Upload
phamdan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hukum Administrasi Negara
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Sudikno Mertokusumo dalam buku Mengenal Hukum Suatu
Pengantar menyatakan bahwa, hukum itu sendiri bukanlah sekedar
kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-masing
berdiri sendiri. Hukum merupakan sistem berarti bahwa hukum itu
merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri
dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu
sama lain. Kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur
yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum dan pengertian hukum
(Sudikno Mertokusumo, 2003: 122).
Jika dikatakan di muka bahwa hukum itu merupakan sistem,
maka di dalam hukum itu sendiri terdapat sistem (subsistem). Di dalam
sistem hukum terdapat bagian-bagian yang masing-masing terdiri dari
unsur-unsur yang mempunyai hubungan khusus atau tatanan. Untuk
dapat mengadakan pembagian harus ada kriteriumnya. Pembagian
hukum yang lazim diadakan ialah: hukum materiil-hukum formil,
hukum publik-hukum perdata (Sudikno Mertokusumo, 2003: 123).
Sistem terdapat dalam pelbagai tingkat. Dengan demikian
terdapat pelbagai sistem. Keseluruhan tata hukum nasional dapat
disebut sistem hukum nasional. Kemudian masih dikenal sistem hukum
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
perdata, sistem hukum pidana, sistem hukum administrasi (Sudikno
Mertokusumo, 2003: 123).
Di dalam buku karya Ridwan HR berjudul Hukum Adminitrasi
Negara, dikutip tentang pengertian hukum administrasi negara (HAN)
dari beberapa tokoh, di antaranya adalah dari:
a. Sjachtran Basah dalam buku Perlindungan Hukum terhadap Sikap
Tindak Administrasi Negara mengemukakan bahwa, hukum
administrasi negara adalah seperangkat peraturan yang
memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang
sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi
negara, dan melindungi administrasi negara itu sendiri (Ridwan
HR, 2003: 26).
b. A.M. Donner menyatakan bahwa, hukum administrasi negara
adalah hukum dan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
pemerintah dalam arti sempit atau administrasi negara, peraturan-
peraturan tersebut dibentuk oleh lembaga legislatif untuk mengatur
tindakan pemerintahan dalam hubungannya dengan warga negara,
dan sebagian peraturan-peraturan itu dibentuk pula oleh
administrasi negara (Ridwan HR, 2003: 26-27).
2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara
Di dalam buku Hukum Administrasi Negara karya Ridwan
HR, dikatakan bahwa:
“Tidak mudah menentukan ruang lingkup dari hukum administrasi
negara karena disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
mengakibatkan HAN tidak dapat dikodifikasi, faktor- faktor tersebut
yaitu:
a. HAN berkaitan dengan tindakan pemerintahan yang tidak
semuanya dapat ditentukan secara tertulis dalam peraturan
perundang-undangan, seiring dengan perkembangan
kemasyarakatan yang memerlukan pelayanan pemerintahan dan
masing-masing masyarakat di suatu daerah atau negara berbeda
tuntutan dan kebutuhan.
b. Pembuatan peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan,
dan instrumen yuridis bidang administrasi lainnya tidak hanya
terletak pada satu tangan atau lembaga.
c. HAN berkembang sejalan dengan perkembangan tugas-tugas
pemerintahan dan kemasyarakatan, yang menyebabkan
pertumbuhan bidang hukum administrasi negara tertentu berjalan
secara sektoral” (Ridwan HR, 2006:38).
Akan tetapi, hukum administrasi yang berkenaan dengan
pemerintah dalam arti sempit secara garis besar mengatur hal-hal antara
lain:
a) perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik;
b) kewenangan pemerintah (dalam melakukan perbuatan di bidang
publik tersebut); di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan
cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan
kewenangannya; penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan
dan penggunaan instrumen hukum;
c) akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan
kewenangan pemerintahan itu;
d) penegakkan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang
pemerintahan (Ridwan HR, 2006: 44).
Selain itu, masih dalam buku yang sama disebutkan pula
bahwa hukum administrasi dibagi menjadi 2 (dua). Hukum administrasi
tersebut yaitu hukum administrasi tertulis, yang tertuang dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, dan hukum administrasi tidak
tertulis, yang lazim disebut dengan asas-asas umum pemerintahan yang
layak/baik (algemene beginseles van behoorlijk bestuur). Keberadaan
dan sasaran hukum administrasi negara adalah sekumpulan peraturan
hukum yang mengatur tentang tugas dan kewenangan pemerintah
dalam berbagai dimensinya sehingga tercipta penyelenggaraan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang baik dalam suatu negara
hukum (Ridwan HR, 2006: 44-45).
3. Peraturan Perundang-undangan
a. Pengertian Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan merupakan sumber hukum
yang termasuk dalam sumber hukum formil. Di dalam buku
Pengantar Ilmu Hukum dalam Tanya Jawab karya A. Ridwan
Halim, disebutkan bahwa:
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Sumber-sumber hukum formil, ialah sumber-sumber hukum yang
memiliki bentuk-bentuk (forma) tersendiri yang secara yuridis telah
diketahui/berlaku umum. Adapun yang menjadi sumber-sumber
hukum yang formil itu ialah:
a. Undang-undang.
b. Kebiasaan/adat istiadat/tradisi.
c. Traktar.
d. Yurisprudensi.
e. Doktrin (A. Ridwan Halim, 1985: 46-47).
b. Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
Tata urutan peraturan perundang-undangan ini diatur
dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
berbunyi:
“Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.”
Sehubungan dengan hierarki tersebut, di dalam Pasal 7
ayat (2) UU No. 12 Tahun 2011 juga disebutkan bahwa, “Kekuatan
hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”
c. Asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan
Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum dalam Tanya Jawab,
ada asas-asas hukum yang berhubungan dengan penerapan
peraturan perundang-undangan di atas, yaitu:
a) Lex specialis derogat lex generali, artinya (ketentuan) undang-
undang yang khusus mengesampingkan berlakunya undang-
undang yang umum.
b) Lex posteriori derogat lex priori, artinya (ketentuan) undang-
undang yang ada kemudian mengesampingkan berlakunya
undang-undang yang sudah ada sebelumnya.
c) Lex superior derogat lex inferior, artinya (ketentuan) undang-
undang yang lebih tinggi didahulukan derajatnya dari yang
lebih rendah.
d) Lex dura secte mente scripta, artinya undang-undang itu keras,
tetapi sudah ditentukan demikian.
e) Lex niminen cogit ad impossibilia, artinya undang-undang
tidak memaksa seorang pun untuk melakukan sesuatu yang
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
tidak mungkin atau tidak masuk akal untuk dilakukan (A.
Ridwan Halim: 1985: 53).
Amiroeddin Syarif dalam bukunya Perundang-undangan,
Dasar, Jenis dan Teknik Membuatnya membagi asas peraturan
perundang-undangan menjadi lima, yaitu :
a. Asas tingkatan hirarkhis;
b. undang-undang tidak dapat diganggu-gugat;
c. undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-
undang yang bersifat umum (Lex specialis derograt lex
general);
d. undang-undang tidak berlaku surut;
e. undang-undang yang baru menyampingkan undang-undang
yang lama (Lex posteriore derograt lex priori) (Amiroeddin
Syarif, 1987: 74).
4. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB)
Asas-asas pemerintahan yang baik selain telah dinormakan ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan juga tersebar di dalam
praktek-praktek pemerintahan maupun di dalam putusan pengadilan
sebagai yurisprudensi. Asas-asas umum pemerintahan yang baik itu
mulai dinormakan pertama kali secara jelas di dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Tri Cahya Indra
Permana, 2010: 68 dan 72).
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Di dalam Undang-undang No. 28 Tahun 1999 Pasal 1 angka 6
dijelaskan bahwa:
“Asas Umum Pemerintahan Negara Yang Baik adalah asas yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan norma hukum,
untuk mewujudkan Penyelengara Negara yang bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.”
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999
berbunyi bahwa:
Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi:
1. Asas Kepastian Hukum;
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
3. Asas Kepentingan Umum;
4. Asas Keterbukaan;
5. Asas Proporsionalitas;
6. Asas Profesionalitas; dan
7. Asas Akuntabilitas.
Selain itu, berkaitan pengertian dari asas-asas tersebut di atas
telah dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 3 angka 1 sampai angka 7
Undang-undang No. 28 Tahun 1999, yaitu:
a. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Negara.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
b. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan negara.
c. Asas kepentingan umum adalah yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
d. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia negara.
e. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
f. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
g. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di samping itu, dalam Pasal 58 UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah disebutkan pula asas penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa, dalam
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
menyelenggarakan Pemerintahan Daerah berpedoman pada asas
penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri atas:
a. kepastian hukum;
b. tertib penyelenggara negara;
c. kepentingan umum;
d. keterbukaan;
e. proporsionalitas;
f. profesionalitas;
g. akuntabilitas;
h. efisiensi;
i. efektivitas; dan
j. keadilan.
Pengertian dari Pasal 58 huruf a hingga g UU No. 23 Tahun
2014 tersebut sama dengan yang tertuang dalam Penjelasan ayat 3 huruf
a hingga g UU No. 28 Tahun 1999. Selain itu, untuk Pasal 58 huruf h
hingga i, dapat ditemukan dalam Penjelasan Pasal 58 huruf h hingga i
UU No. 23 Tahun 2014, yaitu:
h) asas efisiensi adalah asas yang berorientasi pada minimalisasi
penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan negara untuk
mencapai hasil kerja yang terbaik.
i) asas efektivitas adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang
tepat guna dan berdaya guna.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
j) asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan
negara harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi
setiap warga negara.
B. Tinjauan Umum Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Pengertian implementasi dapat diketahui dari berbagai sumber,
salah satunya dari kamus Bahasa Indonesia. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), implementasi
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan (Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, 2014:
http://kbbi.web.id/implementasi).
Sementara itu, implementasi menurut para ahli didefinisikan
sebagai berikut:
a. Di dalam buku yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis
Kurikulum, Nurman Usman mengemukakan pendapatnya bahwa,
implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas,
aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi
bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan
untuk mencapai tujuan kegiatan (Nurman Usman, 2002: 70).
b. Menurut Hanifah dalam bukunya yang berjudul Implementasi
Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya bahwa,
implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan
menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan
suatu program (Hanifah Harsono, 2002: 67).
c. Selain itu, Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul
Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan
pendapatnya bahwa, implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi
yang efektif (Guntur Setiawan, 2004: 39).
2. Teori Implementasi Hukum
Soerjono Soekanto dalam bukunya berjudul Pengantar
Penelitian Hukum menjelaskan bahwa, “Hukum tumbuh hidup dan
berkembang di dalam masyarakat. Hukum merupakan sarana
menciptakan ketertiban dan ketentraman bagi kedamaian dalam hidup
sesama warga masyarakat. Hukum tumbuh dan berkembang bila warga
masyarakat itu sendiri menyadari makna kehidupan hukum dalam
kehidupannya. Sedangkan tujuan dari hukum itu sendiri adalah untuk
mencapai suatu kedamaian dalam masyarakat (Soerjono Soekanto,
1986: 13)”.
Sehubungan dengan itu, berdasarkan skripsi Sulistyo Wibowo,
Fakultas Hukum, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang
berjudul Implementasi Ketentuan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Pasal 29 Undang–undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang di Kota Surakarta, telah dijelaskan mengenai teori
implementasi hukum. Wibowo mengutip dari GG. Howard dan RS
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Summers yang menyatakan bahwa, “Keefektifan hukum bila dikaitkan
dengan badan-badan penegak hukumnya, maka faktor- faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah undang-undang yang mengaturnya
harus dirancang dengan baik (perancangan undang-undang) dan mereka
yang bekerja sebagai pelaksana hukum harus memusatkan tugasnya
dengan baik pula (Sulistyo Wibowo, Skripsi, 2009)”.
3. Teori Kebijakan
Dalam skripsi karya Wibowo tersebut, dikutip pula pernyataan
dari Thomas R. DYE bahwa, “Berbicara tentang perspektif kebijakan
publik mengarahkan perhatian kita untuk mengkaji proses pembuatan
kebijakan (policy making process) oleh pemerintah (government) atau
pemegang kekuasaan dan dampaknya terhadap masyarakat luas
(public). Secara sederhana pengertian kebijakan publik dirumuskan
dalam kalimat sebagai berikut:
a. Apa yang dilakukan oleh pemerintah (what government do?)
b. Mengapa dilakukan tindakan itu (why government do?)
c. Dan apakah terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat
dengan kenyataan (what defference it makes?) (Sulistyo Wibowo,
Skripsi, 2009)”.
Proses implementasi kebanyakan diserahkan kepada lembaga
pemerintah dalam berbagai jenjang/tingkat, baik provinsi maupun
tingkat kabupaten. Setiap jenjang pelaksanaan pun masih membutuhkan
pembentukan kebijaksanaan lebih lanjut dalam berbagai bentuk
peraturan perundang-undangan untuk memberikan penjabaran lebih
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
lanjut. Apabila sarana yang dipilih adalah hukum sebagai suatu proses
pembentukan kebijaksanaan publik, maka faktor- faktor non hukum
akan selalu memberikan pengaruhnya dalam proses pelaksanaannya
(Sulistyo Wibowo, Skripsi, 2009).
“Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan langkah- langkah
kebijaksanaan meliputi:
1) menggabungkan rencana tindakan dari suatu program dengan
menetapkan tujuan, standart pelaksanaan, biaya dan waktu yang
jelas;
2) melaksanakan program dengan memobilisasi struktur, staf, biaya,
resources, prosedur, dan metode;
3) membuat jadwal pelaksanaan (time schedule) dan monitoring untuk
menjamin bahwa program tersebut berjalan terus sesuai rencana
(Sulistyo Wibowo, Skripsi, 2009)”.
C. Perda Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030
1. Pengertian Perda
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
berbunyi: “Peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang
bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan
Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga
mengikat umum”.
Sejalan dengan itu, di dalam Pasal 1 angka 7 dan angka 8
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 terdapat dua pengertian tentang
peraturan daerah, yakni peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten/kota. Peraturan daerah provinsi adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Sementara peraturan
daerah kabupaten/kota adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.
Pemaparan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 di atas
sejalan dengan yang tertuang di dalam Pasal 1 angka 10 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyebutkan bahwa, “Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda
adalah peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah
kabupaten/kota”.
2. Pengertian Rencana
Di dalam buku Hukum Administrasi Negara karya Ridwan
HR, mengutip dari Bintoro Tjokroamidjojo, “Rencana merupakan alat
bagi implementasi, dan implementasi hendaknya berdasar suatu rencana
(Ridwan HR, 2006: 195)”.
Masih di dalam buku yang sama disebutkan bahwa,
berdasarkan hukum administrasi negara, rencana merupakan bagian dari
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
tindakan hukum pemerintahan (bestuurrechtshandeling), suatu tindakan
yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum (Ridwan
HR, 2006: 196).
Sejalan dengan itu di dalam buku Dimensi-Dimensi Pemikiran
Hukum Administrasi Negara, menurut Klaus Obermayer, seperti yang
dikutip Belinfante perencanaan dalam Hukum Administrasi Negara
adalah suatu (keseluruhan peraturan yang bersangkut paut yang
mengusahakan sepenuhnya mewujudkan suatu keadaan tertentu yang
teratur), tindakan-tindakan (tindakan yang berhubungan secara
menyeluruh) yang memperjuangkan dapat terselenggaranya suatu
keadaan teratur secara tertentu (S.F. Marbun, dkk, 2001: 237).
“Perencanaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai
berikut:
a. Perencanaan informatif (informatieve planning);
b. Perencanaan indikatif (indicatieve planning);
c. Perencanaan operasional atau normatif (operationele of normatieve
planning), yaitu rencana-rencana yang terdiri dari persiapan-
persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan. Rencana
tata ruang, rencana pengembangan perkotaan, rencana pembebasan
tanah, rencana peruntukan (bestemmingsplan), rencana pemberian
subsidi, dan lain- lain merupakan contoh-contoh dari rencana
operasional atau normatif. Perencanaan seperti ini memiliki akibat
hukum langsung (directe rechtsgevolgen), baik bagi pemerintah
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
atau administrasi negara maupun warga negara (Ridwan HR, 2006:
197)”.
Dari paparan tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa,
Perda Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030 merupakan suatu
ketetapan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Brebes adalah suatu
rencana operasional atau normatif yang memiliki akibat hukum
langsung baik bagi pemerintah atau administrasi negara maupun warga
negara, khususnya pemerintah dan warga Kabupaten Brebes itu sendiri.
Selanjutnya, dalam buku berjudul Dimensi-Dimensi Pemikiran
Hukum Administrasi Negara karangan S.F. Marbun yang mengutip dari
tesis Markus Lukman diungkapkan bahwa, dalam hal perencanaan kota,
sebelum rencana itu dituangkan dalam formulasi rencana (bentuk
yuridis), terlebih dahulu dilakukan pembicaraan dengan masyarakat
luas melalui berbagai forum seminar atau diskusi (S.F. Marbun, dkk,
2001: 246)”.
“Sebab kalau tidak, perencanaan itu hanyalah merupakan suatu
dokumen dan bahkan hanya merupakan rumusan tentang cita-cita
sehingga dengan demikian kurang memungkinkan pelaksanaannya.
Oleh karena itu perencanaan sebagai tindakan administrasi negara harus
memperhatikan:
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
a. Berorientasi untuk mencapai tujuan. Tujuan itu dapat bersifat
ekonomi, politik, sosial budaya, tujuan ideologis dan bahkan
kombinasi dari berbagai hal tersebut.
b. Berorientasi pada pelaksanaannya.
c. Perspektif waktu. Untuk mencapai tujuan tertentu, bisa saja secara
bertahap (S.F. Marbun, dkk, 2001: 246-247)”.
3. Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
Penataan ruang diatur dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Pasal-pasal penting yang penulis
gunakan adalah sebagai berikut:
a. Pasal 1 angka 1: "Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya."
b. Pasal 1 angka 2: “Tata ruang adalah wujud struktural ruang dan
pola ruang.”
c. Pasal 1 angka 5: “Penataan ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang."
d. Pasal 26 ayat (4): “Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.”
e. Pasal 26 ayat (7): “Rencana tata ruang wilayah kabupaten
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.”
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Selanjutnya, di dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a dan huruf b
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa:
“Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;”
Dari pasal di atas, maka dapat diketahui bahwa Perda Kabupaten
Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030 merupakan perda wajib yang
menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Brebes.
Selanjutnya, dalam Pasal 1 angka 21 Perda Kabupaten Brebes
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Brebes Tahun 2010–2030 telah dijelaskan pengertian Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030 yang berbunyi:
“Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030
yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten Brebes adalah
kebijaksanaan pemerintah daerah yang menetapkan lokasi dari kawasan
yang harus dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya
termasuk kawasan produksi dan kawasan permukiman, pola jaringan
prasarana dan wilayah-wilayah yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan”.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Ruang lingkup dari Perda RTRW ini diatur dalam Pasal 2,
salah satu ruang lingkup dalam Perda RTRW ini yaitu kawasan
strategis. Di dalam Pasal 1 angka 31 Perda RTRW ini disebutkan
bahwa, “Kawasan strategis daerah adalah kawasan yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup daerah terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan”.
Sehubungan dengan kawasan strategis di atas, pada Pasal 68
ayat (2) huruf a dan Pasal 68 ayat (3) Perda RTRW ini dijelaskan
bahwa:
(2) Kawasan strategis di Kabupaten Brebes sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. kawasan sepanjang jalan arteri primer pantura yang termasuk
dalam kawasan Perkotaan Bregasmalang (Brebes, Tegal, Slawi,
Pemalang);
b. kawasan Agropolitan Larangan dan kawasan Agropolitan
Paguyangan;
c. kawasan Perkotaan Bumiayu;
d. kawasan Perkotaan Ketanggungan-Kersana; dan
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
e. kawasan koridor perbatasan Cibening (Cirebon, Brebes,
Kuningan).
Dengan melihat Pasal 68 ayat (3) huruf c Perda RTRW
tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Bumiayu,
khususnya kawasan Perkotaan Bumiayu merupakan kawasan strategis
bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes yang sesuai dalam Pasal
1 angka 31 Perda RTRW ini penataan ruangnya harus diprioritaskan.
Pada bagian Lampiran IV tentang Indikasi Program
Pembangunan Kabupaten Brebes Tahun 2010–2030, ada beberapa
rencana pembangunan yang melibatkan kawasan Perkotaan Kecamatan
Bumiayu, yaitu dalam bagian:
(1) PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
I. Perwujudan Pusat Kegiatan
a. Perwujudan sistem perkotaan dilakukan melalui program
1. Program pengembangan Pusat Kegiatan Lokal :
- Penyusunan rencana detail tata ruang kota.
- Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi.
- Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan.
- Penyusunan panduan rancang kota.
- Pengendalian kegiatan komersial atau perdagangan,
mencakup pertokoan, pusat belanja, dan sejenisnya.
Lokasi dari program ini adalah kawasan Perkotaan
Brebes, kawasan Perkotaan Ketanggungan dan kawasan
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Perkotaan Bumiayu, dengan prakiraan biaya Rp
1.200.000.000,00 dari APBD, yang akan dilaksanakan
oleh Bappeda, DPU dan TR dengan waktu pelaksanaan
adalah dari tahun 2011 hingga 2015.
(3) PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS
c. Perwujudan Kawasan Perkotaan Bumiayu:
1. Penanganan permasalahan kebersihan, kekumuhan, dan
“kesemrawutan kegiatan perkotaan”.
Lokasi dari program ini adalah di Kecamatan Bumiayu
dengan prakiraan biaya sebesar Rp 15.000.000.000,00 dari
APBD Provinsi dan APBD yang instansi pelaksananya
adalah Bappeda, DPU dan TR dengan waktu pelaksanaan
adalah dari tahun 2011 hingga 2015.
2. Pengembangan pusat perekonomian yang terkait dengan
potensi daerah yang ada di sekitarnya.
Lokasi dari program ini adalah di Kecamatan Bumiayu
dengan prakiraan biaya sebesar Rp 10.000.000.000,00 dari
APBD Provinsi dan APBD yang instansi pelaksananya
adalah Bappeda, DPU dan TR dengan waktu pelaksanaan
adalah dari tahun 2011 hingga 2015.
3. Penyediaan jaringan utilitas dan infrastruktur kota
Lokasi dari program ini adalah di Kecamatan Bumiayu
dengan prakiraan biaya sebesar Rp 20.000.000.000,00 dari
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
APBD Provinsi dan APBD yang instansi pelaksananya
adalah Bappeda, DPU dan TR dengan waktu pelaksanaan
adalah dari tahun 2011 hingga 2015.
4. Mengembangkan sistem pembiayaan pembangunan
kawasan perkotaan
Lokasi dari program ini adalah di Kecamatan Bumiayu
dengan prakiraan biaya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dari
APBD, dengan Instansi Pelaksana adalah Bappeda, DPU
dan TR dengan waktu pelaksanaan adalah dari tahun 2011
hingga 2015.
Selain itu terkait dengan hal di atas, masih ada beberapa pasal
dalam Perda RTRW Kabupaten Brebes yang cukup penting, yaitu:
a) Pasal 1 angka 53, yang berbunyi:
“Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan
pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan
utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi
rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan
waktu pelaksanaan.”
b) Pasal 1 angka 55, yang berbunyi:
“Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah
petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran,
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam
rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana
tata ruang.”
Dari pasal di atas, maka dapat diketahui bahwa program
penanganan masalah kesemrawutan tersebut merupakan program utama
jangka menengah yang telah ditetapkan bahwa program penanganan
masalah kesemrawutan ini adalah program perwujudan kawasan
strategis Perkotaan Bumiayu yang lokasinya berada di Kecamatan
Bumiayu dengan prakiraan biaya sebesar Rp 15.000.000.000,00 dengan
waktu pelaksanaannya adalah dari tahun 2011 hingga 2015. Sumber
dana untuk program ini adalah dari APBD Provinsi dan APBD yang
instansi pelaksananya adalah Bappeda serta DPU dan TR Kabupaten
Brebes.
Sejalan dengan itu, berkaitan dengan program utama jangka
menengah daerah ada dokumen perencanaan pembangunan daerah yang
harus dibuat oleh pemerintah daerah, hal ini diatur dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam
Pasal 263 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut tertulis
bahwa:
(1) Dokumen perencanaan pembangunan daerah terdiri atas:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
(2) RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun
yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata
ruang.
(3) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat
tujuan, sasaran, arah kebijakan, pembangunan daerah dan keuangan
daerah, serta program perangkat daerah dan lintas perangkat daerah
yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman
pada RPJPD dan RPJMN.
Selain itu, di dalam Pasal 1 angka 28 Undang-undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga disebutkan bahwa:
“Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5
(lima) tahun.”
Berkaitan dengan RPJMD tersebut, di dalam Pasal 65 ayat (1)
huruf c Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa,
“Kepala daerah mempunyai tugas menyusun dan mengajukan
rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD
kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan
menetapkan RKPD”.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Selain RPJMD, dalam penataan ruang juga diperlukan adanya
BKPRD yaitu Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Dalam Pasal
13 ayat (1) dan (2) Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah dinyatakan bahwa,
Bupati/Walikota mempunyai tugas dan bertanggungjawab dalam
penataan ruang dengan membentuk BKPRD Kabupaten/Kota.
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 13 ayat (3) disebutkan bahwa:
“Susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati;
Walikota dan Wakil Walikota;
b. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
c. Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten/Kota;
d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.”
Di samping itu, BKPRD Kabupaten/Kota mempunyai tugas
yang penting dalam penataan ruang. Dalam Pasal 14 ayat (1) berbunyi:
“BKPRD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan koordinasi penataan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), mempunyai
tugas:
a. Perencanaan tata ruang meliputi:
1. mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata
ruang kabupaten/kota;
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan
menengah dengan rencana tata ruang kabupaten/kota serta
mempertimbangkan pengarusutamaan pembangunan
berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS);
3. mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan
rencana tata ruang kabupaten/kota dengan rencana tata ruang
wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana
tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang
wilayah provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi,
dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota
dengan provinsi dan antar kabupaten/kota yang berbatasan;
5. mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan
daerah tentang rencana tata ruang kabupaten/kota kepada
BKPRD Provinsi dan BKPRN;
6. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang
kabupaten/kota ke provinsi;
7. mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang
kabupaten/kota; dan
8. mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata
ruang.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
b. Pemanfaatan ruang meliputi:
1. mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan
dalam pemanfaatan ruang baik di kabupaten/kota, dan
memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
2. memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan
dalam pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
3. memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait
rencana tata ruang kabupaten/kota;
4. menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada
jajaran pemerintah, swasta, dan masyarakat;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang
antar kabupaten/kota; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem
kabupaten/kota;
2. memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang
kabupaten/kota;
3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
kabupaten/kota dengan provinsi dan dengan kabupaten/kota
terkait;
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang.
Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa selain Bappeda
serta DPU dan TR yang menjadi instansi pelaksana dalam Perda RTRW
dimaksud yang menentukan implementasi dari program penanganan
masalah kesemrawutan tersebut, Bupati sebagai kepala daerah juga ikut
menentukan implementasinya.
D. Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes
1. Kabupaten Brebes
Seperti yang tercantum dalam website resmi Kabupaten Brebes
berjudul Profil Daerah, Kabupaten Brebes terletak di bagian utara
paling barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41' 37,7" -
109° 11' 28,92" Bujur Timur serta 6° 44' 56,5" - 7° 20' 51,48 Lintang
Selatan (http://brebeskab.go.id/myweb/index.php/profil-daerah).
Kabupaten Brebes yang berada di ujung barat Provinsi Jawa
Tengah ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Laut Jawa
Sebelah timur : Kabupaten Tegal dan Kota Tegal
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Sebelah selatan : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap
Sebelah barat : Provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Brebes, 2012: 6).
Di samping itu, Kabupaten Brebes juga merupakan salah satu
kabupaten yang cukup luas. Hal ini dapat dilihat dalam Buku Induk
Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan Per Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Kecamatan Seluruh Indonesia yang bersumber
dari Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri, Bulan
Desember 2012. Buku tersebut dibuat berdasarkan Permendagri Nomor
18 Tahun 2013 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan yang menyebutkan bahwa Kabupaten Brebes memiliki
luas wilayah sebesar 1.902,37 km2 dengan jumlah penduduk 1.764.041
jiwa (Kemendagri, 2013: 91).
Secara Administrasi Kabupaten Brebes dibagi menjadi 17
wilayah kecamatan terdiri dari 292 desa dan 5 kelurahan. Dari jumlah
itu dibagi habis menjadi 1.084 dusun, 1.631 RW/Lingkungan dan 8.653
Rukun Tetangga/RT (Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, 2012:
23).
Sehubungan dengan itu, di dalam Tabel Jumlah
Desa/Kelurahan, Dusun, RW & RT Di Kabupaten Brebes 2012 telah
dipaparkan secara rinci mengenai jumlah desa/kelurahan, dusun, RW
dan RT. Dari tabel tersebut kecamatan di Kabupaten Brebes terdiri dari
Kecamatan Salem, Bantarkawung, Bumiayu, Paguyangan, Sirampog,
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Tonjong, Larangan, Ketanggungan, Banjarharjo, Losari, Tanjung,
Kersana, Bulakamba, Wanasari, Songgom, Jatibarang dan Kecamatan
Brebes (Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, 2012: 26).
Selain itu, dalam portal resmi Provinsi Jawa Tengah berjudul
Kabupaten Brebes dijelaskan bahwa, wilayah administrasi Kabupaten
Brebes terdiri dari lima kecamatan yang merupakan wilayah pantai,
sembilan kecamatan dataran rendah dan tiga kecamatan dataran tinggi
(http://www.jatengprov.go.id/id/profil/kabupaten-brebes).
2. Kecamatan Bumiayu
Informasi mengenai Kecamatan Bumiayu dapat diperoleh dari
beberapa sumber. Berdasarkan pemaparan mengenai Kabupaten Brebes
di atas, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Bumiayu adalah salah
satu kecamatan yang merupakan wilayah dari Kabupaten Brebes.
Kecamatan Bumiayu terletak di sebelah selatan Ibukota
Kabupaten Brebes dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah utara : Kecamatan Sirampog dan Tonjong
- Sebelah selatan : Kecamatan Bantarkawung dan Paguyangan
- Sebelah barat : Kecamatan Bantarkawung
- Sebelah timur : Kecamatan Paguyangan (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Brebes, 2011: 2).
Kecamatan Bumiayu merupakan daerah berbukit-bukit.
Sementara Ibukota Kecamatan dilalui oleh dua buah sungai yaitu
Sungai Keruh dan Sungai Kalierang (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Brebes, 2011: 2).
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Berdasarkan Tabel Banyaknya Dukuh, Rukun Warga (RW) dan
Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Bumiayu Tahun 2010 yang
bersumber dari Laporan Monografi Desa Kecamatan Bumiayu, maka
dapat diketahui bahwa, Kecamatan Bumiayu terdiri dari 15
desa/kelurahan, 141 dukuh/dusun, 578 RT, serta 95 RW.
Desa/kelurahan tersebut meliputi: Pruwatan, Laren, Jatisawit,
Negaradaha, Kalierang, Langkap, Adisana, Penggarutan, Dukuhturi,
Bumiayu, Kaliwadas, Pamijen, Kalisumur, Kalilangkap dan Kalinusu
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, 2011: 10).
E. Penanganan Masalah Kesemrawutan di Kawasan Perkotaan
1. Pengertian Penanganan
Istilah “penanganan” merupakan bentuk berafiks yang
mengacu kepada proses atau perbuatan yang dibentuk dari verbal
“menangani”. Seperti dikutip dari buku Pedoman Umum EYD dan
Dasar Umum Pembentukan Istilah disebutkan bahwa, istilah bentuk
berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefix, infiks,
sufiks dan konfiks sesuai kaidah pembentukan kata Bahasa Indonesia
(Dion Yulianto (ed), 2011: 130).
Sementara itu, definisi menangani dapat diperoleh dari
beberapa sumber yakni di dalam kamus-kamus Bahasa Indonesia. Di
dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karya Yanti Yuniar
disebutkan bahwa, menangani berarti mengerjakan (menggarap) sendiri,
memukul atau mengurusi (Yanti Yuniar, Tanpa Tahun: 572).
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Pengertian yang sama juga penulis dapatkan dari Tim Pandom
Media Nusantara dalam Kamus Bahasa Indonesia Edisi Baru yang
memberikan definisi menangani berarti mengerjakan (menggarap)
sendiri. Sedangkan penanganan didefinisikan sebagai proses, cara,
perbuatan menangani atau penggarapan (Tim Pandom Media
Nusantara, 2014: 842).
2. Pengertian Masalah
Pengertian masalah dapat diketahui dari berbagai sumber,
salah satunya dari kamus Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), masalah diartikan
sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal; persoalan
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, 2014:
http://kbbi.web.id/masalah-2).
Selain itu, pengertian masalah juga dapat diketahui dari para
ahli. Menurut Rianto Adi dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial
dan Hukum, masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan
manusia untuk memecahkannya (Rianto Adi, 2005:15).
Rianto Adi juga mengutip pendapat dari buku yang ditulis oleh
Fisher, dkk yang menyatakan bahwa, “Masalah diartikan sebagai:
a. suatu kesulitan yang dirasakan oleh seseorang; atau
b. suatu perasaan yang tidak menyenangkan seseorang atas fenomena
yang ada/terjadi; atau
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
c. suatu ketidaksukaan atau penyimpangan yang dirasakan atas ‘apa
yang seharusnya’ dan ‘apa yang ada/terjadi’ (Rianto Adi, 2005:
15)”.
3. Pengertian Kesemrawutan
Istilah kesemrawutan merupakan kata sifat dari kata dasar
semrawut. Di dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang ditulis
oleh Yanti Yuniar disebutkan bahwa, semrawut berarti tidak teratur,
tidak rapi atau kacau balau (Yanti Yuniar, Tanpa Tahun: 542).
Sejalan dengan itu, pengertian semrawut juga diartikan tak
jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya. Ernawati Waridah dan
Suzana dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, Mahasiswa dan
Umum menuliskan bahwa, semrawut berarti kacau balau, acak-acakan
atau tidak teratur (Ernawati Waridah dan Suzana, 2014: 509).
Selanjutnya, senada dengan pengertian semrawut menurut
Waridah dan Suzana, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam
Jaringan (KBBI Daring), semrawut juga diartikan dengan kacau balau,
acak-acakan atau tidak teratur. Sedangkan kesemrawutan adalah
keadaan semrawut, kacau balau, acak-acakan atau tidak teratur (Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, 2014:
http://kbbi.web.id/semrawut).
4. Kawasan Perkotaan
a. Definisi Kawasan Perkotaan
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud dengan kawasan perkotaan dalam
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
konsep penataan ruang adalah kawasan yang memiliki kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa,
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Sejalan dengan itu, dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Pasal 199 ayat (6), diatur pula mengenai pengaturan
terhadap kawasan perkotaan yang berbunyi: “Dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan perkotaan,
pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat”.
Selain itu, berdasarkan informasi dari internet dengan
judul Definisi Kota dan Kawasan Perkotaan dijelaskan bahwa
kawasan perkotaan memiliki beberapa kriteria. “Kriteria kawasan
perkotaan tersebut meliputi:
1. Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan
pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di
bidang industri, perdagangan dan jasa;
2. Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi
pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana
termasuk pergantian modal transportasi dengan pelayanan
skala kabupaten atau beberapa kecamatan
(http://ruangperkotaan.wordpress.com/2011/11/30/definisi-
kota-dan-kawasan-perkotaan/)”.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Sehubungan dengan itu, berdasarkan rangkuman dari
Pasal 119 ayat (1) sampai (4) Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dapat dinyatakan sebagai
berikut:
“Kawasan Perkotaan dapat berbentuk:
a. Kota sebagai daerah otonom; adalah kota yang dikelola oleh
pemerintah kota;
b. Kota yang menjadi bagian daerah kabupaten yang memiliki
ciri perkotaan; adalah kota yang dikelola oleh daerah atau
lembaga pengelola yang dibentuk dan bertanggungjawab
kepada pemerintah kabupaten.
c. Kota yang menjadi bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan; dalam hal
penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum
tertentu dikelola bersama oleh daerah terkait”.
b. Kawasan Perkotaan Bumiayu
Di dalam Peta Rencana Kawasan Strategis, Perda
Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Brebes Tahun 2010–2030, dapat diketahui bahwa, kawasan
Perkotaan Bumiayu dibagi menjadi 2, yaitu kawasan Perkotaan
Bumiayu yang termasuk kawasan strategis kabupaten dan kawasan
strategis provinsi. Di mana kawasan perkotaan tersebut,
membentang dari Kecamatan Bumiayu hingga Kecamatan
Tonjong.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
Berdasarkan peta rencana kawasan strategis tersebut, jika
dilihat lagi, sedikitnya ada beberapa desa di Kecamatan Bumiayu
yang termasuk ke dalam kawasan Perkotaan Bumiayu. Desa-desa
tersebut antara lain, Desa Jatisawit, Kalierang, Bumiayu dan
Dukuhturi.
Di dalam definisi kawasan perkotaan telah disebutkan
bahwa salah satu dari kriteria kawasan perkotaan ialah memiliki
kegiatan utama di bidang industri, perdagangan dan jasa.
Sehubungan dengan itu, dari sektor perdagangan berdasarkan
Laporan Monografi Kecamatan Bumiayu Tahun 2010, dari total 7
pasar yang ada di Kecamatan Bumiayu, 4 pasar berada di kawasan
Perkotaan Bumiayu yakni 1 di Desa Jatisawit, 2 di Kalierang dan 1
di Bumiayu (Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, 2011: 61).
Selain itu, masih dari Laporan Monografi Kecamatan
Bumiayu Tahun 2010 sedikitnya ada 588 toko/kios/warung yang
ada di Kecamatan Bumiayu. Toko/kios/warung tersebut 84 terletak
di Desa Jatisawit, 70 di Dukuhturi dan 250 berada di Bumiayu
serta sisanya tersebar di seluruh desa di Kecamatan Bumiayu
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, 2011: 62).
Di samping itu, dari Laporan Monografi Kecamatan
Bumiayu Tahun 2010 tersebut juga disebutkan mengenai jumlah
hotel/losmen dan jumlah rumah/warung makan. Dari data laporan
tersebut, total hotel/losmen yang berada di Kecamatan Bumiayu
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015
berjumlah 4 buah. Di mana 1 hotel/losmen berada di Desa
Jatisawit, 1 di Dukuhturi dan 1 di Bumiayu. Sementara itu, dari 804
jumlah rumah/warung makan yang berada di Kecamatan Bumiayu
sebagian besar juga terletak di kawasan Perkotaan Bumiayu.
Rumah/warung makan tersebut antara lain, 38 di Jatisawit, 9 di
Kalierang, 718 di Dukuhturi dan 25 di Bumiayu (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Brebes, 2011: 63).
Dari data-data tersebut maka dapat diketahui bahwa
mayoritas kegiatan perdagangan dan jasa, seperti pasar, toko,
rumah/warung makan dan hotel yang ada di Kecamatan Bumiayu
sebagian besar memang berada di kawasan Perkotaan Bumiayu.
Belum lagi fasilitas- fasilitas dan sarana-sarana lain, seperti
kesehatan, pendidikan, tempat ibadah dan lain sebagainya yang
banyak pula berada di kawasan Perkotaan Bumiayu.
Implementasi Perda Kabupaten..., Al Fiani Nenden Iryatin, Fakultas Hukum UMP, 2015