radang usus (Wiryowidagdo dan

Sitanggang, 2002; Arisandi dan Yovita, 2005; Rukmana, 1996).

c. Kandungan Kimia Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola

Linn.)

Efek farmakologis dari buah belimbing manis ini

kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan

beberapa senyawa kimia yang terkandung didalamnya seperti;

senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, protein,

lemak,kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C

(Wiryowidagdo dan Sitanggang,2002).

2.4.7. Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola Linn.)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Tempuyung (Averrhoa

carambola Linn.)

Tempuyung adalah tanaman tahunan, tinggi 1-2 m, akar

tunggang kokoh, batang berusik, bergetah putih. Daun bagian

bawah terpusat membentuk roset, bentuk lonjong atau berbentuk

lancet, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur, pangkal daun

berbentuk panah atau jantung. Ujung daun bercuatan pendek,

panjang daun 6-48 cm, lebar daun 10 cm. Bunga berbentuk

bonggol yang bergabung dalam malai, bonggol bunga berukuran

2 cm -2,5 cm, panjang bonggol 1 cm-8 cm, mahkota bunga

panjang 2 cm sampai 2,5 cm, mula-mula berwarna kuning terang,

lama-kelamaan berwarna coklat. Panjang biji 4 mm sampai 4,5

mm, berusuk, panjang papus 1,5 cm.

29

Page 28: BAB II.docx

Tumbuh liar di Jawa, di daerah yang banyak hujan pada

ketinggian 50 m sampai 1.650 m di atas permukaan laut. Tumbuh

di 2 tempat terbuka atau sedikit kenaungan, di tempat yang

bertebing di pematang, di pnggir saluran air. Klasifikasi tanaman

belimbing Averrhoa carambola Linn.) (Tjitrosoepomo, 2000) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa carambola Linn.

Gambar 2.13 Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola Linn.)

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola

Linn.)

Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tempuyung

berupa ion-ion mineral, seperti diuret; kalium; magnesium;

natrium; dan senyawa iureti, seperti flavonoid (kaempferol,

luteolin-7-Oglukosida, dan apigenin-7-o-glukosida), kumarin,

30

Page 29: BAB II.docx

taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan

vanilat). Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung sekitar

0,1044%. Sementara itu, kandungan senyawa flavonoid total

dalam akar sekitar 0,5%. Flavonoid terbesar yang terkandung

dalam akar adalah apigenin-7-O-glukosida (Winarto, 2004).

c. Kandungan Kimia Tanaman Tempuyung (Averrhoa carambola

Linn.)

Efek farmakologis dari tanaman tempuyung selain berguna

sebagai antiradang, senyawa flavonoid dalam daun tempuyung

juga berguna untuk menjaga kesehatan. Senyawa ini bermanfaat

untuk memperkuat dinding kapiler (Winarto, 2004:6-7).

Tempuyung dapat digunakan sebagai diuretik, obat batu ginjal,

kegemukan (Dalimarta,2002 ; 158). Selain itu ekstrak tempuyung

bisa memecah batu ginjal dan batu saluran kencing

(Winarto,2004).

2.4.8. Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Temu Hitam (Curcuma

aeruginosa Roxb)

Temu ireng merupakan tumbuhan semak, batang berwarna

hijau dan agak lunak karena merupakan batang semu yang

tersusun atas kumpulan pelepah daun, panjang batang kurang

lebih 50 cm, dan tinggi tumbuhan dapat mencapai 2 meter. Temu

ireng merupakan tumbuhan yang dapat hidup secara liar di hutan-

hutan jati, Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) adalah

sejenis tumbuhanan yang rimpangnya dimanfaatkan sebagai

campuran obat atau jamu (Hyene, 2006).

Tinggi tanaman temu ireng mencapai dua meter dan lebar

rumpun 26,90 cm. Jika ditanam di dataran rendah, tiap rumpun

dapat menghasilkan dua belas anakan; sedangkan di dataran

31

Page 30: BAB II.docx

tinggi hanya sekitar lima anakan per rumpun. Permukaan daun

bagian atas bergaris menyirip dan pinggiran daun rata. Daun tidak

berbulu dan ibu tulang daun atau kedua sisinya berwarna cokelat

merah sampai ungu. Ukuran panjang daun rata-rata 39,20 cm dan

lebar 12,20 cm. Jumlah 7 daun mencapai enam helai per rumpun.

Tanaman ini berbunga pada umur lima bulan. Bunga berwarna

ungu, sedangkan tangkai bunga berwarna hijau. Jika dipotong

melintang, rimpang berwarna putih dan berbentuk cincin. Jika

diirisiris, rimpang akan tampak seperti cincin berwarna biru atau

kelabu. Kulit rimpang tua umumnya berwarna putih kotor,

sedangkan dagingnya kelabu. Rimpang cukup harum dan berasa

getir. Kedalaman rimpang sekitar 11,60 cm; dengan panjang akar

17 cm, ketebalan rimpang muda sekitar 2,20 cm. Jumlah rimpang

tua rumpun sekitar sembilan buah; sedangkan rimpang muda

sekitar lima buah. Komponen utama yang terkandung dalam

minyak rimpang temu ireng terdiri atas terpen, alkohol, ester,

mineral, minyak atsiri, lemak, damar, dan kurkumin (Rahmat,

2004).

Klasifikasi tanaman temu hutam sebagai berikut (Hyene,

2006):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae 

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma aeruginosa Roxb

32

Page 31: BAB II.docx

Gambar 2.14 Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)

b. Khasiat Tanaman Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb)

Mengenai ekstrak rimpang temu ireng mempunyai daya

mukolitik lebih hat dari pada minyak atsirinya mungkin disebabkan

dalam ekstrak temu ireng terdapat potensiasi dari segala senyawa

yang terkandung dalam rimpang temu ireng. Dengan adanya

senyawa kandungan yang lain, misalnya flavonoid, mempunyai

berhagai efek yang menguntungkan guna penyembuhan radang,

sepeni efek anti bakteri, anti virus, antiseptik, antihistamin

(Dzulkarnain et al., 1996).

Curcuma banyak dimanfaatkan sebagai antimikroba karena

kandungan senyawa aktifnya mampu mencegah pertumbuhan

mikroba. Tanaman ini terdiri dari beberapa spesies diantaranya

Curcuma xanthorriza (temulawak), C. Domestica (kunyit), C.

mangga (temu mangga), C. zedoaria (temu putih), C. heyneana

(temu giring) dan C. aeruginosa (temu hitam) (Tjitrosoepomo,

1994). Rimpang curcuma ini sering digunakan dalam pengobatan

tradisonal (Hernani dan Rahardjo, 2002) diantaranya mengobati

keputihan, diare, obat jerawat dan gatal-gatal (Rukmana, 2004).

33

Page 32: BAB II.docx

Curcuma juga berpeluang sebagai obat infeksi yang disebabkan

oleh mikroba patogen seperti C. albicans, S. aureus dan E. coli

(Jawetz et al., 2005). Penggunaan curcuma ini sebagai obat

tradisional dapat dalam bentuk ekstrak segar, seduhan, rebusan

dan pemurnian (Dzulkarnain et al., 1996).

c. Kandungan Kimia Tanaman Temu Hitam (Curcuma

aeruginosa Roxb)

Rimpang temu ireng mengandung saponin, minyak

atsiri,flavonoid, kurkuminoid, zat pahit, damar, lemak, mineral,

minyak dansaponin. Kandungan minyak atsiri terbesar terdapat

pada irisan temu ireng,dan kadar minyak atsiri maksimal terdapat

pada waktu rimpang belum bertunas dan mengeluarkan batang

atau daun yang tumbuh. (Widyawati M, Darsono FI, Senny YE,

2003).

2.4.9. Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)

a. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Sirih Merah (Piper

crocatum Ruiz & Pav.)

Sirih merah menjalar seperti sirih hijau, batangnya bersulur

dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm dengan setiap buku

tumbuh bakal akar. Daunnya bertangkai membentuk jantung

dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, mengkilap atau tidak

berbulu, dan mempunyai warna yang khas yaitu permukaan atas

hijau gelap berpadu dengan tulang daun berwarna merah hati

keunguan. Daun berasa pahit, berlendir, serta mempunyai bau

yang khas seperti sirih (Sudewo 2005).

Sirih merah bisa tumbuh dengan baik di tempat yang teduh

dan tidak terlalu banyak kena sinar matahari. Apabila terlalu

sering terkena sinar matahari maka warna merah daunnya bisa

menjadi pudar, buram, kurang menarik dan batangnya cepat

34

Page 33: BAB II.docx

mengering. Sirih merah akan tumbuh baik jika mendapatkan 60-

75% cahaya matahari sehingga tempat tumbuh yang paling cocok

untuk sirih merah pada lingkungan berhawa dingin. Saat musim

hujan banyak sirih merah yang mati akibat batangnya yang busuk

dan daunnya rontok (Sudewo 2005).

Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam

famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun

menyerupai hati dan bertangkai serta tumbuh berselang-seling

dari batangnya. Daunnya berwarna merah keperakan dan

mengkilap saat terkena cahaya. Bagian ujung dari daun sirih

merah meruncing. Permukaan daunnya tidak merata. Sirih merah

tumbuh merambat di pagar atau di pohon (Sudewo, 2005). Yang

membedakan dengan sirih hijau adalah sirih merah memiliki daun

yang berwarna merah keperakan, bila daunnya sobek maka akan

berlendir serta aromanya lebih wangi (Manoi, 2007).

Klasifikasi tanaman sirih merah sebagai berikut (Manoi,

2007):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae 

Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav.

35

Page 34: BAB II.docx

Gambar 2.15 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.)

b. Manfaat dan Khasiat Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz

& Pav.)

Sirih termasuk tanaman dari suku piperaceae yang

merambat dan bersandar pada batang pohon lain (Duryatmo

2005). Sirih mengandung kavibetol dan kavikol yang sifat

antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol

biasa. Selain sebagai antiseptik, sirih juga dapat digunakan untuk

mengobati sakit mata, eksim, bau mulut, pendarahan gusi,

mimisan, sariawan, luka, sakit gigi, dan menjaga kesehatan alat

kelamin wanita (Mursito 2002).

Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu jenis

sirih yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias pada tahun

1900-an. Namun sekarang mengalami perubahan fungsi menjadi

tanaman obat sejak dikenalkan oleh Bambang Sudewo, seorang

produsen tanaman obat di Blunyahrejo (Duryatmo 2005).

Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan sirih merah

adalah hipertensi, leukemia, diabetes melitus, batu ginjal, radang

prostat, jantung koroner, ambien, asam urat, dan hepatitis.

Dewasa ini dikenal jenis sirih yang lain, yaitu sirih merah (Piper

crocatum) yang menarik banyak perhatian pakar herbal.

Kemampuan sirih merah untuk mengobati berbagai jenis penyakit

seperti obat hipertensi, diabetes melitus, leukimia, kanker

payudara, radang mata serta keputihan (Duryatmo,2005).

Tanaman sirih merah mempunyai banyak manfaat dalam

pengobatan tradisional, mempunyai potensi menyembuhkan

banyak penyakit misalnya diabetes mellitus, hepatitis, batu ginjal,

menurunkan kolesterol, mencegah asam urat, hipertensi, radang

liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maagh, kelelahan,

36

Page 35: BAB II.docx

nyeri sendi, dan menghaluskan kulit. Selain itu sirih merah dapat

berfungsi sebagai antibakteri (Damayanti, 2006).

c. Kandungan Kimia Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &

Pav.)

Senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun sirih

merah meliputi alkaloid, saponin, tannin, dan flavonoid (Puruhito

dalam Sudewo, 2008). Flavonoid bekerja menghambat fase

penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada lintasan

siklooksigenase. Flavonoid juga menghambat fosfodiesterase,

aldoreduktase, monoamine oksidase, protein kinase, DNA

polymerase dan lipooksigenase (Robinson, 1995). Tanin diketahui

mempunyai aktifitas antiinflamasi, astringen, antidiare, diuretik

dan antiseptik (Khanbabaee dan Ree, 2001). Sedangkan aktivitas

farmakologi saponin yang telah dilaporkan antara lain sebagai

antiinflamasi,antibiotik, antifungi, antivirus, hepatoprotektor serta

antiulcer (Soetan, 2006).

37