24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Musthafa (2017:3) Manajemen keuangan menjelaskan tentang beberapa keputusan yang harus dilakukan, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan atau keputusan pemenuhan kebutuhan dana, dan keputusan kebijakan dividen. Menurut Sartono (2011:50), Istilah Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiyaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Pelaksana dari manajemen keuangan adalah manajer keuangan. Meskipun fungsi seorang manajer keuangan setiap organisasi belum tentu sama, namun pada prinsipnya fungsi utama seorang manajer keuangan adalah merencanakan, mencari, dan memanfaatkan dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi perusahaan. Menurut Darsono (2011:101), manajemen keuangan merupakan aktivitas pemilik dan meminjam perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah- murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seekonomis mungkin untuk menghasilkan laba. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu : 1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. 2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan. 3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin. 2.1.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisiensi keputusan keuangan. Menurut Suad Husnan (2012:3) Pertimbangan sosial terhadap tanggung jawab yang dapat dilihat dari empat segi, yaitu : 1. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Musthafa (2017:3) Manajemen keuangan menjelaskan tentang

beberapa keputusan yang harus dilakukan, yaitu keputusan investasi, keputusan

pendanaan atau keputusan pemenuhan kebutuhan dana, dan keputusan kebijakan

dividen.

Menurut Sartono (2011:50), Istilah Manajemen keuangan dapat diartikan

sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam

berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk

pembiyaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Pelaksana dari manajemen

keuangan adalah manajer keuangan. Meskipun fungsi seorang manajer keuangan

setiap organisasi belum tentu sama, namun pada prinsipnya fungsi utama seorang

manajer keuangan adalah merencanakan, mencari, dan memanfaatkan dengan

berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya guna) dari operasi-operasi

perusahaan.

Menurut Darsono (2011:101), manajemen keuangan merupakan aktivitas

pemilik dan meminjam perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-

murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seekonomis mungkin untuk

menghasilkan laba.

Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu :

1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana

pada berbagai aktiva.

2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,

baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.

3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan

dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin.

2.1.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang

digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisiensi keputusan

keuangan.

Menurut Suad Husnan (2012:3) Pertimbangan sosial terhadap tanggung jawab yang

dapat dilihat dari empat segi, yaitu :

1. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan

nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

9

2. oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang

menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjual belikan di

bursa merupakan indikator nilai perusahaan.

3. Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak identik dengan

memaksimumkan laba per lembar saham (Earning Per Share). Hal ini

disebabkan karena memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang, dan

tidak memperhatikan faktor risiko.

4. Dengan demikian memaksimumkan nilai perusahaan juga tidak identik

dengan memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi.

Sebaliknya memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan

memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit). Hal in

disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa

dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih

miskin. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sangat sulit

diterapkan, sehingga kalau kita mendengar istilah laba dalam lingkup

perusahaan, bisa dipastikan pengertiannya adalah pengertian akuntansi.

5. Dengan demikan tujuan pengelolaan keuangan tersebut sebenarnya bisa

berlaku untuk siapa saja, bukan terbatas pada perusahaan. Hanya saja untuk

level perusahaan di beberapa kekhususan. Kekhususan-kekhususan tersebut

diantaranya adalah :

a. Perusahaan bisa dimiliki oleh lebih dari satu orang.

b. Ada peraturan-peraturan yang berlaku untuk perusahaan.

c. Penggunaan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi keuangan

dalam perusahaan.

2.1.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Suad Husnan (2012:3) Fungsi utama Manajemen Keuangan ada 4,

yaitu :

1. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan

pengendalian kegiatan keuangan. Dengan demikian, dalam perusahaan,

kegiatan tersebut tidak terbatas pada “Bagian Keuangan”.

2. Manajer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau

financial market.dana yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada

berbagai aktivitas peruahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Kalau

kegiatan memperoleh dana berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial,

maka kegiatan menanamkan dana membuat perusahaanmemiliki aktiva riil.

3. Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan

mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari

pengorbanannya. Dengan kata lain, diharapkan diperoleh “laba”. Laba yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

10

diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana (pasar

keuangan), atau diinvestasikan kembali ke perusahaan.

4. Dengan demikian “manajer keuangan” perlu mangambil keputusan tentang

penggunaan dana (disebut sebagai keputusan investasi), memperoleh dana

(disebut sebagai keputusan pendanaan), pembagian laba (disebut sebagai

kebijakan dividen).

2.1.2 Pasar Modal

2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal

Irham Fahmi (2011:55), pasar modal adalah tempat berbagai pihak,

khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil

penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk

memperkuat modal perusahaan.

David Wijaya (2016:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang

memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan

sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur

lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

Menurut dalam bukunya tanya jawab pasar modal Bambang Riyanto

(2008:30) harga saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan

seseorang investor di dalam suatu perusahaan yang artinya jika seseorang membeli

saham suatu perusahaan, itu berarti dia telah menyertakan modal ke dalam suatu

perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.

Menurut Davis L. Scott, pasar modal adalah pasar untuk dana jangka

panjang dimana saham biasa, saham preferen, dan obligasi di perdagangkan.

Pengertian pasar modal secara umum menurut keputusan Menteri Keuangan

RI Nomor. 1548/KMK/1990 adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,

termasuk didalamnya adalah bank bank komersial dan semua lembaga perantara di

bidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1). Pasar modal merupakan

pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan

baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas bisa dikatan pasar modal adalah

pasar yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka

panjang, dimana instrumen-instrumen keuangan diperdagangkan baik dalam bentuk

hutang maupun modal sendiri.

2.1.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

11

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal menurut Husnan

(2009:8-9) adalah sebagai berikut :

1. Supply Sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan

sekuritas di pasar modal.

2. Demand Akan Sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki

jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-

sekuritas yang ditawarkan.

3. Kondisi Politik dan Ekonomi

Faktor ini yang akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.

Kondisi pihak yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang

pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.

4. Masalah Hukum dan Peraturan

Pembelian sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang

disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.

2.1.2.3 Manfaat Pasar Modal Bagi Emiten

Beberapa manfaat pasar modal sebagai alternatif untuk menghimpun dana

masyarakat bagi emiten dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya :

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar, dan dapat sekaligus

diterima oleh emiten pada saat pasar perdana.

2. Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas (mempunyai

keleluasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh di perusahaan.

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan dan

ketergantungan terhadap bank kecil. Jangka waktu penggunaan dana tak terbatas.

4. Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga

nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang

berisiko tinggi. Tidak ada beban finansial yang tetap, profesionalisme manajemen

meningkat.

2.1.3 Kebijakan Dividen

2.1.3.1 Pengertian Dividen

Menurut Said Kelana (2015:135) Pada umunya dividen berbentuk kas (uang

tunai). Pemegang saham akan mendapatkan imbalan (uang) tanpa harus mengurangi

jumlah kepemilikan sahamnya.

Menurut Ahmad Rodoni (2010:121) dividen adalah keuntungan perusahaan

yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham.

Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

12

dinyatakan dalam suatu jumlah atau presentase (%) tertentu atas nilai nominal saham

dan bukan atas nilai pasarnya.

Menurut Made Sudana (2009:225) Dividen saham adalah pembayaran

dividen berupa saham kepada pemegang saham. Ditinjau dari sudut pandang

perusahaan, dividen saham tidak lebih dari kapitalisasi perusahaan. Artinya

pembagian dividen saham tidak akan merubah modal perusahaan, tetapi hanya

terjadi perubahan pada struktur modal.

2.1.3.1.1 Macam-macam Dividen

Bentuk-bentuk dividen yang dibagikan perusahaan yaitu :

1. Dividen Tunai

Dividen yang paling umum sering dibagikan dalam bentuk kas. Bagi pimpinan

perusahaan yang akan membagikan deviden dalam bentuk ini harus

mempertimbangkan ketersediaan kas sebelum membuat pengumuman adanya

deviden tunai, apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian deviden

tersebut.

2. Dividen Asset Selain Kas (property devident)

Dividen dibagikan dalam bentuk asset selain kas, deviden dalam bentuk ini

disebut property devident. Aset yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga

perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau asset lain.

Pemegang saham akan mencatat deviden yang diterimanya ini sebesar harga pasar

tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagikan property devident akan mencatat

deviden ini sebesar nilai buku aset yang dibagikan.

3. Dividen Utang (Scrip Devident)

Dividen utang (Scrip devident) timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya

tidak mencukupi untuk membagikan deviden, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup.

Oleh karena itu, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Devident yaitu janji

tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

4. Dividen Likuiditas

Dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini

dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca laporan

sebagai pengurang modal saham. Apabila perusahaan membagikan dividen

likuidasi, pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian

laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal.

5. Dividen Saham (Stock Divident)

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut

pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang

dimilikinya.

2.1.3.2 Pengertian Kebijakan Dividen

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

13

Menurut David Wijaya (2016:2), Kebijakan dividen yaitu kebijakan

manajerial yang dilakukan untuk menentukan pendapatan komprehensif tahun

berjalan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan pendapatan

komprehensif yang akan ditahan untuk cadangan investasi tahun depan.

Menurut J.P Sitanggang (2014:141) Kebijakan dividen adalah keputusan

apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan

investasi di masa yang akan datang.

Menurut Ahmad Rodoni (2010:122), Kebijakan perusahaan membagikan

dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan

pembagian dividen tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan

kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya

kesempatan investasi kembali.

Menurut Made Sudana (2009:219) menjelaskan bahwa kebijakan dividen

yang berhubungan dengan penentuan besarnya Devident Payout Ratio, yaitu

besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada

pemegang saham. Keputusan dividen merupakan bagian dari keputusan

pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal

perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan

mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu

sumber dana intern perusahaan.

Indikator untuk kebijakan dividen yang digunakan secara luas ada dua macam

yaitu :

1. Hasil Dividen (devident yield)

Devident Yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar

dengan harga saham biasa. Devident Yield menyediakan suatu ukuran komponen

pengembalian total yang menghasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi

harga yang ada. Beberapa investor menggunakan devident yield sebagai suatu ukuran

risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha

menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan devident yield yang

tinggi.

2. Rasio Pembayaran Dividen (Devident Payout Ratio/DPR)

DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang

tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian

sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang. Sedangkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

14

kebanyakan analisis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba

ditahan lebih baik daripada dividen.

2.1.3.2.1 Cara Menentukan Kebijakan Dividen

Dalam menentukan kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Tidak benar bahwa perusahaan seharusnya membagikan dividen sebesar-

besarnya.

2. Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar

saham ada baiknya jika perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang

tidak terlalu besar.

3. Apabila perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan,

lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen dan menerbitkan

saham baru.

4. Jika pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan

demikian, jika tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih

menguntungkan daripada memperoleh capital gain. Karena itulah

sebelumnya pemodal mungkin memilih saham yang membagikan dividen

secara teratur.

5. Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang

berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tax bracket tertinggi 35%),

mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen dan memilih

menikmati capital gain.

2.1.3.2.2 Teori Kebijakan Dividen

Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen, yang menjelaskan bagaimana

pengaruh besar kecilnya Divident Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham.

Adapun ketiga teori menurut Made Sudana (2009:220) adalah :

1. Dividend Irrelevance Theory

Kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau

nilai perusahaan. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko

bisnis. Sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi dividen

dan laba ditahan tidak memengaruhi nilai perusahaan.

Asumsi yang dikemukakan adalah :

Tidak ada pajak atas pedapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

15

Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.

Leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal.

Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek

perusahaan.

Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh

terhadap biaya modal sendiri.

Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan dividen.

2. Bird In-the-Hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Myton Gordon dan John Lintner. Berdasarkan

bird in the hand theory, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar

saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, maka harga

pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi

karena, pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.

3. Tax Preference Theory

Berdasarkan tax preference theory, kebijakan dividen mempunyai pengaruh

negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah

dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin rendah harga pasar saham

perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak

personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih

tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang

diperoleh perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjai investasi yang

dilakukan perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang diharapkan

terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak

investor yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih

saham-saham dengan dividen kecil dengan tujuan untuk menghindari pajak.

2.1.4 Risiko Saham

2.1.4.1 Pengertian Risiko Saham

Menurut David Wijaya (2016:10) Risiko adalah kemungkinan adanya

kerugian atau variabilitas pendapatan dikaitkan dengan aset tertentu.

Menurut Musthafa (2017:107) Risiko adalah kemungkinan perbedaan return

aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan

perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.

Menurut Farah Margaretha (2011:62), Risiko (risk) adalah ketidakpastian

hasil yang divariasikan dari harapan kita. Dalam bentuk investasi, hal itu

diterjemahkan ke dalam cash flow atau presentase keuangan yang diharapkan. Ini

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

16

merupakan kenyataan akan hasil yang lebih baik dibandingkan apa yang diharapkan,

juga adanya kemungkinan yang lebih buruk.

Menurut Irham Fahmi (2011:203), risiko investasi diartikan sebagai

kemungkinan terjadinya perbedaan antara imbal hasil yang sesungguhnya (actual

return) dan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return).

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:34) Risiko suatu investasi diartikan

sebagai variabilitas hasil investasi yang sesungguhnya terhadap hasil investasi yang

diharapkan.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Risiko Saham

Menurut Irham Fahmi (2012:205) Risiko yang diindentifikasikan sebagai

penyebab terjadinya variasi dalam tingkat pengembalian dikategorikan menjadi dua

jenis yaitu :

1. Risiko Sistematis

Risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi berhubungan

langsung dengan perubahan dari pasar atau kondisi perekonomian secara

keseluruhan. Risiko ini akan mempengaruhi sekuritas dan tidak dapat

dihindari oleh investor meskipun dengan mlakukan diversifikasi.

2. Risiko Tidak Sistematis

Risiko dimana variabilitas dar total return suatu investasi tidak berkaitan

dengan variabilitas perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko ini bersifat

unik untuk suatu sekuritas dan berkaitan langsung dengan faktor-faktor seperti

risiko bisnis, risiko keuangan, dan risiko likuditas.

2.1.4.3 Sumber-sumber Risiko Investasi

Menurut Irham Fahmi (2011:188) ada beberapa sumber risiko yang

mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan, baik deposito,

tabungan, dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam

menetapkan keputusannya. Jika suku bunga bank mengalami kenaikan, maka

publik akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito,

namun jika suku bunga bank terjadi penurunan maka publik akan

mempergunakan dana tersebut untuk membeli saham.

2. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar tergambarkan pada fluktuasi pasar, krisis

moneter, dan resesi ekonomi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

17

3. Risiko inflasi. Daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan,

namun pada saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan

terjadi peningkatan.

4. Risiko bisnis. Perkembangan dalam bidang tren, mode, dan dinamika lainnya

telah mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan

pembelian.

5. Risiko finansial. Memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan

menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut

meningkat juga sehingga otomatis risiko finansial akan ikut meningkat.

6. Risiko likuditas. Menyangkut kemampuan likuiditas perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan,

teknisi, membayar listrik, telepon, dan biaya operasional lainnya.

7. Risiko nilai tukar mata uang. Naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat

dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, seperti dengan dolar, yen,

euro, dan lainnya. Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan membutuhkan

mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya.

8. Risiko negara. Ini menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta militer, dan

pemberontakan lainnya. Contohnya apa yang terjadi di Irak, Afganistan,

Thailand (2009) dan Myanmar.

2.1.5 Balikan Saham

2.1.5.1 Pengertian Balikan Saham

Menurut David Wijaya (2016:9), Tingkat pengembalian ialah total

keuntungan atau kerugian yang dialami investor pada periode tertentu yang dihitung

dngan membagi perubahan nilai aset ditambah pembagian hasil pada periode itu

dengan nilai investasi awal periode.

Menurut Irham Fahmi (2012:189) Return adalah keuntungan yang

diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kenijakan investasi yang

dilakukannya.

Menurut Eduardus (2010:9), Return dapat diartikan sebagai harapan

investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya

kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya

pengaruh inflasi.

Menurut Farah Margaretha (2011:62), Return merupakan keuntungan yang

diharapkan dari suatu investasi. Return dapat dinyatakan dalam mata uang ataupun

dalam presentase. Sebagai contoh, kita mnginvestasikan uang Rp 1.000.000. Setelah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

18

1 tahun, ang tersebut menjadi Rp 1.100.000, maka return dalam rupiah adalah rupiah

yang diterima dikurangi rupiah yang diinvestasikan (Rp 1.100.000 – Rp 1.000.000

= Rp 100.000)

Perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dan return aktual

yang akan terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang

diantisipasi investordi masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual

merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor di masa lalu. Antara tingkat

return harapan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang

dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return harapan dengan return

yang benar-benar diterima (return actual) merupakan risiko yang harus selalu

dipertimbangkan dalam proses investasi, sehingga dalam berinvestasi disamping

memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat

risiko suatu investasi.

2.1.5.2 Beberapa Pengertian Balikan Saham

Menurut Irham Fahmi (2011:184) Berikut adalah beberapa pengertian imbal

hasil (return) yang umum dipakai dalam dunia investasi.

1. Return On Equity merupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang

saham.

2. Return Of Capital merupakan pembayaran kas yang tidak terkena pajak

kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang

diinvestasikan dan bukannya distribusi dividen. Investor mengurangi biaya

investasi dengan jumlah pembayaran.

3. Return On Investment merupakan membagi pendataan sebelum pajak

terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan

antara investasi dan laba.

4. Return On Invested Capital merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran

bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.

5. Realized Return merupakan imbal hasil yang telah terjadi.

6. Return On Net Work merupakan pemegang saham dapat menentukan imbal

hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan kekayaan

bersihnya.

7. Return On Sales digunakan untuk menentukan efisiensi operasi perusahaan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

19

8. Expected Return merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh

investor di masa mendatang.

9. Total Return merupakan imbal jasa keseluruhan dari suatu investasi dalam

suatu periode tertentu.

10. Portofolio Realized Return merupakan rata-rata tertimbang dan realisasi imbal

hasil masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.

11. Portofolio Expected Return merupakan rata-rata tertimbang dari harapan

imbal hasil masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.

2.1.5.3 Sumber Balikan Saham

Balikan saham (Return) merupakan salah satu faktor yang memotivasi

investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menganggung

risiko atas investasi yang dilakukan. Karena para investor pada umumnya

mempunyai sifat tidak menyukai risiko, maka mereka harus ditawari tingkat

keuntungan yang lebih besar apabila mereka dihadapkan pada suatu kesempatan

investasi yang mempunyai risiko lebih tinggi. Menurut Musthafa (2017:106)

Dalam return investasi terdapat 2 sumber, yaitu :

1. Yield

Merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan

yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.

Contoh : bunga pada obligasi atau deposito, dividen saham.

2. Capital Gain (Loss)

Merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga yang bisa

memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

20

2.1.5.3 Hubungan Karakteristik dengan Risiko dan Balikan Saham

Ada faktor yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan,

yaitu karakteristik pengambilan keputusan. Latar belakang karakter ini menjadi

bagian yang dominan untuk dikaji sebagai bahan analisis pendukung tentunya.

Karakteristik tersebut secara umun dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Takut pada Risiko

Pembuat keputusan sangat hat-hati terhadap keputusan yang diambilnya

bahkan cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang difatnya

menghindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Secara

umum, pebisnis yang berkarakter seperti ini cenderung melakukan tindakan

yang biasanya disebut dengan safety player. Penganut risk avoider cenderung

sulit menjadi pemimpin dan lebih banyak menjadi follower bukan seorang

inovator.

2. Berhati-hati pada Risiko

Pembuat keputusan sangat hati-hati dan begitu perhitungan terhadap segala

dampak yang akan terjadi jika keputusan tersebut dilakukan. Namun bagi

mereka yang menganut karakter seperti ini dengan kecenderungan kehati-

hatian yang begitu tinggi. Maka biasanya setelah keputusan tersebut diambil

ia tidak akan mengubahnya begitu saja. Bagi kalangan bisnis mereka

menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem sebagai tipe

peragu.

3. Menyukai Risiko

Karakter seperti ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Karena baginya

semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang akan

diperolehnya. Prinsip seperti ini cenderung begitu meononjol dan sangat

mempengaruhi setiap keputusan yang diambil. Mereka terbiasa dengan

speklasi dan itu pula yang membuat penganuk karakteristik ini selalu saja

ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja dan kalau

pun berada pada posisi sebagai pekerja maka itu tidak akan berlangsung lama.

Mental risk lover adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis dan pemimpin

besar. Karakter ini juga umunya dimiliki oleh para pemberontak dimana

mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan memperoleh kenikmatan

setelahnya, yaitu berupa kemenangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

21

2.1.6 Nilai Perusahaan

Menurut Sudana, I.M (2009:8) Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang

dari arus pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa yang akan datang.

Menurut Ahmad Rodoni (2010:3) Nilai perusahaan adalah nilai pasar hutang

ditambah dengan nilai pasar ekuiti. Hutang merupakan sebuah janji dari perusahaan

peminjam untuk membayar kembali sejumlah uang pada tanggal tertentu. Klaim hak

pemegang saham terhadap nilai perusahaan merupakan nilai sisa setelah hak

pemegang surat hutang dibayarkan. Jika nilai perusahaan kurang dari jumlah yang

dijanjikan kepada pemegang surat hutang, maka pemegang saham tidak akan

mendapatkan apa-apa.

Dalam realitanya, tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi

(mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk

membelinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang

go public di BEI melakukan stock split di bursa efek (ICMD, 2008) itulah sebabnya,

harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak

boleh terlalu tinggi (mahal) atau tidak boleh terlalu rendah (murah). Harga saham

yang terlalu murah dapat berdampak buruk bagi citra perusahaan di pemandangan

para investor. Harga saham yang optimal bisa dicapai melalui penarikan simpulan

dari serangkaian pengalaman perusahaan dalam menjual saham di bursa efek.

Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka

perusahaan dapat menaikkan harga saham, demikian juga sebaliknya.

Memaksimumkan nilai perusahaan (harga saham) tidak identik dengan

memaksimumkan laba per lembar saham (EPS). Hal ini karena disebabkan oleh :

1. Memaksimumkan EPS mungkin memusatkan pada EPS saat ini.

2. Memaksimumkan EPS mengabaikan nilai mata uang.

3. Tidak memperhatikan faktor risiko.

Perusahaan mungkin memperoleh EPS yang tinggi pada saat ini, tetapi apabila

pertumbuhannya diharapkan rendah, maka dapat saja harga sahamnya lebih rendah

apabila dibandingkan dengan perusahaan yang saat ini mempunyai EPS yang lebih

kecil. Dengan demikian memaksimumkan nilai perusahaan juga tidak identik dengan

memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akuntansi. Sebaliknya

memaksimumkan nilai perusahaan identik dengan memaksimumkan laba dalam

pengertian ekonomi. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai

jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan

tersebut menjadi lebih miskin.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

22

Untuk dapat menciptakan nilai bagi perusahaan, manajer keuangan harus :

1. Mencoba untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

2. Mencoba untuk membuat keputusan pendanaan yang tepat.

3. Keputusan dividen yang tepat dan juga keputusan investasi modal kerja

bersih.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Sri Hermuningsih (2009) nilai

perusahaan merupakam persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan

yang terkait erat dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai

perusahaan juga tinggi, dan meningkatnya kepercayaan pasar tidak hanya terhadap

kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang.

Harga saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (clossing

price), dan merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar.

Penilaian perusahaan mengandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan dan

judgement. Ada beberapa konsep dasar penilaian, yaitu :

1. Nilai ditentukan oleh suatu waktu atau periode tertentu.

2. Nilai harus ditentukan pada harga yang wajar.

3. Penilaian tidak dipengaruhi oleh sekelompok pembeli tertentu.

2.1.6.1 Nilai perusahaan dalam beberapa literatur yang dihitung berdasarkan harga

saham disebut dengan beberapa istilah diantaranya :

1. Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan

nilai buku saham.

2. Market to Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham

dengan nilai buku saham.

3. Market to Book Assets Value yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang

investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar

aset dengan nilai buku aset.

4. Market Value of Equity yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian

para pelaku pasar. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah ekuitas dikali dengan

harga per lembar ekuitas.

5. Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai

nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority interest

dan saham preferen dikurangi total kas dengan ekuivalen kas.

6. Price Earning Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli

apabila perusahaan itu dijual. PER dapat dirumuskan sebagai PER = Price Per

Share / Earning Per Share.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

23

7. Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan

nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai

penggantian aset.

2.1.7 Pengaruh Antar Variabel

2.1.7.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan dividen adalah ukuran seberapa besar laba yang dibagi sebagai

dividen dan laba yang digunakan untuk reinvestasi. Kebijakan dividen dapat dilihat

dari nilai Dividen Payout Ratio (DPR) yang merupakan bagian laba bersih

perusahaan yang dibagi sebagai dividen. (Brealeys et al, 2007:161). Kebijakan

dividen berkaitan dengan nilai perusahaan. Rumus dari nilai perusahaan adalah :

Price Book Value (PBV) adalah hasil perbandingan antara harga saham

dengan nilai buku perlembar saham, diperoleh dengan cara membagi seluruh modal

sendiri dengan semua saham yang diterbitkan. Jika PBV tinggi maka apresiasi pasar

juga tinggi. Untuk menentukan harga saham digunakan rumus sebagai berikut :

Dari rumusan tersebut harga saham dipengaruhi oleh dividen (D1),

keuntungan (Ks), dan growth (g). Apabila dividen yang dibagikan besar, maka harga

saham juga meningkat. Meningkatnya harga saham tentu akan meningkatkan nilai

perusahaan.

Kebijakan dividen yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara

dividen saat ini dengan pertumbuhan di masa depan sehingga akan memaksimalkan

nilai perusahaan. Sehingga kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2.1.7.2 Pengaruh Risiko Saham terhadap Nilai Perusahaan

Risiko yang paling berpengaruh terhadap kondisi suatu perusahaan adalah

risiko sistematis (risiko pasar) karena tidak dapat di diversifikasi. Risiko sistematis

diukur denga menggunakan beta (β), yang menunjukkan seberapa besar risiko

sistematis terhadap rata-rata asset secara relatif. Dilihat dari rumus harga saham :

PBV = 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒

𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

Po = 𝐷1

𝐾s−𝑔

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

24

Didapatkan rumus untuk menentukan keuntungan (Ks) atau bisa disebut Ri

dengan menggunakan SML, yaitu:

Dalam SML, risiko diukur dengan beta. Karena sebagai pengukur risiko

sistematis. Dalam melakukan investasi tentunya investor akan mengharapkan return

yang tinggi dengan risiko yang rendah. Seharusnya return yang didapatkan investor

sesuai dengan garis SML (Security Market Line). Jika βm=1 seharusnya return

berada pada garis SML. Jika return diatas garis SML maka harga saham akan murah

[(Ri) > E(Ri)] maka terjadi undervalued, namun jika return dibawah garis SML

maka harga saham akan mahal [(Ri) < E(Ri)] maka terjadi overvalued. Ketika harga

saham mahal maka investor tidak berminat untuk membeli saham tersebut. Dengan

banyaknya penawaran maka harga saham akan menurun hingga menempel pada

garis Rf. Sehingga akan terjadi keseimbangan harga pasar.

Dengan risiko pasar yang tinggi (risiko suku bunga, inflasi) maka akan

mengakibatkan para investor malas untuk berinvestasi. Hal ini akan mengakibatkan

harga saham akan menurun. Sehingga asset suatu perusahaan akan berkurang.

Dengan demikian risiko saham berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

2.1.7.3 Pengaruh Balikan Saham terhadap Nilai Perusahaan

Salah satu tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk

mendapatkan keuntungan (return) yang tinggi. Salah satu yang dilihat adalah harga

saham perusahaan. Rumus dari menentukan harga saham adalah :

Harga saham mencerminkan nilai perusahaan. Oleh karena itu setiap

perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya.

Dari rumus tersebut harga saham dipengaruhi oleh dividen (D1), keuntungan (Ks)

dan growth (g). jika harga saham naik, maka return akan turun, begitu juga

sebaliknya jika harga saham turun, maka return akan meningkat. Hal ini dikarenakan

semakin kecil penyebutnya maka hasil yang didapatkan semakin besar.

Po = 𝐷1

𝐾s−𝑔

Ri = Rf + [(E(Rm) - Rf] βi

Po = 𝐷1

𝐾s−𝑔

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

25

Salah satu hal yang menyebabkan investor mau menanamkan modalnya

adalah ketika harga saham turun dengan retrun yang tinggi. Sehingga hal tersebut

berdampak pada nilai perusahaan perusahaan yang tinggi pula. dengan demikian

return saham berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

2.2. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa peneliti yang menjadikan nilai perusahaan sebagai objek

yang mereka teliti, diantaranya adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Lailiyah Qodariyah (2013), yang

meneliti “Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan” pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa keputusan investaasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan selama empat tahun

pengamatan (2008-2011).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayu Ratnasari K (2013), yang meneliti

“Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden,

kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai

pengaruh secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel

kedepannya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lihan Rini Puspo Wijaya (2010), yang

meneliti tentang pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Variabel independen yang

digunakan yakni keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen, sedangkan variabel dependen yakni nilai perusahaan. Sampel

perusahaan yakni perusahaan manufaktur tahun 2006-2009 dengan

menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel keputusan investasi,

keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2010), yang meneliti tentang

pengaruh faktor-faktor perusahaan dan kebiajakn dividen terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2003-2007, hasilnya

adalah hutang perusahaan (leverage) tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara signifikan

positif, dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

26

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang

meneliti tentang struktur modal, kebijakan dividen, kebijakan hutang dan

nilai perusahaan, hasilnya adalah kebijakan dividen tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

27

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Silviah

Lailiyah

Qodariyah (2013)

Pengaruh keputusan

investasi, keputusan

pendanaan, dan

kebijakan deviden

terhadap nilai

perusahaan

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

berganda

Variabel dependen : nilai

perusahaan.

Variabel independen :

keputusan investasi,

keputusan pendanaan

dan kebijakan dividen.

Keputusan investasi,

keputusan pendanaan

dan kebijakan dividen

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan selama

empat tahun pengamatan

(2008-2011)

2. Dyah Ayu Ratnasari

K (2013)

Pengaruh keputusan

investasi, keputusan

pendanaan, kebijakan

deviden, kepemilikan

manjerial dan

kepemilikan

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

berganda

Variabel dependen : nilai

perusahaan.

Variabel independen:

Keputusan innestasi,

keputusan pendanaan,

kebijakan dividen,

Semua variabel

independen mempunyai

pengaruh secara

bersama-sama dan

signifikan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

28

institusional terhadap

nilai perusahaan pada

perusahaan yang

terdaftar di BEI tahun

2011-2012

kepemilikan manajerial

dan kepemilikan

institusional.

mempengaruhi variabel

kedepannya.

3. Lihan Rini Puspo

Wijaya (2010)

pengaruh keputusan

investasi, keputusan

pendanaan dan

kebijakan dividen

terhadap nilai

perusahaan

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

berganda

Variabel dependen : nilai

perusahan

Variabel independen:

Keputusan investasi,

keputusan pendanaan,

dan kebijakan dividen.

variabel keputusan

investasi, keputusan

pendanaan dan

kebijakan dividen

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

perusahaan.

4. Pakpahan (2010) pengaruh faktor-faktor

perusahaan dan

kebijakan dividen

terhadap nilai

perusahaan pada

perusahaan manufaktur

di BEI tahun 2003-

2007

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

berganda

Variabel dependen : nilai

perusahaan.

Variabel independen:

kebijakan dividen

hutang perusahaan

(leverage) tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan, ROE

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan secara

signifikan positif,

dividen tidak

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

29

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

5. Sofyaningsih dan

Hardiningsih (2011)

struktur modal,

kebijakan dividen,

kebijakan hutang dan

nilai perusahaan

Penelitian ini

menggunakan

analisis regresi

berganda

Variabel dependen : niali

perusahaan.

Variabel independen:

struktur modal,

kebijakan dividen,

kebijakan hutang.

Kebijakan dividen tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan,

kebijakan hutang tidak

berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

Sumber : data sekunder yang diolah (20

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen
Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teorirepository.untag-sby.ac.id/296/3/BAB 2.pdf · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajemen

30

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang masih perlu di uji lagi kebenarannya. Berdasarkan kerangka

konseptualdapat dirumuskan sebagai berikut :

1 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara simultan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.

2 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara parsial

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.

3 : Kebijakan dividen, risiko dan balikan saham berpengaruh secara dominan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2016.

Kebijakan

dividen

(X1)

Risiko

Saham

(X2)

Balikan

Saham

Nilai

perusahaan

DPR

Beta

(β)

Capital

Gain

PBV