38
6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Infeksi Pernafasan Akut (ISPA) ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran bawah, termasuk jaringan adreksya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2002). Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut Nelson,1999. ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran diatas Laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulant berurutan. Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah Infeksi Saluran Pernafasan yang berlangsung dalam jangka waktu sampai dengan 14 hari. Yang dimaksud saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai alveoli beserta organ-organ adreksanya, misalnya sinus, ruang telinga tengah, pleura (Ismail Djauhar, 1996). B. Tanda dan Gejala ISPA Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahanya yang digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun.

BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Infeksi Pernafasan Akut (ISPA)

ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih

dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli saluran

bawah, termasuk jaringan adreksya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah

dan pleura (Depkes RI, 2002).

Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut Nelson,1999.

ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran diatas Laring,

tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara

stimulant berurutan.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah Infeksi Saluran

Pernafasan yang berlangsung dalam jangka waktu sampai dengan 14 hari.

Yang dimaksud saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai alveoli

beserta organ-organ adreksanya, misalnya sinus, ruang telinga tengah, pleura

(Ismail Djauhar, 1996).

B. Tanda dan Gejala ISPA

Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit ISPA

dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahanya yang digolongkan dalam 2

kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan

sampai dengan umur 5 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

7

1. Bayi umur kurang 2 bulan

Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan, tanda dan gejala penyakit

ISPA digolongkan menjadi dua klasifikasi penyakit: Pneumonia berat :

batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas sesak/penarikan dinding

dada sebelah bawah kedalam (severe care indrowing), dahak berwarna

kehijauan atau seperti karet. Klasifikasi yang kedua yaitu bukan

Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai umur <12 bulan,

kurang 50 kali permenit > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali

permenit, kadang disertai demam.

2. Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun

Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan sampai 5

tahun digolongkan menjadi 3 klasifikasi penyakit yaitu :

a. Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas, nafas

sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care

indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.

b. Pneumonia : berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam saat bernafas, bersama dengan peningkatan frekwensi

nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas melemah dan

ronki.

c. Bukan Pneumonia (batuk pilek) : tidak ada tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat umur 2 bulan sampai

<12 bulan kurang 50 kali permenit, > umur 1 tahun sampai 5 tahun

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

8

kurang 40 kali, kadang disertai demam.

Klasifikasi ISPA Menurut Depkes RI (1999) dibagi menjadi 3 yaitu:

1. ISPA Ringan

Tanda dan gejala : Batuk pilek, demam, tidak ada nafas cepat 40 kali

permenit, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.

2. ISPA Sedang

Tanda dan gejala : Sesak nafas, suhu lebih dari 39°C, bila bernafas

mengeluarkan suara seperti mengorok.

3. ISPA Berat

Tanda dan gejala : Kesadaran menurun, nadi cepat/tidak teraba, nafsu

makan menurun, bibir dan ujung jari membiru (sianosis).

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ISPA

Beberapa faktor yang dapat mepengaruhi terjadinya ISPA terutama pada

keluarga yaitu meliputi kuman penyebab, keadaan lingkungan, kondisi

keadaan sosial ekonomi, gizi (nutrisi), imunisasi dan perilaku keluarga.

1. Kuman Penyebab

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA adalah antara lain : dari genus sterptokokus

stalikokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korenobakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan mikrovirus, adenovirus,

koronarius, pikornavirus, mikoplasma herpes virus dan lain-lain (Depkes

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

9

RI, 2002).

2. Keadaan lingkungan

Pemukiman dapat menjadi reservoir penyakit bagi keseluruhan

lingkungan, pemeliharaan rumahpun dapat mempengaruhi penghuninya.

Segala fasilitas yang disediakan, apabila tidak dipelihara dengan

baik akan menyebabkan terjadinya penyakit. Contoh : lantai yang sering

kali tidak dibersihkan, banyak mengandung debu dan tanah yang berasal

dari berbagai tempat yang mengandung bakteri atau pun zat-zat yang

menimbulkan alergi. Selain itu dari segi kesehatan kepadatan penghuni

juga sangat bermakna pengaruhnya, karena sebetulnya kepadatan sangat

menentukan insidensi penyakit maupun kematian dimana penyakit

menular masih banyak sekali terdapat penyakit pernafasan dan semua

penyakit yang menyebar lewat udara menjadi mudah sekali menular.

Kemudian asap dari dapur maupun dari udara kotor diluar rumah

juga menentukan terjadinya penyakit saluran pernafasan (Slamet,1998).

Berkaitan dengan bagian-bagian rumah, ventilasi rumah

mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah agar aliran udara dalam

rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang

diperlukan penghuni rumah tersebut terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya oksigen didalam rumah, yang berarti kadar

karbondioksida yang bersifat rawan bagi penghuninya menjadi meningkat.

Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban

udara didalam ruangan naik. Kelembaban ini akan menjadi baik bagi

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

10

patogen-patogen (bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari pada

ventilasi udara adalah masuknya cahaya matahari pada ruangan dan

bakteri-bakteri terutama bakteri patogen mati karena disitu selalu terjadi

aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan

selalu mengalir.

Rumah yang sehat juga memerlukan cahaya yang cukup, tidak

kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya udara yang masuk ke dalam

ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman,

juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya

bibit-bibit penyakit. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh

bakteri-bakteri pathogen di dalam rumah. Luas lantai bangunan rumah

sehat harus cukup, untuk penghuni di dalamnya artinya luas lantai

bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan penghuninya akan

menyebabkan penjubelan (over croweded ). Hal ini tidak sehat sebab di

samping menyebabkan kurangnya oksigen juga bila salah satu keluarga

terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain (Notoatmojo, 1997).

3. Kondisi keadaan sosial ekonomi

Dengan adanya alasan keadaan ekonomi yang kurang akan

menyebabkan menurunya kemampuan menyediakan lingkungan

pemukiman yang sehat, serta kurangnya untuk memenuhi hidup sehat

mendorong peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap berbagai

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

11

serangan penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan

mendorong meningkatnya penyakit ISPA pada balita (Depkes RI, 2002).

4. Gizi (nutrisi)

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh

terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya berkurangnya gizi

berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit – penyakit infeksi

(Notoatmojo, 1997).

5. Imunisasi

Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam

pemberantasan pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan melalui

upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi. Progam pengembangan

imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah

dilaksanakan pemerintah selama dapat menurunkan proporsi kematian

balita akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis

difteria bisa juga menyebabkan pneumonia, merupakan penyakit penyerta

terjadi pneumonia balita (Ngastiyah, 1998).

6. Perilaku keluarga

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama dalam

pencegahan penyakit ISPA. Perilaku yang sehat dan bersih sangat

dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan pendidikan keluarga. Dengan

makin meningkatnya tingkat pendidikan pada keluarga akan berpengaruh

positif terhadap meningkatnya pemahaman masyarakat dan keluarga

dalam menjaga kesehatan bayi dan balita agar tidak terkena penyakit ISPA

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

12

yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat

(Depkes RI, 2002).

D. Anatomi saluran pernafasan atas.

Anatomi Sistem Pernafasan

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung : Nares anterior

adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung saluran-saluran itu bermuara

ke dalam bagian yang dikenal dengan vestibulum (rongga hidung). Rongga

hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,

dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan lapisan selaput lendir sinus

yang mempnunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Faring tekak adalah

pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

13

esophagus pada ketinggian lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukuranya semakin kecil

sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara kecil yang

tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki

garis tengah kurang lebih 1 mm, bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukuranya dapat berubah.

Saluran-saluran udara ke bawah sampai ketingkat bronkiolus terminalis

disebut saluran penghantar karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar

udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Alveolis yaitu tempat pertukaran

gas assinus terdiri dari bronkiolus dan respiratorius yang terkadang memliki

kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolus seluruhnya

dibatasi oleh alveolis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-

paru, assinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira

0,5-1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai

sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori

kohn.

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan

dilapisi oleh pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga kiri dan kanan

dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visera pleura. Di dalam rongga

pleura terdapat cairan sulfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan

dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, media dan inverior sedangkan

paru kiri dibagi menjadi 2 yaitu superior dan inverior. Tiap lobus dibungkus

oleh jaringan elastis yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

14

bronkial venula, ductus alveolar, dan alveoli, sehingga mempunyai permukaan

yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas (Evelyn, 2002).

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan external, oksigen diambil melalui

mulut dan hidung pada waktu bernafas dan oksigen masuk melalui trakea

sampai ke alfeoli berhubungan dalam darah dalam kapiler pulmonal. Alfeoli

memisahkan oksigen dalam darah, oksigen menembus membran diambil oleh

sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dibawa ke bagian tubuh.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam

darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak

untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan

O2 dan pertukaran CO2 lebih banyak. Darah merah (Hemoglobin) yang

banyak mengandung oksigen dalam tubuh masuk ke jaringan mengambil

karbondioksida dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan

externa.

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-500 ml (4,5-5 liter).

Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan expirasi) hanya 10%

kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang

dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan

pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara normal, expirasi

akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya

terbalik inspirasi-istirahat-expirasi, disebut juga pernafasan terbalik

(Syaifuddin, 2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

15

E. Patofisiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia

bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus streptokokus, stafilikokus,

pnemokokus, hemorilus, bordetelle, adenovirus, korinobakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan miksovirus, adenovirus,

koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus dan lain – lain. Virus

merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan, mereka

menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus. Infeksi virus primer

pertama kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan

banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas.

Pembengkakan mukosa dan produksi lendir yang meningkat ini akan

menghambat aliran udara melalui pipa-pipa dalam saluran nafas.

Batuk merupakan tanda bahwa paru-paru sedang berusaha

mengeluarkan lendir dan membersihkan pipa pernafasan karena batuk

merupakan suatu refleks produktif yang timbul akibat iritasi percabangan

trakheobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang

penting untuk membersihkan saluran nafas bagian bawah. Bila seseorang

mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Batuk akan menyebabkan

sedikit sputum dalam bentuk percikan ke udara. Orang – orang yang berada

sangat dekat dengan pasien ini akan menghirup udara yang sudah tidak bersih

ini. Inilah caranya bagaimana infeksi saluran nafas menyebar ke orang lain.

Karena penularan dapat melalui percikan ludah (droplet), dan tebaran di udara

(aerosol) (Ganong, 2000).

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

16

Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang sudah

terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan terbentuknya nanah

dan memperburuk penyakit. Kadang – kadang infeksi ini menyebar ke bawah

laring dan menyebabkan radang paru-paru (pneumonia). Bila menyerang

laring dan saluran nafas bagian bawah sangat berbahaya karena pipa-pipa ini

menjadi lebih sempit dan lebih mudah tersumbat.

Tetapi jika laring, bronkus dan bronkiolus tersumbat udara tidak dapat

masuk ke dalam alveoli dan keadaan ini akan membuat sakit lebih parah

terjadinya akumulasi secret di bronkus dan alveolus dapat menimbulkan sesak

nafas dengan tanda-tanda wheezing, terdapat tarikan dinding dada ke dalam,

pernafasan cepat dan cuping hidung kembang kempis. Hal tersebut merupakan

mekanisme untuk memperoleh oksigen yang cukup untuk tubuh. Kadang-

kadang infeksi menyebar ke telinga tengah dan menyebabkan peradangan

telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999).

Selain itu infeksi dapat menyebabkan demam, batuk pilek dan sakit

tenggorokan serta mungkin tidak mau makan. Pathogenesis demam berasal

dari toksin bakteri. Misalnya : Endotoxin yang bekerja pada monosit,

makrofag dan sel-sel kupffer untuk menghasilkan beberapa macam sitoksin

yang bekerja sebagai pirogen endogen kemudian mengaktifkan daerah preptik

hipotalamus, sitokin juga dihasilkan dari sel-sel SSP (system syaraf pusat)

apabila terjadi rangsangan oleh infeksi dan sitoksin tersebut mungkin bekerja

secara langsung pada pusat-pusat pengatur suhu. Demam yang ditimbulkan

oleh sitoksin mungkin disebabkan oleh pelepasan prostaglandin ke dalam

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

17

hipotalamus yang menyebabkan demam. Infeksi bakteri dalam pembuluh

darah juga dapat menyebabkan komplikasi misalnya, meningitis purulenta dll

(Suzanne, 2001).

F. Komplikasi

Kondisi yang memberat dan tujuan penanganan pada ISPA menurut

Ngastiyah (1996), adalah ISPA merupakan self limited disiese yang sembuh

sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain. Komplikasi yang dapat

terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, dan penyebaran

infeksi. Sinusitis paranasal : komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar

karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum

tampak lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan

biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakan dengan

pemeriksaan foto rontgen dan transluminasi (pada anak besar). Kadang-

kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus

menerus disertai secret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Bila

didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap

tanpa sebab yang jelas perlu dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.

Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan diberikan antibiotic.

Penutupan tuba Eustachi : Tuba Eustachi yang buntu memberi gejala

tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah dan

menyebabkan otitis media akut (OMA).

Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

18

tinggi (Hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang demam, anak sangat

gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya

yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan cara menekan telinganya

dan bayi biasanya akan menangis dengan keras). Kadang-kadang hanya

ditemui gejala demam, gelisah juga disertai muntah atau diare. Karena bayi

yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah

sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan juga dapat menyebabkan kejang

demam, maka bayi perlu dikonsulkan di bagian THT. Biasanya bayi dilakukan

parasintesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika jika keadaan tidak

membaik. Parasintesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan untuk

mencegah membrana tympani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata

(OMP).

Penyebaran infeksi : penjalaran infeksi skunder dari nasofaring kearah

bawah dapat menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti

laryngitis, trakeitis, bronchitis dan bronkopnemonia. Selain itu dapat pula

terjadi komplikasi jauh misalnya terjadi meningitis purulenta.

G. Penatalaksanaan

1. Nonfarmakologi

Penatalaksanaan ISPA menurut (MTBS, 2005) menurut jenis dan derajat

keparahanya yaitu:

a. Bukan pneumonia

1.) Ibu diminta memperhatikan timbulnya tanda-tanda yang

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

19

mengarah pada pneumonia selain 3 gejala pokok yaitu : nafas

cepat, sukar bernafas, tidak bisa minum atau menetek,

bertambah parah, timbul demam. Jelaskan dengan kata-kata

yang dimengerti ibu jika ibu tidak mengerti mungkin ibu tidak

akan kembali pada waktu anak menderita pneumonia dan anak

mungkin akan meninggal.

2.) Kunjungan anak sehat berikutnya

Nasehati ibu kapan harus kembali ke klinik untuk pemberian

imunisasi dan suplemen vitamin A kecuali jika telah terlalu

banyak hal yang harus diingat ibu dan ibu memang harus

kembali.

3.) Menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri

Pada kunjungan sewaktu anak sakit, tanyakan apakah ibu

sendiri mempunyai masalah. Ibu mungkin membutuhkan

pengobatan atau rujukan untuk masalah kesehatannya sendiri

yaitu : jika ibu sakit beri perawatan untuk ibu atau dirujuk, jika

ibu mempunyai permasalahan dengan payudaranya

(pembengkakan, nyeri pada putting susu, infeksi payudara) beri

perawatan atau dirujuk untuk pertolongan lebih lanjut, nasehati

pada ibu untuk makan makanan yang bergizi untuk memjaga

kekuatan dan kesehatan dirinya.

b. Pneumonia

1.) Kunjungan ulang untuk pneumonia

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

20

Setiap anak dengan pneumonia harus kembali ke petugas

kesehatan setelah 2 hari untuk kunjungan ulang yaitu : periksa

adanya tanda bahaya umum, periksa untuk batuk atau adanya

sukar bernafas. Tanyakan pada ibu : apakah anak bernafas lebih

lambat? Apakah nafsu makan anak membaik?

Tindakan:

a.) Jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke

dalam, beri 1 dosis antibiotic pilihan kedua atau suntikan

kloramfenikol. Selanjutnya rujuk segera.

b.) Jika frekwensi atau nafsu makan anak tidak menunjukkan

perbaikan gantilah dengan menggunakan antibiotik pilihan

kedua dan anjurkan pada ibu untuk kembali dalam 2 hari

bila anak sudah mendapat kotrimoksazol ganti dengan

amoxillin.

c.) Jika nafas melambat atau nafsu makannya membaik

lanjutkan pemberian antibiotic hingga seluruhnya 5 hari dan

pastikan ibu mengerti pentingnya menghabiskan obat itu

walaupun keadaan anak sudah membaik (WHO,2002).

H. Konsep keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga

berbeda-beda, tergantung kepada teoritis “pendefinisi” yaitu dengan

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

21

menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan

keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis

keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya

interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik

transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-

sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian

yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal

dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998).

Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari

anggota-anggotanya merasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya

adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan

kesejahteraan selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk

unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan

nilai-nilai dari suatu masyarakat, dan dengan demikian melestarikannya.

Keluarga harus beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat

sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan

anggotanya sementara itu semua tetap menjaga kontinuitas secara cukup

untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok refrensi dari individu

(Friedman, 1998).

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan

budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta

sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan logan, 1989).

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

22

Dari kedua pengertian keluarga di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu

sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota

dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial

anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum.

2. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi : 1.) bersifat terbuka dan jujur,

2.) selalu menyelesaikan konflik keluarga, 3.) berpikiran positif, dan

4.) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1.) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu

atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu

meminta dan menerima umpan balik.

2.) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan

balik, melakukan validasi.

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi

atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai

suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat

dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

23

Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua

mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu

untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku

orang lain ke arah positif.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara

sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.

Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan

norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut

masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

3. Tipe/bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang

yang mengelompokkan menurut (Friedman,1998) tipe keluarga ada tiga,

yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di

dalamnya seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

24

anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi).

d. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

1.) Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini

dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial

keluarga.

2.) Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and

social placement fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3.) Fungsi Reproduksi (reproductive function) : Fungsi untuk

mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.

4.) Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5.) Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care

function) : Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

25

kesehatan.

e. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)

1.) Mengenal masalah kesehatan.

2.) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3.) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4.) Memodifikasi lingkungan yang sehat.

5.) Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat.

f. Tugas Perkembangan Keluarga

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti

individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap

perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan

menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah :

1.) Tahap I : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah

keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status

lajang ke hubungan baru yang intim.

2.) Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30

bulan.

3.) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

26

Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan

berakhir ketika anak berusia lima tahun.

4.) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai

masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari

masa remaja.

5.) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,

berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat

lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau

lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19

atau 20 tahun.

6.) Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa

muda

Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan

berakhir dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,

tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang

masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun

puncak persiapan dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan

dewasa yang mandiri.

7.) Tahap VII : Orangtua usia pertengahan

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

27

pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

8.) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir

dengan pasangan lainnya meninggal.

I. Konsep Balita

1. Periode Perkembangan

Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-

fungsi organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan

panca indera (Kayyisa, 2009).

Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan dalam

periode-periode. Salah satunya adalah periode Bawah Lima Tahun atau

sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode manusia

setelah bayi sebelum anak anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua

sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu

usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

bagi perkembangan selanjutnya.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

28

Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan

lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua/orang dewasa lainnya.

Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai

tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan (Rini, 2008).

a. Perkembangan psikologis menurut Kayyisa, 2009 adalah sebagai

berikut:

1.) Psikomotorik

Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan

psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya

(lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya

berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,

melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh

dan mempertahankan rentang atensi. Pada akhir periode balita

kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti

meronce, menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer

yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk

dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta

memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya,

mengikat tali sepatu.

2.) Kognitif

Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah

lebih ajeg. Balita memahami bahwa obyek yang disembunyikan

masih tetap ada, dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

29

jika proses penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika

proses penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui

benda tersebut masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat

letak obyek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia

melihat obyek tersebut. Oleh karena itu pada permainan sulap

sederhana, balita masih kesulitan untuk membuat prediksi tempat

persembunyian obyek sulap.

Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada

periode awal balita yaitu usia dua tahun kosakata rata-rata balita

adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi di atas 1000

kosakata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan

kalimat sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata

bahasa dari bahasa ibunya contoh kalimat Usia 24 bulan : "Haus,

minum" Usia 36 bulan : "Aku haus minta minum".

3.) Sosial dan individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi

dengan lingkungan sosial di luar keluarga, pada awal masa

balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu

tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu

permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama

berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan melibatkan

aturan permainan dan pembagian peran.

Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

30

memiliki atribut tertentu seperti nama jenis kelamin, mulai

merasa berbeda dengan orang lain di lingkungannya.

Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk

membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh

kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun orang

signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat

berbagi dengan orang lain. Proses pembedaan diri dengan orang

lain atau individuasi juga menyebabkan anak pada usia tiga atau

empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah satu

bentuk latihan untuk mandiri.

b. Pendidikan dan pengembangan

Cara belajar yang dilakukan pada usia pra sekolah ini melalui bermain

serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah.

Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan

belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih

baik.

2. Periode Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh. Tumbuh berkaitan

dengan fisik, yaitu hal-hal yang dapat dilihat dengan mata, yang tampak

dan dapat diukur, antara lain : tinggi badan, berat badan dan lingkar

kepala.

Tahap pertumbuhan dan perkembangan setiap bayi tidak ada yang

sama persis. Oleh karena itu, tidak mungkin memprediksi secara tepat

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

31

bagaimana perilaku bayi dalam setiap tahap kehidupannya. Tetapi ada

kecenderungan umum yang terjadi, tabel di bawah ini hanya dijadikan

patokan dasar untuk melihat tahap pertumbuhan dan perkembangan balita.

Ciri khas pertumbuhan balita, pertumbuhan fisik, pertambahan berat

badan menurun, terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena balita

menggunakan banyak energi untuk bergerak.

J. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah ISPA.

1. Pengkajian askep keluarga dengan masalah ISPA menurut Friedment:

a. Identifikasi data

1.) Usia

Diseluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari

2 juta kematian balita karena pneumonia, di Indonesia menurut

survey kesehatan rumah tangga 2001. Kematian balita akibat

pneumonia 5 per 1000 balita pertahun. Ini berarti bahwa

pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita

setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari atau 1 balita

setiap 5 menit (Mardjanis, 2002).

2.) Status nutrisi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan

resistensi tubuh terhadap penyakit – penyakit infeksi, tetapi

sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang

terhadap penyakit infeksi (Notoatmojo, 1997).

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

32

3.) Status imunisasi

Upaya pencegahan merupakan komponen strategi dalam

pemberantasan pneumonia pada anak terdiri atas pencegahan

melalui upaya imunisasi dan pencegahan non imunisasi.

Progam pengembangan imunisasi yang meliputi (PPI) yang

meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan

pemerintah selama dapat menurunkan proporsi kematian balita

akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karenacampak,

pertusis difteria bisa juga menyebabkan pneumonia, merupakan

penyakit penyerta terjadi pneumonia balita (Ngastiyah, 1998).

4.) Bentuk keluarga

Kepadatan penghuni rumah yang terlalu tinggi (bentuk

keluarga besar) merupakan faktor yang merugikan, karena

memudahkan penularan dari orang ke orang secara fekal-oral.

Penularan lewat percikan (droplet) dan tebaran di udara (aerosol)

(P.bres, 1995).

5.) Status sosial ekonomi

Dengan adanya keadaan sosial ekonomi yang kurang akan

menyebabkan menurunnya kemampuan menyediakan

pemukiman yang sehat serta kurangnya umur sehat mendorong

peningkatan jumlah balita yang rentan terhadap berbagai

serangan penyakit menular seperti ISPA (Depkes RI, 2002).

6.) Perilaku keluarga

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

33

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama

bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku hidup bersih dan sehat

sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan, dengan

makin meningkatnya tingkat pendidikan, diperkirakan akan

berpengaruh positif terhadap pemahaman keluarga dalam

menjaga kesehatan, balita agar tidak terkena penyakit ISPA

(Depkes RI, 2002).

b. Tahap perkembangan dan sejarah keluarga

1.) Diseluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih dari 2 juta

kematian balita karena pneumonia, di Indonesia menurut survey

kesehatan rumah tangga 2001. Kematian balita akibat pneumonia

5 per 1000 balita pertahun. Ini berarti bahwa pneumonia

menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun,

atau hampir 300 balita setiap hari atau 1 balita setiap 5 menit

(Mardjanis, 2002).

2.) Keadaan sosial ekonomi yang kurang dan perilaku hidup bersih

dan sehat. Mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA, dipengaruhi

oleh budaya dan tingkat pada dalam keluarga yang

mempengaruhi terhadap pemahaman keluarga menjaga

kesehatan balita agar tidak terkena penyakit ISPA (Depkes,

2002).

c. Data lingkungan

1.) Karakteristik rumah

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

34

Kurangnya fentilasi rumah akan menyebabkan kurangnya

udara di dalam rumah, yang berarti kadar Co2 yang bersifat

racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya

ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam rumah

menjadi naik. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk

bakteri-bakteri pathogen.

Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah terutama

cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan

media yang baik untuk berkembangnya bibit – bibit penyakit.

Luas lantai bangunan rumah harus cukup untuk penghuni

di dalamnya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan

jumlah penghuninya akan menyebabkan penjubelan (over

crowed) dan bila salah satu anggota keluarga ada yang terkena

penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

dari berbagai tempat yang banyak mengandung berbagai macam

bakteri, dan lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang

penyakit (Notoatmojo, 1997).

2.) Karakteristik tetangga dan masyarakat yang lebih luas

Jumlah penduduk yang besar (kepadatan penduduk) dan

keadaan sosial ekonomi yang kurang disertai dengan menurunya

kemampuan menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat

mendorong peningkatan jumlah balita rentan terhadap berbagi

serangan penyakit menular seperti ISPA (Depkes RI, 2002).

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

35

3.) Fasilitas dan pelayanan kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan sangat menentukan pemulihan

kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan (Efendi, 1998).

4.) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas kesehatan

(Efendi, 1998).

5.) Hubungan keluarga dengan masyarakat

Keluarga membutuhkan pertolongan dari kelompok-

kelompok masyarakat untuk bersama-sama menjaga sanitasi

lingkungan (Efendi, 1998).

d. Struktur keluarga menurut Efendi, 1998 adalah sebagai berikut:

1.) Struktur komunikasi

Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota

keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat menurunkan

beban masalah.

2.) Struktur kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh pemegang

keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalah dan

kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan ISPA dalam

keluarga.

3.) Struktur peran

Peran antar keluarga menggambarkan perilaku

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

36

interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan

dalam posisi dan situasi tertentu.

4.) Nilai kepercayaan

Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai

kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga.

e. Fungsi keluarga menurut Efendi, 1998 adalah sebagai berikut:

1.) Fungsi afektif

Memberikan kasih sayang dan rasa aman pada penderita

ISPA dan merupakan salah satu fungsi efektif yang dapat

menurunkan tingkat steres/beban masalah.

2.) Fungsi soialisasi

Adanya interaksi antara keluarga dan nilai adaptif terhadap

masyarakat sekitar.

3.) Fungsi perawatan kesehatan

Lima fungsi keperawatan keluarga yaitu :

a.) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

yang disebabkan oleh : Kurangnya pengetahuan keluarga

tentang ISPA, anggapan bahwa penyakit ISPA adalah

penyakit biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.

b.) Ketidak kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

serta dalam mengambil tindakan yang tepat tentang ISPA

berhubungan dengan :

(1.) Tidak memahami mengenai sifat berat dan meluasnya

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

37

masalah ISPA.

(2.) Ketidakmampuan keluarga dalam memecahkan

masalah. Karena kurangnya pengetahuan dan

sumberdaya keluarga seperti ; latar belakang

pendidikan dan keuangan keluarga.

(3.) Ketidakmampuan keluarga memilih tindakan diantara

beberapa alternative perawatan dan pengobatan

terhadap penyakit ISPA.

(4.) Kurangnya kepercayaan terhadap petugas kesehatan

dan kesalahan informasi terhadap masalah ISPA.

c.) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga

yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan

penyakit ISPA misal : sifat penyakit ISPA, penyebaran

penyakit ISPA, perjalanan penyakit ISPA dan tanda gejala

yang menyertai penyakit ISPA.

d.) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menjaga

kebersihan lingkungan rumah sedemikian rupa menjaga

kebersihan dan kerapian lingkungan.

e.) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada berhubungan dengan ketidaktahuan

keluarga tentang pentingnya kesehatan bagi keluarga.

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

38

2. Koping keluarga

Koping keluarga dipengaruhi oleh situasi emosional keluarga,

sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja sama antara anggota keluarga

serta adanya support system dalam keluarga.

K. Masalah Keperawatan yang Muncul pada Klien dengan ISPA pada

Keluarga.

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

2. Gangguan perukaran gas.

3. Hipertermi.

4. Resiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain.

5. Resiko terjadi komplikasi.

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Dongoes, 1999).

L. Fokus Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

a. Aspek kognitif

1.) Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatn kepada keluarga

tentang penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yaitu

mengenai pengertian, tanda gejala serta faktor – faktor yang

mempengaruhi terjadinya ISPA.

2.) Berikan penjelasan pada keluarga tentang bersihan jalan nafas

tidak efektif yang terjadi pada ISPA. Bersihan jalan nafas tidak

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

39

efektif timbul akibat adanya secret yang menumpuk atau

terkumpul di saluran pernafasan dan biasanya ditandai dengan

adanya klien menderita pilek atau keluar secret di hidung, batuk

timbul suara stridor atau mengorok dan pernafasan cepat

3.) Berikan penjelasan kepada keluarga bila bersihan jalan nafas

tidak efektif dan jika tidak segera diatasi dapat menimbulkan

akibat misalnya sesak nafas dan makin lama makin meningkat,

sianosis. Atau kebiru – biruan pada daerah perifer missal jari-jari

tangan dan kaki karena kurangnya oksigen.

b. Aspek psikomotor

1.) Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada

keluarga yang bersihan jalan nafas tidak efektif. Seperti banyak

istirahat dalam kamar yang memiliki sirkulasi udara yang bersih

dan bebas dari debu ataupun asap.

2.) Jika terjadi iritasi pada hidung dan ingus sampai mengering tetesi

hidung dengan air garam.

3.) Untuk membasahi lendir, berikan inhalasi dengan memberikan

uap panas untuk melancarkan jalan nafas. Berikan minum air

hangat, ajarkan batuk efektif dan beri tahu keluarga untuk

memberikan obat tradisional yaitu sari air jeruk nipis yang

diperas kemudian dicampur dengan kecap dan diminumkam 2

kali dalam sehari.

4.) Ajarkan keluarga untuk memelihara dan memodifikasi

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

40

lingkungan sehat pada keluarga seperti : rumah setiap hari harus

dibersihkan, jendela rumah setiap hari harus dibuka agar sinar

matahari dapat masuk dan sirkulasi udara dapat berlangsung

dengan baik, lantai harus kering dan tidak berdebu, asap rokok

tidak boleh terkumpul di dalam rumah.

2. Gangguan perukaran gas

a. Aspek kognitif

Beri penjelasan pada keluarga tentang terjadinya gangguan pertukaran

gas, penyebab dan tanda gejala yang muncul.

b. Aspek psikomotor

Mengajarkan pada keluarga tentang pemberian inhalasi uap jika pasien

menjadi sesak dan menetesi secret jika atau lendir yang kering dengan

air garam untuk mengencerkannya.

c. Aspek afektif

Anjurkan pada keluarga untuk menghindari factor-faktor yang dapat

mencetuskan terjadinya gangguan pertukaran gas dan memotivasi

keluarga untuk lebih banyak istirahat dan menguragi aktifitas.

3. Hipertermi

a. Aspek kognitif

Beri penjelasan keluarga tentang hipertermia merupakan salah satu

tanda dan gejala penyakit ISPA. Hipertermi merupakan suatu kenaikan

suhu tubuh lebih dari normal (36-37 C) dan disebabkan adanya kuman

yang masuk ke dalam tubuh. Hipertermi menyebabkan penderita akan

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

41

kekurangan cairan dan menurunya nafsu makan.

b. Aspek psikomotor

Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan pada

anggota keluarga yang mengalami hipertermi yaitu mengompres

dengan menggunakan air dingin atau air panas di daerah dahi dan

ketiak, dan menganjurkan kepada keluarga untuk pemberian minum

yang banyak jika suhu masih panas keluarga harus membawa ke

tempat pelayanan kesehatan terdekat.

c. Aspek afektif

Anjurkan kepada keluarga untuk memperbaiki dan meningkatkan gizi

klien dengan cara pemberian makanan yang mengandung TKTP.

Memberikan ASI secara eksklusif untuk bayi yang belum

mendapatkan makanan tambahan.

4. Resiko terjadi penularan

a. Aspek kognitif

Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada keluarga tentang

bagaimana caranya penularan penyakit ISPA dan berikan penjelasan

kepada keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi lengkap

pada waktunya.

b. Aspek psikomotor

Mengajarkan kepada keluarga untuk memberikan perawatan pada

anggota keluarga yang sakit agar tidak terjadi penularan pada anggota

keluarga yang lain yaitu penderita tidur terpisah dengan anggota

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

42

keluarga yang lain, keluarga melarang pasien untuk tidak meludah di

sembarang tempat dan bila penderita batuk usahakan untuk menutup

mulutnya.

c. Aspek afektif

Anjurkan kepada keluarga untuk menjauhkan anak dari penderita

ISPA dan motivasi keluarga untuk tidur terpisah dengan anggota

keluarga yang sakit agar tidak tertular.

5. Resiko terjadi komplikasi

a. Aspek kognitif

Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab terjadinya

komplikasi atau akibat lanjut dari penyakit ISPA, cara pencegahan

agar penyakit ISPA tidak memberat serta bagaimana cara-cara

perawatan ISPA.

b. Aspek psikomotor

Mengajarkan kepada keluarga cara pencegahan dan perawatan pada

anggota keluarga yang sakit agar ISPA tidak bertambah berat.

c. Aspek afektif

Anjurkan kepada keluarga untuk selalu memberikan obat tradisional

dan pemberian obat secara medis serta motivasi keluarga untuk

memperbaiki sanitasi lingkungan rumah.

6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Aspek kognitif

Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan pada keluarga

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORITIS - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-anisaputri... · telingga bagian tenggah (otitis media) (Biddulph, 1999). Selain

43

tentang pentingnya nutrisi dan pemberian makanan bergizi untuk

untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.

Ajarkan pada keluarga untuk menyajikan makanan pada anak

dalam bentuk menarik dan berikan makanan sedikit-sedikit tetapi

sering.

b. Aspek psikomotor

Mengajarkan kepada keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan

pada anggota keluarga yang sakit agar ISPA tidak brtambah berat.

c. Aspek afektif

Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan yang

mengandung TKTP, serta anjurkan kepada keluarga untuk membawa

anak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat jika anak sakit.