35
10 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan Mengkaji kajian pustaka disini merupakan kelengkapan dasar yang mengantarkan pengetahuan dasar yang merupakan teori-teori dasar yang dapat digunakan di dalam penulisan disertasi ini. Pengetahuan dasar ini merupakan acuan untuk mengkaji lebih teliti dan lebih dalam lagi tentang topik penulisan yang akan dibahas di dalam bagian utama penulisan ini. Karena teori-teori dan pengetahuan dasar inilah yang akan mengantarkan penulisan ini untuk menggali lebih dalam lagi akan bagian-bagian yang merupakan inti pemikiran yang akurat dan dijelaskan secara mendalam dan mendasar. Bagian ini akan membahas penggunaan teori sistem pakar, merupakan bagian yang menjelaskan penggunaan program dalam penulisan ini. Dibahas pula bentuk representasi pengetahuan dalam irigasi, metode teknik inferensi dalam irigasi, perencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi terdahulu. II.2 Penggunaan Teori Sistem Pakar II.2.1 Definisi Sistem Pakar Sistem pakar adalah bagian atau salah satu bidang dari Inteligensi buatan (artificial intelligence) yang dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar. Sistem ini berusaha menduplikasikan keahlian seorang pakar dalam bidang tertentu. Dengan sistem pakar, seorang pemakai dapat membuat keputusan seperti keputusan yang diberikan oleh seorang pakar melalui program komputer. Dengan kata lain, sistem pakar merupakan suatu keahlian manusia (seorang pakar) yang dipindahkan ke dalam program komputer.

Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

  • Upload
    dodien

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

10

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Pendahuluan

Mengkaji kajian pustaka disini merupakan kelengkapan dasar yang mengantarkan

pengetahuan dasar yang merupakan teori-teori dasar yang dapat digunakan di

dalam penulisan disertasi ini. Pengetahuan dasar ini merupakan acuan untuk

mengkaji lebih teliti dan lebih dalam lagi tentang topik penulisan yang akan

dibahas di dalam bagian utama penulisan ini. Karena teori-teori dan pengetahuan

dasar inilah yang akan mengantarkan penulisan ini untuk menggali lebih dalam

lagi akan bagian-bagian yang merupakan inti pemikiran yang akurat dan

dijelaskan secara mendalam dan mendasar.

Bagian ini akan membahas penggunaan teori sistem pakar, merupakan bagian

yang menjelaskan penggunaan program dalam penulisan ini. Dibahas pula bentuk

representasi pengetahuan dalam irigasi, metode teknik inferensi dalam irigasi,

perencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi

terdahulu.

II.2 Penggunaan Teori Sistem Pakar

II.2.1 Definisi Sistem Pakar

Sistem pakar adalah bagian atau salah satu bidang dari Inteligensi buatan

(artificial intelligence) yang dirancang untuk membantu manusia dalam

menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi yang biasanya dilakukan oleh

seorang pakar. Sistem ini berusaha menduplikasikan keahlian seorang pakar

dalam bidang tertentu.

Dengan sistem pakar, seorang pemakai dapat membuat keputusan seperti

keputusan yang diberikan oleh seorang pakar melalui program komputer. Dengan

kata lain, sistem pakar merupakan suatu keahlian manusia (seorang pakar) yang

dipindahkan ke dalam program komputer.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

11

Sifat Sistem Pakar

Perbedaan sistem pakar dengan program konvensional dapat dilihat dari beberapa

sifat berikut (Levine, dkk, 1991), yang antara lain : memiliki pengetahuan spesifik

dalam domain tertentu, menerapkan teknik pelacakan, mendukung analisa

heuristik (merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman seorang

pakar), mampu menyimpulkan keterkaitan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang sudah ada, pemrosesan yang dilakukan secara simbolik, dan

mampu memberikan alasan dari keputusan yang diambil.

II.2.2 Karakteristik Sistem Pakar

Karakteristik sistem pakar sebagai berikut :

a. Membatasi domain tertentu

b. Memiliki kemampuan memberikan penalaran

c. Memiliki kemampuan mengolah data yang mengandung kepastian

d. Memisahkan mekanisme pengambilan keputusan (inference) terhadap

basis pengetahuan (knowledge base)

e. Dirancang untuk dapat berkembang secara bertahap

f. Keluaran bersifat memberikan anjuran (advise)

g. Basis pengetahuan pada umumnya berdasarkan kaidah

II.2.3 Struktur Sistem Pakar

Secara garis besar, sistem pakar terdiri atas empat bagian, yaitu : basis

pengetahuan, mesin inferensi, basis data dan bagian antar muka dengan pemakai

(Abdulrachman. A, 1990).

Diagram blok dari arsitektur sistem pakar ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

12

Gambar II.1 Diagram blok sistem pakar

II.2.3.1 Akuisi Pengetahuan

Proses membangun atau mengembangkan sistem pakar disebut akuisi

pengetahuan. Proses ini melibatkan suatu interaksi antara perekayasa pengetahuan

dengan seorang atau beberapa orang pakar dalam suatu bidang tertentu.

Perekayasa pengetahuan menyerap prosedur-prosedur dan pengalaman untuk

menyelesaikan suatu masalah tertentu dari pakar tersebut dan membangunnya

menjadi program sistem pakar. Tahap-tahap dalam pengembangan sistem pakar

meliputi tahap indentifikasi, formalisasi, implementasi, dan pengujian.

a. Tahap indentifikasi. Dalam tahap ini, perekayasa pengetahuan dan para

pakar harus mengindetifikasikan segala aspek yang berhubungan dengan

masalah yang akan dibicarakan. Kerjasama antara perekayasa pengetahuan

dan para pakar dimulai pada tahap ini untuk mendiskripsikan semua

persoalan yang sedang dihadapi.

b. Tahap formalisasi. Dalam tahap ini, perekayasa pengetahuan dan para

pakar memutuskan hubungan-hubungan dan strategi kontrol yang

diperlukan untuk mendapatkan ruang lingkup pemecahan masalah dan

bagaimana membangkitkan atau membuat suatu solusi berdasarkan data

Sistem pakar

Komputer

Basis data

Basis pengetahuan

Antar muka pemakai

Mesin inferensi

Pemakai

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

13

dan informasi dalam ruang lingkup tersebut. Dalam tahap ini dilakukan

perincian bagian-bagian masalah untuk menentukan sejauh mana

kedalaman pengetahuan akan disajikan.

c. Tahap implementasi. Dalam tahap ini dilakukan penerjemahan hasil

formalisasi di atas kedalam program komputer yang sesuai dengan

perangkat lunak (software) pengembangan yang digunakan.

d. Tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian dan evaluasi tentang

keandalan sistem pakar yang telah dibentuk.

II.2.3.2 Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan mengandung pengetahuan-pengetahuan keahlian sebagai dasar

pengambilan keputusan. Terdapat beberapa metoda untuk menyajikan

pengetahuan dalam perangkat lunak sistem pakar, diantaranya : metode kerangka

(frames), jaringan semantik (semantic network), dan kaidah produksi (production

rules) (Rievski, 1993).

Penyajian basis pengetahuan yang banyak digunakan adalah kaidah produksi.

Masing-masing kaidah mengandung sebuah atau lebih kondisi yang jika dipenuhi

akan memberikan satu atau lebih aksi. Kaidah produksi disajikan dalam

pernyataan IF ... AND ... OR ... THEN ... ELSE ...

II.2.3.3 Basis Data

Basis data mengandung fakta-fakta mengenai masalah yang akan dicari solusinya.

Fakta-fakta yang diketahui disimpan sebagai kondisi awal. Fakta-fakta yang baru

diperoleh dari proses inferensi ditambahkan pada basis data. Fakta-fakta ini

berhubungan dengan semua yang diketahui selama proses inferensi. Kondisi awal

dari masalah yang akan diselesaikan biasanya ditanyakan oleh pemakai.

Berdasarkan informasi ini, sistem pakar mulai melakukan proses pelacakan.

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

14

II.2.3.4 Pengatur Kaidah

Bagian pengatur kaidah (rule adjuster) memungkinkan perekayasa pengetahuan

memelihara basis pengetahuan sistem pakar. Pemeliharaan basis pengetahuan

meliputi penempatan pengetahuan baru kedalam sistem pakar. Penghapusan basis

pengetahuan yang sudah tidak relevan dan perubahan basis pengetahuan karena

adanya perubahan fakta atau kaidah yang telah ada.

II.2.3.5 Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan suatu

operasi pelacakan dengan menggunakan basis pengetahuan dan basis data untuk

mencapai solusi. Mesin inferensi menguji kaidah-kaidah dengan pola urutan

tertentu untuk mencocokkan kondisi sekarang dengan kondisi awal yang diberikan

basis data. Jika kaidah-kaidah tersebut cocok dengan kondisi sekarang, maka

kondisi tersebut dapat diberikan pada basis data dan dapat dipergunakan untuk

mencari fakta-fakta baru.

Pada mesin inferensi dibedakan atas strategi kontrol (control strategy) dan strategi

pelacakan (search strategy). Strategi kontrol dibagi menjadi dua yaitu : pelacakan

pertama melebar (breath-first search) dan pelacakan pertama mendalam (depth-

first search)(11). Pelacakan pertama melebar merupakan strategi kontrol yang

pelacakannya dilakukan selapis demi selapis sehingga semua simpul pada tingkat

yang sama akan dievaluasi terlebih dahulu sebelum pelacakan dilakukan terhadap

tinggkat yang lebih rendah.

Pada pelacakan pertama mendalam, pelacakan dimulai dari satu simpul sampai

pada tingkat yang lebih rendah dan baru dilanjutkan pada simpul yang lain.

Strategi pelacakan juga dibedakan menjadi dua yaitu : rantai telusur maju

(forward chaining) dan rantai telusur mundur (backward chaining) (Raiston. D.

W, 1988).

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

15

Pada rantai telusur maju, penelusuran dimulai dari fakta-fakta untuk memperoleh

kesimpulan akhir yang menjadi tujuan pemecahan masalah. Sedangkan pada

rantai telusur mundur, penelusuran dimulai dari hipotesa dan dilanjutkan dengan

pencarian fakta-fakta untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesa.

II.2.3.6 Antar Muka Pemakai

Antar muka merupakan tampilan pada layar monitor dari komputer yang

memungkinkan pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem pakar.

Melalui antar muka ini, pemakai memasukan data awal, melakukan konsultasi dan

mendapatkan solusi permasalahan dari sistem pakar.

II.2.3.7 Memori Kerja

Memori kerja suatu sistem pakar berubah-ubah sesuai dengan masalah spesifik

yang sedang diproses. Isi dari memori kerja berupa fakta-fakta namun tidak

seperti fakta-fakta yang ada pada basis pengetahuan. Fakta pada memori kerja

ditentukan oleh mesin inferensi berdasarkan fakta-fakta dan kaidah-kaidah yang

ada selama konsultasi berlangsung.

II.2.3.8 Pemakai

Jangkauan pemakai sistem pakar cukup lebar. Dari orang awam yang

menginginkan konsultasi hingga pakar itu sendiri untuk menvalidasi keputusan

yang diambilnya.

II.3 Bentuk Representasi Pengetahuan Dalam Irigasi

Hampir semua sistem AI (Artificial Intelligence) terdiri dari dua bagian utama,

yaitu basis pengetahuan dan mesin atau mekanisme inferensi. Basis pengetahuan

berisi tentang fakta-fakta obyek dalam domain dan hubungannya yang dipilih.

Basis pengetahuan dapat pula berisi konsep teori, prosedur praktis dan

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

16

keterkaitannya. Basis pengetahuan ini akan membentuk sumber sistem

kecerdasan dan digunakan oleh mesin inferensi untuk melakukan penelaran dan

menarik kesimpulan sebagaimana tugas mesin inferensi yang telah dijelaskan

dimuka.

Berbagai skema representasi pengetahuan telah dikembangkan. Secara garis besar

representasi pengetahuan mempunyai dua karakteristik yang umum yaitu :

Yang pertama : dapat diprogram kedalam bahasa pemrograman komputer yang

ada dan disimpan dalam memori.

Yang kedua : didesain sehingga fakta-fakta dan pengetahuan dapat digunakan

dalam proses penalaran. Dengan demikian basis pengetahuan yang berisi struktur

data dapat dimanipulasikan oleh sistem inferensi yang menggunakan teknik

pelacakan dan penyesuaian pola pada basis pengetahuan untuk menjawab

pertanyaan, menggambarkan kesimpulan atau melakukan fungsi cerdasnya.

Ada beberapa metode representasi yaitu : logika jaringan semantik (semantic

network), list, table, trees, OAV triplets, kaidah produksi (production rules), dan

kerangka (prome). Dalam landasan teori ini hanya akan dibahas beberapa

diantaranya :

II.3.1 Referensi Logika

Benruk representasi pengetahuan yang telah lama dikenal adalah logika, yaitu

melakukan pengakjian ilmiah tentang serangkaian penalaran, sistem kaidah dan

prosedur yang membantu proses penalaran. Proses logika dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar II.2 Menggunakan logika untuk proses penalaran

(Ignizio, dan James. P, 1991)

Input Output Premises or Inferences or Facts Conclusins

Logical process

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

17

Mula-mula diberikan informasi, kemudian dibuat pernyatan atau observasi dicatat.

Bentuk ini diinputkan pada proses logika dan disebut sebagai premis. Premis ini

yang akan digunakan oleh proses logika untuk menhasilkan output yang

merupakan kesimpulan dan disebut sebagai inferensi. Dengan proses ini fakta-

fakta yang diketahui benar dapat digunakan untuk merumuskan fakta baru yang

juga benar.

Bentuk dasar logika komputasi dalam metode ini adalah logika propesional

(proportional logic) dan logika predikat (predicate logic/calculus).

II.3.1.1 Logika Propesional

Proposisi tidak lebih dari pernyatan benar atau salah. Sekali diketahui bahwa

sesuatu itu benar, hal ini bisa menjadi premeis yang dapat digunakan untuk

menurunkan proposisi atau inferensi baru. Kaidah yang digunakan untuk

menentukan proposisi baru ini adalah benar atau salah. Misalnya contoh

sederhana sebagai berikut :

Pernyataan : 1 = Bangunan irigasi terdapat pada jaringan irigasi

Pernyataan : 2 = Bangunan ukur tidak ada

Kesimpulan : 3 = Bangunan ukur tidak dipakai

Masalah yang sebenarnya melibatkan keterkkaitan proposisi yang lebih kompleks.

Untuk membentuk premis yang kompleks, dua atau lebih proposisi dapat

dikombinasikan dengan logika penghubung. Logika penghubung tersebut antara

lain : And, or, Not, Implises dan Equivalent dengan tabel kebenaran sebagai mana

diketahui dalam aljabar boolean.

II.3.1.2 Logika Predikat

Karena keterbatasan logika propesional, maka AI (Artificial Intelligence)

menggunakan logika predikat (kalkulus predikat) sebagai pengganti. Logika

predikat lebih baik dalam membentuk logika yakni, mengunakan semua konsep

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

18

dan kaidah logika propesional. Kemapuan representasi pengetahuannya lebih

rinci. Disamping itu kalkulus predikat menambahkan penggunaan variabel dan

fungsi dalam pernyataan logika simbolik.

II.3.2 Jaringan Semantik

Metode ini merupakan penggambaran grafis dari pengetahuan yang

memperlihatkan hubungan hirarki dari obyek-obyek tertentu. Obyek

direpresentasikan sebagai simpul (model) pada suatu diagram grafis dan hubungan

contoh obyek dinyatakan oleh garis penghubung berlabel. Contoh dari metode ini

pada gambar II.3 adalah sebagai berikut, dan contoh jaringan semantik untuk

bangunan irigasi lainnya dapat dilihat pada lampiran D

dikombinasi atau dengan dibutuhkan adalah harga adalah adalah harga lokasi lokasi lokasi harga Gambar II.3 Representasi pengetahuan dengan metode jaringan semantik (Iwan K. Hadihardaja, dkk, 2004).

mahal

Bangunan pengatur

Bangunan pengukur dan pengatur untuk plain area

Bangunan pengukur

Adequate O & M

murah

Ambang lebar Pintu

Romijn

pintu sorong

Jenis bangunan irigasi daerah datar (plain area) Relatif mahal

sekali

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

19

II.3.2.1 Trees

Trees, merupakan struktur pohon keputusan. Struktur pohon keputusan ini

mengambarkan relasi sebab akibat yang kuat. Keuntungan utamanya adalah

proses akuisi pengetahuan dilakukan dengan lebih sederhana. Pembuatan diagram

pengetahuan lebih mendekati keadaan nyata jika dibandingkan dengan metode

representasi formal seperti frame atau dengan kaidah-kaidah. Contoh,

representasi dengan struktur pohon keputusan ini dapat dilihat pada gambar. 2.4.

Diberitahukan prosedur mengenai pemilihan bangunan pengukur dan pengatur infrastruktur irigasi untuk daerah pegunungan : Rule 1, IF bangunan memenuhi sebagai pengatur dan pengukur AND memenuhi untuk daerah pegunungan THEN apply Rule 2, IF bangunan memenuhi sebagai pengatur dan pengukur AND tidak memenuhi untuk daerah pegunungan AND bangunan has excellent recommendation for bed load AND bangunan tersebut memenuhi kriteria operasi dan pemeliharaan THEN apply tidak ya ya tidak tidak yes tidak ya ya Gambar II.4 Representasi pengetahuan dengan struktur pohon keputusan (Iwan. K. Hadihardaja, dkk, 2004).

tidak memakai

memakai tidak memakai tidak

memakai memakai Bangunan

Pengukur dan Pengatur

Baik utk (plain area)

baik untuk sedimen layang

perlu Operasi & Maintenace

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

20

II.3.2.2 Kaidah Produksi

Kaidah produksi merupakan metode representasi pengetahuan yang paling banyak

dipakai dalam sistem pakar. Kaidah produksi terdiri dari dua bagian yang

merupakan bagian terkecil dari pengetahuan, yaitu : bagian antecedent yang

menggambarkan situasi, kondisi atau premis, dan bagian konsekwen yang

menggambarkan tentang akibat, konklusi atau aksi. Metode kaidah produksi

biasanya ditulis dalam bentuk if-then. Contoh dari kaidah ini adalah :

Jika user mengerjakan pilihan ke-n untuk pertanyaan ke-n pada saat t

Maka user tidak menganggur pada saat t

Kaidah produksi menyajikan gambaran langsung kaitan antar obyek dan

mempunyai bentuk yang mudah dimengerti karena cocok dengan cara manusia

bernalar. Suatu kaidah dapat pula terdiri atas beberapa premis dan lebih dari satu

konklusi. Operator logika yang digunakan dalam mengkombinasikan suatu

kaidah dapat berupa AND, OR atau NOT.

II.4 Metode Teknik Inferensi Dalam Irigasi

Secara deduktif mesin inferensi memiliki pengetahuan yang relevan untuk

mencapai kesimpulan (konklusi). Teknik inferensi diperlukan untuk

melaksanakan tugas menelusuran menuju pada kesimpulan dengan tepat dan

sfisien. Mesin inferensi menelusuri basis pengetahuan, merangkaikan kaidah-

kaidah dan melakukan pengujian. Ada dua macam teknik inferensi untuk

melakukan tugas ini, yaitu :

Pelacakan kebelakang (backword chaining) pada gambar II.6 yang memulai

penalarannya dari sekumpulan hipotesa menuju fakta yang mendukung hipotesa

tersebut. Dan pelacakan kedepan (forward chaining) pada gambar II.5 yang

memulai penelusuran dari sekumpulan fakta menuju kesimpulan.

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

21

Gambar. II.5. Diagram pelacakan kedepan (Sriyana, 1999).

Gambar. II.6. Diagram pelacakan kebelakang (Sriyana, 1999).

Obsevasi kaidah fakta kaidah fakta kaidah Observasi A 1 E 5 H Tujuan kaidah fakta kaidah fakta kaidah Observasi B 2 F 6 I kaidah fakta kaidah fakta Observasi C 3 G 7 kaidah fakta observasi D 4

fakta kaidah kesimpulan 1 C 1 kaidah fakta kaidah kesimpulan Observasi A 2 D 2 kaidah fakta kaidah kesimpulan Observasi B 3 E 3 kesimpulan

4

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

22

II.5 Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi

II.5.1 Pendahuluan

Dalam setiap pembangunan jaringan irigasi akan melewati tahapan-tahapan yang tidak

dapat dihindari. Untuk pembangunan suatu jaringan irigasi, yang ditujukan untuk

memberi air pada lahan pertanian. Tahapan-tahapan secara garis besar adalah :

1. Survey, termasuk pengukuran

2. Investigation, yang meliputi penelitian-penelitian.

3. Design, perencanaan teknis.

4. Construction, pelaksanaan konstruksi.

5. Operation, eksploitasi.

6. Maintenance, pemeliharaan.

Keenam tahapan itu, telah di kenal dengan singkatan SIDCOM.

Dalam penulisan ini membicarakan/membahas berbagai unsur sebuah jaringan irigasi

teknis. Di sini akan diberikan definisi fraktis mengenai unit kontrol irigasi, seperti petak

primer, sekunder, dan tersier. Dan untuk bangunan dibagi menurut fungsinya, dan akan

dijelaskan juga pemakaiannya. Anjuran mengenai pemilihan tipe bangunan irigasi

diberikan juga dalam bab ini. Kemudian untuk uraian fungsional mengenai unsur-unsur

jaringan irigasi akan merupakan bimbingan bagi para perencanaan tata letak dan

jaringan irigasi.

II.5.1.1 Peta Iktisar

Peta iktisar merupakan cara bagaimana berbagai bagian dari suatu jaringan irigasi saling

dihubungkan. Peta iktisar tersebut dapat disajikan pada peta tata letak.

Peta iktisar jaringan irigasi tersebut memperlihatkan :

1. bangunan utama.

2. jaringan dan trase saluran irigasi.

3. jaringan dan trase saluran pembuang.

4. petak primer, sekunder, dan tersier.

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

23

5. lokasi bangunan.

6. batas daerah irigasi.

7. jaringan dan trase jalan.

8. daerah yang tidak diairi (misal. desa).

9. daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi dsb).

Peta iktisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis

dengan skala 1 : 25000. Peta iktisar detail yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk

perencanaan dibuat dengan skala 1 : 5000, dan untuk petak tersier 1 : 5000 atau 1 :

2000.

II.5.1.2 Petak Tersier

Perencanaan dasar yang berkenan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini

menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (offtake) tersier

yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan

airnya ke saluran tersier.

Di petak tersier pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab

para petani yang bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan

ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air

menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu

petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi, luas petak

yang ideal adalah antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha.

Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas

desa dan sesar medan (terrain fault). Petak tersier dibagi menjadi peta-petak kuarter,

masing-masing seluas kurang lebih 8 – 15 ha. Apabila keadaan topografi

memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk

mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air secaara efisien.

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

24

Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran

primer. Perkecualian : kalau petak tersier tidak secara langsung terletak di sepanjang

jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan saluran muka tersier

yang membatasi petak tersier lainnya. Hal ini harus dihindari.

Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m, tetap dalam kenyataan kadang

panjang saluran ini mencapai 2500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik dibawah 500

m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.

II.5.1.3 Petak Sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu

saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang

terletak di saluran primer atau sekunder. Batas petak sekunder pada umumnya berupa

tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak

sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.

Saluran sekunder sering terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran

sehingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga

direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih

rendah saja.

II.5.1.4 Petak Primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari

saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya

langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek irigasi tertentu mempunyai dua

saluran primer, karena itu untuk cara seperti ini dapat menghasilkan dua petak primer.

Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan

cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati garis tinggi,

daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

25

II.5.2 Pengertian, Tujuan, Dan Manfaat Pembangunan Jaringan Irigasi

II.5.2.1 Pengertian Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan

satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,

pengambilan, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya.(PPRI.No.77.Tahun 2001) Dan

berfungsi sebagai sarana pelayanan irigasi untuk jaringan irigasi yang bersangkutan.

II.5.2.2 Tujuan dan Manfaat Pembangunan Jaringan Irigasi

Dalam uraian di atas, maka jaringan irigasi merupakan sarana phisik yang perlu

disediakan agar di dalam jaringan irigasi dapat dilakukan water management kepada

tanaman secara baik, sehingga air irigasi dapat diatur dengan baik pada waktu yang

tepat, dibagi secara adail dalam jumlah yang tepat, dan digunakan secara efisien dengan

cara pemberian yang tepat. Sesuai dengan kebutuhan air untuk tanaman, maka tujuan

dari pembangunan jaringan irigasi antara lain :

1. Pemberian air secara tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan

meningkatkan hasil produksi pertanian sekaligus pendapatan petani.

2. Penghematan pemakaian air memperbesar luas areal tanaman terutama pada

musim kemarau.

3. Tercapainya pemerataan disamping peningkatan hasil produksi.

Dan sasaran pembangunan jaringan irigasi adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan air irigasi yang sama untuk seluruh areal, baik petak-

petak yang dekat maupun yang jauh dari sumbernya.

2. Dalam keadaan kekurangan air, dapat dilakukan giliran antara petak-petak

sawah tanpa sebagian daerah yang dikorbankan, dan dalam keadadan kelebihan

air, segera dapat dibuang dari petak-petak sawah sehingga tidak mengganggu

pertumbuhan tanaman.

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

26

II.5.2.3 Peranan Jaringan Irigasi Pada Pertumbuhan Tanaman

Air, zat hara dan sinar matahari merupakan unsur utama untuk pertumbuhan tanaman.

Jarang dapat tersedia secara alamiah dengan kombinasi yang tepat sesuai dengan

kebutuhan tanaman. Pertama-tama yang dapat diatur adalah air, sebab saluran pembawa

maupun saluran pembuang pada jaringan irigasi adalah sarana utama dari petani untuk

mengatasi keadaan alamiah dari air yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan

tanaman. Karena dengan pengaturan kelebihan maupun kekurangan air dapat

diusahakan untuk mendapat kelembaban tanah yang optimum.

Dengan kelembaban tanah yang optimum tersebut, maka barulah dapat dipergunakan

input pertanian moderen antara lain :

1. bibit varietas unggul.

2. pupuk buatan atau alam.

3. pengolohan tanah.

Yang mungkin dapat dicapainya hasil produksi yang optimum. Jaringan irigasi yang

baik memungkinkan dilakukannya water management dengan penggunaan air secara

ekonomis.

II.5.3 Karakteristik Jaringan Irigasi

II.5.3.1 Saluran Pembawah

Saluran pembawah membawa air irigasi dari sumber air lain ke jaringan irigasi primer.

Dimana saluran pembawah primer membawa air dari jaringan utama ke saluran

sekunder dan ke petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada

bangunan bagi terakhir. Dan dilanjutkan oleh saluran pembawah sekunder membawa air

dari saluran primer ke petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas

ujung saluran sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir. Kemudian saluran

pembawah tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam

petak tersier dan di teruskan ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

27

kuarter yang terakhir. Dan berakhir pada saluran pembawah kuarter membawa air dari

boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak sawah.

II.5.3.2 Saluran Pembuang

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder ke luar

daerah irigasi. Saluran pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah yang

mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut. Untuk saluran

pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan membuang air

tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan keluar

daerah irigasi. Dan untuk saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak tersier

yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari

pembuang kuarter maupun dari petak sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan

pembuang sekunder. Kemudian untuk saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu

petak tersier, menampung air langsung dari petak sawah dan membuang air tersebut ke

dalam saluran pembuang tersier.

II.5.4 Sistem Jaringan Irigasi Dan Penerapannya

Sistem jaringan irigasi dan penerapannya memiliki empat jenis yang tergantung dari

keadaan topografi, biaya dan teknologi yang digunakan.

1. Sistim gravitasi, sistim ini memanfaatkan gaya tarik bumi untuk pengaliran airnya.

Air dialirkan dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah karena

dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Jenis irigasi yang termasuk di dalam katagori sistim

gravitasi meliputi : Irigasi genangan liar, Irigasi genangan dari saluran, dan Irigasi alur

dan gelombang.

Irigasi genangan liar, yaitu air dialirkan kepetak sawah melawati bangunan-bangunan

irigasi yang ada, misalnya melewati bangunan pengatur. Irigasi genangan dari saluran,

yaitu pemberian dan pembuangan air dapat dikendalikan dengan sepenuhnya, secara

baik pada waktunya. Irigasi alur dan gelombang, memiliki proses pengaliran air yang

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

28

dilewatkan melalui alur-alur yang ada disisi deretan perakaran tanaman agar tanaman

memperoleh air.

2. Sistim bawah tanah, sistim ini memanfaatkan saluran-saluran dibawah tanah untuk

mentransperkan air sehingga tanah dialiri melalui bawah permukaan. Air dialirkan

melalui saluran-saluran disisi petak sawah. Dengan cara seperti ini muka air tanah yang

berada di petak sawah mengalami kenaikan sehingga muka air tanah mencapai daerah

perakaran secara kapiler dan tanaman memperoleh air.

3. Sistim siraman, Sistem ini memefaatkan jaringan pipa yang airnya disemprotkan ke

permukaan tanah dengan kekuatan tenaga mesin sehingga tanaman memperoleh air

untuk pertumbuhannya.

4. Sistem tetes, sistim ini juga memanfaatkan jaringan pipa dengan tenaga mesin pompa

sebagai tenaga penggerak, dan diteteskan tepat pada daerah perakaran tanaman.

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

29

II.5.5 Penomena Bangunan Irigasi, Persamaan Aliran, Dan

Karakteristiknya

II.5.5.1 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi merupakan perangkat keras yang sangat dibutuhkan dan berada

pada daerah irigasi, baik daerah irigasi teknis, semi teknis, maupun daerah irigasi

non teknis (daerah irigasi sederhana).

Dengan adanya bangunan irigasi, maka dalam pengolahan dan pemanfaatan air

yang dapat dilakukan dalam bentuk mengarahkan air, mengatur, dan mengukur

debit yang masuk ke petak sawah untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dapat

disesuaikan dengan permintaan.

Pemanfaatan bangunan-bangunan irigasi yang ada pada suatu daerah irigasi, tidak

dapat dilepas pisahkan dari peranan bangunan-bangunan irigasi tersebut. Dimana

bangunan tersebut memberikan ke amanan, ke mudahan, dan kelancaran kepada

pengelolah irigasi dalam hal pemanfaatan air.

II.5.5.2 Bangunan Pengukur

II.5.5.2.1 Bangunan Pengukur Ambang Lebar

Bangunan pengukur jenis ini sangat disarankan penggunaannya, sebab

bangunannya kokoh dan dalam pembuatannya juga mudah. Bangunan ini juga

memiliki berbagai bentuk mercu dan penempatannya pula bisa disesuaikan

dengan keragaman bentuk jenis saluran yang ada. Keterkaitan bangunan dengan

muka air dan debit memiliki hubungan tunggal, dengan demikian sangat

memudahkan dalam pembacaan debit yang melewati bangunan ini.

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

30

1. Jenis-jenis bangunan pengukur ambang lebar

Bangunan pengukur ambang lebar termasuk katogori bangunan aliran atas

(overflow), karena itu ketinggian pada energi hulu lebih kecil dari pada panjang

mercunya. Bentuk pola aliran yang berada di atas bangunan ini dapat diatasi

berdasarkan formula hidrolika yang berlaku. Bangunan ini mengalirkan debit

yang sama tetapi memiliki bentuk yang beragam. Pada gambar II.6

memperlihatkan ragam bangunan yang memiliki mulut pemasukan yang berada

pada bagian depan dibulatkan. Pada bagian konstruksi permukaan yang

melengkung, bangunan ini baik untuk digunakan dan tidak mempersulit dalam

pelaksanaan dan baik pula kalau bangunan diperpendek, dengan demikian

bangunan dikerjakan menggunakan pasangan batu.

Pada gambar II.7 disini memperlihatkan bangunan pengukur ambang lebar yang

memiliki bentuk permukaan datar, yang juga merupakan sistem tata peletakan

yang ekonomis dengan beton sebagai bahan dalam pembuatannya.

Pada gambar II.6 mempertunjukan berupa muka hilir vertikal yang hampir mirip

dan sama seperti yang terdapat pada bendung dan gambar II.7 memperlihatkan

bentuk dari peralihan pelebaran kemiringan pada 1 : 6 yang hal ini digunakan jika

di atas bangunan pengukur adanya tinggi energi yang hilang. Pada peralihan

pelebaran kemiringan hal ini digubakan apabila di atas bangunan pengukur energi

kinetik dialihkan ke hilir saluran ke dalam energi potensial. Dengan demikian

tinggi energi yang hilang diusahakan untuk trjadi sekecil mungkin. Bentuk

pelebaran kemiringan yang terjadi pada hilir bangunan pengukur tidak

mempengaruhi kalibrasi ketinggian debit pada bangunan pengukur.

Faktor kalibrasi juga tidak dipengaruhi oleh bangunan pengukur ambang lebar

yang memiliki peralihan masuk yang dibulatkan atau yang datar dan yang

memiliki peralihan penyepitan. Bagian-bangian permuakaan yang dimiliki oleh

bangunan pengukur ambang lebar yang beragam bentuk ini, dibuat untuk

mengarahkan debit atau aliran di atas mercu bangunan dengan tidak terjadi

konstraksi dan pemisahan aliran. Pada bangunan pengukur ambang lebar di

atasnya yang datar dilakukan pengukuran debit dan aliran.

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

31

Gambar II.6. Bangunan pengukur ambang lebar dengan pemasukan

Dibulatkan (DPU, dan DJP, 1986).

Gambar II. 7. Bangunan pengukur ambang lebar dengan

pemasukan datar dan peralihan penyepitan

(DPU, dan DJP, 1986).

2. Persamaan debit bangunan pengukur ambang lebar dengan bagian pengontrol

segi empat :

Q = Cd Cv g32

32 bc h1 1,50 (II.1)

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

Cd = koefisien debit

Cd = 0,93 + 0,10 H1/L, untuk 0,1 < H1/L < 1,0

H1 = tinggi energi hulu (m)

L = panjang mercu (m)

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

32

Cv = koefisien kecepatan datang

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

bc = lebar mercu (m)

h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan pengukur (m)

Nilai (Cv) dapat dicari pada Gambar D.1 (lampiran D) yang memberikan harga

Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.

3. Persamaan debit bangunan pengukur ambang lebar bentuk trapesium :

Q = Cd {bc yc + mc2} {2g (H1 – yc)0,5} (II. 2)

Dimana :

bc = lebar mercu di bagian pengontrol (m)

yc = kedalaman air di bagian pengontrol (m)

m = kemiringan samping di bagian pengontrol (1:m)

Keterangan simbol yang digunakan dapat dilihat pada gambar D.2 (lampiran D)

4. Harga batas moduler

Harga batas moduler pada bangunan pengukur ambang lebar bergantung pada

ragam dari bagian pengontrol dengan nilai banding ekspansi hilir dapat dilihat

pada tabel II.1

Tabel II. 1. Harga batas moduler minimum (H2/H1) (DPU, dan DJP, 1986).

Ekspansi

Vertikal / Horisontal

Bangunan pengukur

Pengontrol Pengontrol

1 : 0

1 : 6

0.70

0.79

0.75

0.85

Harga pembanding ekspansi 1 : 6 diilustrasikan seperti pada Gambar D.3 bentuk

peralihan hilir (lampiran D). Dengan mengacu pada gambar D.3 diperlihatkan

langkah-langkah dalam memotong ekspansi disini hanya memberikan sedikit

saja mengurangi efektivitas peralihan.

Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

33

5. Besaran dari debit

Untuk besaran dari debit ini diklasifikasi dalam perbandingan sebagai berikut :

γ = minQ

Qmaks (II. 3)

Pada bangunan pengukur ambang lebar segi empat γ = 35, dan pada bangunan

pengukur dengan bentuk trapesium γ = 55 pada bangunan pengukur yang besar

dan γ = 210 pada bangunan pengukur yang kecil. Di dalam saluran irigasi nilai

perbandingan γ = minQ

Qmaks jarang melebihi 35.

6. Satuan dalam papan duga

Dalam kemungkinan untuk menandai papan duga dengan satuan-satuan seperti

liter/detik atau meter kubik/detik, diluar penggunaan dengan skala sentimeter. Hal

ini dapat menyebabkan terhindarnya didalam dan bahkan tidak diperlukan

penggunaan tabel debit.

Sebagai panduan diberikan suatu contoh jarak pengamatan papan duga dalam

pembacaan langsung di papan duga yang terpasang pada dinding, ditunjukkan

dalam tabel II.2 dengan mengacu penggunaannya pada Gambar II.11 yang

digunakan sebagai bilangan pengali.

Gambar II.8. Bentuk bilangan pengali dengan satuan yang

diguanakan oleh papan duga dalam kondisi miring

(DPU, dan DJP, 1986).

Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

34

7. Penggunaan tabel debit

Pada bangunan pengukur ambang lebar berbentuk segi empat, didalam bagian ini

diperlihatkan penggunaan tabel debit, sebagaimana yang terdapat pada tabel C.II.1

(lampiran C)

Pada bangunan pengukur ambang lebar berbentuk trapesium dan pada saluran

yang memiliki lebar dasar yang tidak berstandar, maka disarankan untuk

menggunakan formula tinggi energi (head) – debit. Pada tabel C.II.2 di dalam

lampiran C di dalam tabel ini memberikan harga-harga yc /H1 merupakan fungsi

dari m dan H1/b pada bagian dengan pengontrol trapesium yang dapat digunakan

dengan mengacu pada persamaan debit pada bangunan pengukur ambang lebar

berbentuk trapesium.

Tabel II. 2. Hubungan antara jarak vertikal dengan kemiringan samping

didalam papan duga pada saluran dengan kemiringan talut 1 : 1,5

(DPU, dan DJP, 1986).

Debit (m3/det) Tinggi Vertikal h1 (m) Jarak kemiringan samping hs (m)

0.20

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

2.20

2.40

2.60

2.80

3.00

0.117

0.229

0.273

0.311

0.347

0.379

0.410

0.439

0.466

0.492

0.517

0.541

0.564

0.586

0.211

0.413

0.492

0.561

0.626

0.683

0.739

0.792

0.840

0.887

0.932

0.975

1.016

1.057

Page 26: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

35

8. Bangunan pengukur ambang lebar dengan karakteristiknya :

a. Apabila kehilangan energi pada bangunan pengukur memenuhi dan dapat

menciptakan aliran kritis, maka dalam perhitungan tabel debit dengan

kesalahan kurang dari 2 %.

b. Besar energi yang hilang untuk dihasilkan aliran moduler (yan merupakan

hubungan khusus antara besar energi hulu terhadap mercu dengan debit

sebagai acuan) lebih rendah apabila dibandingkan terhadap besar energi yang

hilang pada bagunan lainnya.

c. Formula hidrolika digunakan untuk menghitung besar energi yang hilang pada

bangunan pengukur dan saluran.

d. Bangunan pengukur ini memiliki masalah terhadap benda hanyut, apabila

bangunan ini mengalami peralihan penyepitan yang bertahap (gradual).

e. Pada kondisi dilapangan pembacaan debit mudah dilakukan, dengan hal

Khusus apabila pada papan duga dilengkapi dengan satuan debit (misal

m3/det).

f. Dalam pengamatan dilapangan maupun laboratorium mengatakan, bahwa

bangunan pengukur ini mengangkut sedimen, bahkan pada saluran dengan

aliran subkritis

g. Bangunan pengukur memungkinkan perbaikan bila perlu apabila mercu datar

searah dengan aliran, maka dengan demikian pada dimensi purnalaksana (as-

built dimensions) tabel debit dapat dibuat, bahkan apabila terdapat kesalahan

pada dimensi selama rencana pelaksanaan sekalipun Kalibrasi purnalaksana.

h. Kekuatan bangunan cukup kokoh dan tidak mudah rusak.

i. Berpedoman pada kondisi hidrolis dengan batas yang serupa, merupakan hal

yang ekonomis dibandingkan bangunan lain dalam hal pengukuran debit yang

dilakukan secara tepat.

9. Bangunan pengukur ambang lebar dengan kelebihannya :

a. Bangunan sederhana dan bentuk hidrolisnya luwes

b. Bangunan memiliki konstruksi yang sederhana, kuat, dan biaya tidak mahal

c. Bangunan ini untuk benda-benda hanyut bisa dilewatkan.

d. Bangunan di dalam proses eksploitasi dilakukan dengan mudah.

Page 27: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

36

10. Bangunan pengukur ambang lebar dengan kekurangannya :

a. Bangunan digunakan hanya untuk mengukur debit

b. Aliran tidak boleh tenggelam agar pengukuran dapat dilakukan dengan teliti.

11. Bangunan pengukur ambang lebar dalam penggunaannya :

Untuk pengukuran debit yang dipakai disaluran bangunan pengukur ini sangat

dibutuhkan dan dimana kehilangan energi merupakan hal utama yang menjadi

bahan pertimbangan. Pada bagian awal saluran primer biasanya bangunan

pengukur ini ditempatkan, dan juga pada bagian cabang dari saluran besar dan

berada tepat dihilir bangunan pintu sorong pada bagian yang masuk petak tersier.

II.5.5.2.2 Bangunan Pengukur Cipolleti

Bangunan pengukur Cipolleti adalah bangunan yang mengalami penyempurnaan

dari bangunan pengukur ambang tajam yang dikontraksi sepenuhnya. Bangunan

pengukur Cipolleti ini memiliki potongan pengontrol yang berbentuk trapesium,

dan mercunya adalah horisontal dengan bentuk sisi-sisinya miring kesamping

dengan kemiringan 1 vertikal banding ¼ horisontal. Bentuk bangunan pengukur

ini dapat dilihat pada gambar II.9 dibawah ini.

Gambar II.9. Bentuk dimensi bangunan pengukur Cipolleti

(DPU, dan DJP, 1986).

Page 28: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

37

1. Persamaan debit bangunan pengukur Cipolleti :

Q = Cd Cv g232 b h1

1,5 (II. 4)

Dimana :

Q = debit (m3/dt)

Cd = koefisien debit (≈ 0,63)

Cv = koefisien kecepatan datang (dapat dilihat pada gambar D.1 lampiran D)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

b = lebar mercu (m) (dapat dilihat pada gambar II.12)

H1 = tinggi energi hulu (m) (dapat dilihat pada gambar II.12)

Dapat dilihat dalam tabel C.II.4 (pada lampiran C) disini diberikan bentuk tabel

debit untuk q m3/dt.m.

2. Bangunan pengukur Cipolleti dengan karakteristiknya :

a. Bentuk dari bangunan sederhana dan konstruksinya mudah dibuat.

b. Dalam pelaksanaan bangunan biayanya tidak mahal.

c. Apabila pada papan duga diberi skala liter, maka oleh para petani pemakai air

dapat melakukan pengecekan persediaan air mereka dengan jelas.

d. Pada bagian hulu dari bangunan terjadi penumpukan sedimen, dengan

sendirinya dapat mengganggu berfungsinya bangunan pengukur ini, dilain

hal benda hanyut tidak bisa lewat dengan mudah, hal ini sangat mudah

menyebabkan kerusakan dan sangat mengganggu ketelitian pengukuran

debit.

e. Apabila muka air di hilir bangunan mengalami kenaikan diatas elevasi

ambang bangunan pengukur, maka proses pengukuran debit tidak bisa

dilakukan.

f. Bangunan ini mengalami kehilangan tinggi energi besar sekali dan lebih

khusus lagi apabila pada daerah yang datar, dimana kehilangan tinggi energi

yang tersedia kecil sekali, dengan demikian bangunan pengukur ini tidak

dapat digunakan lagi.

Page 29: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

38

3. Bangunan pengukur Cipolleti dalam penggunaannya

Penggunaan bangunan pengukur Cipolleti dapat dikombinasikan dengan

bangunan pintu sorong, hal ini sering dipakai sebagai bangunan sadap tersier.

Bangunan ini terletak berjauhan terhadap banguna pintu sorong, sehingga proses

eksploitasi pintu menjadi rumit. Bangunan pengukur ini dalam penggunaannya

tidak dianjurkan lagi, hal lain kecuali didalam laboratorium.

II.5.5.2.3 Bangunan Pengukur Parshal

Bangunan pengukur Parshal merupakan bangunan pengukur yang telah diuji

secara laboratoris demi penggunaannya dalam pengukuran aliran pada saluran

terbuka. Bangunan pengukur ini memiliki sebuah peralihan penyepitan dengan

lantai yang datar, juga leher dengan lantai miring ke bawah, dan sebuah peralihan

pelebaran dengan lantai miring ke atas (hal ini dapat dilihat pada gambar 2.8).

Bentuk lereng lantai yang tidak konvensional ini, menyebabkan aliran tidak dapat

di ukur dan di atur di dalam leher, tetapi dilakukan di dekat ujung lantai dasar

peralihan penyepitan (dapat dilihat pada gambar II.10). Karena bangunan

memiliki lengkung garis aliran tiga dimensi yang terdapat pada bagian pengontrol,

maka dari itu teori hidrolika dalam menerangkan aliran melalui bangunan

pengukur Parshal belum ada. Oleh sebab itu pembuatan tabel debit hanya dapat

dilakukan melalui uji laboratorium. Dan dalam penggunaan tabel ini hanya bisa

pada bangunan yang proses eksploitasi di lapangan dan apabila bangunan itu

dibuat sesuai dengan dimensi talang yang telah di uji di laboratorium. Dari 22

bangunan pengukur yang didimensi sudah di uji (dalam satuan milimeter) dapat

dilihat pada tabel C.II.5 (di dalam lampiran C).

Perlu dalam ingatan bahwa pada ke enam bidang yang membentuk peralihan

penyepitan dan pada potongan leher tersebut harus saling memotong pada garis

yang benar-benar tajam. Pada bagian yang mengalami pembulatan disini akan

mengurangi kelengkungan garis aliran sehingga akan mengubah kalibrasi

bangunan pengukur. Hal lain juga pada kran piesometer yang digunakan dalam

Page 30: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

39

mengukur tekanan piesometer perlu dipasang di posisi lokasi yang cocok agar

dapat dilakukan pengukuran debit. Didalam bagian ini ada kesalahan pada tabel

debit terjadi kurang dari 3 %.

Oleh karena leher bangunan lantai yang bentuknya dibuat miring ke bawah, maka

air di arahkan ke lantai yang mengalami peralihan pelebaran. Pada bagian

peredam energinya disini dapat menghasilkan batas moduler lebih rendah

dibandingkan dengan bangunan pengukur ambang lebar (atau secara hidrolis

bekaitan dengan bentuk panjang dari leher saluran).

Pada bangunan pengukur yang kecil memiliki batas moduler sebesar 0,05, namun

pada bangunan yang berukuran besar (yaitu memiliki lebarnya lebih dari 3 m)

dengan batas moduler menjadi naik sehingga mencapai 0,08.

Gambar II.10. Bentuk bangunan pengukur Parshal.

(untuk dimensi gunakan tabel C.II.9), (lampiran C)

(DPU, dan DJP, 1986).

Page 31: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

40

1. Bangunan pengukur Parshal dengan karakteristiknya:

Bangunan pengukur parshal teliti dan andal.

2. Bangunan pengukur Parshal dengan kelebihannya :

a. Bangunan memiliki kehilangan besar energi yang relatif kecil.

b. Bangunan ini digunakan untuk mengukur berbagai besaran debit aliran

bebas.

c. Bangunan tidak bermasalah dengan benda-benda hanyut.

d. Bangunan tidak dapat di ubah-ubah oleh orang yang tidak bertanggung

jawab.

3. Bangunan pengukur Parshal dengan kekurangnnya :

a. Bangunan memiliki biaya pelaksanaannya lebih mahal.

b. Permukaan air relatif tenang dan aliran masuk harus tenang.

c. Bangunan dalam pembuatannya harus teliti agar berfungsi dengan baik.

Bangunan tidak ada tabel debit apabila pembuatannya tidak mengacu pada

tabel C.II.6 (lampiran C).

II.5.5.3 Bangunan Pengatur

II.5.5.3.1 Bangunan Pengatur Pintu Skot Balok

Bangunan pengatur jenis pintu skot balok adalah bangunan yang strukturnya

sangat sederhana. Bentuk balok-balok profilnya adalah segi empat dan

penempatannya disangga pada sponeng yang besarnya mulai dari 0,03 m - 0,05 m

yang mengacu dari tebal profil balok-balok yang digunakan. Di kondisi saluran

irigasi, yang memiliki besar bukaan pada pengontrol adalah 2,0 m atau kurang

dari 2.0 m, maka bentuk profil-profil yang bisa dipakai, diperlihatkan pada

gambar II.11 di bawah ini.

Page 32: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

41

Gambar II.11. Bentuk profil dan koefisien debit untuk

skot balok (cv ≈ 1,0). (DPU, dan DJP, 1986).

1. Persamaan debit untuk bangunan pengatur pintu sot balok :

Q = Cd Cv g32

32 b h1

1,5 (II.5)

Dimana :

Q = debit (m3/det)

Cd = koefisien debit

Cv = koefisien kecepatan datang

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

b = panjang skot balok (m)

h1 = kedalaman air di atas skot balok (m)

Koefisien debit untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang tajamnya

90 derajat, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5 (lihat

gambar II.11). Untuk harga-harga L

H1 yang lebih tinggi, pancaran air yang

melimpah sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila L

H1 menjadi

lebih besar dari sekitar 1,5, maka pola alirannya akan menjadi tidak mantap dan

sangat sensitif terhadap “ketajaman” tepi sakot balok bagian hulu. Juga

Page 33: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

42

besarnya airasi dalam kantong udara di bawah pancaran, dan

tenggelamnya pancaran sangat mempenagruhi debit pada skot balok.

Faktor kesalahan terjadi pada Cd di karenakan terjadi perubahan kecepatan aliran

dari hulu skot balok menjadi rendah yaitu h1(h1 + p1) lebih kecil dari 0.35.

Untuk memprediksi debit yang lewat pintu skot balok dengan baik, maka hal ini

dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan di tas dan

mengkombinasikannya dengan gambar aliran pintu sorong dengan dasar

horisontal.

Tinggi air di hulu pintu skot balok dapat diatur dengan cara melakukan

pengaturan pada skot-skot balok yang ada, dilakukan satu terhadap yang lainnya.

Proses pengaturan skot-skot balok ini dipengaruhi oleh ukuran dari skot balok itu

sendiri. Hal ini sebagaimana di perlihatkan pada gambar II.11 di atas, yaitu tinggi

0.20 m ukuran skot balok yang baik untuk digunakan pada irigasi.

2. Bangunan pengatur pintu skot balok dengan kelebihannya :

a. Bentuk konstruksinya sederhana tetapi kuat

b. Dalam pelaksanaan konstruksi biayanya kecil

3. Bangunan pintu skot balok dengan kelemahaannya :

a. Proses pemasangan dan pemindahan skot balok membutuhkan tenaga dua

orang dan waktu yang dibutuhkan sangat banyak

b. Kedalaman muka air di hulu diatur selangkah demi selangkah, dan setiap

langkah mengacu pada tinggi sebuah skot balok

c. Skot balok sangat besar kemungkinan untuk diambil orang

d. Pengoperasian pintu skot balok dapat terjadi dilakukan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab

e. Bentuk kedalaman aliran yang melewati skot balok belum dapat diketaui

secara pasti.

Page 34: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

43

II.5.5.3.2. Bangunan Pengatur Pintu Sorong

Bangunan pengatur pintu sorong diusahakan sedemikian rupa segingga pada

saluran primer dan pada saluran cabang dapat diatur muka airnya pada batas-batas

tertentu oleh bangunan pengatur yang dapat digerakan, sehingga muka air yang

berhubungan dengan bangunan sadap tetap normal. Pemilihan bangunan pengatur

dan pengukur didasarkan kepada variasi kedalaman air yang direncanakan.

Untuk saluran irigasi yang lebar artinya lebih besar dari 2 m, agar diupayakan

untuk mengkombinasi beberepa tipe bangunan pengatur yang ada, seperti :

1. skot balok dengan pintu bawah

2. mercu tetap dengan pintu bawah

3. mercu tetap dengan skot balok

Standar pengukuran untuk lebar pintu pembilas bawah (undersluice) adalah 0.50,

0.75, 1.00, 1.25 dan 1.50 m. Untuk dua ukuran terakhir membutuhkan dua stang

pengangkat.

1. Bangunan pengatur pintu sorong dengan kelebihannya :

a. kedalaman air di hulu bangunan dapat dikontrol secara baik

b. pintu sorong sederhana dan kuat

c. bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar maupun sedimen layang

2. Bangunan pintu sorong dengan kelemahannya :

a. bangunan ini tidak dapat melewatkan benda-benda hanyut

b. pada aliran moduler baru bisa muka air dihulu dan kecepatnnya diatur cecara

baik

3. Bangunan pintu sorong dalam penggunaannya :

a. bangunan digunakan di hulu saluran primer

b. penggunaannya di bangunan bagi, bangunan sadap sekunder, apabila debit

terlalu besar

Page 35: Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pendahuluan - · PDF fileperencanaan pembangunan jaringan irigasi, dan berakhir pada rangkuman studi ... Sistem pakar Komputer Basis data Basis pengetahuan

44

4. Persamaan debit untuk bangunan pengatur pintu sorong :

Q = K μ a b 12gh (II. 6)

Dimana:

Q = debit (m3/dt)

K = faktor aliran tenggelam (lihat gambar D.5 lampiran D)

μ = koefisien debit (lihat gambar D.6 lampiran D)

a = bukaan pintu (m)

b = lebar pintu (m)

g = percepatan gravitasi (m/dt2) (≈ 9,8)

h1 = kedalaman air di depan pintu diatas ambang (m)

Keterangan simbol dapat dilihat pada Gambar D.4 (lampiran D)

Gambar II.12. Bangunan pintu sorong dengan mencu tetap

(DPU, dan DJP, 1986).

II.5.5.3.3 Bangunan Pengatur Pintu Radial

Bangunan pengatur lainnya yang digunakan adalah bangunan pintu radial.