Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Resky Maysari, Zulkifli Sjamsir, Nurhapsa, 2017 melakukan penelitian
yang berjudul Pola Distribusi dan Margin Pemasaran Bawang Merah di Kota
Parepare memiliki permasalahan yaitu jumlah produksi bawang merah yang
dihasilkan di Kota Parepare tidak bisa memenuhi permintaan konsumen di Kota
Parepare. Terjadi permasalahan pada distribusi bawang merah, salah satu faktor
penyebabnya adalah kurangnya pasokan dari daerah sentra produksi untuk
dipasarkan di Kota Parepare. Jika kondisi ini terjadi maka akan berdampak pada
meningkatnya biaya distribusi atau transportasi, sehingga marjin distribusi pun
turut meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji pola distribusi
pemasaran bawang merah di Kota Pareparedan Menganalisis margin pemasaran
pada setiap saluran distribusi pemasaran bawang merah di Kota Parepare.
Penelitian Luhut Sihombing (2005) mengenai analisis tataniaga kentang di
Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga
kentang, yaitu :
Saluran I : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul - Grosir -
Pedagang Pengecer - Konsumen Sumatera Utara
Saluran II : Petani - Pedagang Desa Pedagang Pengumpul Pedagang Besar –
Grosir- Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta/Jawa
Saluran III : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul – PedaganG Besar –
Eksportir - Konsumen Luar Negeri
10
Penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah
penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh rendahnya profit share petani,
tingginya marjin pemasaran (marketing margin) dan nisbah marjin keuntungan
yang kurang merata diantara pedagang perantara (middlemen).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai tunai
yang diterima petani produsen adalah sebesar Rp 2.750,75/kg (farmer’s share
74,95 %). Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani adalah Rp
2.265,87/kg, dengan demikian profit share petani sebesar 13,21 % dari harga
konsumen akhir. Marjin pemasaran kentang sebesar Rp 919,15/kg. Besarnya
nisbah marjin keuntungan pada masing-masing pedagang perantara yaitu pada
pedagang desa sebesar 3,92 %, pada pedagang pengumpul sebesar 6,23 %, pada
pedagang besar sebesar 2,25 % serta pada eksportir sebesar 1,10 %.
Widiyanti (2008) meneliti tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Talas
(Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat). Hasil analisis pemasaran talas diketahui bahwa pemasaran talas terbentuk
tiga pola saluran pemasaran. Pola saluran pemasaran 1 terdiri dari; petani –
pedagang pengumpul Desa (tengkulak) - pedagang pengecer – konsumen. Sistem
pemasaran talas yang paling efisien terjadi pada saluran pemasaran 2. Hal ini
dikatakan demikian karena dapat dilihat bahwa pola saluran 2 memiliki volume
pemasaran talas paling besar jika dibandingkan dengan pola pemasaran yang lain,
dan telah cukup memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat, yaitu;
petani, pedagang perantara (pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan
pedagang pengecer) dan konsumen.
11
Penelitian Reinita Dwi Putri Anggraini, Rudi Wibowo, M.Rondhi, 2018
yang berjudul Analisis Pemasaran Beras Organik di Kabupaten Bondowoso
memiliki permasalahan dalam struktur pasar beras organik di Kabupaten
Bondowoso yaitu beras organik yang beredar di pasaran saat ini tidak hanya beras
organik “Botanik”. Ada produk-produk beras organik lain yang beredar dan
dipasarkan di pasar. Jumlah produsen atau penjual beras organik di pasar
mengindikasikan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada jenis struktur
pasar persaingan tidak sempurna. Kendala dalam jumlah banyaknya stok produk
beras organik harus diproduksi ketika terjadi fluktuasi permintaan konsumen tidak
bisa diprediksi oleh produsen beras organik di Desa Lombok Kulon Kecamatan
Wonosari. Seringkali permintaan konsumen meningkat saat stok produk beras
organik sedang dalam produksi, maka perlu usaha peningkatan produksi beras
organik petani sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui (1) struktur pasar beras organik di Kabupaten
Bondowoso; (2) perilaku pasar beras organik di Kabupaten Bondowoso.
Penentuan sampel petani dan lembaga pemasaran beras organik di Desa Lombok
Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso ini menggunakan teknik
Snowball Sampling. Suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan
mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.
Hasil analisis MES (Minimum Efficient Scale) di tingkat RMU adalah sebesar
98,19% berarti menunjukan bahwa hambatan masuk keluar pasar beras organik
adalah sulit. Terbukti karena RMU Al-Barokah adalah satu-satunya perusahaan
yang mengolah padi organik menjadi beras organik di Desa Lombok Kulon. RMU
memiliki keleluasaan dalam menjual produk beras organik yang memiliki
12
keunggulan produk beras organik di Kabupaten Bondowoso. Hasil analisis MES
(Minimum Efficient Scale) di tingkat pedagang adalah sebesar 1,81% dengan
output sejumlah 800 kg Nilai MES di tingkat pedagang lebih kecil dari 10%
berarti menunjukan bahwa hambatan masuk keluar pasar beras organik adalah
tidak sulit.
Penelitian Ernita Dian Puspasari, Rosihan Asmara, Fitria Dina Riana, 2017
yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Bunga Mawar Potong (Studi Kasus di
Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) memiliki permasalah yaitu
biaya usahatani yang cukup besar, penggunaan tenaga kerja, serta biaya
perawatan. Selain itu, sifat dari bunga mawar yang mudah rusak setelah dipanen
juga merupakan suatu kendala dikarenakan komoditas ini dituntut untuk selalu
dalam keadaan segar pada saat sampai ke tangan konsumen. Di sisi lain, para
petani juga kurang menguasai situasi pasar, informasi harga, serta jarak antara
pasar dan lokasi produsen juga menyebabkan perubahan harga terjadi tidak
sampai ke petani. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh masukan untuk
upaya peningkatan pendapatan petani serta peningkatan penjualan bunga mawar
potong, khususnya di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan mengambil kasus di
Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penentuan lokasi dilakukan
secara sengaja didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah dengan potensi yang cukup baik namun dalam sistem pemasaran yang ada
masih belum dilaksanakan secara maksimal. Penentuan responden petani
produsen dilakukan secara “simple random sampling” yaitu metode acak
sederhana, karena sebagian besar petani di daerah tersebut mengusahakan
13
budidaya bunga mawar. Jumlah responden sebesar 38 orang petani dari jumlah
keseluruhan yang ada di lokasi penelitian. Prosedur pengambilan contohnya
dilakukan dengan metode snowball sampling.
Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan pada saluran 1 marjin
totalnya adalah sebesar Rp. 6.000/ 10 dan marjin total untuk saluran 2 sebesar Rp.
11.000/ 10 tangkai bunga mawar potong. Marjin yang ada pada setiap saluran
pemasaran belum didistribusikan adil dan proporsional diantara lembaga
pemasaran yang ada. Hal tersebut dikarenakan ada lembaga pemasaran
mengambil keuntungan lebih besar dari yang lain tidak sepadan dengan fungsi
pemasaran serta pengorbanan yang telah dilakukan.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Tinjauan Agronomi Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum L; Synon. A. cepa L. var ascalonicum
Backer) adalah tumbuhan hijau yang tumbuh secara tahunan. Tanaman bawang
merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India,
dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak
ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang
menggunakan bawang merah untuk pengobatan.
Bawang merah termasuk ke dalam genus Allium. Lebih dari 500 species
yang merupakan anggota Allium, akan tetapi yang telah dibudidayakan dapat
dibagi menjadi 7 Kelompok (JONES and MANN, 1963) sebagai berikut :
1. Allium cepa L. (Kelompok bawang biasa, seperti Bombay, Aggregatum
seperti Shallot (bawang merah) dan kelompok Proferium seperti bawang
Mesir. Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pipa.
14
2. Allium sativum L (bawang putih). Jenis bawang ini mempunyai daun
seperti pita.
3. Allium ampeloprasum L atau Allium porrum L (kelompok bawang prei
yang berbatang besar, kelompok bawang Timur atau “leek” dan kelompok
Kurrat). Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pita.
4. Allium fistulosum L (bawang bakung, Welsh atau Sibol). Jenis bawang ini
mempunyai daun seperti pipa.
5. Allium schoenoprasum L (bawang kucai atau chive). Jenis bawang ini
berdaun seperti jarum.
6. Allium chinense G. Don. (bawang Rakkyo).
7. Allium tuberosum Rottler ex Sprengel (bawang prei Cina).
Di atas telah ditunjukkan bahwa Allium cepa meliputi 3 meliputi 3
kelompok, tetapi yang terpenting ialah kelompok A. cepa car ascalonicum, yang
disingkat dengan Allium ascalonicum L (bawang merah atau brambang atau
shallot), kemudian menyusul A. Cepa L (bawang bombay). (Hendro S. Et
al,1979). Tanaman bawang merah lebih menghendaki daerah yang terbuka,
dengan penyinaran 70%. Apabila terlindung umbinya kecil. Sebetulnya bawang
merah dan bawang bombay termasuk ke dalam golongan yang untuk
pembentukan umbinya membutuhkan penyinaran hari panjang (lebih dari 14 jam
sehari), akan tetapi toleran terhadap hari netral dengan panjang penyinaran 12
jam, walaupun hasil umbinya lebih rendah daripada apabila ditanam di daerah
yang berhari panjang. Menurut Santoso (2008), tanaman bawang merah baik
ditanam di dataran rendah atau ketinggian sekitar 30 m dpl (di atas permukaan
laut). Curah hujan tahunan yang dibutuhkan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun dengan
15
bulan basah 5-7 bulan dan bulan kering 4-6 bulan. Suhu udara untuk tanaman ini
25-32ºC, kelembaban sedang, dan cukup mendapatkan sinar matahari langsung.
Jenis tanah yang dikehendaki adalah tanah lempung berpasir atau lempung
berdebu dengan keasaman (pH) 6-6,8. Kedalaman air tanah sebaiknya sekitar
50cm dari permukaan tanah.
Jenis tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah liat
yang mengandung pasir, banyak mengandung bahan organik atau humus, gembur,
solumnya dalam, sirkulasi udara dan drainase dalam tanah baik. Tanaman bawang
merah dapat tumbuh optimal di tanah dengan pH antara 5,8 – 7, tetapi masih
toleran terhadap tanah dengan pH 5,5. pH tanah berpengaruh terhadap kegiatan
organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara
yang dapat diserap oleh tanaman (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Keunggulan varietas bawang merah ditentukan oleh produksi yang tinggi
(lebih dari 10 ton/ha), kualitas umbi (bentuk bulat sampai seperti telur, warna
merah kuning mengkilat, umbi kompak, keras dan lain-lain), tahan terhadap
penyakit embun, busuk umbi dan lain-lain serta tahan terhadap hujan. Varietas
khusus daerah dapat saja terbentuk karena ulah manusia juga. Bawang merah
yang ditanam melalui umbi atau, dengan kata lain, secara vegeratif, keturunannya
tidak akan berubah secara drastis, sepertinya halnya dengan pengembangan
melalui persilangan. Perbedaan produktivitas dari setiap kultivar tidak hanya
bergantung pada sifatnya, namun juga banyak terpengaruh oleh situasi dan
kondisu daerah. Perabukan, iklim, pengairan, dan tanahnya merupakan faktor
penentu dalam produktivitas maupun kualitas umbi bawang merah (Rismunandar,
1989). Umur tanaman bawang merah siap panen bervariasi antara 60 – 90 hari
16
tergantung varietasnya. Ciri – ciri tanaman bawang merah yang siap panen adalah
umbi tampak besar dan beberapa daun berwarna kecoklatan. Keadaan tanah pada
saat panen diusahakan kering untuk mencegah terjadinya pembusukan umbi
(Sudarmanto, 2009).
Selain sebagai antioksidan, bawang merah juga dilaporkan memiliki fungsi
antijamur. Anti jamur dalam bawang merah diujikan pada Candida albigans, 3
spesies dermathopythes, dan Syncephalastrum, Aspergilus niger, Penicilium sp.,
Cladosporium sp. Ekstrak bawang merah melibatkan aktifitas luar biasa
menghadapi jamur saprophytic, Candida dan dermatophytes (Mahmoudabadi &
Nasery, 2009).
Senyawa yang mudah menguap disebut senyawa volatil, dan rasa khas
pada bawang merah tidak lepas dari kerja enzim alinase. Enzim alinase mengubah
substrat menjadi asam sulfur, amonia dan piruvat. Asam sulfur kemudian terjadi
reaksi sehingga menguap, menghasilkan aroma kuat dan bereaksi menimbulkan
air mata (Brewster, 2008).
2.2.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah
Selama periode 1977 hingga 2007 terjadi peningkatan produksi dan
produktivitas yang sangat mengesankan namun perkembangan tersebut tidak
diikuti oleh areal tanamnya. Selama periode tersebut terjadi kecenderungan
penurunan pertumbuhan produksi maupun produktivitasnya. Produksi bawang
merah yang pada periode 1977 – 1987 rata – rata tumbuh 12,16 % mengalami
penurunan menjadi 5,18 % ( periode 1987 – 1997 ) dan terus menurun hingga
2,01 % pada periode 1997 – 2007. Selaras dengan itu, pertumbuhan
17
produktivitasnya juga mengalami penurunan dari 4,74 % pada periode 1977 –
1987 menjadi 2,31 % dan 1,10 % pada periode 1997 – 2007 (Wibowo, 2009).
Produksi bawang merah sampai saat ini masih terpusat di beberapa
kabupaten di Jawa, yaitu Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bantul,
Nganjuk, dan Probolinggo. Berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura Departemen
Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Begitu pula produksi bawang merah cenderung meningkat.
Pada tahun 2007, permintaan bawang merah sebesar 909.853 ton sedangkan pada
tahun 2008, permintaan bawang merah meningkat menjadi 934.301 ton. Produksi
bawang merah dalam negeri tahun 2007 sebesar 807.000 ton dan tahun 2008
sebesar 855.000 ton.
Musim kemarau merupakan bulan – bulan yang baik untuk menghasilkan
bawang. Satu kilogram bibit bisa menghasilkan panen sebanyak lima belas
kilogram bawang merah. Hal inilah yang mengakibatkan pada bulan-bulan seperti
Mei sampai September panen bawang meningkat. Lain halnya pada bulan-bulan
Oktober sampai dengan Maret yaitu pada musim penghujan merupakan bulan-
bulan yang tidak baik dalam produksi bawang merah. Satu kilogram bibit hanya
bisa menghasilkan panen sekitar lima kilogram bawang merah dengan ukuran
yang kecil (Tim Bina Karya Tani, 2008).
2.3 Landasan Teori
1. Pemasaran
Pemasaran (bahasa Inggris: marketing) adalah aktivitas, serangkaian
institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan
mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan
18
masyarakat umum.Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan di mana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan
dari sebuah perusahaan, karna potensi untuk menjual proposisi terbatas pada
jumlah orang yang mengetahui hal tersebut. Hal ini juga didukung oleh pendapat
Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan
bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.”
Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya
pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi kritis
justru usaha kecil yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan
masyarakat.
Hasyim (2012), menyatakan bahwa pemasaran atau tataniaga adalah
semua kegiatan yang bertujuan untuk mempelancar arus barang atau jasa dari
produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud menciptakan
permintaan efektif. Tataniaga atau pemasaran adalah proses pertukaran yang
mencangkup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang
atau jasa dari produsen ke konsumen dengan melibatkan pihak produsen,
konsumen, dan lembaga perantara pemasaran dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan di satu pihak dan kepuasan di pihak lain (Susanto, 2007).
2. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran
Aliran produk dari petani hingga sampai ke konsumen dalam proses
pemasaran hasil pertanian akan menciptakan suatu rangkaian yang disebut saluran
pemasaran. Saluran pemasaran yang terbentuk berbeda-beda sesuai dengan
komoditinya.
19
Kotler et al (2005 : 221) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai
seperangkat organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses
penyedian produk atau layanan sehingga dapat digunakan atau dikonsumsi.
Saluran pemasaran melaksanakan pekerjaan pemindahan barang dari produsen ke
konsumen. Hal tersebut mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan
yang memisahkan barang dan layanan dari mereka yang membutuhkan atau
menginginkan.
Panjang pendeknya saluran pemasaran yang terbentuk dalam proses
pemasaran dapat dilihat dari banyaknya lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
didalamnya. Peran lembaga pemasaran dalam proses pemasaran adalah
menyalurkan produk hingga sampai ke tangan konsumen, baik itu konsumen
rumah tangga maupun industri. Lembaga-lembaga pemasaran inilah yang akan
menjalankan fungsi-fungsi pemasaran.
Menurut Swastha (2000 : 207), dalam penyaluran barang konsumsi yang
ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap
saluran, produsen mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor
dan cabang penjualan. Selanjutnya, produsen juga dapat menggunakan lebih dari
satu pedagang besar ke pedagang besar lainnya. Adapun macam-macam saluran
distribusi barang konsumsi tersebut yaitu :
a. Produsen - konsumen
b. Produsen - pengecer - konsumen
c. Produsen - pedagang besar - pengecer - konsumen
d. Produsen - agen - pengecer - konsumen
e. Produsen - agen - pedagang besar - pengecer – konsumen
20
3. Margin Pemasaran
Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai selisih harga antara yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Panjang pendeknya
sebuah saluran pemasaran dapat mempengaruhi marginnya, semakin panjang
saluran pemasaran maka semakin besar pula margin pemasarannya, sebab
lembaga pemasaran yang terlibat semakin banyak. Besarnya angka marjin
pemasaran dapat menyebabkan bagian harga yang diterima oleh petani produsen
semakin kecil dibandingkan dengan harga yang dibayarkan konsumen langsung
petani, sehingga saluran pemasaran yang terjadi atau semakin panjang dapat
dikatakan tidak efisien (Istiyanti, 2010). Margin pemasaran ini oleh pedagang
perantara dialokasikan di antaranya untuk biaya-biaya yang diperlukan lembaga
pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran
atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga yang terlibat di dalam
penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran,
dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka saluran pemasaran
tersebut akan semakin tidak efisien.
4. Efisiensi Pemasaran
Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output
pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk
memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan
efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau
mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002 : 233) . Menurut Soekartawi
(1993), ada beberapa faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi
pemasaran, yaitu:
21
a. Keuntungan pemasaran
b. Harga yang diterima konsumen
c. Tersedianya fasilitas fisik dan pemasaran
d. Kompetisi pasar
Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu
mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan
biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang
ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut. Yang dimaksud
adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai
sumbangan masing-masing (Mubyarto, 1994).
5. Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah biaya selain harga barang/jasa yang dikeluarkan
dalam perdagangan barang/jasa. Biaya transaksi dikategorikan sebagai biaya yang
dikeluarkan diluar atau selain dari biaya produksi. Keberadaan biaya ini akan
meningkatkan total biaya yang akan dikeluarkan dalam sebuah usaha. Tingginya
biaya yang akan dikeluarkan pelaku usaha karena adanya biaya transaksi akan
mengakibatkan perbedaan harga yang diterima oleh konsumen dan harga yang
diterima oleh produsen. Coase dalam Moss (2013), mengatakan bahwa biaya
transaksi adalah biaya yang tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang
terjadi baik pertukaran barang/jasa ataupun pertukaran informasi akan
menghasilkan sebuah biaya pertukaran yaitu biaya transaksi.
Keberadaan biaya transaksi akan membuat pengalokasian dana untuk
biaya yang harus dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal ini dapat
22
berkontribusi dalam perbaikan usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya
biaya transaksi maka keuntungan usaha bisa dikendalikan dengan baik. D’Hondt
(2008) mengatakan bahwa biaya transaksi yang rendah secara otomatis akan
meningkatkan keuntungan yang dalam hal ini berarti bahwa peningkatan biaya
transaksi akan menurunkan tingkat keuntungan. Oleh sebab itu, biaya transaksi
pada akhirnya akan mengakibatnya terjadinya inefisiensi keuntungan yang akan
diterima oleh pelaku usaha atau produsen.
Beberapa jenis biaya transaksi dalam usahatani terdiri atas biaya
informasi, biaya negosiasi, biaya koordinasi, biaya pelaksanaan dan biaya
monitoring. Biaya informasi menurut Baye (2010) adalah setiap biaya yang
dikeluarkan dalam sebuah usaha untuk mendapatkan informasi mengenai
kepentingan usaha, misalnya informasi harga, informasi budidaya, ataupun
informasi mengenai sumber pembiayaan. Biaya negosiasi adalah biaya yang
dikeluarkan saat melakukan negosiasi dengan pihak yang ingin diajak
bekerjasama (Baye, 2010; Williamson, 1989).
6. Struktur Pasar
Menurut Hasyim (2012), untuk melakukan analisis terhadap sistem atau
organisasi pasar dapat dilakukan dengan model S-C-P (structure, conduct dan
performance). Pada dasarnya, sistem atau organisasi pasar dapat dikelompokkan
ke dalam tiga komponen, yaitu :
Struktur pasar (market structure) merupakan gambaran hubungan antara
penjual dan pembeli, yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi
produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition). Struktur pasar
dikatakan bersaing bila jumlah pembeli dan penjual banyak, pembeli dan penjual
23
hanya menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan sehingga masing-
masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada gejala
konsentrasi, produk homogen, dan bebas untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar
yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual
tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada
beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).
Perilaku pasar (market conduct) merupakan gambaran tingkah laku
lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar, untuk tujuan mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya, yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan,
penentuan harga, serta siasat pasar, seperti : potongan harga, penimbangan yang
curang, dan lain-lain.
Keragaan pasar (market performance) merupakan gambaran gejala pasar
yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku
pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar cenderung
bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Menganalisis
keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu :
(1) Saluran pemasaran
Saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-
barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Pemasaran
komoditas pertanian sering dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang yang
melibatkan banyak pelaku pemasaran. Dalam Hanafiah dan Saefuddin (1983),
panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui tergantung dari beberapa
faktor, yaitu jarak antara produsen dan konsumen, cepat tidaknya produk rusak,
skala produksi, dan posisi keuangan pengusaha.
24
(2) Harga, biaya, dan volume penjualan
Keragaan pasar juga berkenaan dengan harga, biaya, dan volume
penjualan masing-masing tingkat pasar, dimulai dari tingkat petani, pedagang
sampai ke konsumen.
(3) Pangsa produsen
Pangsa produsen atau produser’s share (PS) bertujuan untuk mengetahui
bagian harga yang diterima petani (produsen). Apabila produser’s share (PS)
semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen.
(4) Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin
Secara umum, marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang
diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Untuk melihat
efisiensi pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran rasio marjin
keuntungan atau rasio profit marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran yang
terlibat dalam proses pemasaran. Rasio margin keuntungan adalah perbandingan
antara tingkat keuntungan diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan oleh setiap
lembaga pemasaran yang bersangkutan.
Menurut Saefuddin (1983) dalam Susanto (2007), semua kegiatan
ekonomi, termasuk pemasaran, menghendaki adanya efisiensi. Kriteria yang dapat
digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran ada empat macam, yaitu (1)
marjin pemasaran, (2) harga pada tingkat konsumen, (3) tersedianya fasilitas fisik
dan pemasaran, dan (4) tingkat persaingan pasar. Namun, indikator marjin
pemasaran lebih sering digunakan karena melalui analisis marjin pemasaran dapat
25
diketahui tingkat efisiensi operasional (teknologi) serta efisiensi harga (ekonomi)
dari suatu pemasaran.
2.4 Kerangka Pemikiran
Proses pemasaran bawang merah terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu
petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara dan konsumen akhir.
Beberapa petani atau produsen menjual langsung hasil panennya kepada
konsumen. Produsen yang menjual hasil panennya kepada pedagang perantara.
Panjang-pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah
pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut. Pedagang perantara
mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Fungsi – fungsi
pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau
transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta kegiatan pendistribusian,
penerapan standardisasi produk, penyediaan dana (financing), penanggungan
resiko, serta penyediaan informasi pasar.
Kegiatan usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi di sektor
pertanian, yaitu dengan memasukkan faktor alam dengan faktor-faktor produksi
lain untuk menghasilkan output pertanian (barang atau jasa). Produksi adalah
suatu metode atau teknik dalam menghasilkan produk dengan memanfaatkan
faktor-faktor produksi yang tersedia. Penggunaan faktor-faktor produksi yang
efesien merupakan hal mutlak ada dalam proses produksi untuk keberhasilan
produksi, karena keuntungan maksimum hanya akan tercapai dengan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi secara efisien.
26
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Petani Bawang Merah
Pemasaran Bawang merah
Saluran
Pemasaran ke
1
Saluran
Pemasaran ke 2
Saluran
Pemasaran ke n
Farmer’s Share
Fs = Pf × 100%
Pr
Efisiensi Pemasaran
Margin
Pemasaran
MP = Pr – Pf
Market Share
Ms = Hp ×
100%
Ht
Saluran Pemasaran
yang Efisien