Upload
ngokhanh
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Laboratorium
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pemeriksaan terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang berasal
bukan dari manusia untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan yang berperngaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
(Depkes RI 1996).
2.1.2. Pengertian Tentang Mutu
Mutu merupakan perwujudan atau gambaran hasil yang mempertemukan
kebutuhan dari pelanggan dan pelayanan sehingga memberikan kepuasan (J.M
Jurdan: Juran’s Quality control Handbook, 1988).
Dalam hal ini mutu mencakup bagian organisasi, dan setiap hal yang
dilakukan organisasi. Selanjutnya mutu akhirnya ditetapkan oleh pelanggan.“
Mutu, dalam arti sempit adalah mutu produk (barang/ jasa). Sedang dalam arti
luas mutu mencakup mutu sumber daya (input), mutu pelayanan (process), mutu
kerja (output), mutu informasi, mutu lingkungan kerja dan sebagainya”.
8
2.1.3. Tujuan Peningkatan Mutu Pelayanan
Di dunia industri perdagangan dan bidang jasa pelayanan, mutu merupakan
satu hal yang sangat menentukan keberhasilan pemasaran dan secara komersial
karena:
1. Persaingan dunia usaha yang maskin ketat karena adanya tekanan yang
berat.
2. Selera konsumen yang semakin meningkat.
3. Tidak adanya mutu yang baik pada dasarnya merupakan pemborosan
yang tersembunyi.
4. Mutu menjamin kelangsungan hidup industri dan usahan.
5. Para manajer dan pekerja makin pula menghargai mutu hasil kerjanya
karena mereka akan mendapatkan kepuasan kerja.
2.1.4. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Arti mutu dapat ditinjau dari beberapa sudut padang: Pasien, Petugas
Kesehatan dan Manajer. Kualitas merupakan fokus sentral dari tiap upaya untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
a. Bagian Pasien dan Masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empathi,
respek dan konsern atau tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus
sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada
waktu mereka berkunjung. Pada umumnya mereka ingin pelayanan yang
9
mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit, sehingga mereka
beserta keluarganya sehat dan dapat melaksanakan tugas mereka sehari-hari
tanpa gangguan fisik maupun mental. Menurut mereka pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan yang memuaskan. Kepuasan pasien adalah
suatu kenyataan, namun sebagai indikator mutu sering diabaikan.
Pengukuran dan penilaian mutu pelayanan penting, karena ia memberikan
informasi tentang suksesnya laboratorium dalam memenuhi harapan pasien
dimana pasien sendiri mempunyai wewenang dalam menilai kepuasan atas
pelayanan yang diterimanya.
b. Bagi Petugas Kesehatan, mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala
sesuatu yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju,
mutu peralatan yang baik dan memenuhi standart yang baik . Komitmen dan
motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan
tugas mereka dengan cara yang optimal.
c. Bagi Manajer atau administrator, mutu pelayanan tidak begitu berhubungan
langsung dengan tugas mereka sehari-hari, namun tetap sama pentingnya.
Kebutuhan untuk supervisi, manajemen keuangan dan logistik, dan alokasi
sumberdaya yang terbatas sering menjadi sebab berkurangnya mutu
pelayanan. Hal ini dikarenakan manajer kurang memperhatikan mutu
sebagai prioritas. Untuk manajer fokus pada mutu akan mendorongnya
untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat dengan baik (J.M Jurdan:
Juran’s Quality control Handbook, 1988).
10
2.1.5. Prinsip Peningkatan Mutu Pelayanan
a. Memenuhi pelayanan seperti yang diinginkan pasien
1. Memenuhi pelayanan seperti yang diinginkan pasien
2. Memenuhi apa yang dipikirkan pasien tentang pelayanan yang anda
berikan
3. Membangun kebersamaan antara pasien dan petugas terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan.
b. Mengukur dan menilai pelayanan yang diberikan
1. Mengukur dan menilai apa yang dilakukan.
2. Mengukur pengaruh pelayanan yang diberikan terhadap kepuasan
pasien.
3. Mengukur dan menilai variable yang penting guna perbaikan.
c. Memperbaiki proses pelayanan.
1. Menyederhanakan dan memperbaiki proses terus menerus, tidak bertele
– tele, sesuai sandart pelayanan.
2. Mengurangi kesalahan dan hasil yang buruk/tidak bisa dipakai.
d. Meningkatkan mutu pemberi pelayanan.
1. Integrasi tim untuk mengurangi duplikasi hasil pekerjaan, dan
pemborosan sumberdaya.
2. Memberikan penghargaan, meningkatkan tanggung jawab dan
kerjasama dalam pelayanan kesehatan.
11
3. Pendidikan dan pelatihan SDM menurut kompetensi,
profesionalismenya, dan memberikan pembekalan metode penyeleseian
masalah dan alat statistik mutu (Wiyono, 2008).
2.2. Pengertian SDM
Sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat didalam suatu
organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujun organisasi tersebut (Sayuti
Hasibuan, 2000)
Menurut nawawi (2003) membagi pengertian SDM menjadi dua, yaitu
pengertian secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua
manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas
wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah
maupun belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam
arti mikro secara sederhana adalah manusia atau yang bekerja atau menjadi
anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja,
tenaga kerja dll.
Jadi, sumber daya manusia (SDM) adalah semua orang yang terlibat
bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan.
12
2.2.1. Pengertian Kepatuhan
Menurut Adiwimarta, Maulana, dan Suratman (1999) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau
loyalitas. Kepatuhan yang dimaksut disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan
prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Smet (1994), kepatuhan adalah tingkat
seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang
disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan
prosedur tetap adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan
dan memahami etika keperawatan di tempat perawat tersebut bekerja.
Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Menurut
Kelman (1958) dalam Sarwono (1997) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan
perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir
berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran / instruksi tanpa
kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin
menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh
imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut
tahap kepatuhan. Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya
sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan.
Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/ hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidak pahaman
tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang
berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh
13
yang menganjurkan perubahan tersebut. Perubahan perilaku individu baru dapat
menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi
dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu itu
sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan quesioner yaitu
dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator
indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran
tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur melalui
sejumlah tolok ukur atau ambang batas yang digunakan oleh organisasi
merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut. Jadi, suatu
indikator merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur yang dapat digunakan
untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap standar atau pencapaian tujuan
mutu. Di samping itu indikator juga memiliki karakteristik yang sama dengan
standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas, mudah diterapkan,
sesuai dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (AlAssaf, 2003).
2.2.2. Pengertian Kepatuhan SDM
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, taat pada
perintah, aturan, brdisiplin (Balai pustaka, 1999). Pengertian kepatuhan adalah
suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali
14
tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan mebebani dirinya bila
mana ia tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).
Kepatuhan para tenaga medis atau paramedis dalam memberikan pelayanan
mengacu kepada standar dan prosedur sangat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang baik dimulai dengan
meningkatnya kepatuhan terhadap standar pelayanan medis. Jika petugas
kesehatan mematuhi dan mengikuti standar pelayanan kesehatan yang terbaik,
diharapkan pasien akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk sembuh,
artinya kesakitan dan kematian akan menurun (Wijono, Djoko. 1997)
Kepatuhan SDM meliputi :
- Tata tertib menggunakan APD
- Tata laksana SOP
2.2.3. Tujuan kepatuhan SDM
Menetapkan sasaran yang ingin dicapai, kemudian tahap pembuatan
rencana, pengorganisasian, penggerakkan atau pengarahan dan evaluasi atas
hasilnya.
Secara teknis harus dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yaitu “
kinerja dalm bentuk apa dan bagaimana “ yang ingin dicapai, karena yang menjadi
objek adalah manusia, maka bentuk paling umum tentunya adalah kinerja dalam
bentuk “ produktivitas “ sumber daya manusia (Achmad S Ruky 2001)
15
2.2.4. Fungsi Kepatuhan SDM
Untuk melindungi petugas laboratorium dari penularan penyakit yang
berbahaya, pemerintah telah mengatur melalui UU Kesehatan No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan dan PP RI No.102 tahun 2000 tentang standar nasional
indonesia (SNI). Dengan kesadaran masing – masing individu SDM maka akan
mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi dalam menjalankan pekerjaan di
laboratorium.
2.2.5. Prinsip kepatuhan SDM
a. Prinsip 1 : fokus pada pelanggan
Pelaksanaan prinsip ini tergantung pada pelanggan organisasi, oleh sebag
itulah maka organisasi harus memahami betul kebutuhan pelanggannya. Dengan
demikian organisasi akan selalu tanggap akan kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b. Prinsip 2 : kepemimpinan
Disadari atau tidak keterlibatan pimpinan dalam penerapan manajemen
kualias sangat dibutuhkan, karena dengan demikian akan membawa dampak pada
keterlibatan secara penuh dari setiap unsur organisasi.
c. Prinsip 3 : Keterlibatan orang
Keterlibatan orang-orang secara penuh terhadap penerapan standar ini
merupakan faktor penting dalam rangka memberikan komitmen bersama,
menumbuhkembangkan inovasi dan kreatvitas, sehingga semuanya ikut
bertanggungjawab terhadap masalah yang dihadapi beserta solusinya terhadap
masalah yang mungkin timbul.
16
d. Prinsip 4 : pendekatan proses
Dengan penerapan prinsip ini, hasil yang diinginkan akan dapat tercapai
dengan lebih efisien, karena pendekatan ini mengintegrasikan sumber daya yang
ada, seperti manusia, material, metode, mesin dan peralatan dalam rangka
menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan. Dengan demikian akan menghemat
biaya dan waktu yang diperlukan.
e. Prinsip 5 : pendekatan sistem pada manajemen
Pendekatan ini akan memfokuskan usaha-usaha pada proses kunci yang
pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi
organisasi dalam mencapai tujuan.
f. Prinsip 6 : peningkatan terus menerus
Hal ini didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
peningkatan efektivitas dan efisiensi organisasi secara terus menerus, yang
membutuhkan langkah konsolidasi yang progresif dan menanggapi perkembangan
kebuthan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian dapat mengetahui
keunggulan kinerja melalui peningkatan kemampuan organisasi.
g. Prinsip 7 : pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan
Dengan menggunakan data dan informasi yang faktual maka dapat
menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga dapat diselesaikan secara tepat
sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi
sistem manajemen kualitas
17
h. Prinsip 8 : hubungan pemasok yang saling menguntungkan
Dalam rangka menanggapi perubahan pasar dan mengoptimalkan biaya
dan penggunaan sumber daya, hubungan antara organisasi dengan pelanggan atau
stakeholder merupakan hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan,
sehingga akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai
tambah masing-masing.
2.2.6. Faktor kepatuhan SDM
Keberhasilan organisasi ditentukan oleh perilaku karyawannya, perilaku
karyawan tersebut dapat dilihat dari prestasi kerja dan semangat kerjanya.
Perilaku karyawan dipengaruhi sikap kerja yang terlihat dari kepuasan kerja dan
komitmen terhadap organisasi. Sikap kerja dipengaruhi oleh karakteristik
individu, pekerjaan dan organisasi. Karakteristik individu terdiri atas jenis
kelamin, tingkat pendidikan, usia, masa kerja, status perkawinan, jumlah
tanggungan dan posisi.
Karakteristik organisasi meliputi kompleksitas jumlah unit yang ada dalam
organisasi, formalisasi banyaknya pelaksanaan tugas yang bersandarkan pada
peraturan, dan sentralisasi dari siapa yang dapat mengambil keputusan.
Sedangkan karakteristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas
tugas, keberartian tugas, otonomi dan umpan balik (Robbins, 2006).
Menurut Nurhayati (1997) dalam Gusti (2001) faktor yang mempengaruhi
kepatuhan petugas kesehatan adalah adanya kebutuhan untuk mempunyai rasa
perlu taat. Hal ini biasanya di pengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan
18
yang mendasarinya atau terjadi karena adanya ancaman terhadap dirinya,
misalnya takut tersiram bahan kimia, atau terinfeksi atau juga karena takut dosa.
Petugas kesehatan akan taat jika ada yang dijadikan figur dari pimpinan atau
teman sekerjanya, juga karena adanya pedoman yang jelas dalam melaksanakan
sesuatu, kelengkapan alat, sarana dan kemudahan dalam melakukan pekerjaannya.
Lawrence W. Green & Marshall W. Kreuter (1980) dalam Ilyas (2002),
menjelaskan bahwa perilaku individu, kelompok atau masyarakat secara harfiah
dipengaruhi oleh banyak sekali faktor potensial, selain faktor lingkungan dan
genetik. Faktor potensial tersebut digolongkan ke dalam tiga kelompok besar
yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai-nilai, persepsi yang dapat memudahkan atau menghalangi
motivasi untuk berubah, termasuk juga pengalaman yang akan membentuk sikap,
nilai-nilai dan persepsi. Faktor penguat (reinforcing factors) yaitu ganjaran yang
diterima atau umpan balik yang diterima dari perilaku orang lain, rekan kerja,
kelompok, supervisi, dan lain-lain.
2.2.7. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Dalam merancang suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) diperlukan
suatu pemahaman tentang definisi dari suatu SOP tersebut, fungsi dan tujuan
SOP, manfaat SOP, maupun bentuk dan cara SOP.
19
2.2.7.1. Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP) :
a. Standar Operasional Prosedur adalah suatu panduan yang menjelaskan
secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan.
b. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi yang
menggambarkan pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara
berulang pada sebuah organisasi.
c. Standar Operasional Prosedur adalah sebuah panduan yang dikemukakan
secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua
karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
d. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi yang
digunakan untuk memecahkan masalah.
2.2.7.2. Macam-macam SOP
1. SOP Alat
SOP Peralatan laboratorium
a. Laboratorium Pengujian:
Kimia, Biologi (mikrobiologi), Mekanik, Listrik, Klinik, Vibrasi, Optik,
Akustik, Radiasi, dll.
b. Laboratorium Kalibrasi:
Akselerometri, Suhu dan Volume, Optik dan Fotometrik, dll.
c. Ruang lingkup pengelolaan peralatan
1. Pengadaan
2. Installing, Calibration, dan Performance Test
3. Pengoperasian Rutin
20
4. Pemeliharaan Rutin
5. Pengecekan Kinerja Antar Waktu
6. Perbaikan dan Penggantian Komponen
7. Rekalibrasi
8. Dokumentasi dan Perekaman
d. Installing, calibration and performance tes
- Pastikan seluruh komponen alat telah lengkap, minta check list dari
suplier, lakukan pengecekan seluruh item peralatan bersama-sama
suplier, jika telah sesuai tandatangani berita acara pemeriksaan
- Pastikan memperoleh instruction manual termasuk trouble shoot
dalam bentuk hard copy, soft copy dan video.
- Letakkan alat pada lokasi yang tepat (perhatikan faktor medan
magnet, kelembaban, radiasi, getaran, dll)
Alat dengan respon pembacaan digital/jarum peka terhadap pengaruh
magnet.
Penempatan alat dengan sistem optik (Spektrofotometer) dalam
ruangan humidity tinggi akan mudah terkena jamur.
- Seluruh peralatan yang digunakan untuk pengujian/kalibrasi/produksi
atau pengukuran subsider yang berpengaruh signifikan terhadap
akurasi atau keabsahan hasil pengujian/kalibrasi/produksi/sampling
harus dikalibrasi sebelum digunakan.
21
e. Parameter performa alat
- Limit deteksi
- Sensitifitas
- Linearitas dan kemampuan rentang ukur
- Presisi
- Akurasi
- Selektifitas atau spesifitas
- Ketidakpastian pengukuran
f. Presisi dan akurasi alat
- Presisi atau ketelitian adalah kemampuan keterulangan respon
alat untuk menghasilkan nilai yang sama dalam serangkaian
kegiatan pengukuran.
- Akurasi adalah kemampuan alat untuk menghasilkan nilai yang
sama dalam pengukuran dari nilai yang ditetapkan (signed
value). Akurasi biasanya ditetapkan melalui pengukuran bahan
acuan seperti SRM (Supplier Relationship Management) atau
CRM (Customer Relationship Management)
- Suatu alat yang ketelitian pengukurannya tinggi belum tentu
memiliki akurasi pengukuran yang tinggi dan sebaliknya.
2. SOP Ruang
SOP Ruangan Laboratorium
1. Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktivitas
dan keamanan.
22
a. Rancangan dan arus lalu lintas.
b. Pencahayaan.
c. Temperatur, kelembaban dan ventilasi.
d. Mobilisasi (aktivitas kerja).
e. Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan
padat).
2. Proses dan desain perlengkapan: untuk fungsi dan keamanan. Desain
tempat dan alat kerja akan mempengaruhi kenyamanan, keamanan dan
produktivitas dalam bekerja.
Misalnya:
• Posisi duduk pada saat melakukan percobaan atau pengamatan (Erna,
2008).
3. SOP Tenaga Laboratorium
Standar Operasional Prosedur tenaga kerja Laboratorium (Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) di laboratorium (Depkes RI, 2002)
1) Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di
ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium
setelah selesai bekerja.
2) Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
3) Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata dan
sepatu tertutup).
23
4) Semua specimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh karena itu
harus ditangani dengan sangat hati-hati.
5) Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu harus
ditangani dengan hati-hati.
6) Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
7) Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.
8) Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang
digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
9) Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut gunakan
peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
10) Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.
11) Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau
jauhkan dari muka sewaktu membuka.
12) Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektans larutan klorin
0,5 % dengan cara merendam selama 20-30 menit.
13) Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai
bekerja dengan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
14) Pakai sarung tangan rumah tangga sewaktu membersihkan alat-alat
laboratorium dari bahan gelas.
15) Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan
yang tajam.
16) Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah
dengan penutup yang tepat.
24
17) Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
2.2.8. Fungsi dan Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Fungsi dan tujuan Standar Operasional Prosedur adalah untuk
mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan
dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu
bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan
kegiatan sehari- hari. SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang
harus dijalankan oleh semua dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat
dengan tujuan memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang
yang berkepentingan sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti (Putra A,
2012)
2.2.8.1. Manfaat Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu,
sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.
Berikut beberapa manfaat dari SOP :
a. Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.
b. Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.
c. Membantu untuk menyederhanakansemua syarat yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan.
d. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah
distandartkan.
e. Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan
feedback bagi pengembangan SOP.
25
f. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah
yang jelas.
g. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait,
terutama pekerjaan dengan pihak manajemen.
2.2.8.2. Penulisan Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang
tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang
menggunakannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam
pembuatan Standar Operasional Prosedur. Berikut cara efektif dalam membuat
Standar Operasional Prosedur :
a. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang
pendek. Kalimat yang panjang lebih susah dimengerti.
b. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk
kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus
dilakukan.
c. Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu
prosedur.
d. Menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum
digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Pembuatan Standar Operasional Prosedur harus dengan format yang
konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah.
26
2.2.8.3. Memahami Standar Operasional Prosedur
Berikut susunan isi Standar Operasional Prosedur :
a. Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet).
Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara
lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang
menyetujui, ringkasan dar isi dokumen, dll.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup.
Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa
prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area
pembahasan prosedur yang dibuat.
c. Prosedur
Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat
merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap
urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.
d. Tugas dan Tanggung Jawab
Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait
dalam suatu proses.
2.2.8.4. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat
suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain
sebagai berikut :
27
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin
dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan
tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir
oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.
2. Membuat rancangan awal
Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan
bentuk SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah
awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan.
Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh pekerja
untuk dilakukan dan tindakan penanganannya.
Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail,
sampai didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.
3. Melakukan evaluasi internal
Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan
prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut
diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan
perbaikan supaya menjadi dipahami dan lebih akurat.
4. Melakukan evaluasi eksternal
Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah
keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut
akan menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan
hasil perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis.
28
5. Melakukan uji coba
Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif
yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah
dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada
prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
6. Menempatkan Prosedur pada unit terkait
Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang
terkait. Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang
yang berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur
dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah
melihat dan membacanya.
7. Menjalankan Prosedur yang sudah dibuat
Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah
menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah
dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP
harus benar-benar dijalankan.
29
2.3. Kerangka teori
Kualitas Pelayanan
Kepuasan Pasien
Tingkap kepatuhan
SDM terhadap SOP
alat laboratorium
Kualitas SDM
Mutu Pelayanan
Laboratorium
Karakteristik Petugas
Laboratorium :
-Umur
-Jenis Kelamin
-Pendidikan
-Masa Kerja
30
2.4. Kerangka konsep
2.5. Hipotesis
Ada hubungan tingkat kepatuhan SDM dalam menjalankan SOP alat
laboratorium terhadap mutu pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Kota
Semarang.
Mutu pelayanan
laboratorium
Tingkat kepatuhan
SDM