27
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan Syariah A.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014) Bank syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. A.1.2 Tugas Perbankan Syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:46) 1. Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 2. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lain dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. 3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

  • Upload
    doquynh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

A.1. Perbankan Syariah

A.1.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014) Bank

syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja

berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba),

bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif, bebas dari hal-hal yang tidak

jelas (gharar), berprinsip keadilan dan hanya membiayai kegiatan usaha yang

halal.

A.1.2 Tugas Perbankan Syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:46)

1. Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi sosial

dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,

infak, sedekah, hibah atau dana sosial lain dan menyalurkannya kepada organisasi

pengelola zakat.

3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari

wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan

kehendak pemberi wakaf (wakif).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

11

4. Pelaksanaan fungsi sosial tersebut diatur oleh undang-undang.

A.1.3 Fungsi Umum Bank Syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:49)

1. Menghimpun dana (mudharib)

Bank syariah dapat menghimpun dana masyarakat sesuai dengan

fungsinya sebagai pengelola dana (mudharib) dalam bentuk simpanan, antara lain

bersumber dari : (1) produk simpanan berbentuk tabungan, deposito dan giro. (2)

lembaga keuangan lewat penempatan dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik. (3)

pemilik modal berupa setoran awal pada saat pendirian ataupun penambahan

modal.

2. Penyalur Dana (shahibul maal)

Dana yang dihimpun disalurkan dalam bentuk pembiayaan atau bentuk

lainnya dalam bentuk investasi pembelian sukuk (obligasi syariah), serta

penyertaan dalam bentuk bagi hasil.

3. Pelayan Jasa Keuangan

Melakukan pelayanan lalu-lintas pembayaran dilakukan dalam berbagai

aktivitas, seperti pengiriman uang (transfer), inkaso, penagihan berupa collection,

kartu debit, kartu kredit syariah, transaksi tunai, real time gross settlement

(RTGS), kliring (Sistem Kliring Nasional), Automatic Teller Machine (ATM),

electronic banking dan layanan perbankan lainnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

12

A.1.4 Fungsi Khusus Bank Syariah (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:50)

1. Agent of Trust

Lembaga kepercayaan (trust) bagi masyarakat dalam penempatan dan

pengelolaan dana berdasarkan prinsip syariah.

2. Agen of Development

Institusi yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi rakyat

dan negara yang berbasis prinsip syariah. Apalagi dalam sistem bank syariah yang

pembiayaan hanya boleh disalurkan ke sektor riil, sedangkan fungsi uang hanya

sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan.

3. Agen of Service

Memberikan pelayanan jasa perbankan dalam bentuk aneka transaksi

keuangan kepada masyarakat guna mendukung kegiatan bisnis dalam

perekonomian.

4. Agen of Social

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) dapat menjalankan fungsi

sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari

zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya serta menyalurkannya

kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, dapat pula menghimpun dana sosial

yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

13

(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi. Fungsi ini tidak melekat pada bank

konvensional dan menjadi diferensiasi bank syariah.

5. Agen of Bussines

Bank Syariah dapat berfungsi sebagai mudharib, yaitu sebagai pengelola

dana yang dimiliki nasabah untuk berbagi hasil. Bank syariah juga berperan

sebagai pemodal ketika berbagi hasil, berjual beli, atau transaksi lain yang

berhubungan dengan pembiayaan. Selain itu, bisa menjalankan fungsi agen pada

saat ia mewakili kepentingan bisnis nasabah atau mempertemukan para pebisnis.

Hal inilah yang membedakan bank syariah dengan fungsi bank konvensional yang

dominan sebagai kreditur.

A.1.5 Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut

ditentukan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep dasar aqad.

Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk

lembaga keuangan bank syariah untuk dioperasionalkan. Menurut Suwiknyo

(2010:7) kelima konsep tersebut adalah :

1. Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadiah)

Merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan

kesempatan kepada pihak yang kelebihan dan untuk menyimpan dananya dalam

bentuk al-wadiah. Fasilitas al-wadiah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna

mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam dunia

perbankan konvensional al-wadiah identik dengan giro.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

14

2. Bagi Hasil (Syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini

dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan

nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah

mudharabah dan musyarakah. prinsip mudharabah dapat dipergunakan untuk

produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan

musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

3. Prinsip jual beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan untuk

mengangkat nasabah sebagai agen bank melalui pembelian barang atasa nama

bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga

sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Seperti prinsip jual beli

musyarakah dan istishna’,

4. Prinsip sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis : (1) Ijarah, sewa

murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating

lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang

dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang telah disepakati

kepada nasabah. (2) Ijarah al-muntahiya bit tamlik merupakan pembagian sewa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

15

dan beli, di mana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir

masa sewa (finansial lease).

5. Prinsip fee/jasa (al-Ajr wa-lumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi,

Kliring, Inkaso, Jasa Transfer, dll. Secara syariah prinsip ini didasarkan pada

konsep al-Ajr wa-lumullah.

A.1.6 Akad – Akad dalam Perbankan Syariah

1. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun dari masyarakat

berupa tabungan, deposito dan giro. Dana yang dihimpun dari masyarakat

digunakan oleh bank untuk melakukan ekspansi kredit maupun investasi. DPK

merupakan hal yang penting bagi bank karena dengan semakin besar dana yang

dihimpun maka dapat memperbesar profitabilitas bank melalui selisih bagi hasil

sesuai kesepakatan. (Edo dan Wiagustini, 2014). Penghimpunan DPK dapat

berupa akad mudharabah, Wadiah maupun musyarakah. contoh skema akad

wadiah dapat dilihat pada Gambar 2.1

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

16

Gambar 2.1

Skema Akad Wadiah

1. Menitipkan uang (wadiah)

2. Membayar biaya penitipan 3. Bank

meminjamkan

dana dan me-

nyalurkannya

4. Bank mengembalikan dana

Sumber : (Ikatan bankir Indonesia, 2018) Memahami Bisnis Bank Syariah

2. Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan Istishna’ adalah pembiayaan dengan menggunakan prinsip

jual beli, disebut juga bai’ al-istishna’ yaitu kontrak penjualan antara pembeli dan

pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari

pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau

membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada

pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran,

apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai

suatu waktu pada masa yang akan datang. (Antonio, 2016:113)

Nasabah

(muudi’)

Bank Syariah

(muuda’ ilaihi)

Pembiayaan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

17

Menurut Rozalinda (2016:100) istishna’ secara bahasa berarti meminta

dibuatkan sesuatu. Yaitu akad yang mengandung tuntutan agar shani’ (produsen)

membuatkan suatu pesanan dengan ciri-ciri khusus dan harga tertentu. Sedangkan

secara istilah adalah akad dimana seorang produsen mengerjakan sesuatu yang

dinyatakan dalam perjanjian, yakni kada untuk membeli sesuatu yang dibuat oleh

seorang produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen tersebut.

Akad istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada

pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Dimana bank akan membeli terlebih

dahulu barang yang dibutuhkan untuk mengangkat nasabah sebagai agen bank

melalui pembelian barang atasa nama bank, kemudian bank menjual barang

tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan

(margin). (Rozalinda, 2016:107) Skema akad pembiayaan istihna’ dapat dilihat

pada Gambar 2.2

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

18

Gambar 2.2

Skema Pembiayaan Istishna’

1. Pesan barang

2. Akad Istishna’

7. Bayar angsuran

3. Pesan 4. Bayar 6.Kirim

barang pesanan barang

5. Produksi barang sesuai pesanan

Sumber : (Ikatan bankir Indonesia, 2018) Memahami Bisnis Bank Syariah

3. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi

menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat klalaian si

pengelola. Seandainya keruigian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian

si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

(Antonio, 2016:95)

Bank Syariah

Shani’

barang Pemasok/Suplier

Nasabah

Mustashni’

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

19

Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal (shahib al-

mal) dengan pengelola modal atau orang yang memiliki keahlian untuk

melakukan sebuah usaha bersama. Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada

pengusaha untuk usaha tertentu. Jika dari usaha tersebut mendapatakan

keuntungan, keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan. Namun

apabila terjadi kerugian dalam usaha maka kerugian tersebut ditanggung oleh

pemilik modal, dan pengusaha tidak berhak atas upah dari usahanya. (Afandi,

2009:101) Skema akad pembiayaan mudharabah dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3

Skema Pembiayaan Mudharabah

1. Akad mudharabah

2. Modal 100% 3. Keahlian/

ketrampilan

Nisbah X% Nisbah Y%

Sumber : (Ikatan bankir Indonesia, 2018) Memahami Bisnis Bank Syariah

Bank Syariah

4. Pembagian Hasil usaha

5. Pengambalian Modal Usaha

Proyek /

Usaha

Nasabah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

20

4. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah hampir sama dengan pembiayaan

mudharabah, yaitu pembiayaan yang berbasis bagi hasil. Pada pembiayaan

musyarakah, bank dan nasabah menjalin kerja sama pada suatu usaha atau proyek

di mana bank menyediakan modal, sedangkan nasabah menyediakan keahlian atau

keterampilan dan modal untuk mengerjakan proyek tersebut. Jadi nasabah tidak

hanya sebagai pengelola, melainkan sebagai penanam modal juga. (Ikatan Bankir

Indonesia, 2018:215)

Akad musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh orang yang

mengikatkan diri untuk bekerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan. (Afandi, 2009:120) Skema akad pembiayaan musyarakah

dapat dilihat pada Gambar 2.4

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

21

Gambar 2.4

Skema Pembiayaan Musyarakah

1. Akad musyarakah

2. Modal 75% 3. Keahlian/

modal 25%

Nisbah X% Nisbah Y%

Sumber : (Ikatan bankir Indonesia, 2018) Memahami Bisnis Bank Syariah

3. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan dengan akad murabahah adalah pembiayaan berupa

transaksi jual beli barang sebesar harga perolehan barang ditambah margin

keuntungan yang disepakati para pihak (penjual dan pembeli). Besar margin

keuntungan dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah atau presentase dari harga

pembeliannya. (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:212)

Melalui pembiayaan murabahah, bank syariah akan memperoleh profit

berupa pendapatan penjualan dari harga pokok yang telah ditetapkan pihak bank.

(Muslim,dkk, 2014).

Bank Syariah

4. Pembagian Hasil usaha

5. Pengambalian Modal Usaha

Proyek /

Usaha

Nasabah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

22

Pembiayaan murabahah dapat diakukan secara pemesanan dengan cara

janji untuk melakukan pembelian. Dalam hal ini, pembeli dibolehkan meminta

pemesan membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan. Untuk menjaga agar pemesan tidak main-main dengan pesanan maka

diperbolehkan meminta jaminan. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang

yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk

pembayaran utang. (Rozalinda, 2016:89) Skema akad pembiayaan mudharabah

dapat dilihat dalam pada Gambar 2.5

Gambar 2.5

Skema Pembiayaan Murabahah

1. Negosiii

2. Akad Murabahah

5. Bayar Angsuran

3. Beli barang 4. Kirim barang

dan dokumen

Sumber : (Ikatan bankir Indonesia, 2018) Memahami Bisnis Bank Syariah

Bank Syariah

Penjual/Suplier

Nasabah

1. Negosiasi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

23

A.2. Kinerja Keuangan Perbankan

A.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Bank

Suatu bank yang dinilai sehat dapat dilihat melalui kinerja

keuangannya yang ditunjukkan oleh profitabilitas bank tersebut. laporan keuangan

adalah indikator utama dalam menilai kinerja keuangan suatu bank. Berdasarkan

laporan keuangan, bank dapat menghitung sejumlah rasio keuangan yang lazim

dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan

salah satu alat untuk memperkirakan atau mengetahui kinerja suatu bank. ROE

(Return On Equity). (Edo dan Wiagustini, 2014)

A.2.2 Profitabilitas

Menurut Mudrajad dan Suhardjono (dalam Satria dan Saputri, 2016),

“Profitabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning,

tetapi juga faktor yang mempengaruhi ketersediaan kualitas earning. Keberhasilan

bank yang didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang

diukur dengan rasio yang berbobot sama, rasio tersebut terdiri dari rasio

perbandingan laba dalam dua bulan terakhir terhadap volume usaha dalam periode

12 bulan.”

Sedangkan menurut Muhammad Ziqri (dalam Satria dan Saputri, 2016),

“Rasio profitabilitas adalah alat untuk mengukur keefektifan dan kesuksesan

manajemen dalam menghasilkan suatu laba pada suatu periode tertentu.

Profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan menganalisa laporan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

24

keuangannya, dan dari hasil analisa tersebut akan dapat tercermin kemampuan

bank dalam memperoleh laba.

A.2.3 Profitabilitas ROE (Return On Equity)

Pada umumnya, rasio profitabilitas yang sering dipergunakan oleh bank

untuk mengetahui kinerja keuangannya adalah ROA (return on asset) dan ROE

(return on equity). ROA merupakan rasio untuk menilai seberapa besar

kemampuan bank dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba bersih,

sementara ROE adalah rasio untuk melihat seberapa besar kemampuan bank

dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba bersih. Beberapa literatur

menjelaskan bahwa ROA lebih menggambarkan tingkat profitabilitas sebuah

bank, khususnya bank syariah. Namun umumnya para stakeholder lebih melihat

ROE untuk memprediksi tingkat pengembalian yang akan diperoleh. ROE

menggambarkan return dari jumlah modal atau ekuitas suatu bank, semakin tinggi

ROE maka tingkat pengembalian investasi pun semakin besar. Hal ini

memungkinkan para pemegang modal untuk meningkatkan investasi di industri

perbankan. (Sari, 2017)

Menurut IBI (Ikatan Bankir Indonesia), ROE dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

25

A.3 Teori Profit

A.3.1 Konsep Biaya Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan untuk mengubah input menjadi output.

Untuk mendapatkan sejumlah output tersebut , sebuah perusahaan tentunya

mengawali bisnisnya dengan mengadakan sejumlah input bagi proses

produksinya. Input-input itu diperoleh dari pasar faktor produksi, dengan

sejumlah pengeluaran biaya tertentu. Pengeluaran untuk memperoleh sejumlah

input tersebut disebut dengan biaya produksi. Sehingga biaya produksi dapat

diartikan sebagai seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk

memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan

digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan

tersebut. (Suhardi,2016:215)

Dalam analisis biaya ini, dikenal beberapa konsep biaya yang perlu

diketahui, diantaranya adalah :

1. Biaya Eksplisit dan Implisit

Biaya eksplisit adalah pengeluaran aktual yang dilakukan oleh

perusahaan untuk membeli sumber daya (faktor produksi) yang digunakan dalam

suatu proses produksi. Sedangkan biaya implisit adalah biaya oportunitas dari

penggunaan faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan dalam proses produksi.

(Algifari,2003:157)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

26

2. Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Menurut Rahardja (2010:135) biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan

oleh pelaku usaha yang jumlahnya relatif tidak mengalami perubahan, sampai

dengan tingkat kapasitas produksi tertentu. Misalnya membeli lahan, membangun

gedung dan pabrik, membeli peralatan mesin, dll. Sedangkan biaya variabel

adalah biaya yang besarnya akan berubah sesuai dengan jumlah barang yang

diproduksi. Misalnya biaya bahan baku, bahan penolong, dll. Sedangkan biaya

total sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel.

Di mana : TC = biaya total, FC = biaya tetap, VC = biaya variabel

3. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal

Menurut Rahardja (2010:136) Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya

yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output.

Di mana : AC = biaya rata-rata, AFC = biaya tetap rata-rata, AVC = biaya

variabel rata-rata

Sedangkan biaya marginal (marginal cost) adalah tambahan biaya karena

menambah produksi sebanyak satu unit output. Jika biaya marginal jangka pendek

dinotasikan MC dan perubahan output adalah Q, maka

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

27

4. Biaya Produksi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Produksi jangka pendek adalah pengeluaran yang terjadi dalam suatu

proses produksi berupa input tetap dan input variabel. Oleh karena itu, komponen

biaya produksi jangka pendek adalah biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan

proses produksi jangka panjang adalah suatu proses produksi yang sudah tidak

lagi menggunakan input tetap. Jadi input yang digunakan dalam proses produksi

adalah variabel. (Algifari,2003:159)

A.3.2 Penerimaan Perusahaan

Selain ongkos atau biaya, penerimaan adalah salah satu faktor penting

yang harus diperhatikan oleh para pelaku usaha. Besar kecilnya penerimaan yang

didapatkan dari penjualan produk akan sangat menentukan besar kecilnya laba

usaha. Yang dimaksud dengan revenue perusahaan adalah pendapatan atau

penerimaan produsen dari hasil usaha penjualan barang atau jasa (output) yang

diproduksi oleh perusahaan tersebut. (Prianto,2016:61)

Menurut Suhardi (2016:235) ada beberapa konsep revenue (pendapatan)

yang penting untuk analisa perilaku produsen.

1. Total Revenue (TR) yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan

output-nya kali harga jual output

Di mana : P = Price (Harga), Q = Quantity

2. Average Revenue (AR) yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

28

3. Marginal Revenue (MR) yaitu penerimaan produsen dari TR yang disebabkan

oleh tambahan penjualan 1 unit output.

A.3.3 Profit Perusahaan

Menurut Rahardja (2010:151) apabila konsep revenue tersebut

dihubungkan dengan konsep biaya, maka akan didapatkan profit (laba) atau rugi,

dan break event point. Secara teoritis laba adalah kompensasi atas resiko yang

ditanggung oleh perusahaan. Semakin besar risiko, laba yang diperoleh

semestinya semakin besar. Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total

perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Yang dapat

dinotasikan sebagai berikut :

Di mana : adalah laba atau keuntungan, TR = total revenue (total penerimaan),

TC = total cost (total biaya)

Menurut (Rahardja,2010:151) dengan membandingkan total revenue dan

total cost, maka ada 3 (tiga) kemungkinan yang akan terjadi, yaitu:

Perusahaan memperoleh laba bila :

TR > TC Atau = positif atau (> 0)

Perusahaan menderita rugi bila :

TR < TC Atau = negatif atau (< 0)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

29

Perusahaan mengalami titik impas atau break event point :

TR = TC Atau = 0

Menurut Herispon (2010:80) ada tiga pendekatan laba maksimum yaitu :

a. Pendekatan totalitas (totality approach)

Adalah membandingkan pendapatan total (TR) dengan biaya total (TC),

dimana TR adalah unit output yang terjual dikalikan harga output perunit. Dalam

pendekatan totalitas biaya variabel perunit output dianggap konstan, sehingga

biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikali biaya variabel perunit, jika

biaya variabel perunit adalah V, maka VC = V x Q dengan demikian ;

= TR – TC = P x Q – ( FC – V.Q)

b. Pendekatan rata-rata (average approach)

Di mana perhitungan laba perunit dilakukan dengan membandingkan

antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) dan laba total

adalah laba perunit dikali dengan jumlah output yang terjual, sehingga :

= ( P – AC). Q

Di mana : P = harga jual output, AC = biaya produksi rata-rata (average cost),

Q = jumlah output yang terjual

Perusahaan akan mencapai laba bila harga jual perunit output (P) lebih

tinggi dari biaya rata-rata (average cost). Perusahaan hanya mencapai angka

impas bila P sama dengan AC

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

30

c. Pendekatan marginal (marginal approach)

Di mana perhitungan laba dilakukan dengan membandingkan biaya

marginal (marginal cost) dan pendapatan marginal (marginal revenue). laba

maksimum akan tercapai pada saat MR = MC, kondisi ini dapat dijelaskan secara

matematis :

= TR – TC

Laba maksimum tercapai bila turunan pertama fungsi ( / Q ) sama

dengan nol dan nilainya sama dengan nilai turunan pertama TR (TR / Q atau

MR ) dikurangi nilai turunan pertama TC (TC / Q atau MC); MR – MC = 0

MR = MC laba maksimum atau kerugian minimum

Dengan demikian perusahaan akan memperoleh laba maksimum atau kerugian

minimum bila berproduksi pada tingkat output dimana MR = MC.

A.4 Teori Yang Mendukung Pengaruh Variabel Independen Terhadap

Variabel ROE (Return On Equity)

1. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dihimpun dari masyarakat

berupa tabungan, deposito dan giro. Dana yang dihimpun dari masyarakat

digunakan oleh bank untuk melakukan ekspansi kredit maupun investasi. DPK

merupakan hal yang penting bagi bank karena dengan semakin besar dana yang

dihimpun maka dapat memperbesar profitabilitas bank tersebut. (Edo dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

31

Wiagustini, 2014). Penghimpunan DPK dapat berupa akad mudharabah, Wadiah

maupun musyarakah.

2. Pembiayaan Istishna’

Menurut Rozalinda (2016:100) istishna’ secara bahasa berarti meminta

dibuatkan sesuatu. Yaitu akad yang mengandung tuntutan agar shani’ (produsen)

membuatkan suatu pesanan dengan ciri-ciri khusus dan harga tertentu. Sedangkan

secara istilah adalah akad dimana seorang produsen mengerjakan sesuatu yang

dinyatakan dalam perjanjian, yakni kada untuk membeli sesuatu yang dibuat oleh

seorang produsen dan barang serta pekerjaan dari pihak produsen tersebut.

Akad istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada

pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Dimana bank akan membeli terlebih

dahulu barang yang dibutuhkan untuk mengangkat nasabah sebagai agen bank

melalui pembelian barang atasa nama bank, kemudian bank menjual barang

tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan

(margin). (Rozalinda, 2016:107)

3. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal (shahib al-

mal) dengan pengelola modal atau orang yang memiliki keahlian untuk

melakukan sebuah usaha bersama. Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada

pengusaha untuk usaha tertentu. Jika dari usaha tersebut mendapatakan

keuntungan, keuntungan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan. Namun

apabila terjadi kerugian dalam usaha maka kerugian tersebut ditanggung oleh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

32

pemilik modal, dan pengusaha tidak berhak atas upah dari usahanya. (Afandi,

2009:101)

Pendapatan yang tinggi akan berpengaruh pada peningkatan laba bersih

bank syariah. Keuntungan atau nisbah bagi hasil ditentukan oleh Bank Umum

Syariah sesuai dengan omset usaha yang diperoleh masing-masing bank.

Meningkatnya usaha kecil dan menengah pada bank syariah akan mendatangkan

keuntungan yang besar bagi pihak bank dan akan meningkatkan profitabilitas

ROE (Return On Equity). Sehingga semakin tinggi pembiayaan mudharabah,

maka semakin tinggi profitabilitas ROE yang dihasilkan (Putra, 2018).

4. Pembiayaan Musyarakah

Akad musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh orang yang

mengikatkan diri untuk bekerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan. (Afandi, 2009:120)

Sama dengan pembiayaan mudharabah, hasil dari pengalokasian dana

untuk pembiayaan musyarakah juga digunakan untuk mengembalikan modal.

dengan membagikan antara keuntungan atau profit yang diperoleh dengan modal

yang dimilik sebagai alat untuk mengukur seberapa besar tingkat profitabilitas

yang diterima oleh bank. (Edo dan Wiagustini, 2014).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

33

5.Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan dengan akad murabahah adalah pembiayaan berupa

transaksi jual beli barang sebesar harga perolehan barang ditambah margin

keuntungan yang disepakati para pihak (penjual dan pembeli). Besar margin

keuntungan dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah atau presentase dari harga

pembeliannya. (Ikatan Bankir Indonesia, 2018:212)

Melalui pembiayaan murabahah, bank syariah akan memperoleh profit

berupa pendapatan penjualan dari harga pokok yang telah ditetapkan pihak bank.

(Muslim,dkk, 2014).

Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan porsi terbesar

yang disalurkan bank umum syariah kepada nasabahnya. Melalui pembiayaan

Murabahah, bank syariah akan memperoleh profit berupa pendapatan penjualan

dari harga pokok yang telah ditetapkan pihak bank. Dengan kepastian imbal hasil

dan kemudahan dari sisi operasional besarnya pembiayan murabahah yang

disalurkan kepada nasabah berpengaruh terhadap profitabilitas ROE bank umum

syariah. Apabila pembiayaan murabahah pada bank dilaksanakan dengan baik,

maka akan menyebabkan profitabilitas Return On Equity (ROE) semakin baik

pula (Putra,2018).

B. Penelitian Sebelumnya

Di Indonesia selama periode 2007-2014, Satria dan Saputri (2016),

dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan

variabel murabahah dan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

34

profitabilitas ROE, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar 1.238 dan

0.911 serta memiliki nilai signifikansi empirik t sebesar 0.000 (< 0.01) dan 0.089

(<0.10). Sementara itu pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas ROE dengan nilai signifikansi empirik t sebesar 0.904 (>

0.10)

Di Indonesia selama kurun waktu 2009-2012, Permata, et al. (2014),

dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan

variabel pembiayaan mudharabah dan musyarakah berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas ROE, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar -

1.694 dan 1.672, serta signifikansi empirik t sebesar 0.008 (< 0.01) dan 0.009 (<

0.01).

Di Indonesia selama periode 2007-2011, Prasetyo dan Buchori (2014),

dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan

tingkat pembiayaan mudharabah tidak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas ROE dan ROA, masing masing dengan nilai signifikansi empirik t

sebesar 0.120 (> 0.10) dan 0.17 (> 0.10). sementara itu, pembiayaan mudharabah

berpengaruh signifikan terhadap NPM dengan nilai koefisien regresi sebesar

0.093 dan nilai signifikansi empirik t sebesar 0.027 (< 0.05).

Di Indonesia selama kurun waktu 2015-2016, Sari dan Anshori (2017),

dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan

variabel pembiayaan murabahah dan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas ROE, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

35

0.0000002281 dan 0.000003541, serta nilai signifikansi empirik t sebesar 0.000 (<

0.01) dan 0.000 (< 0.01). sementara itu istishna’ dan musyarakah tidak memiliki

pengaruh signifikan, masing-masing dengan signifikansi empirik t sebesar 0.648

(> 0.10) dan 0.215 (> 0.10).

Di Indonesia selama periode 2011-2014, Rahayu, et al. (2016), dengan

menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan variabel

pembiayaan mudharabah dan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas ROE, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar

0.0000000171 dan -0.0000000012 serta nilai signifikansi empirik t sebesar 0.009

(< 0.01) dan 0.060 (< 0.10).

Di Indonesia selama kurun waktu 2012-2014, Hariyani (2016), dengan

menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square) menemukan variabel

pembiayaan musyarakah dan ijarah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas

ROE, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar 0.0006420 dan 0.001230

serta nilai signifikansi empirik t sebesar 0.002 (< 0.01) dan 0.021 (< 0.05).

Sementara itu variabel pembiayaan murabahah tidak berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas ROE, dengan nilai signifikansi empirik t sebesar 0.11 (>

0.10).

Di Indonesia selama kurun waktu 2005-2010, Satriawan dan Arifin

(2012), dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary Last Square)

menemukan variabel pembiayaan mudharabah, musyarakah dan murabahah

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ROE, masing-masing dengan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Perbankan ...eprints.ums.ac.id/72762/4/BAB II.pdfA.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Ascarya dan Yumanita (dalam Permata, dkk, 2014)

36

koefisien regresi sebesar 0.00292, 0.00166 dan 0.00064 serta nilai signifikansi

empirik t sebesar 0.035 (< 0.05), 0.000 (< 0.01) dan 0.001 (< 0.01).

C. Hipotesis

Berdasarkan pembahasan berbagai teori dan penelitian sebelumnya,

dapat diformulasikan hipotesis-hipotesis sebagai berikut :

1. Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas ROE

(Return On Equity) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 2011-2018.

2. Pembiayaan Istishna’ memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas ROE

(Return On Equity) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 2011-2018.

3. Pembiayaan Mudharabah memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas

ROE (Return On Equity) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 2011-

2018.

4. Pembiayaan Musyarakah memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas

ROE (Return On Equity) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 2011-

2018.

5. Pembiayaan Murabahah memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas

ROE (Return On Equity) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Periode 2011-

2018.