Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian-penelitian
sebelumnya, baik dari perpustakan atau website penulis menemukan kajian
tentang atau penelitian tentang :
No Nama
Peneliti
Judul dan Tahun
Penelitian
Rumusan
Masalah
Kesimpulan
1 Agung
Yudianto
Perlindungan
Hukum
Terhadap Buruh
Wanita di CV.
Agung Jaya
diPekalongan,
2013
Adakah
perlakuan
khusus bagi
buruh wanita
yang
diberikan
oleh CV
Agung Jaya
Pelakongan ?
Bentuk perlakuan
khusus yang
diberikan oleh CV
Agung Jaya dalam
Perlindungan
terhadap pekerja
wanita yang dalam
masa haid adalah
tidak adanya
kewajiban bekerja
pada hari pertama
dan kedua pada
waktu haid dengan
upah penuh tetapi
tidak mendapatkan
uang makan.
2 Sulistyani
ngsih
Perlindungan
Terhadap Buruh
Perempuan di
CV Trias
Adhicitra
Sukoharjo, 2009
Apakah
pelaksana
hak-hak
buruh
perempuan di
CV Trias
Adhicitra
sudah sesuai
dengan
kentuan
dalam
Peraturan
Perundang-
undangan
Ketenagakerj
aan ?
Pelaksana hak-hak
buruh di CV Trias
Adhicitra bahwa CV
Trias Adhicitra telah
memberikan hak
buruh perempuan
yang bekerja malam
hari dan tidak
melakukan
diskriminasi
terhadap buruh
perempuan.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
10
3 Sufi Nur
Abidah
Perlindungan
Hukum
Terhadap
Pekerja Harian
Lepas Pada
Plasma Industri
Rambut di UD.
Rafi Ridho di
Purbalingga,
2017
Hasil
penelitian
dari judul
tersebut
adalah bahwa
Industri
tersebut
kurang
memberikan
hak-hak
kesehatan
terhadap
buruh
wanitanya.
Pekerja harian lepas
kurang mendapatkan
hak jaminan
kesehatan.
Dari penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan dan perbedaan
yang dapat dipertanggung jawabkan dengan penelitian ini. Kedua penelitian
terdahulu tersebut secara umum memiliki kesamaan membahas tentang
Perlindungan Hukum dan hak-hak terhadap buruh perempuan. Adapun
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu tesebut adalah
pada perlindungan hukum dan hak-hak pada buruh perempuan.
B. Landasan Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau
korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari
perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk,
seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
11
bantuan hukum. 2 Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek
hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun tertulis.dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perlindungan hokum sebagai suatu gambaran
tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa
hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian kemanfaatan
dan kedamaian.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak
asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-
hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan
hokum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat
penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.3
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki
oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan dari kesewenangan.4
Perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu
dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang
2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia, 1984,
hlm 133 3 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cet 5, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hlm 74
4 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya, Pt Bina
Ilmu, 1987, hlm 1-2
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
12
menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.5
The Article presents a series of brief recommendations. It
encourages legislatures to clarify and expand legal protections for
crowdsourced employees, and suggests ways for courts and
administrative agencies to pursue the same objective within our existing
legal framework.6
Sebenarnya perlindungan hukum secara umum dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Perlindungan Hukum Pasif
Berupa tindakan-tindakan dari luar (selain buruh/pekerja) yang
memberikan pengakuan dan jaminan dalam bentuk pengaturan dan
kebijakasanaan berkaitan dengan hak pekerja perempuan.
b. Perlindungan Hukum Aktif
Berupa tindakan dari pekerja perempuan yang berkaitan dengan
upaya pemenuhan hak-haknya.
Berdasarkan pemberian perlindungan hukum bagi pekerja menurut
Imam Soepomo meliputi lima bidang hukum perburuhan yaitu :
a. Bidang penempatan tenaga kerja
5 Muchsin, Perlindungan Hukum Bagi Investor di Indonesia, Surakarta, Universitas
Sebelas Maret, 2003, hlm 14
6 Alex Felstiner. 2011. Working The Crowd : Employment and Labor Law In The Crowd
Sourcing Industry. Vol 32, Nomor 1.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
13
Perlindungan hukum yang dibutuhkan oleh pekerja sebelum ia
menjalani hubungan kerja. Masa ini sering disebut dengan masa pra
penempatan atau pengarahan.
b. Bidang hubungan kerja
Masa yang dibutuhkan oleh pekerja sejak ia mengadakan
hubungan kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja itu di dahului
oleh perjanjia kerja. Perjanjian kerja dapat dilakukan dalam batas
waktu tertentu atau tanpa batas waktu yang disebut dengan pekerja
tetap.
c. Bidang kesehatan kerja.
Selama menjalin hubungan kerja yanag merupakan hubungan
hukum, pekerja harus mendapat jaminan atas kesehatan tubuhnya
dalam jangka waktu yang relatife lama.
d. Bidang keamaan kerja
Adanya perlindungan hukum bagi pekerja atas alat-alat kerja
yang dipergunakan oleh pekerja. Dalam waktu relative singkat atau
lama akan aman da nada jaminan keselamatan bagi pekerja. Dalam
hal ini Negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan
alat keamanan kerja bagi pekerja.
e. Bidang jaminan social buruh
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
14
Telah diundangkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.7
1) Bentuk Perlindungan Hukum
Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu
hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
7 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Universitas
Muhammadiyah Surabaya, 2007, hlm. 11
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
15
a) Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan
tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal
ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan
maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan
rambu-rambu atau batasan dalam melakukan suatu kewajiban.
b) Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan
akhir berupa sanksi seperti denda, penjara dan hukuman yang
diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan
suatu pelanggaran.
2) Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemrintah
bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan
pemerintah. Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi
manusia menekankan eksistensi hak dan kebebasan yang melekat
pada kodrat manusia dan statusnya sebagai individu, hak tersebut
berada di atas negara dan di atas semua organisasi politik dan
bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena
konsep ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
16
Barat tentang hak-hak asasi manusia adalah konsep individualistik
dari konsep Barat.
Dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di
Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan
falsafah Negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di
Barat bersumber pada konsep-konsep Rechstaat dan “Rule of the
law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka
berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan
hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan
terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada
Pancasila. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak
pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep
tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan
kewajiban masyarakat dan pemerintah.
2. Teori Keadilan dan Teori Kesejahteraan Terkait Perlindungan
Pekerja
a. Teori Keadilan
Secara Umum, istilah keadilan (Iustitia) berasal dari kata “adil”
yang berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
17
yang benar, sepatutnya, tidak sewenang-wenang.8 Dari beberapa
definisi dapat disimpulkan bahwa pengertian keadilan adalah semua
hal yang berkenan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar
manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan
sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Teori keadilan menurut Gustav Radbruch (1878-1949) dapat
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu:
1) Keadilan dalam arti sempit.
Keadilan ini berarti kesamaan hak untuk semua orang di
depan pengadilan.
2) Tujuan keadilan atau finalitas.
Aspek ini menentukan hukum, sebab isi hukum memang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Kepastian hukum atau legalitas.
Aspek ini menjamin bahwa hukum dapat berfungsi sebagai
peraturan yang harus ditaati.9
Menurut Aristoteles, keadilan merupakan niali kebijakan
yang tertinggi. Sementara bagi Plato keadilan merupakan „justice
is teh suprime virtue which harmonize all other virtues”. Ini
berarti bahwa keadilan sebagai suatu kebijakan individual
(individual virtue). Karena itu dalam Institute of Justiniam,
8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2001, hlm. 517 9 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintas Sejarah,( Yogyakarta : Kanasius, 1982),
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
18
keadilan merupakan tujuan yang kontinyu dan konstan untuk
memberikan kepada setiap orang haknya.10
John Rawls (1921-2002) adalah seorang pemikir yang
memiliki pengaruh sangat beasar dibidang filsafat politik dan
filsafat moral. Melalui gagasan-gagasan yang dituangkan di dalam
a theory of justice (1971). A theory of justice adalah sebuah karya
filsafat politik dan filsafat moral.
Dalam kondisi awal (posisi asli) sebagaiman dijelaskan
diatas, Rawls percaya bahwa semua pihak akan lebih suka
memilih prinsip keadilan yang ditawarkan daripada prinsip
manfaat (utilitarianisme). Semua nilai-nilai sosial, kebebasan,
kesempatan, pendapatan, dan kekayaan dan basis harga diri harus
didistribusikan secara sama. Suatu distribusi yang tidak sama atas
nilai-nilai sosial tersebut hanya diperbolehkan apabila hal itu
memang menguntungkan orang-orang yang paling tidak
beruntung.11
Bertolak belakang dari prinsip umum diatas, Rawls
merumuskan kedua pihak prinsip keadilan sebagai berikut:
a) Setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan
dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi
semua orang.
10 Pound Roscoe, Justice According to Law, (London : Yale University Press, 1952), hlm 3 11 Rawls John, A Theory of Justice, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm 62
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
19
b) Ketidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa
sehingga:
1. Diharapkan memberi keuntungan bagi orang-orang yang
paling tidak beruntung
2. Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang. 12
b. Teori Kesejahteraan
Teori Negara Kesejahteraan menurut Watts, Dalton dan Smith
bahwa ide dasar Negara Kesejahteraan sebenernya sudah ada sejak
abad ke-18, ketika Jeremy Bentham (1748-1832) memandang bahwa
pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin the greatest
happiness (welfare) of the greatest sumber of their citizen. Artinya,
pemerintah berkewajiban membuat bahagia sebanyak mungkin
warganya.13
Edi Suharto mengatakan, konsep negara kesejahteraan adalah
dalam rangka memberikan peran lebih besar kepada negara dalam
penyelenggaraan sistem jaminan sosial (social security) secara
terencana. Setidaknya ada 4 (empat) pengertian mengenai konsep
kesejahteraan yang dikemukakan, yaitu sebagai kondisi sejahtera,
pelayanan sosial, tunjangan sosial, dan sebagai proses atau usaha
terencana, dimana hal ini dilaksanakan oleh perorangan, lembaga-
lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah dalam
12 Rawls John, A Theory of Justice, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm 60 13
Bessant Judith, Talking Policy : how social policy in made crows nest, 2006, hlm 11
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
20
meningkatkan kualitas kehidupan (sebagai pengertian pertama)
melalui pemberian pelayanan sosial dan keadilan sosial.
3. Aspek Hukum Perusahaan
a. Pengertian Perusahaan dan Perseroan Terbatas
Menurut pemerintah Belanda ketika membacakan Memorie van
Toelichting (Penjelasan) Rencana Undang-Undang Wetboek van
Koophandel dimuka parlemen menyebutkan, bahwa perusahaan
adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus,
dengan terang-terangan dalam kedudukan tertentu, dan untuk mencari
laba bagi dirinya sendiri. Menurut Molengraaf dalam Ratna
Kartikawati, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan
penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.14
Menurut rumusan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Wajib Daftar
Perusahaan menyebutkan bahwa, perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan dirikan, berkerja serta
berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan laba. Pasal 1 Butir 2 UU No. 8 Tahun
1997 tentang Dokumen Perusahaan mendefinisikan perusahaan
sebagai setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau
14
Ratna Kartikawati, Hukum Dagang, (Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2004)
hlm 12
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
21
laba baik yang diselenggarakan oleh orang perseorangan maupun
badan usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu dapat
dikatakan sebagai perusahaan jika memenuhi unsur-unsur di bawah
ini:
1) Bentuk usaha, baik yang dijalankan secara orang perseorangan
maupun badan usaha,
2) Melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus,
3) Tujuannya adalah mencari keuntungan atau laba.
Definisi Peseroan Terbatas yang selanjutnya disingkat PT
menurut UU No.40 Tahun 2007 Pasal 1 Butir 1 adalah badan hukum
yang merupakan persekutusn modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya. Dari definisi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur PT adalah:
1) PT adalah badan hukum,
2) Didirikan berdasarkan perjanjian,
3) Melakukan kegiatan usaha,
4) Modalnya terdiri atas saham-saham,
5) Tidak bertentangan dengan undang-undang.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
22
Pengaturan pendirian PT di dalam UUPT diatur dalam Pasal 7
sampai Pasal 23. Sebagai konsekuensi dari dianutnya pengertian PT
adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Pasal 7
ayat (1) UUPT mensyaratkan bahwa PT harus didirikan oleh dua
orang atau lebih. Orang disini adalah dalam arti pribadi (perseroan)
dan badan hukum. Dengan demikian PT dapat didirikan orang pribadi
dan badan hukum.
Sebagai persekutuan modal, kekayaan PT terdiri dari modal
yang seluruhnya terbagi dalam bentuk saham. Para pendiri PT
berkewajiban untuk mengambil bagian modal itu dalam bentuk saham
dan mereka mendapat bukti surat saham sebagai bentuk penyertaan
modal.
b. Hak dan Kewajiban Perusahaan
Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja, dan
perjanjian kerja merupakan peristiwa hukum, sehingga konsekuensi
suatu hubungan kerja menimbulkan akibat hukum berupa hak dan
kewajiban bagi para pihak, yakni bagi pihak, yakni bagi pihak
pengusaha dan pihak pekerja/buruh. Hak adalah suatu peranan yang
boleh atau tidak boleh dilakukan oleh subjek hukum. Karenanya jika
hak dilanggar, tidak berakibat sanksi apapun bagi pelakunya.15
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap
orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam
15 Khakim Abdul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : PT Citra
Aditya Bakti, 2003) hlm 46
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
23
Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang suatu hal
yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan
sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu, derajat atau martabat.
Adapun kewajiban-kewajiban pokok pengusaha selain
membayar upah adalah juga mengatur tempat kerja dan alat kerja,
memberi hari istirahat dan hari libur resmi, memberi surat keterangan,
serta bertindak sebagai pengusaha yang baik. 16
c. Tanggungjawab Perusahaan
Tanggungjawab menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung
jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan
menanggung akibatnya. Tanggungjawab adalah kesadaran manusia
akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang
tidak di sengaja. Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggungjawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian hidup manusia, bahwa setiap manusia dibebani dengan
tanggungjawab. Apabila dikaji, tanggungjawab itu adalah kewajiban
yang harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.
16
FX. Djumiaidji, Perjanjian Kerja, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm 26
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
24
Tanggungjawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia merasa
bertanggungjawab karena ia menyadari pula bahwa pihak lain
memerlukan pengadilan atau pengorbanan.
Menurut A. Ridwan Halim dalam menggunakan haknya setiap
warga negara harus memperhatikan beberapa aspek, sebagai berikut:
1) Aspek kekuatan, yaitu kekuasan atau wewenang untuk
melaksanakan hal tersebut. Setiap hak walaupun betapa besarnya
dan betapapun mutlaknya, namun pemegangnya tidak mempunyai
kekuatan atau kekuasaan/wewenang untuk menggunakannya
maka tentu saja hal tersebut tidak ada gunanya sama sekali.
2) Aspek perlindungan hukun (proteksi hukum) yang melegalisir
atau mengesahkan aspek kekuatan atau wewenang yang memberi
kekuatan bagi pemegang hak mutlak untuk menggunakan haknya
tersebut.
3) Aspek pembatasan hukum (restriksi hukum) yang membatasi dan
menjaga jangan sampai terjadi penggunanaan hak oleh suatu
pihak yang melampaui batas (kelayakan dan kepantasan) sehingga
menimbulkan akibat kerugian bagi pihak lain.
Dalam melaksanakan kewajiban maka aspek-aspek yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Aspek kemungkinan dalam arti kelogisan bahwa pihak yang
berkewajiban itu sungguh mungkin dan mampu untuk dapat
mengemban kewajibannya dengan sebagaimana mestinya.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
25
b) Aspek perlindungan hukum yang melegalisir atau menaskahkan
kedudukan pihak yang telah melaksanakan kewajibannya sebagai
orang atau pihak yang harus dilindungi dari adanya tuntutan atau
gugatan terhadapnya, apabila ia telah melaksanakan kewajibannya
dengan baik.
c) Aspek pembatasan hukum, yang membatasi dan menjaga agar
pelaksanaan kewajiban oleh setiap pihak yang bersangkutan
jangan sampai kurang dari batas minimalnya sehingga
menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
d) Aspek pengecualian hukum yang merupakan suatu aspek yang
memuat pertimbangan “jiwa hukum” dalam menghadapi
pelaksanaan kewajiban seseorang atau suatu pihak yang tidak
memadai.
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan
perusahaan sering didistribusikan kepada sejumlah pihak yang
berkerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas tindakan
atau kelalaian orang-orang berbeda yang berkerja sama sehingga
tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan
perusahaan. Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang
melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan perusahaan,
masing-masing secara moral bertanggungjawab.
Suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
tidaklah lepas dari suatu kewajiban berupa tanggungjawab kepada
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
26
karyawan maupun mitra kerja. Hal tersebut dapat dituangkan dalam
suatu perjanjian kerja maupun yang sudah diamanatkan undang-
undang. Tujuan adanya suatu tanggungjawab bagi perusahaan tidak
lain adalah untuk memberikan suatu keamanan dan ketentraman bagi
pekerja serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif.
Bukan hanya bagi pekerja saja, hal tersebut juga berlaku untuk
konsumen dan lingkungan sekitar.
4. Aspek Hukum Ketenagakerjaan
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia
kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat17
. Secara garis besar
penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja
jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja
yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut
sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para
tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang
menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas
17
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab I Pasal 1 ayat 2
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
27
7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.
Didalam UU Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja.
Dalam hubungan ini maka pembinaan tenaga kerja merupakan
peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan
pekerjaan. Tenaga kerja adalah (man power) adalah produk yang
sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari pekerjaan, serta yang
sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah, ibu rumah
tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja18
:
1) Angkatan kerja terdiri atas golongan yang berkerja dan golongan
penganggur atau sedang mencari kerja.
2) Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang
bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan
lain-lain atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti
pension, dan lain-lain.
Disamping itu menurut Andi Hamzah, tenaga kerja meliputi
tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja
dengan alat produksi utamanya dalam proser produksi tenaga kerja itu
sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Tenaga kerja juga
merupakan penduduk yang berusia 15 tahun keatas untuk negara-
18
Hamzah Andi, 1990, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Indonesia :
PT. Rineka Cipta)
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
28
negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di negara-negara
maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga
64 tahun.
Hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum
masa kerja, misalnya adalah kesempatan kerja, perencanaan tenaga
kerja dan penempatan tenaga kerja, sedangkan hal sesudah masa kerja,
misalnya adalah masalah pensiun. Pengertian tenaga kerja lebih luas
dari pengertian pekerja/buruh karena pengertian tenaga kerja
mencakup pekerja/buruh, yaitu tenaga kerja yang sedang terikat dalam
suatu hubungan kerja dan tenaga kerja yang belum bekerja.
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat”, sedangkan pengertian pekerja/buruh menurut Pasal 3
Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain”.
Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan
Pokok Ketenagakerjaan yang merupakan undang-undang tentang
tenaga kerja sebelum diubah menjadi Undang-Undang Nomor. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang memberikan pengertian
tenaga kerja ” setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
29
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
Dari pengertian di atas terdapat perbedaan dalam Undang-
undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
memuat kata” baik di dalam maupun di luar hubungan kerja” dan
adanya penambahan kata sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan
sendiri dan masyarakat. Pengurangan kata tersebut akan dapat
mengacaukan makna tenaga kerja itu sendiri seakan-akan ada yang di
dalam dan ada pula di luar hubungan kerja serta tidak sesuai dengan
konsep tenaga kerja dalam pengertian umum. Penambahan kata
sendiri pada kalimat memenuhi kebutuhan sendiri dan masyarakat
karena barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak hanya
untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri, sehinga
menghilangkan kesan bahwa selama ini tenaga kerja hanya bekerja
untuk orang lain dan melupakan dirinya sendiri.
Berbagai teori dan konsep tenaga kerja itu sendiri yang ditemui
di dalam literatur secara umum adalah semua orang atau penduduk
usia kerja yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan,
sebagaimana yang disampaikan oleh Darza, bahwa tenaga kerja adalah
bagian dari penduduk usia kerja secara fisik dan mental mampu
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
30
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat (secara umum usia 15 tahun atau lebih).19
b. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Dalam melakukan pekerjanaanya, tenaga kerja juga mempunyai
hak sama halnya dengan perusahaan. Hak tersebut harus dihormati
oleh suatu perusahaan agar tercipta hubungan kerja yang kondusif.
Hak tenaga kerja biasanya berhubungan dengan kewajiban suatu
perusahaan untuk memenuhinya, diantaranya :
1) Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskiriminasi,
2) Mendapatkan perlindungan yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan, kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja,
3) Mendapatkan gaji sesuai kinerja dan perjanjian yang tertera dalam
kontrak perjanjian kerja.
4) Mendapat penjelasan tentang jam kerja serta hari libur dan cuti,
5) Mendapatkan perlindungan hukum tentang adanya suatu
pelanggaran hukum,
6) Mendapatkan pelatihan kerja sesuai dengan bidang kerja yang akan
dikerjakan.
Sedangkan kewajiban tenaga kerja merupakan hak yang
diterima perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal
tersebut harus dipenuhi oleh tenaga kerja agar tercipta suatu
19
Darza. Z. A, Kamus Istilah Bidang Ketenagakerjaan, ( Jakarta : Delina Baru, 1995),
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
31
keseimbangan antara perusahaan dan tenaga kerja. Kewajiban tersebut
diantaranya :
1) Menjalankan pekerjaan secara professional dan sesuai dengan apa
yang telah diperjanjikan,
2) Menaati seluruh peraturan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan,
3) Menjaga hubungan baik antara sesame karyawan maupun kepada
atasan,
4) Tidak melakukan perbuatan melawan hokum,
5) Menjaga nama baik perusahaan dan tidak membocorkan rahasia
perusahaan,
6) Menjaga kelestarian lingkungkan PT Bintang Mas Triyasa.
c. Hubungan Kerja
Menurut Aloysius Uwiyono Aloysius Uwiyono memandang
hubungan kerja dalam konteks hukum Indonesia adalah bahwa
hubungan kerja berkaitan dengan hubungan kontraktual yang dibuat
antara pekerja dengan pengusaha. Oleh karenanya hubungan kerja
didasarkan pada perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama dan
peraturan perusahaan. Hubungan hukum yang berdasarkan pada
hubungan kontraktual sebenarnya telah dianut di Indonesia sejak
berlakunya Burgelijk Wetboek (BW). Berdasarkan prinsip kebebasan
berkontrak dalam hukum perdata/hukum privat, dinyatakan bahwa
siapapun yang memenuhi syarat berhak melakukan perjanjian dengan
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
32
pihak lain dan perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya.
Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara pekerja
dan pengusaha terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan
pengusaha di mana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk
menerima upah dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk
mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Di dalam Pasal 50
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa
hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dengan pekerja.
d. Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1 ayat 14
UUK). Perjanjian kerja dapat diubah secara lisan (Pasal 51 ayat (1)
UUK).
Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu pada syarat sahnya
perjanjian (perdata) pada umumnya, yakni :
1) Adanya kesepakatan antara pihak (tidak ada dwang-paksaan,
dwang-penyesatan/kekhilafan atau bedrog-penipuan).
2) Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau
kecakapan untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum (cakap
usia dan tidak dibawah perwalian/pengampuan).
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
33
3) Ada (obyek) pekerjaan yang diperjanjikan.
4) (Causa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku pada (Pasal 52 ayat (1) UUK).
Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak-pihak tidak
memenuhi 2 syarat awal sahnya (perjanjian kerja) sebagaimana
tersebut yakni tidak ada kesepakatan kepada pihak yang tidak cukup
untuk bertindak, maka perjanjian kerja dapat dibatalkan. Sebaliknya
apabila perjanjian kerja dibuat tidak memenuhi 2 syarat terakhir
sahnya (perjanjian kerja) yakni obyek (pekerjannya) tidak] jelas dan
causanya tidak memenuhi ketentuan, maka perjanjiannya batal demi
hukum.
Sebagai perbandingan, dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata), Burgerlijke Wetbook), pengertian perjanjian
kerja (arbeidsovereenkomst) terdapat dalam Pasal 1601 a yaitu suatu
perjanjian dimana pihak yang satu-buruh, mengikatkan diri untuk
berkerja pada pihak yang lain-majikan, selama waktu tertentu dengan
menerima upah. Pengertian tersebut terkesan hanya sepihak saja, yaitu
hanya buruh yang mengikatkan diri untuk berkerja pada majikan
(pengusaha). Oleh karenanya, Para pakar ketenagakerjaan berpendapat
bahwa perjanjian kerja seharusnya adalah suatu perjanjian dimana
pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri untuk berkerja pada pihak
lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah dan
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
34
pihak lain (majikan) selama waktu tertentu dengan menerima upah
dan pihak lain (majikan) mengikatkan diri untuk memperkerjakan
pihak yang satu (buruh) dengan membayar upah.
Sementara pendapat lain memberikan pengertian, perjanjian kerja
adalah suatu perjanjian antara seorang majikan yang ditandai dengan
ciri-ciri adanya upah atau gaji tertentu, adanya suatu hubungan ats
bawah (dietsverhouding) yakni suatu hubungan atas dasar pihak yang
satu, majikan berhak memberikan perintah yang harus ditaati oleh
pihak lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian
kerja, setidak-tidaknya mengandung 4 unsur, yakni pekerjaan, ada
upah, ada perintah, serta ada waktu tertentu.
e. Asas dan Tujuan Pekerja
Adapun asas dan tujuan pekerja menurut UU No. 21 Tahun 2000
tentang Serikat pekerja/ Serikat Buruh, yakni :
Pasal 2 ayat 1 dan 2
1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh menerima Pancasila sebagai dasar negara
dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai asas yang tidak bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
35
Sedangkan Tujuan Pekerja menurut UU No. 21 Tahun 2000, yakni :
Pasal 4 ayat 1 dan 2
1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan,
pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan
kesejahteraan yang layak bagi pekerja/ buruh dan keluarganya.
2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi:
a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial.
b. Sebagai wakil pekerja/buruuh dalam lembaga kerja sama di
bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya.
c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak
dan kepentingan anggotanya.
e. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab
pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan
kepemilikan saham di perusahaan.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
36
5. Perlindungan Hukum Pekerja Perempuan Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
a. Pengertian Pekerja Perempuan
Pengertian buruh di sini adalah mengerjakan pekerjaan untuk
majikan dalam suatu hubungan kerja Dengan menerima upah dan
pekerjaan itu guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat umum.
Hak-hak pekerja wanita yang perlu mendapat perlindungan
sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, antara lain: pesangon yang diatur dalam Pasal
156 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
UMPK (Pasal 156 Ayat (3), uang pengganti perumahan dan
pengobatan (Pasal 156 Ayat (4) dan uang pengganti cuti tahunan
atau hamil yang bersangkutan saat penghentian hubungan kerja, serta
uang gaji yang dihitung sejak diberhentikan, merupakan hak
yang jarang diterima pekerja wanita.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan istilah
pekerja digandengkan dengan istilah buruh sehingga menjadi istilah
pekerja/buruh. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 3 bahwa pekerja/buruh adalah
”Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain”. Menyadari pentingnya pekerja/buruh bagi
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
37
perusahaan, maka perlu adanya keselamatan dalam menjalankan
pekerjaan.
We review changes in family formation and labor force
participation that have dramatically altered the activity patterns of
U.S. adults. We then discuss the time use patterns of American
parents, focusing on those in the peak childbearing and career years
(ages 25–54). As women have markedly increased their time in paid
work, they have curtailed their time in housework. Surprisingly, those
who become mothers have not cut back their time with children, on
average, but they may be “multitasking” when doing child care and
this may add to their increased sense of time pressure.20
Demikian pula ketenangan dan kesehatan pekerja/buruh agar
apa yang dihadapinya dalam pekerjaan dapat diperhatikan
semaksimal mungkin sehingga kewaspadaan dalam menjalankan
pekerjaan itu tetap terjamin. Hal-hal tersebut merupakan bentuk dari
perlindungan kerja.
1) Pendoman Hukum Bagi Pekerja Perempuan
Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap pekerja wanita
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan khususnya Pasal 76, 81, 82, 83, 84, Pasal 93,
Kepmenaker No. 224 tahun 2003 serta Peraturan Perusahaan atau
perjanjian kerja bersama perusahaan yang meliputi:
20 Bianchi, Suzanne, and Marybeth Mattingly. 2003. “Time, Work, and family in the
United States.” In Changing Life Patterns In Westrn Industrial Societies. Vol. 8 Advances In Life Course Research. Etided by Janet Z. Giele and Elke Holst. London : Elsevier. Science.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
38
a. Perlindungan Jam Kerja
Perlindungan dalam hal kerja malam bagi pekerja wanita
(pukul 23.00 sampai pukul 07.00). Hal ini diatur pada Pasal 76
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Tetapi dalam hal ini ada pengecualiannya yaitu pengusaha
yang memperkerjakan perempuan pada jam tersebut wajib :
1) Memberikan makanan dan minuman bergizi
2) Menjaga kesusilaan dan keamanaan selama di tempat kerja
3) Menyediakan antar jemput bagi pekerja perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00-05.00.
Tetapi pengecualian ini tidak berlaku bagi pekerja
perempuan yang berumur dibawah 18 tahun ataupun
perempuan hamil yang berdasarkan keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungnya
apabila bekerja antara pukul 23.00-07.00.
Dalam pelaksanannya masih ada perusahaan yang tidak
memberikan makanan dan minuman bergizi tetapi diganti
dengan uang padahal ketentuannya tidak boleh diganti dengan
uang.
b. Perlindungan dalam Masa Haid
Padal Pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan diatur masalah perlindungan dalam
masa haid. Perlindungan terhadap pekerja wanita yang dalam
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
39
masa haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
pada waktu haid dengan upah penuh. Dalam pelaksanaanya
lebih banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan
tidak mendapatkan premi hadir.
c. Perlindungan Selama Cuti Hamil
Sedangkan pada pasal 82 Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah cuti
hamil. Perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan
sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan
dengan upah penuh. Ternyata dalam pelaksanaannya masih
ada perusahaan yang tidak membayar upah secara penuh.
d. Pemberian Lokasi Menyusui
Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur masalah ibu yang sedang
menyusui. Pemberian kesempatan pada pekerja wanita yang
anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya hanya
efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.
2) Peranan Penting Dinas Tenaga Kerja
Peran Dinas Tenaga Kerja dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap pekerja wanit yakni dengan melalui pengesahan
dan pendaftaran PP & PKB Perusahaan pada Dinas Tenaga Kerja,
Sosialisasi Peraturan Perundangan di bidang ketenagakerjaan dan
melakukan pengawasan ke Perusahaan.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
40
3) Hambatan-hambatan Hukum Bagi Pekerja Perempuan
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
perlindungan hukum terhadap pekerja wanita adalah adanya
kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha yang kadang
menyimpang dari aturan yang berlaku, tidak adanya sanksi dari
peraturan perundangan terhadap pelanggaran yang terjadi, faktor
pekerja sendiri yang tidak menggunakan haknya dengan alasan
ekonomi.
Agar langkah ini dapat efektif maka negara harus
menjabarkannya dan mengusahakan untuk memasukkan jabaran
konvensi tersebut ke dalam rumusan undang-undang negara dan
menegakkannya dengan cara mengajukan para pelanggarnya ke
muka sidang pengadilan. Namun demikian, preempuan sendiri
masih belum banyak yang sadar bahwa hak-haknya dilindungi
dan bahwa hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
perempuan.
ICEDAW (International Convention on Elimination Of All
Forms Of Discrimination Againts Women) memerintahkan kepada
seluruh negara di dunia untuk tidak melakukan diskriminasi
terhadap perempuan. Di dalam ICEDAW ditentukan bahwa
diskriminasi terhadap perempuan adalah perlakuan yang berbeda
berdasarkan gender yang:
a. Secara sengaja atau tidak sengaja merugikan perempuan;
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
41
b. Mencegah masyarakat secara keseluruhan memberi
pengakuan terhadap hak perempuan baik di dalam maupun di
luar negeri.
c. Mencegah kaum perempuan menggunakan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar yang dimilikinya.
Perempuan mempunyai hak atas perlindungan yang
khusus sesuai dengan fungsi reproduksinya sebagaimana diatur
pada Pasal 11 ayat (1) CEDAW huruf f bahwa hak atas
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk usaha
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk usaha
perlindungan terhadap fungsi reproduksi.
Selain itu seringkali adanya pemalsuan dokumen seperti
nama, usia, alamat dan nama majikan sering berbeda dengan
yang tercantum di dalam paspor. Tenaga kerja yang tidak
berdokumen tidak diberikan dokumen perjanjian kerja. Hal ini
juga sering terjadi pada pekerja perempuan yang berkerja di
luar negeri. Maka untuk itu CEDAW pada Pasal 15 ayat (3)
mengatur yaitu Negara-negara peserta bersepakat bahwa semua
kontrak dan semua dokumen yang mempunyai kekuatan
hukum, yang ditujukan kepada pembatasan kecakapan hukum
para perempuan, wajib dianggap batal dan tidak berlaku.
b. Perlindungan Pekerja Perempuan Berdasarkan Konvensi ILO
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
42
Konvensi ILO Nomor 45 tentang Kerja Perempuan dalam semua
macam tambang di bawah tanah. Isi Pasal 2 menyebutkan bahwa
setiap wanita tanpa memandang umumnya tidak boleh melakukan
pekerjaan tambah di bawah tanah. Pengecualiannya terdapat pada
Pasal 3.
Dalam konvensi ILO Nomor 100 mengenai Pengupahan bagi
Laki-Laki dan Perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya
menyebutkan, “Pengupahan meliputi upah atau gaji biasa, pokok atau
minimum dan pendapatan-pendapatan tambahan apapun juga, yang
harus dibayar secara langsung atau tidak, maupun secara tunai atau
dengan barang oleh pengusaha dengan buruh berhubung dengan
pekerjaan buruh”.
Hak untuk menerima upah timbul pada saat adanya hubungan
kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha dalam
menetapkan upah tidak boleh diskiriminasi antara buruh laki-laki dan
buruh perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Meskipun begitu, terdapat beberapa konvensi yang mengatur
mengenai pekerjaan yang dilarang untuk pekerja perempuan. Seperti
dalam konvensi tentang Penggunaan Tenaga Kerja Perempuan dalam
Pekerjaan di Bawah Tanah dalam segala jenis Pertambangan. Pasal 2
konvensi ini menyebutkan bahwa seorang perempuan berapapun
usianya tidak boleh dipekerjakan di bawah tanah dalam
pertambangan.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
43
Hukum nasional boleh membuat pengecualian terhadap larangan
di atas kepada :
a) Perempuan yang menduduki jabatan manajemen yang tidak
melakukan pekerjaan manual.
b) Perempuan yang dipekerjakan dalam pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan.
c) Perempuan yang sebagai bagian dari pendidikan mereka,
menjalani periode latihan di beberapa bagian bawah tanah dari
suatu pertambangan.
d) Perempuan lainnya yang pada waktu-waktu tertentu harus
memasuki beberapa bagian bawah tanah dari suatu pertambangan
untuk melakukan pekerjaan non manual (Pasal 3 Konvensi ILO
Nomor 45 Tahun 1935).
Di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut mengerjakan
pekerjaan adalah tidak semestinya dan pekerja/buruh berhak menolak
karena di dalam hari-hari libur pekerja/buruh tidak wajib bekerja.
Sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 85 ayat (1) Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 yaitu : Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada
hari-hari libur resmi.
Akan tetapi jika pengusaha terpaksa harus mengerjakan
pekerja/buruh pada hari libur resmi karena sesuatu kepentingan dari
jenis dan sifat pekerjaan harus dijalankan dan dilaksanakan secara
terus-menerus atau keadaan karena kesepakatan antara pengusaha
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
44
dengan pekerja/buruh maka bekerja pada hari libur dibayar sesuai
dengan aturan pembayaran lembur upah kerja. Hal ini sebagaimana
dirumuskan dalam Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 yaitu : Pengusaha dapat memperkerjakan pekerja/buruh untuk
bekerja pada hari-hari resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut
harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus-menerus atau pada
keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.
c. Hak-Hak Pekerja Perempuan
Bagi pekerja/buruh perempuan ada hak-hak yang meliputi
(Pasal 81, 82, 83 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003) :
1. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit
dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada
hari pertama dan kedua pada waktu haid (Pasal 81 ayat (1)
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003).
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 81
ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama (Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang No. 13
Tahun 2003).
3. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5
(satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan dan 1,5 (satu setengah)
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
45
bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan
atau bidan (Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003).
4. Pekerja/buruh yang mengalami keguguran berhak memperoleh
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dari dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003).
5. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus
diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu
harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83 Undang-Undang No.
13 Tahun 2003).
d. Kewajiban Pekerja Perempuan
Bagi pekerja/buruh perempuan ada kewajiban yang meliputi
(Pasal 102, 126, 136, 140 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003) :
1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan
serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut
memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan
anggota beserta keluarganya (Pasal 102 ayat 2 Undang-Undang
13 Tahun 2003).
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
46
2. (1) Pengusaha, serikat pekerja/buruh dan pekerja/buruh wajib
melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja
bersama.
(2) Pengusaha dan serikat pekerja/buruh wajib memberitahukan
isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh
pekerja/buruh. (Pasal 126 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 13
Tahun 2003).
3. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan
oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat/buruh secara
musyawarah untuk mufakat (Pasal 136 ayat 1 Undang-Undang
No, 13 Tahun 2003).
4. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum
mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis
kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat (Pasal 140 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003).
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019
47
C. Kerangka Pemikiran
1. Teori Perlindungan Hukum
- Perlindungan Hukum Preventif
- Perlindungan Hukum Represif
2. Teori Perlindungan Pekerja
- Teori Keadilan
- Teori Kesejahteraan
Peraturan Perundang-undangan
a) UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
b) PP No. 12 Tahun 2013 tentang
Jamsostek
c) PP No. 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Progam
Jamsostek
PANCASILA
Rumusan Masalah
1. Pelaksana perlindungan yang diberikan
perusahaan sebagai tanggungjawab
dalam melindungi buruh perempuan
2. Hak-hak buruh perempuan di PT
Bintang Mas Triyasa sesuai dengan
ketentuan Perpu Ketenagakerjaan
Jaminan kesehatan yang belum disama
ratakan, hal itu berkaitan dengan kualitas
kesehatan pekerja perempuan tersebut
guna tuntutan UUD NO 13 Tahun 2003
1. Tanggung jawab perusahaan dalam melindungi buruh perempuan dianalisis
menggunakan teori perlindungan hukum, UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
dan teori perlindungan pekerja.
2. Hak-hak buruh perempuan di PT tersebut sesuai dengan ketentuan Perpu
Ketenagakerjaan dianalisis menggunakan PP No. 12 Tahun 2013 tentang Jamsostek, PP
No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek, dan teori
perlindungan kerja.
Tanggung Jawab Perusahaan…, Anisa Galih Utami, Fakultas Hukum UMP, 2019