17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004). Ilmuwan memperkirakan 75% kanker bisa dicegah melalui diet yang lebih baik. Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi (Weekes, 2008). 2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Menurut Almatsier (2004), PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang

Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh

seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai

reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam

jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna

pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan

perkembangan (Almatsier, 2004). Ilmuwan memperkirakan 75% kanker bisa dicegah

melalui diet yang lebih baik. Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh

kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik.

Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi

(Weekes, 2008).

2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Menurut Almatsier (2004), PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara

kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan

prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan

yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai

dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling

melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang

memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama

zat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepung-

tepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga

dimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan

buah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan

dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang

hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan

makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan

sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi,

nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2004).

Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan

dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan

sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan

kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

11. Hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

2.3 Makanan Jajanan

2.3.1 Pengertian Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah

oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap

santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran,

dan hotel. Sedangkan Menurut Winarno (1987), makanan jajanan adalah makanan jadi

yang sudah siap dikonsumsi dan tidak memerlukan pengolahan lagi, yang di jual di kaki

lima, pinggir jalan, di stasiun, di pasar dan tempat-tempat umum yang strategis lainnya.

2.3.2 Manfaat Makanan Jajanan

Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah

memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga dapat melengkapi atau menambah

kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena

setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beri jajan,

si anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang diberikan oleh

guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih

jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

Namun, jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif,

antara lain nafsu makan menurun, makanan yang tidak higienis akan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

berbagai penyakit, dapat menyebabkan obesitas pada anak, kurang gizi karena

kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin dan pemborosan. Permen yang

menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik sebab hanya

mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat menyebabkan gangguan

pada kesehatan gigi (Irianto, 2007).

2.3.3 Jenis Makanan Jajanan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), jenis makanan jajanan

dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongam, yaitu makanan jajanan yang berbentuk

panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue putu, kue bugis dan sebagainya.

Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi goreng,

mie goreng, mie rebus dan sebagainya. Dan makanan jajanan yang berbentuk minuman,

seperti es krem, es campur, jus buah dan sebagainya. Selain itu penjualan dan penjaja

makanan jajanan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain penjaja diam,

yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung yang lokasinya tetap di

satu tempat. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu

tempat pada waktu-waktu tertentu. Dan penjaja keliling, yaitu mereka yang berjualan

keliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah

orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan

peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai

dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan

penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain: tidak menderita

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut

sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); menjaga

kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan tutup kepala;

mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; menjamah makanan harus

memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan; tidak sambil merokok, menggaruk

anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya); tidak batuk atau bersin di

hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus dalam

keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup

makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.

2.4 Konsep Perilaku

2.4.1 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini

perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni perilaku

pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem

atau fasilitas pelayanan kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behavior), serta perilaku kesehatan lingkungan .

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Remaja

Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) merupakan respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan

kebutuhan tubuh kita (Notoatmodjo, 2003).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai pertumbuhan baik fisik maupun

psikis (Agustiani, 2006). Para remaja memerlukan makanan bernutrisi tinggi karena

tubuh mereka sedang mengalami perubahan besar (Weekes, 2008).

Pada usia remaja, fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial

maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak

ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan

apa yang akan dikonsumsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi seorang

remaja. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering

dipengaruhi oleh rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada

kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi dan untuk kesenangan. Aspek pemilihan

makanan pada remaja penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap

independensi yaitu kebiasaan memilih makanan yang disukai (Khomsan, 2003).

Menurut Weekes (2008), masa remaja seringkali merupakan masa pertama

kalinya orang-orang mempertimbangkan untuk mengikuti diet dalam rangka mengubah

bentuk tubuh mereka. Diet ketat biasanya menghilangkan makanan-makanan tertentu

misalnya karbohidrat. Hal ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh dan

memerlukan berbagai jenis makanan.

Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP dan SLTA umumnya

menghabiskan waktu tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir sepertiga dari

waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Akan tetapi, seperti halnya juga

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

dengan keluarga, fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam diri anak sekarang ini

banyak menghadapi tantangan. Khususnya karena sekolah berikut segala

kelengkapannya tidak lagi merupakan satu-satunya lingkungan setelah lingkungan

keluarga. Terutama di kota-kota besar, sekarang ini sangat terasa ada banyak lingkungan

yang lain yang dapat dipilih remaja selain sekolahnya: pasar swalayan, pusat

perbelanjaan, taman hiburan, atau bahkan sekedar warung di tepi jalan di seberang

sekolah atau rumah salah seorang teman (Sarwono, 1997).

Menurut Khomsan (2003), anak sekolah memiliki banyak kegiatan yang harus

dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, yang dilanjutkan dengan

berbagai kursus, mengerjakan PR dan mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya.

Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang

dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak usia

sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka sarana utama dari segi

gizi adalah sarapan pagi.

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah

dengan aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar

(Judarwanto, 2008). Bagi anak-anak sekolah, meninggalkan sarapan pagi membawa

dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas bisa buyar karena tubuh

tidak memperoleh masukan gizi yang cukup (Khomsan, 2003).

Banyak alasan yang menyebabkan anak sekolah tidak sarapan pagi, seperti waktu

yang sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau

tidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf, dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Menurut Daniel dalam Arisman (2004), hampir 50% remaja terutama remaja yang

lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang

meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur

hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih

kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi

dan dapat mengganggu nafsu makan.

Padahal konsumsi makanan yang salah bisa membuat tubuh kekurangan nutrisi-

nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik (Weekes, 2008).

Kebiasaan makan remaja juga terdiri dari snack yang 40% berkalori tinggi.

Makanan snack yang sering di konsumsi remaja seperti keripik kentang, kue-kuean, dan

minuman ringan (soft drink) yang rendah dalam zat gizi. Dan juga es krim, es krim

kocok, hamburger dan pizza yang memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi

lemak, natrium, dan kalori. Remaja juga bersandar pada restoran fast food yang

mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak

dan natrium (Moore, 1997).

Menurut Judarwanto (2008), jajanan di sekolah juga sangat beresiko mengandung

cemaran biologis dan kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan demikian,

perilaku makan pada anak usia sekolah harus diperhatikan secara cermat dan hati-hati.

Sebagai upaya melindungi konsumen, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan

(Badan POM) menguji makanan jajanan anak di sekolah di 195 sekolah dasar di 18

provinsi. Di antaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar, dan

Padang. Hasil uji yang dilakukan pada 861 contoh sampel menunjukkan sebanyak

39,95% tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Sebanyak 48,19% es sirup atau buah

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

dan 62,5% minuman ringan ditemukan mengandung bahan berbahaya serta tercemar

bakteri patogen. Begitu juga dengan saus dan sambal sebanyak 61,54% serta kerupuk

56,25%. Dari total sampel itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang, yakni

rhodamin B, methanil yellow dan amaranth. Sebagian sampel juga mengandung boraks,

formalin, siklamat, sakarin, dan benzoat melebihi batas.

Menurut Akmal (1995), cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan

adalah penggunaan boraks (asam borat atau natrium tetraboraks) untuk mendapatkan efek

renyah, kenyal, padat dan tahan lama terutama pada makanan jenis mie, bakso dan tahu.

Begitu juga dengan formalin, yang biasa digunakan untuk membunuh bakteri pembusuk

atau untuk mengawetkan jasad mahluk hidup. Demikian juga dengan rhodamin B yang

digunakan sebagai pewarna merah pada tekstil.

Pemakaian bahan kimia yang bukan untuk pangan ini jika dikonsumsi dalam

jangka yang lama dapat memicu kanker dan gangguan pada ginjal. Hasil analisis dengan

parameter uji cemaran mikroba menunjukkan bahwa sebagian sampel tercemar mikroba

melebihi persyaratan. Sejumlah sampel juga tercemar bakteri E coli, Salmonella,

Staphylococcus dan Vibrio cholerae, yang dapat menyebabkan keracunan, diare,

mencret, demam dan tipus (Evy, 2005).

2.5 Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media

cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif

terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003), media sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang

proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Umar Hamalik, Djamarah dan Sadiman dalam Adri (2008), mengelompokkan

media berdasarkan jenisnya, yaitu:

1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti

tape recorder.

2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud

visual.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke

dalam dua jenis, yaitu :

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound

slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar

yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-

pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer,

flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto. Media elektronik, seperti televisi, radio ,

video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup

pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

2.5.1 Media Visual Poster dan Leaflet

2.5.1.1 Poster

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Poster adalah lembaran kertas yang besar, sering berukuran 60 cm lebar dan 90

cm tinggi dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk penyampaian suatu pesan.

Poster biasa dipakai secara luas oleh perusahaan dagang untuk mengiklankan produknya,

serta memperkuat pesan yang telah disampaikan melalui media massa lain

(Brieger, 1992). Sedangkan menurut Sadiman (2006), poster tidak saja penting untuk

menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan

memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Secara umum poster yang baik

hendaklah sederhana, dapat menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok,

berwarna dan tulisannya jelas. Selain itu, slogan pada poster harus ringkas dan jitu, motif

yang digunakan juga bervariasi.

A. Tujuan Poster

Menurut Brieger (1992), poster dapat dipakai secara efektif untuk tiga tujuan,

yaitu untuk memberi informasi dan nasihat, memberikan arah dan petunjuk, serta

mengumumkan peristiwa dan program yang penting.

B. Kelebihan dan Kelemahan Poster

Menurut Simnett dan Ewles (1994), kebihan poster antara lain dapat

meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsang kepercayaan, sikap dan

perilaku. Poster dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihat sumber lain

(alamat, nomor telepon, mengambil leaflet). Poster juga dapat dibuat di rumah dengan

murah.

Poster memiliki kelemahan karena penggunaannya untuk audiens terbatas

(kecuali poster komersil yang besar), mudah rusak, dan diacuhkan, materi berkualitas

tinggi memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak yang baik, dan ini sangat mahal. Selain

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

itu, biasanya poster dibeli dengan biaya relatif mahal. Ujicoba dengan kelompok

pengguna sangat disarankan.

Menurut Notoatmodjo (2005), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah

tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa

kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman, dan

meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media ini tidak dapat menstimulir

efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat.

C. Besar Kelompok

Kelompok sasaran dapat besar atau kecil. Dapat juga seluruh masyarakat.

Kadang-kadang anda mungkin juga ingin menggunakan poster untuk perorangan. Anda

mungkin memberikan konsultasi kepada sseseorang di klinik, di sekolah, atau di kantor

(Brieger, 1992).

D. Isi Poster

Sejumlah aturan harus diikuti untuk pembuatan poster, seperti semua kata yang

digunakan harus dalam bahasa setempat. Kata-kata harus sedikit dan sederhana,

penggunaan simbol juga harus yang dapat dimengerti oleh orang buta huruf. Isi poster

hendaknya hanya memempatkan satu gagasan pada satu poster karena terlalu banyak

gagasan akan membuat semerawut dan membingungkan orang. Poster harus cukup besar

agar dapat dilihat orang dengan jelas. Apabila poster digunakan untuk satu kelompok,

pastikan bahwa orang di belakang dapat melihatnya dengan jelas (Brieger, 1992).

E. Syarat Penempatan Poster

Adapun syarat penempatan poster antara lain menurut Brieger (1992), yaitu poster

dipajang di tempat yang diperkirakan akan banyak dilalui orang (daerah pasar, ruang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

pertemuan), meminta izin sebelum memasang poster di rumah atau bangunan. Beberapa

tempat, gedung, batuan, atau pohon dapat merupakan tempat yang khusus atau

mempunyai nilai tertentu. Oleh karena itu jangan menaruh poster di tempat yang

demikian karena akan membuat penduduk marah sehingga mereka tidak mau belajar dari

poster tersebut. Selain itu, jangan membiarkan poster lebih dari sebulan, sehingga orang

akan menjadi bosan dan mengacuhkannya.

2.5.1.2 Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

lembar yang dilipat (Notoatmodjo, 1993).

A. Kegunaan dan Keunggulan Leaflet

Menurut Simnett dan Ewles (1994), kegunaan dan keunggulan dari leaflet adalah

sederhana dan sangat murah, klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna

dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan

teman. Leaflet juga dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila

disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-

sama.

B. Keterbatasan Leaflet

Menurut Simnett dan Ewles (1994), leaflet profesional sangat mahal, materi yang

diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap

orang, serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak tahan lama dan

mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan

klien dalam membaca dan menggunakan materi. Ujicoba dengan sasaran sangat

dianjurkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

2.5.2 Poster dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang,

karena dari pengalaman dan penelitian yang ada, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi,

sebelum seseorang berperilaku baru, ia terlebih dahulu tahu apa arti atau manfaat perilaku

tersebut.

Salah satu strategi dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi.

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-pengetahuan itu selanjutnya

akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih

menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,

mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang

verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat mempelajari

pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan

yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar

dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi

kesehatan.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media untuk mengubah

perilaku dan hasilnya mampu mempengaruhi sasarannya. Penelitian yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Rajagukguk (2007) tentang pengaruh promosi konsumsi sayur dan buah terhadap

perilaku ibu rumah tangga di kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru,

menyimpulkan bahwa promosi dengan penyuluhan dan pembagian brosur yang dilakukan

mampu mempengaruhi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam mengkonsumsi sayur dan

buah.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) tentang pengaruh poster sebagai

promosi kesehatan terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada Baduta

menyimpulkan bahwa pemasangan poster di posyandu juga mempengaruhi perilaku ibu

yang memiliki anak usia dua tahun. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan

Rahmawati (2006) tentang efektifitas leaflet diabetes mellitus (DM) modifikasi terhadap

pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 menyimpulkan bahwa penggunaan

leaflet dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tipe 2 yang sebelumnya memiliki

pengetahuan rendah. Penelitian yang dilakukan Pujiadi (1979) tentang pengaruh media

visual gambar terhadap peningkatan status gizi anak balita menyimpulkan bahwa metoda

visual kartu bergambar ternyata dapat meningkatkan pengetahuan gizi para ibu yang

mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2008) tentang pengaruh penyuluhan

sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh

Timur, juga menyimpulkan bahwa penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan

memperlihatkan contoh sayur dan buah serta pemberian leaflet mampu meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang sayur dan buah. Demikian juga penelitian yang

dilakukan Sari (2008) dengan judul pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan

dan sikap tentang Kadarzi serta pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, menyimpulkan bahwa penyuluhan yang

disertai dengan pemberian leaflet dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap ibu hamil.

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,

sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan

yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis

dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan

perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan pelajar

Sikap pelajar

Tindakan pelajar

Pengetahuan pelajar

Sikap pelajar

Tindakan pelajar

Penggunaan media visual

poster dan leaflet makanan sehat

Pretest Postest

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Makan Sehat ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25162/4/Chapter II.pdf · seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh

media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan

jajanan pelajar. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar

dilakukan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh media visual poster dan

leaflet makanan sehat terhadap perilaku pelajar dalam mengkonsumsi makanan jajanan

dilakukan postest.

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

pengetahuan pelajar tentang makanan jajanan.

2. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

sikap pelajar tentang makanan jajanan.

3. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

tindakan pelajar dalam mengkonsumsi makanan jajanan.

Universitas Sumatera Utara