Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sektor Keuangan
Sektor keuangan adalah sektor yang banyak diregulasi karena dianggap
sebagai sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian. Sektor
finansial digerakan oleh dua lembaga keuangan yaitu lembaga perbankan yang
terdiri dari bank-bank umum dan lembaga keuangan non bank yang terdiri dari
pasar modal, lembaga pembiayaan, pegadaian, asuransi dan dana pension.
Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa lembaga keuangan terdiri
dari 3 kelompok besar, yaitu Lembaga Keuangan Bank (LKB), Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB), dan Lembaga Pembiayaan :18
1. Lembaga Keuangan Bank (LKB)
Lembaga keuangan bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan
rakyat.
a. Bank
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “bank” diberikan
pengertian “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang.”
Sementara itu ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
18 Abdulkadir Muhammad, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2004, hlm. 8, dikutip dalam Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia,
PT Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 4
28
Undang Nomor 10 Tahun 1998 merumuskan kembali pengertian
“bank” itu sebagai berikut: Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
unsur-unsur yang membentuk bank yaitu:19
a) Lembaga keuangan. Lembaga ini harus merupakan lembaga khusus
yang berusaha di bidang keuangan. Oleh karena itu ada berbagai
ketentuan mengenai kegiatan apa saja yang boleh dilakukan sebuah
bank.
b) Izin dari penguasa moneter. Pada umumnya, yang disebut sebagai
penguasa moneter tersebut adalah bank sentral suatu negara.
sebelum ada UU No. 10 Tahun 1998 maka yang dapat memberikan
izin adalah menteri keuangan, sedangkan pada saat ini wewenang
tersebut diberikan kepada Bank Indonesia.
c) Mengumpulkan dana dari masyarakat. Lembaga keuangan bank ini
mengumpulkan dana menjadi simpanan yang masih menjadi milik
si tertarik dalam berbagai bentuk.
d) Lembaga perantara. Lembaga ini menjadi perantara bagi pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Pihak
yang kelebihan dana akan menyimpan kelebihan dana tersebut
19 Th. Anita Christiani, Hukum Perbankan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010,
hlm.19
29
pada lembaga perbankan dalam bentuk deposito, tabungan, dan
sebagainya, sedangkan pihak yang kekurangan dana dapat
mengajukan permohonan kredit pada lembaga perbankan tersebut.
b. Bank umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Menurut UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah45“Bank Umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran”
c. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan rakyat dibentuk bertujuan memberikan bantuan
kepada masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan dana di pasar-
pasar dan di desa-desa. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Dengan sendirinya Bank Perkreditan Rakyat
adalah bukan bank pencipta uang giral, sebab Bank Perkreditan
Rakyat tidak ikut memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dari hal diatas dapat diketahui bahwa perbedaan BPR dengan bank
umum adalah bank umum memberikan jasa dalam lalu lintas
30
pembayaran, sedangkan BPR tidak. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa bank umum maupun BPR sama-sama
memberikan jasa dalam penghimpunan dana dan sama-sama
memberikan jasa dalam penyaluran dana kepada masyarakat, tetapi
BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.20
2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga keuangan selain
dari bank yang mana dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan atau disebut non depository financial institutions.yakni meliputi:
a) Lembaga Asuransi
Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assuranite yang
terdiri dari kata “assuradeur” yang berarti penanggung dan “gea
ssureeede”yang berarti tertanggung. Kemudian dalam bahasa Perancis
disebut “Assurance”yang berarti menanggung sesuatu yang pasti
terjadi. Sedangkan dalam bahasa latin disebut “Assecurare” yang
berarti meyakinkan orang. Selanjutnya bahasa Inggris kata asuransi
disebut “Insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin
atau tidak mungkin terjadi dan “Assurance” yang berarti menanggung
sesuatu yang pasti terjadi.21
20 Neni Sri Imaniyati,2010, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Ditama,
Bandung, hlm.29. 21 Kasmir, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ,Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada hlm 260
31
Asuransi beradasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun
1992 tentang Perasuransian menyatakan bahwa “Asuransi atau
Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertangung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
b) Dana Pensiun
Diatur dalam Undang-undang No 11 Tahun 2011 tentang dana
pension adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun
c) Pasar modal.
Menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995 Pasar
Modal pasal 1 angaka 13 yaitu sebagai suatu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar modal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pasar
yang memperjualbelikan berbagai instrument keuangan (sekuritas)
32
jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang
diterbitkan oleh perusahaan swasta.22
3. Lembaga Keuangan Lainnya
1) Lembaga Pembiayaan
Definisi Lembaga Pembiayaan menurut Pasal 1 Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana
atau barang modal.
Kemudian dalam pasal 2 PP Nomor 9 Tahun 2009 mengatakan
bahwa lembaga pembiayaan meliputi:
a) Perusahaan pembiayaan
Perusahaan pembiayaan adalah suatu badan usaha di luar
bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha
pembiayaan.Adapun kegiatan yang termasuk kedalam usaha
Lembaga Pembiayaan yaitu :
1) Sewa guna usaha (leasing)
2) Pembiayaan konsumen (consumen finance)
3) Anjak Piutang ( Factoring )
4) Usaha Kartu Kredit ( credit card)
b) Perusahaan Infrastrurktur
22 M.Irsan Nasrudin,dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,Kencana Prenadamedia
Group,2004, hlm 13.
33
Yaitu badan yang didirikan khusus untuk melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek
infrastruktur meliputi : pemberian pinjaman langsung ( direct
landing ); Refinacing atas insfrastruktur yang telah dibiayai pihak
lai; pemberian pinjaman subornasi ( subordinated loand )
c) Perusahaan modal ventura
Berdasarkan Peraturan Presiden No 19 Tahun 2009 Modal
Ventura adalah usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam
suatu Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee
Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan
saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau
pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.
d) Perusahaan pembiayaan infrastruktur
Berdasarkan Peraturan Presiden No 19 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiyaan Perusahan Pembiyaan infrastruktur adalah
badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiyaan
dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.Ciri khas
pembiyaan infrastruktur yaitu :
a. Hanya disediakan bagi proyek besar (jalan tol,
pelabuhan/bandara, pengeboran minyak, tambang emas)
b. Biasanya dilakukan scr sindikasi oleh beberapa sumber
pembiayaan
34
c. Tdk menggunakan sistem kredit konvensiional yg didukung
jaminan kebendaan atau orang
d. Jaminan hanya terbatas pd aset unit ekonomi yg dibiayai
e. Merupakan pinjaman yg berisiko tinggi jk dibanding dng kredit
konvensional
f. Pengembalian pinjaman bersumber dr pendapatan (revenue)
proyek yang bersangkutan.
g. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi
pertimbangan utama pihak penyandang dana
h. Kelayakan teknis (technical feasibility) menjadi pertimbangan
utama pihak penyandang dana
i. Kontrak pembangunan proyek yg memuat bentuk pemborongan
pekerjaan mjd jaminan pembiayaan proyek dan
pengembaliannya
B. Tinjauan Umum Tentang Sektor Keuangan dalam ruang lingkup
pegawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklasifikasikan fintech di Indonesia ke
dalam dua kategori. Fintech 2.0 untuk layanan keuangan digital yang operasikan
lembaga keuangan seperti Mandiri Online besutan Bank Mandiri. Fintech 3.0 untuk
35
startup teknologi yang punya produk dan jasa inovasi keuangan Contoh seperti
Kredit.ku, Rupiah plus, Uang Teman, dan lain-lain sebagainya.23
Berdasarkan pasal 6 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas jasa
Keuangan melaksanakan tugasn pengaturan dan pengawasan terhadap:
1) kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan .
2) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
C. Tinjauan Umum Tentang Pinjam-meminjam Uang
Dalam masyarakat yang telah mengenal nilai tukar mata uang, maka
persoalan peminjaman uang bukanlah suatu hal yang baru atau janggal
dilakukan orang. Apabila dalam jaman modern sekarang ini dimana kehidupan
ekonomi seseorang, perusahaan-perusahaan untuk memperoleh modal demi
peningkatan serta kemajuan usaha mereka dengan meminjam uang, yang
dalam abad modern sekarang dikenal dengan istilah kredit melalui bank-bank
negara ataupun swasta.
Menurut hakikatnya juga praktek utang-piutang atau pinjam meminjam
ini biasa dilakukan antara orang dengan seorang atau antara seorang dengan
suatu badan atau lembaga yang berbentuk badan hukum misalnya bank,
koperasi simpan pinjam, atau dapat juga dilakukan antara suatu badan atau
23 Roy Franedya, Tito Bosnia,Jenis-Jenis Fintech, https://www.cnbcindonesia.com, Akses
27 Maret 2018.
36
lembaga lainnya misalnya antara suatu perseroan terbatas atau yayasan dengan
suatu bank.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
dengan KUHPer) pasal 1754 pinjam-meminjam diartikan yaitu: “Pinjam-
meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada
pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihakyang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula.”24
Perjanjian pinjam-meminjam seperti juga perjanjian jual-beli sewa-
menyewa dan tukar-menukar, merupakan jenis perjanjian bernama, yaitu
perjanjian yang telah diberi nama khusus dan diatur dalam perundang-
undangan.Umumnya persetujuan pinjam-meminjam uang atau barang ini
terjadi karena faktor ekonomi. Dimana peminjam melakukan peminjaman
sejumlah uang untuk mempertahankan kepentingannya dan memperbaiki
tingkat kehidupannya.25
1) Pihak-pihak dalam perjanjian pinjam meinjam
a. Kreditur
Pihak kreditur atau yang sering juga disebut dengan pihak yang
memberi pinjaman utang (pihak yang berpiutang). Dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 2 telah dijelaskan
24 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, pasal 1754 25 Wibowo Dtunardy, Jenis-jenis Perjanjian, http://www.jurnalhukum.com, diakses tgl 24
April 2019.
37
bahwa yang dimaksud dengan Kreditur adalah orang yang mempunyai
piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di
muka pengadilan.
b. Debitur
Pihak debitur atau yang sering disebut dengan pihak yang menerima
pinjaman utang (pihak yang berutang). Dalam Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 3 telah dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan
2) Hubungan antara kreditur dan Debitur
Berdasarkan pengertian dari perjanjian utang-piutang yaitu suatu
perjanjian tertentu yang dilakukan antara pihak kreditur selaku pemberi
pinjaman utang dengan pihak debitur selaku penerima pinjaman utang,
dimana yang menjadi objeknya berupa uang, dengan mencantumkan
jangka waktu, serta mewajibkan kepada pihak debitur untuk
mengembalikan utang tersebut disertai dengan bunga dalam jangka waktu
yang telah ditentukan/disepakati bersama.Dari pengertian tersebut dapat
dilihat bahwa setelah terjadinya kesepakatan antara debitur dan kreditur
tersebut. maka berdasarkan asas pacta sunt servanda yang berarti bahwa
suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku mengikat sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Dengan demikian setelah terjadi
kesepakatan dan setelah ditanda tanganinya perjanjian utang-piutang maka
38
kedua belah pihak terikat dengan perjanjian yang dibuatnya tersebut,
sehingga harus mentaati aturan-aturan yang berlaku serta beriktikad baik
dalam melaksanakan perjanjian
3) Hak dan kewajiban kreditur dan debitur
Perjanjian utang-piutang sebagai sebuah perjanjian menimbulkan hak
dan kewajiban kepada krediturdan debitur yang bertimbal balik. Inti dari
perjanjian utang-piutang adalah kreditur memberikan pinjaman uang
kepada debitur, dan debitur wajib mengembalikannya dalam waktu yang
21telah ditentukan disertai dengan bunganya. Pada umumnya,
pengembalian utang dilakukan dengan cara mengangsur setiap bulan.26
a) Kewajiban Kreditur
Perjanjian utang piutang sebagaimana diatur dalam KUHPerdata
kewajiban-kewajiban kreditur tidak banyak diatur, pada pokoknya kreditur
wajib menyerahkan uang yang dipinjamkan kepada debitur setelah
terjadinya perjanjian. Selanjutnya, pasal 1759 hingga pasal 1761
KUHPerdata, menentukan sebagai berikut:
1) Uang yang telah diserahkan kepada debitur sebagai pinjaman. Sebelum
lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian tidak dapat diminta
kembali oleh kreditur.
2) Apabila dalam perjanjian utang piutang tidak ditentukan jangka waktu,
dan kreditur menuntut pengembalian utang, caranya dengan
mengajukan gugatan perdata ke pengadilan.
26 Gatot Supramono, 2013, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, Hlm 146
39
3) Jika dalam perjanjian tersebut, ditentukan pihak debitur akan
mengembalikan utang setelah ia mampu membayarnya, kreditur uga
harus menuntut pengembalian utang melalui pengadilan, hakim setelah
mempertimbangkan keadaan debitur, akan menentukan waktu
pengembalian tersebut (pasal 1761 KUHPerdata)
b) Kewajiban Debitur
Kewajiban debitur dalam perjanjian utang piutang sebenarnya
tidak banyak. Karena pada pokoknya kewajiban dari debitur adalah
mengembalikan utang dalam jumlah yang samasesuai yang di berikan
oleh kreditur, disertai dengan pembayaran sejumlah bunga yang telah
diperjanjikan, dalam jangka waktu yang telah diperjanjikanpula, hal
tersebut sebagaimana telah ditentukandalam Pasal 1763 KUHPerdata
D. Tinjauan Umum Tentang Financial Tecnology
1. Perkembangan Financial Technology
Fintech muncul disebabkan masyarakat tidak dapat dilayani oleh
industri keuangan tradisional dimana perbankan terikat aturan yang ketat
dan keterbatasan industri perbankan dalam melayani masyarakat di daerah
tertentu. Masyarakat mencari alternatif pendanaan selain jasa industri
keuangan tradisional. Masyarakat memerlukan alternatif pembiayaan yang
40
lebih demokratis dan transparan dimana Biaya layanan keuangan yang
efisien dan menjangkau masyarakat luas.27
Bila di dua dekade lalu, inovasi teknologi keuangan masih berpusar
disisi bank (misalnya, teknologi corebanking system), maka saat ini
inovasi teknologi terjadi di sisi pengguna (customer). Pergeseran ini
memungkinkan menjamurnya Fintech. Perkembangan Fintech di Indonesia
menunjukkan perkembangan yang pesat terutama dalam 3 tahun terakhir.
Pelaku FinTech Indonesia masih dominan berbisnis payment (43%),
pinjaman (17%), dan sisanya berbentuk agregator, crowdfunding dan lain-
lain. Besarnya potensi yang dimiliki membuat FinTech Perlu diberikan
ruang untuk bertumbuh. Untuk itu Perlu adanya pengaturan yang memadai
mengingat risiko yang mungkin ditimbulkan.
Perkembangan fintech saat ini telah menghasilkan industri sendiri
yang sebagian produknya bahkan beririsan langsung dengan komoditas
berbagai lembaga keuangan konvensional yang selama ini telah dikenal
oleh masyarakat. Selain itu, produk fintech juga ada yang sifatnya
menggandeng produk dari lembaga keuangan konvensional, seperti
perusahaan perbankan, investasi, dan perasuransian. Fintech telah menjadi
sebuah fenomena yang mempengaruhi sistem hukum dunia, karena fintech
bersandar pada internet of things yang mampu beroperasi melintasi batas
yurisdiksi yang ada.28
27Sianturi Tygor Franky D,2018, Financial Technologi: issue Strategi , Implikasi, Kebijakan
Serta Tinjauan Hukum dan Regulasi ICT, hlm 2 28 Nuzul Rahmayani, 2018,Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Perusahaan
Berbasis Financial Technology di Indonesia, Pagaruyuang Law Jurnal Vol 2 No 1, hlm 25.
41
2. Pengertian Financial Technology
Di Indonesia fintech dikenal dengan istilah Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Mengenai fintech telah
diatur pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Pada Pasal 1 Angka 3 POJK 77/POJK.01/2016 menyebutkan bahwa
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (fintech
adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan
pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan
perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung
melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.29
Bank Indonesia juga memberikan definisi mengenai Financial
Tecnology (Teknologi Finansial). Teknologi Finansial diatur pada Pasal 1
Angka 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Finansial bahwa Teknologi Finansial adalah
pengguna teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk
layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi,
kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.30
Konsep fintech tersebut mengadaptasi perkembangan teknologi yang
dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan. Fintech
menjadi solusi dibidang keuangan di Indonesia.Fintech berfungsi sebagai
29 Ibid. 30 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi
Finansial
42
layanan keuangan berbasis digital yang sekarang telah berkembang dapat
memfasilitasi masyarakat untuk melakukan proses transaksi keuangan
yang lebih praktis, aman serta modern.
3. Jenis-Jenis Fintech
Seiring dengan berkembangnya teknologi, jenis-jenis Fintechpun
semakin beragam, diantaranya:31
1) Managemen asset
Kesibukan operasional perusahaan, seperti penggajian,
pengelolaan karyawan, sistem pembiayaan, dan lain -lain. Sekarang
banyak startup yang melihat hal itu sebagai peluang untuk membuka
bidang usaha. Jojonomic misalnya, salah satu jenis startupyang
bergerak dibidang manajemen aset. Perusahaan ini menyediakan
platform Expense Management System untuk membantu berjalannya
sebuah usaha lebih praktis dan efisien. Dengan adanya start up seperti
Jojonomic ini, masyarakat Indonesia dapat lebih paperless,karena
semua rekapan pergantian biaya yang semula dilakukan manual, cukup
dilakukan melalui aplikasi untuk persetujuan pergantian biaya tersebut
2) Crowd Funding
Crowd funding adalah startup yang menyediakan platform
penggalangan dana untuk disalurkan kembali kepada orang- orang yang
membutuhkan. Seperti korban bencana alam, korban perang, mendanai
pembuatan karya, dan sebagainya. Penggalangan dana tersebut dilakukan
31 Alfica Reszita S,Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinajaman dalam
Pemyelenggaraan Financial Tecnolgi berbasis P2P, https://dspace.uii.ac.id, akses 11 November
2018.
43
secara online Salah satu contoh startup crowd funding terbesar adalah
Kitabisa.com. Startup ini diciptakan sebagai wadah agar dapat membantu
sesama dengan cara yang lebih mudah, aman, dan efisien.
3) E- Money
E-Money atau uang elektronik, sebagaimana namanya, adalah
uang yang dikemas ke dalam dunia digital, sehingga dapat dikatakan
dompet elektronik. Uang ini umumnya dapat digunakan untuk
berbelanja, membayar tagihan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi.
Salah satu dompet elektronik itu adalah Doku. Doku merupakan sebuah
aplikasi yang dapat dengan mudah diunggah di smartphone
4) Insurance
Jenis startup yang bergerak di bidang insuranceini cukup
menarik. Karena biasanya asuransi yang selama ini merupakan
asuransi konvensional, di mana dengan mensisihkan sejumlah uang
perbulan sebagai iuran wajib untuk mendapatkan manfaat dari asuransi
tersebut di masa depan. Jenis asuransi startup tidak semua berjalan
demikian. Ada pula startup asuransi yang menyediakan layanan
kepada penggunanya berupa informasi rumah sakit terdekat, dokter
terpercaya, referensi rumah sakit, dan sebagainya. Contohnya
HiOscar.com
44
5) Peer to Peer Landing
Peer to peer (P2P) Lending adalah startup yang menyediakan
platform pinjaman secara online. Urusan permodalan yang sering
dianggap bagian paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide
banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini. Dengan demikian,
bagi orangorang yang membutuhkan dana untuk membuka atau
mengembangkan usahanya. Uangteman.com salah satu contoh
startupyang bergerak di bidang ini. Startup ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan finansial masyarakat dengan cara cukup mengisi
formulir di website uangteman.com dalam waktu sekitar 5 menit dan
memenuhi persyaratannya.
6) Payment Gateway
Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin
banyak didirikannya startup yang menjadi jembatan penghubung antara
e-commerce dengan pelanggan, terutama dalam hal sistem pembayaran.
Layanan yang disediakan startup untuk e-commerce ini disebut dengan
layanan payment gateway Payment gateway memungkinkan
masyarakat memilih beragam metode pembayaran berbasis digital
(digital payment gateway) yang dikelola oleh sejumlah startup Dengan
demikian akan meningkatkan volume penjualan e-commercePayment
gatewaysatu di antaranya adalah iPaymu.
45
7) Remittence
Remittance adalah jenis startup yang khusus menyediakan layanan
pengiriman uang antar negara. Banyak didirikannya startup remittanceini
dalam rangka membantu masyarakat yang tidak memiliki akun atau akses
perbankan. Adanya startup jenis ini sangat membantu para TKI atau siapa
saja yang mungkin salah satu anggota keluarganya berada di luar negeri,
karena proses pengiriman yang mudah dan biaya lebih murah.
8) Securitas
Saham, forex, reksadana, dan lain sebagainya merupakan
investasi yang sudah tidak asing lagi didengar. Securities dapat
dikatakan sebagai jenis startup yang menyediakan platform untuk
berinvestasi saham secara online.Contoh startup nya adalah
Bareksa.com.
4. Regulasi Fintence diIndonesia
a. Otortas Jasa Keuangan
Memperhatikan makin maraknya Fintechdi Indonesia, maka OJK telah
membentuk Tim Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan Keuangan atau
disingkat PIDEK yang terdiri dari gabungan sejumlah satuan kerja di OJK
yang mengkaji dan mempelajari perkembangan Fintech dan menyiapkan
peraturan serta strategi pengembangannya. Selanjutnya, sehubungan dengan
meningkatnya permohonan pendaftaran dan perizinan perusahaan start-up
Fintech, kebutuhan akan pengawasan Fintech, dan semakin berjamurnya
Fintech di sektor jasa keuangan, OJK menilai bahwa pengembangan internal
46
organisasi yang menangani Fintech sangatlah dibutuhkan. Oleh karenanya,
OJK membentuk dua satuan kerja baru terkait Fintech, yaitu Grup Inovasi
Keuangan Digital dan Keuangan Mikro dan Direktorat Pengaturan, Perizinan
dan Pengawasan Fintech.32
Perkembangan sementara dari kajian yang dilakukan oleh OJK
adalah tersusunnya klasifikasi perusahaan Fintech yang masuk dalam
kewenangan OJK atau tidak, yang terdiri dari berbagai jenis usaha seperti
perbankan, asuransi, investasi, pembiayaan, pinjam meminjam (peer to
peer lending), crowd funding, chanelling kredit dan lain sebagainya.
Sedangkan klasifikasi perusahaan Fintechdi bidang sistem pembayaran
akan diatur oleh Bank Indonesia.33
a) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Peraturan tentang Perlindungan Konsumen yang menurut penulis
terkait adalah POJK PKSJK. Pada peraturan otoritas jasa keuangan
tersebut perlindungan konsumen sektor jasa keuangan ini sebenarnya
belum mengatur adanya aturan tentang fintech didalamnya. Akan tetapi
dapat didefinisikan layanan P2P Lending ke dalam produk lembaga
pembiayaan. Dalam pasal 1 angka 15 dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan “Lembaga Pembiayaan adalah suatu badan usaha yang
melakukan kegiatan dalam bentuk pembiayaan dengan bentuk
penyediaan dana atau barang modal sebagaimana dimaksud dalam
32 Sarwin Kiko N, Op.Cit., hlm 48. 33 Ibid.
47
peraturan perundang-undangan mengenai Lembaga pembiayaan.34
Prinsip dasar dalam perlindungan konsumen sektor jasa keuangan
menurut
POJK ini adalah “menerapkan prinsip-prinsip:35
1) transparansi,
2) perlakuan yang adil,
3) keandalan,
4) kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen,
5) penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa untuk konsumen
secara sederhana, lalu dengan cepat, dan biaya terjangkau.
Perlindungan konsumen yang diatur dalam POJK PKSJK juga mengatur
terkait bentuk pengawasan ada 2 cara bentuk pengawasan yaitu dari
Pengawasan Pengendalian Internal yang dijelaskan dalam pasal 47 sampai
dengan pasal 50 dan Pengawasan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan dari pasal 51 sampai dengan 52. Sanksi yang diberikan atas
pelanggaran kewajiban dan larangan dala peraturan OJK, OJK berwenang
untuk menganakan sanksi administratif, berupa: peringatan tertulis,denda
dengan membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan kegiatan usaha, dan juga akan adanya pencabutan izin
kegiatan usaha.
b) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/ POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
34 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
Keuangan, Nomor 1/POJK.07/2013, pasal 1 angka 15. 35 Ibid.,pasal 2
48
Sebagai langkah awal, OJK telah mengeluarkan POJK No. 77/
POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi (POJK P2P Lending) ini mengatur mengenai salah satu jenis Fintech
yang berkembang di Indonesia saat ini yaitu Peer-to-Peer Lending (P2P
Lending) Hal tersebut dikarenakan OJK melihat urgensi hadirnya ketentuan
yang mengatur Fintech pinjam-meminjam, memperhatikan masih kuatnya
budaya pinjam meminjam (utang) di masyarakat Indonesia. Selain itu,
perusahaan Fintech dengan skema Peer-to-Peer Lending merupakan lingkup
kewenangan OJK dikarenakan perusahaan tersebut memberikan pelayanan jasa
keuangan. Namun perusahaan tersebut belum memiliki landasan hukum
kelembagaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
Peraturan perundang-undangan tersebut poin-poin perlindungan
didalamnya meliputi Mitigasi Risiko, Tata Kelola Sistem Teknologi
Informasi Penyelenggaran Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi, Edukasi dan Perlindungan Pengguna Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Prinsip dan Teknis
Pengenalan Nasabah, Larangan dalam Penyelenggaran Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan Laporan Berkala
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam POJK ini mengatur juga terkait kerahasiaan data yaitu pasal
26 huruf a bahwa penyelenggara wajib “menjaga kerahasiaan keuutuhan
dan data keuangan yang dikelolahnya sejak data itu di peroleh hingga
data tersebut di musnahkan”kemudian dalam pasal 26 huruf c
49
mengatakan bahwa penyelenggara wajib ”menjamin perolehan,
penggunaan, pemanfaatan, dan pengungkapan data pribadi, data
transaksi, dan data keuanganyang diperoleh oleh Penyelenggara
berdasarkan persetujuan pemilik data pribadi, data transaksi, dan data
keuangan, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan”;
Kemudian terkait perlindungan penggunaan layanan pinjam
meminjam uang berbasis Teknologi Informasi pasal 29 menyatakan
bahwa Penyelenggara wajib menerapkan prinsipdasar dari perlindungan
Pengguna yaitu tranparasi,perlakuan yang adil,keandalan,kerahasiaan dan
keamanan data dan penyelesaian sengketa pengguna secara sederhana
cepat, dan biaya terjangkau.
Pasal 30 ayat (1) Penyelenggara wajib menyediakan dan/atau
menyampaikan informasi terkini mengenai Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi yang akurat, jujur, jelas, dan tidak
menyesatkan. Ayat (2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai
alat bukti
Pasal 39 ayat 1 mengatakann bahwa Penyelenggara dilarang
dengan cara apapun, memberikan data dan/atau informasi mengenai
Pengguna kepada pihak ketiga. Kemudian atas pelanggaran terhadap
larangan dalam POJK ini pasal 47 Ayat 1 diatur mengenai sanksi
administratif terhadap penyelenggara berupa :a.peringatan tertulis;
50
b.denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
tertentu;c.pembatasan kegiatan usaha; dan d.pencabutan izin.
c) Surat Edaran Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
Setelah berlakunya POJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, OJK telah
mengeluarkan ketentuan tentang pelaksanaan tata kelola dan manajemen
risiko Teknologi Informasi pada layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknologi dalam SEOJK Nomor : 18/ SEOJK.02/2017 yang mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan yaitu 18 April 2017
d) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.014/SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen
Dalam hal perlindungan data dan/atau informasi pribadi konsumen Pelaku
Usaha Jasa Keuangan ( PUJK) menurut SEOJK No.014/SEOJK.07/2014
Dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/atau informasi pribadi
mengenai Konsumennya kepada pihak ketiga.Larangan sebagaimana
dimaksud dikecualikan dalam hal: (a) Konsumen memberikan persetujuan
tertulis; dan/atau (b) diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
e) Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Dalam hal ini yang dimaksud dengan konsumen yaitu pasien. Mengenai
hak-hak konsumen diatur dalam Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen , Pasal 4 menyebutkan , diantaranya;36
36 Lihat Undang-Undang No 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
51
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;
2) Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang
dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/ atau jasa;
4) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan / atau penggantian,
apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
8) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lainnya
f) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
pasal 27 ayat 3 UU ITE menyebut melarang setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
52
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.
Pasal 45 UU Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-
Undang No 11 Tahun 2011 Tentang Informasi dan Teknologi Elektronik
menyaatakan bahwa “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikandan/ atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yangmemiliki muatan yang melanggar kesusilaansebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat 1 (lldipidana dengan pidana penjara paling lama
6(enam) tahun dan/ atau denda paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)”
Kemudian didalam pasal 45 ayat 4 menyatakan bahwa Setiap
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikandan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/ atau Dokumen Elektronik yangmemiliki muatan
pemerasan dan/ataupengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal27
ayat (4) dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyakRp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
E. Tinjauan Umum Tentang Pinjaman berbasis Fintech (peer to peer Landing)
1. Pengertian Peer to Peer Landing
Hadirnya P2P Lending menjanjikan solusi bagi orang yang
memerlukan pinjaman dan orang yang mencari alternatif investasi.
53
Peminjam mendapatkan pinjaman terjangkau dengan proses mudah dan
cepat, sedangkan pemberi pinjaman mendapatkan pengembalian berbasis
bunga karena telah mendanai pinjaman. Secara teoritis, Peer-to-peer
lending atau P2P Lending adalah kegiatan pinjam meminjam antar
perseorangan yang dilakukan secara online melalui platform website dari
berbagai perusahaan peer lending.
P2P Lending merupakan salah satu kegiatan atau sistem pada
perusahaan Fintech yang mempertemukan secara langsung pemilik dana
(investor/lender) dengan peminjam dana (borrower). Caranya ialah
dengan membuat platform online yang menyediakan fasilitas bagi pemilik
dana, untuk memberikan pinjaman secara langsung kepada kreditur
dengan return (pengembalian) yang lebih tinggi. Akan tetapi peminjam
dana juga akan diuntungkan, karena dapat mengajukan kredit dengan
syarat dan proses yang lebih mudah cepat, serta tanpa agunan, bila
dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional lain, seperti bank.37
Berdasarkan POJK No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBT) timbul karena
perjanjian pinjam meminjam uang. Pinjam meminjam menurut Pasal 1754
KUH Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan
mengembalikan sejumlah yang samadari jenis dan mutu yang sama pula.
37 Merine Gararita Sitompul,2018, Urgensi Lgalitas Financial Technologi (FINTECH):
Peer to Peer (P2P) Lending Di Indonesia, JURNAL YURIDIS UNAJA VIL 1 NO 2,hlm 70.
54
Subjek dalam perjanjian pinjam meminjam uang adalah pemberi
pinjaman (kreditur) dan penerima pinjaman (debitur). Sementara objek
dalam perjanjian pinjam meminjam uang adalah semua barang-barang
yang habis dipakai dengan syarat barang tersebut harus tidak bertentangan
dengan undang-undang,kesusilaan dan ketertiban umum sedangkan dalam
Perjanjian pinjam meminjam uang online atau dikenal juga dengannama
Peer to Peer Lending (P2PLending) pada dasarnya sama seperti perjanjian
pinjam meminjam uang konvensional, hanya saja yang membedakan
adalah para pihak tidakbertemu langsung, para pihak tidakperlu saling
mengenal karenaterdapat penyelenggara yang akan mempertemukan para
pihak dan pelaksanan perjanjian dilakukan secara online38
Lahirnya perjanjian pinjammeminjam uang online diawalidengan
adanya penawaran yangdilakukan oleh penyelenggaralayanan pinjam
meminjam uangberbasis Teknologi Informasi dandilanjutkan dengan
penerimaan yangdilakukan oleh nasabah. Penawarandan penerimaan
dalam perjanjian initentu saja memiliki mekanisme yang berbeda dari
perjanjian pinjam meminjam konvensional, hal ini dilihat dari cara
perjanjian online itu lahir.39
38 Ernama, Budiharto, Hendro,2017 “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap
Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016)”,
Diponegoro Law Journal, Vol. 6, No. 3, hlm.5 39 Ibid,.hlm 6.
55
2. Para pihak dalam Peer to Peer Landing
1) Penyelenggara
Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi yang selanjutnya disebut Penyelenggara menurut Pasal 1 Angka 6
POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah badan hukum Indonesia yang
menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi. Penyelenggara dalam pelaksanaan perjanjian
pinjam meminjam uang online ini sebagai Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
yang berbentuk badan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi. Badan
hukum yang menjadi penyelenggara layanan pinjam meminjam uang
berbasis Teknologi Informasi tersebut wajib mengajukan pendaftaran dan
perizinan kepada OJK.
2) Penerima Pinjaman
Penerima pinjaman menurut Pasal 1 Angka 7 POJK Nomor
77/POJK.01/2016 adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai
utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang berbasis
Teknologi Informasi. Penerima pinjaman dana yang kemudian
dipertemukan oleh penyelenggara dengan pemberi pinjaman. Ketentuan
penerima pinjaman menurut POJK Nomor 77/POJK.01/2016 adalah
orang perseorangan Warga Negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia.Ketentuan mengenai syarat- syarat penerima pinjaman
merupakan kebijakan masing-masing penyelenggara.
56
3) Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman menurut Pasal 1 Angka 8 POJK Nomor
77/POJK.01/2016 adalah orang, badan hukum dan/atau badan usaha
yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam meminjma
berbasis Teknologi Informasi. Penerima pinjaman merupakan pihak
yang memberikan pinjaman atau pendanaan kepada penerima pinjaman
yang membutuhkan dana yang kemudian dipertemukan oleh
penyelenggara. Ketentuan pemberi pinjaman menurut POJK Nomor
77/POJK.01/2016 adalah orang perseorangan Warga Negara Indonesia,
orang perseorangan Warga Negara Asing, badan hukum Indonesia atau
asing, badan usaha Indonesia atau asing dan/atau lembaga Internasional.
Ketentuan mengenai syarat-syarat pemberi pinjaman merupakan
kebijakan masing-masing penyelenggara.
3. Mekanisme Peer to peer Landing
1) Sebagai penerima Pinjaman
Sebagai peminjam, syarat utama melakukan perjanjian peer to
peer lending adalah itikad baik dalam melakukan perjanjian dan tentu
saja cakap dalam melakukan perbuatan hukum. Syarat-syarat yang
perlu dilakukan oleh penerima pinjaman saat akan bertransaksi dalam
platform peer to peer lending adalah mengunggah semua dokumen
yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman secara online (yang
relatif cepat prosesnya), yang di antaranya merupakan dokumen berisi
laporan keuangan dalam jangka waktu tertentu dan juga tujuan dalam
57
pinjaman tersebut Permohonan peminjaman dari data penerima
pinjaman bisa diterima atau pun ditolak. Dalam hal data dan informasi
pribadi sudah dijabarkan dalam Pengelolaan Data dan Informasi dalam
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/SEOJK.02/2017
tentang Tata Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi pada
Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi
(selanjutnya disebut dengan SEOJK Tata Kelola LPMUBTI) Jika
Permohonan dari penerima pinjaman ditolak maka penerima pinjaman
harus memperbaiki segala hal yang menjadi alasan penolakan
permohonan. Faktor yang dapat mempengarungi adalah kurang
lengkapnya dokumen dan informasi yang diisi oleh penerima
pinjaman, keakuratan data, dan tidak misleading (menyesatkan).
Kemudian, jika diterima, suku bunga pinjaman akan diterapkan dan
pengajuan pinjaman penerima pinjaman akan dimasukkan ke dalam
marketplace yang tersedia agar semua pemberi pinjaman
(lender/investor) bisa melihat pengajuan pinjaman penerima pinjaman
Setelah mendapatkan dana tersebut, peminjam hanya perlu mencicil
sesuai dengan ketentuan cicilan dan waktu pengembalian dana.
2) Sebagai Pemberi Pinjaman (investor)
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi (selanjutnya disebut dengan POJK LPMUBTI) Mengatakan
bahwa syarat-syarat yang dilakukan oleh investor jika ingin melakukan
58
perjanjian peer to peer lending tidak tercantum, akan tetapi berbagai
platform yang menyediakan jasa pembiayaan peer to peer lending
memiliki syarat-syarat pengajuan diri sebagai investor.
Investor memiliki akses untuk menelusuri data-data pengajuan
pinjaman di dashboard yang telah disediakan dalam platform peer to
peer lending. Investor dapat melihat semua data untuk setiap
pengajuan pinjaman, terutama pada data relevan terkait peminjam
seperti pendapatan, riwayat keuangan, tujuan peminjaman (bisnis,
kesehatan, atau pendidikan) beserta alasannya, dan sebagainya. Jika
investor memutuskan untuk menginvestasikan pinjaman tersebut,
investor dapat langsung menginvestasikan sejumlah dana setelah
melakukan deposit sesuai tujuan investasi. Peminjam akan
membayarkan sejumlah dana pinjamannya setiap bulan dan investor
akan mendapatkan keuntungan berupa pokok dan bunga pinjaman
yang telah disepakati dari awal. Besaran bunga akan tergantung pada
suku bunga pinjaman yang diinvestasikan.
3) Perusahaan Penyelengara peer to peer landing
Penyelenggara harus siap menyediakan, mengelola serta
mengoperasikan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi dari pihak Pemberi Pinjaman (investor) kepada pihak
Penerima Pinjaman (peminjam) yang sumber dana mereka berasal dari
pihak Pemberi Pinjaman. Penyelenggara dapat bekerja sama dengan
59
penyelenggara peer to peer lending yang telah diatur dan telah sesuai
dengan ketentuan yang di atur dalam peraturan perundangundangan.40
4) Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer To Peer Landing
Hubungan hukum ialah hubungan yang terhadapnya hukum
meletakkan “hak” pada satu pihak dan meletakkan “kewajiban” pada pihak
lainnya.41 Hubungan hukum dalam transaksi Fintech lahir dari suatu
perjanjian. Secara konvensional, perjanjian dapat terjadi melalui tindakan
langsung maupun tidak langsung dari kedua pihak yang masing-masing
berperan baik bertindak untuk atas nama dirinya sendiri atau perusahaan
yang di wakilinya. Yang mana pihak pertama melakukan penawaran (
offeror) di terima oleh penerima ( offree) dengan kondisi-kondisi hukum
yang jelas serta tujuan menciptakan seuatu hubungan hukum . kondisi yang
dimaksud yaitu adanya kesepakatan, kecakapan, objek tertentu dan sebab
yang halal.
Lahirnya perjanjian pinjam meminjam berbasis teknologi informasi
diawali dengan adanya penawaran yang dilakukan oleh penyelenggra
layanan pinjam meinjam uang berbasis tknologi an dilanjutkan dengan
penerimaan yang dilakukan oleh nasabah. Penawaran dan peneriman dalam
perjanjian ini tentu saja memiliki mekanisme yang berbeda dengan
perjanjian pinjam meminjam konvensional. Hal ini dilihat dari cara
perjanjian itu lahir
40 Otoritas Jasa Keuangan (Tata Kelola LPMUBTI) pasal 5 41Titik Triwulan, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Prestasi, Pustaka Publisher,
Jakarta, 2006, hlm 221.
60
1. Hubungan Hukum Antara Pemberi Pinjaman dengan
Penyelenggara
Perjanjian antara penyelenggara P2P Lending dengan pemberi
pinjaman diwujudkan dengan perjanjian pemberian kuasa. Pemberi
pinjaman memberikan kuasanya kepada penyelenggara P2P Lending
mewakili dirinya untuk melaksanakan perjanjian pinjam meminjam
melalui perjanjian elektronik dengan penerima pinjaman. Hal ini terjadi
karena dalam pelaksanaan kegiatan P2P Lending menuntut proses yang
lebih cepat (sebagai bentuk keunggulan). Karakteristik pemberian kuasa
tersebut sama dengan pemberian kuasa dalam BW yang pengaturannya
dapat dilihat pada Pasal 1792 BW sampai dengan 1819 BW. Perjanjian
pemberian kuasa yang diberikan oleh pemberi pinjaman merupakan
pemberian kuasa khusus terhadap penyelenggara layanan P2P Lending
yang hanya meliputi pelaksanaan perbuatan hukum atau kepentingan
tertentu dari pemberi pinjaman sebagai pemberi kuasa yang berkaitan
dengan perikatan akibat perjanjian pinjam meminjam di platform P2P
Lending. Perbuatan hukum atau kepentingan yang dimaksud harus
dirumuskan secara tegas dan terperinci agar masing-masing pihak
mengerti sampai sejauh mana kewenangan atas pemberian kuasa
tersebut. Pasal 1797 BW secara tegas menyatakan bahwa penerima
kuasa tidak diperbolehkan melakukan sesuatu apa pun yang melampaui
kuasanya.
61
2. Hubungan hukum Antara Penerima Pinjaman dengan
Penyelenggara
Dalam hal perjanjian pinjam meminjam antara penerima pinjaman
dan pemberi pinjaman (yang dikuasakan kepada penyelenggara) dalam
Pasal 20 ayat (2) POJK Nomor 77/POJK.01/2016 wajib paling sedikit
memuat;Nomor perjanjian;Tanggal perjanjian;Identitas para pihak;
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak; Jumlah pinjaman;
Suku bunga pinjaman;Nilai angsuran;Jangka waktu;Objek jaminan (jika
ada);Rincian biaya terkait;Ketentuan mengenai denda (jika ada); dan
Mekanisme penyelesaian sengketa.
Terdapat suatu hubungan hukum yang mengikat antara
penyelenggara P2P Lending dengan para penerima pinjaman sekaligus
pemberi pinjaman yaitu hubungan hukum antara penyelenggara sistem
elektronik dan pengguna sistem elektronik seperti yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Pengguna
elektronik pada hubungan ini maksudnya adalah pemberi pinjaman dan
penerima pinjaman sebagai pihak yang menggunakan platform milik
penyelenggara dan pada setiap transaksi atau perjanjian yang dilakukan
62
dengan menggunakan media elektronik, akan selalu ada pihak ketiga
sebagai penyelenggara sistem elektronik42
3. Hubungan Hukum Antara Penerima dengan Pemberi Pinjaman
Meskipun pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam
sistem peer to peer lending tidak saling bertemu secara langsung, yang
mana disebabkan penerima pinjaman untuk mendapatkan pinjaman
dimaksud cukup membuka aplikasi pinjaman online dan mengisi
formulir pinjaman online, hubungan pinjam peminjam yang terjadi
adalah antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman..43
Perjanjian antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman
diwujudkan dalam perjanjian pinjam meminjam. POJK Nomor
77/POJK.01/2016 memberikan rincian terkait isi perjanjian antara
penyelenggara dan pemberi pinjaman dalam dokumen elektronik (yang
merupakan perjanjian pemberian kuasa) pada Pasal 19 ayat (2) yaitu
wajib paling sedikit memuat;Nomor perjanjian;Tanggal perjanjian;
Identitas para pihak; Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak;
Jumlah pinjaman;Suku bunga pinjaman; Besarnya komisi; Jangka
waktu;Rincian biaya terkait; Ketentuan mengenai denda (jika ada);
Mekanisme penyelesaian sengketa; dan Mekanisme penyelesaian dalam
hal Penyelenggara tidak dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya.
42Chandra Radita,2018,Tanggung Gugat Penyelenggara Peer to Peer Landing Jika
Penerima Pinjaman Melakukan Wanprestasi,Universitas Airlangga, Jurnal Juris-Diction, Volume
1 No. 2, hlm 446 43 Ratna Hartono, Juliani Purnama, 2018,Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer to Peer
Landing, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 2
VOL,hlm333-334.
63
F. Tinjauan umum Tentang Perlindungan Hukum
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi
hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum.Perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan
hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam
bentuk represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak
tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
perlindungan hukum adalah perbuatan untuk menjaga dan melindungi subyek
hukum,berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.44
Pengertian perlindungan hukum menurut para ahli
a) Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang
lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.45
b) Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan
yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak46
44Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Buku Satu, Balai Pustaka Utama, Jakarta,
1989,hlm.874 45 Andika, pengertian perlindungan hukum,dalam http://tesishukum.com/pengertian-
perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 4 november 2016. 46Ibid.
64
c) Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum
adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap
hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan
ketentuan hukum dari kesewenangan.47
d) Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai
kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari
hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan
perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.48
e) Menurut Soedikno Mertokusumo yang dimaksud dengan perlindungan
hukum adalah : Suatu hal atau perbuatan untuk melindungi subyek hukum
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku disertai
dengan sanksi-sanksi bila ada yang melakukan wanprestasi.49
2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum
Menurut Hadjon, perlindungan hukum bagi rakyat meliputi 2 hal yakni:50
a) Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan
atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat
bentuk yang definitif.
47 Ibid. 48 Ibid. 49 Soedikno Mertokusumo, Mengenal hukum (Suatu Pengantar), Liberty,Yogyakarta,1991,
hlm.9 50 Philipus M. Hadjon., Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia.Surabaya : Bina Ilmu,
1987,hlm. 117
65
b) Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.
3. Perlindungan Hukum Peer to Peer Landing
Terkait perlindungan Hukum terkait Peer to Peer Landing Otoritas Jasa
Keuangan Sendiri Sudah Mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Yaitu berupa :
1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Prinsip dasar dalam perlindungan konsumen sektor jasa keuangan
menurut POJK ini adalah “menerapkan prinsip-prinsip:51
1) transparansi,
2) perlakuan yang adil,
3) keandalan,
4) kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen,
5) penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa untuk konsumen
secara sederhana, lalu dengan cepat, dan biaya terjangkau.
2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/ POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Sebagai langkah awal, OJK telah mengeluarkan POJK No. 77/
POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi (POJK P2P Lending) ini mengatur mengenai
salah satu jenis Fintech yang berkembang di Indonesia saat ini yaitu
51 Ibid.,pasal 2
66
Peer-to-Peer Lending (P2P Lending) Hal tersebut dikarenakan OJK
melihat urgensi hadirnya ketentuan yang mengatur Fintech pinjam-
meminjam, memperhatikan masih kuatnya budaya pinjam meminjam
(utang) di masyarakat Indonesia. Selain itu, perusahaan Fintech dengan
skema Peer-to-Peer Lending merupakan lingkup kewenangan OJK
dikarenakan perusahaan tersebut memberikan pelayanan jasa
keuangan. Namun perusahaan tersebut belum memiliki landasan
hukum kelembagaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
Peraturan perundang-undangan tersebut poin-poin perlindungan
didalamnya meliputi Mitigasi Risiko, Tata Kelola Sistem Teknologi
Informasi Penyelenggaran Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi, Edukasi dan Perlindungan Pengguna Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, Prinsip dan
Teknis Pengenalan Nasabah, Larangan dalam Penyelenggaran Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dan Laporan
Berkala kepada Otoritas Jasa Keuangan.
3) Surat Edaran Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 18/
SEOJK.02/2017
Setelah berlakunya POJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, OJK telah
mengeluarkan ketentuan tentang pelaksanaan tata kelola dan manajemen
risiko Teknologi Informasi pada layanan pinjam meminjam uang berbasis
67
teknologi dalam SEOJK Nomor : 18/ SEOJK.02/2017 yang mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan yaitu 18 April 2017
4) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.014/SEOJK.07/2014 tentang
Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi Konsumen
Dalam hal perlindungan data dan/atau informasi pribadi konsumen Pelaku
Usaha Jasa Keuangan ( PUJK) menurut SEOJK Nomor : 18/ SEOJK.02/2017
Dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/atau informasi pribadi
mengenai Konsumennya kepada pihak ketiga.Larangan sebagaimana dimaksud
dikecualikan dalam hal: (a) Konsumen memberikan persetujuan tertulis;
dan/atau (b) diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.