18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Membicarakan tentang suatu proyek, maka sangatlah diperlukan pengetahuan yang cukup mengenainya. Pengertian mengenai proyek banyak terdapat dalam berbagai buku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, di bawah ini dikutipkan pendapat-pendapat tersebut, antara lain: 1. Proyek adalah unit yang paling baik untuk pelaksanaan perencanaan operasional dari aktivitas investasi dengan kegiatan yang sating berkaitan untuk mencapai suatu hasil tujuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu (Tjokroamijojo, 1971). 2. Proyek adalah satu usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai (Nugraha dan Nathan, 1985). 3. Proyek (konstruksi atau lainnya) adalah sebuah perbuatan atau pekerjaan unik yang pada dasarnya mempunyai satu tujuan yang telah ditetapkan oleh bidang atau lapangan, mutu atau kualitas, waktu dan harga yang diinginkan (Ahujaetal, 1994). Pada mulanya sebuah proyek bertitik tolak dari gagasan dasar atau kebutuhan akan sesuatu yang muncul pada benak seseorang atau sekelompok orang. Sebuah proyek adalah sebuah proses pengadaan dari yang tidak ada menjadi ada dalam jangka waktu tertentu (Nugraha dan Nathan., 1985). Perkembangan penduduk merupakan faktor utama yang menghidupkan industri konstruksi dengan didukung pertumbuhan faktor ekonominya. Proyek dapat berarti pembangunan sesuatu hal baru misalnya pendirian pabrik dan bangunan-bangunan industri, pembangunan perumahan untuk tempat tinggal, apartemen, gedung-gedung perkantoran berlantai banyak, jembatan, jalan raya yang termasuk didalamnya jalan layang, jalan kereta api, dan lain-lain. Semua ini diciptakan dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Membicarakan tentang suatu proyek, maka sangatlah diperlukan pengetahuan

yang cukup mengenainya. Pengertian mengenai proyek banyak terdapat dalam

berbagai buku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, di bawah ini dikutipkan

pendapat-pendapat tersebut, antara lain:

1. Proyek adalah unit yang paling baik untuk pelaksanaan perencanaan operasional

dari aktivitas investasi dengan kegiatan yang sating berkaitan untuk mencapai

suatu hasil tujuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu (Tjokroamijojo, 1971).

2. Proyek adalah satu usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan sasaran

yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu awal

pembangunan proyek akan dimulai (Nugraha dan Nathan, 1985).

3. Proyek (konstruksi atau lainnya) adalah sebuah perbuatan atau pekerjaan unik

yang pada dasarnya mempunyai satu tujuan yang telah ditetapkan oleh bidang atau

lapangan, mutu atau kualitas, waktu dan harga yang diinginkan (Ahujaetal, 1994).

Pada mulanya sebuah proyek bertitik tolak dari gagasan dasar atau kebutuhan akan

sesuatu yang muncul pada benak seseorang atau sekelompok orang. Sebuah proyek

adalah sebuah proses pengadaan dari yang tidak ada menjadi ada dalam jangka waktu

tertentu (Nugraha dan Nathan., 1985). Perkembangan penduduk merupakan faktor

utama yang menghidupkan industri konstruksi dengan didukung pertumbuhan faktor

ekonominya. Proyek dapat berarti pembangunan sesuatu hal baru misalnya pendirian

pabrik dan bangunan-bangunan industri, pembangunan perumahan untuk tempat

tinggal, apartemen, gedung-gedung perkantoran berlantai banyak, jembatan, jalan raya

yang termasuk didalamnya jalan layang, jalan kereta api, dan lain-lain. Semua ini

diciptakan dan dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

Jadwal waktu proyek merupakan alat yang dapat mewujudkan kapan

berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digerakkan pada waktu merencanakan

kegiatan-kegiatan maupun pengendalian proyek secara keseluruhan. Jadi

keterlambatan proyek dalam bidang konstruksi berarti, waktu pelaksanaan proyek

berlangsung melebihi waktu kontrak, atau melebihi waktu yang disetujui kedua belah

pihak untuk penyerahan proyek.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2005, definisi bangunan

gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah

dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik

untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,

budaya, maupun kegiatan khusus. Defmisi bangunan gedung umum adalah bangunan

gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan,

fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya. Bangunan gedung tertentu adalah

bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

fungsi khusus, yang dalam pembanguan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan

pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan

dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.

2.2 Permasalahan Proses Konstruksi

Menurut Dipohusodo (1996), setiap penyelenggaraan konstruksi selalu ditujukan

untuk menghasilkan suatu bangunan yang bermutu dengan pembiayaan yang efisien,

dan kesemuanya harus dapat diwujudkan dalam rentang waktu yang terbatas. Dalam

penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama

karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditanamkan pemberi

tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Pada faktor waktu pelaksanaan, sering

terjadi masalah-masalah yang lebih banyak disebabkan oleh mekanisme

penyelenggaraan. Sedangkan masalah yang mempengaruhi faktor kualitas hasil

pekerjaan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

kemampuan dan ketrampilan teknis. Apabila tidak ditangani dengan benar, berbagai

masalah tersebut akan mengakibatkan dampak berupa keterlambatan penyelesaian

proyek, penyimpangan mutu hasil, pembiayaan membengkak, pemborosan sumber

daya, persaingan tak sehat di antara para pelaksana, serta kegagalan untuk mencapai

tujuan dan sasaran yang diinginkan.

Industri konstruksi telah mengembangkan secara luas penerapan metode

penjadwalan jaringan kerja atau lazim disebut metode jaringan (Dipohusodo, 1996).

Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM) merupakan suatu metode

penjadwalan proyek yang sudah dikenal dan sering digunakan sebagai sarana

manajemen dalam pelaksanaan proyek. CPM merupakan suatu model grafis yang

menunjukan waktu pelaksanaan suatu sistem operasi proyek. Sebuah jadwal CPM

terdiri dari serangkaian aktivitas kritis dan non-kritis yang saling berkaitan antara satu

dengan yang lain (Alifen, 2000).

Aktivitas Kritis adalah aktivitas yang tidak dapat diganggu gugat waktu

pelaksanaannya, sehingga bila terjadi keterlambatan pada aktivitas-aktivitas ini, durasi

proyek secara keseluruhan akan terlambat. Aktivitas non-kritis adalah aktivitas yang

memiliki tenggang waktu (float) dimana tenggang waktu tersebut sangat berperan di

dalam usaha percepatan durasi proyek (Alifen, 2000).

Menurut Alifen (2000), keterlambatan proyek seharusnya dapat diantisipasi sejak

awal proyek dilaksanakan, yaitu dengan memonitor setiap aktivitas di dalam jadwal

CPM, jika keterlambatan terjadi pada satu aktivitas maka harus dilakukan percepatan

durasi pada aktivitas berikutnya. Melalui pengalaman dalam menggunakan metode

penjadwalan jaringan kerja selama ini, metode tersebut terbukti sangat bermanfaat dan

memberikan banyak keuntungan bagi para manajer proyek yang terlibat dalam

pengendalian konstruksi dan berbagai pekerjaan yang sejenis (Dipohusodo, 1996).

Menurut Proboyo (1999), kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat

waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat.

Keterlambatan dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal

yang telah dibuat karena koodisi kenyataan tidak sama atau tidak sesuai dengan kondisi

saat jadwal tersebut dibuat. Dengan demikian pada proses perencanaan dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

penjadwalan proyek, perlu dipahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan

jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji 6

tahapan yang ada dalam proses menjadwal tersebut, yakni:

1) Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek

2) Estimasi durasi aktivitas

3) Penyusunan rencana kerja proyek

4) Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek

5) Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat

6) Penerapan jadwal

2.2.1 Keterlambatan Proyek dan Dampaknya

Menurut Proboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu

menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena

dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang

menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.

Menurut Alifen dan Nathan (2000), keterlambatan proyek sering kali menjadi

sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor, sehingga akan menjadi

sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor

akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan

mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi

pemilik, keterlambatan proyek akan membawa dampak pengurangan pemasukan

karena penundaan pengoperasian fasilitasnya.

Menurut Lewis dan Atherley (1996), keterlambatan akan berdampak pada

perencanaan semula serta pada masalah keuangan.Keterlambatan dalam suatu proyek

konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun

kedua-duanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial

income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan, sedangkan

pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke

proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan,

menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian:

1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari

bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.

2 Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti menyebabkan

meningkatnya biaya overhead (upah buruh, harga barang, dll).

3. Bagi konsultan, dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang

bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya

2.2.2 Penyebab Keterlambatan Proyek

Menurut Alifen dan Nathan. (2000), Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh

pihak kontraktor, pemilik atau disebabkan oleh keadaan alam dan lingkungan diluar

kemampuan manusia atau disebut dengan force majeur. Standard dokumen kontrak

yang diterbitkan oleh AIA (American Institute of Architects) membedakan

keterlambatan proyek menjadi tiga (3) kelompok yaitu:

a. Excusable/compensable adalah keterlambatan yang beralasan dan dapat

dikompensasi. Kasus keterlambatan yang beralasan dan dapat dikompensasi

adalah keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pemilik dalam kaitannya karena

tidak dapat menyediakan jalan tempuh ke proyek, perubahan gambar rencana,

perubahan lingkup pekerjaan kontraktor, keterlambatan dalam menyetujui

gambar kerja, jadwal, dan material, kurangnya koordinasi dan supervisi lapangan,

pembayaran tertunda, campur tangan pemilik yang bukan wewenangnya. Dalam

kasus ini kontraktor berhak atas dispensasi waktu dan biaya ekstra.

b. Excusable/noncompensable adalah keterlambatan yang beralasan, tetapi tidak

dapat dikompensasi. Kasus keterlambatan yang beralasan, tetapi tidak dapat

dikompensasi adalah keterlambatan yang diluar kemampuan baik kontraktor

maupun pemilik. Sebagai contoh, cuaca buruk, kebakaran, banjir, pemogokan

buruh, peperangan, perusakan oleh pihak lain, larangan kerja, wabah penyakit,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

inflasi/eskalasi harga dan lain sebagainya. Kasus ini biasanya disebut dengan force

majeur.

c. Non-excusable adalah keterlambatan yang tidak beralasan. Kasus keterlambatan

yang tidak beralasan adalah keterlambatan yang disebabkan karena kegagalan

kontraktor memenuhi tanggung jawabnya dalam pelaksanaan proyek. Sebagai

contoh, kekurangan dalam penyediaan sumber daya proyek (manusia, alat,

material, sub-kontraktor, uang), kegagalan koordinasi lapangan, kegagalan

perencanaan jadwal, produktivitas yang rendah, dan sebagainya. Dalam kasus ini

kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak. Menurut Kraiem dan

Dickmann (dalam Proboyo, 1999), penyebab-penyebab keterlambatan waktu

pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga (3) kelompok besar, yakni:

1. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable

Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian

atau kesalahan pemilik proyek.

2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay),

yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau

kesalahan kontraktor.

3. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay), yakni

keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali

baik pemilik maupun kontraktor

Tinjauan dan studi pustaka yang telah dilakukan oleh Proboyo (1999) untuk

mendapatkan penyebab-penyebab keterlambatan, menghasilkan rangkuman sebanyak

45 jenis penyebab keterlambatan dengan demikian perlu juga diklasiflkasikan

keberadaannya dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Proboyo (1999), diambil 6 aspek kajian, yakni:

A. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan = 6 jenis penyebab.

B. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan = 8 jenis penyebab.

C. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi = 9 jenis penyebab.

D. Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya = 8 jenis penyebab.

E. Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi Pekerjaan = 7 jenis penyebab.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

F. Aspek Lain-lain = 7 jenis penyebab.

NO Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Menurut Para Ahli

P1 P2 P3 P4 P5

A Aspek Perencanaan dan Penjadwalan

1 Penetapan jadwal proyek yang amat ketat oleh

pemilik

2 Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang

harus ada

3 Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan

baik/terpadu

4 Penentuan diirasi waktu kerja yang tidak seksama

5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah

6 Metode konstruksi/pelaksanaan kerja yang salah

atau tidak tepat

B Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan (Kontrak)

1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah/tidak

lengkap

2 Perubahan disain/detail pekerjaan pada waktu

pelaksanaan

3 Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu

pelaksanaan

4 Proses pembuatan gambar kerja oleh kontraktor

5 Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja

oleh pemilik

6 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja

7 Adanya sering pekerjaan tambahan

8 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang

telah selesai

C Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan

Komunikasi

1 Keterbatasan wewenang personil pemilik dalam

pengambilan keputusan

2 Kualifikasi personil/pemilik yang tidak profesional

di bidangnya

3 Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis

oleh pemilik

4 Kegagalan pemilik mengkoordinasi pekerjaan dari

banyak kontraktor/sub kontraktor

5 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penyerahan/

penggunaan lahan

Tabel 2.1 Aspek Penyebab Keterlambatan Menurut Praboyo (1999), Levis dan Artherley (1996) , Assaf

(1995) , Park (1979) , dan Abedi da Haseeb (2011).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

6 Kelambatan penyediaan alat/bahan,dll yang

disediakan pemilik

7 Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari

personil-personil dalam organisasi kerja kontraktor

8 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar

bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor

9 Terjadinya kecelakaan kerja

D Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya

1 Mobilisasi Sumber Daya (bahan, alat, tenaga kerja)

yang lambat

2 Kurangnya keahlian dan ketrampilan serta motivasi

kerja para pekerja-pekerja

3 Jumlah pekerja yang kurang memadai/sesuai dengan

aktivitas pekerjaan yang ada

4 Tidak tersedianya bahan secara cukup pasti/layak

sesuai kebutuhan

5 Tidak tersedianya alat/peralatan kerja yang cukup

memadai/sesuai kebutuhan

6 Kelalaian/Keterlambatan oleh sub kontraktor

pekerjaan

7 Pendanaan kegiatan proyek yang tidak terencana

dengan baik (kesulitan pendanaan di kontraktor)

8 Tidak terbayarnya kontraktor tepat waktu (kesulitan

pembayaran oleh pemilik)

E Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol dan Evaluasi

Pekerjaan

1 Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak

terjadwal

2 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan

oleh pemilik yang lama

3 Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik

yang tidak relevan

4 Proses persetujuan ijin kerja yang bertele-tele

5 Kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan

6 Banyak hasil pekerjaan yang harus

diperbaiki/diulang karena cacat/ tidak benar

7 Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan

yang lama dan lewat jadwal yang disepakati

F Aspek Lain-lain (Aspek diluar kemampuan Pemilik

dan Kontraktor)

1 Kondisi dan lingkungan tampak ternyata tidak

sesuai dengan dugaan

2 Transportasi ke lokasi proyek yang sulit

3 Terjadinya hal-hal tak terduga seperti kebakaran,

banjir, badai/angin ribut, gempa bumi, tanah

longsor, cuaca amat buruk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

Keterangan

P1 : Praboyo (1999)

P2 : Levis dan Artherley (1996)

P3 : Assaf (1995)

P4 : Park (1979)

P5 : Abedi dan Haseeb (2011)

Dari rangkuman para peneliti diatas hanya Praboyo (1999) yang mencakup

berbagai hal dalam studi pustakanya mengenai penyebab keterlambatan penyelesaian

proyek konstruksi. Praboyo (1999) menjelaskan berbagai aspek faktor penyebab

keterlambatan beserta subfaktornya.

2.2.3 Mengatasi Keterlambatan Proyek

Menurut Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu saja muncul

gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa material

dasar atau barang jadi baik yang local maupun import. Cara penanganannya sangat

bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf

khusus dalam organisasi sampai bentuk pembagian porsi tanggung jawab diantara

pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu

proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau

industri, yang kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis

yang telah ditetapkan.

4 Adanya pemogokan buruh

5 Adanya huru-hara/kerusuhan, perang

6 Terjadinya kerusakan/pengrusakan akibat kelalaian

atau perbuatan pihak ketiga

7 Perubahan situasi atau kebijaksanaan

politik/ekonomi pemerintah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

2.2.4 Pengaruh Aspek Keterlambatan Proyek Terhadap Kinerja (waktu

pelaksanaan proyek)

Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasi

terhadap pihak tertentu unuk mengetahui tingkat pencapaian suatu instansi. Kinerja

juga di artikan sebagai jawaban dari berhasil atau tidaknya suatu proyek konstruksi.

Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau

segala sesuatu jadi serba salah. Secara garis besar kinerja dapat diartikan sebagai

keluaran (output), kinerja dinilai dari apa yang telah dicapai dan dihasilkan oleh

individu dalam melaksanakan tugas dan kinerjanya yang dalam hal ini adalah

kontraktor. Kinerja ini sendiri dikatakan berhasil jika memenuhi syarat atau waktu

yang telah di sepakati antara kontraktor dan pemilik mengenai waktu pelaksanaan

proyek.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah catatan dari

proses, pelaksanaan, pencapaian dan apa yang dihasilkan oleh suatu pekerjaan selama

periode atau kurun waktu tertentu.

2.3. Data dan Pengukuran

Menurut Webster (1983) dalam Redana (2003), research (penelitian) adalah

penyelidikan atau pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu pengetahuan secara hati-

hati dan sistematis. Secara ringkas penelitian harus memenuhi:

1. Ada hal yang ingin diselidiki

2. Ada metode penelitian

3. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan.

Pengertian research (penelitian) yang paling sederhana adalah penelitian dimulai

apabila seseorang peneliti mempunyai suatu persoalan (pertanyaan) dimana untuk

menjawab persoalan tersebut peneliti bersangkutan tidak memiliki cukup informasi

(Redana, 2003).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

2.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan "apa adanya" tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.

Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak

terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis (Arikunto, 2000).

Beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif

adalah penelitian survei (survey studies), studi kasus (case studies), penelitian

perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (follow-up studies),

analisis dokumen (documentary analyses) dan penelitian korelasional (correlation

studies) (Arikunto, 2000). Penelitian kasus (studi kasus) biasanya meliputi subyek yang

jumlahnya terbatas (kadang-kadang hanya seorang subyek atau sebuah unit),

dimaksudkan untuk mengetahui secara mendalam tentang sesuatu gejala. Dalam

melakukan studi kasus, peneliti berusaha menggali latar belakang yang dimiliki oleh

subyek mengenai "masa lalunya" (Arikunto, 2000).

2.3.2 Pengumpulan Data

Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara

pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat

dari sumber pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau

hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada responden. Sedangkan

data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain atau data primer yang

telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak

lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram

(Sugiarto, 2003).

Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara penyebaran

kuesioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara interview/wawancara dengan

responden oleh peneliti. Untuk data yang hasilnya diperoleh melalui kuesioner, maka

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

aspek yang penting adalah mendesain kuesioner sebelum melakukan penelitian.

Sebelum mendesain kuesioner hai yang perlu dilakukan adalah menentukan berapa

jumlah proyek konstruksi yang akan diteliti. Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu,

penulis menggunakan sampel dalam pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003),

sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya, dimana populasi adalah

keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian

lapangan bertujuan untuk memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju

responden terhadap pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan (Proboyo, 1999).

Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Data

kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna tidak

dapat dijadikan operand dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan

maupun perkalian dan pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data kualitatif adalah

data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data kuantitatif adalah data

yang berbentuk angka. Termasuk dalam klasifikasi data kuantitatif adalah data yang

berskala ukur interval dan rasio. Yang dimaksud dengan data nominal adalah data yang

hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori. Data nominal disebut juga

dengan data kategori. Data nominal dalam praktek statistik biasanya akan dijadikan

'angka', yaitu proses yang disebut kategori. Misal dalam pengisian data, jenis Kelamin

Lelaki dikategorikan sebagai '1' dan perempuan sebagai '2'. Kategori ini hanya sebagai

tanda saja, jadi tidak dapat dilakukan operasi matematika, seperti 1 + 2 atau 1-2 dan

lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan data ordinal adalah data yang mempunyai

tingkatan data (Santoso, 2001).

2.3.3 Desain Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan

memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik populasi.

Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya

(Riduwan, 2008).

2.3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2008).

2.3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang

representatif dari populasi. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum

dilakukan yaitu (Riduwan, 2008):

- Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang

sama pada setiap anggota populasi yang dipilih menjadi anggota sampel, yang

tergolong teknik probability sampling. Cara demikian sering disebut dengan

random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.

- Non-Probability Sampling

Non-probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

2.3.6 Penentuan Jumlah Sampel

Sampel (contoh) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik

sampling. Ada beberapa keuntungan menggunakan sampel, antara lain (Riduwan,

2008):

1. Memudahkan peneliti karena jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan

menggunakan populasi, selain itu bila populasinya terlalu besar dikhawatirkan

akan terlewati.

2. Penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subyeknya banyak

dikhawatirkan adanya bahaya biasanya dari orang yang mengumpulkan data,

karena sering dialami oleh staf bagian pengumpulan data mengalami kelelahan

sehingga pencatatan data tidak akurat.

Perhitungan jumlah sampel yang akan digunakan menggunakan rumus Al-

Rasyid (1994) sebagai berikut (Riduwan, 2013):

Rumus Al-Rasyid : no = (𝑍α

2.𝐵𝐸)

2 (2.1)

Dimana:

α = taraf kesalahan yang besarnya ditetapkan 0,05

N = jumlah total kontraktor (Kota Denpasar)

BE = Bound of Error diambil 15 %

Zα = nilai dalam tabel Z = 1,99

Jika no ≤ 0,05 N, maka n = no (2.2)

Jika no > 0,05 N, maka n = 𝑛𝑜

1+𝑛𝑜−1

𝑁

(2.3)

Perhitungan alokasi sampel secara proporsional, untuk masing-masing strata

menggunakan rumus sebagai berikut:

n1= Ni

Nx n (2.4)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

dimana:

N =jumlah populasi

n = jumlah sampel = 30

Ni = jumlah subpopulasi dalam strata ke-i

2.4 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan kegiatan

penelitian. Data populasi atau data sampel yang sudah terkumpul, jika digunakan untuk

keperluan informasi, baik berupa laporan dalam penelitian hendaknya diatur, disusun,

disajikan dalam bentuk yang jelas. Langkah-langkah dalam pengolahan data dapat

dilakukan seperti penyusunan data, klarifikasi data, pengolahan data, dan interprestasi

hasil pengolahan data (Riduwan, 2008). Dapat dijelaskan beberapa jenis pengolahan

data yang dipergunakan dalam penelitian ini seperti tabel data dan skala pengukuran.

2.4.1 Tabel Data

Tabel biasa digunakan untuk bermacam-macam keperluan baik bidang

ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain untuk menginformasikan data dari hasil

penelitian atau hasil penyelidikan yang diolah dalam bentuk tabel (Riduwan, 2008).

Pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan tabel merupakan penyajian

yang banyak digunakan, karena lebih efisien dan cukup komunikatif (Sugiyono, 2009).

2.4.2 Skala Pengukuran

Pengukuran adalah penetapan atau pemberian angka terhadap obyek menurut

aturan tertentu. Maksud dari pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah

penelitian selanjutnya (Riduwan, 2008). Jawaban didalam kuesioner merupakan data

kualitatif karena dinyatakan dalam bentuk bukan angka. Kemudian data kualitatif ini

harus dikuantifikasi atau diubah terlebih dulu menjadi data kuantitas dengan cara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

member skor atau member rangking tertentu agar bisa diproses secara statistik dengan

analisis regresi dengan bantuan program SPSS versi 22.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian

atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub

variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya

indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item

instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh

responden.

Sedangkan untuk pengaruh sub-aspek penyebab keterlambatan pada proyek

konstruksi didapat dengan menggunakan data hasil kuesioner. Data tersebut

diklarifikasikan menjadi lima tingkatan dan diberi skor sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Pengaruh = 1

2. Tidak Pengaruh = 2

3. Ragu – Ragu = 3

4. Pengaruh = 4

5. Sangat Pengaruh = 5

Dalam hal teknik pengumpulan data, kuesioner disebarkan kepada perusahaan

kontraktor dan kemudian direkapitulasi data-data yang telah diperoleh.

Sedangkan untuk perhitungan “Kategori Jenis Keterlambatan Proyek “

Perhitungan skor = X/n x 100%

Dimana ;

X = jumlah pemilih kategori CD, NED, ED

n = jumlah responden x jumlah pernyataan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

2.5 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur dalam kuesioner tersebut. Jika r hitung lebih dari

r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan valid dan sebaliknya (Brown, 1910). Pada

penelitian ini, pengujian validitas hasil kuesioner menggunakan bantuan aplikasi SPSS

versi 22. Pengujian validitas dengan menggunakan menu analyze kemudian pilih

correlate kemudian pilih bivariate, masukan data yang ingin dihitung ke dalam tabel

variables kemudian OK.

2.6 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam

penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang

konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Jika tingkat

reliabilitas instrumen lebih besar 0,6 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel dan

sebaliknya (Nunnally, 1987). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

bantuan aplikasi SPSS versi 22. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan menu

analyze kemudian pilih scale kemudian pilih reliability analisys, masukan data yang

ingin dihitung dalam items kemudian OK.

2.7 Teknik Analisis Data

Teknik statistik yang digunakan yaitu analisis regresi dengan bantuan program

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 22. Penjelasan proses statistik

dengan SPSS (Santoso, 2000):

a Data yang akan dimasukkan lewat menu data editor yang otomatis muncul

di layar saat SPSS dijalankan.

b Data yang telah diinput kemudian diproses, juga lewat data editor.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi wisuda .pdf · dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik ... baik berupa fungsi keagamaan, fungsi

c Hasil pengolahan data muncul di layar (windows) yang lain dari SPSS yaitu

output navigator.

Setelah proses input dilakukan, maka akan didapatkan hasil perhitungan sesuai

dengan program SPSS berupa:

a. Tabel Variables Entered/Removed

Tabel ini memberikan informasi tentang variabel-variabel independen yang

kurang berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga akan dikeluarkan

dari persamaan.

b. Tabel Model Summary

Tabel ini menerangkan mengenai besarnya nilai korelasi (R), nilai koefisien

determinasi (R2), nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted

R2), dan standard error.

c. Tabel ANOVAb

Tabel ANOVAb (Analysis of Variance) menerangkan bahwa dari uji

ANOVA atau F test, berfungsi membandingkan F hitung dengan F tabel.

Jika F hitung > F tabel, maka model ini dapat diterima dan begitu juga

sebaliknya.

d. Tabel Coefficient

Tabel ini menerangkan persamaa

n regresi yang dihasilkan.

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 (2.5)