Upload
dotruc
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian
Lanjut usia menurut (Reimer 1999, dalam Stanley dan Beare, 2007) berdasarkan
karateristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri
fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Peran masyarakat tidak bisa
lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam
kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga.
Masyarakat kepulauan Pasifik, seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari
garis keluarganya.
Usia tua menurut Hurlock (2006) adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat.
2. Batasan Lanjut Usia
Lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis (WHO dalam maryam, 2008)
digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai
59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lanjut usia menurut Setyonegoro (2002 dalam Azizah, 2011) dikelompokkan menjadi
usia dewasa muda (elderly adulhood) yaitu 18 atau 25-29 tahun, usia dewasa penuh (middle
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
years) atau maturitas yaitu 30-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65
tahun atau 75 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old),
lebih dari 80 (very old).
Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia biasanya merujuk pada tahap siklus
kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi lanjut usia menjadi
dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old, berusia 75 tahun ke atas.
Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk merujuk pada orang-orang yang berusia
85 tahun ke atas (Sadock dan Sadock, 2007).
Lansia menurut Departemen kesehatan RI terbagi menjadi sebagai berikut:
- Kelompok menjelang usia lanjut (45-54th) sebagai masa vibrilitas
- Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
- Kelompok usia lanjut (>64 th) sebagai senium (maryam, 2008).
3. Ciri-ciri Lanjut Usia
Ciri-ciri lansia menurut Sabri (2006) adalah sebagai berikut :
a. Ada perubahan individu yang menonjol sebagai akibat dari usia lanjut, yaitu ketuaan
yang bersifat fisik mendahului ketuaan psikologis yang merupakan kejadian yang
bersifat umum.
b. Ada beberapa masalah dari penyesuaian diri dan sosial yang khas bagi usia lanjut,
misalnya meningkatnya ketergantungan fisik dan ekonomi pada orang lain,
membentuk kontak sosial baru, mengembangkan keinginan dan minat baru serta
kegiatan untuk memanfaatkan waktu luang yang jumlahnya meningkat.
c. Perubahan yang umum terjadi pada masa ini adalah perubahan yang menyangkut
kemampuan motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis,
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
perubahan pada sistem saraf, perubahan penampilan dan kemampuan seksual, serta
kecenderungan sikap yang canggung dan kikuk.
d. Keterkaitan terhadap agama bertambah dan sering dipusatkan pada masalah tentang
kematian pada usia tersebut yang bersifat pribadi tidak abstrak seperti masa-masa
sebelumnya.
e. Di antara sekian banyak bahaya fisik yang bersifat umum yang merupakan ciri usia
lanjut, ialah penyakitan, hambatan yang bersifat jasmaniah, kurang gizi, gigi banyak
yang tanggal dan hilangnya kemampuan seksual.
f. Bahaya yang bersifat psikologis meliputi kepercayaan terhadap pendapat klise
tentang lanjut usia, perasaan rendah diri, perasaan tidak berguna, perubahan tidak
enak akibat perubahan fisik, perubahan pola hidup, perasaan bersalah karena
menganggur.
Ciri-ciri usia lanjut (Hurlock, 2006) adalah :
a. Periode kemunduran
Kemunduran pada usia lanjut sebagian datang dari faktor fisik yang
merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi
karena proses menua. Selain itu kemunduran usia lanjut juga datang dari faktor
psikologis yaitu sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan
kehidupan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
b. Perbedaan individual pada efek menua
Setiap orang yang menjadi tua pasti berbeda karena mereka mempunyai sifat
bawaan yang berbeda pula, sosio ekonomi, latar pendidikan yang berbeda, dan pola
hidup yang berbeda. Perbedaan kelihatan di antara orang-orang yang mempunyai
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita
karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin.
c. Dinilai dengan kriteria yang berbeda
Pada waktu anak-anak mencapai remaja, mereka menilai lanjut usia dalam
cara yang sama dengan penilaian orang dewasa, yaitu dalam hal penampilan diri, apa
yang dapat dan tidak dapat dilakukannya. Dengan mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan dua kriteria yang amat umum untuk menilai usia mereka banyak orang
berusia lanjut melakukan segala apa yang dapat mereka sembunyikan atau samarkan
yang menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian yang biasa
dipakai orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara mereka
untuk menutupi dan membuat ilusi bahwa mereka belum lanjut usia.
d. Stereotipe pada orang lanjut usia
Pendapat klise yang telah dikenal masyarakat tentang lanjut usia adalah pria
dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalannya
membungkuk, dan sulit hidup bersama dengan siapa pun, karena hari-harinya yang
penuh manfaat telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih
muda.
e. Sikap sosial terhadap lanjut usia
Pendapat klise tentang usia lanjut mempunyai pengaruh yang besar terhadap
usia lanjut maupun terhadap orang berusia lanjut dan kebanyakan pendapat klise
tersebut tidak menyenangkan, maka sikap sosial tampaknya cenderung tidak
menyenangkan.
f. Menua membutuhkan perubahan peran
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, pujian
yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia bukan dengan keberhasilan
mereka. Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lanjut usia
menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak
menunjang proses penyesuaian sosial seseorang.
g. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lanjut usia, yang
nampak dalam cara orang memperlakukan mereka, maka tidak heran lagi kalau
banyak orang usia mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan. Hal ini
cenderung diwujudkan dalam bentuk perilaku yang buruk dengan tingkat kekerasan
yang berbeda pula. Mereka yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung untuk semakin jahat ketimbang mereka yang pada masa lalunya mudah
dalam menyesuaikan diri.
h. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lanjut usia
Dewasa ini berbagai cara dilakukan untuk menjadi muda kembali seperti obat-
obatan telah mengambil alih tugas-tugas tersebut yang mencoba menahan ketuaan,
tukang sihir, ilmu gaib digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian muncul
orang-orang yang mempunyai kekuatan magis yang dipercayai untuk mengubah
lanjut usia menjadi lebih muda lagi dan bisa membuat orang tetap awet muda,
4. Tugas perkembangan lansia
Tugas perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi
seseorang daripada kehidupan orang lain (Hurlock, 2006). Adapun tugas perkembangan
lansia adalah:
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan)
keluarga
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan dengan peran sosial secara luwes
5. Perubahan-Perubahan Pada Lansia
a. Perubahan fisiologis pada lansia
Akibat proses menua terdapat perubahan dalam tatacara pelayanan kesehatannya, yang
penyebabnya dapat diakibatkan oleh berbagai hal, yakni (Kane, 1994 dalam Darmojo,
2006):
1) Perubahan-perubahan anatomik/fisiologik akibat proses menua. Semakin tua
usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik atas organ-
organnya main besar. (Kane dalam Darmojo, 2006) menyebutkan bahwa fungsi
organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30
tahun. Penurunan fungsional yang lebih nyata aka terlihat setelah usia 70 tahun.
2) Berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan Penurunan
anatomik dan fungsional pada organ akan menyebabkan lebih mudah
timbulnya penyakit pada organ yang bersangkutan.
3) Pengaruh psiko-sosial pada fungsi organ. Pengaruh psiko sosial pada fungsi
organ ini merupakan efek patologik dari penurunan fungsi organ seperti
patologik ketulian yang dapat menyebabkan isolasi, curiga dan depresi.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit
selalu mengancam, sering bingung, panik, dan depresi. Hal itu disebabkan antara lain
karena ketergantungan fisik dan sosial ekonomi. Ketergantungan sosial finansial pada
waktu pensiun menyebabkan kehilangan rasa bangga, hubungan sosial, kewibawaan,
dan sebagainya.
c. Perubahan Emosi dan Kepribadian
Setiap ada kesempatan lansia selalu melakukan instropeksi diri. Terjadi proses
kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang terbalik. Para
wanita lansia bisa lebih tegar dibandingkan lansia pria, apalagi dalam
memperjuangkan hak mereka. Sebaliknya, bayak lansia pria yang tidak segan-segan
memerankan peran yang 6sering wanita kerjakan, seperti mengasuh cucu,
menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan sebagainya. Persepsi tentang kondisi
kesehatan berpengaruh kepada kehidupan psikososial, dalam hal memilih bidang
kegiatan yang sesuai dan cara menghadapi persoalan hidup.
Perubahan yang terjadi akibat proses menua (Harlock, 2006) meliputi:
1. Perubahan Fisik
Perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lanjut usia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan – perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi
lingkungan. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam
akan timbulnya suatu penyakit atau takut di telantarkan karena tidak berguna lagi.
3. Perubahan Psikososial
Masalah–masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam,
tergantung kepada kepribadian invidu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang
telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun
berarti terputus dari lingkungan dan teman–teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk–duduk dirumah dengan begitu dapat menimbulkan perasaan kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan teman dan keluarga,
perubahan mendadak dalam kehidupan rutin yang membuat mereka merasa kurang
melakukan kegiatan yang berguna, antara lain:
a. Minat
Pada umumnya minat seseorang akan berubah kuantitas dan kualitasnya pada
masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cenderung menurun dengan
bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal–hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor– faktor sosial.
b. Isolasi dan kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari
yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
usaha.Makin menurunnya kualitas indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan
yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa
terputus dari hubungan dengan orang–orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi
makin manjadi lebih parah adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang lanjut usia tinggal bersama saudaranya, lansia bisa bersikap
toleran terhadap mereka, sayangnya mereka jarang menghormatinya sehingga lansia
tersebut terisolasi dan merasa hidup sendiri.
c. Peranan iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang
sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir dari
kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak
disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh melawan
rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran
religius dibangkitkan dan diperkuat.
4. Perubahan Kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya :
a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas–tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas yang membutuhkan memori jangka pendek.
b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
c. Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila tidak ada
penyakit.
5. Perubahan Spiritual
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari – hari.
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah perkembangan yang dicapai
pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh
cara mencintai dan keadilan.
B. Sosialisasi
Istilah sosialisasi sering diartikan sebagai kemampuan interaksi sosial dan penyesuaian
diri seseorang. Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong
seseorang untuk menyesuaikan diri sendiri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam
diri sendiri, yang dapat diterima oleh lingkungannya. Hali ini menunjukkan sosialisasi
merupakan reaksi seseorang terhadap rangsangan-rangsangan dari dalam diri sendiri maupun
reaksi seseorang terhadap situasi yang berasal dari lingkungannya (Hurlock, 2006).
Menurut (Ridwan Efendi dkk, 2005), penuaan kesejahteraan lanjut usia adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa
keselamatan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia.
Sosialisasi adalah jika seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara
umum ataupun terhadap kelompoknya dan memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang
menyenangkan, untuk itu maka seseorang diterima oleh kelompok atau lingkungannya
(Hurlock, 2006).
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu
secara kontinu merubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara
sosial, yang mereka alami (Friedman, 1998).
Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan
hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila
manusia dalam hal ini orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama,
saling berbicara dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama mengadakan persaingan,
pertikaian, dan lain-lain. Maka dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial,
yang menunjukan pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis (Ridwan Efendi dkk, 2005).
Menurut (Hurlock, 2006) ada empat kriteria sebagai ciri dari sosialisasi atau penyesuaian
diri yang baik, yaitu :
a. Melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt performance) yang diperlihatkan
seseorang sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompoknya. Berarti seseorang
dapat memenuhi harapan dari anggota kelompoknya dan diterima menjadi anggota
kelompok tersebut.
b. Apabila seseorang dapat menyesuaikan diri dengan setiap kelompok yang dimasukinya.
c. Seseorang memperlihatkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, mau ikut
berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya dengan baik sebagai anggota kelompok.
d. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat mengambil bagian dalam aktivitas
kelompoknya.
1. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi merupakan proses yang kompleks dan bervariasi. Proses dimana
seseorang dapat mempelajari cara-cara dari lingkungan sosial sehingga orang tersebut
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dapat berfungsi di dalamnya. Hal ini menunjukkan proses interaksi sosial dalam
sosialisasi. Dalam proses sosialisasi terdapat interaksi sosial antara seseorang dengan
seseorang ataupun seseorang dengan kelompok (Hurlock, 2006).
Proses sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar seseorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai masyarakat
tempat seorang menjadi anggota sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku
sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakat (Nasution, 2008).
Perkembangan sosial merupakan bagian dari berbagai perkembangan lainnya seperti:
perkembangan fisik, motorik, emosi, dan penyesuaian sosial. Menurut (Hurlock, 2006)
perkembangan sosial merupakan suatu proses sosialisasi untuk memperoleh kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial atau menjadi orang yang mampu
bermasyarakat.
Proses sosialisasi adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial,
memainkan peranan sosial yang dapat diterima dan perkembangan sikap sosial. Belajar
berperilaku yang diterima secara sosial mempunyai pengertian bahwa setiap kelompok
sosial mempunyai standar bagi para anggota mengenai perilaku yang diterima, walaupun
harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima atau berlaku umum.
Memainkan peran sosial yang dapat diterima bahwa setiap kelompok sosial mempunyai
pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan saksama oleh anggota dan menuntut untuk
dipatuhi. Perkembangan sikap sosial adalah kemampuan untuk bermasyarakat atau
bergaul dengan baik dan diterima sebagai anggota dimana mereka menggabungkan diri
(Elly, dkk 2005).
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Menurut (Lutfi, 2011) bentuk umum proses-proses sosialisasi adalah interaksi sosial
(yang dapat juga dinamakan proses sosial), oleh karena itu interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya sosialisasi. Bentuk lain dari proses-proses sosial hanya
merupakan bentuk-bentuk khusus dari sosialisasi. Apabila dua orang bertemu, interaksi
dimulai : pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berkomunikasi,
saling memberikan perhatian atau bahkan berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk dari sosialisasi. Hubungan interaksi sosial yang terjalin antara
lansia dengan anggota keluarga, yaitu :
1. Baik : saling bertegur sapa, berkomunikasi, dan saling memberikan perhatian apabila
bertemu dengan anggota keluarga.
2. Sedang : menegur jika ditegur
3. Buruk : tidak ada interaksi sosial yang dilakukan bila bertemu anggota keluarga.
Interaksi sosial proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi
dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupannya
sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian
interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat (Ridwan dkk,2005), diantaranya :
a. Menurut H. Boner (1976) dalam bukunya Social Psikology, memberikan rumusan
interaksi sosial, bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau
lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
b. Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang,
orang perorangan dengan kelompok.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
c. Interaksi sosial merupakan hubungan timbsl balik antara individu dengan individu,
antar kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok (Elly dkk,
2005).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sosialisasi
Menurut (Hurlock, 2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi, yaitu:
a. Faktor keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana
seseorang belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial di dalam hubungan
interaksi dengan kelompoknya. Apabila interaksi sosial didalam keluarga tidak
lancar, maka besar kemungkinannya bahwa interaksi sosialnya di masyarakat juga
berlangsung dengan tidak lancar. Keluarga sangat berperan sebagai tempat
manusia berkembang sebagai manusia sosial, terdapat pula peranan-peranan
tertentu di dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu
sebagai makhluk sosial.
b. Pengaruh teman
Bersama teman sebaya seseorang belajar bergaul dengan sesamanya. Partisipasi
dalam pergaulan dengan teman sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi
diri sendiri. Melalui pergaulan dengan teman sebaya seseorang mampu
mempelajari peranan sosial di dalam masyarakat. Selain itu kelompok sosial
berperan penting dalam mengembangkan sikap sosialbilita atau mengembangkan
tingkah laku manusia.
c. Penerimaan diri
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Hal ini mendasari tingkah laku yang mengarah pada penyesuaian yang baik.
Orang yang bisa menerima dirinya akan bisa menerima orang lain, berminat
terhadap mereka, dan memiliki rasa empati bersikap toleran terhadap kelemahan-
kelamahan orang lain dan bersedia membantu mereka, karena dengan demikian
kesempatan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya akan meningkat.
d. Lingkungan
Dapat dikatakan bahwa lingkungan di masyarakat dimana individu tersebut
tinggal dapat mempengaruhi tindakan atau perilakunya, sehingga ketika individu
tersebut memasuki lingkungan yang baru harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosialnya yang baru tersebut, karena jika tidak maka individu
tersebut tidak akan dapat diterima di lingkungan tersebut.
3. Aspek Sosialisasi
Perkembangan aspek sosialisasi adalah kemampuan untuk berinterkasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada awalnya seseorang hanya mengenal orang-
orang yang paling dekat dengan dirinya, kemudian tinggal serumah. Semakin bertambah
usia maka akan semakin luas pergaulan yang telah dikembangkan. Seseorang sangat
perlu berinteraksi sosial dengan teman sebaya, lingkungan, perlu diajar mengenai aturan-
aturan, serta sopan santun. Perkembangan aspek sosialisasi akan optimal bila interkasi
sosial dilakukan sesuai dengan kebutuhan seseorang pada berbagai thapa
perkembangannya (Lutfi, 2011).
Stuart dan Laraia (2008) juga mengemukakan bahwa masalah kesehatan mental
pada lansia tergantung pada faktor fisiologis dan status psikologis, kepribadian,
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dukungan sistem sosial, sumber ekonomi dan gaya hidup. Pada masa lansia, individu
dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali dengan kelompok, lingkungan dan generasi
ke generasi. Sosialisasi lansia meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
kelompok sosialnya (Atchley & Barusch, 2004 dalam Anny dkk, 2012).
Aspek personal sosial berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kematangan sosial merupakan suatu evolusi
perkembangan perilaku, dimana nantinya seseorang dapat mengekspresikan
pengalamannya secara utuh dan belajar secara bertahap untuk meningkatkan
kemampuannya menjadi mandiri, bekerjasama dengan orang lain dan bertanggung jawab
terhadap kelompoknya. Kemampuan perkembangan sosial yang normal ditunjukkan
dengan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi. Kesempatan untuk bersosialisasi
dengan lingkungan akan memberikan pengaruh yang menguntungkan, karena melalui
sosialisasi seseorang akan memeperoleh banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi
perkembangan sosialnya (Lutfi, 2011).
Ada tiga aspek sosialisasi pada manusia menurut (Ridwan, dkk, 2005) yaitu :
a. Aspek hubungan antar pribadi
Aspek ini mengungkap bagaimana cara yang dilakukan individu untuk
membangun dan menjalin hubungan dengan sesama, misalkan perialaku
seseorang ketika bertemu dengan temannya, bagaimana memulai percakapan
dengan orang lain.
b. Aspek pengisian waktu luang
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Aspek ini mengungkapkan kegiatan yang dilakukan pada saat seseorang sedang
ada waktu luang atau tidak ada kesibukan, berbincang-binacang dengan orang
lain, malu, atau menyendiri.
c. Aspek ketrampilan dalam menghadapi situasi
Aspek ini menunjukkan seseorang akan rasa tanggung jawab dan kepekaan
terhadap orang lain serta bagaimana menghadapi situsi sosial, misalkan seseorang
meminta bantuan dan bagaiamana respon seseorang jika dalam situasi yang
menyenangkan.
Motivasi lanjut usia yang pokok adalah atas dasar ingin di hargai di masyarakat.
Adapun pokok-pokok Social Exchange Theory menurut (Ridwan Efendi dkk, 2005)
adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat terdiri dari aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuan masing-
masing.
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang individu perlu mengeluarkan
biaya.
d. Aktor senatiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah kejadian mengalami
kerugian. Hanya interaksi ekonomis saja yang dipertahankan.
C. Kesepian
1. Pengertian
Kesepian merupakan perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, karena merasa
berbeda dengan orang lain sehingga individu cenderung mengisolasikan diri dari kerumunan
orang-orang. Kesepian merupakan hal yang bersifat pribadi dan akan ditanggapi berbeda oleh
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
setiap orang, bagi sebagian orang kesepian merupakan hal yang bisa diterima secara normal
namun bagi sebagian orang kesepian bisa menjadi sebuah kesedihan yang mendalam.
Kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif terhadap dimilikinya hubungan yang
lebih sedikit dan lebih tidak memuaskan daripada yang diinginkan oleh orang tersebut
(Peplau dan Perlman 1980 dalam Baron dan Bryne, 2005).
Kesepian merupakan kondisi dimana orang merasa tersisih dari kelompoknya, tidak
diakui eksistensinya, tidak diperhatikan oleh orang-orang sekitarnya, tidak ada tempat
berbagi rasa, terisolasi dari lingkungan sehingga menimbulkan rasa sunyi, sepi, pedih dan
tertekan (Hanum, 2008).
Menurut (Brocklehurst-Allen,1987,dalam Darmojo 2009) kesepian atau loneliness,
biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada saat meninggalnya pasangan hidup atau
teman dekat,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga mengalami berbagai penurunan status
kesehatan. Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak diantara lansia
yang hidup sendiri tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi tetapi
dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang beranggotakan cukup
banyak,tetap mengalami kesepian (Darmojo,2009).
Kesepian menurut Gierveld (1980 dalam Latifa, 2008) adalah kondisi isolasi sosial yang
subyektif(subjective social isolation), dimana situasi yang dialami individu tersebut dirasa
tidak menyenangkan dan tidak diragukan lagi terjadi kekurangan kualitas hubungan (lack of
quality ofrelationship).
Deaux, Dane dan Wrightsman (2002) menyimpulkan ada tiga elemen dari definisi
kesepian yang dikemukakan oleh Peplau dan Perlman, yaitu:
1. Merupakan pengalaman subjektif, yang mana tidak bisa diukur dengan
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
observasi sederhana
2. Kesepian merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
3. Secara umum merupakan hasil dari kurangnya/terhambatnya hubungan
sosial.
2. Jenis Kesepian
Perasaan kesepian dalam dua jenis yaitu kesepian emosional dan kesepian sosial.
Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak memiliki kedekatan dan perhatian
dalam berhubungan sosial, merasa tidak ada satu orang pun yang peduli terhadapnya,
sedangkan kesepian sosial muncul dari kurangnya jaringan sosial dan ikatan komunikasi
atau dapat dijelaskan sebagai suatu respon dari tidak adanya ikatan dalam suatu jaringan
sosial (Weiss dalam Sharma, 2002).
Perasaan kesepian menurut Weiss (1997 dalam Sears, 2004) dapat dibedakan
kedalam 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Kesepian Emosional (Emotional Loneliness)
Kesepian ini terjadi karena tidak adanya figur kelekatan dalam hubungan intimnya,
seperti anak yang tidak ada orang tuanya atau orang dewasa yang tidak memiliki
pasangan atau teman dekat. menurut De Jong Gierveld & Van Tilburg, (2006) kesepian
emosional adalah kurangnya kedekatan emosional dengan seseorang sehingga tidak dapat
bergantung kepada siapapun, tidak adanya hubungan intim atau keterikatan emosional
yang dekat, misalnya dengan pasangan atau sahabat. Kesepian emosional dapat terjadi
karena tidak adanya hubungan dekat dengan orang lain, kurang adanya perhatian satu
samalain. Jika individu merasakan hal ini, meskipun dia berinteraksi dengan orang
banyak dia akan tetap merasa kesepian.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Dalam kesepian emosional, seseorang merasa tidak memiliki kedekatan dan perhatian
dalam berhubungan sosial, merasa tidak ada satu orang pun yang peduli terhadapnya,
sedangkan kesepian sosial muncul dari kurangnya jaringan sosial dan ikatan komunikasi
atau dapat dijelaskan sebagai suatu respon dari tidak adanya ikatan dalam suatu jaringan
sosial (Juniarti dkk,2008).
b. Kesepian Situasional (Situational Loneliness)
Kesepian ini terjadi ketika sesorang kehilangan interaksi sosial atau komunitas yang
didalamnya terdapat hubungan sosial. Kesepian ini disebabkan karena ketidakhadiran
orang lain, sehingga tidak terjadi interaksi antara satu sama lain dan menyebabkan
kesepian/kesunyian pada orang tersebut.
Kesepian menurut Sadler (1996 dalam Latifa, 2007) terbagi menjadi lima jenis,
yaitu :
a. Interpersonal Loneliness
Manakala individu merindukan seseorang yang dahulu pernah dekat dengannya dan
melibatkan kesedihan yang mendalam sehingga individu mencari-cari orang baru untuk
dicintai. Tapi jika menemukan orang yang potensial menjadi pasangan baru sebelum ia
mampu mengatasi kesedihan terdahulu, maka individu akan takut atau menolak.
b. Kesepian Sosial (Social Loneliness)
Perasaan ketika individu tidak ingin terpisah dari kelompok sosial yang dianggap
penting bagi kesejahteraannya dan tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan untuk
mengatasi hal itu sekarang.
c. Culture Shock
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Terjadi ketika individu pindah ke suatu lingkungan kebudayaan baru.
d. Kesepian Kosmik (Cosmic Loneliness)
Dikenal dengan kesepian eksistensial yaitu perasaan ketidakmungkinan untuk
menjalin suatu hubungan yang sempurna dengan orang lain.
e. Kesepian Psikologikal (Psychological Loneliness)
Kesepian ini datang dari kedalaman hati individu, baik itu yang berasal dari situasi
masa kini ataupun sebagai reaksi dari trauma masa lalu.
3. Ciri-ciri Kesepian
Orang yang kesepian menurut Baron dan Bryne (2005) cenderung untuk menjadi
tidak bahagia dan tidak puas dengan diri sendiri, tidak mau mendengar keterbukaan intim
dari orang lain dan cenderung membuka diri mereka baik terlalu sedikit atau terlalu
banyak, merasakan kesia-siaan (hopelessness), dan merasa putus asa.
Orang yang kesepian menurut Robinson (2004) akan merasa terasing dari
kelompoknya, tidak merasakan adanya cinta disekelilingnya, merasa tidak ada yang
peduli dengan dirinya dan merasakan kesendirian, serta merasa sulit untuk mendapatkan
teman.
Orang yang kesepian menurut Myers (1990 dalam Martin , 2001) secara kronologis
kelihatan terjebak di dalam lingkaran setan yang merupakan kegagalan diri dalam kognisi
sosial dan perilaku sosial. Orang yang kesepian memiliki penjelasan yang negatif
terhadap depresi yang dialami, menyalahkan diri sendiri atas hubungan sosial yang buruk
dan berbagai hal yang berada di luar kendali (Anderson dan Snodgrass 1976 dalam
McGhie, 2003). Pandangan negatif tersebut akan mempengaruhi keyakinannya dan akan
menyebabkan orang yang mengalami kesepian kehilangan kepercayaan sosial dan
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
menjadi pesimis terhadap orang lain, yang justru akan menghambatnya dalam
mengurangi kesepian mereka.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesepian
Faktor yang mempengaruhi kesepian (Middlebrook 1977 dalam Turnip, 2005) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor Psikologis
1) Kesepian Eksistensial
Keterbatasan manusia yang terpisah dari orang lain sehingga seseorang
tersebuttidak mungkin berbagi perasaan dan pengalaman dengan orang lain dan
seseorang tersebut harusmengambil keputusan sendiri dan menghadapai
ketidakpastian.
2) Pengalaman Traumatis
Kehilangan seseorang yang sangat dekat secara tiba-tiba bisa menyebabkan
orang merasa kesepian, tetapi akan lebih sanggup mentolerir kesepian bila sering
mengalaminya atau orang itu sendiri yang mulai menjauh dari orang orang yang
dekat padanya.
3) Kurang dukungan dari lingkungan
Seseorang bisa mengalami kesepian bila merasa tidak sesuai dengan
lingkungannya, sehingga orang tersebut menganggap dirinya diabaikan dan ditolak
oleh lingkungan.
4) Krisis dalam diri dan kegagalan
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Seseorang bisa kehilangan semangat dan menghindar dari lingkungannya bila
merasa harga dirinya terganggu karena harapannya tidak terpenuhi, hal ini dapat
menyebabkan timbulnya gejala kesepian pada orang itu.
5) Kurangnya percaya diri
Kesepian dapat terjadi bila seseorang kurang dapat mengungkapkan diri
sepenuhnya dan hanya mampu berhubungan secara formil saja.Kalaupun bisa
berhubungan sosial dengan cukup baik, tetap saja merasa kurang dilibatkan.
6) Kepribadian yang pemalu
sesuai dengan lingkungan Orang-orang yang temperamen tertentu seperti
pemalu dan yang tidak mampu berhubungan sosial akan menarik diri dari lingkungan.
7) Ketakutan menanggung resiko sosial
Seseorang merasa takut untuk terlalu dekat dengan orang lain, karena
khawatir akan ditolak. Kedekatan sosial dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya dan
penuh resiko.
b. Faktor Situasional
1) Takut dikenal orang lain
Seseorang yang takut dikenal secara mendalam oleh orang lain akan
cenderung menghilangkan kesempatan untuk berhubungan dekat dengan orang lain,
sehingga orang tersebut tidak punya teman berbagi rasa.
2) Nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sosial
Nilai-nilai yang dianut seperti privasi dan kesuksesan dapat menyebabkan
seseorang merasa kesepian karena ia merasa terikat oleh nilai tersebut.
3) Kehidupan di luar rumah
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Rutinitas diluar rumah seperti kerja menyebabkan kurangnya kehangatan
hubungan seseorang dengan orang-orang tertentu.
4) Kehidupan di dalam rumah
Rutinitas dirumah seperti adanya jam makan, tidur, mandi akan menyebabkan
kejenuhan pada pelakunya.
5) Perubahan pola-pola dalam keluarga
Kehadiran orang lain dalam jangka panjang pada sebuah keluarga akan
menyebabkan terganggunyahubungan antar anggota keluarga.
6) Pindah tempat
Seringnya pindah dari satu tempat ke tempat lain akan menyebabkan
seseorang tidak dapat menjalin hubungan yang akrab dengan lingkungan baru,
sehingga akan menimbulkan kesepian.
7) Desain arsitektur bangunan
Bentuk bangunan yang canggih juga berpengaruh terhadap interaksi sosial.Hal
ini mengingat bangunan-bangunan dapat menyebabkan interaksi sosial menjadi
terbatas.
5. Penyebab Kesepian
Penyebab kesepian pada lanjut usia (Hanum, 2008) ditinjau dari sudut sosiologis
antara lain karena beberapa hal sebagai berikut:
a. Teralienasi (Terasing)
Perasaan dapat disebabkan oleh adanya perasaan terasing dalam kehidupan sosial
sehingga merasa dirinya sendiri di dunia. Penderitaan akan kesepian ini semakin
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
menyiksa karena merasa tidak mempunyai kawan untuk berbagi rasa dan terisolasi dari
kehidupan bermasyarakat.
b. Anomie
Suatu situasi ketika terjadi suatu keadaan tanpa aturan, yaitu collective
consciousness (kesadaran kolektif) tidak berfungsi.Kondisi seperti itu terjadi dalam
suasana krisis, dimana kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dan bertemu dengan
keadaan tidak berfungsinya aturan-aturan masyarakat pada akhirnya orang merasa
kehilangan arah di dalam kehidupan sosialnya.Lanjut usia yang mengalami kesepian dan
depresi dapat disebabkan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri (maladjustment)
dengan kondisi lingkungannya. Mereka merasa kecewa dan frustasi dengan keadaan yang
ada sehingga mendorong untuk menarik diri dari partisipasi di masyarakat.
c. Perubahan pada pola kekerabatan
Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin lemah. Mengarah pada
bentuk keluarga inti, lanjut usia tidak jarang terpisah jauh dari anak cucu akibat proses
urbanisasi. Lanjut usia ditinggalkan oleh anggota keluarga dan kurang diperhatikan, dan
banyak diantara mereka hidup sendiri dan kesepian. Keterpisahan lanjut usia dari anggota
keluarga menyebabkan mereka tidak intensif mendapat perhatian dan kesejahteraan. Oleh
karena itu, perasaan sepi dan tertekan kerap mewarnai para lanjut usia yang ditinggalkan
orang-orang yang dicintainya.
Penyebab umum terjadinya kesepian menurut Martin dan Osborn (2001) ada tiga
faktor, yaitu:
1. faktor psikologis
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Harga diri rendah pada lansia disertai dengan munculnya perasaan-perasaan
negatif seperti perasaan takut, mengasihani diri sendiri dan berpusat pada diri sendiri.
2. faktor kebudayaan dan situasional
Terjadinya perubahan dalam tata cara hidup dan kultur budaya dimana keluarga
yang menjadi basis perawatan bagi lansia kini banyak yang lebih menitipkan lansia ke
panti dengan alasan kesibukan dan ketidakmampuan dalam merawat lansia.
3. faktor spiritual
Agama seseorang dapat menghilangkan kecemasan seseorang dan kekosongan
spiritual seringkali berakibat kesepian.
Empat hal yang menyebabkan seseorang mengalami kesepian Menurut Brehm
(2002), yaitu:
a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang
Menurut Brehm (2002) hubungan seseorang yang tidak adekuat akan
menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan
seseorang merasa tidak puas dengan hubungan (relationship) yang tidak adekuat.
Rubenstein dan Shaver (1991 dalam Brehm 2002) menyimpulkan beberapa alasan yang
banyak dikemukakan oleh orang yang kesepian sebagai berikut:
1. Being unattached: tidak memiliki pasangan, tidak memiliki partner seksual, berpisah
dengan pasangan atau kekasih.
2. Alienation: merasa berbeda, merasa tidak dimengerti, tidak dibutuhkan dan tidak
memiliki teman dekat.
3. Being alone: pulang ke rumah tanpa ada yang menyambut, selalu sendiri.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4. Forced isolation: dikurung di dalam rumah, dirawat inap di rumah sakit, tidak bisa
kemana-mana.
5. Dislocation: jauh dari rumah (merantau), memulai pekerjaan atau sekolah baru, sering
pindah rumah, sering melakukan perjalanan.
b. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan
Menurut Brehm (2002) kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap
apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang
dimiliki seseorang cukup memuaskan, sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian.
Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah merubah
apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut. Menurut Peplau (1990 dalam Brehm, 2002),
perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber, yaitu:
1. Perubahan mood. Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika sedangsenang
akan berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkan ketikasedang sedih. Bagi
beberapa orang akan cenderung membutuhkan orang tuanya ketika sedang senang
dan akan cenderung membutuhkan teman-temannya ketika sedang sedih.
2. Usia. Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa
berbagai perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginan (desire) orang
itu terhadap suatu hubungan. Jenis persahabatan yang cukup memuaskan ketika
seseorang berusia 15 tahun mungkin tidak akan memuaskan ketika orang tersebut
berusia 25 tahun.
3. Perubahan situasi. Banyak orang tidak mau menjalin hubungan emosional yang dekat
dengan orang lain ketika mereka sedang membina karir.Namun, ketika karir sudah
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
mapan orang tersebut akan dihadapkan pada kebutuhan yang besar akan suatu
hubungan yang memiliki komitmen secara emosional.
c. Self-esteem dan causal attribution
Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki
self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang berisiko
secara sosial (misalnya berbicara di depan umum dan berada dikerumunan orang yang
tidak dikenal). Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak
sosial tertentu secara terus-menerus akibatnya akan mengalami kesepian.
d. Perilaku interpersonal
Perilaku interpersonal seseorang yang kesepian akan menyelidiki orang itu untuk
membangun suatu hubungan dengan orang lain. Dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai orang lain secara
negatif, mereka tidak begitu menyukai dan mempercayai orang lain, menginterpretasikan
tindakan dan intensi (kecenderungan untuk berperilaku) orang lain secara negatif, dan
cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan (hostile).
6. Dampak dari Kesepian
dampak dari kesepian menurut Robinson (2004) yaitu :
a. Mengalami rendah diri, bergantung pada teman untuk membangun harga dirinya.
b. Menyalahkan diri sendiri.
c. Tidak ingin berusaha untuk terlibat pada kegiatan sosial.
d. Mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan diri dalam berkelakuan dan takut untuk
berkata ya atau tidak untuk hal yang tidak sesuai.
e. Takut bertemu orang lain dan menghindari situasi baru.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
f. Mempunyai persepsi negative tentang diri sendiri.
g. Merasakan keterasingan, kesendirian dan perasaan tidak bahagia terhadap lingkungan
sekitar.
h. Seseorang yang kesepian cenderung menyalahkan diri sendiri atas kekurangan mereka.
Sebagai contoh, mereka menunjukkan keterbukaan diri yang tidak tepat, perhatian untuk
diri sendiri sebagai ganti perhatian terhadap pasangan atau ketidakmampuan untuk
membangun keintiman yang nyaman (Frankel dan Prentice 1968 dalam Santrock, 2002).
Perasaan ketika kesepian (Brehm, 2002) yaitu:
a. Desperation , yaitu perasaan yang sangat menyedihkan, mampu melakukan tindakan
yang nekat, disertai dengan indikator perilaku yaitu putus asa, tidak berdaya, takut,
tidak punya harapan, merasa ditinggalkan serta mudah mendapat kecaman dari orang
lain.
b. Impatient Boredom, yaitu rasa bosan yang tidak tertahankan, jenuh, tidak suka
menunggu lama, dengan indikator perilaku seperti tidak sabar, ingin berada di tempat
lain, kesulitan menghadapi suatu keadaan, sering marah, serta tidak dapat
berkonsentrasi.
c. Self-Deprecation, yaitu perasaan dimana seseorang mengutuk serta menyalahkan diri
sendiri, tidak mampu menyelesaikan masalahnya, dengan indikator perilaku seperti
tidak atraktif, terpuruk, merasa bodoh, malu, serta merasa tidak aman.
d. Depression, merupakan tahapan emosi yang ditandai dengan kesedihan yang
mendalam, perasaan bersalah, menarik diri dari orang lain, kurang tidur, dengan
indikator perilaku yaitu, sedih, tertekan, terisolasi, hampa, menyesali diri,
mengasingkan diri, serta berharap memiliki seseorang yang spesial.
D. DEPRESI
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
1. Pengertian Depresi
Hawari (2001) mengungkapkan bahwa depresi adalah salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective / mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. Santrock (2002)
mengungkapkan bahwa depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau
dalam bentuk gangguan tipe bipolar. Depresi mayor adalah suatu gangguan suasana hati atau
mood yang membuat seseorang merasakan ketidakbahagiaan yang mendalam, kehilangan
semangat, kehilangan nafsu makan, tidak bergairah, selalu mengasihani dirinya sendiri, dan
selalu merasa bosan.
Semiun (2006) mengungkapkan bahwa depresi merupakan salah satu diantara bentuk
sindrom gangguan – gangguan keseimbangan mood (suasana perasaan). Mood adalah kondisi
perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau
depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh
tekanan. Namun orang dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi
tanggung jawab secara normal.
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga,
merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat pada ADL sampai
ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
2. Tipe Depresi
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Menurut Durand dan Barlow (2003) kategorisasi depresi berdasarkan berat tidaknya
gangguan ada dua yaitu;
a. Depresi berat disebut episode depresi mayor
Ini adalah depresi yang paling sering didiagnosis dan paling berat.
Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling tidak selama 2
minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan tidak berharga dan tidak pasti)
dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan pola makan,
dan berat badan yang signifikan atau kehilangan banyak energi). Episode ini
biasanya disertai dengan hilangnya interes secara umum terhadap berbagai hal dan
ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup.
b. Mania
Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang berhubungan pada
beberapa gangguan suasana perasaan.
c. Hipomanic Episode
Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak menyebabkan
terjadinya hendaya berat pada fungsi sosial atau okupasional. Episode manik tidak
selalu bersifat problematik, tetapi memberikan kontribusi pada penetapan beberapa
gangguan suasana perasaan.
d. Episode Manik Campuran
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Suatu kondisi dimana individu mengalami kegirangan dan depresi atau
kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manik
disforfik.
3. Ciri-ciri Depresi
Menurut Nevid (2003) ciri-ciri umum dari seseorang yang mengalami depresi
adalah:
a. Perubahan pada kondisi emosional
Perubahan pada kondisi mood (periode terus menerus dari perasaan terpuruk,
depresi, sedih, atau muram). Penuh dengan air mata atau menangis serta
meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan atau kehilangan
kesadaran.
b. Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di
pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunnya tingkat partisipasi
sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam
aktivitas yang menyenangkan. Menurunnya minat pada seks serta gagal untuk
berespon pada pujian atau reward.
c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi
motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau
berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
(tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa
kesulitan untuk tidur kembali). Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak
atau terlalu sedikit). Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat
badan). Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang
yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang
kosong tanpa ekspresi.
d. Perubahan kognitif
Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir negatif mengenai diri
sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan
dimasa lalu. Kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat dan berpikir kematian
atau bunuh diri.
4. Resiko Depresi
Menurut Hawari (2001) orang yang rentan terkena depresi biasanya mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut;
a. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia
b. Pesimis menghadapi masa depan
c. Memandang diri rendah
d. Mudah merasa bersalah dan berdosa
e. Mudah mengalah
f. Enggan berbicara
g. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis
h. Gerakan lamban, lemah, lesu, kurang energik
i. Keluhan psikosomatik
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
j. Mudah tegang, agitatif, gelisah
k. Serba cemas, khawatir, dan takut
l. Mudah tersinggung
m. Tidak ada percaya diri
n. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna
o. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi
p. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam
q. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat terbatas
r. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang
s. Suka mencela, mengkritik, konvensional
t. Sulit mengambil keputusan
u. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif
v. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan / impuls diri
w. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan
5. Tingkatan Depresi
Ada beberapa tingkatan depresi menurut Kusumanto (2010) diantaranya:
a. Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial dan
rasa tidak nyaman.
b. Depresi Sedang
1) Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis.
2) Proses pikir: perasaan sempit, berfikir lambat, kurang komunikasi verbal
komuikasi non verbal meningkat.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3) Pola komunikasi: bicara lambat, kurang komunikasi verbal, komunikasi non
verbal meningkat.
4) Partisipasi sosial: menarik diri tak mau melakukan kegiatan, mudah
tersinggung.
c. Depresi Berat
1) Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif
berkurang.
2) Gangguang proses pikir.
3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam dalam waktu lama, tiba-tiba
hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri,
tidak peduli dengan lingkungan.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi
Menurut Indrawati dan Saputri (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi depresi adalah faktor kesehatan, kepribadian,
religiusitas, pengalaman hidup yang pahit, harga diri dan dukungan sosial.
Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Faktor-faktor
penyebabnya terdiri dari faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko social. Ketiga
faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Tarigan,
2003).
a. Faktor Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem
limbiks serta ganglin basalis dan hypothalamus.
b. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan
gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan
depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50% sedangkan dizigot 10 –
25%.
c. Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor
psikososial yang menyebabkan terjadinya depresi antara lain;
1) Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan: suatu pengamatan klinik
menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh
ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.
2) Faktor kepribadian premorbid: tidak ada satu kepribadian atau bentuk
kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang
dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipe-
tipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai
risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
3) Faktor psikoanalitik dan psikodinamik: Tarigan (2003) menyatakan suatu
hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa
kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena
mengidentifikasikan terhadap onjek yang hilang. Freud percaya bahwa
introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap onjek
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
yang hilang. Depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu
terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi
menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya,
akan mengakibatkan mereka putus asa.
4) Ketidakberdayaan yang dipelajari: di dalam percobaan, dimana binatang
secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat
dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama
sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka
tidak berdaya.
7. GERIATRI DEPRESSION SCALE ( GDS )
Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai gejaa yang
termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada Lansia.
Salah satu yang paling mudah digunakan dan diinterpretasikan diberbagai tempat,
baik oleh peneliti maupun praktisi klinis adalah “ Geriatric Depression Scale” .Alat ini
diperkenalkan oleh (Yesavage tahun 1983) dengan indikasi utama pada lanjut usia dan
memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan ketrampilan khusus dari
pengguna. Instrumen GDS ini memiliki sensitivitas 84% dan specifity 95%. Tes
reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85 (Burn, 1999). Alat ini terdiri dari 30
poin pertanyaan dibuat sebagai penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format
laporan sederhana yang diisi sendiri dengan menjawab “ya atau “tidak” setiap pertanyaan.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
GDS merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak
berhubungan dengan pengukuran mood lainnya.
a. Skor 0-9 : menunjukkan tidak ada depresi
b. Skor 10-19 : Depresi Ringan
c. Skor 20-30 : Depresi Sedang/Berat
Berikut pertanyaan yang harus diajukan pada lansia dalam instrumen Geriatri Depression
Scale (GDS), yaitu :
1. Apakah anda merasa puas dengan kehidupan anda sekarang ?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini
?
3. Apakah anda merasa hampa/kosong dalam hidup ini ?
4. Apakah anda sering merasa bosan ?
5. Apakah anda merasa senang waktu bangun tidur ?
6. Apakah anda merasa hampa/kosong dalam hidup ini ?
7. Apakah anda mempunyai pikiran jelek yang mengganggu terus menerus ?
8. Apakah anda memiliki semangat yang baik setiap saat ?
9. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
10. Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu ?
11. Apakah anda sering merasa tidak mampu untuk berbuat apa-apa ?
12. Apakah anda sering merasa resah dan gelisah ?
13. Apakah anda senang tinggal dirumah daripada keluar rumah dan mengerjakan
sesuatu ?
14. Apakah anda sering merasa khawatir tentang masa depan ?
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15. Apakah anda akhir-akhir ini sering lupa ?
16. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan ?
17. Apakah anda sering merasa sedih dan putus asa ?
18. Apakah anda merasa tidak berharga akhir-akhir ini ?
19. Apakah anda sering merasa khawatir tentang masa lalu ?
20. Apakah anda merasa hidup ini menggembirakan ?
21. Apakah anda untuk memulai kegiatan yang baru ?
22. Apakah anda merasa penuh semangat ?
23. Apakah anda merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan?
24. Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda ?
25. Apakah anda sering marah karena hal-hal yang sepele ?
26. Apakah anda sering merasa ingin menangis ?
27. Apakah anda sering sulit berkonsentrasi ?
28. Apakah anda tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ?
29. Apakah mudah bagi anda membuat suatu keputusan ?
30. Apakah pikiran anda masih tetap mudah dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?
8. Loneliness scale University of California Los Angeles (UCLA)
UCLA skala kesepian adalah tes yang membantu menilai psikolog dan konselor
perasaan subyektif dari kesepian atau isolasi sosial. Ini adalah ukuran yang paling umum
dan luas digunakan kesepian dengan lebih dari 500 kutipan dalam literatur. Tes asli
dibuat pada akhir tahun 1970-an. Sejak itu, pembaruan telah dibuat untuk itu. UCLA
Kesepian Skala yang digunakan saat ini diterbitkan pada tahun 1996.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Skor pada skala kesepian telah ditemukan untuk memprediksi berbagai mental
(seperti kecemasan, depresi) dan fisik (seperti immuncompetence, panti jompo masuk,
kematian) hasil kesehatan dalam penelitian kami dan penelitian orang lain.
Skala kesepian
1. Seberapa sering Anda merasa bahagia melakukan begitu banyak hal sendiri?
2. Seberapa sering Anda merasa memiliki seseorang untuk berbicara dengan anda?
3. Seberapa sering Anda tidak betah sendirian saja?
4. Seberapa sering Anda merasa seolah-olah tidak ada yang benar-benar mengerti Anda?
5. Seberapa sering anda merasa diri anda menunggu orang untuk menelepon atau
mengirim pesan untuk anda?
6. Seberapa sering Anda merasa benar-benar sendirian?
7. Seberapa sering anda tidak dapat menjangkau dan berkomunikasi dengan orang-orang
di sekitar anda?
8. Seberapa sering anda merasa diri anda menunggu orang lain untuk mengajak anda
melakukan sesuatu?
9. Seberapa sering anda merasa tidak memiliki persahabatan?
10. Seberapa sering anda merasa ditinggalkan oleh orang lain?
Menunjukkan seberapa sering setiap pernyataan di bawah ini adalah deskriptif Anda.
Lingkaran satu huruf untuk setiap pernyataan:
O menunjukkan "Saya sering merasa seperti ini"
S menunjukkan "Saya kadang-kadang merasa seperti ini"
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
R menunjukkan "Saya jarang merasa seperti ini"
N menunjukkan "Aku tidak pernah merasa seperti ini
Untuk menentukan tingkat kesepian memberikan diri Anda:
1 poin untuk setiap pertanyaan Anda menjawab "tidak pernah" N
2 poin untuk setiap pertanyaan Anda menjawab "jarang" R
3 poin untuk setiap pertanyaan Anda menjawab "kadang-kadang" S
4 poin untuk setiap pertanyaan Anda menjawab "sering" O
Menghitung skor Anda dengan menambahkan sepuluh angka bersama.
Scoring System:
15-20 : Orang mencapai ini skor-range beroperasi dengan nyaman dan
mengalami tingkat rata-rata kesepian.
21-30: Orang dalam ini berkisar berjuang sedikit dengan interaksi sosial, sering
mengalami kesepian.
31-40: Skor jatuh dalam kisaran ini akan menunjukkan seseorang mengalami
kesepian parah.
Takut tidak jika Anda memperoleh nilai yang tinggi, pertama kali melakukan penilaian
ini.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
9. Eysenck’s Personality Inventory (EPI) (Extroversion/Introversion)
Eysenck Personality Inventory (EPI) mengukur dan meresap dari dua dimensi
kepribadian, Extraversion-introversi dan Neuroticism-Stabilitas, yang mencakup
sebagian besar varians dalam domain kepribadian. Pertanyaan berisi 56 item yang
dijawab "Ya-Tidak" tanpa pengulangan item. Ciri-ciri diukur adalah Extraversion-
introversi dan Neuroticism. Ketika Anda mengisi Eysenck Personality Inventory (EPI)
ini, anda mendapatkan nilai.
'E skor' diukur dari 0-24 untuk mengetahui seberapa banyak orang yang termasuk
ekstrovert .
'N skor' dukur dari 0-24 untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah yang
termasuk neurotik.
Untuk menafsirkan skor, skor E dan skor N diplot pada grafik untuk membaca
karakteristik kepribadian Anda. Semakin dekat luar lingkaran Anda, semakin ditandai
merupakan ciri-ciri kepribadian. Harap dicatat bahwa EPI adalah jenis yang sangat
sederhana dari skala pengukuran kepribadian.
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Instruksi :
Berikut adalah beberapa pertanyaan mengenai cara Anda berperilaku, merasa dan
bertindak. Setiap pertanyaan memiliki jawaban YA atau TIDAK. Cobalah untuk
memutuskan apakah YA atau TIDAK merupakan cara yang biasa Anda bertindak atau
perasaan. Bekerja dengan cepat, dan tidak menghabiskan terlalu banyak waktu selama
pertanyaan, kami ingin reaksi pertama Anda, bukan proses pemikiran yang panjang
berlarut-larut. Seluruh kuesioner tidak harus mengambil lebih dari beberapa menit.
Pastikan untuk tidak menghilangkan pertanyaan. Mulai sekarang, bekerja dengan cepat
dan ingat untuk menjawab setiap pertanyaan. Tidak ada jawaban benar atau salah, dan ini
bukan tes kecerdasan atau kemampuan, tetapi hanya ukuran dari cara Anda berperilaku.
Berikut beberapa pertanyaannya:
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
1. Apakah anda sering merasa gembira yang berkepanjangan?
2. Apakah Anda sering perlu memahami teman-teman untuk menghibur Anda?
3. Apakah Anda biasanya merasa gembira?
4. Apakah Anda merasa sangat sulit untuk mengambil jawaban tidak?
5. Apakah Anda berpikir hal-hal berlebihan sebelum melakukan sesuatu?
6. Jika Anda akan melakukan sesuatu untuk menepati janji, apakah anda tidak peduli
seberapa nyaman mungkin untuk melakukannya?
7. Apakah suasana hati Anda naik dan turun?
8. Apakah biasanya Anda melakukan dan mengatakan sesuatu tanpa berfikir
sebelum bertindak?
9. Apakah Anda pernah merasa 'sengsara' tanpa alasan?
10. Akankah anda akan melakukan sesuatu sampai nekat?
11. Apakah Anda merasa malu ketika ingin berbicara dengan orang asing yang
menarik?
12. Apakah Anda akan marah ketika kehilangan kesabaran?
13. Apakah Anda sering melakukan hal-hal yang mendadak?
14. Apakah Anda merasa khawatir tentang hal-hal yang harus Anda lakukan atau
katakan?
15. Secara umum apakah anda lebih memilih membaca buku daripada bertemu
dengan orang lain?
16. Apakah perasaan Anda lebih mudah sakit?
17. Apakah Anda sangat menyukai berpergian?
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18. Apakah Anda kadang-kadang memiliki pikiran dan ide-ide yang tidak ingin orang
lain tahu tentang anda?
19. Apakah biasanya anda begitu sangat berenergi dan terkadang sangat loyo?
20. Apakah Anda lebih memilih untuk memiliki sedikit teman khusus?
21. Apakah Anda sering melamun?
22. Ketika orang-orang menyapa pada Anda apakah Anda menyapa kembali?
23. Apakah Anda sering bermasalah tentang perasaan bersalah Anda?
24. Apakah semua kebiasaan yang Anda inginkan baik?
25. Dapatkah anda sesekali meluangkan waktu untuk menikmati hal-hal yang
menyenangkan di suatu kelompok?
26. Apakah Anda menyebut diri Anda tegang atau 'sangat tegang'?
27. Apakah orang lain berpikiran anda adalah sosok yang besemangat?
28. Setelah Anda melakukan sesuatu yang penting, Apakah anda merasa bisa
melakukannya lebih baik?
29. Apakah Anda lebih sering diam ketika bersama orang lain?
30. Apakah Anda kadang-kadang bergosip?
31. Apakah Anda memiliki pikiran, sehingga Anda tidak bisa tidur?
32. Jika ada hal yang ingin anda ketahui, apakah anda lebih memilih mencarinya di
buku daripada bertanya pada seseorang?
33. Apakah Anda merasakan adanya denyutan atau bunyi ketukan pada pendengaran
anda?
34. Apakah anda menyukai jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian?
35. Apakah Anda sering merasa gemetar?
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36. Apakah Anda selalu menyatakan segala sesuatu, bahkan jika Anda tidak tau, anda
akan bisa tahu?
37. Apakah Anda benci dengan orang-orang yang bermain lelucon satu sama lain?
38. Apakah Anda orang yang mudah marah?
39. Apakah Anda suka melakukan hal-hal di mana Anda harus bertindak cepat?
40. Apakah Anda khawatir tentang hal-hal buruk yang mungkin terjadi?
41. Apakah Anda lambat dan tidak tergesa-gesa dalam cara Anda bergerak?
42. Apakah anda pernah terlambat untuk membuat janji atau bekerja?
43. Apakah anda memiliki pengalaman-pengalaman yang mengerikan?
44. Apakah anda sangat suka berbicara dengan orang sehingga anda tidak ingin
kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan orang asing?
45. Apakah anda mempunyai penyakit?
46. Apakah anda akan sangat tidak senang apabila anda tidak bisa melihat banyak
orang di setiap waktu?
47. Apakah anda akan menganggap diri sendiri sebagai orang yang grogi?
48. Dari orang-orang yang kenal anda apakah ada beberapa dari mereka yang anda
tidak suka?
49. Akankah anda mengatakan bahwa diri anda adalah orang yang cukup percaya
diri?
50. Apakah anda mudah sakit hati ketika seseorang menemukan kesalahan dalam diri
anda maupun pekerjaan anda?
51. Apakah diri anda merasa sulit untuk benar-benar menikmati diri sendiri di
kelompok secara langsung?
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52. Apakah anda merasa bermasalah dalam keadaan yang rendah ?
53. Dapatkah anda menghidupkan kelompok yang membosankan?
54. Apakah anda terkadang mengatakan beberapa hal yang tidak anda ketahui?
55. Apakah anda khawatir dengan kesehatan anda?
56. Apakah anda suka bercanda atau bersenda gurau dengan yang orang lain?
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
E. Kerangka Teoritis
Bagan 2.1 Kerangka teori
Perubahan Psikologis
(Darmojo, 2009)
Perubahan Fisiologis
(Darmodjo, 2006)
1. Marah & Kekecewaan
2. Kesepian
3. Ketergantungan
4. Kekacauan mental
1. Anatomik
2. Gangguan penyakit
3. Gangguan psikososial
(Hanum, 2008)
1) Penurunan kemampuan fisik
2) Hilangnya hubungan sosialisasi
3) Kurangnya kesamaan bahasa
4) Penurunan minat berkomunikasi
Tejadinya gangguan mental Depresi pada Lansia
(Brehm, 2002)
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Darmodjo (2006), Stanley & Beare (2007), Brehm (2002), Hanum (2008)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.2 Kerangka konsep
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1) Ada Hubungan Sosialisasi Dengan Depresi pada Lansia
2) Ada Hubungan Kesepian Dengan Depresi pada Lansia
Kesepian
Depresi pada lansia
Sosialisasi
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencangkup
pengumpulan data, dan analisis data, serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan,
2006). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, merupakan suatu penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat. Analitik adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis
dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo,
2012). Peneliti juga menggunakan desain penelitian potong silang (cross sectional), dalam
penelitian ini, variabel sebab atau resiko (sosialisasi, kesepian) dan akibat (depresi pada lansia)
yang terjadi pada objek penelitian dikumpulkan atau diukur secara simultan (dalam waktu yang
bersamaan) (Notoatmodjo, 2012).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2013) menyatakan, bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tercatat dalam Forum
Hubungan Sosialisasi Kesepian..., Kiki Septiana Hermawan, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017