29
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat 1. Pengertian Pengetahuan Masyarakat Pengetahuan adalah suatu proses dimana seseorang berusaha untuk melakukan penginderaan terhadap sebuah objek tertentu. Pengamatan terjadi melalui panca indera manusia, baik dari penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Akan tetapi pengetahuan sebagian besar diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007) 2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif Tingkatan pengetahuan dikutip dari Magfiroh (2013) adalah sebagai berikut : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai ingatan akan materi yang telah didapat dan dipelajari sebelumnya. Pengetahuan berarti mengingat kembali sesuatu dari semua materi yang diterima. Oleh sebab itu pengetahuan disebut sebagai tingkat pemahaman yang paling rendah b. Memahami ( Comprehension) Memahami atau paham diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dengan benar mengenai objek yang telah diketahui dan dapat memaparkan materi tersebut sesuai dengan apa yang didapatkan. Sehingga seseorang dikatakan paham terhadap objek atau materi yang telah didapatkan apabila dapat menjelaskan, menyimpulkan dan menyebutkan objek yang dihadapi. c. Analisis ( Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang dalam mendalami materi yang telah didapat dan menyimpulkannya dalam sebuah pendapat. Kemmampuan analisis dapat dilihat langsung dari penggunaan kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Masyarakat

1. Pengertian Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan adalah suatu proses dimana seseorang berusaha untuk

melakukan penginderaan terhadap sebuah objek tertentu. Pengamatan

terjadi melalui panca indera manusia, baik dari penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Akan tetapi pengetahuan sebagian besar

diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007)

2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif

Tingkatan pengetahuan dikutip dari Magfiroh (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai ingatan akan materi yang telah didapat dan

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan berarti mengingat kembali

sesuatu dari semua materi yang diterima. Oleh sebab itu pengetahuan

disebut sebagai tingkat pemahaman yang paling rendah

b. Memahami ( Comprehension)

Memahami atau paham diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan dengan benar mengenai objek yang telah diketahui dan

dapat memaparkan materi tersebut sesuai dengan apa yang

didapatkan. Sehingga seseorang dikatakan paham terhadap objek atau

materi yang telah didapatkan apabila dapat menjelaskan,

menyimpulkan dan menyebutkan objek yang dihadapi.

c. Analisis ( Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam mendalami materi yang

telah didapat dan menyimpulkannya dalam sebuah pendapat.

Kemmampuan analisis dapat dilihat langsung dari penggunaan kata

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

10

kerja , seperti dapat menggambarkan (membuat bagan) ,membedakan,

memisahkan dan mengelompokkan.

d. Sintesis (shyntesis)

Sistesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian dari pengetahuannya menjadi suatu hal-hal yang baru. Jadi

sistesis juga bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengembangkan sebuah inovasi bari dari inovasi-inovasi

sebelumnya.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam

melakukan penilaian terhadap suatu objek yang dicermati berdasarkan

kriteria tertentu.

(Maghfiroh, 2013)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi tungkat pengetahuan menurut Mubarak

(2007) adalah :

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap

perkembangan menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. Pendidikan

diperlukan untuk memperoleh informasi misalnya informasi

dalam bidang kesehatan, ekonomi untuk meningkatkan kualitas

hidup. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

paparan informasi yang diterima semakin mudah untuk

didapatkan.

2) Umur

Semakin cukup umur maka kematangan dalam mendapatkan

informasi akan semakin menjadi lebih baik dan paparan informasi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

11

yang didapat dari lingkungan sekitar maupun dari dunia maya

akan bertambah

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan, pola pikir dan

perilaku manusia

2) Sosial budaya

Sistem budaya dan adat yang dianut oleh masyarakat juga dapat

mempengaruhi pola perilaku seseorang dan begitu pula dalam hal

mencari informasi

3) Pekerjaan

Pekerjaan atau lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung. Mengukur tingkat pengetahuan

dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari suatu objek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

pengetahuan dalam domain kognitif

(Mubarak, 2007)

4. Proses Memperoleh Pengetahuan

Proses memperoleh pengetahuan menurut Notoatmojo (2010) dalam

bukunya Metodologi Penelitian yaitu :

a. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah

1) Coba cara salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan , bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

12

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil

maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut bisa dipecahkan

2) Secara kebetulan

Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh

orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan

enzim urease oleh summers pada tahun 1926. Pada suatu hari

summers sedang bekerja dengan ekstra aseton, dan karena terburu

ingin bermain tenis, maka ekstrak aseton tersebut disimpan

kedalam lemari es. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan

percobaan ternyata ekstrak aseton yang disimoan kedalam kulkas

tersebut timbul kristal- kristal yang kemudian disebut enzim

urease.

3) Cara kekuasaan atau Otoritas

Para pemegang otoritas baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuna ada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama dalam penemuan pengetahuan. Prinsip

inilah ,orang lain menerima pendapat yang dikemukaan oleh

orang yang mempunyai otoritas , tanpa terlebih dahulu menguji

atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris

maupun berdasarkan pengalamana sendiri. Hal ini disebabkan

karena oraang yang menerima pendapat tersebut menganggap

bahwa apa yang dikemukakan sudah benar.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperolehdalam memecahkan

permasalahan yang pernah dihadapi di masa lalu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

13

5) Cara Akal Sehat (common sense)

Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua zaman

dahulu agaranaknya mau menuruti nasihat orang tuanya atau agar

anaknya disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya

berbuat salah. Ternyata cara menghukum ini sampai sekarang

berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah

metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.

Pemberian hadiah atau hukuman merupakan cara yang masih

dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam

konteks pendidikan

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan. Terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional

atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi sebagai

wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan

manusia.

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh secara intuitif

sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-

cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh

seseorang hanya berdasarkan intusisi atau suara hati atau bisikan

hati saja.

8) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

14

mampu telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan

jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus

(Notoatmojo, 2010)

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah. Metode ilmiah yang

pertama kali dikenalkan oleh John Dewey adalah perpaduan proses

berfikir deduktif-induktif guna memecahkan suatu masalah. John

Dewey didalam bukunya How We Think (1910) mengatakan bahwa

langkah- langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

1) Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau

kesulitan ini mendorong perlunya pemecahan

2) Merumuskan atau membatasi masalah tersebut

3) Mencoba mangajukan pemecahan masalah/kesulitan tersebut

dalam bentuk hipotesis

4) Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang

dirumuskan secara deduktif.

5) Menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan, dengan berdasarkan

fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau

penelitian.

(Notoatmojo, 2010)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

15

5. Proses Belajar Masyarakat

Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan dalam diri seseorang dapat

terjadi melalui suatu proses yaitu :

a. Awarennes ( kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap

stimulus atau objek tersebut.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) berarti subjek menimbang

nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

d. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption berarti subjek telah berperilaku bru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(Notoatmojo, 2007)

6. Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat

Menurut (Izah, 2013),masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan

dengan menggunakan media promosi kesehatan diantaranya sebagai

berikut :

a. Media cetak

1) Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar

2) Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gampar atau kombinasi

3) Flyer

Flyer adalah selebaran yang bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak

berlipat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

16

4) Flip chart

Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap

lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi

kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan

gambar tersebut.

5) Rubrik

Adalah tulisan tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6) Poster

Poster adalah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok atau di tempat

umum.

(Notoatmojo,2007)

b. Media elektronik

1) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara , sinetron, forum diskusi

atau tanya jawab seputar masalah kesehatan, pidato, TV spot, kuis

atau cerdas cermat.

2) Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan di radio antara

lain , obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, atau iklan

3) Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat

disampaikan melalui vodeo

4) Slide

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

17

Slide adalah sebuah media presentasi yang dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi atau pendidikan kesehatan. (Izah, 2013)

B. Perilaku

1. Pengertian

Perilaku adalah sesuatu yang dikerjakan oleh individu, baik dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus perilaku

merupakan bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Pengertian perilaku

mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang.

(Maghfiroh, 2013)

Secara sempit, perilaku dapat dirumuskan sebagai reaksi yang dapat

diamati secara umum atau objektif. Perilaku dapat ditinjau secara sosial

yakni pengaruh hubungan antara individu dengan lingkungannya terhadap

perilaku yang merupakan proses - proses dan dinamika mental atau

psikologis yang mendasari perilaku, dan perilaku biologi yang merupakan

proses-proses dan dinamika saraf-faali (neural-fisiologis) yang ada di

balik suatu perilaku (Notoatmodjo, S. 2007) . Secara teori perubahan

perilaku dalam kehidupan ada tiga tahapan yaitu :

a. Pengetahuan ( knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

b. Sikap ( attitude )

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap

stimulus atau obyek.

c. Praktik Tindakan ( practice )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

18

2. Perilaku Kesehatan

a. Pengertian

Perilaku kesehatan yang sering disebut “health behavior” mencakup

tingkah budaya masyarakat dan perilaku seseorang yang erat

hubungannya dengan masalah status kesehatan (Notoatmodjo, 2007)

b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green 1980 didalam Notoatmodjo, S. 2007 faktor

yang mempengaruhi perilaku terdiri atas:

1) Predisposisi (predisposing factor).

Faktor ini mencakup pengetahuan, pendidikan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal - hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya. Kepercayaan, tradisi dan sistem

nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat proses

pelayanan kesehatan.

2) Faktor pendukung (enabling factor).

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, seperti fasilitas pelayanan

kesehatan : puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek swasta. Untuk

berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana,

misalnya : berperilaku hidup sehat sesuai yang dianjurkan petugas

kesehatan yang menangani.

3) Faktor penguat (reinforcing factor).

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas

kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

19

fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh

masyarakat, tokoh agama, para petugas kesehatan.

3. Perilaku sakit

a. Pengertian

Perilaku sakit merupakan cara seseorang dalam memantau kondisi

tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan tanda gejala yang

dialami serta menggunakan sistem pelayanan kesehatan

(Perry & Potter, 2006)

b. Tahap perilaku sakit

Menurut Perry & Potter (2006) perilaku sakit terjadi melalui beberapa

tahap yaitu :

1) Mengalami Gejala

Persepsi seseorang terhadap suatu tanda gejala dari kesadaran

terhadap perubahan fisik, evaluasi terhadap perubahan yang terjadi

dan memutuskan bahwa perubahan tersebut merupakan suatu

gejala penyakit

2) Asumsi Tentang Peran Sakit

Jika sebuah gejala menetap dan berubah menjadi berat ,klien akan

menerima sebuah fenomena dan orang yang sakit akan mencari

konfirmasi dari keluarga dan kelompok sosialnya bahwa mereka

benar-benar sakit dan oleh karena itu mereka harus diistirahatkan

dari kewajiban normalnya.

3) Kontak dengan pelayanan kesehatan

Jika gejala tetap ada dan dianggap mengganggu seseorang akan

termotivasi untuk mencari pelayanan kesehatan yang profesional.

Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan

dari seorang ahli. Selain itu klien juga akan mencari penjelasan

tetang gejala yang ada, penyebab munculnya gejala,proses

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

20

penyakit dan implikasi penyakit terhadap kondisi kesehatannya

dimasa yang akan datang

4) Peran Klien Dependen

Setelah menerima penyakitnya dan mencari pengobatan , klien

memasuki tahap dependen. Yaitu sebuah keadaan dimana klien

bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk

menghilangkan gejala yang ada. Secara sosial klien dengan peran

dependen diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas

normalnya. Semakin sakit klien maka akan semakin dibebaskan

dari tanggung jawabnya.

5) Pemulihan dan Rehabilitasi

Tahap akhir dari perilaku sakit adalah pemulihan dan rehabilitasi,

proses penyembuhan antara klien satu dengan yang lainnya

berbeda. Hal ini juga tergantung dengan penyakit dan kondisi

tubuh pasien serta peran dari penyedia pelayanan kesehatan

4. Perilaku Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor

resiko, yaitu mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk

mendapatkan diabetes meliitus dan kelompok intoleransi glukosa.

Usaha-usaha untuk menurunkan resistensi insulin antara lain

mencegah atau memperbaiki adanya obesitas, menghindari, diet tinggi

lemak, mengkonsumsi sumber karbohidrat yang diolah tidak terlalu

bersih (unrefined), menghindari obat-obat yang bersifat diabetogenik

dan meningkatkan aktivitas fisik yang berpengaruh menurunkan

resistensi insulin terlepas dari penurunan berat badan

(Maghfiroh, 2013)

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan menemukan diagnosis DM sedini

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

21

mungkin dengan cara skrining. Hasil tes penyaring normal bila

glukosa darah sewaktu atau puasa < 110 mg%. Bila didapatkan kadar

glukosa darah puasa antara 110 – 125 mg/dl dinamakan glukosa darah

puasa terganggu dan bila ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥

200 mg/dl maka diagnosis DM sangat mungkin dan bila tanpa gejala

DM perlu dilakukan tes pada waktu yang lain untuk memastikan

diagnosis (PERKENI, 2011)

c. Pencegahan tersier

Usaha terhadap timbulnya komplikasi ini antara lainpengendalian

yang ketat dari kelainan metabolik pada Diabetes Mellitus (glukos

adarah, lipid) dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap

kerusakan pembuluh darah misalnya tekanan darah, merokok dan

sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan: mengatur pola makan,

kontol gula darah, Olah raga dan faktor psikososial serta perawatan

kaki dan kontrol kesehatan mata untuk mendeteksi adanya gangguan

penglihatan. Penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan beban

psikososial bagi penderita. Respon emosional negatif dapat

menghambat upaya penurunan glukosa darah karena timbulnya reaksi

negatif misalnya : tidak mengubah gaya hidup yang sehat seperti:

melakukan olah raga, mengkonsumsi obat, mengatur pola makan, serta

dapat berperilaku tidak sehat (merokok, mengkonsumsi minuman

beralkohol, dll ) (Smeltzer & Bare, 2010)

C. Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah

meningkat melebihi batas normal yang disebabkan oleh gangguan proses

penyerapan gula darah karena produksi insulin didalam tubuh tidak cukup

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

22

untuk menyerap gula yang dibutuhkan untuk sel-sel tubuh. (Smeltzer &

Bare, 2010)

Diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan proses penyerapan gula darah

oleh tubuh yang disebabkan oleh penurunan jumlah insulin atau

penurunan tingkat sensitivitas insulin (Corwin, 2008).

Seseorang dapat didiagnosis diabetes melitus apabila terdapat gejala

diabetes melitus yiatu poliuri, polidipsia, dan polifagia serta kadar gula

darah sewaktu > 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa > 126 mg/dl

(PERKENI, 2011)

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Diabetes tipe 1

Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Sehingga glukosa didalam tubuh tidak mampu terserap oleh

sel, hal inilah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Sehingga

pasien yang mengalami diabetes melitus tipe 1 ini tergantung oleh

insulin.

b. Diabetes tipe 2

Pada diabetes tipe 2 terdapat permasalahan yang berhubungan dengan

insulin yaitu, resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Faktor

genetik , usia, obesitas dan gaya hidup diperkirakan memiliki

pengaruh yang besar dalam mencetuskan diabetes tipe 2

c. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah wanita yang mengalami diabetes saat

hamil memiliki homeostasis glukosa yang normal pada paruh pertama

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

23

kehamilan dan berkembang menjadi defisiensi insulin relatif selama

paruh kedua, sehingga terjadi hiperglikemia. (Price & Wilson, 2006)

3. Etiologi

Diabetes melitus tipe 2 biasanya disebabkan oleh :

a. Resistensi insulin

Resistensi insulin adalah penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar

glukosa darah, sehingga gula darah tidak dapat disampaikan pada sel

b. Gangguan sekresi insulin

Ganguan sekresi insulin adalah penurunan fungsi pankreas dimana

kelenjar tersebut tidak mampu untuk memproduksi insulin dalam

jumlah yang cukup.

(Smeltzer & Bare, 2010)

4. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 2

a. Poliuria

Jumlah produksi urine yang berlebuhan hingga 2000- 2500 ml/hari

sedangkan nilai normalnya adalah 1500-1600 ml/hari (Perry & Potter,

Buku Ajar Fundamental Keperawatan, 2006) Hal ini disebabkan

karena adanya diuresis osmotik yaitu upaya untuk menghilangkan

glukosa dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa

bersama dengan air dan elektrolit.

b. Polidipsia

Rasa haus yang berlangsung secara terus menerus, karena sering

buang air kecil.

c. Polifagia

Peningkatan selera makan dan rasa lapar yang sering. Polifagia terjadi

karena glukosa dalam darah tidak dapat diserap oleh sel-sel tubuh,

sehingga terjadi kelaparan sel dan memicu seseorang untuk merasa

lapar.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

24

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat metabolisme keadaan

ketidakmampuan sebagian sel dalam menggunakan glukosa

(Corwin, 2008)

5. Faktor Resiko Diabetes Melitus

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Usia

Umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar

glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi

diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi.

Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan

dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi

homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan

adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-

sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan

hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.

(Corwin, 2008)

2) Genetik

Faktor genetik merupakan faktor yang penting pada Diabetes

Mellitus yang dapat mempengaruhi sel beta dan mengubah

kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan sel rangsang

sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu

tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah

integritas dan fungsi sel beta pankreas (Corwin, 2008).

3) Jenis Kelamin

Penderita DM lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan

laki-laki. Hal ini dipicu oleh adanya persentase timbunan lemak

badan pada wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

25

dapat menurunkan sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan

hati (Bintanah & Handarsari, 2012).

b. Faktor resiko yang dapat diubah

1) Obesitas

obesitas merupakan kondisi dimana terdapat akumulasi lemak

berlebih di dalam tubuh. Overweight dan obesitas terjadi

disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi yang

masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan antara

asupan dengan energi yang dikeluarkan, bila terjadi dalam jangka

waktu tertentu dapat mengakibatkan obesitas sentral. Obesitas

sentral berkaitan dengan risiko terjadinya penyakit sindrom

metabolik, salah satunya risiko penyakit DM Tipe 2. DM Tipe 2

umumnya diakibatkan oleh resistensi insulin. Pada penderita

obesitas, khususnya obesitas sentral terdapat hubungan dengan

resistensi insulin. Apabila terjadi resistensi insulin, homeostatis

glukosa darah terganggu dan menyebabkan kadar glukosa di dalam

darah menjadi tinggi (Putri & Probosari, 2014). Derajat obesitas

seseorang dapat dilihat dari IMT (Indeks Massa Tubuh) yang

dapat dihitung dengan rumus :

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

IMT 17,0 – 18,4 = Kurus , IMT 18,5 – 25.0 = Normal, IMT 25,1 –

27,0 = Gemuk dan > 27 obesitas (Almatsier, 2007)

2) Aktivitas

Kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor yang ikut

berperan dalam menyebabkan insulin pada Diabetes Melitus tipe 2.

Pengurangan lemak sentral karena perubahan jaringan otot.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

26

Semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang

dikonsumsi akan semakin lama terpakai , akibatnya prevalensi

peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin lebih

tinggi. Penyebab resistensi insulin pada DM salah satunya adalah

kurang gerak badan, sehingga dapat diasumsikan bahwa orang

yang aktifitas fisik dalam berkerja cenderung lebih banyak terkena

DM walaupun faktor tersebut harus didukung oleh faktor lain

seperti obesitas, keturunan, diet tinggi lemak dan karbohidrat.

(Bintanah & Handarsari, 2012).

Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan yang sangat

penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat

melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa

oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan

penurunan glukosa darah. (Indriyani, 2007)

Tabel 2.1

kegiatan aktivitas fisik

Aktivitas Contoh

Istirahat Tidur , Duduk, Tidak kerja, Nganggur, ,Ibu Rumah

tangga

Ringan Pembantu RT, Menyapu, Menjahit,

Mencuci, Industri RT

Sedang PNS, Peg.swasta, mahasiwa, part time,

dosen, petani

Berat Kuli bangunan, menarik becak, Tukang

kayu, Pekerja pasar

(Perwira, 2012)

3) Pola makan

Penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara

berlebihan, merupakan faktor eksternal yang dapat merubah

integritas dan fungsi sel beta individu yang rentan (Sudoyo, 2009).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

27

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara

pengaturan makan dengan rerata kadar gula darah acak. Hal ini

dikarenakan pengaturan makan dapat menstabilkan kadar glukosa

darah dan lipid-lipid dalam batas normal. Hal ini harus

diperhatikan oleh semua pihak karena semakin bertambah usia

seseorang maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh yaitu

fungsi otak yang berhubungan dengan daya ingat. Sehingga

dengan bertambahnya umur penderita Diabetes Melitus maka

kemampuan untuk melakukan perencanaan makan sehari-hari juga

akan semakin menurun. (Putri & Isfandiari, 2013)

Tabel 2.2

Jenis diit diabetes melitus menurut kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat

Jenis Diit Energi Kkal

Protein (g) Lemak( g)

Karbohidrat g

I 1100 43 30 172

II 1300 45 35 192

III 1500 51,5 36,5 235

IV 1700 55,5 36,5 275

V 1900 60 48 299

VI 2100 62 53 319

VII 2300 73 59 369

VII 2500 80 62 396

(Almatsier, 2007)

Keterangan :

1. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang gemuk (IMT

25,1-27,0)

2. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes normal

(IMT 18,5 – 25.0) tanpa komplikasi.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

28

3. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus (IMT 17,0

– 18,4), diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan

komplikasi

Tabel 2.3

Pembagian makanan sehari tiap Standar Diet Diabetes Mellitus dan Nilai Gizi. Sumber:

Almatsier (2007)

Energi 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Pagi

Nasi 0,5 1 1 1 1,5 1,5 1,5 2

Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1

Tempe - - 0,5 0,5 1 1 1 1

Sayuran A S S S S S s s S

Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Pukul 10.00

Buah 1 1 1 1 1 1 1 1

Susu - - - - - - 1 1

Siang

Nasi 1 1 2 2 2 2,5 3 3

Daging 1 1 1 1 1 1 1 1

Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2

Sayuran A S S S S S S S S

Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1

Buah 1 1 1 1 1 1 1 1

Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3

Pukul 16.00

Buah 1 1 1 1 1 1 1 1

Malam

Nasi 1 1 1 2 2 2 2,5 2,5

Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1

Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2

Sayuran A S S S S S S S S

Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1

Buah 1 1 1 1 1 1 1 1

Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Nilai Gizi

Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Protein(kkal) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80

Lemak (kkal) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62

KH(g) 172 192 235 275 299 319 369 396

(Almatsier, 2007), Keterangan : S = sekehendak

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

29

Tabel 2.4

URT (ukuran rumah tangga)

Bahan Makanan URT ( Ukuran Rumah Tangga)

Nasi Gelas

Ikan Potong

Tahu Potong

Tempe Potong

Daging Potong

Susu Gelas

Buah Potong

Minyak Sdm

Sayuran Sekehendak

Telur Butir

6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat anti hiperglikemik oral

Bedasarkan cara kerjanya dibagi menjadi dibagi menjadi 5 golongan

yaitu :

1) Pemicu sekresi insulin (insulin sekretaguoge) : sulfonilurea dan

glinid

2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metamorfin dan tiazolidin

3) Penghambat glukeogenesis (metformin)

4) Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa

(PERKENI, 2011)

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi

1) Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan

penyandang diabetes tipe 2 memerlukan partisipasi aktif pasien,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

30

keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien

dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai

keberhasilan perubahan perilaku dibutuhkan edukasi yang

komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.

2) Terapi Gizi Medis

a) Pengertian

Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi

yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes.

Prinsip dari terapi gizi medis ini adalah melakukan pengaturan

pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetasi dan

melakukan modifikasi diet berdasakan kebutuhan individual.

(Sudoyo, 2009)

b) Tujuan Terapi Gizi Medis

1.1) Kadar glukosa mendekati normal

Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl, glukosa darah 2

jam setelah makan < 180 mg/dl, kadar A1c < 7 %

1.2) Tekanan darah < 130/80 mmHg

1.3) Profil lipid

Kolesterol LDL < 100 mg/dl, kolesterol HDL > 40

mg/dl, trigliserida < 150mg/dl

1.4) Berat badan ideal

(Sudoyo, 2009)

c) Jenis Bahan Makanan

1.1) Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 % total

asupan energi. Pembatasan karbohidrat total < 130

g/hari tidak dianjurkan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

31

1.2) Protein

Protein dibutuhkan sebesar 10-20 % total asupan gizi,

sumber protein yang baik adalah makanan laut (ikan,

udang dan cumi) daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,

produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan

tempe.

1.3) Lemak

Lemak yang dibutuhkan sekitar 20-25 % kebutuhan

kalori, lemak jenuh <7 % kebutuhan kalori, bahan

makanan yang harus dibatasi adalah yang bayak

mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain

daging berlemak dan susu penuh (whole milk)

1.4) Natrium

Asupan natrium yang danjurkan untuk penyandang

diabetes melitus adalah tidak lebuh dari 3000 mg atau

sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.

Bagi mereka yang hipertensi pembatasan natrium

sampai 2400 mg.

1.5) Serat

Seperti halnya masyarakat pada umumnya, penyandang

diabetes melitus dianjurkan untuk mengkonsumsi serat

cukup dari buah dan sayuran. Anjuran konsumsi serat

adalah 25 mg /hari

(PERKENI, 2011)

3) Latihan Jasmani

a) Manfaat

Pada diabetes tipe 2 latihan jasmani dapat memperbaiki kendali

glukosa secara menyeluruh dan penurunan konsentrasi HbA1c

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

32

yang cukup menjadi pedoman untuk penurunan resiko

komplikasi diabetes dan kematian.

b) Prinsip latihan jasmani bagi diabetasi

1.1) Frekuensi, jumlah olah raga perminggu sebaiknya

dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu

1.2) Intensitas, ringan dan sedang (60-70 % maximum heart

rate)

1.3) Durasi, 30-60 menit

1.4) Jenis latihan jasmani enduras (aerobik) untuk

meningkatkan kemapunan kardio respirasi seperti jalan,

joging, berenang dan bersepeda.

c) Hal-hal yang perlu di perhatikan :

1.1) Pemanasan

Bagian ini dilakukan sebelum memasuki latihan yang

sebenarnya, dengan tujuan untuk mempersiapkan

bagian sistem tubuh seperti menaikkan suhu tubuh ,

meningkatkan denyut nadi hingga mendekati intensitas

latihan

1.2) Latihan inti

Pada tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai THR

(Target Heart Rate) , agar mendapatkan manfaat

latihan. Bila THR tidak tercapai maka diabetasi tidak

akan mendaoatkan manfaat latihan. Sedangkan apabila

melebihi THR maka bisa memunculkan resiko yang

tidak diinginkan

1.3) Pendinginan

Setelah selesai melakukan latihan jasmani, sebaiknya

melakukan pendinginan. Tahap ini dilakukan untuk

mencegah penimbunan asam asam lakta yang dapat

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

33

menimbulkan rasa nyeri pada otot setelah melakukan

latihan jasmani

1.4) Peregangan

Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan

dan melenturkan otot agar menjadi lebih elastis.

(Sudoyo, 2009)

7. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

1) KAD (Ketoasidosis Diabetik)

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki

sel juga berkurang. Disamping itu produksi glukosa oleh hati

menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini menimbulkan

hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa dari

dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama

dengan air dan elektrolit. Akibat dari defisiensi insulin yang lain

adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam lemak bebas dan

akan diubah menjadi badan keton dihati. Pada ketoasisdosis

diabetik terjadi produksi badan keton berlebihan sebagai akibat

dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah

timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam bila

menumpuk pada sirkulasi dalam darah, badan keton dapat

menimbulkan ketoasidosis metabolik.

(Smeltzer & Bare, 2010)

2) HONK (hiperosmolarity non ketotic)

Sindrome Honk ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar

tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utamanya adalah

dehidrasi berat, hperglikemia berat dan sering kali disertai

gangguan neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

34

Tidak tercukupinya insulin menyebabkan timbulnya hiperglikemia.

Penurunan pemakaian glukosa oleh jaringan perifer termasuk sel

otot dan sel lemak, ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai

glikogen pada otot dan hati, dan stimulasi glukagon pada sel hati

untuk glukoneogenesis mengakibatkan semakin naiknya kadar

glukosa darah. Pada kadar glukosa darah juga tergantung dari

status hidrasi dan masukan karbohidrat oral.

Hiperglikemia menyebabkan timbulnya diuresis osmotik dan

mengakibatkan menurunnya cairan tubuh secara total. Dalam

ruang vaskular dimana glukoneogenesis dan masukan makanan

terus menambah glukosa. Kehilangan cairan akan semakin

menambah hiperglikemia dan hilangnya volume sirkulasi.

Hiperglikemia dan konsentrasi plasma yag mengikuti hilamgnya

cairan intravaskuler menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan

hiperosmolar ini memicu sekresi hormon antidiuretik dan memicu

timbulnya rasa haus yang berlebihan (Sudoyo, 2009)

Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar ini juga dapat

menimbulkan hipovolemia. Apabila tidak dikompensasi dengan

masukan cairan oral.

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah yang

abnormal menjadi rendah (< 70 mg/dl). Keadaan ini dapat terjadi

karena konsumsi makanan yang terlalu sedikit, aktivitas fisik yang

terlalu berat, waktu makan yang tertunda dan efek dari pemberian

insulin karena kadar glukosa yang tinggi. (Smeltzer & Bare, 2010)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

35

Hipoglikemia ditandai dengan tremor, takikardi , kegelisahan rasa

lapar sakit kepala, penurunan fungsi berfikir, rasa ingin pingsan

hingga penurunan kesadaran. (Corwin, 2008)

b. Komplikasi Kronis

1) Makrovaskuler

Penyebab mortalitas dan morbiditas utama pada pasien DM tipe 2

adalah penyakit jantung koroner (PJK). Menurut American Heart

Association pada Mei 2012, 65% penderita Diabetes Melitus

meninggal akibat penyakit jantung atau stroke. Selain itu, orang

dewasa yang menderita Diabetes Melitus berisiko dua sampai

empat kali lebih besar terkena penyakit jantung dari pada orang

yang tidak menderita Diabetes Melitus. (Yuliani, Oenzil, & Iryani,

2014). Mekanisme terjadinya PJK pada DM tipe 2 sangat

kompleks dan dikaitkan dengan adanya aterosklerosis yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain hipertensi,

hiperglikemia, dislipidemia

2) Mikrovaskuler

a) Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik merupakan gangguan penglihatan yang

disebabkan karena adanya kelainan pada retina. Dimana terjadi

suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan

dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah halus sehingga

mengakibatkan gangguan nutrisi pada retina (Sari & Saraswati,

2011)

b) Neuropati Diabetik

Ulkus diabetik terjadi karena adanya hiperglikemi pada pasien

diabetes melitus yang kemudian menyebabkan kelainan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

36

neuropati dan pembuluh darah. Kelainan neuropati

mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang

kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi

tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya mempermudah

terjadinya ulkus. Dengan adanya ulkus yang terinfeksi, maka

resiko amputasi menjadi lebih besar. (Akbar, 2014)

c) Nefropati

Bila kadar glukosa darah tinggi maka mekanisme filtrasi ginjal

akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein

darah kedalam urine. Sebagai akibatnya tekanan dalam

pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut

di perkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya

nefropati. (Smeltzer & Bare, 2010)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Masyarakat

37

D. Kerangka Teori

(Corwin, 2008) (Notoatmojo, 2007)

D. Variabel penelitian

Penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu :

Pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan komplikasi

diabetes melitus tipe 2.

Faktor Eksternal

1. Lingkungan

2. Sosial Budaya

3. Pekerjaan

Faktor Internal

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Umur

Perilaku

pencegahan

komplikasi

Pengetahuan Masyarakat

Komplikasi DM tipe 2

1. Akut

Ketoasidosis

Diabetik(KAD),

Hyperosmolarity

non Ketotic

(HONK)

2. Kronis

Makrovaskuler,

Mikrovaskuler