20
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi Perempuan Muslim Perokok 1. Konsep Makna Merokok Saussure (dalam Chaer, 1994) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Makna mengacu pada proses kognitif individu. Menurut Pateda (2001) Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Pada makna merokok, komponen yang dapat dijelaskan sebagai proses kognitif mencakup efikasi diri, persepsi resiko merokok, serta ekspektasi efek merokok. Santrock (2008) menjelaskan tentang definisi kognitif sebagai faktor yang mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan. Park (2010) mengatakan bahwa makna terbentuk dari perbedaan mempersepsikan antara makna penilaian mereka atas situasi tertentu dengan makna secara global, yaitu apa yang mereka inginkan dan mereka percayai yang kemudian menimbulkan suatu tekanan dan pada akhirnya muncul upaya untuk mengurangi tekanan tersebut. Dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada perempuan muslim, makna merokok muncul ketika terdapat perbedaan mempersepsikan rokok sebagai benda yang bermanfaat, sedangkan penilaian umum mengatakan rokok sangat merugikan daan tidak pantas bagi perempuan. Park (2010) mengatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

  • Upload
    builiem

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makna Merokok Bagi Perempuan Muslim Perokok

1. Konsep Makna Merokok

Saussure (dalam Chaer, 1994) mengungkapkan pengertian makna sebagai

pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Makna mengacu pada proses kognitif individu. Menurut Pateda (2001) Makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang

sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat

dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Pada makna merokok, komponen

yang dapat dijelaskan sebagai proses kognitif mencakup efikasi diri, persepsi resiko

merokok, serta ekspektasi efek merokok. Santrock (2008) menjelaskan tentang

definisi kognitif sebagai faktor yang mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi,

pemikiran, dan kecerdasan.

Park (2010) mengatakan bahwa makna terbentuk dari perbedaan

mempersepsikan antara makna penilaian mereka atas situasi tertentu dengan makna

secara global, yaitu apa yang mereka inginkan dan mereka percayai yang kemudian

menimbulkan suatu tekanan dan pada akhirnya muncul upaya untuk mengurangi

tekanan tersebut. Dalam kaitannya dengan perilaku merokok pada perempuan

muslim, makna merokok muncul ketika terdapat perbedaan mempersepsikan rokok

sebagai benda yang bermanfaat, sedangkan penilaian umum mengatakan rokok

sangat merugikan daan tidak pantas bagi perempuan. Park (2010) mengatakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

13

bahwa pembentukan makna juga melibatkan upaya-upaya intrapsikis yang

berorientasi mengurangi tekanan antara penilaian individu dengan makna global.

Munculnya pemaknaan perokok terhadap rokok melibatkan usaha intrapsikis

perempuan perokok dalam mengurangi tekanan dari makna rokok secara umum

yang merugikan dan dilarang oleh agama Islam. Park (2010) juga menambahkan

bahwa pembentukan makna merupakan proses mencari pemahaman yang lebih baik

saat individu terlibat dalam situasi tertekan. Ketika perempuan muslim perokok

dalam situasi tertekan oleh segala macam larangan merokok dalam agama Islam,

perempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya

dan dapat memahami situasinya. Pemaknaan terhadap rokok pada diri perempuan

muslim perokok dapat berubah ketika dirinya meyakini bahwa rokok merugikan.

Wrosch (2010) mengatakan dalam pembentukan makna, seseorang dapat merubah

apa yang diyakininya dan mengikuti apa yang menjadi keyakinan global. Seringkali

perempuan muslim perokok tidak menyadari sepenuhnya bahwa merokok

merupakan perilaku merugikan dan kurang pantas dilakukan bagi perempuan,

sehingga tetap memaknai rokok sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan

mengabaikan kesehatan orang lain disekitarnya. Greenberg (1995) mengatakan

bahwa pembentukan makna merupakan proses ketidaksadaran dalam mengatasi

perbedaan makna yang dimiliki seseorang dengan makna yang diyakini secara

umum. Seorang perempuan muslim perokok akan mendapatkan penyesuaian yang

lebih baik ketika dapat merubah makna rokok bagi dirinya ke makna rokok secara

umum yang diyakini masyarakat. Sebaliknya jika gagal menyesuaikan maka akan

mengarahkan diri perokok kepada kegagalan mengintegrasikan identitasnya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

14

sebagai perempuan muslim. Segerstrom, Stanton, Alden, dan Shortridge (2003)

mengatakan bahwa proses perubahan makna dari situasional ke makna global dapat

menghasilkan penyesuaian yang lebih baik terutama ketika individu dapat

menemukan makna yang memadai bagi dirinya . Sebaliknya jika hanya berlarut-

larut akan membuat individu mengarah kepada sikap-sikap maladaptif. Park (2014)

mengatakan bahwa spiritualitas dapat menginformasikan semua aspek makna

global, menginformasikan keyakinan (misalnya, sifat Tuhan dan kemanusiaan,

kontrol, takdir, karma) dan memberikan motivasi, tujuan utama kehidupan dan

pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kaitannya dengan perilaku

merokok, hukum merokok dalam agama Islam menjadi pedoman larangan merokok

bagi umat Islam, mengingatkan tentang dosa, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Park (2008) mengatakan bahwa proses pembentukan makna membantu seseorang

mengubah pemahaman mereka tentang apa yang mereka alami, mengubah makna

yang dinilai jika memadai bagi mereka, seperti penyebabnya atau implikasinya bagi

kehidupan mereka, makna global adalah tentang keyakinan, tujuan, dan cita-cita

subjektif.

Berbagai macam penyebab perempuan berjilbab merokok, akhirnya mereka

mempunyai makna tersendiri ketika dirinya sudah menjadi perokok aktif. Baginya

merokok bukan hanya sekedar pengaruh orang tua, pengaruh lingkungan teman

sebaya atau hanya sekedar keinginan mereka pribadi. Rokok bukan hanya sekedar

rokok bagi mereka.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

15

2. Rokok Dan Perempuan

Menurut Suharyono (dalam Mulyadi, 1993) prinsip perilaku merokok pada

umumnya adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang

mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh

kenikmatan. Eriksen, Judith, dan Hana (2012) mendefinisikan perilaku merokok

sebagai aktivitas membakar daun tembakau kering dan menghisap asap

pembakarannya. Aditama (2011) menyatakan bahwa asap rokok mengandung

sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, tar, n-nitrosamines, polyaromatic, dan

masih banyakzat-zat lain yang dapat membahayakan kesehatan. Bahaya rokok

dapat menyerang siapa saja, namun risiko terbesar dari merokok lebih mengancam

para perempuan. Kurniafitri (2015) mengatakan bahwa perokok perempuan

memiliki risiko ganda terhadap penyakit jantung dan kanker paru-paru bila

dibandingkan dengan perokok laki-laki. Kurniafitri(2015) menjelaskan bahwa

bahaya merokok pada perempuan antara lain merusak kulit, mengganggu sistem

reproduksi, mengganggu siklus menstruasi termasuk timbulnya rasa nyeri,

menurunkan kesuburan, meningkatkan risiko terkena kanker payudara, kanker

rahim, kanker paruparu, mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim, menganggu

kelancaran ASI, keguguran, hingga kematian janin.

Terlepas dari bahayanya, merokok dikalangan perempuan seolah

membuktikan bahwa perempuan tidak ingin dibedakan dengan laki-laki.

Riztiardhana dan Dewi (2013) menyebutkan bahwa karena majunya perkembangan

jaman saat ini diikuti pula dengan gaya hidup yang semakin meningkat, membuat

seorang perempuan memunculkan perilaku merokok. Riztiardhana dan Dewi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

16

(2013) mengatakan bahwa emansipasi perempuan juga menjadi titik balik bagi para

perempuan modern saat ini untuk mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-

laki, sehingga mungkin banyak pola pikir perempuan yang melebihi pola pikir laki-

laki.

Dari sudut pandang agama islam, ketua MUI (dalam Trigiyatno, 2011)

menegaskan bahwa rokok diharamkan khusus bagi anak-anak, ibu hamil dan juga

bagi semua orang yang merokok di tempat umum. Oleh karena itu, hukum merokok

bagi perempuan dan laki-laki adalah sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa perempuan perokok memiliki resiko ganda terhadap penyakit

yang ditimbulkan oleh rokok dibandingkan laki-laki. Terlepas oleh alasan

psikologis dan sosial, perilaku merokok pada perempuan sendiri pada dasarnya

dilarang oleh agama Islam.

Fenomena diatas kemudian menjadi dasar dilakukannya beberapa penelitian

antara lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada

perempuan, kemudian tentang bahaya penyakit yang ditimbulkan dari merokok,

dan tentang perilaku merokok itu sendiri. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Mulyadi (2007) dalam skripsi berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Perilaku Merokok Pada Remaja Putri”, penelitian hanya berfokus pada pencarian

faktor penyebab perilaku merokok saja. Penelitian ini menggali pengalaman hidup

dari subjek dan kondisi-kondisi awal sebagai pemicu perilaku merokok. Penelitian

ini tidak difokuskan untuk mengungkap upaya-upaya yang telah dilakukan oleh

subjek dalam rangka berhenti merokok, dan faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi subjek supaya berhenti merokok. Penelitian selanjutnya oleh Sinta

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

17

(2007) dalam skripsi berjudul “Pemahaman Wanita Perokok Tentang Kesehatan

Reproduksi”. Dalam Penelitian ini peneliti hanya ingin tahu sejauh mana

pemahaman wanita perokok tentang kesehatan reproduksi. Penelitian ini

menekankan pada bahaya rokok terhadap kesehatan reproduksi wanita dengan

menyisipkan informasi bahaya merokok, tujuan nya supaya wanita sadar merokok

berbahaya bagi dirinya, sehingga prevalensi merokok pada wanita menurun. Dari

tujuan penelitian ini tidak disinggung tentang keterkaitan rokok dengan tingkat

religiusitas, dan bagaimana cara perempuan memandang rokok, bahwa ada banyak

alasan perempuan memilih rokok dari pada memperhatikan kesehatannya sendiri.

Penelitian berbeda lagi dilakukan oleh Afandi (2016) dalam skripsi berjudul

“Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta”. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menganalisa

perilaku merokok pada mahasiswi, bahwa dalam perilaku tersebut terdapat motivasi

yang muncul dari faktor yang ada pada diri perokok. Arah penelitian tersebut

berujung pada pencarian faktor yang menyebabkan keputusan merokok itu dipilih

oleh subjek. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisa lebih jauh tentang makna

merokok bagi subjek dan mengaitkannya dengan tingkat religiusitas dan bahaya

kesehatan.

Sejauh ini telah banyak penelitian yang serupa dengan penelitian di atas,

maka berdasar pada penelitian-penelitian tersebut, kemudian muncul gagasan oleh

peneliti bahwa sebelum melangkah lebih jauh untuk meneliti tentang faktor

penyebab dan bagaimana perilaku merokok dikalangan perempuan, alangkah

baiknya terlebih dahulu mengetahui makna merokok bagi perempuan yang juga

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

18

penting untuk dilakukan. Leventhal dan Cleary (dalam Cahyani, 1995) menyatakan

bahwa seseorang akan berperilaku merokok karena sebelumnya ia telah memiliki

persepsi tertentu mengenai merokok. Faktor yang berperan penting terhadap

munculnya perilaku merokok pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan dan

menyebabkan kecanduan terhadap rokok. Dapat dipastikan bahwa setiap individu

berbeda-beda, sehingga pemaknaan terhadap munculnya perilaku merokok juga

akan berbeda pada setiap perempuan. Keunikan dari penelitian yang akan dilakukan

ini adalah bahwa penelitian ini akan mengangkat fenomena merokok dikalangan

perempuan muslim perokok. Peneliti akan menggali makna merokok dari sudut

pandang perempuan muslim perokok. Telah kita pahami bahwa dari sudut pandang

agama Islam, MUI secara tegas mengharamkan rokok walaupun terbatas. Dari

sinilah kemudian peneliti tertarik untuk mencari makna merokok bagi mereka,

selain karna penelitian yang mengungkap fenomena merokok dikalangan

perempuan muslim juga masih sedikit.

Perempuan muslim seringkali diidentikan dengan pemakaian jilbab.Surya

(2004) mendefinisikan perempuan berjilbab adalah image yang mengacu pada

konstruksi sosial yang dibangun berdasarkan standar Islam.Surya (2004)

menambahkan bahwa pencitraan yang dibentuk oleh masyarakat tentang

perempuan muslim berjilbab adalah komitmen terhadap cara hidup islami yang

disimbolkan dengan jilbab yang juga berfungsi sebagai penanda sosiokultural. Hal

ini merujuk pada peran sosial perempuan muslim yang dibentuk oleh budaya

masyarakat itu sendiri yaitu gender.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

19

Menurut Wulansari (2013) gender adalah karakteristik laki-laki dan

perempuan yang di konstruksi secara sosial dan kultural sehingga berbeda dengan

karakteristik biologis. Janmohammed (2017) mengatakan bahwa pada perempuan

muslim, nilai-nilai sosial yang dibentuk masyarakat adalah bahwa citra

“perempuan muslim baik” seringkali digambarkan mengenakan kerudung sehingga

bagi perempuan muslim yang tidak mengenakan kerudung dianggap bukan

muslimah yang baik. Janmohammed (2017) menambahkan bahwa penggambaran

perempuan muslim berkerudung seringkali diartikan sebagai kesungguhan dalam

menaati cara hidup islami, yaitu mempertahankan kehormatan, patuh dan tidak

terpapar budaya barat.

Gender erat kaitannya dengan budaya. Surya (2004) mengatakan bahwa bagi

perempuan Indonesia, memakai jilbab berarti tidak boleh bergaul bebas, harus taat

kepada agama, tidak boleh tertawa keras, tidak boleh bergosip, atau dengan kata

lain “memiliki peran perempuan yang benar”. Lebih lanjut lagi, Surya (2004)

mengatakan bahwa simbol jilbab dan interpretasinya yang sangat beragam

membantu perempuan untuk memperjelas peran gendernya.Nurhayati(2012)

mengatakan pencitraan perempuan berdasarkan gender berbeda antara budaya satu

dengan budaya lain, begitu pula waktu dan tempat. Dalam kaitannya dengan budaya

Jawa, Jati (2015) mengatakan bahwa secara kultural masyarakat Jawa adalah

masyarakat patrilineal yang menempatkan keutamaan dan superioritas pria diatas

wanita. Jati (2015) menambahkan bahwa penempatan perempuan sebagai bagian

dari “Kesempurnaan Hidup Pria Jawa” kemudian menempatkan perempuan secara

otoritatif sebagai pelengkap kehidupan yang sepenuhnya berada dalam penguasaan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

20

pria. Lebih lanjut lagi, Jati (2015) mengatakan bahwa budaya patrilineal

menginginkan adanya sosok “perempuan yang lemah lembut” dan “perempuan

yang keibuan”. Simon de Beauvoir (dalam sukmawati, 2015) mengatakan bahwa

kaum perempuan sering dianggap sebagai makhluk “The Second Sex”, bahwa

perempuan selalu berada dibawah laki-laki. Menurut Rohmaniyah (2009)

perempuan diperlakukan layaknya kelompok minoritas yang ditekan

kepentingannya agar mereka dibawah otoritas laki-laki.Jati (2015) mengatakan

bahwa kondisi ini kemudian membentuk konstruksi mendasar perempuan Jawa

yang diwariskan dari generasi ke generasi bahwa perempuan Jawa adalah

pengikutlaki-laki dalam berbagai kesempatan dan kehidupan.

Dalam sudut pandang agama islam, Rohmaniyah (2009) mengatakan bahwa

perempuan memiliki kemampuan akal dan pengetahuan yang lebih rendah

dibanding pria. Rohmaniyah (2009)mengatakan, dalam tafsir Al-Qurtubi dikatakan

bahwa laki-laki memiliki kelebihan dalam hal akal, ketegasan dan kekuatan fisik

yang tidak dimiliki oleh perempuan.Sasmita dan Raihan (2014) menambahkan

bahwa, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan emosional.

Menurut Sasmitadan Raihan (2014) pandangan ini telah memposisikan perempuan

sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada

kaum laki-laki.Lebih lanjut lagi Sasmita dan Raihan(2014) mengatakan bahwa

kemudian jarang sekali perempuandapat tampil menjadi pemimpin, karena mereka

tersisihkan oleh dominasi laki-laki.Rohmaniyah (2009) kemudian menjelaskan

bahwa konstruksi status perempuan yang lebih rendah dari laki-laki ini berimplikasi

pada pembagian peran gender yaitu laki-laki disimbolkan dengan kekuatan dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

21

perempuan disimbolkan dengan kelemahan.Pembedaan peran gender inilah yang

kemudian menjadi dasar bahwa hak yang dimiliki perempuan tidak setara dengan

laki-laki.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peran yang dibangun

oleh masyarakat pada perempuan muslim berjilbab adalah peran seorang muslimah

yang baik, tertutup, dan taat agama. Khususnya bagi perempuan muslim jawa, sifat

yang digambarkan adalah kelembutan dan kepatuhan terhadap laki-laki.

Penggambaran sifat-sifat tersebut kemudian menjadi dasar bahwa pemahaman

tentang permasalahan gender kembali lagi kepada norma dan nilai yang dibentuk

oleh masyarakat itu sendiri.

Motivasi seseorang melakukan aktivitas merokok tentu berkaitan dengan

faktor psikologis yang melatarbelakanginya. Menurut Laventhal dan Cleary (dalam

Oskamp, 1984), faktor psikologis yang menyebabkan seseorang merokok pada

umumnya terbagi dalam lima bagian, yaitu:

a. Kebiasaan

Perilaku merokok telah menjadi perilaku yang harus tetap dilakukan

tanpa adanya motivasi yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang

merokok tanpa ada tujuan.

b. Reaksi emosi yang positif

Merokok dilakukan karna perokok ingin mendapatkan emosi yang

positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

22

c. Reaksi penurunan emosi

Merokok dilakukankarna perokok ingin mengurangi ketegangan,

kecemasan baik dari diri sendiri atau dari orang lain.

d. Kecanduan atau ketagihan

Seseorang merokok karena telah mengalami kecanduan. Kecanduan

terjadi karena adanya zat nikotin yang terkandung di dalam rokok. Pada

awalnya hanya mencoba-coba rokok, akhirnya tidak dapat menghentikan

perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin.

e. Alasan sosial

Merokok dilakukan dengan tujuan mengikuti kebiasaan kelompok

(umumnya pada remaja dan anak-anak). Merokok dilakukan untuk

menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat

disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.

Berdasarkan faktor yang telah diungkapkan diatas, beberapa peneliti

kemudian turut melakukan penelitian untuk mendukung faktor-faktor yang

telah ada sebelumnya dengan karakteristik subjek yang berbeda. Beberapa

diantaranya adalahpenelitian oleh Mulyadi(2007) dalam skripsi berjudul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja

Putri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri dikategorikan menjadi

6 (enam) yaitu :

1) Keinginan mencoba rasa rokok

2) Sebagai fashion (gaya hidup)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

23

3) Menyukai rasa rokok

4) Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok

5) Merokok memberikan kepuasan

6) Lingkungan sosial

Penelitian serupa dilakukan oleh Nur Farida Arfiani (2009) dalam

skripsi berjudul “Faktor Psikologis Penyebab Remaja Putri

Mempertahankan Perilaku Merokok”. Hasil penelitian menunjukkan

faktor psikologis yang menyebabkan remaja putri mempertahankan

perilaku merokoknya adalah:

a) Faktor Internal, berupa :

(1) Ketidakpedulian terhadap dampak buruk rokok terhadap tubuh

(2) Menyukai rasa rokok

(3) Rokok menjadi kebutuhan sehari-hari

(4) Persepsi yang salah tentang salah satu pengaruh rokok terhadap

tubuh, yaitu dapat menekan nafsu makan yang terjadi karena body

image

b) Faktor Eksternal, berupa :

(1) Ketidakpedulian dengan pandangan negatif masyarakat terhadap

remaja putri yang merokok.

(2)Tanggapan positif dari anggota keluarga yang mengetahui

perilaku merokok subjek.

(3) Lingkungan pergaulan subjek yang mayoritas perokok.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

24

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dari banyaknya

faktor yang muncul, tentu tergantung pada pemaknaan seseorang terhadap rokok

itu sendiri. Pemaknaan seseorang terhadap rokok tentu berbeda-beda.

Pratikasaridkk. (2014) mengatakan beberapa asumsi bahwa rokok dapat

menurunkan emosi, menurunkan nafsu makan dan mempermudah sosialisasi

adalah pemaknaan dari dalam diri perokok terhadap rokok yang menyebabkan

perilaku merokok terus dilakukan. Hal ini yang kemudian membuat peneliti tertarik

untuk mencari pemaknaan terhadap rokok itu sendiri.

Permasalahan rokok kemudian menjadi permasalahan bagi banyak orang.

Aditama (2005) mengatakan bahwa masalah rokok pada hakikatnya menjadi

masalah nasional dan internasional. Menurut The Tobacco Atlas 3rd Edition 2009

(dalam Infodatin Depkes,2015) terkait prosentase penduduk dunia yang

mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan

Australia, 14 % pada penduduk Eropa Timur dan pecahan Uni Soviet, 12 %

penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, dan 8% pada penduduk Timur

Tengah serta Afrika. Masih menurut The Tobacco Atlas 3rd Edition 2009 (dalam

Infodatin Depkes,2015) bahwa negara Asean merupakan sebuah kawasan dengan

10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab kematian global akibat

tembakau.The Tobacco Atlas 3rd Edition 2009 (dalam Infodatin Depkes, 2015)

menyebutkan bahwa persentase perokok pada penduduk negara ASEAN tersebar

di Indonesia (46.16%), Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%),

Thailand (7,74%, Malaysia (2,90%), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapura

(0,39%), dan Brunei (0,04%). Menurut WHO (2011) mengenai konsumsi tembakau

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

25

dunia, angka prevalensi merokok di indonesia merupakan salah satu diantara yang

tertinggi di dunia dengan 46 % laki-laki dan 3,1 % perempuan usia 10 tahun keatas

yang diklasifikasikan sebagai perokok. Komalasari dan Helmi (2000) mengatakan

bahwa merokok merupakan sesuatu yang fenomenal, artinya meskipun sudah

diketahui dampak negatif rokok, jumlah perokok tetap tinggi.MacKay dan Eriksen

(2002) mengatakan bahwa prevalensi konsumsi rokok di indonesia pernah

menempati posisi lima tertinggi di dunia pada tahun 1998, yaitu sebesar 215 miliar

batang.Departemen Kesehatan (dalam Infodatin Depkes, 2015) menyebutkan

bahwa pada tahun 1995 sekitar 53 % laki-laki merokok dan meningkat menjadi 63

% di tahun 2004. Seiring dengan perubahan stigma masyarakat dan target

pemasaran, prevalensi perokok perempuan meningkat dari 1,7 % menjadi 4,5 %

pada periode yang sama. Prevalensi merokok diIndonesia sangat tinggi diberbagai

lapisan masyarakat terutama pada laki-laki. Kecenderungan merokok terus

meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki dan perempuan, hal ini sangat

mengkhawatirkan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 1995, 2001, 2004 dan data

Riskerdas tahun 2007 dan 2010 (dalam depkes, 2015) seperti tampak pada Tabel 1

di bawah ini menunjukan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan perempuan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

26

Tabel 1

Sumber : SUSENAS 1995, 2001, 2004, Badan Pusat Statistik, Riskesdas 2007 dan

2010

Pada Tabel I ditunjukan bahwa dari tahun 1995 sampai 2013 jumlah perokok

laki-laki maupun perempuan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun

1995 jumlah perokok laki-laki berada di angka 53,4% dari jumlah penduduk

Indonesia, kemudian meningkat kurang lebih 10% pada tahun 2004 menjadi 63,1%

dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 66%. Berbeda dengan jumlah perokok

perempuan yang lebih sedikit namun tetap mengalami peningkatan. Di tahun 1995

jumlah perokok perempuan berada di angka 1,7% dari jumlah penduduk Indonesia,

yang kemudian meningkat hampir empat kali lipat di tahun 2013 menjadi 6,7%.

Data tersebut menunjukan bahwa prevalensi pada laki-laki lebih banyak

dibandingkan perempuan, meskipun demikian prevalensi perokok pada perempuan

juga mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Depkes (dalam Infodatin Depkes

53,4%

62,2% 63,1%65,6% 65,8% 66%

1,7% 1,3%4,5% 5,2% 4,1%

6,7%

0

10

20

30

40

50

60

70

1995 2001 2004 2007 2010 2013

Dal

am P

erse

nta

se

Data Jumlah Perokok Laki-laki dan Perempuan di Indonesia

Laki-laki Perempuan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

27

2015) menjelaskan bahwa hal ini dibuktikan dari konsumsi rokok di indonesia

bahwa perilaku merokok pada masyarakat indonesia tidak banyak berubah selama

5 tahun terakhir. jika dilihat dari jumlah batang yang dihisap per hari pada tahun

2007 rata-rata 12 batang per hari, sedangkan pada tahun 2013 rata-rata jumlah

batang rokok yang dihisap 12,3 batang per hari. Seperti ditunjukan pada Tabel 2

berikut :

Tabel 2

Sumber : P2-PL Laporan TB07 per 14 Februari 2015, Kemenkes RI 2015

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, meskipun prevalensi pada laki-

laki lebih banyak dibandingkan perempuan, prevalensi perokok pada perempuan

juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari sisi kesehatan, peningkatan

jumlah perokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan

bertambahnya angka kematian akibat rokok, karna rokok tidak hanya berimbas

pada diri perokok aktif namun juga perokok pasif. Depkes (dalam Infodatin DepKes

0

20

40

60

80

100

Tahun 2007 Tahun 2013

23.7 24.35.5 53 4

67.8 66.6

Pro

sen

tase

Pen

du

du

k In

do

esia

Perbandingan Tahun

Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan Riskerdas 2007 dan 2013

Perokok Tiap Hari Perokok Kadang-kadang Mantan Tidak

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

28

2015) mengatakan bahwa pada tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok

didunia akan mencapai 10 juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara

berkembang. Lebih lanjut lagi Depkes (dalam Infodatin DepKes 2015) mengatakan

bahwa, apabila kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan

terbunuh oleh rokok.

3. Dinamika Psikologis Perilaku Merokok

Seseorang memutuskan merokok tentu dipengaruhi oleh banyak

faktor,namun faktor tersebut bukan satu-satunya penyebab perilaku merokok itu

ada. Ada pemahamanyang diyakini terlebih dahulu sebelum faktor itu muncul.

Leventhal dan Cleary (dalam Cahyani, 1995) menyatakan bahwa seseorang akan

berperilaku merokok karena sebelumnya ia telah memiliki pandangan tertentu

mengenai merokok.Anggapan-anggapan bahwa merokok dapat mengurangi

tekanan dan memunculkan rasa percaya diri adalah keyakinan dari diri perokok.

Astuti (2007) menjelaskan bahwa alasan seseorang memutuskan merokok

disebabkan adanya anggapan-anggapan bahwa dengan merokok akan

mempermudah sosialisasi dalam pergaulan atau persahabatan, mengurangi stress,

memunculkan perasaan percaya diri serta kedewasaan dan kejantanan, maupun

menimbulkan rasa nikmat dan kenyamanan. Ketika anggapan tersebut telah

menjadi keyakinan yang menetap dalam pemikiran diri perokok, maka timbulah

pemaknaan terhadap rokok itu sendiri.

Pemaknaan individu terhadap rokok itu sendiri dipengaruhi oleh faktor

kognitifnya. Santrock (2008) menjelaskantentang definisi kognitif sebagai faktor

yang mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan. Lebih

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

29

lanjut lagi Martinis (2004) menjelaskan proses kognitif terjadi secara internal di

dalam otak manusia pada saat berpikir. Pada perilaku merokok, pemaknaan

terhadap rokok muncul terlebih dahulu sebelum aktivitas merokok dilakukan.

Pemaknaan terhadap rokok adalah hasil proses kognitif yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut :

a. Efikasi Diri

Astuti (2010) mengatakan bahwa efikasi diri menggambarkan kemampuan

individu dalam membentuk perilaku tertentu dalam situasi tertentu, sehingga

individu yang mempunyai efikasi diri tinggi akan dapat mengontrol lingkungan

sekitarnya dan menampilkan perilaku yang diinginkannya. Dalam kaitannya

dengan perilaku merokok, jika seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi maka

ia akan menolak merokok, karna ia yakin dan mampu mengatasi tugas atau

permasalahan tanpa rokok.

b. Persepsi Risiko Merokok

Menurut Slovic (1987) persepsi risiko adalah penilaian individu terhadap

aktivtitas-aktivitas maupun teknologi yang mengandung bahaya. Dalam

penelitian ini persepsi risiko yang dikenakan adalah bahaya yang terkandung

dalam perilaku merokok. Astuti (2010) mengatakan persepsi risiko merokok

terbentuk dari pengetahuan, kepercayaan, dan pengalaman yang dimiliki

individu. Lebih lanjut lagi D’Amico dan Fromme (dalamAstuti, 2010)

menjelaskan bahwa individu dengan persepsi risiko yang rendahakan cenderung

terlibat dalam bentuk perilaku yang membahayakan kesehatan, salah satunya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

30

merokok. Sebaliknya jika persepsi risiko tinggi karna pengetahuan adanya

kerugian yang ditimbulkan maka individu cenderung menjauhi rokok.

c. Ekspektasi Efek Merokok

Menurut Goldman (dalam Durrand & Barlow, 2003) ekspektasi adalah apa

yang dipikirkan individu mengenai efek penggunaan zat adiktif. Astuti (2010)

Ekspektasi efek merokok didefinisikan sebagai keyakinan mengenai efek zat

adiktif yaitu nikotin yang terkandung dalam rokok sebagai hasil dari pengalaman

merokok atau mengamati perilaku orang lain. Seseorang yang merokok akan

memiliki ekspektasi bahwa rokok akan menimbulkan afeksi positif yaitu

relaksasi, kesenangan dan mengurangi afeksi negatif yang sedang dialaminya,

misalnya, kecemasan atau ketegangan.

Demikian faktor-faktor kognitif sosial tersebut dijabarkan, sehingga

membentuk suatu pemaknaan dalam diri perokok. Pemaknaan yang muncul karna

proses kognitif itu sendiri berkaitan dengan usia. Santrock (2002) mengatakan

bahwa kemampuan kognitif yang sangat baik berada pada masa dewasa awal, yaitu

usia 20 hingga 30 tahun. Santrock (2002) menambahkan bahwa kaum dewasa awal

mulai menyadari perbedaan pendapat, dan setiap orang memiliki pandangan

masing-masing. Lebih lanjut lagi Jan Sinont (1998) mengatakan bahwa seseorang

pada masa dewasa awal identik dengan individu yang pragmatis, pragmatis

diartikan sebagai individu yang mampu menyadari dan dapat memilih solusi terbaik

dalam menyelesaikan suatu masalah. Lebih lanjut lagi, Jan Sinont (1998)

mengatakan bahwa seseorang pada masa dewasa awal dapat menghargai pilihan

orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Merokok Bagi …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3045/3/BAB II.pdfperempuan muslim perokok berupaya mencari makna yang lebih baik menurutnya ... reproduksi,

31

Dalam pikiran peneliti, munculnya faktor dari dalam diri perokok dianggap

sebagai tekanan atau permasalahan dalam diri perokok. Perokok berusaha

menyeimbangkan tekanan tersebut dengan merokok. Keputusan merokok dimaknai

oleh perokok bahwa dengan merokok akan mengurangi tekanan, maka setiap kali

ia mendapat tekanan, ia akan merokok.Berdasarkan dinamika tersebut, peneliti

mencoba menggali makna yang tersembunyi dalam pemikiran diri perokok. Bahwa

munculnya faktor penyebab perilaku merokok, dilatarbelakangi oleh adanya

pemaknaan dari hasil proses kognitif perokok terhadap rokok itu sendiri.

B. Pertanyaan Penelitian

“Bagaimana perempuan muslim perokok memaknai perilaku merokok yang

dilakukan oleh dirinya sendiri ?”.