13
FTIP001635/018 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin,metode kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi performansi sistem tersebut, dimana salah satu interaksi elemennya adalah ergonomi yaitu hubungan antara manusia dengan alat atau mesin. Ergonomi merupakan pendekatan ilmiah interdisiplin dari penerapan prinsip-prinsip perilaku manusia untuk perancangan sistem manusia-mesin yang diarahkan pada penyesuaian terhadap mesin dan peralatan bantu, untuk memperbaiki performan dengan kondisi yang aman, nyaman, efisien, sehat dan selamat dalam bekerja (Sutalaksana, dkk. 2006). Barnes (1980) mengemukakan bahwa pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja yang baik adalah dengan : 1) Meniadakan gerakan kerja yang tidak diperlukan 2) Menggabungkan setiap operasi atau elemen kerja 3) Mengubah urutan operasi 4) Menyederhanakan operasi yang diperlukan. Perbaikan sistem kerja berpengaruh besar terhadap peningkatan nilai produktivitas, baik produktivitas organisasi, produktivitas penjualan, produktivitas produk, maupun tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Santos (1994) pada kontraktor konstruksi baja, terlihat adanya gambaran pengaruh perbaikan sistem kerja terhadap peningkatan produktivitas. Perbaikan sistem kerja dapat meningkatkan produktivitas total sebesar 4%, produktivitas tenaga kerja sebesar 49%, dan produktivitas produk sebesar 47%. Byrd dan Moore (1986) dalam Husein (2009) menyebutkan bahwa penurunan produktivitas kerja pada pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerjaadalah adanya monotoni pekerjaan ; adanya intensitas dan durasi kerja mental dan fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/018

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Kerja

Suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin,metode

kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat

mempengaruhi performansi sistem tersebut, dimana salah satu interaksi

elemennya adalah ergonomi yaitu hubungan antara manusia dengan alat atau

mesin. Ergonomi merupakan pendekatan ilmiah interdisiplin dari penerapan

prinsip-prinsip perilaku manusia untuk perancangan sistem manusia-mesin yang

diarahkan pada penyesuaian terhadap mesin dan peralatan bantu, untuk

memperbaiki performan dengan kondisi yang aman, nyaman, efisien, sehat dan

selamat dalam bekerja (Sutalaksana, dkk. 2006).

Barnes (1980) mengemukakan bahwa pendekatan yang harus

dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja yang baik adalah dengan :

1) Meniadakan gerakan kerja yang tidak diperlukan

2) Menggabungkan setiap operasi atau elemen kerja

3) Mengubah urutan operasi

4) Menyederhanakan operasi yang diperlukan.

Perbaikan sistem kerja berpengaruh besar terhadap peningkatan nilai

produktivitas, baik produktivitas organisasi, produktivitas penjualan, produktivitas

produk, maupun tenaga kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Santos (1994) pada kontraktor konstruksi

baja, terlihat adanya gambaran pengaruh perbaikan sistem kerja terhadap

peningkatan produktivitas. Perbaikan sistem kerja dapat meningkatkan

produktivitas total sebesar 4%, produktivitas tenaga kerja sebesar 49%, dan

produktivitas produk sebesar 47%.

Byrd dan Moore (1986) dalam Husein (2009) menyebutkan bahwa

penurunan produktivitas kerja pada pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerjaadalah

adanya monotoni pekerjaan ; adanya intensitas dan durasi kerja mental dan fisik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/019

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

5

yang tidak proporsional; faktor lingkungan kerja, cuaca dan kebisingan; faktor

mental seperti tanggung jawab, ketegangan dan adanya konflik-konflik; serta

adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan nutrisi yang tidak memadai (ILO, 1983

dalam Husein, 2009).

2.1.1 Ergonomi

Ergonomi atau Ergonomis (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari

kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau

hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati

bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan

tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui

pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Nurmianto, 1996).

Prasetyowibowo (1998) dalam bukunya yang berjudul “Desain Produk

Industri”, menjelaskan bahwa salah satu manfaat ergonomi yaitu untuk

merencanakan sistem pengaturan instrumen yang mudah dihadapi oleh manusia,

dan menyertakan perancangan dari peralatan dan berbagai jenis atau bentuk alat-

alat pengatur instrumen.

Pada artikel yang dikeluarkan oleh Pusat Kesehatan Kerja Departemen

Kesehatan yang berjudul “Ergonomi” (2000), menjelaskan bahwa aplikasi atau

penerapan ergonomi untuk kegiatan kerja antara lain :

1) Posisi Kerja

Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Posisi

duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil

selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang

vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2) Proses Kerja

Dalam proses kerja, pekerja harus dapat menjangkau instrumen

sesuai dengan posisi saat bekerja dan sesuai dengan ukuran

anthopometrinya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/020

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

6

3) Tata Letak Tempat Kerja

Dalam tata letak tempat kerja, tampilan instrumen-instrumen harus

jelas terlihat pada saat melakukan aktivitas kerja. Tampilan yang berupa

simbol-simbol yang berlaku secara internasioanal lebih banyak digunakan

daripada kata-kata.

4) Mengangkat Beban

Bermacam-macam cara mengangkat beban yakni: dengan kepala,

bahu, tangan, punggung, dan sebaginya. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

Penerapan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas kerja,

serta dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, mapan, dan nyaman.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang

ergonomis, antara lain : merancang tempat duduk yang nyaman, desain interior

yang indah dan dengan warna-warna yang sejuk dipandang mata, penempatan

instrumen yang dijangkau dan dioperasikan dengan gerak reflek, dan desain

medan pandang yang mudah dalam sistem pengaturan instrumen dan berbagai

instrumen tambahan agar terciptanya lingkungan kerja yang ergonomis, dapat

mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kelelahan (Santoso, 2006).

2.1.2 Studi Gerakan

Studi gerakan adalah sebuah analisa yang dilakukan kepada para pekerja

terhadap beberapa gerakan bagian tubuh dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Untuk memudahkan penganalisisan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari,

perlu dikenali terlebih dahulu apa yang disebut dengan gerakan-gerakan dasar.

Barnes (1980) menyatakan bahwa ada 17 gerakan dasar yang dikemukakan oleh

Gilberth untuk semua jenis kerja manual yaitu :

1) “Mencari (Search)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk

menemukan lokasi objek. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak

mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan. Mencari

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/021

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

7

merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya

dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap

sehingga proses mencari dapat dihilangkan.

2) Memilih (Select)

Memilih adalah gerakan untuk menemukan suatu objek yang

tercampur. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih,

dan berakhir bila objek sudah ditemukan.

3) Memegang (Graps)

Therblig ini adalah gerakan untuk memegang objek, bisaanya

didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan

membawa. Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu

pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan

masih dapat diperbaiki.

4) Menjangkau (Reach)

Menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban,

baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini bisaanya

didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang.

5) Membawa (Move)

Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan,

hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan

membawa biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh

melepas atau dapat juga oleh pengarahan.

6) Memegang untuk memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa

menggerakkan objek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan

dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan memegang untuk

memakai tidak demikian. Therblig ini merupakan gerakan yang tidak

efektif.

7) Melepas (Release)

Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek

yang dipegangnya. Therblig ini dimulai pada saat pekerja mulai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/022

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

8

melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh tangannya

tidak menyentuh objek lagi.

8) Mengarahkan (Position)

Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu

lokasi tertentu. Mengarahkan bisaanya didahului oleh gerakan mengangkut

dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling).

9) Mengarahkan sementara (Pre-position)

Menempatkan objek pada tempat sementara atau menempatkan objek

tersebut pada posisi yang tepat untuk gerakan yang berurutan. Tujuan dari

pengarahan sementara ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila

objek tersebut akan ditangani kembali.

10) Pemeriksaan (Inspect)

Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui

apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat

berupa gerakan melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti

memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan, dan kadang-

kadang merasa dengan lidah.

11) Merakit (Assemble)

Merakit adalah gerakan yang menggabungkan satu objek dengan

objek lainnya sehingga manjadi satu kesatuan. Gerakan ini bisaanya

didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan

dilanjutkan oleh therblig melepas.

12) Lepaskan rakit (Disassemble)

Memisahkan satu objek dari objek lain yang menjadi bagian

integrasinya. Melepas rakitan didahului oleh memegang dan dilanjutkan

oleh membawa atau bisaanya dilanjutkan oleh melepas.

13) Memakai (Use)

Memakai yaitu memanipulasi alat untuk tujuan yang telah

dimaksudkan. Memakai mewakili gerak untuk gerakan selanjutnya yang

telah dipersiapkan dan untuk gerakan tambahan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/023

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

9

14) Keterlambatan yang tak terhindarkan (Unvoidable delay)

Keterlambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar

kemampuan pengendalian pekerja. Keterlambatan yang tidak terhindarkan

timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan

menganggur sementara tangan yang lain bekerja.

15) Keterlambatan yang dapat dihindari (Avoidable delay)

Keterlambatan yang dapat dihindari adalah keterlambatan yang timbul

sepanjang waktu kerja oleh pekerja dengan sengaja maupun tidak

disengaja. Contohnya yaitu pekerja yang menghentikan semua gerakan

tangannya.

16) Merencanakan (Plan)

Merupakan proses mental dimana operator menentukan tindakan yang

akan diambil selanjutnya.

17) Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest for overcome fatigue)

Istirahat merupakan waktu yang telah diperhitungkan pada faktor

penyesuaian untuk pekerja agar bisa beristirahat untuk pemulihan tenaga

agar dapat melakukan kerja kembali.”

2.1.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Ekonomi gerakan yang dimaksud adalah gerakan yang bersifat ekonomis

yang berhubungan langsung dengan pekerja terhadap pekerjaannya untuk

meningkatkan nilai produktivitas.

Suhardi (2008) dalam bukunya yang berjudul “Perancangan Sistem Kerja

dan Ergonomi Industri” menjelaskan bahwa prinsip ekonomi gerakan bisa

dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi

dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang

berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang

lainnya. Secara ringkas prinsip ekonomi gerakan, ini akan membahas:

1) Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.

2) Tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya.

3) Perancangan peralatan dan gerakan-gerakannya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/024

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

10

Barnes (1980) menyatakan bahwa Gilberth menyusun aturan-aturan

ekonomi dan efisiensi gerakan pekerja pada saat bekerja, prinsip ekonomi gerakan

sangat membantu dalam perancangan sistem kerja yang baik sehingga dapat

memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis, efisien, dan

efektif.

Niebel (1999) dalam Rohman (2008) menyatakan bahwa perbaikan kerja

dilakukan dengan melakukan analisis pada peta tangan kiri dan tangan kanan yang

telah dibuat maka pola gerakan tangan yang dianggap tidak efisien dan

bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan diusulkan untuk diperbaiki.

Herjanto (2007) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi”

menyimpulkan bahwa dalam mengembangkan metode kerja dengan gerakan yang

efisien (ekonomi gerakan), hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Hilangkan gerakan yang tidak perlu

2. Gabungkan gerakan

3. Kurangi kelelahan

4. Tingkatkan pengaturan tempat kerja

5. Tingkatkan desain mesin dan peralatan

Penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2008) mengenai studi gerak dan

waktu dengan analisis biomekanika pada proses panen tebu di PG. Bungamayang,

Lampung menjelaskan bahwa perbaikan sistem kerja dengan prinsip ekonomi

gerakan untuk menghilangkan gerakan mengganggur siklus gerakan peta tangan

kanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat

meningkatkan produktivitas terhadap pekerja sebesar 34 %.

2.1.4 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta tangan kiri dan tangan kanan adalah peta yang menggambarkan

semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh

tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang

dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan

(Suhardi, 2005).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/025

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

11

Gambar 1. Lembar Pemetaan Untuk Tangan Kiri dan Tangan Kanan

2.2 Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Manusia

Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan

kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis.

Sutalaksana (1979) menyebutkan bahwa yang termasuk faktor fisik lingkungan

kerja didefinisikan sebagai semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja

yang akan mempengaruhi kinerja pekerja, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Sastrowinoto (1985) dalam bukunya yang berjudul “Meningkatkan

Produktivitas Dengan Ergonomi” menyebutkan faktor-faktor yang menentukan

terbentuknya lingkungan kerja yang baik agar pekerja dapat melaksanakan

pekerjaannya dengan optimal, sehat, aman, dan nyaman antara lain:

1) Suhu normal lingkungan kerja

2) Kelembaban ruangan

3) Pencahayaan

4) Tingkat kebisingan

Keadaan lingkungan kerja yang kurang baik akan memerlukan tenaga dan

waktu yang lebih lama dalam melaksanakan proses produksi dan berakibat pada

penurunan efisiensi efektivitas kerja (Suma`mur, 1989).

PETA TANGAN KIRI DAN KANAN Pekerjaan : No Peta : Sekarang Usulan Dipetakan Oleh :

TANGAN KIRI Jarak (m) Waktu (dt) Waktu (dt) Jarak (m) TANGAN

KANAN

Total Ringkasan Waktu tiap siklus : Jumlah produk tiap siklus :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/026

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

12

Penelitian yang dilakukan oleh Elfrida (2009) pada penilaian dan

perbaikan sistem kerja di CV. Haycal Pratama yang bergerak dalam bidang

konstruksi bangunan menjelaskan bahwa kondisi pekerjaan memiliki kontribusi

secara langsung terhadap job stress karyawan sebesar 0,3 %, kondisi lingkungan

fisik memiliki kontribusi secara langsung terhadap job stress karyawan sebesar

6,7% dan kondisi lingkungan sosial memiliki kontribusi langsung terhadap job

stress sebesar 88,2 %.

2.2.1 Temperatur

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal

dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh tersebut (Wignjosoebroto,

2006).

Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur

tubuh berbeda-beda seperti bagian mulut sekitar lebih kurang 370 C, bagian dada

lebih kurang 350 Celcius, dan bagian kaki lebih kurang 280C. Berikut adalah

pengaruh yang ditimbulkan pada berbagai tingkat suhu disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh Yang Ditimbulkan Pada Berbagai Tingkat Suhu Suhu (0C) Pengaruh Yang Ditimbulkan

± 490C Temperatur yang hanya mampu ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun drastis

± 300C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.

± 240C Kondisi optimum ± 100C Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

Sumber : Wignjosoebroto (2006)

2.2.2 Kelembaban

Kelembaban dapat didefinisikan banyaknya air yang terkandung dalam

udara, yang bisa dinyatakan dengan persentase (Wignjosoebroto, 2006).

Menurut Sutalaksana, dkk (2006) dalam bukunya yang berjudul “Teknik

Tata Cara Kerja” menjelaskan bahwa kondisi saat temperatur udara sangat panas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/027

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

13

dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh

secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin

cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

kebutuhan akan oksigen. Suhu yang dianjurkan ditempat kerja adalah 24-260C

suhu kering pada kelembaban 65-95% (Suma’mur, 1989).

2.2.3 Pencahayaan (Lighting)

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat objek-objek

secara jelas dan cepat tanpa menimbulkan kesalahan dimana sumber cahaya yang

dipergunakan harus menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan menyebar

merata (Suma’mur, 1991).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002,

pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan

untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan yang

dibutuhkan menurut jenis kegiatannya seperti berikut:

Tabel 2. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis kegiatan Tingkat Pencahayaan Minimal (lux) Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus

100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus – menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus

500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500 Tidak menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan

bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Sumber : KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/028

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

14

Menurut Prijatna (2006), langkah-langkah dalam menentukan tingkat

pencahayaan adalah:

1) Mengukur dimensi ruangan

2) Mengamati tata letak lampu dalam ruangan

3) Menentukan jenis lampu yang digunakan

4) Mengukur intensitas cahaya dalam ruangan.

5) Menentukan jumlah titik lampu

Pada kenyataannya sebagian cahaya yang dihasilkan, akan berkurang

sebelum mencapai bidang kerja. Suatu koefisien pemanfaatan (Cu) yang mewakili

cahaya yang mencapai bidang, dan faktor LLF dapat dimasukkan dalam rumus

perhitungan untuk menghitung kebutuhan lampu untuk pencahayaan.

n= ExA

lumenxCuxLLF

Keterangan :

n = Jumlah lampu yang dibutuhkan E = Jumlah lumen yang dibutuhkan (lux)

A = Luas ruangan (m2) Cu = Coefisien of Utilization (50 - 65 ) % LLF = Light Loss Factor (0.7 - 0.8)

2.2.4 Kebisingan (Noise)

Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Hiperkes Depnakertrans RI,

1999 dalam Soeripto, 2000).

Pengaruh kebisingan yang utama pada manusia adalah hilang atau

menurunnya pendengaran, Suma’mur (1989) menyatakan efek kebisingan pada

pendengaran mulu-mula adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat

sesudah kebisingan berhenti, tetapi jika bekerja terus-menerus ditempat bising

dapat berakibat kehilangan daya dengar yang tetap dan tidak dapat pulih kembali.

.............................. (1)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/029

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

15

Pada Tabel 3 berikut akan ditunjukkan skala intensitas kebisingan yang bisa

terjadi di suatu tempat akibat alat/keadaan.

Tabel 3. Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingan Kondisi Suara Desibel (dB) Batas Dengar Tertinggi

Menulikan 120 Halilintar 110 Meriam 100 Mesin Uap

Sangat Hiruk Pikuk Jalan Hiruk Pikuk

90 Perusahaan Sangat Gaduh 80 Pluit Polisi

Kuat

Kantor Gaduh 70 Jalan Pada Umumnya

Radio 60 Perusahaan

Rumah Gaduh

Sedang 50 Kantor Pada Umumnya

Percakapan Kuat 40 Radio Perlahan

Tenang

Rumah Tenang 30 Kantor Pribadi

Auditorium 20 Percakapan

Sangat Tenang

10 Suara Daun-daun Berbisik-bisik Batas Dengar Terendah 0

Sumber : Wignjosoebroto,2006

Berdasarkan kondisi dan tingkat kebisingan, maka lama waktu yang

diperbolehkan menurut Kepmen No. 51/MEN/1999 adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Lama Tingkat Kebisingan yang Diperbolehkan Menurut

Kepmen No. 51/MEN/1999 Lama Kebisisngan yang

diperbolehkan/ hari (Jam) Maksimum, dB

8 85 4 88 2 91 1 94

0,5 97 0,25 100

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerjamedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070032_2_1459.pdfkanan dan tangan kiri proses penebangan tebu sebesar 16,67% dapat meningkatkan produktivitas

FTIP001635/030

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

16

2.3 Pengemasan dan Pengepakan Susu

Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,

pembungkusan, pemberian etiket atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap

produk rumahan untuk menghasilkan produk jadi (Hubeis, 1997). Faktor-faktor

yang harus diperhatikan pada proses pengemasan adalah cahaya, panas,

kelembapan, dan gas, mikroorganisme dan serangga (Fellows, 2000 dalam

Carolina, 2008).

Kemasan yang digunakan pada beberapa produk susu kemasan adalah

plastik karena sifat plastik yang menguntungkan yaitu seperti luwes, mudah

dibentuk, mempunyai adaptasi tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti

logam, serta mudah dalam penyimpanannya (Syarief, 1989 dalam Kuswanto,

2009).

Winarno (1994) mengemukakan bahwa kemasan plastik memiliki

beberapa keunggulan yaitu sifatnya yang kuat tetapi ringan, inert, tidak karatan,

bersifat termoplastik, dan dapat diberi warna. Kelemahan bahan kemasan plastik

ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lainnya yang terkandung

dalam plastik yang dapat melakukan migrasi kedalam bahan makanan yang

dikemas.

Proses berikutnya dalam usaha untuk memperpanjang umur simpan sisi

agar tidak cepat rusak dalam penyimpanan di dalam lemari es (refrigerator)

dengan tujuan agar susu tidak akan cepat rusak dalam 1-2 hari. Proses

pendinginan ini dilakukan secara berkelanjutan agar tidak terjadi perkembangan

mikroorganisme yang dapat merusak makanan (Syarief, 1989 dalam Kuswanto,

2009).

Suatu pengepakan akan dikatakan sehat jika produk yang dikemasnya

dapat terjaga kesterilannya hingga dikonsumsi oleh konsumen dan dimana

prosesnya harus dapat menjaga mutu susu hasil pasteurisasi agar tidak lagi

terkontaminasi mikrobakteri (Aisyah, 2009).