16
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Pengertian DM didefinisikan sebagai suatu penyakit dan gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produk insulin oleh sel- sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Lestari, 2009). Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO,1999). Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002). Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian

DM didefinisikan sebagai suatu penyakit dan gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan

protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin

dapat disebabkan oleh gangguan atau difisiensi produk insulin oleh sel-

sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)

di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara cukup (Lestari, 2009).

Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang

disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,

mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikontrol (WHO,1999).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

8

DM adalah suatu sindrom gangguan metabolisme dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi

sekresi insulin/ berkurangnya efektivitas biologic dari insulin (atau

keduanya) (Greenspan dan baxter, 2000).

DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Tjokronegoro,

2002).

Menurut Adam (1996) bahwa DM adalah suatu intoleransi

karbohidrat baik yang berat maupun yang ringan yang terjadi pertama

kali. Penyakit DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

intoleransi glukosa.

Menurut Long (1996) bahwa yang dinamakan DM adalah suatu

penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi kronik

pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah.

Menurut Carpenito (1997) bahwa DM adalah sekelompok kelainan

yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia).

2. Tanda dan gejala, faktor risiko Diabetes Melitus

Banyak makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi), banyak

kencing (Poliuria), lemas, berat badan turun merupakan tanda dan gejala

dari diabetes (Tony, 2009).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

9

Genetik, aktivitas fisik yang rendah, pola makan yang tidak benar,

obesitas, umur, ras merupakan factor risiko dari diabetes.

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus tipe I

1) Etiologi

Ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi

faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungannya

(misalnya, infeksi virus)diperkirakan turut menimbulkan destruksi

beta (Smeltzer, 2002).

Hasil dari kerusakan sel beta pankreas dari infeksi atau agen

lingkungan. Memicu sistem kekebalan dalam rentan secara

genetik individu untuk mengembangkan suatu respon autoimun

terhadap sel beta pankreas mengubah antigen atau molekul dalam

sel beta yang menyerupai protein virus. Saat ini, autoimun

dianggap sebagai faktor utama dalam patofisiologi DM tipe 1.

Prevalensi meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun

lainnya, seperti penyakit Graves, Hashimoto tiroiditis, dan

penyakit Addison. Sekitar 95% pasien dengan DM tipe 1 harus

baik Leukocyte manusia antigen (HLA)-DR3 atau HLA-DR4.

HLA-DQs dianggap penanda spesifik tipe 1 DM kerentanan

(Hussain, 2010).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

10

2) Patofisiologi dan Patogenesis

Patofisiologi:

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang

berbeda. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan

memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan pankreas.

HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan fenomena ini. Tipe IB berhubungan dengan keadaan

autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering

menunjukkan manifestasi autoimun lainnya. Keadaan ini

berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia

sekitar 30 - 50 tahun. Pada DM tipe I cenderung terjadi

ketoasidosis diabetik (Haryudi, 2009).

Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,

ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang tersaring keluar.

Akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria)

(Smeltzer, 2002).

Pathogenesis:

Tipe 1 diabetes (T1D) adalah hasil dari pemusnahan selektif

memproduksi insulin sel beta di Langerhans pankreas. T1D

adalah karena interaksi yang kompleks antara beta-sel, sistem

kekebalan tubuh, dan lingkungan di rentan genetik individu.

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

11

Dalam sel-sel beta terpapar IL-1 beta, sebuah perlombaan antara

merusak dan peristiwa pelindung dimulai. Protein terlibat dalam

banyak proses seluler, dan dengan demikian diharapkan bahwa

profil ekspresi kumulatif mereka mencerminkan aktivitas spesifik

sel. Proteomics mungkin berguna dalam menggambarkan profil

ekspresi protein sehingga fenotipe diabetes. Proteomics telah

diterapkan dalam studi membedakan sel beta. Sebaliknya

kumulatif perubahan pola tampaknya bantuan apa transisi dari

stabilitas dinamis gentar beta-sel untuk ketidakstabilan dinamis

dan pada akhirnya sel beta kehancuran (Proteomika,2005).

3) Penatalaksanaan

Pada dugaan DM tipe-1 penderita harus segera rawat inap. Insulin

Dosis total insulin adalah 0,5 - 1 UI/kg BB/hari. Selama

pemberian perlu dilakukan pemantauan glukosa darah atau

reduksi air kemih. Gejala hipoglikemia dapat timbul karena

kebutuhan insulin berkurang selama fase ”honeymoon”. Pada

keadaan ini, dosis insulin harus diturunkan bahkan sampai kurang

dari 0,5 UI/kg BB/hari, tetapi sebaiknya tidak dihentikan sama

sekali (Haryudi, 2009).

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi

insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang

berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

12

secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet)

(Khomzah, 2008).

b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DM T II)

1) Etiologi

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui.

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat juga faktor-faktor

risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM

tipe II. Faktor-gaktor itu diantaranya adalah usia (resistensi

insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas,

riwayat keluarga, kelompok etnik (Rapani, 2010).

2.) Patofisiologi dan Patogenesis

Patofisiologi:

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus

pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya reseptor insulin

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

didalam sel. Resistensi insulin disertai dengan penurunan reaksi

intrasel. Insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa. Untuk mengatasi resistensi insulin dan

mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

13

peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Jika sel-sel beta

tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan maka glukosa

akan meningkat dan terjadi DM tipe II (Rapani, 2010).’

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah yang

disekresikan. Keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan, dan kadar glukosa akan dippertahankan pada tingkat

yang normal. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Smeltzer,

2002).

Pathogenesis:

DM tipe2 adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan

meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat defek

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik

berhubungan dengan kerusakan, disfungsi dan gangguan berbagai

organ. Patogenesis DM tipe 2 sampai saat ini belum diketahui

dengan pasti, namun peranan faktor genetik dan faktor lingkungan

dalam proses terjadinya DM tipe 2 sudah diketahui dengan pasti.

Disamping itu defisiensi sekresi insulin oleh sel beta pankreas

dan resistensi insulin diperifer merupakan 2 keadaan yang

ditemukan secara bersamaan pada DM tipe2. Yang menjadi

masalah adalah proses mana yang lebih dahulu terjadi belum

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

14

diketahui dengan pasti. Diagnosis DM tipe 2 ditegakkan

berdasarkan kriteria WHO, yaitu bila ditemukan gejala klinis

yang khas DM seperti poliuri, polidipsi dan polifagi serta

penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya dan

kadar glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl maka diagnosis DM

dapat ditegakkan (Sanusi, 2006).

3.) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien DM tipe 2 yaitu dengan terapi

penyesuaian nutrisi, ditambah dengan pemberian metformin.

Pasien dengan gejala ringan atau tidak terdiagnosis biasanya dapat

diterapi rawat jalan (Votey, 2008).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan

pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan

aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah

menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi

berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai

hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan

diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan

bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah

(Khomzah, 2008).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

15

B. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat di definisikan sebagai gerakan fisik yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Mutaqin,2008).

Aktivitas fisik di bagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik internal dan

aktivitas fisik ekternal. Aktivitas fisik internal adalah suatu aktivitas fisik

dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh sewaktu istirahat,

sedangkan aktivitas fisik secara ekternal adalah aktivitas fisik yang

dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan selama 24 jam

serta banyak mengeluarkan energi (Agustaria, 2009).

Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran energi secara sederhana yang sangat penting bagi

pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat (Hidayati, 2006).

Istirahat dapat membantu menstabilkan gula darah karena dalam istirahat

hanya membutuhkan kalori yang sedikit yang tergolong dalam aktivitas

ekstrinsik yang membutuhkan banyak kalori (George, 1995).

Salah satu cara yang mudah untuk mencegah penyakit diabetes

adalah dengan berjalan kaki. Aktivitas fisik yang termasuk ringan hingga

sedang dan aktivitas fisik yang lebih intensif, bisa mengurangi risiko

terkena diabetes. Penelitian di Australia mengindikasikan bahwa partisipan

yang berjalan kaki antara 85 menit-3 jam per minggu, bisa mengurangi

risiko terkena diabetes hingga 31%. Intensitas berjalan yang rutin (5 hari

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

16

per minggu) setidaknya selama 3 jam per minggu bisa mengurangi risiko

terkena diabetes pada remaja (Bararah, 2010).

Berjalan kaki dengan benar dan teratur sangat baik bagi tubuh

perempuan, yang cukup rentan terkena penyakit. Berjalan kaki merupakan

salah satu contoh olahraga menggunakan arena saat berjalan, kita

menopang berat tubuh kita sendiri. Berjalan kaki harus dilakukan dengan

aturan yang benar. Sebanyak 10000 langkah per hari adalah ukuran yang

dianggap aktif. Dengan berbagai fisik harian sepeti berjalan kaki,

menggunakan tangga dari pada lift, menyapu, berdansa. Dengan begitu

10000 langkah dalam berjalan kaki menjaga kesehatan tulang (Tudor,

2008).

Mengukur banyaknya langkah dalam sehari. Menurut hasil risetnya :

1. 1000 – 4000 langkah = Buruk

2. 4000 – 8000 langkah = Sedang

3. 8000 – 10000 langkah = Baik

Mengacu teori Orem disebutkan bahwa aktivitas adalah upaya yang

diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan serta

kesejahteraan. Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat harus dijaga,

bagi penderita DM aktivitas akan mempengaruhi peningkatan metabolik di

dalam tubuh. Aktivitas membutuhkan kalori sedangkan bahan untuk

memperoleh kalori salah satunya dengan metabolik glukosa sehingga

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

17

aktivitas akan mempengaruhi indek glukosa darah. Istirahat dapat

membantu menstabilkan gula darah karena dalam istirahat hanya

membutuhkan kalori yang sedikit yang tergolong dalam aktivitas intrinsik,

dibandingkan dengan aktivitas ektrinsik yang membutuhkan banyak kalori

(George, 1995).

Teori sistem keperawatan merupakan toeri yang menguraikan

secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh

perawat atau pasien itu sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem

memberikan identifikasi dalam system pelayanan keperawatan

diantaranya:

1. Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System).

Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan

secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam

memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan

bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulansi serta adanya

manipulasi gerakan.

2. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System).

Merupakan system dalam pemberian perawatan diri sendiri secara

sebagian saja ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan

secara minimal.

3. Sistem Supportif dan Edukatif. Merupakan system bantuan yang

diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

18

dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri.

System ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan

keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.

C. Kadar Gula Darah

Pengertian gula darah adalah bahan energi utama untuk otak yang

diperoleh melalui proses pemecahan senyawa karbohidrat. Kekurangan

glukosa sebagaimana kekurangan oksigen, akan mengakibatkan gangguan

fungsi otak, kerusakan jaringan, bahkan kematian jaringan jika terjadi secara

berkepanjangan. Gula darah merupakan hasil pemecahan dari karbohidrat

yang dengan bantuan energi adenosin tri phospate (ATP) akan

menghasilkan asam piruvat dan bisa digunakan menjadi energi untuk

aktivitas sel (Wiyono, 1999).

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon,

kortisol; system reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis

dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan

(Dewi, 2008).

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dl

{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

19

{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18

mg/dl (Khomzah, 2008).

Menurut Pranadji et al. (2001) tanda-tanda pasti dari DM adalah

kenaikan kadar gula darah yang lebih dari normal.

1. Kriteria Diagnostik Gula Darah

Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes

Puasa < 110 110-125 ≥126

Sewaktu <110 110-199 ≥200

Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan tes

toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, nisalnya pada

wanita yang sedang hamil (Lestari, 2009). Namun demikian, kadar gula

tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan

diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami

hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal,

sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami

penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal (Khomzah, 2008).

2. Kadar Gula Darah Tinggi (hiperglikemia)

Seseorang disebut diabetisi atau menderita diabetes jika

pemeriksaan gula darah puasanya melebihi angka 126 mg/ dl atau selama

2 kali berturut-turut pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan angka

yang didapat melebihi 180 mg/ dl (Matanews, 2009).

Kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi pada pagi hari dapat

disebabkan oleh dosis insulin yang tidak adekuat (Smeltzer, 2002).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

20

3. Kadar Gula Darah Rendah (hipoglikemia)

Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut Diabetes

Mellitus (DM).

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah

(glukosa) secara abnormal rendah. Dalam keadaan normal tubuh

mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes,

kadar gula darah terlalu tinggi sedangkan pada hipoglikemia kadar gula

darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai

sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi (Fahmi, 2010).

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh

kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat

dingin, pusing dan sebagainya (Darni, 2006).

Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit

bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap.

Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula

(Lestari, 2009).

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

21

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Sistem Keperawatan Dasar (Basic Nursing Sistem)

Orem (George, 1995)

Sistem kompensasi penuh:

Tindakan perawat:

• Membantu pasien melakukan self-care.

• Mengkompensasi ketidakmampuan pasien dalam melakukan self-care.

• Mendukung dan melindungi pasien.

Sistem kompensasi sebagian:

Tindakan perawat:

• Melakukan pengkajian kebutuhan perawatan diri pasien.

• Membantu keterbatasan perawatan diri pasien.

• Membantu pasien sesuai kebutuhan.

Tindakan pasien::

• Mengkaji kebutuhan perawatan diri.

• Mengatur agensi perawatan diri.

• Menerima asuhan dan bantuan perawat.

Sistem suportif dan edukatif:

Tindakan perawat:

• Mangatur latihan dan agensi.

Tindakan pasien:

• Mendapat bantuan perawatan diri.

Pasien mengalami keterbatasan (pasien dengan DM)

Kadar Gula Darah

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitusrepository.ump.ac.id/4476/3/DEVIANI RETNO PALUPI BAB II.pdfpenyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein

22

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kadar gula darah pasien DM di RSUD Banjarnegara”.

Aktivitas Fisik Kadar Gula Darah

Hubungan Aktifitas Fisik..., DEVIANI RETNO PALUPI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011