18
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Resky Maysari, Zulkifli Sjamsir, Nurhapsa, 2017 melakukan penelitian yang berjudul Pola Distribusi dan Margin Pemasaran Bawang Merah di Kota Parepare memiliki permasalahan yaitu jumlah produksi bawang merah yang dihasilkan di Kota Parepare tidak bisa memenuhi permintaan konsumen di Kota Parepare. Terjadi permasalahan pada distribusi bawang merah, salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pasokan dari daerah sentra produksi untuk dipasarkan di Kota Parepare. Jika kondisi ini terjadi maka akan berdampak pada meningkatnya biaya distribusi atau transportasi, sehingga marjin distribusi pun turut meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji pola distribusi pemasaran bawang merah di Kota Pareparedan Menganalisis margin pemasaran pada setiap saluran distribusi pemasaran bawang merah di Kota Parepare. Penelitian Luhut Sihombing (2005) mengenai analisis tataniaga kentang di Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga kentang, yaitu : Saluran I : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul - Grosir - Pedagang Pengecer - Konsumen Sumatera Utara Saluran II : Petani - Pedagang Desa Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Grosir- Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta/Jawa Saluran III : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul PedaganG Besar Eksportir - Konsumen Luar Negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/54212/9/BAB II.pdf · yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Bunga Mawar Potong (Studi Kasus di Desa Gunungsari,

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Resky Maysari, Zulkifli Sjamsir, Nurhapsa, 2017 melakukan penelitian

yang berjudul Pola Distribusi dan Margin Pemasaran Bawang Merah di Kota

Parepare memiliki permasalahan yaitu jumlah produksi bawang merah yang

dihasilkan di Kota Parepare tidak bisa memenuhi permintaan konsumen di Kota

Parepare. Terjadi permasalahan pada distribusi bawang merah, salah satu faktor

penyebabnya adalah kurangnya pasokan dari daerah sentra produksi untuk

dipasarkan di Kota Parepare. Jika kondisi ini terjadi maka akan berdampak pada

meningkatnya biaya distribusi atau transportasi, sehingga marjin distribusi pun

turut meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengkaji pola distribusi

pemasaran bawang merah di Kota Pareparedan Menganalisis margin pemasaran

pada setiap saluran distribusi pemasaran bawang merah di Kota Parepare.

Penelitian Luhut Sihombing (2005) mengenai analisis tataniaga kentang di

Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran tataniaga

kentang, yaitu :

Saluran I : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul - Grosir -

Pedagang Pengecer - Konsumen Sumatera Utara

Saluran II : Petani - Pedagang Desa Pedagang Pengumpul Pedagang Besar –

Grosir- Pedagang Pengecer Konsumen Jakarta/Jawa

Saluran III : Petani - Pedagang Desa - Pedagang Pengumpul – PedaganG Besar –

Eksportir - Konsumen Luar Negeri

10

Penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah

penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh rendahnya profit share petani,

tingginya marjin pemasaran (marketing margin) dan nisbah marjin keuntungan

yang kurang merata diantara pedagang perantara (middlemen).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai tunai

yang diterima petani produsen adalah sebesar Rp 2.750,75/kg (farmer’s share

74,95 %). Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani adalah Rp

2.265,87/kg, dengan demikian profit share petani sebesar 13,21 % dari harga

konsumen akhir. Marjin pemasaran kentang sebesar Rp 919,15/kg. Besarnya

nisbah marjin keuntungan pada masing-masing pedagang perantara yaitu pada

pedagang desa sebesar 3,92 %, pada pedagang pengumpul sebesar 6,23 %, pada

pedagang besar sebesar 2,25 % serta pada eksportir sebesar 1,10 %.

Widiyanti (2008) meneliti tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Talas

(Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat). Hasil analisis pemasaran talas diketahui bahwa pemasaran talas terbentuk

tiga pola saluran pemasaran. Pola saluran pemasaran 1 terdiri dari; petani –

pedagang pengumpul Desa (tengkulak) - pedagang pengecer – konsumen. Sistem

pemasaran talas yang paling efisien terjadi pada saluran pemasaran 2. Hal ini

dikatakan demikian karena dapat dilihat bahwa pola saluran 2 memiliki volume

pemasaran talas paling besar jika dibandingkan dengan pola pemasaran yang lain,

dan telah cukup memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat, yaitu;

petani, pedagang perantara (pedagang pengumpul desa, pedagang besar dan

pedagang pengecer) dan konsumen.

11

Penelitian Reinita Dwi Putri Anggraini, Rudi Wibowo, M.Rondhi, 2018

yang berjudul Analisis Pemasaran Beras Organik di Kabupaten Bondowoso

memiliki permasalahan dalam struktur pasar beras organik di Kabupaten

Bondowoso yaitu beras organik yang beredar di pasaran saat ini tidak hanya beras

organik “Botanik”. Ada produk-produk beras organik lain yang beredar dan

dipasarkan di pasar. Jumlah produsen atau penjual beras organik di pasar

mengindikasikan bahwa struktur pasar cenderung mengarah pada jenis struktur

pasar persaingan tidak sempurna. Kendala dalam jumlah banyaknya stok produk

beras organik harus diproduksi ketika terjadi fluktuasi permintaan konsumen tidak

bisa diprediksi oleh produsen beras organik di Desa Lombok Kulon Kecamatan

Wonosari. Seringkali permintaan konsumen meningkat saat stok produk beras

organik sedang dalam produksi, maka perlu usaha peningkatan produksi beras

organik petani sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui (1) struktur pasar beras organik di Kabupaten

Bondowoso; (2) perilaku pasar beras organik di Kabupaten Bondowoso.

Penentuan sampel petani dan lembaga pemasaran beras organik di Desa Lombok

Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso ini menggunakan teknik

Snowball Sampling. Suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan

mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus.

Hasil analisis MES (Minimum Efficient Scale) di tingkat RMU adalah sebesar

98,19% berarti menunjukan bahwa hambatan masuk keluar pasar beras organik

adalah sulit. Terbukti karena RMU Al-Barokah adalah satu-satunya perusahaan

yang mengolah padi organik menjadi beras organik di Desa Lombok Kulon. RMU

memiliki keleluasaan dalam menjual produk beras organik yang memiliki

12

keunggulan produk beras organik di Kabupaten Bondowoso. Hasil analisis MES

(Minimum Efficient Scale) di tingkat pedagang adalah sebesar 1,81% dengan

output sejumlah 800 kg Nilai MES di tingkat pedagang lebih kecil dari 10%

berarti menunjukan bahwa hambatan masuk keluar pasar beras organik adalah

tidak sulit.

Penelitian Ernita Dian Puspasari, Rosihan Asmara, Fitria Dina Riana, 2017

yang berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Bunga Mawar Potong (Studi Kasus di

Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) memiliki permasalah yaitu

biaya usahatani yang cukup besar, penggunaan tenaga kerja, serta biaya

perawatan. Selain itu, sifat dari bunga mawar yang mudah rusak setelah dipanen

juga merupakan suatu kendala dikarenakan komoditas ini dituntut untuk selalu

dalam keadaan segar pada saat sampai ke tangan konsumen. Di sisi lain, para

petani juga kurang menguasai situasi pasar, informasi harga, serta jarak antara

pasar dan lokasi produsen juga menyebabkan perubahan harga terjadi tidak

sampai ke petani. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh masukan untuk

upaya peningkatan pendapatan petani serta peningkatan penjualan bunga mawar

potong, khususnya di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Penelitian ini dilakukan melalui metode survei dengan mengambil kasus di

Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penentuan lokasi dilakukan

secara sengaja didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

daerah dengan potensi yang cukup baik namun dalam sistem pemasaran yang ada

masih belum dilaksanakan secara maksimal. Penentuan responden petani

produsen dilakukan secara “simple random sampling” yaitu metode acak

sederhana, karena sebagian besar petani di daerah tersebut mengusahakan

13

budidaya bunga mawar. Jumlah responden sebesar 38 orang petani dari jumlah

keseluruhan yang ada di lokasi penelitian. Prosedur pengambilan contohnya

dilakukan dengan metode snowball sampling.

Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan pada saluran 1 marjin

totalnya adalah sebesar Rp. 6.000/ 10 dan marjin total untuk saluran 2 sebesar Rp.

11.000/ 10 tangkai bunga mawar potong. Marjin yang ada pada setiap saluran

pemasaran belum didistribusikan adil dan proporsional diantara lembaga

pemasaran yang ada. Hal tersebut dikarenakan ada lembaga pemasaran

mengambil keuntungan lebih besar dari yang lain tidak sepadan dengan fungsi

pemasaran serta pengorbanan yang telah dilakukan.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Tinjauan Agronomi Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum L; Synon. A. cepa L. var ascalonicum

Backer) adalah tumbuhan hijau yang tumbuh secara tahunan. Tanaman bawang

merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India,

dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak

ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir Kuno sudah banyak orang

menggunakan bawang merah untuk pengobatan.

Bawang merah termasuk ke dalam genus Allium. Lebih dari 500 species

yang merupakan anggota Allium, akan tetapi yang telah dibudidayakan dapat

dibagi menjadi 7 Kelompok (JONES and MANN, 1963) sebagai berikut :

1. Allium cepa L. (Kelompok bawang biasa, seperti Bombay, Aggregatum

seperti Shallot (bawang merah) dan kelompok Proferium seperti bawang

Mesir. Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pipa.

14

2. Allium sativum L (bawang putih). Jenis bawang ini mempunyai daun

seperti pita.

3. Allium ampeloprasum L atau Allium porrum L (kelompok bawang prei

yang berbatang besar, kelompok bawang Timur atau “leek” dan kelompok

Kurrat). Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pita.

4. Allium fistulosum L (bawang bakung, Welsh atau Sibol). Jenis bawang ini

mempunyai daun seperti pipa.

5. Allium schoenoprasum L (bawang kucai atau chive). Jenis bawang ini

berdaun seperti jarum.

6. Allium chinense G. Don. (bawang Rakkyo).

7. Allium tuberosum Rottler ex Sprengel (bawang prei Cina).

Di atas telah ditunjukkan bahwa Allium cepa meliputi 3 meliputi 3

kelompok, tetapi yang terpenting ialah kelompok A. cepa car ascalonicum, yang

disingkat dengan Allium ascalonicum L (bawang merah atau brambang atau

shallot), kemudian menyusul A. Cepa L (bawang bombay). (Hendro S. Et

al,1979). Tanaman bawang merah lebih menghendaki daerah yang terbuka,

dengan penyinaran 70%. Apabila terlindung umbinya kecil. Sebetulnya bawang

merah dan bawang bombay termasuk ke dalam golongan yang untuk

pembentukan umbinya membutuhkan penyinaran hari panjang (lebih dari 14 jam

sehari), akan tetapi toleran terhadap hari netral dengan panjang penyinaran 12

jam, walaupun hasil umbinya lebih rendah daripada apabila ditanam di daerah

yang berhari panjang. Menurut Santoso (2008), tanaman bawang merah baik

ditanam di dataran rendah atau ketinggian sekitar 30 m dpl (di atas permukaan

laut). Curah hujan tahunan yang dibutuhkan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun dengan

15

bulan basah 5-7 bulan dan bulan kering 4-6 bulan. Suhu udara untuk tanaman ini

25-32ºC, kelembaban sedang, dan cukup mendapatkan sinar matahari langsung.

Jenis tanah yang dikehendaki adalah tanah lempung berpasir atau lempung

berdebu dengan keasaman (pH) 6-6,8. Kedalaman air tanah sebaiknya sekitar

50cm dari permukaan tanah.

Jenis tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah liat

yang mengandung pasir, banyak mengandung bahan organik atau humus, gembur,

solumnya dalam, sirkulasi udara dan drainase dalam tanah baik. Tanaman bawang

merah dapat tumbuh optimal di tanah dengan pH antara 5,8 – 7, tetapi masih

toleran terhadap tanah dengan pH 5,5. pH tanah berpengaruh terhadap kegiatan

organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara

yang dapat diserap oleh tanaman (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Keunggulan varietas bawang merah ditentukan oleh produksi yang tinggi

(lebih dari 10 ton/ha), kualitas umbi (bentuk bulat sampai seperti telur, warna

merah kuning mengkilat, umbi kompak, keras dan lain-lain), tahan terhadap

penyakit embun, busuk umbi dan lain-lain serta tahan terhadap hujan. Varietas

khusus daerah dapat saja terbentuk karena ulah manusia juga. Bawang merah

yang ditanam melalui umbi atau, dengan kata lain, secara vegeratif, keturunannya

tidak akan berubah secara drastis, sepertinya halnya dengan pengembangan

melalui persilangan. Perbedaan produktivitas dari setiap kultivar tidak hanya

bergantung pada sifatnya, namun juga banyak terpengaruh oleh situasi dan

kondisu daerah. Perabukan, iklim, pengairan, dan tanahnya merupakan faktor

penentu dalam produktivitas maupun kualitas umbi bawang merah (Rismunandar,

1989). Umur tanaman bawang merah siap panen bervariasi antara 60 – 90 hari

16

tergantung varietasnya. Ciri – ciri tanaman bawang merah yang siap panen adalah

umbi tampak besar dan beberapa daun berwarna kecoklatan. Keadaan tanah pada

saat panen diusahakan kering untuk mencegah terjadinya pembusukan umbi

(Sudarmanto, 2009).

Selain sebagai antioksidan, bawang merah juga dilaporkan memiliki fungsi

antijamur. Anti jamur dalam bawang merah diujikan pada Candida albigans, 3

spesies dermathopythes, dan Syncephalastrum, Aspergilus niger, Penicilium sp.,

Cladosporium sp. Ekstrak bawang merah melibatkan aktifitas luar biasa

menghadapi jamur saprophytic, Candida dan dermatophytes (Mahmoudabadi &

Nasery, 2009).

Senyawa yang mudah menguap disebut senyawa volatil, dan rasa khas

pada bawang merah tidak lepas dari kerja enzim alinase. Enzim alinase mengubah

substrat menjadi asam sulfur, amonia dan piruvat. Asam sulfur kemudian terjadi

reaksi sehingga menguap, menghasilkan aroma kuat dan bereaksi menimbulkan

air mata (Brewster, 2008).

2.2.2 Tinjauan Ekonomi Bawang Merah

Selama periode 1977 hingga 2007 terjadi peningkatan produksi dan

produktivitas yang sangat mengesankan namun perkembangan tersebut tidak

diikuti oleh areal tanamnya. Selama periode tersebut terjadi kecenderungan

penurunan pertumbuhan produksi maupun produktivitasnya. Produksi bawang

merah yang pada periode 1977 – 1987 rata – rata tumbuh 12,16 % mengalami

penurunan menjadi 5,18 % ( periode 1987 – 1997 ) dan terus menurun hingga

2,01 % pada periode 1997 – 2007. Selaras dengan itu, pertumbuhan

17

produktivitasnya juga mengalami penurunan dari 4,74 % pada periode 1977 –

1987 menjadi 2,31 % dan 1,10 % pada periode 1997 – 2007 (Wibowo, 2009).

Produksi bawang merah sampai saat ini masih terpusat di beberapa

kabupaten di Jawa, yaitu Kuningan, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bantul,

Nganjuk, dan Probolinggo. Berdasarkan data dari Ditjen Hortikultura Departemen

Pertanian, permintaan bawang merah secara nasional dari tahun ke tahun

cenderung meningkat. Begitu pula produksi bawang merah cenderung meningkat.

Pada tahun 2007, permintaan bawang merah sebesar 909.853 ton sedangkan pada

tahun 2008, permintaan bawang merah meningkat menjadi 934.301 ton. Produksi

bawang merah dalam negeri tahun 2007 sebesar 807.000 ton dan tahun 2008

sebesar 855.000 ton.

Musim kemarau merupakan bulan – bulan yang baik untuk menghasilkan

bawang. Satu kilogram bibit bisa menghasilkan panen sebanyak lima belas

kilogram bawang merah. Hal inilah yang mengakibatkan pada bulan-bulan seperti

Mei sampai September panen bawang meningkat. Lain halnya pada bulan-bulan

Oktober sampai dengan Maret yaitu pada musim penghujan merupakan bulan-

bulan yang tidak baik dalam produksi bawang merah. Satu kilogram bibit hanya

bisa menghasilkan panen sekitar lima kilogram bawang merah dengan ukuran

yang kecil (Tim Bina Karya Tani, 2008).

2.3 Landasan Teori

1. Pemasaran

Pemasaran (bahasa Inggris: marketing) adalah aktivitas, serangkaian

institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan

mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan

18

masyarakat umum.Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi

perusahaan di mana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan

dari sebuah perusahaan, karna potensi untuk menjual proposisi terbatas pada

jumlah orang yang mengetahui hal tersebut. Hal ini juga didukung oleh pendapat

Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan

bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.”

Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya

pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi kritis

justru usaha kecil yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan

masyarakat.

Hasyim (2012), menyatakan bahwa pemasaran atau tataniaga adalah

semua kegiatan yang bertujuan untuk mempelancar arus barang atau jasa dari

produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud menciptakan

permintaan efektif. Tataniaga atau pemasaran adalah proses pertukaran yang

mencangkup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang

atau jasa dari produsen ke konsumen dengan melibatkan pihak produsen,

konsumen, dan lembaga perantara pemasaran dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan di satu pihak dan kepuasan di pihak lain (Susanto, 2007).

2. Saluran Pemasaran dan Lembaga Pemasaran

Aliran produk dari petani hingga sampai ke konsumen dalam proses

pemasaran hasil pertanian akan menciptakan suatu rangkaian yang disebut saluran

pemasaran. Saluran pemasaran yang terbentuk berbeda-beda sesuai dengan

komoditinya.

19

Kotler et al (2005 : 221) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai

seperangkat organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses

penyedian produk atau layanan sehingga dapat digunakan atau dikonsumsi.

Saluran pemasaran melaksanakan pekerjaan pemindahan barang dari produsen ke

konsumen. Hal tersebut mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan kepemilikan

yang memisahkan barang dan layanan dari mereka yang membutuhkan atau

menginginkan.

Panjang pendeknya saluran pemasaran yang terbentuk dalam proses

pemasaran dapat dilihat dari banyaknya lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat

didalamnya. Peran lembaga pemasaran dalam proses pemasaran adalah

menyalurkan produk hingga sampai ke tangan konsumen, baik itu konsumen

rumah tangga maupun industri. Lembaga-lembaga pemasaran inilah yang akan

menjalankan fungsi-fungsi pemasaran.

Menurut Swastha (2000 : 207), dalam penyaluran barang konsumsi yang

ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap

saluran, produsen mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor

dan cabang penjualan. Selanjutnya, produsen juga dapat menggunakan lebih dari

satu pedagang besar ke pedagang besar lainnya. Adapun macam-macam saluran

distribusi barang konsumsi tersebut yaitu :

a. Produsen - konsumen

b. Produsen - pengecer - konsumen

c. Produsen - pedagang besar - pengecer - konsumen

d. Produsen - agen - pengecer - konsumen

e. Produsen - agen - pedagang besar - pengecer – konsumen

20

3. Margin Pemasaran

Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai selisih harga antara yang

dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen. Panjang pendeknya

sebuah saluran pemasaran dapat mempengaruhi marginnya, semakin panjang

saluran pemasaran maka semakin besar pula margin pemasarannya, sebab

lembaga pemasaran yang terlibat semakin banyak. Besarnya angka marjin

pemasaran dapat menyebabkan bagian harga yang diterima oleh petani produsen

semakin kecil dibandingkan dengan harga yang dibayarkan konsumen langsung

petani, sehingga saluran pemasaran yang terjadi atau semakin panjang dapat

dikatakan tidak efisien (Istiyanti, 2010). Margin pemasaran ini oleh pedagang

perantara dialokasikan di antaranya untuk biaya-biaya yang diperlukan lembaga

pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran

atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga yang terlibat di dalam

penyampaiannya. Margin pemasaran ini akan mempengaruhi efisiensi pemasaran,

dalam banyak hal semakin tinggi biaya pemasaran maka saluran pemasaran

tersebut akan semakin tidak efisien.

4. Efisiensi Pemasaran

Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output

pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat digunakan untuk

memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan

efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau

mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono, 2002 : 233) . Menurut Soekartawi

(1993), ada beberapa faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi

pemasaran, yaitu:

21

a. Keuntungan pemasaran

b. Harga yang diterima konsumen

c. Tersedianya fasilitas fisik dan pemasaran

d. Kompetisi pasar

Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu

mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan

biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari

keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang

ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut. Yang dimaksud

adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai

sumbangan masing-masing (Mubyarto, 1994).

5. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya selain harga barang/jasa yang dikeluarkan

dalam perdagangan barang/jasa. Biaya transaksi dikategorikan sebagai biaya yang

dikeluarkan diluar atau selain dari biaya produksi. Keberadaan biaya ini akan

meningkatkan total biaya yang akan dikeluarkan dalam sebuah usaha. Tingginya

biaya yang akan dikeluarkan pelaku usaha karena adanya biaya transaksi akan

mengakibatkan perbedaan harga yang diterima oleh konsumen dan harga yang

diterima oleh produsen. Coase dalam Moss (2013), mengatakan bahwa biaya

transaksi adalah biaya yang tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang

terjadi baik pertukaran barang/jasa ataupun pertukaran informasi akan

menghasilkan sebuah biaya pertukaran yaitu biaya transaksi.

Keberadaan biaya transaksi akan membuat pengalokasian dana untuk

biaya yang harus dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal ini dapat

22

berkontribusi dalam perbaikan usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya

biaya transaksi maka keuntungan usaha bisa dikendalikan dengan baik. D’Hondt

(2008) mengatakan bahwa biaya transaksi yang rendah secara otomatis akan

meningkatkan keuntungan yang dalam hal ini berarti bahwa peningkatan biaya

transaksi akan menurunkan tingkat keuntungan. Oleh sebab itu, biaya transaksi

pada akhirnya akan mengakibatnya terjadinya inefisiensi keuntungan yang akan

diterima oleh pelaku usaha atau produsen.

Beberapa jenis biaya transaksi dalam usahatani terdiri atas biaya

informasi, biaya negosiasi, biaya koordinasi, biaya pelaksanaan dan biaya

monitoring. Biaya informasi menurut Baye (2010) adalah setiap biaya yang

dikeluarkan dalam sebuah usaha untuk mendapatkan informasi mengenai

kepentingan usaha, misalnya informasi harga, informasi budidaya, ataupun

informasi mengenai sumber pembiayaan. Biaya negosiasi adalah biaya yang

dikeluarkan saat melakukan negosiasi dengan pihak yang ingin diajak

bekerjasama (Baye, 2010; Williamson, 1989).

6. Struktur Pasar

Menurut Hasyim (2012), untuk melakukan analisis terhadap sistem atau

organisasi pasar dapat dilakukan dengan model S-C-P (structure, conduct dan

performance). Pada dasarnya, sistem atau organisasi pasar dapat dikelompokkan

ke dalam tiga komponen, yaitu :

Struktur pasar (market structure) merupakan gambaran hubungan antara

penjual dan pembeli, yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi

produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition). Struktur pasar

dikatakan bersaing bila jumlah pembeli dan penjual banyak, pembeli dan penjual

23

hanya menguasai sebagian kecil dari barang yang dipasarkan sehingga masing-

masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada gejala

konsentrasi, produk homogen, dan bebas untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar

yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual

tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada

beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).

Perilaku pasar (market conduct) merupakan gambaran tingkah laku

lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar, untuk tujuan mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya, yang meliputi kegiatan pembelian, penjualan,

penentuan harga, serta siasat pasar, seperti : potongan harga, penimbangan yang

curang, dan lain-lain.

Keragaan pasar (market performance) merupakan gambaran gejala pasar

yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku

pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar cenderung

bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Menganalisis

keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu :

(1) Saluran pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-

barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen. Pemasaran

komoditas pertanian sering dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang yang

melibatkan banyak pelaku pemasaran. Dalam Hanafiah dan Saefuddin (1983),

panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui tergantung dari beberapa

faktor, yaitu jarak antara produsen dan konsumen, cepat tidaknya produk rusak,

skala produksi, dan posisi keuangan pengusaha.

24

(2) Harga, biaya, dan volume penjualan

Keragaan pasar juga berkenaan dengan harga, biaya, dan volume

penjualan masing-masing tingkat pasar, dimulai dari tingkat petani, pedagang

sampai ke konsumen.

(3) Pangsa produsen

Pangsa produsen atau produser’s share (PS) bertujuan untuk mengetahui

bagian harga yang diterima petani (produsen). Apabila produser’s share (PS)

semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen.

(4) Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin

Secara umum, marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang

diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Untuk melihat

efisiensi pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran rasio marjin

keuntungan atau rasio profit marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran yang

terlibat dalam proses pemasaran. Rasio margin keuntungan adalah perbandingan

antara tingkat keuntungan diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan oleh setiap

lembaga pemasaran yang bersangkutan.

Menurut Saefuddin (1983) dalam Susanto (2007), semua kegiatan

ekonomi, termasuk pemasaran, menghendaki adanya efisiensi. Kriteria yang dapat

digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran ada empat macam, yaitu (1)

marjin pemasaran, (2) harga pada tingkat konsumen, (3) tersedianya fasilitas fisik

dan pemasaran, dan (4) tingkat persaingan pasar. Namun, indikator marjin

pemasaran lebih sering digunakan karena melalui analisis marjin pemasaran dapat

25

diketahui tingkat efisiensi operasional (teknologi) serta efisiensi harga (ekonomi)

dari suatu pemasaran.

2.4 Kerangka Pemikiran

Proses pemasaran bawang merah terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu

petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara dan konsumen akhir.

Beberapa petani atau produsen menjual langsung hasil panennya kepada

konsumen. Produsen yang menjual hasil panennya kepada pedagang perantara.

Panjang-pendeknya saluran pemasaran ini dilihat dari banyaknya jumlah

pedagang perantara yang terlibat dalam saluran tersebut. Pedagang perantara

mungkin menjalankan lebih dari satu fungsi pemasaran. Fungsi – fungsi

pemasaran tersebut meliputi : fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan atau

transportasi, pergudangan atau penyimpanan serta kegiatan pendistribusian,

penerapan standardisasi produk, penyediaan dana (financing), penanggungan

resiko, serta penyediaan informasi pasar.

Kegiatan usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi di sektor

pertanian, yaitu dengan memasukkan faktor alam dengan faktor-faktor produksi

lain untuk menghasilkan output pertanian (barang atau jasa). Produksi adalah

suatu metode atau teknik dalam menghasilkan produk dengan memanfaatkan

faktor-faktor produksi yang tersedia. Penggunaan faktor-faktor produksi yang

efesien merupakan hal mutlak ada dalam proses produksi untuk keberhasilan

produksi, karena keuntungan maksimum hanya akan tercapai dengan

mengkombinasikan faktor-faktor produksi secara efisien.

26

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Petani Bawang Merah

Pemasaran Bawang merah

Saluran

Pemasaran ke

1

Saluran

Pemasaran ke 2

Saluran

Pemasaran ke n

Farmer’s Share

Fs = Pf × 100%

Pr

Efisiensi Pemasaran

Margin

Pemasaran

MP = Pr – Pf

Market Share

Ms = Hp ×

100%

Ht

Saluran Pemasaran

yang Efisien