Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Dijelaskan oleh Tampubolon tahun 2004 bahwa proyek merupakan sebuah
rangkaian pekerjaan dari awal sampai akhir yang pelaksanaannya dibatasi oleh
waktu tertentu dan hanya terjadi sekali. Sedangkan sumber lain Munawaroh
(2003) menjelaskan bahwa proyek merupakan salah satu elemen dalam program
kerja dari suatu organisasi yang bersifat sementara atau temporer guna
mendukung tercapainya misi organisasi tersebut, dengan memanfaatkan SDM
maupun non SDM. Proyek juga dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan yang
mempunyai batas waktu dalam pengerjaannya. Kemudian dari Malik tahun
2010, proyek merupakan suatu kumpulan kegiatan terorganisir atau tersusun
yang mengubah beberapa sumber daya baik SDM maupun non SDM menjadi
satu atau lebih produk barang atau jasa yang mempunyai nilai terukur dalam
satu siklus sistem, yang dibatasi kualitas, biaya, dan waktu yang ditetapkan
melalui adanya perjanjian. Dalam suatu proyek konstruksi, penggunaan
anggaran, tenaga serta waktu dibatasi, sehingga penanggung jawab proyek
harus bisa mengatur pekerjaannya agar dapat dilaksanakan dengan optmal.
Berdasarkan bebrapa pandangan para ahli tersebut, dapat diambil
kesimpulan yaitu proyek sebagai suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan
dimulai dari awal sampai akhir dengan memperkirakan dan menghitung
banyaknya anggaran, waktu, dan kualitas, agar menghasilkan barang atau jasa
yang mempunyai nilai guna dan dapat dimanfaatkan.
2.1.1 Ciri- Ciri Proyek
Ciri-ciri proyek menurut Dannyanti (2010) antara lain:
1) Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir.
2) Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek.
3) Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran
biaya, dan mutu hasil akhir.
6
4) Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang.
5) Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
2.1.2 Sifat Proyek
1) Unik, proyek satu dengan lainnya tidak pernah sama.
2) Dinamis, dalam penggunaan sumber daya dan multi disiplin
keilmuan.
2.1.3 Sasaran proyek dan Triple Constraint
1) Dalam proses mencapai tujuan, proyek dibatasi oleh target biaya,
jadwal serta mutu yang telah ditetapkan. Ketiga hal tersebut sering
disebut triple constraint.
Dengan ketiga batasan tersebut,bersifat tarik menarik. Artinya, jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka
umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila
ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan
jadwal (Soeharto, 2001).
2.2 Penjadwalan Proyek
“Jadwal merupakan penjabaran atau penjelasan mengenai merencanakan
langkah- langkah pelaksanaan pekerjaan dalam proyek yang diurutkan guna
mencapai target sasaran. Dalam jadwal telah dimasukkan factor waktu. Metode
menyusun jadwal yang banyak dipakai yaitu Analisis jaringan (network),
dimana grafik hubungan urutan pekerjaan dalam proyek dapat dilihat dalam
jaringan tersebut. Pekerjaan yang terdahulu atau predecessor dicari kaitannya
dengan durasi. Jaringan kerja seperti ini berguna sebagai pengendalian dan
perencanaan proyek”. (Soeharto, 1997:114). Dalam kenyataannya, unsur
ketidakpastian terdapat dalam prosedur penjadwalan menggunakan proses
perkiraan atau estimasi. Hal ini berkaitan dengan karakteristik atau sifat dari
proyek konstruksi, salah satunya tingkat resiko yang tinggi terhadap segala
7
terjadinya suatu perubahan, baik perubahan cuaca, system politik yang
berubah, kosntruksi yang mengalami kegagalan, ketergantungan pihak lain
maupun buruh, dan perubahan lainnya.
Guna mencegah ketidakpastian dari penjadwalan dan durasi konstruksi,
dibuatlah metode penjadwalan yang memperhitungkan ketidakpastian di atas.
Terdapat 2 cara pendekatan penjadwalan dengan ketidakpastian, antara lain:
a. Pertama yaitu menggunakan penjadwalan dengan ekspektasi durasi
(most likely) untuk mengabaikan durasi yang tidak pasti. Kekurangan
dari cara ini adalah schedule yang bersifat kaku (inflexible schedule),
jadi perlu dilakukan updating dan monitoring secara berkala.
b. Kedua yaitu menghindari schedule yang terlalu optimis dengan cara
memasukkan kontingensi (contingency) atau kesempatan. Contohnya
durasi pekerjaan diharapkan selesai dalam 2 hari, maka dipakai durasi
2,2 persen hari atau 10% kontingesi dalam schedule (Ervianto, 2004:35)
2.2.1 Jenis- Jenis Penjadwalan
Secara umum penjadwalan dibedakan dalam dua jenis:
- Penjadwalan Deterministik yaitu jaringan pekerjaan yang
berhubungan dengan ketidakmandirian atau dependensi yang
mencerminkan aktivitas yang akan dikerjakan, rencana penyelesaian
dan masa kerja proyek. Durasi direncanakan sejak awal untuk setiap
pekerjaan. Penjadwalan deterministic terbagi menjadi dua:
a. CPM (Critical Path Method)
- Time Scale Diagram
- Arrow Diagram
- Precedence Diagram Method (PDM)
b. Non- CPM
- Bar/ Gantt Chart
- Line Diagram.
8
- Penjadwalan Probabilistik yaitu jaringan menggunakan semua
bagian dari rencana deterministic, hanya saja jangka waktu
pekerjaan adalah variable- variable acak. Contohnya seperti
Montecarlo dan PERT.
2.3 Metode Penjadwalan Proyek
Terdapat beberapa metode penjadwalan yang digunakan dalam penelitian
ini. Masing- masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Penggunaan metode tersebut didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan dan
hasil yang ingin dicapai pada penelitian ini. Berikut beberapa metode
penjadwalan tesebut antara lain:
2.3.1 Bagan Balok atau Barchart
Penggunaan Barchart bertujuan untuk mengidentifikasi unsur waktu
dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari waktu
mulai, waktu selesai dan pada saat pelaporan. Penggambaran barchart
terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersusun urutan kegiatan yang
disusun secara berurutan, sedangkan baris menunjukkan periode waktu
yang dapat berupa hari, minggu, ataupun bulan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan
penjadwalan dengan menggunakan barchart :
1. Melakukan perhitungan RAB yang mana didalamnya didapatkan
volume dan harga satuan dari tiap pekerjaan.
2. Setelah harga satuan masing-masing pekerjaan didapatkan dari RAB
maka langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah biaya setiap
pekerjaan.
3. Langkah selanjutnya adalah menghitung bobot pekerjaan. Nilai
bobot pekerjaan masing- masing dapat dihitung dengan membagi
jumlah biaya setiap pekerjaan dan nilai proyek kemudian dikali
100%. Satuan bobot pekerjaan adalah (%).
9
4. Menghitung produktivitas masing- masing pekerjaan. Untuk
menghitung produktivitas/hari tiap-tiap pekerjaan memiliki
peralatan utama untuk membantu dalam melakukan pekerjaan
tersebut. Serta dalam penetapan jumlah dan keahlian tenaga kerja
mengikuti produktivitas peralatan tersebut.
5. Selanjutnya adalah menghitung produktivitas/hari pekerjaan.
Produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara output dengan input,
atau ratio antara hasil produksi dengan total sumberdaya yang
digunakan. Dalam proyek konstruksi ratio produktivitas adalah nilai
yang diukur selama proses konstruksi, dapat dipisahkan menjadi
biaya tenaga kerja, material, dan alat. Pekerja adalah salah satu
sumberdaya yang sangat sulit dilakukan pengontrolannya. Upah
yang diberikan sangat bervariasi tergantung dari kecakapan masing-
masing pekerja, karena tidak ada satu pekerja yang sama
karakteristiknya (Ervianto, 2004).
6. Kemudian yang harus dilakukan adalah menghitung durasi aktivitas.
Untuk menyusun jadwal probabilistic digunakan produktivitas
pekerja dipergunakan sebagai sumber ketidakpastian. Durasi
kegiatan dapat diperoleh dari data produktivitas dengan rumus
sebagai berikut:
Dalam permodelan ketidakpastian dalam prcobaan digunakan
sebuah PDF (Probability Density Function) atau fungsi distribusi
probabilitas. Yang menjadi dasar permodelan simulasi
ketidakpastian dalam praktek konstruksi. Namun para ahli seringkali
merekomendasikan menggunakan PDF kontinyu dan flexible, yang
dapat memiliki bentuk bervariasi untuk mendemonstrasikan durasi
dari aktivitas konstruksi sebagai langkah yang akurat dan efisien.
Yang memiliki karakter antara lain: memiliki mode dan batas absis
positif, serta kontinyu.
10
7. Setelah durasi dan bobot pekerjaan ditentukan, langkah selanjutnya
adalah menghitung bobot perminggu tiap pekerjaan kemudian
memasukkan bobot perminggu tersebut sesuai dengan durasi yang
didapat dalam bentuk barchart.
8. Semua bobot tiap- tiap pekerjaan pada barchart dijumlahkan ke bawah
sehingga didapat bobot rencana perminggu.
9. Kemudian dihitung pula bobot rencana kumulatif tiap minggunya
dengan menjumlahkan bobot minggu ke 0 dengan minggu pertama,
minggu pertama dengan minggu kedua dan seterusnya, sehingga
didapat bobot rencana kumulatif pada minggu- minggu selanjutnya.
10. Setelah diuraikan menjadi komponen- komponen yang bersangkutan
dan ditentukan urutan pelaksanaan pekerjaannya, maka akan
didapatkan estimasi durasi total yang diperlukan.
2.3.2 Kurva S atau Hanumm Curve
Callahan (1992) dalam Widiasanti dan Lenggogeni (2013)
menyatakan Kurva S adalah hasil plot dari barchart, bertujuan untuk
mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu
jangka waktu pengamatan progres pelaksanaan proyek. Kurva S dapat
menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot
pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari
seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan
informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya
terhadap jadwal awal rencana.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-
masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkan
terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis,
akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume
kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada
pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek
volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan,
pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase
11
berdasarkan biaya per item pekerjaan/kegiatan dibagi nilai anggaran,
karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih
mudah untuk menghitungnya.
2.3.3 Penjadwalan Netrwork Planning
Network Planning diperkenalkan pada tahun 50 an guna
mengembangkan system control manajemen. Metode ini
dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relative lebih
sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan
kegiatan kritis. Melalui informasi network planning, monitoring serta
tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yaitu dengan memperbarui
jadwal. Akan tetapi metode ini perlu dikombinasikan dengan metode
lainnya agar lebih informatif.
a. Faktor yang mempengaruhi Network Planning menurut
Siswoyo (2000), yaitu:
1) Rencana
Rencana yang akan digunakan perusahaan dalam melaksanakan
proyek, penentuan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan serta
logika ketergantungan satu sama lain.
2) Waktu
Lamanya waktu yang digunakan dalam proyek biasanya diukur
dalam satuan waktu standard: hari, jam, menit, waktu tersebut
mewakili masing-masing kegiatan dan proyek secara
keseluruhan.
3) Sumber daya
Tenaga kerja, peralatan, serta material yang dibutuhkan.
4) Biaya
Keseluruhan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek.
12
b. Tahapan penyusunan network scheduling :
1) Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket WBS berdasar
item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan
identifikasi.
2) Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan
mempertimbangkan jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah
sumber daya, lingkungan kerja, serta produktivitas pekerja.
3) Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan
dengan tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang
mendahului (predecessor), kegiatan yang didahului
(successor), serta bebas.
4) Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya,
dilakukan setelah langkah-langkah diatas dilakukan dengan
akurat dan teliti.
c. Manfaat penerapan network scheduling :
1) Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat
perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail.
2) Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya
setiap kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa
kegiatan, masalah yang akan timbul dapat diketahui jauh
sebelum terjadi sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
yang diperlukan.
3) Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu
penyelesaian yang dapat ditunda atau yang harus segera
dikerjakan.
4) Membantu mengkomunikasikan hasil network yang
ditampilkan.
5) Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis
dari segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber
daya.
13
6) Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh
keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan
pekerjaan, menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya.
7) Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah
sebagian dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek
secara keseluruhan.
8) Terdiri atas metode activity on arrow dan activity on node
(precedence diagram method).
2.3.4 PDM (Precedence Diagram Method)
Precedence Diagram Method (PDM) pertama kali diperkenalkan
dari Universitas Stanford USA oleh J.W. Fondahl awal decade 60-an.
Yang kemudian dikembangkan oleh perusahaan IBM. Metode
Precedence Diagram Method (PDM) merupakan jaringan kerja yang
masuk dalam klasifikasi Activity On Node (AON), sedangkan Critical
Path Method (CPM) masuk dalam klasifikasi Activity On Arrow
(AOA). Dalam PDM pekerjaan digambarkan dengan node yang
berbentuk segiempat pada umumnya, sedangkan garis panah digunakan
sebagai penunjuk hubungan antar pekerjaan yang bersangkutan, pada
PDM tidak membutuhkan kegiatan dummy. Pada Precedence Diagram
Method sebuah pekerjaan baru bisa mulai dikerjakan tanpa perlu
menunggu predecessor (i) 100% selesai. Hal tersebut dapat dilakukan
menggunakan metode tumpang tindih (overlapping).
Berbeda dengan AOA yang menitikberatkan kegiatan pada anak
panah, PDM menitikberatkan kegiatan pada node sehingga kadang
disebut juga Activity On Node. PDM merupakan versi yang lebih
kompleks dari Activity On Node – AON. Ada beberapa perbedaan
antara Activity On Arrow (AOA), AON dengan PDM, yaitu sebagai
berikut :
14
a. Pada AOA, kegiatan yang ditampilkan dengan anak panah,
sedangkan AON dan PDM menggunakan node. Anak panah
menunjukkan hubungan logis antara kegiatan.
b. Pada AOA bentuk node adalah lingkaran, sementara pada AON dan
PDM bentuk node adalah persegi panjang.
c. Ukuran node pada AON dan PDM lebih besar dari node AOA karena
berisi lebih banyak keterangan.
d. Metode perhitungan AOA dan PDM sedikit berbeda.
Kegiatan dalam PDM diwakili dengan lambang seperti dibawah ini:
Hubungan antar kegiatan dalam PDM ini ditunjukkan dengan
sebuah garis penghubung, yang dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau
dari kegiatan atas ke bawah. Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah
kegiatan dan diakhiri dengan sejumlah kegiatan pula maka dapat
ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya
merupakan kegiatan fiktif/ dummy, misalnya untuk kegiatan awal
ditambahkan kegiatan Start dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan
finish.
15
Berikut adalah notasi dan istilah yang sering dipakai dalam node
pekerjaan Precedence Diagram Method yaitu:
- Durasi (D) merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
pengerjaan suatu kegiatan.
- Earliest Start (ES) merupakan waktu paling awal mulainya suatu
kegiatan dengan asumsi kegiatan terdahulunya telah selesai.
- Latest Start (LS) merupakan waktu paling akhir suatu pekerjaan
dapat dimulai agar selesainya seluruh proyek tidak tertunda.
- Earliest Finish (EF) merupakan waktu paling cepat suatu kegiatan
dapat diselesaikan.
- Latest Finish (LF) merupakan waktu paling akhir suatu kegiatan
dapat selesai agar selesainya keseluruhan proyek tidak tertunda.
- Free Float (FF) merupakan waktu untuk suatu kegiatan
diperbolehkan telat dimana ketelatan itu tidak mempengaruhi
kegiatan selanjutnya.
- Total Float (TF) merupakan waktu diperbolehkan untuk telat
dimana ketelatan tersebut tidak berpengaruh terhadap durasi
keseluruhan proyek.
- Lag, merupakan waktu tunggu dari suatu periode kegiatan j
terhadap kegiatan i telah dimulai, pada hubungan SS dan SF.
- Lead, merupakan jumlah waktu yang mendahuluinya dari suatu
periode kegiatan j sesudah kegiatan i belum selesai, pada hubungan
FS dan FF.
- Dangling, merupakan keadaan dimana terdapat beberapa kegiatan
yang tidak mempunyai kegiatan pendahulu (prodesessor) atau
16
kegiatan yang mengikuti (successor). Agar hubungan kegiatan
tersebut tetap terikat oleh satu kegiatan, dibuatkan dummy finish
dan dummy start.
Dalam PDM juga terdapat adanya konstrain. Tiap node
mempunyai dua ujung yaitu ujung awal atau start (S) dan ujung akhir
atau finish (F), kedua node tersebut dihubungkan oleh satu konstrain.
Terdapat empat macam konstrain (Soeharto, 1999 dalam Arianto,
2010), yaitu:
1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS)
Konstrain yang menjelaskan hubungan antara dimulainya satu
pekerjaan dengan selesainya predesessor (i). Menggunakan rumus
FS (i-j) = A yang artinya j dimulai setelah A hari pekerjaan
terdahulunya (i) selesai.
2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS)
Menjelaskan hubungan dimulainya satu pekerjaan suksesor
dengan awal pekerjaan predesesssor. Menggunakan rumus SS (i-j)
= B yang artinya pekerjaan suksesor (j) dimulai setelah B hari
pekerjaan predesessor (i) dimulai. Konstrain seperti ini terjadi
apabila sebelum pekerjaan predesessor 100% selesai maka
pekerjaan suksesor (j) boleh dimulai setelah bagian tertentu dari
pekerjaan predesessor (i) selesai.
3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF)
Menjelaskan hubungan berakhirnya satu pekerjaan suksesor j
dengan selesainya pekerjaan i atau predesessor. Menggunakan
rumus FF (i-j) = C yang artinya pekerjaan j selesai setelah C hari
pekerjaan i selesai. Konstrain ini mencegah pekerjaan j selesai
100% sebelum kegiatan i atau predesessor selesai.
4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF)
Menjelaskan hubungan berakhirnya satu pekerjaan suksesor j
dengan dimulainya pekerjaan i. Menggunakan rumus SF (i-j) = D,
17
yaitu pekerjaan suksesor (j) selesai setelah D hari predesessor (i)
dimulai.
Keterangan:
(i) : pekerjaan terdahulu atau predesessor
(j) : pekerjaan yang sedang ditinjau atau suksesor
Jalur Kritis dan Perhitungan PDM
Berikut adalah rumus untuk perhitungan PDM yaitu sebagai berikut:
1. Perhitungan maju
a. Hubungan kegiatan finish to finish
b. Hubungan kegiatan finish to start
c. Hubungan kegiatan start to start
d. Hubungan kegiatan start to finish
Perhitungan maju pada PDM bertujuan untuk menentukan
waktu mulai paling awal Early Start (ES) yang terjadi. Untuk
membuat perhitungan maju dibutuhkan data kurun waktu atau
durasi.
Ketentuan dalam perhitungan maju adalah sebagai berikut:
1) Angka terkecil yang dapat terjadi pada ES adalah nol. Jadi,
aktivitas pertama yang dibuat ES-nya adalah nol.
18
2) Aktivitas EF adalah aktivitas ES dijumlahkan dengan
durasinya EF = ES + D.
3) Nilai ES pada kegiatan berikutnya didapatkan dengan
menambahkan lag pada anak panah dengan nilai EF pada
kegiatan sebelumnya sesuai dengan hubungan logis diantara
kegiatan tersebut.
2. Perhitungan mundur
a. Hubungan kegiatan finish to finish
b. Hubungan kegiatan finish to start
c. Hubungan kegiatan start to start
d. Hubungan kegiatan start to finish
Perhitungan mundur diselesaikan dengan menghitung durasi
dari kanan ke kiri diagram. Pada saat melakukan perhitungan
mendur maka kotak Late Start (LS) dan Late Finish (LF) akan
terisi. Langkah perhitungan mundur adalah sebagai berikut:
1) Nilai terbesar yang mungkin terjadi untuk LS dan LF adalah
nilai durasi proyek.
2) Nilai LS adalah LF dikurangi durasi kegiatan.
3) Nilai LF pada kegiatan sebelum didapat dari nilai LS
dikurangi lag pada anak panah pada kegiatan sesudah.
19
3. Jalur Kritis
Dari Render dan Jay (2006), “Jalur kritis adalah serangkaian
kegiatan dalam proyek yang waktu pelaksanaannya tidak dapat
ditunda dan menunjukkan hubungan keterkaitan satu sama lain.
Jumlah aktivitas yang harus diawasi akan semakin banyak apabila
jalur kritis dalam suatu proyek semakin banyak pula. Estimasi
waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan didapatkan dari
akumulasi durasi waktu paling lama dalam jalur kritis. Jalur kritis
didapat dari diagram jaringan yang menunjukkan hubungan dan
urutan pekerjaan dalam proyek.
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan
menentukan jalur kritis dapat dilakukan dengan perhitungan ke
depan (forward analysis) dan perhitungan ke belakang (backward
analysis). Perhitungan ke depan dilakukan untuk mendapatkan
besarnya Earliest start (ES) dan Earliest finish (EF). Yang
merupakan kegiatan prodesessor adalah kegiatan i sedangkan
kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan j.
Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung dengan:
- ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
- EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj
20
Dengan catatan:
- Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu
kegiatan maka diambil nilai terbesar.
- Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-
splitable maka ESj dihitung dengan cara ESj = EFj = Dj
Perhitungan ke belakang dilakukan untuk mendapatkan
besarnya Latest start (LS) dan Latest finish (LF). Successor adalah
kegiatan j sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan i.
Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung dengan:
- LFi = LFj – Ffij atau LFi
Suatu kegiatan dikatakam kritis, apabila:
a. Saat mulai paling awal dan paling akhir sama, ES = LS
b. Saat selesai paling awal dan paling akhir harus sama EF = LF
c. Periode waktu kegiatan yaitu sama dengan selisih waktu selesai
paling akhir dengan waktu mulai paling awal LF – LS = D.
d. Total float = 0 = LF – EF = LS – ES
Keunggulan PDM
- PDM mampu menyajikan hubungan antar kegiatan secara lebih
sederhana.
- Tidak memerlukan dummy dan tambahan detail untuk
menunjukkan kegiatan yang tumpeng tindih (overlap).
- Sesuai untuk digunakan pada kegiatan yang bersifat reperitif
(berulang) seperti pada konstruksi jalan raya atau konstruksi
Gedung bertingkat.
Callahan (1992) dalam Widiasanti dan Lenggogeni (2013)
menyatakan Precedence Diagram Method memberikan cara yang lebih
mudah untuk menjelaskan hubungan logis antar kegiatan konstruksi
21
yang kompleks, khususnya jika terjadi kegiatan- kegiatan yang terjadi
bersamaan. PDM juga cenderung lebih kecil dalam ukuran
pembuatannya. Hal yang penting juga dalam pembuatan PDM adalah
bahwa PDM lebih cepat dalam persiapan pembuatannya sehingga
penjadwal tidak membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkan
jadwal PDM. Selain itu, dalam PDM juga tidak terdapat kebutuhan
akan kegiatan dummy dan detail tambahan untuk menunjukkan overlap
antar kegiatan.
PDM sangat berguna pada saat menyajikan kegiatan- kegiatan
konstruksi yang berulang atau repentif, seperti pada proyek
pembangunan Gedung bertingkat ataupun jalan raya. Metode ini
mampu membuat model dari kegiatan- kegiatan yang saling
bertumpauk tanpa harus membagi kegiatan- kegiatan tersebut.
Penambahan hubungan antar kegiatan dapat dilakukan pada PDM dan
dapat mengarahkan penjadwal untuk berasumsi bahwa hasil jadwal
akan lengkap dan akurat. Kegagalan dalam mempertimbangkan
hubungan pada saat membuat penjadwalan akan membuat sebuah PDM
menjadi tidak seakurat penjadwalan dengan barchart (Widiasanti dan
Lenggogeni, 2013).
Precedence Diagram Method yang menggunakan Lag
menambahkan ketidakpasian dan banyaknya jenis hubungan dalam
penjadwalan ini menyebabkan analisis jaringan kerja menjadi lebih
sulit dibandingkan denga metode CPM. Dikarenakan hal ini, biasanya
penjadwal menyarankan penggunaan hubungan hanya Finish to Start
(FS) untuk menghindari penumpukan (overlap) dan lag sehingga
jadwal lebih menjadi lebih mudah dimengerti dan dianalisa. Akan lebih
mudah menganalisa sebuah jaringan kerja dengan hubungan antar
kegiatan sederhana. Hubungan logis Start to Start, Start to Finish, atau
Finish to Finish sebaiknya hanya digunakan jika terjadi hubungan antar
kegiatan yang tidak dapat direpresentasikan dengan hubungan Finish to
Start (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).
22
2.4 Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique)
Metode PERT atau Teknik penilaian dan evaluasi program yaitu metode
merencanakan pekerjaan dengan menghubungkan jaringan- jaringan
menggunakan pertimbangan tertentu. Metode ini sama halnya seperti Critical
Path Method (CPM) yang membutuhkan lebih dari satu parameter, salah
satunya yaitu durasi aktivitas. Menentukan durasi aktivitas pada CPM mengacu
dari durasi pasti, yang artinya bisa dengan menggunakan perkiraan atau
estimasi dari satu durasi aktivitas.
Durasi aktivitas menjdi hal yang tidak pasti disebabkan oleh karakteristik
proyek yaitu beberapa keadaan yang bervariasi yang mempengaruhi durasi
aktivitas. Durasi aktivitas menjadi hal yang probabilistic (stochastic)
disebabkan karena aktivitas konstruksi yang bervariasi berdasrkan asumsi
metode PERT.
Dari Render dan Jay (2005), PERT menggunakan distribusi peluang
berdasar pada tiga perkiraan waktu untuk masing- masing pekerjaan, antara
lain waktu optimis, waktu pesimis, dan waktu realistis. Waktu optimis
merupakan perkiraan waktu dimana kemungkinan untuk pekerjaan itu dapat
diselesaikan sangat tinggi. Waktu pesimis merupakan suatu eprkiraan waktu
dimana kemungkinan untuk pekerjaan itu dapat diselesaikan lebih kecil. Waktu
realistis merupakan waktu yang didasarkan pada pikiran estimator (Levin dan
Krikpatrick, 1972).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung dengan metode
PERT adalah:
1) Sebelum suatu kegiatan dimulai, semua kegiatan yang mendahuluinya
harus sudah selesai.
2) Gambar anak panah, sekedar menunjukkan urutan pekerjaan. Panjang
anak panah tidak menunjukkan lamanya pekerjaan. Arah panah hanya
menunjukkan urut – urutan didalam mengerjakan pekerjaan saja. Panjang
anak panah dan arahnya tidak menunjukkan letak dari pekerjaan.
3) Nodes, lingkaran yang menunjukkan kejadian diberi nomor sedemikian
rupa, sehingga tidak ada nodes yang nomornya sama.
23
4) Dua buah kejadian hanya bisa dihubungkan oleh satu kegiatan (anak
panah).
5) Jaringan kerja (Network) hanya dimulai dari satu kejadian dan diakhiri
oleh satu kejadian.
6) Dummy activities.
Untuk menyusun network sesuai ketentuan, kadang – kadang diperlukan
dummy activities (kegiatan semu dan kejadian semu). Kegiatan semu
adalah kegiatan yang tidak memerlukan waktu, biaya dan fasilitas.
Kegunaan dummy activities adalah untuk menghindari terjadinya dua
kejadian dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan.
2.4.1 Langkah- langkah Metode PERT
Garis besar metode PERT dalah sebagai berikut:
1. Menentukan aktivitas dan juga durasinya. Digunakan tiga asumsi
durasi aktivitas dalam PERT:
- to atau waktu optimis
- tp atau waktu pesimis
- tm atau waktu yang paling banyak terjadi
2. Hubungan antara waktu dengan continuous distribution, juga
menentukan expected time kritis seperti halnya pada CPM.
3. Durasi aktivitas ditentukan sebagai Expected time (te), kemudian
seperti pada CPM jalur kritisnya kemudian dicari.
4. Dari lintasan kritis kemudian ditentukan durasi proyeknya. (Stevans,
1990, pp.142-143).
Hal diatas menjelaskan bahwa dalam PERT durasi aktivitas
memiliki sifat yang tidak pasti atau bersifat probabilistic. Asumsi PERT
yang dapat dilakukan yaitu:
a. Durasi aktivitas masing- masing ditunjukkan sebagai continuous
probability distribution dengan variasi, standar deviasi, dan durasi
rata- rata yang bisa ditentukan.
24
b. Dari varian jalur kritis dan durasi rata- rata dapat digunakan untuk
menentukan distribusi dari durasi jalur kritis.
Menentukan to, tp, dan tm adalah langkah pertama dalah metode PERT,
karena ketiga asumsi durasi ini dapat dipakai untuk mendapatkan nilai
te. Tiga durasi waktu tersebut kemudian dianggap sebagai generalisasi
atau fungsi dari distribusi beta dengan variabel durasi aktivitas yang
artinya durasi PERT adalah data statistic yang sesuai dengan daerah
distribusinya.
2.4.2 Definisi Parameter PERT
Berbagai macam durasi waktu timbul dari adanya penentuan tiga
durasi waktu. Adanya perbedaan dalam penentuan to, tp, dan tm
membuat estimasi durasi kegiatan perencana menjadi tidak sama.
Menurut Adrian (1973, p.270), pengertian to, tp, dan tm adalah:
a. Dalam PDM, durasi aktivitas dapat diartikan sebagai durasi yang
paling mngkin (tm) pada PERT, yang akan menyimpang disekitar
tm.
b. Durasi yang terjadi pada kondisi paling baik dinyatakan sebagai
durasi optimis (to), dimana segala kondisi yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan konstruksi tersebut berada pada keadaan
optimal.
c. Sedangkan keadaan yang mempengaruhi durasi aktivitas yang
menyebabkan masalah dalam proyek atau atau pada kondisi kurang
baik dinyatakan sebagai durasi pesimis (tp).
Untuk menentukan to, tp, dan tm, masih tidak cukup hanya dengan
pengertian dari 3 durasi di atas. Adrian (1973, p.270) menjelaskan
bahwa dari selisih yang ada antara tp dan to diketahui tm berpengaruh
lebih besar pada to daripada tp. Diasumsikan nilai te yang diperoleh
menyimpan tingkat variabilitas lebih tinggi dari selisih tp dan to yang
lebih kecil, berdasarkan perbedaan nilai yang cukup besar antara tp dan
25
to. Tingkat ketidakpastian yang besar dapat ditunjukkan dari tingkat
variabilitas te yang tinggi, sehingga keyakinan terhadap te menjadi
sedikit. se dan ve digunakan untuk mengukur tingkat variabilitas ini.
Jika selisih antara se dan ve besar maka nilai tp dan to juga akan besar.
Dari penjelasan di atas, kesimpulan yang didapat adalah bahwa
untuk mendapatkan te yang mempunyai tingkat keyakinan yang cukup
besar maka tingkat variabilitas atau keragaman sekecil mungkin harus
diperhatikan pada saat menentukan tiga durasi aktivitas.
2.4.3 Pengolahan Metode PERT
Agar proyek dapat selesai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
diharapkan, nilai probabilitas kegiatan proyek terutama pada jalur kritis
dapat diketahui dengan tahapan network planning menggunakan
pendekatan PERT. (Soeharto, 1999)
Metode PERT dimulai dari ditentukannya durasi to, tp, dan tm. Nilai
to dan tp berdasarkan teori PERT terdapat disekitar waktu rata- rata (tr).
Probabilitas to dan tp disini diasumsikan pada angka 90%- 95%
menggunakan persamaan:
Nilai z didapatkan dari table distribusi normal kumulatif z dengan
menentukan probabilitas terlebih dahulu. Nilai yang dicari yaitu nilai tm
yang dihubungkan terhadap te, sehingga nilai te diketahui terlebih dahulu
daripada nilai tm.
1. Mengetahui probabilitas mencapai target jadwal
26
Untuk mengetahui nilai probabilitas atau kemungkinan target jadwal
tercapai dalam pekerjaan adalah dengan menghubungkan antara te
dengan target (td), menggunakan rumus:
2. Menentukan perkiraan waktu aktivitas (Expected Time)
3. Menghitung nilai deviasi standar dari kegiatan proyek
4. Menentukan variasi kegiatan dari kegiatan proyek
27
Nilai tr merupakan waktu rerata yng bisa diasumsikan dengan waktu
rerata yang sebenarnya atau real dari hasil penelitian di lapangan. Nilai z
didapatkan dari table distribusi normal dengan probabilitas tertentu.
Karena ketiga parameter lainnya telah diketahui maka nilai te dapat
ditentukan dengan persamaan (2.4).
Variabilitas te yang diperoleh digambarkan dengan nila se dan ve.
Suatu variabilitas yang kecil ditandai oleh nilai se dan ve yang kecil
sehingga tngkat keyakinan te lebih tinggi didapat dari nilai se dan ve yang
lebih besar. Nilai se dan ve yang terkecil dapat dianggap sebagai suatu
probablitas yang cukup tinggi sehingga digunakan sebagai acuan dari
nilai probabilitas.
2.4.4 Keterbatasan dan Kelemahan PERT
Secara umum keterbatasan dan kelemahan metode PERT terdapat
dalam perkiraan waktu yang dibutuhkan bagi masing- masing kegiatan
bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga dapat dibilang
metode PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu
penyelesaian sebuah proyek.
2.4.5 Kelebihan Metode PERT
Beberapa kelebihan dari menggunakan metode PERT adalah
sebagai berikut:
a. PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan
adalah proyek baru.
b. Tidak terdapat contoh sebelumnya. Dari asumsi tersebut, maka
orientasi dari metode PERT adalah mengoptimalkan waktu
penyelesaian proyek dan belum menekankan mengenai
meminimalisir biaya. Karena belum ada pengalaman sebelumnya,
maka waktu penyelesaian pekerjaan tertentu yang ada dalam proyek
bersifat probabilistic.
28
c. PERT mencoba mengestimasi waktu aktifitas ini dengan formula.
Bahkan, PERT juga mencoba mencari suatu ukuran tentang
variabilitas waktu penyelesaian paling awal.
d. PERT dapat bekerja dengan ketidakpastian melalui penggunaan
waktu probabilitas (Ma’arif, Syamsul Mohammad dan Tanjung,
Hendri, 2003). Bila waktu kegiatan individual acak, maka waktu
proyek juga akan acak. Bila waktu kegiatan tidak pasti, lintasan kritis
pun bersifat acak. Hanya saja karena bekerja dengan ketidakpastian,
maka lintasan kritis penyelesaian proyek pun menjadi tidak pasti.
Inilah gambaran dari metode PERT, yaitu adanya resiko
ketidakpastian.
e. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk masing- masin
kegiatan seperti menit, jam, hari, minggu, atau bulan adalah unit
umum yang biasa digunakan untuk menentukan waktu penyelesaian
suatu kegiatan. Yang beda dari PERT adalah kemampuannya untuk
menghadapi ketidakpastian di masak penyelesaian kegiatan.
2.5 Estimasi Biaya
Abdillah dan Widiasanti (2016) menyatakan Estimasi biaya adalah
perkiraan atau perhitungan biaya pembangunan. Estimasi biaya disusun
sebagai pegangan pemilik dalam pelaksanaan proyek. Dalam menghitung
estimasi biaya, perlu diperhatikan factor resiko yang menyebabkan perubahan
biaya, seperti kemungkinan naiknya harga material dan upah buruh selama
pelaksanaan, serta untuk bangunan bertingkat yang memerlukan peralatan
khusus untuk mengangkat material dan kecepatan waktu kerja yang berkurang.
Secara umum estimasi biaya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Estimasi awal atau estimasi kasar.
Estimasi kasar dilakukan dengan cara menghitung volume bangunan,
harga satuan standar dari tipe bangunan, dan kualitas finishing bangunan.
Perhitungan biaya kasar digunakan sebagai pedoman terhadap anggaran
29
biaya yang dihitung secara rinci. Meski berupa pendekatan biaya kasar,
namun biasanya hasil perhitungan antara anggaran biaya kasar dan biya
rinci tidak jauh berbeda.
2. Estimasi detail atau estimasi rinci.
Estimasi rinsi adalah anggaran biaya bangunan yang dihitung secara
mendetail, yaitu mulai dari menghitung volume dan harga seluruh
pelaksanaan pekerjaan. Volume dihitung berdasarkan gambar detail yang
dibuat pernecana. Sementara harga pelaksanaan pekerjaan ditentukan
berdasarkan spesifikasi material yang diubah menjadi harga satuan
pekerjaan. Harga satuan pekerjaan dihitung berdasarkan:
a. Taksiran biaya material. Harga material yang digunakan ini biasanya
didapatkan dari harga material pasaran di sekitar pelaksanaan proyek.
b. Taksiran biaya pekerja. Biaya pekerja sangat dipengaruhi oleh
panjangnya waktu kerja, keadaan tempat pekerjaan, dan keahlian
pekerja.
c. Taksiran biaya peralatan. Biaya peralatan yang diperlukan untuk suatu
jenis konstruksi haruslah termasuk di dalam biaya operasional mesin
dan peralatan tangan.
Nurhayati (2010) menyatakan total biaya untuk setiap durasi waktu
merupakan jumlah biaya langsung dan biaya tidak langsung. Berikut
penjelasan mengenai biaya langsung dan biaya tidak langsung:
1. Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung secara umum menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan,
peralatan, dan kadang biaya subkontraktor. Asumsi yang ideal untuk biaya
langsung adalah bahwa biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal
yang berkarakteristik secara rata- rata lebih murah, dilakukan dengan
metode yang efisien, dan dalam wktu normal proyek. Biaya untuk durasi
waktu yang dibebankan (imposed duration date) akan lebih besar dari
biaya untuk durasi waktu yang normal, karena biaya langsung diasumsikan
dikembangkan dari metode dan waktu yang normal sehingga pengurangan
30
waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Total semua dari semua
paket kegiatan dalam proyek menunjukkan total biaya langsung untuk
keseluruhan proyek. Kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan informasi
untuk kegiatan kritis yang dipercepat waktunya dan kemudian menemukan
total biaya langsung untuk setiap durasi proyek ketika waktu proyek
ditekan. Proses ini membutuhkan pemilihan beberapa kegiatan kritis yang
mempunyai biaya percepatan terkecil.
2. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung menunjukkan biaya seperti pengawasan,
administrasi, konsultan, dan bunga. Biaya tidak langsung tidak dapat
dihubungkan dengan paket kegiatan dalam proyek. Biaya tidak langsung
bervariasi dengan waktu, sehingga pengurangan waktu akan menghasilkan
pengurangan dalam biaya tidak langsung.
2.5.1 Hubungan Antara Penjadwalan dengan Biaya
Dalam suatu proyek, perencanaan waktu atau time schedule proyek
didasarkan pada durasi atau waktu normal pekerjaan. Durasi normal
adalah durasi durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan berdasarkan pengalaman dari proyek- proyek sebelumnya,
dengan menggunakan sumber daya secara normal. Dalam perencanaan
waktu atau durasi setiap kegiatan dipengaruhi oleh: alokasi dan kualifikasi
sumber daya manusia, alokasi dan spesifikasi alat, jam kerja, dan metode
atau teknologi pada kondisi lapangan. Penentuan waktu atau durasi proyek
berpengaruh terhadap biaya proyek, baik biaya untuk masing- masing
kegiatan maupun untuk biaya total proyek. Sehingga apabila dalam
pengerjaan suatu proyek konstruksi terjadi keterlambatan dari rencana
awal, maka dapat berpengaruh terhadap terjadinya kenaikan anggaran
biaya proyek konstruksi tersebut.
Pengaruh keterlambatan (delay) yang terjadi tidak hanya
menyebabkan peningkatan pada durasi kegiatan, tetapi juga akan
berpengaruh terhadap meningkatnya biaya konstruksi (Ervianto, 2004).
31
Seperti yang diketahui bahwa dalam suatu proyek terdapat biaya langsung
dan biaya tidak langsung, dimana biaya langsung merupakan biaya tetap
selama proyek berlangsung yang terdiri dari biaya tenaga kerja, material
dan peralatan, dan biaya tidak langsung merupakan biaya tidak tetap yang
dibutuhkan guna penyelesaian proyek yang terdiri dari biaya manajemen
proyek, tagihan pajak, biaya perizinan, asurasnsi, administrasi, ATK,
keuntungan/profit (Husen, 2011).
Apabila dalam pelaksanaan suatu proyek terjadi keterlambatan dan
mengakibatkan meningkatnya durasi namun tanpa adanya pertambahan
volume pekerjaan maka untuk biaya langsung tidak mengalami
penambahan, tetapi pada biaya tidak langsung akan mengalami
penambahan. Hal ini dikarenakan biaya yang terkait baik pada proyek
maupun kantor pusat masih tetap berjalan selama masa keterlambatan.
Hubungan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung bekerja secara
terbalik, apabila durasi dipercepat maka akan terjadi peningkatan biaya
langsung dan penurunan biaya tidak langsung, dan begitu pula sebaliknya.