Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perawat
a. Pengertian
Menurut PERMENKES RI No. 161 tahun 2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, dijelaskan tentang tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (PERMENKES RI
No. 161 tahun 2010). Iradianti (2004) menambahkan bahwa perawat
atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Lebih lanjut Iradianti (2004) menyatakan
bahwa perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau
memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri
dan proses penuaan. Menurut Depkes RI tahun 2002 (dikutip oleh
Iradianti 2004) perawat profesional adalah perawat yang
bertanggungjawab dan berwenang memberikan pelayanan
keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
b. Peran dan Fungsi Perawat
Potter dan Perry (2005, hh.286-287) menyatakan saat ini perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi dalam
kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer
kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh dan
pendidik.
Doheny (dalam Asmadi 2008, h.102) mangidentifikasi beberapa
elemen peran perawat profesional, meliputi:
1) Care giver yaitu pemberi asuhan keperawatan perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien, dengan menggunakan proses keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan evaluasi.
2) Client advocate (pelindung klien)
3) Counsellor (pembimbing)
4) Educator (pendidik klien)
5) Collaborator (bekerja sama dengan tim)
6) Coordinator yaitu perawat memanfaatkan semua sumber dan
potensi yang ada baik materi maupun kemampuan klien secara
terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan
maupun tumpang tindih.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
7) Change Agent (sebagai pembaharu)
8) Consultant yaitu sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan
kondisi spesifik klien.
Iradianti (2004) menjelaskan fungsi perawat dalam melakukan
pengkajian pada individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas
yang dilakukan perawat berguna untuk pemulihan kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Aktifitas ini dilakukan
dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien
secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari
tahap pengkajian, identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan),
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Henderson tahun 1980
(dikutip oleh Zaidin 2001, h.12) menyatakan keperawatan dalam
menjalankan pelayanannya sebagai nursing service menyangkut
bidang yang amat luas sekali, secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu upaya untuk membantu orang baik sakit maupun sehat, dari
sejak lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga orang tersebut
dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
tanpa memerlukan bantuan ataupun tergantung pada orang lain.
Berkanis (2008) mengatakan bahwa tugas dan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan menuntut konsekuensi yang
cukup berat, baik fisik maupun mental. Hal ini dikarenakan pelayanan
keperawatan merupakan pelayanan kepada manusia sebagai pribadi
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
yang utuh secara bio-psyko-sosial-spiritual. Selain bahwa perawat
merupakan tenaga kesehatan yang paling sering berhubungan dengan
pasien, pekerjaan perawat juga merupakan jenis pekerjaan yang
berisiko kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum
suntik dan bahaya-bahaya lainnya yang dapat menjadi media
penularan penyakit. Untuk itu, dituntut sebuah kepatuhan terhadap
standar operasional pelayanan, demi safety, baik untuk diri sendiri,
pasien dan keluarga pasien, teman sejawat, anggota keluarga juga
lingkungan pekerjaan.
c. Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan
sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia
dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat
dihindarkan (Asmadi 2008, h.102).
1) Kode etik keperawatan Indonesia
Menurut Asmadi (2008, h.102) kode etik keperawatan
Indonesia meliputi:
a) Perawat dan Klien
(1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik
dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
(2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
(3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka
yang membutuhkan asuhan keperawatan.
(4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b) Praktek Keperawatan
(1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi
dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus.
(2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional
yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
(3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain.
(4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
profesional.
c) Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama
masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
d) Perawat dan Teman Sejawat
(1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya,
dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan.
(2) Perawat bertindak malindungi klien dari tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan ilegal.
e) Perawat dan Profesi
(1) Perawat mempunyai peran utama dlam menentukan
standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
(2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan.
(3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif
demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.
2) Kode etik keperawatan menurut International Council of Nurses
(ICN)
Kode etik keperawatan menurut ICN (Asmadi 2008, h.105)
adalah sebagai berikut:
a) Tanggung jawab utama perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, memelihara
kesehatan dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan
tanggung jawab utama tersebut, perawat harus meyakini
bahwa:
(1) Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai
tempat adalah sama.
(2) Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada
penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
(3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan/atau
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan
masyarakat.
b) Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat perlu
meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan
menghargai nilai-nilai yang ada dimasyarakat, menghargai
adat kebiasaan serta kepercayaan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang menjadi pasien atau kliennya. Perawat
dapat memegang teguh rahasia pribadi (privasi) dan hanya
dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang
berkepentingan atau pengadilan.
c) Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan
dan melaksanakan standar praktik keperawatan untuk
mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan. Perawat dapat mengembangkan pengetahuan
yang dimilikinya secara aktif untuk menopang peranannya
dalam situasi tertentu. Perawat sebagai anggota profesi, setiap
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standar
profesi keperawatan.
d) Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap,
mempunyai inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif
dalam menentukan masalah kesehatan dan masalah sosial yang
terjadi di masyarakat.
e) Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan
teman kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi
lain di keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin
seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
f) Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan
pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan
keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan
perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi
berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi
sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.
d. Tindakan Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia (Gaffar 1999, h.44). keperawatan berlandaskan
atas teori hubungan interpersonal yang menitik beratkan pada sifat
unik individu atau klien dalam ekspresi herbal yang mengisyaratkan
adanya kebutuhan dan cara-cara memenuhi kebutuhan. Teori Jean
Orlando 1961 (dikutip oleh Awie 2008) mengandung konsep kerangka
kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen yaitu:
perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan, mengubah situasi
perawat setelah perawat memperkirakan kebutuhan klien, perawat
mengetahui penyebab yang mempengaruhi derajat kesehatan, lalu
bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk memberikan
pelayanan kesehatan.
Tindakan keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan
timbal balik dalam kesehatan, sakit dan perilaku. Perawat
berkonsentrasi pada peningkatan kesehatan mempertahankan suatu
kesehatan dalam pencegahan (Awie 2008). Tindakan keperawatan
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemilihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (primary health
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
care) untuk meningkatkan setiap orang mencapai kemampuan hidup
sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang,
tanggung jawab serta etik profesi keperawatan (Gaffar 1999, h.44).
Jenis tindakan keperawatan yang dapat diberikan, seperti
perawatan khusus (dekubitus, luka diabetes, inkontinensia, demensia),
perawatan umum (membantu & mendorong penderita agar mampu
mandiri dalam ADS), pengobatan (pemberian antibiotik atau obat-obat
lain melalui suntikan atau infus, pemberian makanan lewat NGT,
pasang kateter urin, tranfusi darah, pengobatan nyeri karena berbagai
sebab, pengobatan simptomatis atau suportif terhadap penderita
terminal), rehabilitasi (fisik pada stroke, berbaring lama, rehab mental
& sosial), pencegahan terhadap kecacatan & hambatan lain akibat
sakitnya serta promosi penyuluhan, pendidikan terhadap keluarga
penderita, tenaga semi atau nonskilled seperti pramurukti, kader
lansia, dan lain-lain (Probosuseno 2007).
2. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Pengertian
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja,
dimana secara tehnis dapat mengurangi tingkat keparahan dari
kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung tidak
menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada (Mulyanti
2008).
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
APD digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas kesehatan dari resiko pejanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis
tindakan berisiko mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang,
otopsi, ataupun perawatan gigi dimana menggunakan bor dengan
kecepatan putar yang tinggi (Depkes RI 2010, h.17).
b. Jenis-jenis APD
Menurut Depkes RI (2010, hh.17-26) dan Potter & Perry (2011,
hh.32-33) jenis-jenis APD meliputi:
1) Sarung tangan
Rasional penggunaan sarung tangan ada tiga. Pertama, sarung
tangan melindungi tangan jika terdapat kemungkinan perawat
kontak dengan cairan tubuh, misalnya darah, urine, feses, sputum,
membran mukosa dan kulit yang tidak utuh. Kedua, sarung tangan
mengurangi kemungkinan perawat menyebarkan mikroorganisme
endogen mereka kepada individu yang menerima asuhan. Perawat
yang memiliki luka terbuka atau goresan pada tangan harus
menggunakan perlindungan diri sebagai perlindungan diri. Ketiga,
sarung tangan mengurangi kemungkinan tangan perawat
menyebarkan mikroorganisme dari satu klien atau dari benda
tercemar kepada klien lain. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh
setiap petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis
cairan tubuh sekret, ekskreta dan benda yang terkontaminasi.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
Ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
a) Sarung tangan bersih
Adalah sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi,
dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput
lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam, merawat
luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk
tindakan bedah bila tidak ada sarung tangan steril.
b) Sarung tangan steril
Adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung
tangan steril baru digunakan sarung tangan yang didisfeksi
tingkat tinggi.
c) Sarung tangan rumah tangga
Sarung tangan tersebut terbuat dari latex atau vinil yang
tebal, seperti sarung tangan yang biasa digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Sarung tangan rumah tangga dipakai
pada waktu membersihkan alat kesehatan dan permukaan meja
kerja dan lain-lain. Sarung tangan ini dapat digunakan lagi
setelah dicuci atau dibilas bersih.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penggunaan
sarung tangan diantaranya adalah cuci tangan harus selalu
dilakukan sebelum memakai dan sesudah melepas sarung tangan,
gunakan pasangan sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien,
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
segera lepas sarung tangan apabila telah selesai dengan satu pasien
dan ganti sarung tangan yang lain apabila akan menangani pasien
yang lain. Hindari kontak pada benda-benda lain selain yang
berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan, misalnya
membuka pintu selagi masih memakai sarung tangan dan
sebagainya. Tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan rangkap
bila tidak benar-benar diperlukan karena tidak meningkatkan
perlindungan, bahkan akan meningkatkan risiko keceelakaan
karena akan mengurangi kepekaan (raba). Sarung tangan tidak
perlu digunakan untuk tindakan tanpa kemungkinan terpajan darah
atau cairan tubuh lain seperti memberi makan pasien, membantu
minum obat pasien, membantu jalan dan lain-lain.
Menurut Depkes RI (2010, hh.19-20), kadang-kadang perlu
dipakai sarung tangan ganda pada keadaan khusus, seperti pada:
a) Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dari 60 menit) dan
atau melakukan tindakan operasi di area yang sempit dengan
kemungkinan besar robekan sarung tangan oleh alat tajam
seperti jarum, gunting atau penjepit.
b) Tindakan yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan
tubuh yang banyak seperti operasi cesar, persalinan dan lain-
lain.
c) Bila memakai sarung tangan pakai ulang yang seharusnya
sekali dipakai.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
Sarung tangan tidak perlu dikenakan untuk tindakan tanpa
kemungkinan terpajan darah atau cairan tubuh lain. Prosedur
pemakaian sarung tangan dapat dilihat pada bagan 2.1.
Bagan 2.1
Bagan alur Pemilihan Jenis Sarung Tangan
2) Pelindung wajah (masker dan kaca mata)
Menurut Depkes (2010, h.24) pelindung wajah terdiri dari 2
macam pelindung yaitu masker dan kaca mata, dengan berbagai
bentuk yaitu ada yang terpisah dan ada yang menjadi satu.
Pemakaian pelindung wajah tersebut dimaksudkan untuk
Apakah kontak
dengan darah atau
cairan tubuh ? Tidak
TANPA SARUNG
TANGAN
Tidak
Tidak
S.T.RUMAH TANGGA
atau
SARUNG TANGAN BERSIH
SARUNG TANGAN BERSIH
atau
SARUNG TANGAN DTT
SARUNG TANGAN STERIL
atau
SARUNG TANGAN DTT
Ya
Apakah kontak
dengan pasien ?
Apakah kontak
dengan jaringan di
bawah kulit ?
Ya
Ya
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata selama
melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan
terjadi percikan darah dan cairan tubuh lain, termasuk tindakan
bedah ortopedi atau perawatan gigi.
Masker tanpa kaca mata hanya digunakan pada saat tertentu
misalnya merawat pasien tuberkulosis terbuka tanpa luka dibagian
kulit atau perdarahan. Masker digunakan bila berada 1 meter dari
pasien. Masker, kacamata dan pelindung wajah secara bersamaan
digunakan petugas yang melaksanakan atau membantu
melaksanakan tindakan berisiko tinggi terpajan lama oleh darah
dan cairan tubuh lainnya antara lain pembersihan luka, membalut
luka, mengganti kateter atau dekontaminasi alat bekas pakai.
3) Penutup kepala
Tujuan pemakaian tutup kepala adalah mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat atau daerah steril dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala atau rambut petugas dari percikan bahan-bahan
dari pasien (Depkes 2010, h.24).
4) Gaun
Gaun pelindung atau jubah atau celemek, merupakan salah
satu jenis pakaian kerja. Pakaian kerja dapat berupa seragam kerja,
gaun bedah, jas laboratorium dan celemek (Depkes 2010, h.24).
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
28
a) Tujuan pemakaian gaun pelindung
Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau
seragam (Depkes 2010, h.25).
b) Jenis gaun pelindung
Jenis gaun pelindung berbagai macam bila dipandang dari
berbagai aspeknya seperti gaun pelindung kedap air dan tidak
kedap air, gaun pelindung steril dan non steril. Gaun pelindung
steril dipakai oleh ahli bedah dan asistennya pada saat
melakukan pembedahan. Gaun pelindung non steril digunakan
di berbagai unit yang berisiko tinggi misalnya pengunjung
kamar bersalin, ruang pulih di kamar bedah, ruang rawat
intensif (ICU), rawat darurat dan kamar bayi (Depkes 2010,
h.25).
c) Penggunaan gaun pelindung
Gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi
misalnya saat membersihkan luka, melakukan tindakan
drainase, membuang cairan terkontaminasi, mengganti
pembalut, menangani pasien dengan pendarahan masif,
melakukan tindakan bedah termasuk otopsi, perawatan gigi,
dan sebagainya (Depkes 2010,h.25).
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
29
5) Sepatu pelindung (pelindung kaki)
Menurut Depkes (2010, h.25) sepatu pelindung adalah sepatu
khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang tertentu
misalnya ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang
pemulasaran, dan petugas sanitasi. Sepatu hanya dipakai di ruang
tersebut dan tidak boleh dipakai ke ruang lainnya.
Tujuan pemakaian adalah melindungi kaki petugas dari
tumpahan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
alat kesehatan. Sepatu harus menutupi seluruh ujung dan telapak
kaki. Sepatu khusus terbuat dari bahan yang mudah di cuci dan
tahan tusukan seperti karet atau plastik (Depkes 2010, h.25).
Tabel 2.1
Pemilihan alat pelindung sesuai jenis pajanan
Jenis pajanan Contoh Pemilihan Alat
Pelindung
Risiko rendah:
1. Kontak dengan
kulit
2. Tidak terpajan
darah langsung
1. Injeksi
2. Perawatan luka
ringan
Sarung tangan tidak
esensial
Risiko sedang:
Kemungkinan terpajan
darah namun tidak ada
cipratan
1. Pemeriksaan pelvis
2. Insersi IUD
3. Melepas IUD
4. Pemasangan kateter
intravena
5. Penanganan
spesimen
laboratorium
6. Perawatan luka
berat
7. Ceceran darah
1. Sarung tangan
2. Mungkin perlu
gaun pelindung
atau celemek
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
30
Risiko tinggi:
1. Kemugkinan
terpajan darah dan
cipratan
2. Perdarahan masif
1. Tindakan bedah
mayor
2. Tindakan bedah
mulut
3. Persalinan
pervagina
1. Sarung tangan
2. Celemek
3. Kacamata
pelindung
4. Masker
Sumber : Depkes (2010, h.26)
3. Kepatuhan
a. Pengertian
Kepatuhan adalah istiah yang dipakai untuk menjelaskan
ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan (Batable 2002,
h.139). Sedangkan menurut Adiwimarta dkk (1999 dalam Dewi 2010)
kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas.
Kemudian Anugrahini (2010) menambahkan bahwa kepatuhan adalah
ketaatan menerima instruksi, koreksi, penyediaan, dan perlindungan
dari pimpinan. Perilaku yang disiplin merupakan perilaku yang taat
dan patuh dalam peraturan. Perubahan sikap dan perilaku individu
dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru menjadi
internalisasi, artinya bahwa kepatuhan merupakan suatu tahap awal
perilaku, maka semua faktor yang mendukung atau mempengaruhi
perilaku juga akan mempengaruhi kepatuhan. Patuh adalah sikap
positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara
berarti sesuai dengan dengan tujuan yang ditetapkan. Ketidakpatuhan
merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang
sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk
melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap
anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
31
Kepatuhan merupakan model dasar seseorang berperilaku.
Menurut Kelman (1958 dalam Dewi 2010) dijelaskan bahwa
perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh,
identifikasi, dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada awalnya
individu mematuhi anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan
tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman
atau sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang
dijanjikan jika dia memenuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap
kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap
ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama
masih ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau
hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau
ketidakpatuhan tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul
dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi
menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan
tersebut (change agent). Perubahan perilaku individu baru dapat
menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses
internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif
bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain
dari hidupnya (Dewi 2010).
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
32
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Menurut Bastable (2002, h.139), Bady, Kusnanto dan Handono
(2007), Kepatuhan (2010), Anugrahini (2010), dan Amalia dkk
(2011), faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi kepatuhan
adalah:
1) Usia
Usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau
maturitas seseorang. Semakin tinggi usia semakin mampu
menunjukkan kematangan jiwa dan semakin dapat berfikir
rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain. Semakin
bertambah usia semakin terlihat pengalaman, pertimbangan, etika
kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu. Dari berbagai
periode umur tersebut, umur yang produktif dalam bekerja dan
yang merupakan angkatan kerja ditunjukan oleh periode dewasa
muda (20-40 tahun) dan dewasa madia (40-65 tahun). Usia yang
semakin meningkat akan meningkatkan pula kebijaksanaan
kematangan seseorang dalam mengambil keputusan, berfikir
rasional, mengendalikan emosi, dan bertoleransi terhadap
pandangan orang lain, berarti kinerja orang itu juga meningkat.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja perawat
yang bersangkutan. Tenaga keperawatan yang berpendidikan
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
33
tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah memiliki
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan
perawat yang berpendidikan lebih rendah. Selain itu juga
pendidikan perawat yang tinggi akan lebih memudahkan perawat
dalam memahami tugas sehingga akan meningkatkan
kepatuhannya dalam penggunaan APD.
3) Masa kerja
Masa kerja adalah lama seorang perawat bekerja pada suatu
organisasi yaitu dari mulai perawat itu resmi dinyatakan sebagai
pegawai atau karyawan suatu rumah sakit. Senioritas dan
produktivitas pekerjaan berkaitan secara positif. Semakin lama
seseorang bekerja semakin terampil dan akan lebih
berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Perawat harus
mempunyai pengalaman kerja yang cukup sehingga dapat
mengerti tentang kebutuhan pasien yang spesifik. Perawat juga
harus mempunyai pengalaman yang cukup untuk memahami
peraturan dan prosedur dalam pekerjaannya sehingga akan
mempengaruhi kepatuhannya dalam melaksanakan standar
precaution termasuk dalam penggunaan APD. Menurut Amalia
dkk (2011), perawat yang mempunyai masa kerja ≥ 10 tahun
relatif semakin terampil dalam melaksanakan pekerjaannya serta
cukup memahami peraturan dan prosedur dalam pekerjaannya.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
34
4) Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan
dan pemahaman perawat tentang APD dan manfaatnya
mempengaruhi kepatuhan dalam tindakan keperawatan. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang APD sangat penting untuk
petugas kesehatan dan sarana kesehatan lainnya yaitu untuk
mencegah tranmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan
infeksi adalah langkah pertama dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang bermutu.
5) Fasilitas APD di rumah sakit
Sarana dan fasilitas pendukung universal precaution yang
tersedia di rumah sakit adalah berupa APD seperti sarung tangan,
masker, baju pelindung, kacamata pelindung dan sepatu
pelindung. Walaupun tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap
tenaga keperawatan dalam penggunaan APD sudah baik apabila
fasilitas pendukung APD rumah sakit tidak terpenuhi/tidak
standar maka kepatuhan penggunaan APD oleh perawat tidak
maksimal. Fasilitas pendukung APD pada masing-masing
ruangan perawatan di rumah sakit biasanya bisa berbeda antara
ruang kelas III yang diperuntukkan bagi pasien yang mempunyai
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
35
latar belakang ekonomi rendah dengan ruang VIP yang
diperuntukkan bagi pasien dengan latar belakang ekonomi tinggi.
4. Rumah Sakit
a. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1045/Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit, rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang
memberikan pelayanan kesehatan jangka pende dan jangka panjang
yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif
untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan.
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
b. Azaz dan tujuan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan
Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
36
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit.
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit; dan
4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
c. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1045/Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit, kedudukan, tugas dan fungsi rumah sakit adalah:
1) Kedudukan
Rumah sakit merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
2) Tugas
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
peripurna, pendidikan dan pelatihan, dapat juga melakukan
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
37
penelitian, pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan.
3) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit
menyelenggarakan fungsi:
(a) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier;
(b) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia dalam pemberian pelayanan kesehatan;
(c) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penampisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan;
(d) Pelaksanaan administrasi rumah sakit.
d. Jenis dan klasifikasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1045/Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah
sakit dikategorikan dalam:
1) Rumah Sakit Umum selanjutnya disebut RSU;
2) Rumah Sakit Khusus selanjutnya disebut RSK. Rumah Sakit
Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
38
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.
Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan rumah sakit
berdasarkan perbedaan yang bertingkat mengenai kemampuan
pelayanan kesehatan yang dapat disediakan dan kapasitas sumber daya
organisasi, RSU diklasifikasikan sebagai berikut:
1) RSU Kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik
luas. Berdasarkan fungsinya RSU Kelas A dan RSU Kelas B
Pendidikan menyelenggarakan dan/atau digunakan untuk
pelayanan, pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran
berkelanjutan.
Susunan organisasi RSU Kelas A adalah:
(a) RSU Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur
Utama.
(b) Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat)
Direktorat.
(c) Masing-masing Direktorat terdiri paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
(d) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Seksi.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
39
(e) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
2) RSU Kelas B Berpendidikan
Rumah Sakit Kelas B Pendidikan adalah rumah sakit yang
menyelenggarakan dan atau digunakan untuk pelayanan,
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan
Kedokteran berkelanjutan.
Susunan organisasi RSU Kelas B Pendidikan adalah:
(a) RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala
disebut Direktur Utama.
(b) Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
(c) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
(d) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Seksi.
(e) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
3) RSU Kelas B Non-Pendidikan
RSU Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu
rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan
universitas.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
40
Susunan organisasi RSU Kelas B Non-Pendidikan adalah:
(a) RSU Kelas B Non-Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala
disebut Direktur Utama.
(b) Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
(c) Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
(d) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Seksi.
(e) Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
4) RSU Kelas C
RSU Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan mdis spesialistik dasar.
Susunan organisasi RSU Kelas C adalah:
(a) RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(b) Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1
(satu) Bagian.
(c) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Seksi.
(d) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
5) RSU Kelas D
RSU Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
41
Susunan organisasi RSU Kelas D adalah:
(a) RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
(b) Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga)
Subbagian.
(c) Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Seksi.
(d) Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
e. Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit dapat didirikan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Swasta. Rumah Sakit yang
didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk
Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan
hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan.
f. Bangunan Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit, bangunan Rumah Sakit harus dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
42
paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud paling sedikit
terdiri atas ruang: rawat jalan, rawat inap, ruang gawat darurat, ruang
operasi, ruang tenaga kesehatan, ruang radiologi, ruang laboratorium,
ruang sentralisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang
kantor dan administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan
sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi.
g. Pembagian Tipe Bangsal
Menurut PERMENKES RI Nomor 004 Tahun 2012 yang
merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
378/Menkes/Per/V/1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah
Sakit dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
582/Menkes/SK/VII/1997 tentang Pola Tipe Rumah Sakit Pemerintah
mengatur kewajiban rumah sakit untuk menyediakan sebagian tempat
tidurnya untuk masyarakat miskin. Untuk itu, maka bangsal-bangsal
rawat inap di rumah sakit dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: kelas
Utama, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
43
C. Kerangka Konsep
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis
Menurut Arikunto (2010, h.110) hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul.
Hipotesis dalam penelitian ini penulis rumuskan dalam bentuk hipotesis
statistik sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol
Tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) pada perawat bangsal kelas non utama dan utama di Rumah
Sakit Wijayakusuma Purwokerto.
Perawat Bangsal Kelas
Non Utama
Usia
Pendidikan
Masa kerja
Pengetahuan
Fasilitas APD di
Bangsal
Perawat Bangsal Kelas
Utama
Usia
Pendidikan
Masa kerja
Pengetahuan
Fasilitas APD di
Bangsal
Kepatuhan Perawat
dalam Penggunaan
APD
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
44
2. Hipotesis Alternatif
Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada perawat bangsal kelas non utama dan utama di Rumah Sakit
Wijayakusuma Purwokerto.
Perbedaan Tingkat Kepatuhan..., Ratna Setianingsih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014