34
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Sebagai contoh: sarana pendidikan diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, misalkan buku, tas, pulpen, komputer, dll. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sarana dalam istilah umumnya dipakai untuk menunjuk kepada suatu unsur penting dalam set pemerintah atau pemberian jasa pelayanan pada umumnya, jaringan atau bangunan-bangunan yang memberikan pelayanan dengan fungsi tertentu kepada masyarakat maupun perorangan berupa kemudahan kehidupan masyarakat dan pemerintah, menunjang kebutuhan masyarakat, di perkotaan lebih rumit dan di luar kota lebih langka, misalnya bangunan-bangunan kesehatan, peribadatan, pendidikan pemerintahan, sarana pendidikan dan sebagainya. Dalam suatu lingkungan baik itu lingkungan perumahan dan permukiman maupun suatu lingkungan perkotaan harus dilengkapi pula dengan ketersediaan sarana, yang mana sarana tersebut dapat menunjang kelangsungan hidup masyarakat dan perkembangan kota itu sendiri. Adapun sarana yang kurang lebihnya harus dimiliki oleh suatu lingkungan mencakup, sarana pendidikan, sarana kesehatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/877/2/bab2.pdfDalam kaitannya dengan Tata Ruang Kota/Daerah terutama dalam perencanaan, penyediaan fasilitas mempunyai

Embed Size (px)

Citation preview

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai

makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Sebagai contoh: sarana

pendidikan diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, misalkan

buku, tas, pulpen, komputer, dll.

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, sarana

adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sarana dalam istilah

umumnya dipakai untuk menunjuk kepada suatu unsur penting dalam set

pemerintah atau pemberian jasa pelayanan pada umumnya, jaringan atau

bangunan-bangunan yang memberikan pelayanan dengan fungsi tertentu kepada

masyarakat maupun perorangan berupa kemudahan kehidupan masyarakat dan

pemerintah, menunjang kebutuhan masyarakat, di perkotaan lebih rumit dan di

luar kota lebih langka, misalnya bangunan-bangunan kesehatan, peribadatan,

pendidikan pemerintahan, sarana pendidikan dan sebagainya. Dalam suatu

lingkungan baik itu lingkungan perumahan dan permukiman maupun suatu

lingkungan perkotaan harus dilengkapi pula dengan ketersediaan sarana, yang

mana sarana tersebut dapat menunjang kelangsungan hidup masyarakat dan

perkembangan kota itu sendiri. Adapun sarana yang kurang lebihnya harus

dimiliki oleh suatu lingkungan mencakup, sarana pendidikan, sarana kesehatan,

12

sarana perbelanjaan dan niaga (perdagangan), sarana pemerintahan dan pelayanan

umum, tempat peribadatan, tempat rekreasi dan kebudayaan, serta sarana olah

raga dan lapangan terbuka. Sarana tersebut diatas sudah sesuai dengan standar

yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU).

2.2 Sarana Menunjang Fungsi Kota

Sarana dan prasarana dalam kegiatan wilayah dan kota meliputi:

1. Prasarana (utilitas) kota dan daerah terdiri atas jalan (raya) dan bangunan yang

menyediakan jasa-jasa dasar untuk kehidupan masyarakat dengan cara yang

seharusnya dapat diandalkan dalam hal keteraturan, kontinuitas (dapat

diperoleh setiap saat), kualitas dan dengan kemampuan yang sesuai dengan

volume yang diperlukan. Air dan gas termasuk dalam “jasa” tersebut,

meskipun berupa “barang”, karena kriteria keandalan tersebut merupakan

syarat utama.

2. Sarana/fasilitas kota dan daerah terdiri atas bangunan dan ruang yang terbuka,

yang menyediakan jasanya untuk kemudahan kehidupan masyarakat sehari-

hari. Sarana ini selanjutnya dapat dikelompokkan dalam sarana sosial dan

komersial.

a. Jenis

1) Sarana/fasilitas ekonomi/komersial yang ada pada umumnya milik dan

dikelola sektor swasta atau perusahaan negara atau perusahaan daerah,

adala sarana yang disediakan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi suatu

desa seperti pabrik, pasar, bank dan lain-lain.

13

2) Fasilitas sosial yang pada umumnya dimiliki dan dikelola oleh

pemerintah adalah sarana yang disediakan untuk kepentingan umum,

yang pada umumnya meliputi sosial dan pelayanan masyarakat.

Contoh: Tempat Ibadah, Taman, Sekolah dan lain.

b. Permasalahan

Dalam kaitannya dengan Tata Ruang Kota/Daerah terutama dalam

perencanaan, penyediaan fasilitas mempunyai masalah dalam pengadaan

jumlah, standar, lokasi dan distribusinya.

c. Penentuan Lokasi

Pada umunya didasarkan pada jumlah dan distribusi penduduk yang dapat

dilayani oleh fasilitas yang bersangkutan (berdasarkan standar yang

berlaku).

Faktor-faktor penduduk yang menentukan lokasi adalah:

1) Jumlah penduduk

2) Perkembangan jumlah penduduk

3) Distribusi kepadatan penduduk

4) Konsentrasi penduduk

5) Komposisi umur dan kelamin

d. Fungsi Lain

Lokasi fasilitas sering pula dijadikan sebagai faktor pengikat dari suatu

lingkungan permukiman, karena fungsinya yang demikian itu, maka faktor

daya hubung (aksesibilitas) merupakan salah satu faktor lain sebagai

penentu lokasi fasilitas.

14

Dengan pengertian yang berbeda maupun pengertian yang lain,

didepartemen dan di dinas-dinas pelaksana merencanakan kota sesuai dengan

tanggung jawab masing-masing, yaitu berkaitan dengan penyediaan sistem

pelayanan. Di dalam melaksanakan tugas tersebut departemen dan dinas-dinas

pelaksana menentukan bentuk kota dimasa depannya dengan menggunakan

sebanyak mungkin cara sesuai dengan kegiatan masing-masing yang harus

dilaksanakan. Sebuah model fisik bagi seluruh kota baru dapat dibuat untuk

menunjukan secara sepintas lalu keadaan existing (yang ada saat ini) dan yang

diusulkan, sistem prasarana fisik dan unsur-unsur lingkungan lainnya.

2.3 Kota

Kota menurut Jayadinata (1999), kota dalam pengertian geografis adalah

suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rumahnya berkelompok kompak,

dan mata pencaharian penduduk bukan pertanian. Kota dalam pengertian teknis

yaitu kota yang mempunyai jumlah penduduk tertentu, misalnya di Indonesia

yang disebut kota adalah tempat dengan 20.000 penduduk atau lebih.

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi (Permendagri No.1 tahun 2008).

Permasalahan bagi konsentrasi permukiman atau bagi kota kecil (Ibukota

Kecamatan) adalah apakah konsentrasi itu dapat dikategorikan sebagai kota atau

masih sebagai desa. Jadi perlu menetapkan kriteria apakah suatu lokasi

15

konsentrasi sudah memenuhi syarat untuk dinyatakan kota atau belum. Kriteria

yang digunakan yaitu (Budiharjo, 1997) :

1. Kepadatan penduduk perkilometer persegi

2. Persentase rumah tangga yang mata pencaharian utamanya adalah

pertanian atau nonpertanian

3. Persentase rumah tangga yang memiliki telepon

4. Persentase rumah tangga yang menjadi pelanggan listrik

5. Fasilitas/sarana umum yang ada di desa/kelurahan, seperti fasilitas

pendidikan, pasar, tempat hiburan, kompleks pertokoan, dan fasilitas lain

seperti hotel, tempat biliar, diskotek, karaoke, panti pijat dan salon.

Masing-masing fasilitas diberi skor (nilai). Atas dasar skor yang dimiliki

desa/kelurahan tersebut maka ditetapkan desa/kelurahan tersebut masuk

dalam salah satu kategori berikut, yaitu perkotaan besar, perkotaan

sedang, perkotaan kecil, dan pedesaan.

Dalam mengartikan atau mendefinisikan, kota adalah sangat relatif dan sulit,

karena tergantung dari sudut pandang hukum, politik, sosial, ekonomi dan lain-

lain, yang mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Menurut Dickinson (1969)

kota adalah suatu pemukiman yang bangunannya rapat, dan penduduknya

bernafkah bukan petani. Terdapat juga pengertian bahwa suatu kota dicirikan oleh

adanya prasarana dan sarana perkotaan, seperti bangunan yang besar bagi

pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar dan sebagainya, taman serta alun-alun

yang luas dan jalanan aspal yang lebar-lebar. Dengan demikian kota menyediakan

segala fasilitas bagi kehidupan baik sosial maupun ekonomi sehingga baik

16

bertempat tinggal maupun bekerja dan berkreasi dapat dilakukan oleh penduduk

di dalam kota (Jayadinata, 1999).

Bila dikategorikan, fungsi kota terdiri dari fungsi internal dan fungsi

external, dimana fungsi internal yaitu fungsi kota dalam hubungannya dengan

kota sebagai pusat pelayanan penduduk kota itu sendiri, sedangkan fungsi external

yaitu fungsi kota sebagai pendorong dan pemberi bagi daerah hinterland atau

fungsi kota yang berkaitan dengan pelayanan kota tersebut dan wilayah

belakangnya. Kedua fungsi tersebut mempunyai kaitan yang erat, karena

diwujudkan dalam suatu wadah, sehingga dalam wadah tersebut akan

memperlihatkan unsur-unsur ruang yang akan membentuk struktur kotanya.

Dari berbagai pengertian definisi tentang kota tersebut, baik dari aspek fisik,

fungsional, perundang-undangan maupun dari aspek sosial ekonomi namun

kenyataan bahwa eksistensi suatu kota mempunyai unsur-unsur yang satu dengan

yang lainnya tidak dapat dipisahkan, dimana unsur-unsur perbedaan suatu kota ini

merupakan unsur utama pembentuk kota.

2.4 Kebutuhan

Dalam mempertahankan hidup sebagai perseorangan dan sebagai kelompok

secara naluri, manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan

seseorang harus dipenuhi untuk mempertahankan hidupnya, dan keinginannya

dapat dipenuhi untuk pemuasan hasratnya.

Menurut Kamus Tata Ruang (1998) dalam Fandeli (2004), kebutuhan

adalah suatu tingkat minimum yang harus dipenuhi sebagai syarat bagi individu

atau masyarakat untuk hidup secara layak. Dari defenisi tersebut dapat ditarik

17

kesimpulan, bahwa kebutuhan merupakan hal yang sangat penting untuk

dilaksanakan dalam menjamin kelangsungan suatu aktivitas yang di jalankan

setiap saat, sehingga kebutuhan akan sarana permukiman perlu dipenuhi untuk

menunjang kegiatan masyarakat sehari-hari dan demi mempertahankan

kelangsungan hidup.

2.5 Standar Penyediaan Fasilitas Sarana Lingkungan Perkotaan

Adapun standar sarana yang di pergunakan di dalam penyusunan laporan ini

sesuai dengan konsep Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya (2007) serta

disesuaikan dengan keinginan masyarakat lokasi studi dan tidak terlepas dari

arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang).

Untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan guna menciptakan suatu

lingkungan permukiman yang baik di perkotaan, maka perlu ditunjang dengan

berbagai sarana. Dalam perencanaan permukiman asumsi dasar dalam

pembangunan permukiman diperlukan dalam menghitung kebutuhan sarana yang

didasarkan pada pola penduduk (Sinulingga, 1999).

Untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan guna menciptakan suatu

lingkungan permukiman yang baik di perkotaan, maka perlu ditunjang dengan

berbagai sarana. Dalam perencanaan permukiman asumsi dasar dalam

pembangunan permukiman diperlukan dalam menghitung kebutuhan sarana yang

didasarkan pada pola penduduk. Adapun komponen-komponen yang ada pada

sarana yaitu:

18

2.5.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut

bidang pendidikan yang bersifat formal/umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar

(Taman Kanak-kanak), tingkat dasar (SD/MI), tingkat menengah (SLTP/MTs dan

SMU).

Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:

a. Taman Kanak-Kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan

belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan

pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan.

b. Sekolah Dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar

yang menyelenggarakan program enam tahun.

c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), yang merupakan bentuk

satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun

sesudah sekolah dasar (SD).

d. Sekolah Menengah Umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan

yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan

perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi.

e. Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun

perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan

perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca,

menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.

19

1

9

Tabel. 2.1 Kebutuhan Sarana Pendidikan

Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan Sarana Standard

(m2/jiwa)

Kriteria

Keterangan Luas Lantai

Min. (m2)

Luas Lahan

Min. (m2)

Radius

Pencapaian

Lokasi dan

Penyelesaian

Taman

Kanak-kanak 1.250

216 termasuk

rumah penjaga

36 m2

500 0,28 500

Di tengah kelompok

warga. Tidak

menyeberang jalan

raya. Bergabung

dengan taman

sehingga terjadi

Pengelompokan

kegiatan.

2 rombongan

prabelajar @ 60

murid dapat

bersatu dengan

sarana lain

Sekolah

Dasar 1.600 633 2000 1,25 1000

Kebutuhan

harus

berdasarkan

perhitungan

dengan rumus

2,3 dan 4.

Dapat digabung

dengan sarana

pendidikan lain,

mis. SD, SMP,

SMA dalam

satu komplek

SLTP 4.800 2.282 9000 1,88 1000 Dapat dijangkau

dengan

kendaraan umum.

Disatukan dengan

lapangan olah raga.

Tidak selalu harus di

pusat lingkungan.

SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3000

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

20

20

2

0

2.5.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan

kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah

penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain

keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat

terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai

konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan

mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar

sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.

Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah:

1) Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-

anak usia balita.

2) Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada

penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada

penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu

tertentu juga untuk vaksinasi.

3) Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA)/Klinik Bersalin), yang berfungsi

melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta

melayani anak usia sampai dengan 6 tahun.

4) Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan

21

21

2

1

5) kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk

dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya.

6) Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit

pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan

terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup

wilayah yang lebih kecil.

7) Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan

pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha

penyembuhan tanpa perawatan.

8) Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-

obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.

22

2

2

Tabel 2.2 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Jenis Sarana

Jumlah

Penduduk

Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan Per Satuan

Sarana Kriteria

Keterangan Luas

Lantai

Min. (m2)

Luas

Lahan

Min. (m2)

Standard

(m2/jiwa)

Radius

Pencapaian

(m2)

Lokasi dan Penyelesaian

Posyandu 1.250 36 60 0,48 500

Di tengah kelompok

tetangga tidak

menyeberang jalan raya

Dapat bergabung

dengan balai warga atau

sarana hunian/rumah

Balai Pengobatan Warga 2.500 150 300 0,12 1.000

Di tengah kelompok

tetangga tidak

menyeberang jalan raya.

Dapat

bergabung

dalam lokasi

balai warga

BKIA/Klinik Bersalin 30.000 1500 3.000 0,1 4.000 Dapat dijangkau Dengan

kendaraan umum

Puskesmas Pembantu

dan Balai Pengobatan

Lingkungan

30.000 150 300 0,006 1.500 -

Dapat bergbung

dalam

lokasi kantor

kelurahan

Puskesmas dan Balai

Pengobatan 120.000 420 1.000 0,008 3.000 -

Dapat bergabung

dalam lokasi kantor

kecamatan

Tempat Praktek Dokter 5.000 18 - - 1.500 -

Dapat bersatu dengan

rumah tinggal/tempat

usaha/apotik

Apotik/Rumah Obat 5.000 120 250 0,025 1.500 -

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

23

23

2

3

2.5.3 Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan

rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain

sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang

bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut

oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan

jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah

lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan

yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta

kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan

peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.

Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain

keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait

dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya lahir sesuai konteks

lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan

jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus

dipenuhi untuk melayani area tertentu.

Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan

memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau

pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya.

Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut:

a) Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar.

b) Kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid.

24

24

2

4

c) Kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan.

d) Kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan.

Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut:

1) Katolik mengikuti paroki

2) Hindu mengikuti adat

3) Budha dan kristen protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki

lembaga.

25

2

5

Tabel 2.3 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan

Sarana Kriteria

Luas Lantai

Min. (m2)

Luas Lahan

Min. (m2)

Standard

(m2/jiwa)

Radius

Pencapaian

Lokasi dan

Penyelesaian

Musholla/Langgar 250 45

100 bila

bangunan

tersedia

0,36 100 m2

Di tengah kelompok

tetangga. Dapat

merupakan bagian dari

bangunan sarana lain

Mesjid Warga 2.500 300 600 0,24 1.000 m2

Di tengah kelompok

tetangga tidak

menyeberang jalan raya.

Dapat bergabung

dalam lokasi balai warga.

Mesjid Lingkungan

(Kelurahan) 30.000 1.800 3.600 0,12

Dapat dijangkau dengan

kendaraan umum

Mesjid Kecamatan 120.000 3.600 5.400 0,03 -

Berdekatan dengan

pusat

lingkungan/kelurahan.

Sebagian sarana

berlantai 2, KDB 40%

Sarana Ibadah Agama

Lain

Tergantungan Sistem

Kekerabatan/Hirarki

Lembaga

Tergantung

Kebiasaan

Selempat

Tergantung

Kebiasaan

Selempat

- - -

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

26

26

2

6

2.5.4 Sarana perdagangan dan niaga

Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah

dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah

penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain

keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat

terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai

konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan

mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar

sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Menurut skala

pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:

a) Toko/warung (skala pelayanan unit RT ≈ 250 penduduk), yang menjual

barang-barang kebutuhan sehari-hari.

b) Pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel,

fotocopy, dan sebagainya.

c) Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan ≈

30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur,

daging, ikan, buah buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian,

barang-barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta

pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya.

d) Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000

penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang

kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-

27

27

2

7

unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan

niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-lain.

28

2

8

Tabel 2.4 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga

Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Per Satuan

Sarana Kriteria

Luas Lantai

Min. (m2)

Luas

Lahan

Min. (m2)

Standard

(m2/jiwa)

Radius

Pencapaian

Lokasi dan

Penyelesaian

Toko /

Warung 250

50 (termasuk

gudang)

100 (bila

berdiri

sendiri)

0,40 300 m2

Di tengah kelompok

tetangga. Dapat

merupakan bagian

dari sarana lain

Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,50 2.000 m2

Di pusat kegiatan sub

lingkungan. KDB

40% Dapat berbentuk

P&D

Pusat

Pertokoan +

Pasar

Lingkungan

30.000 13.500 10.000 0,33 -

Dapat dijangkau

dengan kendaraan

umum

Pusat

Perbelanjaan

dan Niaga

(toko + pasar

+ bank +

kantor)

120.000 36.000 36.000 0,30 -

Terletak di jalan

utama. Termasuk

sarana parkir sesuai

Ketentuan setempat

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

29

29

2

9

2.5.5 Sarana kebudayaan dan rekreasi

Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan

untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung

pertemuan, gedung serbaguna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan

dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan

umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi

menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda.

Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah

sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-

faktor:

a) Tata kehidupan penduduknya.

b) Struktur sosial penduduknya.

Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi:

a) Balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW ≈ 2.500

penduduk).

b) Balai serbaguna (skala pelayanan unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk).

c) Gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan ≈

120.000 penduduk).

d) Bioskop (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk).

30

30

3

0

2.5.6 Sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga

Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang

mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi

dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan

dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka

hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau

budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal

berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.

Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan

berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan

jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah :

a) Setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1

untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara

segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak.

b) Setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-

kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah

terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang

berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga

kegiatan olah raga.

c) Setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan

taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan

penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta

kegiatan lainnya.

31

31

3

1

d) Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus

memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang

berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola

basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan

tempat yang luas dan terbuka.

e) Setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus

memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi

sebagai kuburan/pemakaman umum.

f) Selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur

hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai

filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar.

g) Diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta

api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi

menyebar.

h) Pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai

sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan

olahraga.

Bidang pelayanan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, diantaranaya

kantor pemerintahan yang terdiri dari 2 jenis yaitu kantor kecamatan dan kantor

kelurahan. Kantor militer terdiri dari 2 jenis yaitu kantor polsek dan kantor

koramil yang masing-masing terdiri dari 1 unit untuk penduduk pendukung 30000

jiwa. Selain kantor pemerintahan dan militer, terdapat juga sarana pelayanan

32

32

3

2

umum diantaranya Kantor Pos, Kantor Telepon, Balai Pertemuan, Balai Karya,

dan KUA.

Sarana pendidikan terdiri dari 5 jenis sarana diantaranya, TK dengan

penduduk pendukung 1000 jiwa/1 unit, unutk SD, SMP, dan SMA masingmasing

penduduk pendukung 1 unit/6000 jiwa. Selain sarana pendidikan yang telah

disebutkan sebelumnya, terdapat juga 1 unit Tempat Pendidikan Agama.

Untuk sarana kesehatan terdiri dari 4 jenis sarana diantaranya

Puskesmas/Pustu dengan penduduk pendukung 30000 jiwa, Posyandu 1 unit

untuk penduduk pendukung sebanyak 1250 jiwa, Tempat Praktek Dokter dengan

penduduk pendukung 5000 jiwa dan Apotik sebanyak 30000 jiwa penduduk

pendukung untuk 1 unit.

Sarana Peribadatan terdiri dari 2 jenis sarana diantaranya Mesjid sebanyak

dan Musholla/Langgar dengan penduduk pendukung 2500 jiwa untuk 1 unit.

Untuk bidang pelayanan sarana ekonomi atau perdagangan yang dalam hal

ini adalah pasar, bank, dan warung. Yang masing-masing untuk Pasar 1 unit

dengan penduduk pendukung 30000 jiwa, warung dengan penduduk pendukung

sebanyak 200 jiwa per 1 unit dan 1 unit bank.

2.6 Tujuan Pengembangan Kota dan Fungsi Utama Kota

Tujuan pengembangan kota adalah pembangunan kota itu sendiri dalam arti

bahwa kondisi kota menjadi lebih baik di segala sektor, yang meliputi sektor jasa

dan pertanian (paling tidak pengelolaan hasil pertanian dan dari segi pendapatan

masyarakat atau segi pengeluaran konsumsi, investasi dan pemerintah daerah serta

ekspor impornya. Selanjutnya diharapkan agar kegiatan perekonomian kota itu

33

33

3

3

membuka kesempatan kerja lebih banyak, sehingga tercapailah pemerataan di

segala bidang dalam kehidupan kota. Disamping tujuan di atas ada tujuan lain dari

pengembangan kota, yaitu agar kegiatan kota dan daerah sekitarnya itu seimbang.

Dengan perkataan lain kota hendaknya berkembang dalam fungsinya sebagai

tempat pelayanan warga kota dan daerah sekitarnya.

Untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut tentu saja perlu diadakan evaluasi

tentang kekuatan serta kelemahan kota, baik itu sektor swasta maupun pemerintah

dalam segi-segi atau aspek lahan, lokasi, kesempatan kerja, permukiman,

angkutan kota keuangan dan lain-lain. Hal-hal yang positif kiranya akan dapat

membantu memperlancar tercapainya tujuan-tujuan, karena penduduk

memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang

kurang atau negatif terlebih dahulu. Dengan melihat pada keadaan dan situasi

lingkungan, baik itu intern maupun ekstern kota, dapatlah ditentukan posisi kota.

Yang dimaksud lingkungan disini adalah situasi politik, ekonomi, sosial, budaya,

agama, teknologi, pertahanan dan keamanan dalam kota maupun daerah diluar

kota baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan demikian dapatlah

ditentukan seberapa besar celah/kesenjangan yang perlu diisi dengan tindakan-

tindakan positif, yaitu paling tidak mendekatkan situasi sekarang dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Unsur ruang suatu kota yang pada hakekatnya akan mempunyai fungsi

primer dan sekunder adalah terdiri dari unsur ruang pokok dan unsur ruang

penunjang. Dimana pada kawasan primer akan terkait pada kepentingan sebagai

34

34

3

4

simpul jasa dan distribusi, sedangkan ruang penunjang berupa sarana dan

prasarana pendukung berbagai lingkungan yang diperlukan dalam peranannya

sebagai fungsi primer.

Menurut Sinulingga, sebuah kota berfungsi sebagai pusat pengembangan

(Growth Center) dari wilayah pengaruhnya (hinterland). Bila kondisi suatu kota

mempunyai syarat seperti diatas maka akan menyebabkan berkembangnya tiga hal

yaitu (Sinulingga, 1999):

1. Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh

wilayah.

2. Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan akan

mempunyai bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian yang

senjang.

3. Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola hexagon.

4. Dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang dinamis, maka fungsi utama.

Menurut Adisasmita (2006), kota sekurang-kurangnya ada 4 yaitu:

a. Tempat Tinggal (Wisma)

Perumahan (papan) merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia

disamping kebutuhan makanan (pangan) dan kebutuhan pakaian

(sandang).

b. Tempat Kerja (Karya)

Kota sebagai pusat kegiatan dapat ditandai dengan terjadinya aglomerasi

industri dan arus urbanisasi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan

di bidang pemerintahan, perindustrian, perdagangan, perbankan,

pendidikan, kesehatan, sosial budaya, keagamaan dan sebagainya.

35

35

3

5

Kegiatan-kegiatan tersebut makin berkembang, baik secara kuantitatif

maupun secara kualitatif, untuk itu perlu diberikan perhatian dan

pengelolaan yang wajar serta memadai, agar pertumbuhan dan

perkembangan kota dapat berlangsung secara wajar.

c. Fungsi lalu lintas (Marga)

Permukiman penduduk yang terpusat di daerah perkotaan menimbulkan

kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi yang digunakan untuk

melayani angkutan penduduk. Secara teoritis permintaan akan jasa

transportasi adalah bersifat turunan (derived demand).

d. Fungsi Rekreasi (suka)

Prestasi kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya tingkat

pendidikan, pendapatan, kesehatan, perumahan, kebiasaan dan rekreasi.

Dengan cukup tersedianya lokasi rekreasi diharapkan penduduk di daerah

perkotaan dapat menyegarkan kembali keadaan jasmani dan rohaninya,

serta menimbulkan semangat dan menambah gairah kerja, yang

selanjutnya diharapkan produktifitas kerja dapat di tingkatkan.

2.7 Penentuan Lokasi Kegiatan di Daerah Perkotaan

Menurut Adisasmita (2006), analisa lokasi sebagai jenis kegiatan di

kawasan perkotaan dan struktur spatial kota tidak dapat dilepaskan dari masalah

pentingnya penghematan ekstern dan penghematan aglomerasi serta biaya

transportasi. Penghematan ekstern meliputi kemudahan untuk pasar tenaga kerja,

manfaat yang diperoleh dari kontak pribadi dan penyediaan jasa perdagangan,

kemudahan dalam hal potensi penduduk dan pasar, faktor lingkungan dan

36

36

3

6

pengaruh daerah sekitarnya, sedangkan penghematan aglomeration meliputi skala

ekonomi pada perusahaan atau tingkat industri:

1. Lokasi Tempat Tinggal

Pemilihan lokasi untuk perumahan sangat penting untuk diperhatikan, dimana

daerah kota yang digunakan untuk perumahan yang merupakan bagian

terbesar. Menurut Adisasmita (2006) ada dua jenis model lokasi rumah

tangga yaitu:

a) Faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam penentuan lokasi

adalah biaya perjalanan ke tempat kerja, hal ini berarti penentuan lokasi

permukiman berpedoman pada minimalisasi biaya perjalanan atau lebih

mengacu pada sektor ekonomi.

b) Pendekatan yang kedua terdiri dari teori-teori yang menekankan

pemilihan lokasi rumah, pemilihan daerah dan pemilihan lingkungan

sebagai penentu utama lokasi permukiman.

2. Lokasi Perkantoran

Lokasi perkantoran pada umumnya berada pada pusat kota. Suatu

peningkatan besarnya kota diasosiasikan dalam suatu peningkatan yang lebih

besar dalam tata ruang kantor. Hal ini disebabkan karena kota besar

melaksanakan sejumlah fungsi yang regional, nasional dan internasional dan

sebagian lagi karena sektor jasa pada umumnya serta lapangan kerja

perkantoran pada khususnya berkembang pula. Lokasi pada pusat kota

memberikan manfaat penghematan ekstern. Penghematan ini merupakan

37

37

3

7

penghematan yang sangat penting bagi berbagai macam jenis kantor, profesi

perbankan maupun asuransi.

3. Lokasi Perdagangan

Besar dan macam fasilitas perkotaan pada suatu lokasi tertentu merupakan

daya tarik yang penting. Aglomerasi adalah lebih efisien karena biaya

perjalanan dan waktu bagi para pembeli dan langganan dapat diminimalkan.

Sedangkan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari memilih lokasi

yang mendekati pembeli langganannya. Ada gejala bahwa suatu toko yang

ada sekarang pindah dari pusat Kota dan lebih suka berkelompok mendekati

toko-toko di daerah perkotaan pada sub urban meskipun mendekati saingan-

saingannya.

2.8 Sintesa Landasan Teori

Partisipasi pemerintah dibutuhkan dalam suatu perencanaan sarana,

terutama perencanaan pembangunan perkotaan. Untuk itulah Pemerintah

kabupaten kepulauan Meranti mulai melakukan perencanaan jangka panjang

untuk memaksimalkan wilayah berpulau agar lebih cepat berkembang nantinya.

38

3

8

Tabel 2.5 Ringkasan Teori

No Teori Sumber Keterangan

Sarana

1 Definisi Sarana

Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008)

Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai

sebagai alat untuk mencapai makna dan

tujuan

2 Definisi Sarana

UU No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Pemukiman

Sarana adalah fasilitas penunjang yang

berfungsi untuk penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan sosial, ekonomi

dan budaya.

Kota

1 Definisi Kota

Jayadinata (1999)

Kota dalam pengertian geografis adalah

suatu tempat yang penduduknya rapat,

rumah-rumahnya berkelompok kompak,

dan mata pencaharian penduduk bukan

pertanian.

2 Kriteria untuk dinyatakan kota atau belum

Budiharjo (1997)

Kepadatan penduduk perkilometer

persegi

Persentase rumah tangga yang mata

pencaharian utamanya adalah pertanian

atau nonpertanian

Persentase rumah tangga yang

memiliki telepon

Persentase rumah tangga yang menjadi

pelanggan listerik

Fasilitas/sarana umum yang ada di

desa/kelurahan

39

3

9

No Teori Sumber Keterangan

3

Kawasan Perkotaan

Permendagri No.1 tahun 2008

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang

mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian, dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

4

Kota

Jayadinata (1999)

Dengan demikian kota menyediakan segala

fasilitas bagi kehidupan baik sosial

maupun ekonomi sehingga baik bertempat

tinggal maupun bekerja dan berkreasi

dapat dilakukan oleh penduduk di dalam

kota.

Kebutuhan

5 Definisi Kebutuhan

Kamus Tata Ruang (1998)

Kebutuhan adalah suatu tingkat minimum

yang harus dipenuhi sebagai syarat bagi

individu atau masyarakat untuk hidup

secara layak.

Kebutuhan

6 Standar Penyediaan Fasilitas Sarana Lingkungan

Perkotaan

Sinulingga (1999)

Dalam perencanaan permukiman asumsi

dasar dalam pembangunan permukiman

diperlukan dalam menghitung kebutuhan

sarana yang didasarkan pada pola

penduduk

40

4

0

No Teori Sumber Keterangan

Tujuan Pengembangan Kota dan Fungsi Utama Kota

7 Fungsi Kota

Sinulingga (1999)

Sebuah kota berfungsi sebagai pusat

pengembangan (Growth Center) dari

wilayah pengaruhnya (hinterland).

8

Fungsi Kota

Adisasmita (2006)

Kota sekurang-kurangnya ada 4 yaitu :

1 Tempat Tinggal (Wisma)

2 Tempat Kerja (Karya)

3 Fungsi lalu lintas (Marga)

4 Fungsi Rekreasi (suka)

Penentuan Lokasi Kegiatan di Daerah Perkotaan

9 Analisa Lokasi

Adisasmita (2006)

Analisa lokasi sebagai jenis kegiatan di

kawasan perkotaan dan struktur spatial

kota tidak dapat dilepaskan dari masalah

pentingnya penghematan ekstern dan

penghematan aglomerasi serta biaya

transportasi.

Sumber: Hasil Analisis, 2018

41

41

4

1

2.9 Sintesa Teori

Tabel 2.6 Sintesa Teori

No Pembahasan Indikator/Aspek Variabel Data

1

Tingkat ketersediaan

sarana di Kota Selat

Panjang

a. Sarana

Pendidikan (TK,

SD, SMP, SMA)

b. Sarana Kesehatan

(Rumah Sakit,

Puskesmas,

Apotik, Tempat

Praktek Dokter)

c. Sarana

Peribadatan

(Masjid,

Musholla, Gereja)

d. Sarana

Perdagangan

(Warung, Pasar,

Pertokoan)

e. Sarana

Pemerintahan dan

Pelayanan Umum

(Kantor

kecamatan,

Kantor

Kelurahan,

Kantor Pos,

Kantor

Pemandam

Kebakaran, KUA,

dll)

Jumlah Sarana

Jenis Sarana

2

Menentukan

kebutuhan pusat

pelayanan sarana di

Kota Selatpanjang

Jumlah Sarana

Jenis Sarana

3

Menentukan

jangkauan pelayanan

sarana di Kota

Selatpanjang

Jumlah Sarana

Jenis Sarana

Sumber: Hasil Analisis, 2018

42

42

4

2

2.10 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini merupakan salah satu syarat mutlak keabsahan suatu

karya ilmiah yang dapat ditinjau dari ide dasar penelitian dan perbandingan

penelitian dengan penelitian sejenis. Adapun keaslian penelitian pada penelitian

dapat dlihat melalui beberapa kajian hasil studi yang ada sebelumnya pada tabel

2.7 berikut :

43

4

3

Tabel 2.7 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun dan Lokasi

Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1

Andi Chairul

Achsan

Analisis

Ketersediaan Dan

Kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau Pada

Kawasan Pusat

Pelayanan Kota

(Studi Kasus

Kecamatan Palu

Timur, Kota Palu)

2016.

Kecamatan Palu

Timur, Kota Palu

Pengumpulan data-

data dan informasi

yang diperlukan

serta menganalisis

data-data sesuai

dengan kebutuhan

dan tujuan studi

Analisa ketersediaan ruang terbuka hijau dilakukan

dalam beberapa tahapan meliputi: Analisa Citra,

dimana dari data citra satelit yang ada diklasifikasi

menggunakan software arcgis, proses klasifikasi

dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu

menginput citra kedalam software, melakukan

proses komposit band citra dan selanjutnya

melakukan klasifikasi dengan menggunakan teknik

klasifikasi terbimbing untuk menghasilkan data

kelas penggunaan lahan dalam bentuk format

shapefile menentukan luas ketersediaan ruang

terbuka hijau eksisting kawasan pusat pelayanan,

Kota Palu berdasarkan data kelas penggunaan lahan

yang dihasilkan dalam proses klasifikasi citra. Dan

Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau kawasan

pusat pelayanan Kota Palu dilakukan dengan

menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk dan

kebutuhan oksigen disesuaiakan dengan standar

atau ketentuan yang ditetapkan baik yang

didasarkan pada Undang-undang penataan ruang

No. 26 Tahun 2007, maupun Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan.

44

4

4 No Nama Peneliti Judul Penelitian

Tahun dan

Lokasi

Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

2

Ajeng Dwi

Handayani

Identifikasi Ketersediaan

dan Kualitas Sarana

Lingkungan di Urban

Fringe Area Kelurahan

Pudakpayung

2014.

Kelurahan

Pudakpayung

, Semarang,

Analisis Deskriptif

kuantitatif

Hasil dari penelitian ini menunjukkan presentase

perubahan pola lahan terbangun serta ketersedian,

kualitas, dan persebaran dari setiap sarana lingkungan.

3

Sanusi Sitorus

Model Kebijakan

Pembangunan

Infrastruktur

Berkelanjutan dalam

Mendukung

Pengembangan Kawasan

Agropolitan (Studi Kasus:

Kawasan Agropolitan

Merapi-Merbabu)

2010.

Kabupaten

Magelang,

Jawa Tengah

Analisis situsional

Analisis matriks

indeks kumulatif

Analisis

Multidimensional

Scaling (MDS)

AHP

Diketahuinya kinerja dari Kawasan Agropolitan

Merapi-Merbabu (KAMM).

Diketahuinya nilai indeks kemandirian KAMM

berdasarkan dimensi-dimensi usaha tani,

agroindustri, pemasaran, infrastruktur, dan

suprastruktur

Terancangnya desain pembangunan serta

diketahuinya prioritas alternatif kebijakan

pembangunan infrastruktur KAMM.

4

Desy Ismiyanti

Studi Prioritas

Pengembangan

Infratruktur Di Wilayah

Pinggiran Kota Pekanbaru

2015.

Kecamatan

Tambang,

Kabupaten

Kampar

Analisis deskriptif

kualitatif-

kuantitatif,

AHP

SWOT

Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa rata-rata

perkembangan infrastruktur di Kecamatan Tambang

dari tahun 2003 hingga 2013 adalah 20,75%. Strategi

pengembangan infrastruktur dapat dilakukan dengan

cara melakukan kerjasama regional antar kawasan

Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar dengan Kota

Pekanbaru.

Sumber: Hasil Analisis, 2018