38
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang hanya dilaksanakan sekali dan umumnya berjangka waktu yang pendek. Dalam rangkaian pekerjaan tersebut mengolah suatu sumber daya proyek menjadikan suatu hasil yang berupa bangunan. Dalam proses serangkaian tersebut banyak pihak-pihak yang dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja dan hubungan fungsional melibatkan semua pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya berbagai pihak yang terkait tersebut maka akan terjadinya potensi konflik yang sangat besar sehingga dikatakan mengandung konflik yang sangat tinggi (Wulfram I Ervianto, 2002). Hirschman (1967 : 1) dalam Rondinelli (1990 :6) menyebutkan bahwa proyek adalah sejenis investasi khusus yang mengacu pada kegunaan, ukuran yang pas, lokasi yang jelas, memperkenalkan sesuatu yang bersifat baru dan adanya harapan bahwa rangkaian pembangunan lebih lanjut dapat dilakukan secara lebih canggih. Sementara menurut Gray, dkk (1992 :1) rpyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan- kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya, kereta api, irigasi, bendungan, pendirian gedung sekolah, survey atau penelitian, perluasan program yang sedang berjalan, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian proyek diatas, ciri-ciri proyek antara lain sebagai berikut : a. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang

hanya dilaksanakan sekali dan umumnya berjangka waktu yang pendek.

Dalam rangkaian pekerjaan tersebut mengolah suatu sumber daya proyek

menjadikan suatu hasil yang berupa bangunan. Dalam proses serangkaian

tersebut banyak pihak-pihak yang dilibatkan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Hubungan kerja dan hubungan fungsional melibatkan

semua pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya berbagai pihak yang

terkait tersebut maka akan terjadinya potensi konflik yang sangat besar

sehingga dikatakan mengandung konflik yang sangat tinggi (Wulfram I

Ervianto, 2002).

Hirschman (1967 : 1) dalam Rondinelli (1990 :6) menyebutkan

bahwa proyek adalah sejenis investasi khusus yang mengacu pada

kegunaan, ukuran yang pas, lokasi yang jelas, memperkenalkan sesuatu

yang bersifat baru dan adanya harapan bahwa rangkaian pembangunan

lebih lanjut dapat dilakukan secara lebih canggih. Sementara menurut

Gray, dkk (1992 :1) rpyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat

direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan

mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-

kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan

pabrik, pembuatan jalan raya, kereta api, irigasi, bendungan, pendirian

gedung sekolah, survey atau penelitian, perluasan program yang sedang

berjalan, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian proyek diatas, ciri-ciri proyek antara lain

sebagai berikut :

a. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa

produk akhir atau hasil kerja akhir.

6

b. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal,

serta kriteria mutu.

c. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh

selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas

kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun

volumenya.

Proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu :

1. Proyek Engineering – Konstruksi

Kegiatan utamanya ialah studi kelayakan, design engineering,

pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan

jembatan, gedung, Pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya.

Yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar

serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.

2. Proyek Engineering – Manugaktur

Dimaksud untuk membuat produk baru, meliputi

pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi

dan operasi produk yang dihasilkan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan utamanya adalah melakukan penelitian dan

pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering

mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan

akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau

meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek ini tdai memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi

laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi

manajemen.

7

5. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang

berkaitan dengan usaha pelastarian lingkungan.

6. Proyek Radio-Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang

dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

7. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan

penggunaan dana kapital untuk investasi.

Pada proyek konstruksi mempunyai tiga dimensi karakteristik,

yaitu unik, melibatkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Untuk

menyelesaikannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain):

sesuai spesifikasi yang diterapkan, sesuai time schedule, dan sesuai

dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan.

Tiga karakteristik proyek konstruksi adalah:

1. Proyek bersifat unik

Proyek bersifat untuk yang dimaksud adalah proyek konstruksi

tidak pernah sama persis dengan proyek lainnya. Misalnya,

tidak ada proyek yang identik dan sejenis, proyek bersifat

sementara dan selalu melibatkan grub kerja yang berbeda-

beda.

2. Membutuhkan sumber daya (resources)

Setiap proyek konstruksi selalu membutuhkan sumber daya

dalam penyelesaiannya, contoh pekerja, material metoda dll.

Pengorganisasian manajemen tersebut dilakukan oleh manajer

proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja

tersebut ternyata lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya.

Apalagi, pengetahuan yang di pelajari seorang manajer proyek

bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan,

computer science, contruction management. Untuk itu seorang

8

manajer proyek masih harus terus belajar tentang manajemen

proyek untuk mengembangkan ilmunya sendiri.

3. Membutuhkan organisasi

Di dalam organisasi banyak individu yang mempunyai

keahlian yang beragam-ragam sesuai dengan tujuannya seperti

tagam ketertarikan, keahlian kepribadian dan sifat masing-

masing. Dalam hal ini Langkah awal harus di lakukan manager

proyek adalah menyatukan visi sehingga menjadikan satu

tujuan untuk organisasi tersebut.

Gambar 2.1 Three dimentional objective

Gambar 2.2 triple constrain

Rangkaian kegiatan proyek dapat dibagi menjadi 2 rangkaian

yaitu, rangkaian kegiatan proyek dan rangkaian kegiatan rutin. Kegiatan

rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus dan berulang yang

Melibatkan

Organisasi

Melibatkan

Sumber Daya

Unik

PROYEK

KONSTRUKSI

Tepat Mutu

Tepat Biaya

Tepat Waktu

PROYEK

KONSTRUKSI

9

berlangsung lama, kegiatan proyek adalah suatu kegiatan yang umumnya

dilaksanakan cuma sekali dan bersifat unik.

Gambar 2.3 Proyek sebagai suatu system

Dengan demikian, dapat kita simpulkan kegiatan proyek

merupakan suatu kegiatan yang mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Dimulai dengan awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan

mengakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan),

dan mempunyai waktu yang pada umumnya terbatas.

2. Karena rangkaian kegiatan yang terjadi hanya satu kali maka

menghasilkan produk proyek yang bersifat unik. Jadi tidak ada

proyek lainnya yang identic atau sama yang ada hanyalah

proyek sejenis.

Menurut W.R. King dan D.I Cleland (1987), proyek merupakan

sumber daya tergabung yang menjadi sebuah organisasi yang sementara

agar mendapatkan sasaran yang di inginkan. Membangun atau

memperbaiki fasilitas dan sarana atau prasarana umum seperti jalan,

gedung, jembatan, bendungan dll, sehingga kegiatan membangun atau

memperbaiki tersebut adalah kegiatan yang biasa dikerjakan oleh proyek

konstruksi. Menurut pengertian diatas, proyek memiliki waktu yang

terbatas dan bersifat sementara, tidak bersifat berulang-ulang, memiliki

awal waktu dan akhir waktu, memiliki sumber daya yang terbatas dengan

yang bertujuan sama untuk menyelesaikan yang telah direncanakan.

10

Untuk itu dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan karakteristik proyek

diantaranya:

1. Waktu pengerjaan dari awal hingga akhir telah ditentukan

karena proyek memiliki waktu terbatas.

2. Pembangunan kontruksi hanya bersifat pribadi sekali karena

bukan produk yang bisa di ulang atau di pabrikasi.

3. Memiliki pola sedikit pola awal yang berkembang menjadi

banyak dan menurun hingga akhirnya berhenti, merupakan

tahap-tahap kegiatan proyek.

4. Merencankan, merancang, dan melaksanakan merupakan

intensitas proyek.

5. Membutuhkan klasifikasi tenaga yang beragam untuk kegiatan

yang beragam.

6. Spesifikasi proyek ditentukan seperti syarat yang terkait

dengan alat, bahan, metode pelaksanaan dan tenaga yang telah

ditetapkan dan harus memenuhi prosedur yang telah

disyaratkan.

Dalam dunia teknik sipil arti proyek lebih dipersempit sebagai

proyek konstruksi yaitu proyek yang memiliki keterkaitan dengan

pembangunan sebuah bangunan insfrastruktur yang pada umumnya

mencakup pekerjaan pokok yang termasuk pekerjaan arsitektur dan teknik

sipil (Istimawan Diohohusodo 1996:69).

Mengalokasikan sumber daya merupakan cara dalam melakukan

kegiatan proyek bisa disebut dengan aktivitas yang berjalan dengan jangka

waktu yang terbatas, dengan maksud mendapatkan hasil produk dengan

kriteria mutu yang sudah digariskan dengan jelas. Tiga Batasan tersebut

juga disebut sebagai (triple constrain) yang sering diasosiasikan untuk

sasaran proyek. Seperti gambar dibawah : (Imam Soeharto. 1995:1-2)

11

Gambar 2.4 Tiga kendala pada sasaran proyek

Sumber : Imam Soeharto

Anggaran Proyek tidak boleh melebihi. Dalam sebuah proyek konstruksi

membuthkan dana dan anggaran yang besar dan jangka waktu yang lama,

anggaran ini bukan hanya diperlukan untuk total proyek melainkan dibagi-

bagi menjadi berbagai bidang. Dengan demikian, maka penyelesaian

proyek tersebut harus memenuhi target yang sudah ditentukan.

Jadwal Proyek batas waktu penyerahannya tidak boleh melewati yang

sudah di tentukan.

Mutu Proyek harus sesuai dengan kriteria dan spesifikasi yang

disyaratkan maka dapat disebut jika persyaratan mutu mampu dipenuhi

sebagai tugas yang dimaksud.

Kesepakatan antara ketiga Batasan diatas akan menjadi penentu,

jika ingin melakukan peningkatan kinerja produk yang sudah dilakukan

kesepakatan dalam kontrak, maka menaikkan kualitas mutu dapat

menyebabkan naiknya biaya dan akan melebihi anggaran. Jadi harus

berkompromi dengan waktu atau mutu aka anggaran dapat ditekan.

2.1.1 Pemilik Proyek

Pemilik proyek atau owner adalah pihak, baik instansi pemerintah

atau instansi swasta, yang memiliki proyek dan memberikannya kepada

pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja

yang telah disetujui. Untuk dapar merealisasikan pekerjaan, sebagai

pemilik proyek memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.

12

Tugas pemilik proyek adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan

proyek.

b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.

c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana proyek.

d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas

atau manajemen konstruksi.

e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh

kontraktor.

Wewenang pemilik proyek adalah sebagai berikut :

a. Membuat surat perintah kerja.

b. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah

direncanakan.

c. Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek atas

hasil pekerjaan konstruksi.

d. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek

yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan

perjanjian kontrak yang telah di setujui.

2.1.2 Perencana Proyek

Perencana proyek merupakan suatu badan perorangan atau badan

hukum yang dipilih oleh pemilik proyek untuk melakukan pada tahap

perencanaan. Perencana proyek dapat dipilih melalui pelelangan atau

dapat ditunjuk langsung oleh pemilik proyek, dimana dalam proyek RSI

UNISMA perencana proyek ditunjuk langsung kepada PT Dwi Ponggo

Seto. Dalam tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan

yaitu sebagai berikut.

13

1. Estetika

Estetika diperhatikan sebagai dasar keindahan dan keserasian

bangunan yang mampu memberikan rasa bangga kepada

pemiliknya.

2. Fungsional

Bangunan harus disesuaikan dengan pemanfaatan dan

penggunaanya sehingga dalam pemakaiannya dapat memberikan

kenikmatan dan menyamanan.

3. Struktural

Bangunan gedung harus memiliki struktur yang kuat sehingga

dapat memberikan rasa aman untuk ditinggali pengguna atau

pemilik proyek.

4. Ekonomis

Selain ketiga unsur diatas bangunan juga harus ekonomis.

Pendimensian elemen bangunan harus direncanakan secara

proporsional dan penggunaan bahan bangunan yang memadai

sehingga bangunan awer dan mempunyai umur pakai yang

panjang.

2.1.3 Pelaksanaan Proyek

Pembangunan RSI UNISMA ini di laksanakan oleh PT Dwi

Ponggo Seto sebagai kontraktor dan PT Dwi Ponggo Seto yang bertugas

sebagai konsultan pengawas. PT Dwi Ponggo Seto berlokasi di kota

Ponorogo, tepatnya di JL, Singo Kobro No. 15 , Kec. Siman ,Kab.

Ponorogo, Jawa Timur, yang bertugas sebagai kontraktor proyek.Yang

bertugas sebagai konsultan pengawas yang merencanakan estimasi biaya

awal, melaksanakan perhitungan volume bangunan dan melakukan

pengawasan pekerjaan yang di lakukan kontraktor lapangan di lapangan

mewakili pemilik proyek RSI UNISMA.

14

Tahap pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap struktural

Tahap struktural meliputi perhitungan beban – beban yang

bekerja, merencanakan denah portal untuk menentukan letak

kolom dan balok utama, analisa mekanika untuk pendimensian

elemen struktur dan penyelidikan tanah untuk pondasi.

2. Tahap arsitektural

Merupakan tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan

bangunan. Tahap arsitektural meliputi penggambaran denah

bangunan, potongan, tampak, perspektif, detail gambar

bangunan, rencana anggaran biaya (RAB) serta rencana kerja dan

syarat (RKS).

3. Tahap finishing

Memberikan sentuhan akhir untuk keindahan dan melengkapi

gedung dengan segala fasilitas alat – alat mekanikal, elektrikal,

sebagai bentuk pelayanan kepada penghuninya.

2.1.4 Fungsi Bangunan

Bangunan ini berfungsi untuk Rumah Sakit (rawat inap). Selain

itu, bangunan RSI Unisma juga menyediakan saran seperti rawat inap,

ruang arsip, ruang operasi dan ruang transit yang dapat digunakan untuk

menunggu bagi tamu yang mengunjungi RSI ini.

2.1.5 Fasilitas Proyek

Dalam suatu proyek pembangunan harus diimbangi dengan

fasilitas kerja yang memadai sehingga aktifitas dapat berjalan lancar,

nyaman, dan mendukung program keselamatan kerja (K3). Fasilitas

penunjang yang ada pada pembangunan RSI Unisma adalah sebagai

berikut.

15

1. Kantor direksi (Direksi Keet).

2. Kantor konsultan pengawas.

3. Logistik atau gudang.

4. Kantor HSE.

2.2 Manajemen Proyek

Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu proses dari

perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu

proyek oleh para anggota yang terlibat didalamnya dengan cara

memeanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mecapai sasaran

yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari

pengelolaan lingkungan kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan

asspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam

penyelenggaraan suatu proyek.

Manajemen proyek menurut H. Kerzner dalam soeharto (1997:28)

merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan mengendalikan

sumber daya perusahan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah

ditentukan. Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan pendekatan

sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal.

Sedangkan menurut PMI (Project Management Institute) (dikutip

oleh Soeharto, 1999), mengemukakan definisi manajemen proyek sebagai

berikut : Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan

memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan

material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan

biaya. Serta memenuhi keinginan para stake holder.

Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentu

waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang

sangat penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut

akan menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu :

16

a. Penyusun jadwal (scheduling), anggaran (budgeting),

kebutuhan sumber daya manusia (manpower planning), dan

sumber organisasi yang lain.

b. Proses pengendalian (controlling)

Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render,

2005), yaitu :

• Perencanaan

Fase ini mencakup penetapan sasaran,

mendefinisikan proyek, dan organisasi timnya.

• Penjadwalan

Fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan

untuk kegiatan khusus dan menghubungkan

masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.

• Pengendalian

Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya,

kualitas, anggaran. Perusahaan juga merevisi atau

mengubah rencana dan menggeser atau mengelolah

Kembali sumber daya agar dapat memenuhi

kebutuhan waktu dan biaya.

Handoko (1999:98) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah

sebagai berikut :

1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang

merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan

akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya,

kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.

2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan

sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

17

Sebagai berikut (Paulus Nugraha, Ishak Natan, R. Sudjipto, 1985:15) :

1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dengan

budget yang telah ditentukan, jangka waktu yang telah

ditetapkan dan kualitas bangunan proyek harus sesuai dengan

spesifikasi teknis yang telah dirumuskan.

2. Bagi kontraktor yang bonafide yaitu pengembangan reputasi

akan kualitas pekerjaan (workmanship) serta

mempertahankannya.

3. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan

yang menjadi beroperasinya pekerjaan proyek secara

kelompok (teamwork).

4. Terciptanya pendelegasian wewenang dan tugas yang

seimbang sampai kepada lapisan manajemen yang paling

bawah sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih

efektif.

5. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi

sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi

timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan.

6. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga

orang yang bekerja yang akan didorong untuk memberikan

yang terbaik dari kemampuan dan keahlian mereka.

Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihatbatasan

mengenai tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari pihak-pihak yang

terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga

tidak akan terjadi tugas dan tanggungjawab yang dilakukan secara

bersamaan. Apabila fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan

jelas dan terstruktur maka tujuan akhir dari proyek akan mudah untuk

diwujudkan. Tujuan sebuah proyek diantaranya :

a. Ketepatan waktu pengerjaan.

b. Tepat kualitas.

18

c. Tepat kuantitas.

d. Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana.

e. Tidak adanya gejolak dengan masyarakat sekitar.

f. Tercapainya K3 yang baik.

2.2.1 Pokok Perencanaan Proyek

Dalam merencanakan sebuah proyek, terdapat hal-hal pokok yang

menjadi tujuan dalam pengerjaannya. Beberapa hal pokok yang menjadi

dasar dalam perencanaan sebuah proyek adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Agar hasil dari proyek bisa berjalan optimal, proyek haruslah

direncanakan dengan perencanaan yang matang. Dalam merumuskan

perencanaan yang matang untuk sebuah pengadaan proyek, penyelenggara

harus mempersiapkan administrasi dan program sesuai agar setiap step

pengerjaan dapat diimplemetasikan dengan baik.

Tujuan adanya perencanaan ini yaitu agar proyek yang dikerjakan

dapat memenuhi persyaratan ketentuan waktu, biaya, kualitas, dan

keselamatan kerja. Dalam membuat perencanaan proyek, penyelenggara

perlu melakukan studi rekayasa nilai, kelayakan, dan studi perencanaan

area manajemen proyek yang didalamnya memuat perencanaan

keselamatan kerja, kesehatan, biaya, kualitas, sumber daya waktu, resiko,

lingkungan, dan sistem informasi.

b. Penjadwalan

Penjadwalan adalah suatu bentuk implementasi dari tahap

perencanaan dimana penjadwalan tesebut memuat informasi tentang

waktu pelaksaan proyek dan kemajuan proyek. Kemajuan proyek meliputi

progres waktu, durasi, dan sumber daya. Selain itu, proses updating dan

monitoring wajib dilakukan agar penyelenggara memliki jadwal yang

realistis sehingga pengerjaan proyek dapat berjalan lancar dan sesuai

dengan apa yangtelah ditargetkan.

19

c. Kontrol Proyek

Kontrol proyek merupakan tahap yang sangat berpengaruh pada

hasil pengadaan suatu proyek. Tujuan utama dilakukan pengendalian

proyek yaitu untuk mencegah dan meminimalisir penyimpangan yang

mungkin terjadi selama berlangsungnya pengerjaan proyek. Dengan

dilakukannya tahap ini, penyelenggara dapat mengoptimalkan kualitas

kinerja waktu, biaya, dan keselamatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang

termasuk dalam tahap pengendalian proyek antara lain kegiatan

pengawasan, koreksi selama proses pengerjaan proyek, pemeriksaan

kembil proyek, dan pemeriksaan kembali yang tengah dikerjakan.

2.2.2 Ruang Lingkung Pengerjaan Proyek

Dalam pengerjaan sebuah proyek, terdapat ruang lingkup

pengerjaan yang berfungsi untuk membatasi jenis pengerjaan yang akan

dilakukan. Dalam proyek yang akan dikerjakan, terdapat beberapa ruang

lingkup yaitu adalah :

a. Penentuan waktu kapan proyek akan mulai dikerjakan.

b. Perencanaan lingkup proyek yang hendak dikerjakan.

c. Pembuatam definisi dari rung lingkup suatu proyek.

d. Verifikasi kontrol dan proyek jika terjadi perubahan selama

pengerjaan proyek tengah berlangsung.

2.2.3 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang

atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara

bersama – sama dengan kemampuan dan keahliannya masing – masing

untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya

organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien,

tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.

Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan

kegiatan konstruksi merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri

secara konseptual berpengertian adanya perangkat atau kelompok yang

20

menyangkut beberapa unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai

tujuan bersama.

Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu

bangunan fisik yang memenuhi dan persyaratan melalui suatu ruang

lingkup pekerjaan tertentu yang dilakukan beberapa orang atau beberapa

kelompok orang. Untuk proyek – proyek besar yang harus dilaksanakan

oleh beberapa kontraktor, maka pemilik proyek dapat memberikan

kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang disebut manajemen

konstruksi yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.

2.2.4 Konsultan Perencana

Konsultan perencana pada pekerjaan pembangunan RSI UNISMA

adalah PT Dwi Ponggo Seto. Berikut ini adalah tugas dan wewenang

konsultan perencana. Konsultan perencana yang ditunjuk adalah PT Dwi

Ponggo Seto.

a. Tugas konsultan perencana

• Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan

pemilik bangunan.

• Membuat gambar kerja pelaksanaan.

• Membuat rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan

sebagai pedoman pelaksanaan.

• Membuat rencana anggaran biaya bangunan.

• Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik

kedalam desain bangunan.

• Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan

pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan

desain untuk diwujudkan.

• Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika

terjadi kegagalan konstruksi.

21

b. Wewenang konsultan perencana

• Mempertahankan desain bila pihak pelaksana (kontraktor) tidak

sesuai dengan rencana.

• Menenutkan jenis material yang digunakan dalam pelaksanaan

pekerjaan konstruksi.

2.2.5 Konsultan Pengawas atau MK

Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perorangan yang

ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.

Konsultan pengawas yang ditunjuk adalah PT Dwi Ponggo Seto.

a. Tugas konsultan pengawas

• Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan

kontrak kerja.

• Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan

pelaksanaan proyek.

• Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat

oleh pemilik proyek.

• Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan

kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek

pelaksanaan pekerjaan.

• Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan

kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

• Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek

yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan

pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja

konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.

b. Wewenang konsultan pengawas

• Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan bila

terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.

• Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan.

22

• Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing

pelaksana proyek.

• Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara

perubahan.

• Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar

sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

2.2.6 Kontraktor

Kontraktor adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang

jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuannya yang

mempunyai tenaga ahli teknik. Kontraktor yang ditunjuk adalah PT Dwi

Ponggo Seto.

Tugas dari kontraktor adalah sebagai berikut :

a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai

pedoman dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.

b. Bersama dengan bagian engineering menyusun metode

pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di

lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang

telah ditetapkan.

d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan

kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.

e. Mengadakan evaluasi dan memuat laporan hasil pelaksanaan

pekerjaan di lapangan.

f. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan,

apabila terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di

lapangan.

g. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan

memproses berita acara kemajuan di lapangan.

h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan,

metode kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik

23

i. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan

mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.

j. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga,

dan alat di lapangan.

k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran

hasil pekerjaan di lapangan.

l. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di

lapangan.

2.3 Alokasi Sumber Daya Dalam Manajemen Proyek

Sumber daya merupakan komponen yang paling penting dalam

suatu perencanaan proyek. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

perencanaan dengan sumber daya sebagai proses mengidentifikasi jenis

dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan.

Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya

yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal

atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber daya pemborosan.

2.3.1 Biaya

Biaya proyek merupakan sumber daya yang memegang peranan

sangat penting dalam penyelenggaraan suatu proyek dari awal hingga

akhir pada pelaksanaan proyek yang selanjutnya digunakan untuk

merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya seperti manusia,

peralatan, material, maupun waktu.

2.3.2 Unsur-Unsur Biaya Proyek

Perkiraan biaya memegang peranan sangat penting dalam

penyelenggaraan proyek. Hal ini perlu adanya unsur-unsur biaya

diantaranya sebagai berikut (Iman Soeharto, 1995:131) :

1. Biaya pembelian material dan peralatan.

2. Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi.

3. Upah tenaga kerja.

24

4. Biaya subkontrak.

5. Biaya transportasi.

6. Overhead dan administrasi.

7. Free/laba dan kontigensi.

2.3.3 Modal Tetap dan Modal Kerja

Untuk membangun suatu proyek konstruksi dibutuhkan investasi

berupa sejumlah besar biaya atau modal. Modal dalam proyek dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital) dan modal

kerja (working capital) (Iman Soeharto, 1995:127).

2.3.4 Sumber Daya Manusia

Secara teoritis, keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari

total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-

orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan proyek. Namun cara

tersebut tidak realitis karena keperluan tenaga kerja selama siklus proyek

tidak konstan. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja proyek

yang realitis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya

yang terpenting adalah seperti berikut (Iman Soeharto, 1998:131) :

1. Produktivitas tenaga kerja.

2. Tenaga kerja periode puncak (peak).

3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat.

4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan.

5. Meratakan jumlah tenaga guna mencegah gejolak (fluctuation)

yang tajam.

Dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang

bersanagkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja

konstruksi dibedakan menjadi (Iman Soeharto, 1998:147) :

1. Tenaga kerja langsung (Direct Hire)

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang direkrut dan

mendatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahan

25

kontraktornya umumnya diikuti dengan Latihan, sampai

dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasae.

2. Tenaga kerja Borongan

Tenaga kerja Borongan adalah tenaga kerja yang bekerja

berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia

tenaga kerja (labor supplier) dengan kontraktor, untuk jangka

waktu tertentu.

2.3.5 Material

Material merupakan bagian terpenting yang mempunyai

presentase cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu,

penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli,

mendistribusikan dan menghitung material konstruksi menjadi sangat

penting.

2.3.6 Peralatan

Salah satu sumber daya terpenting yang harus tersedia pada saat

melaksanakan kegiatan proyek adalah peralatan konsttruksi (construction

plant).

Secara umum peralatan konstruksi adalah mahal, karena itu

diperlukan perhatian dan pertimbangan yang matang dalam memutuskan

tipe dan ukuran alat adalah biaya keseluruhan dari tiap satuan produksi

yang diperoleh. Terdapat beberapa faktor lain yang patut diperhatikan

sebelum keputusan akhir dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi (Wulfram

I. Ervianto, 2004 : 175) :

a. Keandalan alat.

b. Kebutuhan pelayanan.

c. Ketersediaan suku cadang.

d. Kemudahan pemeliharaan.

e. Kemampuan alat untuk digunakan dalam berbagai macam

kondisi lapangan.

26

f. Kemudahan untuk diangkut dan dipindahkan.

g. Permintaan akan alat dan harga penjualannya Kembali.

h. Tenggang waktu dalam penyerahan alat.

2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Badan Organisasi Kontraktor

2.4.1 Project Manager

Project manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung

jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta

membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara

keseluruhan. Kepala proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada

organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :

a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.

b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode

kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.

c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan

RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada

Direksi hingga diperoleh persetujuan.

d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul

selama proses kegiatan konstruksi di proyek.

2.4.2 Site Manager

Site manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung

jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta

membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara

keseluruhan. Site manajer proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi

pada organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :

a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.

b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode

kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.

27

c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan

RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada

Direksi hingga diperoleh persetujuan.

d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul

selama proses kegiatan konstruksi di proyek.

2.4.3 Safety Officer

Safety Officier fokus pada masalah pengelolaan aspek

keselamatan dan kesehatan kerja, serta pengelolaan proyek yang

berwawasan lingkungan.

a. Membuat perencanaa dan program pelaksanaan K3 Konstruksi di

Proyek.

b. Melakukan penyuluhan dan Pembinaan informasi serta latihan

tentang K3 Konstruksi.

c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Konstruksipada proyek

apakahsudah sesuai dengan planning K3 Konstruksi yang dibuat.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan.

2.4.4 Site Engineering

Site Engineer fokus pada pengelolaan pelaksanaan pekerjaan,

dengan memperhatikan metode kontsruksi, sistematika dan tahapan

pelaksanaan. Tugas Site Engineer yaitu :

a. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.

b. Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan,

memberikan petunjuk-petunjuk atas wewenang yang diberikan

pelaksana kegiatan.

c. Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai

efisiensi pada setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani).

d. Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian

mutu dan volume pekerjaan.

28

2.4.5 Admin atau General Affair

Admin/General Affair fokus pada pengelolaan urusan umum

antara lain pergudangan, kesekretariatan, kepersonaliaan proyek,

perijinan, monitoring pembayaran kas proyek, keamanan dan hubungan

sosial. Tugas Admin/General Affair, yaitu :

a. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan perijinan yang

diperlukan perusahaan.

b. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya hubungan baik

dengan lingkungan sekitar Perusahaan.

c. Bertanggung jawab terhadap pelaporan secara periodik

keberadaan dan kondisi asset perusahaan.

d. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya fasilitas kantor.

e. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan kebutuhan stationary.

f. Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas kantor

dan asset perusahaan.

2.4.6 Drafter

Tugas pelaksana arsitek, yaitu :

a. Memeriksa gambar agar sesuai dengan Bill Of Quantity.

b. Mempelajari gambar terutama gambar detail.

c. Menyiapkan perubahan – perubahan pada gambar rencana yang

diakibatkan oleh lingkungan namun tetap berdasarkan gambar

dari konsultan perencana sebagai persetujuan.

2.4.7 Arsitek

Tugas arsitek, yaitu :

a. Membuat desain bangunan dan gambar yang rinci dan detail.

b. Penghubung dengan professional konstruksi tentang kelayakan

proyek potensial.

c. Memilih material yang akan digunakan.

29

2.4.8 Surveyor

Tugas Surveyor, yaitu :

a. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.

b. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor

terhadap titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi

maupun elevasi.

c. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan di

lapangan dan bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.

2.4.9 Mandor

Tugas dan tanggung jawab mandor, yaitu :

a. Membaca Memahami Gambar kerja dan menerjemahkannya ke

dalam langkah-langkah operasional.

b. Melakukan Peninjauan Dan pengukuran Lapangan (setting

Out).

c. Menghitung Perkiraan Volume Pekerjaan, kebutuhan tenaga

kerja, nahan dan alat.

d. Menghitung Harga Satuan Ongkos Kerja.

e. Merundingkan Harga Borongan Pekerjaan.

f. Membuat Jadwal Dan Recana Kerja.

g. Menyiapkan Dan Mengatur pembagian Tugas para Tukang Dan

Pekerja.

h. Mengawasi kegiatan Para Tukang dan pekerja dalam melakukan

pekerjaan.

i. Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam

melaksanakan pekerjaan.

j. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.

k. Mengukur dan Menghitung hasil kerja/opname.

l. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih

pembayaran.

30

m. Membayar Upah Para Tukang Dan Pekerja.

2.4.10 Logistik

Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah mencatat

setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau material yang

diperlukan proyek dan memeriksa apakah persediaan barang-barang atau

naterial tersebut masih cukup atau tidak. Maka tugas dan tanggung jawab

bagian gudang logistik adalah sebagai berikut :

a. Membuat resume stock material di lapangan berdasarkan

schedule kerja proyek.

b. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa

apakah sudah sesuai dengan kualitas yang dipesan.

c. Mengatur penyimpanan material gudang supaya tidak rusak.

d. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan.

e. Bertanggung jawab atas kelancaraan, kualitas dan kesiapan

material yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Agar tidak kehabisan stock, maka biasanya bila persediaan

material tinggal 50%, bagian logistik telas memajukan

permohonan untuk pemesanan kembali.

f. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang

tersimpan di gudang.

2.4.11 Mekanik

Uraian tugas mekanik adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi komponen utama engine.

b. Melaksanakan pemeliharaan engine.

c. Melaksanakan Perbaikan ringan (minor repair) engine.

d. Memeriksa dan menganalisa kerusakan komponen engine.

e. Melaksanakan Perbaikan (Major Repair).

f. Menganalisa dan mengatasi gangguan (trouble shooting).

31

2.4.12 Keamanan

Uraian tugas keamanan adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan pintu gerbang.

b. Pengaturan keluar masuk kendaraan.

c. Patroli keamanan.

d. Patroli keselamatan.

e. Penerima tamu.

2.5 Pengertian Produktivitas

Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara input dan output,

atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan

dalam proyek konstruksi. Rasio produktivitas adalah jumlah nilai yang di

ukur selama proses konstruksi, dapat dibagi menjadi biaya material, biaya

tenaga kerja, uang, metoda dan alat. Sukses atau setidaknya sebuah

konstruksi tergantung pada efisiensi pengelolaan sumber daya.

Selama proses kontruksi berlangsung sumber daya yang digunakan

antara lain material, machines, men, method, money. Dalam proses

konstruksi penggunaan material secara efektif sangat bergantung pada

desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Untuk menghemat

penggunaan material dilakukan tahap penyediaan, handling, dan

processing selama waktu konstruksi. Dibutuhkan pemilihan alat yang

tepat karena dapat mempengaruhi proses konstruksi, pemindahan atau

distribusi material yang cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.

Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk

dikelola. Upah yang diberikan antara pekerja satu dengan lainnya tidaklah

sama dikarenakan kemampuan masing-masing pekerja tersebut. Biaya

untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metoda konstruksi yang

digunakan. Pihak yang akan bertanggung jawab untuk pemilihan metoda

dan waktu konstruksi adalah kepala proyek.

32

2.6 Produktivitas Sebagai Sistem

Untuk meningkatkan produktivitas dalam proyek konstruksi,

sistem yang mengatur tentunya sudah dirancang dan direncanakan. Dari

beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah pekerjaan, ialah

faktor manusia yang memberikan kontribusi yang cukup besar

dibandingkan faktor lainnya.

Dalam sebuah sistem tentunya akan dibutuhkan sebuah organisasi

yang akan menjalankannya. Dengan efektifitas organisasi tersebut

tentunya akan menjalankan subsistem yang ada didalamnya dengan

lancar. Pada gambar 2.5, ditunjukkan unsur-unsur yang terlibat dalam

proyek konstruksi, secara tegas dibedakan langsung dengan produktivitas

sangat erat hubungannya dengan kontraktor dimana melalui kerja

kontraktor dan beserta elemen pendukungnya secara nyata mewujudkan

fisik konstruksi.

Gambar 2.5. Struktur organisasi proyek kontruksi

Faktor manusia yang menjadikan penentu tercapainya tingkat

produktivitas yang ditetapkan. Lebih jelas lagi dapat disebutkan bahwa

tukanglah yang menjadi faktor lainnya. Proyek konstruksi selalu

membutuhkan pekerja dengan menggunakan fisiknya karena dibutuhkan

33

untuk mengerjakan dalam cuaca dan kondisi kapanpun. Untuk

memaksimalkan produktivitas yang diinginkan dan meminimalisir

terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan keselamatan dan Kesehatan

kerja, para pemimpin harus memahami kondisi serta keterbatasan yang

diakibatkan oleh kondisi dan lokasi proyek.

Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang

mencakup empat tahapan. Model lingkaran produktivitas adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.6. Struktur organisasi proyek kontruksi

Program produktivitas dimulai dengan melakukan pengukuran

produktivitas dilapangan atau lokasi proyek. Tanpa mengetahui keadaan

sesungguhnya dilapangan, sulit rasanya untuk meningkatkan produktivitas

kerja tersebut. Dari hasil pengukuran ini, dapat dilakukan evaluasi dengan

cara membandingkannya. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk

merencanakan ulang lagi tingkat produktivitas dan menentukan arah

perbaikan atas apa yang terjadi.

2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan,

diantaranya dilakukan di singapura Low pada 1992. Low menyimpulkan

bahwa produktivitas kontruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu

buildability, training, structure of industry, build control.

Strandardization, foreign labour, mechanization and auto-mation. Di

Indonesia sendiri penelitian serupa telah dilakukan oleh Kaming pada

tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek

diklasifisikan menjadi empat kategori utama, yaitu:

Evaluasi produktivitas

Pengukuran produktivitas

Perencanaan produktivitas

Perbaikan produktivitas

34

1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa,

metoda konstruksi, urutan pekerjaan, pengukuran kerja.

2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan

penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan,

manajemen material, manajemen tenaga kerja, manajemen

peralatan.

3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja,

lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja,

Latihan kerja, partisipasi.

4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insemtif,

pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja,

hubungan kerja antarsejawat, kemangkiran.

2.7 Metode Perhitungan Harga Satuan

Analisa harga satuan pekerja adalah cara menghitung harga satuan

pekerjaan pada konstruksi dengan mengalihkan kebutuhan upah pekerja,

bahan material, dan alat dengan harga bahan bangunan, ini adalah standart

dalam mengupah pekerja persatuan pekerjaan kontruksi. Angka koefisien

pekerja sangat mempengaruhi untuk menunjukkan nilai satuan material

atau bahan, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah pekerja yang

dipergunakan untuk acuan atau panduan melakukan perencanaan biaya

suatu pekerjaan.

Bahan material, upah pekerja, dan peralatan mempengaruhi harga

satuan pekerja seperti pada skema 2.7.

Gambar 2.7 Skema Harga Satuan Pekerjaan

35

Skema diatas menjelaskan bahwa harga satuan pekerja, harga

satuan bahan, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu untuk

dilakukan perkalian dengan koefisien yang sudah ditetapkan, sehingga

dapat diperoleh rumusan sebagai berikut:

Maka akan diperoleh :

Besarnya harga satuan bahan, upah, dan juga alat tersebut

mempengaruhi besarnya harga satuan pekerjaan, sehingga dalam

menghitung kebutuhan bahan pada setiap pekerjaan saat diperlukan

ketelitian. Tingkat produktivitas pekerjaan menentukan harga satuan upah

dalam menyelesaikan proyek konstruksi tersebut.

2.8 Produktivitas Tenaga Kerja

Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara

output dan input. Dibidang kontruksi input adalah jumlah sumber daya

yang digunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Sedangkan

output adalah kualitas pekerjaan yang telah dikerjakan seperti meter kubik

galian atau timbunan. Karena material dan alat bersifat standart jadi

keahlian pekerja sendiri yang menentukan pekerjaan mereka.

Dalam menyelenggrakan sebuah proyek, salah satu faktor sumber

daya yang menjadi faktor penentu dalam keberhasilannya adalah tenaga

kerja. Penyediaan jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan material,

jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan dan perubahan

kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka

suara perencanaan proyek kontruksi harus terperinci dalam perkiraan jenis

36

dan keperluaan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari berbagai bidang dan

disiplin ilmu untuk pekerjaan lapangan kontruksi.

Untuk mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang

berlangsung jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat

sepanjang siklusnya sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis

keterampilan dan keahlian juga mengikuti perubahan secara cepat

tersebut. Menurut Soeharto (1997), indeks produktivitas dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Indeks Produktivitas =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚−𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ−𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Kondisi standart adalah kondisi rata-rata dimana indeks

produktivitas diberi angka = 1,0. Jika indeks produktivitas > 1,0 berarti

produktivitas tenaga kerja kurang standart. Sebaliknya jika indeks

produktivitas < 1,0 berarti produktivitas tenaga kerja melebihi standar

yang ditetapkan (Soeharto, 1997).

2.8.1 Produktivitas Kelompok Pekerja

Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja

dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi

dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk

menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus di bayar.

Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara berikut:

a. Produktivitas pekerja = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙

b. Kebutuhan tenaga kerja = Koefisien Analisa x produktivitas

pekerja

2.9 Metode Penjadwalan Proyek

Dalam metode penjadwalan proyek dapat menggunakan beberapa

metode dalam mengelola sumber daya proyek dan waktu. Pada masing-

masing metode tersebut tentunya memiliki kelebihan maupun kekurangan.

Pertimbangan untuk menggunakan metode-metode ini didasarkan pada

37

keinginan untuk tercapainya suatu pekerjaan tersebut. Kegiatan waktu

akan berhubungan terhadap kiatan lainnya contohnya kinerja biaya pokok

tersebut. Jadi, untuk meminimalisirnya harus dilakukan monitoring

terhadap material, alat keselamatan kerja dan ketersediaan alat serta hal-

hal lainnya yang terlibat. Jadi, Kalau ada penyimpangan dari rencana awal

kegiatan, maka harus dilakukan evaluasi dan tindakan (Abrar Husen,

2009:150-151).

Dengan mengendalikan manajemen proyek maka akan diketahui

laju pelaksanaan pekerjaan, sehingga penyimpanan yang terjadi akan

dengan mudah dan cepat teratasi dengan langkah-langkah yang sudah ada.

Untuk melaksanakannya memperlukan metode-metode, alat bantu yang

dapat mempermudah dalam pekerjaannya baik berupa tabel, grafik

ataupun aplikasi-aplikasi penunjang lainnya. Alat bantu tersebut harus

mudah dipergunakan atau mudah di baca agar mempermudah dalam

pelaksanaan pengendaliannya (Kasmiruddin, 2010:67).

2.9.1 Metode Project Evaluation and Review Technique

Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah

metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan

singkatan dari Project Evaluation and Review Technique. Diagram PERT

dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan

penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena

mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi

dari setiap aktivitas.

PERT mempunyai banyak kesamaan dengan CPM dan PDM.

Seperti dalam CPM, PERT menggunakan teknik diagram Acivity On

Arrow (AOA), yang berarti arrow digunakan untuk menggambarkan

kegiatan sedangkan node menggambarkan event. PERT tidak seperti

dalam CPM dan PDM, tetapi berorientasi pada event (event -oriented

technique) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap waktu

38

kejadian (event times). Sedangkan CPM dan PDM berorientasi pada waktu

kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap

waktu kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan

terhadap waktu kegiatan (task times).

Menurut Gusti Ayu, metode PERT memberikan perkiraan waktu

dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu

kegiatan. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba

mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan

varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya

unsur – unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan –

kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi sasaran

jadwal penyelesaian.

Menurut Haizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan

distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan,

antara lain waktu optimis, waktu pesimis dan waktu realistis. Levin dan

Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah perkiraan

waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat

direalisasikan, kemungkinan terjadinya juga hanya satu kali dalam 100,

sedangkan waktu realistis atau waktu paling mungkin adalah waktu yang

berdasarkan pikiran estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya

dinyatakan oleh huruf a, waktu realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis

dinyatakan oleh huruf b.

Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka a,

m dan b dalam metode PERT, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam menentukan angka estimasi, diantaranya :

1. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam

hubungannya dengan perhitungan-perhitungan dan

pengaruhnya terhadap metode PERT.

39

2. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m dan b bagi masing-

masing kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau

dihubungkan dengan target kurun waktu penyelesaian proyek.

3. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical

record), maka data dengan demikian akan berguna untuk

bahan pembanding dan banyak membantu mendapatkan hasil

yang lebih menyakinkan.

4. Dari kurva distribusi (gambar 2.8) dapat dijelaskan arti a, b

dan m

5. Kurva waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m.

Kurva a dan b terletak di pinggir kanan kiri dari kurva

disttribusi, yang menandai batas rentang waktu kegiatan.

Metode PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar

ketidakpastian yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung

pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi

rentang, yaitu denga memakai tiga angka estimasi. Estimasi ini diperoleh

dari orang-orang yang mempunyai kemampuan rentang pekerjaan yang

akan dilaksanakan dan berapa lama waktu pekerjaan.

Ketiga waktu estimasi waktu tersebut adalah (Iman Soeharto,

Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, 1995:228) :

2.9.2 Estimasi Metode PERT

Dalam metode PERT, diketahui tiga buah estimasi durasi setiap

kegiatan, Ketiga estimasi durasi tersebut adalah:

1. a = Kurun Waktu Optimistik (Optimistic Duration Time)

Kurun waktu optimistic adalah durasi tercepat untuk

menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan

baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam serratus kali

kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan

kondisi yang hampir sama.

40

2. m = Kurun Waktu Paling Mungkin (Most Likely Time)

Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering

terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan

secara berulang – ulang denga kondisi yang hampir sama.

3. b = Kurun Waktu Pesimistik (Pessimistic Duration Time)

Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk

menyelesaikan kegiatan, bila segalanya sesuatunya serba

tidak baik. Durasi di sini dilampaui hanyak sekali dalam

seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang – ulang

dengan kondisi yang hampir sama.

Tujuan dari penggunaan tiga estimasi yaitu untuk memberikan

rentang lebih lebar dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan

disbanding satu angka determatik. Arti tiga angka tersebut akan dijelaskan

oleh teori probabilitas dengan kurva distribusinya.

Setelah tiga angka estimasi tersebut diketahui maka langkah

selanjutnya adalah merumuskan hubungan tiga angka tersebut manjadi

satu angka yang disebut dengan waktu yang diharapkan (expected

duration time). Angka te dirumuskan sebagai berikut :

te = 𝑎+4𝑚+𝑏

6

Angka te adalah angka rata-rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan

berulang-ulang dalam jumlah yang besar. Dalam menentukan te dipakai

asumsi bahwa kemungkinan terjadi peristiwa optimistic (a) dan pesimistik

(b) adalah sama. Perlu ditekankan di sini perbedaan antara kurun waktu

yang diharapkan (te) dengan kurun waktu paling mungkin (m). Angka m

menunjukkan angka terkait atau perkiraan oleh estimator. Sedangkan te

adalah hasil dari perhitungan rumus matematis.

41

Gambar 2.8 Kurva Distribusi Frekuensi

Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti a, b dan m. Kurun waktu

yang menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu paling

banyak terjadi. Adapun angka a dan b terletak hampir diujung kiri dan

kanan dan kurva distribusi, yang menandai batas lebar rentang waktu

kegiatan. Kurva distribusi pada umumnya berbentuk asimetris dan disebut

kurva beta.

Gambar 2.9 Kurva Distribusi Asimetris (Beta)

2.9.3 Deviasi Standar dan Varians Kegiatan

Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada

metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai

derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu

kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka

yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini

dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik,

42

angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a)

sedangkan besarnya varians sama dengan (S2) atau bila dirumuskan

sebagai berikut :

• Deviasi Standart Kegiatan (S) = 𝑏−𝑎

6

• Varians Kegiatan V (te) = S2 = (𝑏−𝑎

6)2

2.9.4 Target Waktu Penyelesaian

Pada penyelenggaraan proyek, sering dijumpai sejumlah tonggak

kemajuan (milestone) dengan masing-masing target jadwal atau tanggal

penyelesaian telah ditentukan. Untuk mengetahui kemungkinan/kepastian

mencapai target jadwal tersebut. Hubungkan antara waktu yang

diharapkan (TE) dengan target T(d) pada metode PERT dinyatakan

dengan Z dan dirumuskan sebagai berikut:

Deviasi Z = 𝑇(𝑑)−𝑇𝐸

𝑆 , s2 = V(TE)

Dimana :

T(d) = Target Waktu

TE = Jumlah te Kegiatan Kritis

V(TE) = Jumlah V(te) Kegiatan Kritis