23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan ini sebagai hasil dari proses belajar dan dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti bertambahnya pengetahuan, kebiasanya. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dari pengalaman satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengalami, dan memahami sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh pengetahuan kelakuan melalaui pengalaman. (Oemar ,H.2009:27). Menurut Hakim (2005:1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusi, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku, kebiasaan, pemahaman,daya berpikir dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh sebab itu kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Tujuan belajar merupakan kegiatan pokok dalam pendidikan, berbagai upaya yang dilakukan oleh gurur dalam pembelajaran,intinya adalah upaya untuk membuat siswa belajar. Alangkah sia-sia upaya yang dilakukan oleh guru jika dengannya siswa tidak mau belajar ( Sorby S.2008:3). Jadi seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang, perubahan ini sebagai hasil dari proses belajar dan dapat ditunjukan

dalam berbagai bentuk seperti bertambahnya pengetahuan, kebiasanya. Perubahan

perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, dari pengalaman satu ke

pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang

ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan

kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga

merupakan proses melihat, mengalami, dan memahami sesuatu. Kegiatan

pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Belajar

adalah modifikasi atau memperteguh pengetahuan kelakuan melalaui pengalaman.

(Oemar ,H.2009:27).

Menurut Hakim (2005:1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusi, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap,

perilaku, kebiasaan, pemahaman,daya berpikir dan lain-lain.

Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak

dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh sebab itu

kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Tujuan belajar merupakan

kegiatan pokok dalam pendidikan, berbagai upaya yang dilakukan oleh gurur dalam

pembelajaran,intinya adalah upaya untuk membuat siswa belajar. Alangkah sia-sia

upaya yang dilakukan oleh guru jika dengannya siswa tidak mau belajar ( Sorby

S.2008:3).

Jadi seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang

belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

10

2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mujiono dalam (Sagala 2003:62).Pembelajaran adalah

kegitan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa

secara aktif. Proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan

lingkungan sekolah seperti guru sumber atau fasilitas dan teman sesama.

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut meliputi:

tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut

harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model

pembejaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk

mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen

yang dapat menunjang ,yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen

strategi belajar mengajar dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen

tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Jadi proses belajar berkaitan erat dengan pembelajaran, karena pembelajaran

adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil

pengalaman sedangkan pembelajaran merupakan pemetaan lingkungan secara

optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unit dalam diri

individu siswa, sedang pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan

bersifat rekayasa perilaku.

3. Hakikat Pembelajaran Biologi

Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan

sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, produk dan sebagai

prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.

Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang

diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk

penyebaran. Sebagai prosedur adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk

pengetahuan sesuatu (riset pada umumnya), yang lazim disebut dengan meteode

ilmiah (Trianto. 2010:137).

Sebagaimana dijelaskan diatas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan

dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

11

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut

langkah-langkah metode ilmiah.

b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempegunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c. Memilik sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannnya dengan pembelajaran sains maupun dalam kehidupan.

B. Model Pembelajaran problem based learning (PBL)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk

didalamnya buku-buku, film, computer, kurukulum, dan lain-lain (Triyanto, 2010).

Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai perangkat

rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan

pembelajaran serta membingbing aktivitas pembelajaran dikelas atau di tempat-

tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktifitas pembelajaran. Brady dalam

(Triyanto, 2011), mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan

sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membingbing guru didalam

mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Pengertian Model menurut Sagala (2006:175). “ Model ialah kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan”.

Sedangkan model menurut Suprijono “Model ialah bentuk representasi akurat

sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok arang

bertindak berdasarkan model itu”.

Sedangkan model menurut Komarudin dalam (Sagala,2006:152)

menyatakan bahwa:

Model ialah (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu deskripsi atau analogi

yang dipergunakan untuk memantu proses visualisasi suatu yang tidak dapat

dengan langsung diamati (3) suatu sistem asumsi-asumsi, dari data dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

12

inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggamarkan secara matematis

suatu objek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu

sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, (5) suatu

deskripsi dari suatu system yang yang mungkin atau imajiner dan (6),

penyajian yang diperkecil agar dapat diperjelaskan dan menunjukan sifat

bentuk aslinya.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa para ahli. Penulis

dapat menguraikan bahwa model ialah suatu kerangka konseptual atau desain yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang bertindak didalam proses belajar

mengajar.

2. Pengertian problem based learning (PBL)

Istilah pembelajaran berbasis masalah , menurut Barrow dalam(Miftahul Huda

2013:271) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning) sebagai ”pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju

pemahaman akan resolusi suatu masalah”. Masalah tersebut dipertemukan pertama-

tama dalam proses pembelajaran, Problem Based Learning merupakan salah satu

bentuk peralihan dari paradigm pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada

pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.

Menurut Trianto (2010:92), Pengajaran berbasis masalah merupakan

pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi

dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social

dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks.

pada model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran dimulai dengan

menyajikan permasalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di

antara siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan

rencana pemecahan masalah-masalah terhadap tahapan-tahapan kegiatan, guru

memberikan contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang

dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan

suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siwa.

Menurut Arends (dalam Trianto 2010: 92), pengajaran berdasarkan masalah

merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

13

sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Pembelajaran berbasis masalah

merupakan proses kegiatan pembelajran dengan cara menggunakan atau

memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa dalam

memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi

pembelajaran. Mengacu pada maslah dalam proses pembelajaran maka peserta

didik diajak untuk belajar dari masalah yang ada disekitar lingkungan peserta didik,

berikut ini katagori permasalahan yang menjadi bahan pembelajaran untuk peserta

didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik:

1. Permasalahan sebagai pemandu, masalah menjadi acuan konkret yang harus

menjadi perhatian siswa. Bacaan dierikan sejalan dengan masalah. Dan,

masalah menjadi kerngka berpikir siswa dalam mengerjakan tugas.

2. Permasalahan sebagai kesatuan alat evaluasi, masalah disajikan setelah tugas-

tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya ialah memebrikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menerapan pengetahuannya guna memecahkan

masalah.

3. Permasalahan sebagai contah, masalah dijadikan sebagai contoh dan bagian dari

bahan belajar. Masalah pun digunakan untuk menggambar teori sertaa konsep

atau prinsip, yang dibahas antara peserta didik dan guru.

4. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar, masalah dijadikan sebagai alat

untuk melatih peserta didik, yang diahas antara peserta didik dan guru.

5. Permasalah sebagai stimulus belajar, masalah dapat merangsang siswa untuk

mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang

berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.

Berdasarkan permasalahan yang menjadi topik dalam kegiatan belajar,

maka seorang pendidik harus memilih topic dengan baik yang disesuaikan dengan

kejadian yang nyata bagi peserta didik, seperti hal nya apa yang pernah dilihat,

didengar dan juga dialami oleh peserta didik. Adapun pendekatan PBI

mengintegrasikan dua hal, yakni kurikulum dan proses. Kurikulum terdiri atas

masalah-masalah yang dirancang dan dipilih secara teliti, yang mentuntut

kemahiran siswa dalam critical thinking (berpikir kritis), problem solving

proficiency (belajar memecahkan masalah), self – directed learning strategi

(strategi belajar mandiri), dan team participation skills (kemampuan bekerja sama

dalam kelompok). Prosesnya meniru pendekatan sistem yang biasa digunakan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

14

uuntuk memecahkan masalah atau menemukan masalah tantangan-tantangan yang

dihadapi dalam hidup dan karir.

Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Model pembelajarn ini membantu siswa

untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajarn ini

cocok untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dasar maupun kompleks

(Ratuman, 2002:123).

Pada model pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil siswa

bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan

guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajarn tersebut, seringkali siswa

menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan

berpikir kritis. Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori belajar

kontstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan

permasalahan nyata yang penyelesainnya membutuhkan kerja sama diantara siswa-

siswa.

Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana

pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai

penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut

dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi

pada upaya penyelidikan siswa.

3. Ciri-ciri Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Arends dalam (Trianto 2010:93), berbagai pengembangan pengajaran

berbasis masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik

sebagai berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah, pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang dua-

duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa, mereka

mengajukan situasi kehidupan nyata autentik dan memungkinkan adanya

berbagai macam solusi untuk situasi itu.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, meskipun pembelajaran berdasarkan

masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika dan

ilmu social), masalah yang akan diselidiki telah telah dipilih benar-benar nyata

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

15

agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalagh itu dari banyak mata

pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di

Teluk Chesapeake mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata

pelajaran seperti biologi, ekonomi, social, pariwisata dan pemerintahan.

c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengaharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencarai penyelesaian nyata

terhadap masalah nyata, metode penyelidikan yang digunakan bergantung

kepada masalah yang dipelajari.

d. Menghasilkan produk, pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa

untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan

yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat, laporan, model

fisik,video maupun produk komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang

akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan

kepada teman-temanya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan

menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau

dalam kelompok kecil . Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara

berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang

untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan

social dan keterampilan berpikir.

4. Sintak Model problem based learning (PBL)

Ibrahim dan Nur dalam (Rusman 2012:243) mengemukakan bahwa

pembelajarn berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang

berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya bagaimana belajar.

mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah sebagai

berikut:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

16

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan dan

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Membantu siswa menidentifikasi dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan

3 Membimbing pengalaman

individual/ kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan

penjelasandan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan, dan membantu mereka untuk

berbagi tugas denagn temannya

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang mereka gunakan

Menurut Ibrahim dalam (Trianto, 2010:97) di dalam kelas PBL, peran guru

berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru di dalam kelas PBL antara lain

sebagai berikut:

a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik,

yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

b. Memfasilitasi atau membimbing penyelidikan misalnya melakukan pegamatan

atau melakukan eksperimen.

c. Memfasilitasi dialog siswa

d. Mendukung belajar siswa.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

17

5. Manfaat Model problem based learning (PBL)

Pengajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis

masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan

berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual.

Menurut Sudjana dalam (Triantro 2010:96 ), manfaat khususnya yang

diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru

adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan

tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari

masalah yang ada disekitarnya.

Menurut Ibrahim dalam (Trianto, 2010 : 96) Pengajaran berbasis masalah

tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berfikir pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata dan simulasi dan menjadi pembelajaran yang otonom dan

mandiri.

Selain manfaat, model pengajaran berbasis masalah ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan model problem based learning (PBL) sebagai suatu model

pembelajaran adalah:

1) Realistik dengan kehidupan siswa

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Menanamkan sifat inquiry siswa

4) Retensi konsep menjadi kuat

5) Menanamkan kemampuan Problem Solving

Selain kelebihan tersebut problem based learning (PBL) juga memiliki

beberapa kekurangan :

1) Persiapan pembelajaran yang kompleks

2) Sulitnya mencari problem yang relevan

3) Sering terjadi miss-konsepsi

4) Memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan, sehingga

terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

18

6. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan karakter pembelajaran berbasis masalah, maka pembelajaran ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Menbantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

pemecahan masalah

b. Belajar menjadi peran orang dewasa yang autentik

c. Menajadi pembelajaran yang mandiri.

C. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.Menurut Horward Kingsley dalam (Sudjana

2011 : 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-

masing jenis hasil belajar dapat diiisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam

kurikulum.

Gagne dalam Sudjana (2011 : 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a)

informasi verbal (b) keterampilan intelektual (c) strategi kognitif (d) sikap (e)

keterampilan motoris.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi

(Sudjana, 2011 : 22).

Menurut Bloom dalam (Sudijono 2001 : 49), segala upaya yang

menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam

ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang

terendah sampai dengan jenjang paling tinggi. Keenam jenjang tersebut

adalah : (1) pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman

(comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5)

sintesis (syntesis) dan (6) penilaian (evaluation).

Pengetahuan (knowledge) adalah kemapuan seseorang untuk mengingat-

ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

19

gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses

berpikir paling rendah (Sudijono, 2001 : 50).

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu

dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang

kemampuan berpikir setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan

(Sudijono, 2001 : 50).

Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang

untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara, atau metode-

metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam

situasi yang baru dan kongkrit. Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan

proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman (Sudijono, 2001:

51).

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih

kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-

faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. Jenjang analisis adalah

setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi (Sudijono, 2001:51).

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan

kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma

menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang

sinstesis kedudukannya setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis

(Sudijono, 2001:51).

Penilaian / penghargaan / evaluasi (evaluation) adalah merupakan

jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi

Bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang

untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya

jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu

memilih suatu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau

kriteria yang ada.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

20

b. Ranah Afektif

Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatiannya apada pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai

guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Sudjana,

2011:30).

Ada beberapa jenis ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya

dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai ke tingkat yang kompleks

(Sudjana, 2011:30).

a. Reciving / attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan atau stimulum dari luar yang datang kepada siswa dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,

keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau

rangsangan dari luar.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan

reaksi, perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus, dari luar yang

datang kepada dirinya.

c. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya

kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk

dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan

nilai dan karakteristiknya.

c. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar ranah psikomor yang dikemukakan Simpson dalam

(Sudijono 2001 : 57) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomor ini

tampak dalam bentuk kerampilan (skill) dan kempuan bertindak individu.

Hasil belajar psikomor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dai hasil belajar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

21

kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak

dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni :

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;

c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekukatan, keharmonisan, dan

ketepatan;

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks;

Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik, kemampuan tersebut tidak

memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang, keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemapuan analitis-analitis fakta –konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi .

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan

menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

22

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemampuan saja. Artinya,

hasil pembelajaran yang dikatagorikan oleh para pakar pendidikan

sebagaimana diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan

komprehensif.

Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.

Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan

pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih

dahulu oleh guru.Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu,

penialian hasil dan proses belajar mengajar itu berkaitan satu dengan lainnya

karena hasil merupakan akibat dari proses (Ambarjaya 2008: 13).

Inti dari kegiatan kependidikan adalah belajar. Belajar adalah kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis jenjang, berhasil atau tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami

siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau

keluarganya sendiri (Muhibbin Syah, 2003:63).

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

seseoarang.Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari

prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan

berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan

atau prilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah

hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran

yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam

mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau

huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A,

B, C pada perguruan tinggi Hasil belajar merupakan tingkatan atau besarnya

perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu penguasaan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

23

pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan.Nasution menjelaskan bahwa hasil

belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan

saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga untuk membentuk

kecakapan, penghargaan dalam dii pribadi yang belajar. Hasil belajar yang

nampak pada perubahan-perubahan tingkah laku, yang secara teknis

dinyatakan dalam suatu pernyataan verbal melalui tujuan instruksional.

Keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar sehingga apabila

berbicara tentang hasil belajar, maka selalu berhubungan denan proses belajar

mengajar. Proses belajar bukan hanya mempengaruhi orang agar mengubah

cara bertindak dan bersikap, melainkan juga menciptakan dan menyediakan

suatu kondisi yang merangsang, memberi, pengarahan, dorongan dan

bimbingan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap serta

nilai, yang mengakibatkan terjadiperubahan tingkah laku sebagai pribadi

2. Jenis-jenis Hasil Belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar harus

diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, yang biasa berbentuk

pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang

menyertai tujuan belajar intruksional, bentuknya berupa, kemampuan berpikir

kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis dan menerima pendapat orang

lain. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik.

Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan

tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-

aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap dan

lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi

perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar tidak hanya diukur

dari aspek kognitif saja, melainkan juga harus memperhatikan aspek afektif

dan psikomotornya.

Penggolongan hasil belajar yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Hasil Belajar Kognitif

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

24

Hasil belajar kognitif berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi.

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, tampak pada siswa

dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan

hubungan sosial.

c. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu.

Hasil belajar menurut Anurahman adalah kemampuan yang diperoleh setelah

melalui kegiatan belajar (Anurahman, 2010:37). Sedangkan pengertian hasil

belajar menurut Gagne dalam Surya merupakan keluaran dari pemerosesan

informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas:

1. Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang

dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis

ataupun lisan.

2. Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi

dengan lingkungan dengan menggunakan symol-symbol. Kecakapan

intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan, konsep konkrit,

konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum.

3. Strategi kognitif adalah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian

dalam mengelola keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran,

strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir

agar terjadi aktivitas yang efektif.

4. Sikap adalah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk

memilih sebagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lai, sikap dapat

diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan memberi arah

kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan.

5. Kecakapan motorik adalah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan

yang dikontrol oleh otot dan fisik (Surya, 2004:42).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

25

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor baik

berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor yang

datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan

siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang

dikemukakan Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa ada juga facktor lain,

seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, factor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dalam siswa

merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah

perubahan tingkah laku individu yang diniatinya dan disadarinya.Siswa harus

merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran disekolah adalah

karakteristik sekolah adalah karakteristrik sekolah itu sendiri. Karakteristik

sekolah berkaitan erat dengan disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah,

letak geografis sekolah, estetika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman

dan kepuasan belajar, bersih, rapih dan teratur. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan

karakteristik sekolah (Sudjana, 2002: 39-43).

D. Konsep Pencemaran Lingkungan

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dari materi pencemaran lingkungan ini untuk

memahami definisi pencemaran lingkungan, perubahan lingkungan, serta limbah

dan pengolahannya. Demikian siswa dapat menyadari bahwa betapa pentingnya

menjaga lingkungan sekitar dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Ringkasan Materi

a. Pengertian Pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

26

berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan fungsinya.

b. Faktor faktor Penyebab Perubahan Lingkungan

1) Faktor Alam

Faktor yang dapat menimbulkan kerusakan antara lain gunung

meletus, gempa bumi,angin topan, kemarau panjang, banjir, dan kebakaran

hutan.

2) Faktor Manusia.

Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan

misalnya, membuang limbah (limbah rumah tangga, industri, pertanian, dsb)

secara sembarangan, menebang hutan sembarangan, dsb.

c. Macam-Macam Pencemaran lingkungan

Macam-Macam Pencemaran lingkungan Berdasarkan Tempat terjadinya :

1). Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur

berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum

serta menurunkan kualitas lingkungan.

Pencemaran Udara, disebabkan oleh :

- CO2 (Karbondioksida) yang berasal dari pabrik, mesin-mesin yang

menggunakan bahan bakar fosil ( batubara, minyak bumi ), juga dari

mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu.

- CO (Karbon Monoksida) - Proses pembakaran dimesin yang tidak

sempurna, akan menghasilkan gas CO.

- CFC (Khloro Fluoro Karbon) - Gas CFC digunakan untuk AC (Freon),

pendingin pada lemari es, dan hairspray. CFC akan menyebabkan

lubang ozon di atmosfer.

- SO dan SO2

- Asap Rokok

2). Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur

berbahaya ke dalam tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan lingkungan (tanah)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

27

Pencemaran Tanah, disebabkan oleh :

- Pencemaran kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni),

bahan radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.

- Pencemaran biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli,

Entamoeba coli, Salmonella thyposa.

- Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.

3). Pecemaran Air

Pencemaran Air adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur

berbahaya ke dalam Air yang dapat mengakibatkan perubahan warna,

maupun bau dan dapat mengurangi oksigen yang terkandung dalam air

sehingga air tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya

Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar

sebagai berikut:

- Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan

sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan

industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat

racun.

- Sampah

- Zat kimia yang berbahaya

d. Dampak Pencemaran Lingkungan

- Global warming dapat menyebabkan glester mencair sehingga permukaan

air laut naik dan banyak spesies flora dan juga fauna yang dapat berada di

ambang kepunahan

- Kualitas udara semakin memburuk sehingga dapat mempengaruhi

kesehatan, terutama orang akan cepat merasa letih.

- Lapisan ozon yang ada telah menipis diakibatkan oleh efek pendinginan

halocarbon. Tanpa lapisan ozon ozon, manusia akan lebih mudah terserang

beberapa penyakit termasuk penyakit kulit dan juga kanker kulit.

- Polusi udara tidak dapat dikontrol, adanya polusi udara tentu dapat

membuat infeksi saluran pernafasan sehingga dapat menyebabkan kanker

paru-paru.

- Terjadinya hujan asam yang dapat mengikis benda keras seperti batu

hingga logam yang berarti dapat merusak sebuah bangunan.

- Kesuburan tanah berkurang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

28

e. Usaha-usaha mencegah pencemaran lingkungan

a. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau

pemukiman penduduk.

b. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan

atau ekosistem.

c. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain

yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

d. Memperluas gerakan penghijauan.

e. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

f. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup

sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.

g. Membuang sampah pada tempatnya.

h. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

3. Kesesuaian Konsep Pencemaran Lingkungan dengan Model Pembelajaran

problem based learning

Pada model pembelajaran problem based learning, pembelajarannya

menuntut siswa untuk terlibat secara penuh dalam setiap kegiatannya, dalam hal ini

guru berperan sebgai fasilitator yang memberikan bimbingan, motivasi dan

mengarahkan siswa agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.

Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya mendengarkan, akan

tetapi terlibat aktif dan bisa berargumen dalam proses pembelajaran dan dapat

memecahkan permasalahan yang ada dilingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, model pembelajaran problem based learning bisa

diterapakan pada konsep pencemaran lingkungan, karena proses pembelajaran tidak

selalu dilaksanakan di dalam kelas, tetapi siswa dapat mengamati secara langsung

di lingkungan sekitar.

Pada konsep pencemaran lingkungan banyak sekali permasalah-masalah

yang harus dipecahkan, sehingga penerapan model problem based learning (PBL)

sangat cocok dengan konsep pencemaran lingkungan, karena didalam model

problem based learning (PBL) menuntut siswa untuk menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sehingga siswa mampu memecahkan

masalah yang ada dilingkungan sekitarnya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

29

4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa pembelajaran berbasis masalah sangat

relevan dan cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, yang dihadapkan oleh kasus-kasus atau masalah

yang diberikan oleh guru untuk bisa mencari dan menemukan jawabannya sendiri.

Hasil penelitian ini dicantumkan untuk menginformasikan bahwa, pengaruh

model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa, pada proses

pembelajaran model ini tidak hanya semerta-merta menuntut siswa untuk bisa

mengemangkan kemampuan berpikir kritis saja melainkan komunikasi, membangun

rasa percaya diri dan mampu merangkai kata-kata yang sistematis semuanya

membutuhkan proses pembelajaran.

Berikut ini penelitian yang sudah memberikan hasil dan kontribusi nyata pada

proses pembelajaran dan peneraparan model pemelajaran berbasis masalah, yaitu:

Penelitian terdahulu terkait penerapan model problem based learning (PBL),

adalah penelitian yang dilakukan oleh Hery Prasetyo(2011). “Penerapan Model

problem based learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di Kelas IX H SMP

Negeri 2 Majenang”). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah peserta didik meningkat setelah menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Anggyta Putri Ratna

(2010).”Penerapan Model Pembelajaran problem based learning (PBL) Sebagai Upaya

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Statistik Pada Siswa Kelas X Pada teknik Kontruksi

Kayu pada SMA Negri 2 Surakarta”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat darai hasil hasil belajar siswa yang

mengalami peningkatan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas control.

Pada penelitian yang relevan selanjutnya, guru dalam menerapkan langkah-

langkah model pembelajaran berbasis masalah” pada siklus II yaitu sebesar 90,91%.

Hal ini dapat terlihat adanya peningkatan prosentase sebesar 7,58%. Sedangkan dari

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Putra Lelana, Jurusan Kependidikan Biologi,

Universitas Muhamadiah Malang (2010). Penerapan model pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kelas X

SMA Laboratorium Malang. Hasil penelitian menunjukkan persentase ketercapaian

guru dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah pada

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

30

siklus I sebesar 83,33%, sedangkan ketercapaian observasi kegiatan pada siklus I

dalam ketercapaian dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis

masalah sebesar 75%, dan pada siklus II ketercapaian dalam menerapkan langkah-

langkah model pembelajaran berbasis masalah sebesar 87,5%. Tampak bahwa

ketercapaian dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran berbasis

masalah mengalami peningkatan sebesar 12,05%. Pada data keterampilan berpikir

kritis pada siklus I prosentasenya sebesar 46,05%, sedangkan pada siklus II sebesar

73,09%. Dapat dilihat bahwa keterampilan berpikir kritis meningkat sebesar 27,04%

dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar berdasarkan lembar penilaian hasil belajar siklus

I sebesar 76,58% dan siklus II sebesar 79,21%. Hal ini mengalami peningkatan hasil

belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 2,63%. Berdasarkan hasil penelitian secara

keseluruhan, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran melalui metode

Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

sebesar 27,04 %, dan hasil belajar sebesar 2,63%, dalam proses belajar mengajar

menjadi lebih tertarik karena guru memberikan variasi-variasi dalam proses belajar

mengajar sehingga tidak lagi merasa bosan. Selain itu, dalam proses pembelajaran

lebih berperan aktif dalam menanggapi permsalahan-permasalahan yang diberikan oleh

guru. Kelebihan dalam penelitian iniadalah lebih terlatih untuk ekerja sama dalam

kelompok, guru lebih menggunakan masalah-masalah yang actual,sehingga menjadi

tertarik,guru lebih mengaktifkan dengan di berikan masalah- masalah,sehingga menjadi

siap belajar. Kekurangan dalam penelitian ini adalah waktu yang dibutuhkan dalam

menggunakan model ini minimal 2 jam pelajaran. Guru harus bisa merespon jika sudah

merasa bosan.

Penelitian terdahulu slanjutnya tentang model pembelajaran problem based

learning (PBL) yang bedasarkan hasil penelitian oleh Ruqiah Ganda P.(2009).

“Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstul Melalaui Model problem based

learning (PBL)Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia

Di Kelas VIII SMP Nergi 3 Sukadana”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat darai hasil belajar siswa yang mengalami

peningkatan.

Penelitian terdahulu terkait penerapan model Problem Based Learning (PBL),

adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arif.(2010). “Penerapan Model

Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X

MAN Semarang 1 Pada Mata Pelajaran Fisika Materi Pokok Bahasan Hukum

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan

31

NEWTON Tentang Gerak”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa meningkatnya

hasil belajar siswa dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar

siswa.

Penelitian terdahulu mengenai penerapan model Problem Based Learning (PBL),

adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Iksan (2010). ”Pengaruh Model Problem

Based Instruction (PBI) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Protista Di Kelas

X SMA Negri 6 Tangerang Selatan”.Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh positif terhadap hasil

belajar siswa.

Penelitian yang selanjutnya yang dilakukan oleh L.A. Kharida, Jurusan Fisika

FMIPA, Universitas Negeri Semarang (2009). penerapan model pembelajaran berbasis

masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elasitas bahan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi peningkatan aktivitas belajar dan

hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah di SMA

Islam Sultan Agung 1 Semarang pada materi Elastisitas Bahan. Penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data hasil belajar

kognitif dengan memerikan tes tiap akhir siklus. Teknik observasi untuk mendapatkan

data aktivitas siswa dan aktivitas guru. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

belajar siswa. Peningkatan rata-rata belajar kognitif sebesar 0.26% atau 26%.

Peningkatan rata-rata belajar siswa sebesar 0.33% atau 33%. Perbedaan penelitian yang

penulis lakukan adalah (1) waktu dan tempat penelitian (2) mata pelajaran yang diteliti

(3) metode yang digunakan dalam penelitian (4) prosedur penelitian, perbedaan

penelitian memiliki empat indikator sedangkan persamaan dalam penelitian terdahulu

adalah memahas tentang peran guru dalam keberhasilan proses pemelajaran. Untuk

menghindari plagiat maka penulis langsung mengadakan penelitian ke lapangan.

Peneitain terdahulu mengenai penerapan model Problem Based Instruction (PBI),

adalah penelitian yang dilakukan oleh Ariffudin (2012). ” Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Instruction (PBL) Berbasis Produk pada Sub. Pokok

Pengelolaan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Di MTs. Istiqomah Panguragan

Kabupaten Cirebon”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan, adanya perbedaan

hasil belajar siswa antra kelas eksperimen dan kelas control. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kearah yang lebih baik.