28
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai potensi dan pengembangan objek wusata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata serta penelitian-peneitian yang berkaitan dengan analisis kendala dan setrategi pengembangan destinasi pariwisata, terutama yang berkaitan dengan potensi dan pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata. Beberapa penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi serta relevan dengan penelitian tentang potensi dan pengembangan daya tarik wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryasih (2012) dengan judul ‘’Strategi Pengembangan Pantai Matahari Terbit Sanur Sebagai Destinasi Pariwisata’’. Hasilnya menyebutkan bahwa, faktor eksternal mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Sedangkan strategi alternatif yang dirumuskan dalam penelitian Aryasih tersebut diantaranya sebagai berikut: pengembangan paket atraksi wisata berbasis kerakyatan dan rancangan pariwisata alternatif, berbasis social kerjasama penataan kawasan berdasarkan kriteria zona-zona peruntukan, penertiban dan pengelolaan kawasan serta meningkatkan dan menjaga citra (image) kawasan, pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) dari masyarakat local, pengembangan sarana pendukung aktivitas pengunjung/wisatawan, 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang

berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai potensi dan

pengembangan objek wusata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata serta

penelitian-peneitian yang berkaitan dengan analisis kendala dan setrategi

pengembangan destinasi pariwisata, terutama yang berkaitan dengan potensi dan

pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

Beberapa penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan atau

referensi serta relevan dengan penelitian tentang potensi dan pengembangan daya

tarik wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah penelitian yang

dilakukan oleh Aryasih (2012) dengan judul ‘’Strategi Pengembangan Pantai

Matahari Terbit Sanur Sebagai Destinasi Pariwisata’’. Hasilnya menyebutkan

bahwa, faktor eksternal mampu memanfaatkan peluang dan menghindari

ancaman. Sedangkan strategi alternatif yang dirumuskan dalam penelitian Aryasih

tersebut diantaranya sebagai berikut: pengembangan paket atraksi wisata berbasis

kerakyatan dan rancangan pariwisata alternatif, berbasis social kerjasama

penataan kawasan berdasarkan kriteria zona-zona peruntukan, penertiban dan

pengelolaan kawasan serta meningkatkan dan menjaga citra (image) kawasan,

pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) dari masyarakat

local, pengembangan sarana pendukung aktivitas pengunjung/wisatawan,

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

10

peningkatan mutu lingkungan fisik dan strategi menjadikan tempat outbound bagi

wisatawan dan masyarakat (team building. Untuk mempercepat tercapainya

tujuan pengembangan pantai matahari terbit sanur sebagai destinasi pariwisata,

perlu adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat local dan para pelaku

pariwisata lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chiran Dkk (2011) dengan judul ‘’

Strategies For Tourism Development In Northeast Region Of Romania’’ Tujuan

dari penelitian tersebut adalah untuk menyajikan gambaran umum daerah

Northeast Region mengenai perkembangan pariwisata. Penelitian tersebut

memiliki konseptual, metodologis karakter yang kuat, mengandung argumen yang

mendukung pengembangan pariwisata; memiliki nilai praktis bagi para ahli, untuk

perusahaan perjalanan dan untuk pengembangan citra positif Rumania di dunia;

itu berisi sejumlah kesimpulan dan rekomendasi untuk pengembangan pariwisata

Northeast Region di wilayah Rumania sebagai bagian komponen pariwisata

Eropa. Tujuan utamanya adalah untuk menarik alternatif pemasaran pariwisata

dalam kegiatan pariwisata mengenai tujuan, sasaran pasar dan program bauran

pemasaran.

Selain oleh Chiran (2011), penelitian serupa juga dilakukan oleh Zhen

Wang (2014) dengan judul ‘’On Strategy of Sustainable Development of Ancient

Village Tourism Resources’’. Dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan

pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan

juga meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata desa kuno yang

memiliki karakteristik tradisional paling umumnya dianggap bentuk yang paling

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

11

populer dalam kegiatan pariwisata di kalangan wisatawan. Pusat-pusat tesis

tentang masalah utama yang ada pada sumber wisata desa kuno saat ini dan

melakukan beberapa analisis mendalam. Selanjutnya, strategi untuk pembangunan

berkelanjutan dari sumber daya pariwisata desa kuno dibangun dalam artikel ini.

Desa kuno adalah salah satu bentuk tempat tinggal tradisional Cina, dan

juga bentuk dasar dalam masyarakat tradisional Cina. Sementara itu adalah esensi

dari budaya pertanian Cina selama ribuan tahun sekarang semua sisa-sisa menjaga

ciri khas mereka dan gaya dalam aspek geografis, morfologi, dan struktural. Desa

kuno belum mencapai standar yang konsisten dalam konsep dan konotasi. Banyak

sarjana dan lembaga akademis memberikan definisi dalam berbagai aspek.

Dalam Pengembangan wisata Desa Kuno adalah salah satunya yaitu,

Kesadaran perlindungan warga lemah. Warga adalah inti dari desa kuno. Namun,

karena keterbatasan pendidikan miskin, warga tidak menyadari pentingnya

perlindungan sumber daya alam dan budaya yang berharga. Selain itu, departemen

relatif tidak menganggap penting untuk propaganda tentang perlindungan sumber

daya budaya warisan. Oleh karena itu, arsitektur kuno dan peninggalan sejarah

hancur waktu ke waktu. Banyak sumber menghilang sama sekali dan permanen.

Karya mobilisasi yang mendorong warga untuk pindah ke desa-desa baru bertemu

begitu banyak kesulitan yang sulit untuk melaksanakan.

Tindakan diambil dalam Pembangunan Wisata Desa Kuno supaya

berkembang dan berkelanjutan adalah salah satunya dengan memulihkan

lingkungan ekologi asli, meningkatkan tingkat hijau, suplemen dan sempurna

rencana baru yang membangun desa baru dari desa kuno dan memperkuat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

12

publisitas. Pindah ke desa-desa baru dapat memenuhi keinginan warga untuk

kehidupan modern. Kami harus mendorong penduduk desa untuk pindah ke desa-

desa baru secara aktif dan memastikan bahwa penduduk desa dapat menjaga

modus hidup asli mereka setelah bergerak dalam, menghindari mengganggu dari

luar dunia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nesci (2014) dengan judul

‘’Sustainable Tourism In The Metropolitan Area’’. Hasil penelitian Nesci, strategi

untuk pariwisata berkelanjutan adalah wilayah harus dilihat sebagai produk yang

akan dijual, sesuai dengan aturan pemasaran territorial, mendukung pengalaman

terbaik sebagai ‘’Le Renggine Dei Sapori’’ merek territorial diciptakan untuk

memaksimalkan produk agro-makanan, dan ‘’Strada Dei Vini e Dei Sapori Della

Locride’’, yang ternyata wilayah menjadi system yang dibawah pengetahuan dan

tradisi ‘’Magna Graecia’’ dan produk khas, dalam perspektif yang ‘’pembangunan

berkelanjutan adalah pebangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri’’.

Perlunya mempersiapkan atau mengatur strategi baru dan lebih efektif

untuk pariwisata yang berkelanjutan, dan tetap fokus pada pelayanan yang terbaik,

atraksi menarik yang kurang bergantung pada musim, dan pengalaman otentik

dengan dampak lingkungan yang rendah, menghubungkan pertanian dan

pariwisata bisa mewakili untuk menekankan realitas yang menjaga sistem hidup.

Ini berharga untuk melestarikan tradisi dan produk yang akan membuka celah

peluang.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

13

Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (Universitas Gajah Mada, 2014)

dengan judul ‘’Analisis Karakteristik dan Motivasi Kunjungan Wisaawan Dalam

Upaya Pengembangan Atraksi Wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang’’.

Dengan banyaknya atraksi wisata dan fasilitas yang ada diharapkan nantinya Kyai

Langgeng mampu menjadi salah satu obyek wisata edukasi dan media pelestarian

lingkungan hidup yang lebih dinikmati dan dikenal wisatawan, dalam

mewujudkan hal tersebut, perlu adanya pengembangan potensi yang dimiliki

dengan melakukan sebuah penelitian mengenai karakteristik dan motivasi

kunjungan wisatawan agar pengembangan atraksi wisata yang dilakukan nanti

dapat sesuai dengan kondisi wisatawan yang datang berkunjung. Dalam

penelitiannya penulis menggunakan mix-method, yaitu metode penelitian yang

menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara

berurutan.

Hasil penelitian-penelitian tersebut di atas, merupakan acuan yang relevan

dengan penelitian ini, karena memiliki kesamaan terutama dalam hal

mengembangkan suatu daerah tujuan wisata dengan tetap fokus pada prinsip

pengembangan pariwisata, karena setiap kawasan ataupun destinasi pariwisata

memerlukan pemasaran yang baik tanpa terkeculi Kuta Lombok. Salah satu upaya

untuk mewujudkan Kuta Lombok sebagai destinsi pariwisata maka perlu adanya

sinergi pemasaran dan pencitraan Kuta Lombok itu sendiri agar dapat menjadi

destinasi pariwisata yang terbaik khususnya di Lombok Tengah.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

14

2.2 Tinjauan Konsep

Dalam suatu penelitian perlu penegasan batasan operasional dari setiap

istilah atau konsep yang terdapat baik dalam judul penelitian, rumusan masalah

penelitian, atau dalam tujuan penelitian. Pemberian definisi atau batasan

operasional suatu istilah berguna sebagai sarana komunikasi agar tidak terjadi

salah tafsir dan juga mempermudah dalam proses penelitian.

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Pariwisata bearasal dari bahasa sanskerta, pari = sempurna, lengkap,

teringgi, dan wisata yang artinya perjalanan, sehingga pariwisata berarti

perjalanan yang lengkap atau sempurna. Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh perjalanan dan tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat

tinggal sementara dan tidak berhubungan dengan pencarian nafkah (Yoeti, 1985).

Tourism is activities of person travelling to and staying in places outside

their usual environment for not more then one consecutive yesr for leasure,

business for purpose. (WTO, World Tourism Organization, 1999:5). Sesuai

definisi itu, pariwisata adalah kegiatan orang-orang melakukan perjalanan ke dan

tinggal di suatu tempat di luar lingkungan biasanya untuk jangka waktu kurang

dari satu tahun secara berturut-turut untuk memanfaatkan waktu senggang, urusan

bisni dan tujuan lainnya (Arjana, 2015:6).

Dirjen pariwisata (1980) dalam Arjana (1981) merujuk pada berbagai

referensi, mengemukakan berbagai jenis pariwisata dilihat dari berbagai aspek,

sesuai sifat dan dimensi pariwisata, seperti dikemukakan berikut ini:

1. Jenis Pariwisata Menurut Letak

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

15

a) Pariwisata Lokal (local tourism), perjalanan wisata jarak dekat seperti

piknik ke luar kota atau tempat wisata yang dapat ditempuh beberapa jam

dengan kendaraan mobil.

b) Pariwisata nasional (national tourism/domestic tourism), adalah dinamika

perjalanan wisata dalam suatu Negara.

c) Pariwisata mancanegara (world tourism/foregin tourism), meliputi

wisatawan yang masuk dari luar negeri (inbound tourism) dan wisatawan

yang berwisata ke luar negeri (outgoing tourism).

2. Jenis Wisata Menurut Waktu Kunjungan

a) Pariwisata musiman (seasional tourism), seperti wsata musim dingin yang

bersalju, wisata musim panas untuk mandi matahari atau wisata musim

petik buah dan sebagainya.

3. Jenis Pariwisata Menurut Tujuan

a) Pariwisata bisnis (business tourism), perjalanan yang bertujuan

menyelesaikan urusan bisnis seperti melakukan meeting, pameran dan

lain-lain.

b) Pariwisata liburan (vacancy tourism)

c) Pariwisata pendidikan (educational tourism), seperti study tour atau widya

wisata.

d) Pariwisata spiritual atau keagamaan (pilgrim tourism).

4. Jenis Pariwisata Menurut Jumlah Wisatawan

a) Pariwisata individual (individual tourism), seperti wisatawan

menggending ransel (backpacker).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

16

b) Pariwisata berombongan (group tourism), seperti yang dilakukan oleh

rombongan pelajar, karyawan melalui biro perjalanan dan agen perjalanan

(Arjana, 2015:96).

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

Orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan atau berwisata

yang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan perjalanan yang dilakukannya.

Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapatkan

kesenangan, bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan wisatawan dapat

diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam, keunikan

budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti seminar,

konsorsium, kongres, dan lainnya (Arjana, 2015:66).

Ada beberapa pengertian wisatawan yang relevan menurut Arjana

(2015:11) yaitu :

1) Pengunjung (visitor), adalah seorang yang melakukan kunjungan ke suatu

tempat dengan tujuan untuk menikmati dan mendapakan kesenangan dalam

kunjungannya itu.

2) Wisatawan (tourist), adalah orang yang melakukan perjalanan sedikitnya 24

jam untuk menikmati perjalanan dan mencari kesenangan serta tidak mencari

nafkah atau pekerjaan di daerah tujuan.

3) Pelancong (Excursionist), adalah orang yang melakukan perjalanan ke suatu

tempat atau daerah tujuannya menikmati perjalanan dan mendapatkan

kesenangan dari perjalanannya itu namun tidak lebih dari 24 jam sehingga

tidak harus bermalam di tempat itu.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

17

Tujuan orang melakukan perjalanan atau kunjungan sangat beraneka

ragam tergantung dari tujuan yang direncanakan. Mengetahui tujuan perjalanan

seseorang atau sekelompok orang akan dapat dipahami konteksnya dalam

pariwisata.

Ismayanti (2010) mengelompokkan tujuan kunjungan wisatawan menjadi

tiga yaitu:

1) Leisure and recreation ( vakansi dan rekreasi)

Segala kegiatan yang memiliki tujuan: a) mengunjungi event budaya, b)

kunjungan bermotif terapi kesehatan, c) olahraga aktif (amatir), dan d) tujuan

berlibur. Semua kegiatan yang bertujuan seperti itu termasuk kegiatan

bersenang-senang, bergembira dan bersifat hiburan.

2) Business and professional (bisnis dan professional)

Kegiatan bisnis dan professional bertujuan untuk mengikuti kegiatan rapat

(meeting), misi, perjalanan insentif, bisnis. Kegiatan pertemuan inilah seperti

seminar, kongres atau mengikuti kegiatan rapat kerja dan lain-lain.

3) Other tourism purposes (tuuan wisata lain)

Kunjungan dalam rangka belajar (widya wisata), pemulihan kesehatan, transit

dan berbagai tujuan lain yang tidak terkait dengan mencari nafkah dapat

digolongkan sebagai wisata tujuan lain.

2.2.3 Tinjauan Tentang Destinasi Pariwisata

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

kepariwiataan pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa daerah tujua wisata yang

selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

18

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilita, serta masyarakat yang

saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

2.2.4 Tinjauan Destinasi Sebagai Produk Wisata

Menurut Pitana (2009), Selama wisatawan berada di daerah tujuan wisata

(destinasi wisata), mereka memerlukan pelayanan akomodasi dan tranportasi

untuk menjelajahi destinasi tersebut, makanan, took souvenir, dan sesuatu yang

akan dilakukan dan yang akan dilihatnya. Singkatnya, mereka akan

mengkonsumsi produk. Istilah produk mencakup segala sesuatu yang dibeli atau

dikosumsi oleh orang yang disebut pengunjung atau wisaawan. Menurut UN-

WTO, produk (pariwisata) didefinisikan sebagai:

‘’any good or service purchaced by, or consumed by, a person defined as

a visitor’’.

Sedangkan pelayanan (service) didefinisikan sebagai:

‘’any activity or benefit one party can offer to another that is essentially

intangible and does not result in the ownership of anything. Its production

may or may not be tied to a physical product’’(ricardson dan Fluker,

2004:49).

Wisatawan membeli produk yang di produksi khusus untuk mereka

(wisatawan) seperti souvenir, tetapi kebanyakan bisnis perjalanan dan bisnis

pariwisata lainnya menyediakan pelayanan (service) seperti tiket, nasihat,

tranportasi, akomodasi, ur ke tempat tertentu, dan sebagainya. Tidak seperti

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

19

produk-produk manufaktur atau yang dihasilkan oleh sebuah pabrik, kta tidak

dapat secara nyata dapat melihat pelayanan (service).

Sebagaimana terlihat dalam definisi di atas, pelayanan bersifat tak terlihat

(intangible) dan didapat bukan berdasarkan kepemilikan atas sesuatu yang

mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan suatu produksi tertentu. Sebuah

pelayanan (service) mempunyai empat karakteristik sebagai berikut (Ricardson

dan Fulker 2004):

1. Intangiblity : Karekteristiknya tidak dapat dibaui, didengar, dilihat,

dirasakandan dicicipi

2. Inseparability : Sebuah pelayanan tidak dapat dipisahkan dari pihak yang

menyediakannya. Jika layanan tidak ada maka pelayanan tidak akan bias

dilakukan.

3. Variability : Sebuah produk layanan atau penyedia layanan pariwisata tidak

dapat menstandarisasi output-nya. Bagaimanapun keras usaha sebuah

maskapai penerbangan, mereka tidak dapat mejamin akan dapat memberikan

kualitas pelayanan yang sama dalam setiap penerbanganya.

4. Perishability : Pelayanan tidak dapat disimpan. Tempat tidur di sebuah hotel

yang tidak terjual selama seminggu berarti tidak ada pendapatan dan tidak

dapat diapa-apakan lagi.

2.2.5 Tinjauan Tentang Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang

dihasilkan melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

20

tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu produk yang dapat

digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, di dalam ilmu ekonomi,

dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu production, Marketing, dan

consumption.

1. Production (produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertalian dengan

penciptaan sesuatu barang atau jasa dalam bentuk yang diinginkan (Form

Utility).

2. Marketing (pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang tidak

hanya kegunaan tempat (place Utility) dan kegunaan wakt, tetapi juga

penciptaan kegunakan pemilikan.

3. Consumption, bias disebut dengan pemakaian, yang tidak lain ialah untuk

memenuhi kebutuhan manusia.

Yang dimaksud dengan Utility adalah kapasitas sesuatu barang atau jasa untuk

dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan

suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat

ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk

wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi

(Suwantoro, 1997:47-48).

Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling

terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa

masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

21

1. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan,

pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.

2. Jasa yang disediaka masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana

utilitas umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat istiadat, seni budaya, dan

sebagainya.

3. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan,

pantai, goa alam, taman laut, dan sebagainya.

2.2.6 Tinjauan Tentang Potensi dan Daya Tarik Wisata

1. Potensi

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu

tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourism attraction)

yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan

aspek-aspek lainnya.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala

sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suuatu daerah

tujuan wisata seperti; (a) Atraksi Alam: pemandangan, pemandangan laut, pantai,

cuaca dan keadaan geografis destinasi tersebut (Natural attraction:

landscape,seascape, beaches, climate and other geographical features of the

destination), (b) Atraksi Budaya: sejarah dan folklore, agama, kesenian dan

kegiatan khusus, (Cultular attraction: history and folklore, religion, art and

apecial events, festivals) (c) Atraksi sosial: tradisi (cara hidup), populasi

penduduk, bahasa, kesempatan berbaur dalam kehidupan sosial (Social attraction:

he way of life, the residen populations, languages, opportunities for social

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

22

encounters), (d) Atraksi Buatan: gedung bersejarah dan arsitektur modern, taman,

kebun, pelabuhan dan sebagainya (Built attraction: building, historic, and modern

architecture, monument, parks, gardens, marina,etc).

Menurut Suarka (2010:23) potensi wisata adalah segala sesuatu yang

terdapat disuatu daerah yang dikembangka menjadi daya tarik wisata, potensi

tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu;

1. Potensi Budaya

Yang dimaksud dengan potensi budaya merupakan potensi yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat seperti adat – istiadat, mata pencaharian dan

kesenian.

2. Potensi Alam

Potensi alamiah merupakan potensi yang ada di masyarakat yang berupa

potensi pisik dan geografis alam.

Selain itu, Wisnawa (2011) juga menjelaskan bahwa potensi wisata adalah

sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.

Dalam peneitian tersebut, potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia, sebagaimana yang

diuraikan berikut:

1. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadan dan jenis flora dan fauna

suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain

(keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam

jika dikembakan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

23

niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek (daya tarik

wisata) tersebut.

2. Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa

adat – istiadat, kerajinan tangan, peninggalan nenek moyang berupa banguna,

monument, dan lain-lain.

3. Potensi Manusia

Manusia juga punya potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata

baik itu potensi yang langsung maupun tidak langsung berdampak pada

kepariwisataan.

Oleh sebab itu, potensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi

fisik dan potensi non fisik Kuta – Lombok sebagai daya tarik wisata yang dapat

menarik perhatian calon wisatawan untuk berkunjung ke Kuta – Lombok.

2. Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang

berupakeanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Keadaan alam, flora dan fauna,

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purakala, peninggalan

sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya

dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan keakmuran dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

24

kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan

Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Yoety, 2006 daya taik wisata dibagi menjadi empat (4) bagian

yaitu:

1. Daya Tarik Wisata Alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai, dan

pemandangan alam lainya.

2. Daya Tarik Wisata Dalam Bentuk Bangunan, yang meliputi arsitektur

bersejarah dan modern, peninggalan arkeologi, lapangan golf, dan tempat-

tempat perbelanjaan lainya.

3. Daya Tarik Wisata Budaya, yang meliputi sejara, foklor, agama, seni, teater,

hiburan, dan museum.

4. Daya Tarik Wisata Sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat,

bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilits dan pelayanan masyarakat.

Selain empat (4) komponen tersebut, daya tarik wisata juga harus memiliki

komponen aksesibilitas dan amenitas (Damanik dan Weber, 2006:12),

Aksesibilitas mencakup sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan

daya tarik wisatu yang satu dengan daya tarik wisata yang lain di daerah tujuan

wisata mulai dari transportasi darat, laut dan udara. Aksesibilitas juga

mencakupperaturan atau regulasi pemrintah yang mengatur tentang rute dan

24 ariff angkutan. Amenitas adalah infrastruktur yang menjadi bagian dari

kebutuhan wisatawan seperti fasilitas akomodasi, restoran, bank, penukaran uang,

telekomunikasi, usaha penyewaan (rental), olahraga, informasi, dan lain

sebagainya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

25

Menurut Damanik dan Weber (2006:13) daya tarik wisata yang baik

sangat terkait dengan empat hal, yakni memiliki keunikan, orijinalitas, otentisitas,

dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan

yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orijinalitas (keaslian) mencerminkan

keaslian dan kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi

atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dngan nilai aslinya. Otentisitas

mengacu pada keaslian, bedanya dengan orijinalitas, otentisitas lebih sering

dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik

wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai yangmemadukan sifat alamiah,

eksotis, dan bersahaja.

2.2.7 Tinjuan Tentang Strategi Pengembangan

Mernurut Marpaung (2000) strategi merupakan suatu peroses penentuan

nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang

menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada

tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan. Sama halnya dengan

Chandler dalam Rangkuti (2001:3) bahwa strategi merupakan alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang, program tindak lanjut serta

perioritas alokasi sumber daya. Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana

umum yang integratif yang dirancang untuk memberdayakan organisasi

pariwisata untuk mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya dengan tepat

walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing (Puspa, 2006:18).

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, pembuatan menjadikan

sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Pengembangan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

26

merupakan suatu peroses/aktivitas menjadikan sesuatu yang dianggap perlu untuk

ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah

berkembang agar menjadi lebih menarik dan berkembang (Alwi, et al, dalam

kamus besar bahasa Indonesia, 2005:538).

Gunn, 1994 menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata harus

melibatkan tiga sector, yaitu bussines sector (sector bisnis) Non-profit sector

(sector non profit) dan Goverumental sector (sector pemerintahan), dan semakin

baik pemahaman dan keterlibatan tiga sector tersebut maka pengembangan

pariwisata akan semakin baik. Bussines sector adalah sector usaha yang

menyediakan segala keperluan wisatawan seperti jasa tranportasi, perhotelan,

makanan dan minuman, laundry, hiburan dan sebagainya. Non-profit sector

merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi profesi, etnis yang

tidak beriontasi pada keuntungan namun memiliki peran dan perhatian besar

terhadap pengembangan pariwisata. Goverumental sector adalah sektor yang

berperan untuk mngeluarkan dan menerapkan undang-undang dan peraturan.

Dalam bidang pariwisata sektor pemerintah telah melakukan banyak peran

penting slain regulasi. Dalam penandaan taman nasional, disamping melindungi

alam dan budaya juga telah banyak menarik kunjungan wisatawan.

Besdasarkan beberapa konsep tersebut, maka yang dimaksud dengan

strategi pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang

sifatnya konperhensip dan terpadu dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan

akademis untuk mengkaji potensi, serta kondisi lingkungan intenal dan eksternal

Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata sehingga dapat menformuasikan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

27

strategi yang tepat untuk mewujudkan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata

yang berdaya saing tinggi.

2.3 Landasan Teori

Dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan penelitian poensi

dan pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata

diperlukan teori yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut, adapun teori

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah teori perencanaan.

2.3.1 Tinjauan Tentang Siklus Hidup Desinasi

Siklus hidup destinasi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan

(introduction) hingga peremajaan (rejuvenation). Richardson dan Fluker

(2004:51) mengemukakan bahwa;

“A model that characterises each stage in the lifecycle of a destination (and

destination areas and resort area) including introduction, growth, maturity,

and decline and/ or rejuvenation”

Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan

(introduction), pertumbuhan (growth), pendewasaan (maturity), penurunan

(decline) dan atau peremajaan (rejuvenation). Tujuan utama dari penggunaan

model siklus hidup destinasi (destination lifecycle model) adalah sebagai alat

untuk memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata sekaligus untuk

mengetahui tahapan pengembangan destinasi pariwisata itu sendiri.

Butler (1980) mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) tahapan

pengembangan pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang berbeda

terhadap pariwisata sebagai berikut:

1 Tahap Explorasi , pertumbuhan spontan dan penjajakan (Exploration)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

28

Pada tahap ini jumlah wisatawan masih relatif kecil. Mereka cenderung

dihadapkan pada kondisi alam yang masih alami dan budaya masyarakat

yang masih alami pada daerah tujuan wisata. Atraksi wisata belum

berubah dan kontak masyarkat relative tinggi.

2 Tahap Keterlibatan (Involment)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan

fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai yang dibantu

oleh pemerintah derah setempat. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan.

3 Tahap Pengembangan dan Pembangunan (Development)

Pada tahap ini jumlah kunjungan wisatawan meningkat tajam, pada musim

puncak wisatawan biasanya menyamai bahkan melebihi jumlah penduduk

lokal. Investor luar berdatangan memperbaharui fasilitas. sejalan dengan

meningkatnya jumlah dan pupularitas daerah wisata, masalah-masalah

rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan kontrol secara nasional

dan regional dibutuhkan , bukan hanya untuk memecahkan masalah yang

terjadi, tetapi juga untuk pemasaran internasional.

4 Tahap Konsolidasi (Consolidation)

Pada tahap ini tingkat pertumbuhan wisatawan mulai menurun, wlaupun

total jumlah wisatawan masih relative meningkat. Daerah pariwisata

belum berpengalaman mengatasi masalah dan kecendrungan terjadinya

monopoli yang sangat kuat.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

29

5 Tahap Ketidakstabilan (Stagnation)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang pada puncaknya, wisatawan

sudah tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata. Ini didasari

bahawa kunjungan ulang wisatawan dan pemamfaatan bisnis dan

komponen-komponen pendukungnya adalah dibutuhkan untuk

mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan

wisata mungkin mengalami masalah-masalah lingkungan, sosial dan

budaya serta ekonomi.

6 Tahap Penurunan Kualitas (Decline) dan Kelahiran Baru (Rejuvenation)

Pada tahap Decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang

diketahui semula menjadi “resort” baru. Resort menjadi tergantung pada

sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil untuk perjalanan

harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang kuat untuk

berubah dan fasilitas–fasilitas pariwisata, seperti akomodasi dan akan

berubah pemamfaatanya. Akhirnya pengambilan kebijakan mengakui

tingkatan ini dan memutuskan untuk dikembangkan sebagai”kelahiran

baru”. Selanjutnya terjadinya kebijaksanaan baru dalam berbagai bidang,

seperti pemafaatan, pemasaran, saluran distribusi dan meninjau kembali

posisi daerah tujuan wisata (destinasi pariwisata) tersebut.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

30

Gambar; A Tourism Area Cycle Of Evolution

Sumber: Butler, 1980

Selain itu, sebagai penjelasan tambahan dalam siklus hidup destinasi

sebagaimana yang dikemukakan oleh Butler (1980) dalam siklus hidup destinasi

(destination life cycle), pada siklus ke-6 (enam) yaitu tahap yang disebut juga

sebagai tahap Post-stagnation selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 lagi

yaitu; tahap Decline dan Rejuvenation (Pitana dan Diarta, 2009: 132-133).

Pada tahap Decline, wisatawan tertarik dengan destinasi lain yang baru.

Fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non-pariwisata. Atraksi wisata

menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata menjadi kurang

bermanfaat. Keterlibatan masyarakat lokal mungkin meningkat seiring penurunan

harga fasilitas pariwisata dan penurunan pasar wisatawan. Daerah destinasi

menjadi terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata.

Sedangkan pada tahap Rejuvenation, terjadi perubahan dramatis dalam

penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

31

seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau penggunaan sumber daya alam yang

tidak tereksploitasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa tahapan siklus hidup destinas tersebut (destination

life cycle) posisi Kuta Lombok berada pada tahap keterlibatan (involment) artinya

bahwa kepariwisataan di Kuta Lombok masih belum berkembang. Pada

keterlibatan tersebut ditandai dengan adanya inisiatif masyarakat lokal untuk

menyediakan fasilitas pariwisata dan adanya peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan meskipun hal tersebut tidak signifikan.

2.3.2 Tinjaun Tentang Teori Perencanaan

Menurut Gunn (1994:60) ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan

dalam perencanaan daya tarik wisata, diantaranya:

1. Penciptaan dan pengelolaan daya tarik wisata

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik

wisata adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum

adapengelolaan yang baik daya tarik wisata belum dapat difungsikan dan

dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan

dapat merusak sumber-sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata, perlu

juga diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang lain seperti

tempat parkir, tour dan interpretasi.

2. Pengelompokan daya tarik wisata

Sebuah data tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak

waktu dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati

wisatawan. Sistem pariwisata masal seperti kereta api cepat dan transportasi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

32

udara mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan perjalanan sebelum

puas menikmati daya tarik wisata yang sedang dikunjungi dengan baik. Alat-

alat transportasi ini juga mendorong perencanaan beberapa daya tarik wisata

harus berdekatan. Karena itu kunjungan ke daya tarik wisata utama sebaiknya

dikelompokkan atau digabung dengan daya tarik wisata pelengkap yang lain.

Contoh: kunjungan ke taman nasional sebagai atraksi utama, menawarkan

banyak atraksi wisata alam pelengkap seperti pemandangan, hiking,

konservasi kehidupan liar, topografi yang menantang dan tempat rekreasi di

luar ruangan.

3. Gabungan atraksi dan pelayanan

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah

pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan dukungan

pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa kurang lengkap

apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung seperti akomodasi dan

restoran, dan pelayanan pelengkap seperti penjualan film, obat-obatan dan

cinderamata. Karena itu, daya tarik wisata yang agak jauh atau terpencil

minimal menyediakan pelayanan makanan, toilet dan pusat-pusat pelayanan

pengunjung (visitor centers).

4. Lokasi daya tarik wisata ada di daerah pedesaan dan perkotaan

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat

mendukung pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar

ada yang lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah

pedesaan, karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan kontrol

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

33

terhadap daya tarik wisata yang masih alami seperti perkebunan dan jalan-

jalan pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat-tempat ini cocok untuk

pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu

penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah paket

perjalanan. Teori perencanaan tersebut digunakan untuk merumuskan strategi

dan program pengembangan daya tarik wisata budaya di Desa Sangsit,

Jagaraga dan Sawan.

Suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut; (a) Logis, yaitu

bias dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, (b) Luwes, yaitu dapat

mengikuti perkembangan, dan (c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan

sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah (apsturusi, 2008).

Selain itu juga Paturusi (2008) mengemukakan orientasi perencanaan ada

dua yaitu;

1. Perencanaan berdasarkan pada kecendrungan yang ada (trend oriented

planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa

yang akan dating, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan

berkembang saat ini.

2. Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu

suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di masa

yang akan dating merupakan factor penentua.

Proses perencanaan adalah sebgai berikut; (a) Atraksi wisata dan

aktivitasnya, (b) Fasilitas akomodasi dan pelayanan, (c) Fasilitas wisatawan

lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, retail

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

34

shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos,

(d) Fasilitas dan pelayanan tranportasi, (e) Infrastruktur lainnya meliputi

persediaan air, listrik, pembuangan limbah dan telekomunikasi, dan (f) Elemen

kelembagaan yang meliputi prigram pemasaran, pendidikan dan pelatihan,

perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi

structural private dan pulic serta prigram social ekonomi dan lingkungan.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan

yang berkaitan dengan masa depan suatu daeah tujuan wisata atau atraksi wisata

yang merupakan suatu proses yang dinamis penentuan tujuan, yang secar

sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan,

implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan

pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, social, politik) sebagai

suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang

lainnya (Paturusi, 2008).

Menurut Ridwan (2012:39-52) mengemukakan bahwa ada 5 (lima)

pendekantan perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan

diaplikasikan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu; (1)

pendekaan pemberdayaan masyarakat local, (2) pendekatak berkelanjutan, (3)

pendekatan kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan, (5) pendekatan dari sisi

penawaran (supplay) dan permintaan (demand).

Salah satu pendekatan yang perlu dilaplikasikan dalam pengembangan

Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah pendekatan penawaran dan

permintaan (supplay and demand) selain beberapa pendekatan seperti yang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

35

diuraikan diatas. Pendekatan tersebut diprlukan untuk menunjang

perkembangannya. Sebab, dalam pengembangan destinasi pariwisata pada

dasarnya adalah mencari titik temu antara permintaan dan penawaran. Oleh karena

itu, dalam melakukan perencanaan dalam pengembangan destinasi pariwisata

seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisata (penawaran) yang ada

di destinasi dan pasar wisatawan (permintaan), baik yang actual maupun potensial

kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut, sehingga titik

temu dari kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan demikian produk wisata

yang akan dijual sesuai dengan permintaan (kebutuhan dan keinginan wisatawan).

2.3.3 Analisis SWOT Dalam Perencanaan

Damanik dan Waber (2006) mengemukakan, dalam pengembangan

organisasi dalam menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran dikenal suatu kegiatan

analisis yang dikenal sebagai SWOT Analysisyakni menganalisis kekuatan

(strong), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan aancaman

(threat).Pelaksanaan analisis SWOT ini untuk melengkapi studi kelayakan.

Unsur-unsur SWOT analysis untuk mengetahui berbagai factor yang

menjadi kekuatan, kelamahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor itu jika dikaji

dapat bersumber dari dalam sebagai sumber internal maupun bersumber dari luar

sebagai sumber eksternal.

Hasil yang dilakukan secara baik akan memberi informasi tentang factor-

faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam suatu objek atau

kawasan wisata, jika kekuatan lebih tinggi sekornya tentu dapat memberi sinyal

untuk ditindaklanjuti perencanaanya. Di sisi lain jika peluang sekornya tinggi dan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya II ANDER SRIWI.pdf · pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa

36

ancaman lebih kecil tentu juga merupakan isyarat untuk pengembangannya

ditindaklanjuti. Jika kondisi sebaliknya terjadi dimana skor tantangan an ancaman

lebih tinggi tentu menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata (Arjana,

2015).