Upload
lamkhue
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Pardede et al (2016) melakukan penelitian berjudul Analisis Perbedaan
Persepsi Pasien Peserta BPJS Terhadap Penilaian Mutu Pelayanan di
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2016. Sampel penelitian
sejumlah 50 responden peserta BPJS PBI dan 50 responden BPJS non PBI.
Data dianalisis menggunakan analisis bivariat untuk menguji apakah ada
perbedan dari dua populasi yang berbeda dimana analisis bivariate yang
digunakan adalah Mann Whitney U Test atau uji dua sampel yang tidak
berpasangan dari statistik non parametik. Hasil analisis untuk dimensi tangible
menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang signifikan antara pasien peserta
BPJS PBI dan BPJS non PBI. Pada dimensi keandalan (reliabiility), daya
tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati tidak ditemukan
adanya perbedaan persepsi yang signifikan antara pasien peserta BPJS PBI dan
BPJS non PBI.
Pertiwi (2016) melakukan penelitian berjudul Analisis Perbedaan
Kualitas Pelayanan Pada Pasien BPJS dan Pasien Umum Terhadap Kepuasan
Pasien di Rawat Jalan RSUD Kota Surakarta dengan sampel penelitian
berjumlah 30 pasien BPJS dan 30 pasien umum (non BPJS) rawat jalan.
Analisis data yang digunakan adalah uji independent t-test kemudian dianalisis
pengaruh antara variabel independen terhadap dependen menggunakan analisis
9
regresi berganda. Hasil penelitian menyebutkan adanya perbedaan yang
signifikan kualitas pelayanan berdasarkan dimensi keselamatan pasien,
efektivitas dan efisiensi, dan berorietasi pada pasien, serta kepuasan pasien
antara pasien yang menggunakan BPJS dan umum, serta adanya pengaruh
antara variabel keselamatan pasien, efektivitas dan efisiensi, dan berorietasi
pada pasien terhadap kepuasan pasien.
Annisa et al (2016) melakukan penelitian berjudul Perbedaan Tingkat
Kepuasan Pasien BPJS dan non BPJS Pada Mutu Pelayanan Pendaftaran
Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Dr. S. Hardjolukito Bantul. Sampel
penelitian sejumlah 202 responden diambil dengan teknik proporsional
sampling. Uji statistik menggunakan Mann-Whitney U Test . Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dengan
tingkat kepuasan pasien non BPJS pada mutu/kualitas pelayanan Pendaftaran
di RSPAU dr. S. Hardjolukito (p value = 0,000
Susanti (2017) melakukan penelitian berjudul Kualitas Pelayanan yang
Diterima Pasien BPJS dan Non BPJS di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gombong Tahun 2017 dengan sampel sebanyak 70
responden yang di bagi 2 yaitu 35 responden BPJS dan 35 responden Non
BPJS. Data dianalisis menggunanakan analisis deskriptif. Hasil Penelitian
menunjukan bahwa adanya perbedaan kualitas pelayanan yang diterima pasien
BPJS dengan pasien Non BPJS. dilihat dari persentase keduanya berdasarkan
dimensi Reability yaitu 15,8% dan 13,85%, Responsive 15,34% dan 13,68%,
10
Assurance 15,74% dan 15,48%, Tangible 15,68% dan 15,22%, Empaty 16,28
dan 14,74%.
Perbedaaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini terletak pada
tehnik analisis data. Pada penelitian terdahulu, menggunakan analisis bivariate
(uji dua variabel) menggunakan Mann Withney dan uji t (t-test) untuk
mengetahui persepsi/penilain terhadap kualitas pelayanan, sedangkan
penelitian saat ini menggunakan analisis multivariate dengan analisis
diskriminan
B. Persepsi
Kotler et al (2005:273) mendefiniskan persepsi sebagai proses yang digunakan
oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan
informasi guna menciptakan gambaran yang memiliki arti. Sedangkan menurut
Schiffman & Kanuk (2008:137) mendefiniskan persepsi sebagai proses yang
dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam
gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia”. Dari dua definisi tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa perspesi seseorang terhadap suatu objek sangat
dimungkinkan untuk berbeda-beda
C. Kualitas Pelayanan
1. Pengertian Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan menjadi salah satu ukuran atas keberhasilan dalam
memberikan jaminan atas kepuasan bagi konsumen, melalui kualitas pelayanan
seorang konsumen dapat memberikan penilaian secara obyektif dalam usaha
menciptakan kepuasan konsumen. Menurut Tjiptono (2004:11),
11
mendefinisikan kualitas “Sebagai kecocokan untuk pemakaian (fitness for use).
Definisi ini menekankan orientasi pada pemenuhan harapan pelanggan”.
Menurut Lupiyoadi (2001:144), kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan
karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan
atau bersifat laten”.
Sedangkan menurut Kotler et al (2005:472), kualitas adalah totalitas fitur
dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Render dan
Herizer (2009:301) bahwa kualitas mempunyai pengaruh besar terhadap
perusahaan terutama dalam empat hal, yaitu:
a. Biaya dan pangsa pasar. Kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah
kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga
dapat mempengaruhi profitabilitas.
b. Reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas
yang dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi
mengenai produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan
pegawai, dan hubungannya dengan pemasok.
c. Pertanggungjawaban produk. Organisasi memiliki tanggung jawab yang
besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
d. Implikasi internasional. Dalam era teknologi, kualitas merupakan
perhatian operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara
12
dapat bersaing secara efektif dalam perekonomian global, produknya
harus memenuhi kualitas dan harga yang diinginkan.
Gambar 1. Kualitas Memperbaiki Kemampuan Memperoleh Laba
Sumber: Herizer dan Render (2009:301)
Definisi kualitas jasa atau layanan berpusat pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Tjiptono (2011), kualitas jasa adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua
faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service
(pelayanan yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan yang
dirasakan). Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan jasa dipresepsikan baik dan memuaskan.
Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas
pelayanan jasa dipresepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa
diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan maka kualitas pelayanan jasa
13
dipresepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan jasa
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten
2. Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Dalam usaha untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan maka dengan
sendirinya jaminan atas kepuasan konsumen menjadi hal wajib yang harus
dipenuhi oleh perusahaan jasa. Strategi untuk meningkatkan kualitas jasa /
pelayanan, menurut Tjiptono (2004:88), ada 8, yaitu:
a. Mengidentifikasi determinasi utama jasa, melakukan riset untuk
mengidentifikasi determinan jasa yang penting bagi pasar sasaran lalu
memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap
perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut.
b. Mengelola harapan konsumen, disini perusahaan berusaha mengetahui
dan memenuhi harapan konsumen.
c. Mengelola bukti (evidence) kualitas jasa, evidence ini untuk memperkuat
persepsi konsumen selama dan sesudah jasa diberikan.
d. Membidik konsumen tentang jasa, konsumen yang telah terbidik akan
dapat mengambil keputusan secara lebih baik, sehingga kepuasan
konsumen dapat tercipta lebih tinggi.
e. Mengembangkan budaya kualitas, dapat dilakuakan melalui
pengembangan suatu program yang terkoordinasi yang diawali dari
seleksi dan pengembangan karyawan. Sebab karyawan merupakan aset
14
perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan memeuaskan
pelanggan.
f. Menciptakan automating quality, perusahaan perlu melakuan penelitian
untuk menentukan bagian yang memebutuhkan sentuhan manusia dan
yang memerlukan otomatisasi.
g. Menindaklanjuti jasa, perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk
menghubungi sebagian atau semua konsumen untuk mengetahui tingkat
kepuasan konsumen terhadap jasa yang diberikan.
h. Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa, diperlukan dengan
pendekatan riset untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi
kualiutas jasa guna mendukung pengambilan keputusan.
Menurut Tjiptono (2004:14), ketiga kriteria pokok dalam menilai
kualitas jasa / pelayanan dijabarkan menjadi enam unsur yaitu:
a. Profesionalism and Skilis
Profesionalism and Skilis merupakan outocome relatedcriteria. Penyedia
jasa (service provider), karyawan, sistem operasional dan sumber daya
fisik memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan
masalah pelanggan secara profesional.
b. Attitudes and Behavior
Attitudes and Behavior merupakan outcome related criteria. Karyawan
perusahaan (contact personal) menaruh perhatian terhadap pelanggan
dan berusaha membantu dalam memecahkan masalah secara spontan dan
senang hati.
15
c. Accesbility and Flexibility
Accasbiliti and Flexibility termasuk process related criteria. Penyedia
jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya dioperasikan
agar pelanggan dapat melakukan akses dengan mudah dan bersifat
fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan.
d. Reliability and Trusworthiness
Reliability and Trusworthiness termasuk process related criteria.
Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi, pelanggan bisa
mempercayai segala sesuatunya kepada penyedia jasa beserta karyawan
dan sistemnya.
e. Recovery
Recovery termasuk process related criteria. Penyedia jasa mengambil
tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari pemecahan masalah
yang tepat bila ada kesalahan.
f. Repotation and Credibility
Repotation and Credibility merupakan image ready criteria. Pelanggan
meyakini bahwa operasional dari penyedia jasa memberikan nilai atau
imbalan yang sesuai dengan pengorbanannya.
3. Model Kualitas Pelayanan
Dalam model kualitas pelayanan ada lima kesenjangan yang dapat
menimbulkan kegagalan penjualan jasa / layanan. Menurut Alma
(2002:228), kelima kesenjangan yaitu sebagai berikut:
16
a. Kesenjangan harapan konsumen dan persepsi manajemen.
Timbul karena manajemen tidak teliti sehingga tidak mengetahui
sepenuhnya keinginan dan harapan konsumen.
b. Kesenjangan persepsi manajemen dengan kualitas layanan.
Timbul karena manajemen mengetahui keinginan konsumen, tetapi
manajemen tidak dapat memberikan pelayanan sesuai keinginan
konsumen.
c. Kesenjangan kualitas layanan dengan komunikasi eksternal.
Kualitas layanan menurut spesifikasinya baik, tetapi karyawan yang
melayani kurang terlatih, masih baru dan kaku.
d. Kesenjangan penyampaian layanan dengan komunikasi eksternal.
Jasa yang diberikan tidak sesuai dengan janji-janji dalam iklan, brosur
atau media promosi yang lain.
e. Kesenjangan layanan yang dialami/dipersepsi dengan layanan yang
diharapkan.
Layanan yang diterima konsumen tidak sesuai dengan yang
dibayangkan/diharapkan.
Pelayanan merupakan suatu faktor yang utama dalam hubungannya
dengan perusahaan jasa. Berkaitan dengan kualitas pelayanan, Payne
(2000:275) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berkaitan dengan
kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi atau melebihi harapan
konsumen. Ukuran kinerja adalah kualitas jasa yang dipersepsikan.
17
4. Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Parasuraman et al (1990) dalam artikelnya berjudul “Five
Imperatives for Improving Service Quality” terdapat lima dimensi dalam
menentukan kualitas jasa atau layanan. Artikel tersebut merupakan koreksi
dari artikel sebelumnya yang dipublikasi pada Tahun 1985 dengan judul “A
Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Future
Research” dimana dalam artikel tersebut terdapat sepuluh dimensi kualitas
layanan. Lima dimensi kualitas pelayanan yaitu:
a. Reliabilitas (reliabilility)
Yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera
dan akurat.
b. Daya tanggap (responsiveness)
Yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan
memberikan layanan dengan tanggap.
c. Jaminan (Assurance)
Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat yang
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari biaya, resiko atau
keragu-raguan.
d. Empati (Empathy)
Yaitu meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi dan pemahaman atas kebutuhan individual para
pelanggan.
18
e. Bukti fisik (tangibles)
Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
komunikasi.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur penelitian yang akan dilakukan,
dimana dalam penelitian akan dilakukan analisis atas perbedaan persepsi atas
dimensi kualitas pelayanan bagi pengguna BPJS dan Non BPJS. Kualitas
pelayanan yang diberikan meliputi bukti langsung, kehandalan, daya tanggap,
jaminan, empati (Parasuraman et al (1990). Kerangka pikir penelitian dapat
disajikan pada gambar 2 berikut:
Gambar 2
Kerangka Pemikiran
Sumber: Parasuraman et al (1990) domodifikasi
Dimensi Kualitas
Pelayanan
1. Bukti langsung
2. Kehandalan
3. Daya tanggap
4. Jaminan
5. Empati
Persepsi Pasien atas
Kualitas Pelayanan
Pengguna BPJS Non BPJS
19
E. Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pardede et al (2016),
Pertiwi (2016) dan Annisa (2016). Dari uraian tersebut yang menyebutkan
bahwa untuk dimensi tangible menunjukkan adanya perbedaan persepsi yang
signifikan antara pasien peserta BPJS PBI dan BPJS non PBI dan adanya
perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan berdasarkan dimensi keselamatan
pasien, efektivitas dan efisiensi, dan berorientasi pada pasien, serta kepuasan
pasien antara pasien yang menggunakan BPJS dan umum di RSUD Kota
Surakarta serta bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan pasien BPJS dengan
tingkat kepuasan pasien non BPJS pada mutu/kualitas pelayanan Pendaftaran di
RSPAU dr. S. Hardjolukito (p value = 0,000) maka dapat dihipotesiskan:
H1: “Terdapat perbedaan persepsi atas kualitas pelayanan antara pasien
pengguna BPJS dan Non BPJS di RSUD Kanjuruhan”
Berdarkan hasil penelitian yang dilakukan Susanti (2017), menyebutkan
bahwa menunjukan bahwa adanya perbedaan kualitas pelayanan yang diterima
pasien BPJS dengan pasien Non BPJS. Dilihat dari persentase keduanya
berdasarkan dimensi Reability yaitu 15,8% dan 13,85%, Responsive 15,34% dan
13,68%, Assurance 15,74% dan 15,48%, Tangible 15,68% dan 15,22%, Empaty
16,28 dan 14,74%, maka dapat dihipotesiskan:
H2: “Variabel reliability secara dominan membedakan persepsi atas kualitas
pelayanan antara pasien pengguna BPJS dan Non BPJS di RSUD
Kanjuruhan”.