35
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi Lansia Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59 tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia 85 tahun ke atas) (Mauk, 2010). 2.1.2 Karakteristik Lansia Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang Kesehatan) 2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. 3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1eprints.umm.ac.id/42132/3/jiptummpp-gdl-tubagushaf-51714-3-babii.pdf · kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan

  • Upload
    phamdan

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan

dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu

proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan

berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis

dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh

secara keseluruhan.

Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59

tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi

yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia

85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).

2.1.2 Karakteristik Lansia

Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

Kesehatan)

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

14

2.1.3 Proses Penuaan

Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi

tua merupaka proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan , yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran , misalnya

kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,

gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan

secara alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan

kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh

“mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ

tubuh tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia atau

masih mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok (deskriminasi).

Ada pula orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar,

dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang

sering di alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya

tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan

struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, (misalnya hipertensi,

arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya

hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke , infark miokard, koma

asidotik, kanker metastasis dan sebagainya (Nugroho, 2008).

15

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.

1. Teori biologi

a. Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram

bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis

terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa

spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan) yang tertentu.

Manusia memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di

perkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami

deteriorasi (Padila, 2013).

b. Wear and Tear Theory

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat

kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak

mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).

c. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).

d. Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan

responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu

16

zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat

tersebut menjadi jaringan lemah (Padila, 2013).

e. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi

(Padila, 2013).

f. Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular,

lama kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan

oleh karena sel- sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan

yang sangat kuat (Padila, 2013).

g. Teori Mutasi Somatik

Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses

translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga

akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal

menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).

h. Teori Nutrisi

Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu

meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih

lama sehat. (Sofia, 2014).

17

2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif termasuk

pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori yang merupakan

psikososial adalah sebagi berikut :

a. Teori integritas Ego

Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang

harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas perkembangan terkahir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya.

b. Teori integritas personal

Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak

dan tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada usia tua bisa

menjadi mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).

3. Teori Sosial

Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,

kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga

interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila 2013).

4. Teori konsekuensi fungsional

Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan

perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013).

18

2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,

sosial, dan psikologis.

1. Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan

dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar

bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit

menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.

b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan

dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan

volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot-

otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.

d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi

fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih

tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut

menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun,

rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh

serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.

19

e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan

stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.

f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause

yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat

mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian

membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut

dan mengalami sklerosis.

g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan

asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim

pencernaan.

h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke

ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus

menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.

i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat

menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi

urine.

j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang

dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran

mengalami kekakuan.

20

k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun

terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang

pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).

2. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan

fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan

hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan

gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut

menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu

yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan

sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).

3. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah

lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan

hal yang sering terjadi (Fatimah 2010).

4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,

kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal

(Siti dkk, 2008).

2.2 Konsep Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan gangguan alam perasaan, ditandai dengan sindrom

depresif parsial atau penuh, atau kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas

yang biasa dan yang dilakukan pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi

21

sosial atau okupasi (Doenges, Townsend, & Moorhouse, 2006). Menurut Yosep

(2009) merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanisfestasikan dengan

gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu

yang bersangkutan. Bisa juga disertai oleh komponen psikologis dan komponen

somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang (Prabowo, 2014). Perasaan sedih

yang berlebihan, murung, tidak semangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan

tidak ada harapan adalah tanda dari depresi sehingga pikiran klien akan berpusat pada

kegagalan dan menuduh diri sendiri, dan klien tidak tidak berminat pada

pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari (Ariani, 2012).

2.2.2 Faktor Penyebab Depresi

Menurut Dalami, et al. (2009), faktor penyebab depresi dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetik mengemukakan transmisi gangguan alam perawaan diteruskan

melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada

kembar monozigote dari pada kembar dizigote.

b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi

diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Ambivalen

antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang

menyalahkan diri sendiri.

c. Teori kehilangan berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya

kehilangan orang tua pada masa anak-anak, perpisahan yang bersifat traumatik

dengan orang yang dicintai sehingga individu tidak berdaya untuk mengatasi

kehilangan tersebut.

22

d. Teori kepribadian mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan

harga diri yang rendah mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap

depresi.

e. Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif

yang dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan

masa depan.

f. Teori belajar ketidakbedayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari

kehilangan kendali diri lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi

masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya

mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan respon

yang adaptif.

g. Teori perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya

pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan yang ada.

h. Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi

perubahan kimiawi / hormonal yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya

endokrin dan hiperssekresi kortisol. Perubahan hormon pada wanita lebih

tinggi dikarenakan perubahan hormon secara drastis yang sangat sulit

dikendalikan seperti perubahan hormon sesaat sebelum menstruasi (ketegangan

pre-menstruasi) (Junaidi, 2012).

2. Faktor Presipitasi

Stressor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan alam perasaan meliputi :

a. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-

obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan

ketidakseimbangan metabolime tubuh. Faktor obat-obatan yang dapat

23

diketahui melalui efek samping obat yang digunakan, teruatam pada

sejumlah penderita kelainan jiwa yang juga bisa menyebabkan depresi

misalnya penyakit kecemasan, skizofrenia dan sebagainya (Junaidi, 2012).

b. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan

cinta seseorang dan kehilangan harga diri.

c. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian dan kehilangan

pekerjaan.

3. Perilaku

Tabel 2.1 Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Perilaku yang berhubungan dengan depresi

Afektif Sedih, cemas, apatis, murung

Kebencian, kekesalan, marah

Perasaan ditolak, perasaan bersalah

Merasa tidak berdaya, putus asa

Merasa sendirian, rendah diri, dan tak berharga

Kognitif Ambivalensi, bingung, ragu-ragu

Tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi

Menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri

Rasa tidak menentu dan pesimis

Fisik Gangguan pencernaan, sakit perut, anoreksia, mual,

muntah, konstipasi

Lemah, lesu, nyeri kepala dan dana, insomnia, perubahan

berat badan dan gangguan selera makan, gangguan

menstruasi, impotent, dan tidak berespon terhadap seksual.

Tingkah

Laku

Agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,

kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi sosial,

irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, dan

gangguan kebersihan baik diri dan lingkungan.

Sumber : Dalami, et al. (2009)

24

4. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan pada reaksi kehilangan yang

memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang

hebat. Depresi yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan, mekanisme koping

yang digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania

merupakan mekanisme koping pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari

kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.

Menurut Yosep (2009) depresi disebabkan oleh banyak antara lain: faktor

herediter dan genetik , faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik,

faktor psikobiologi,factor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor elektrolit,

dan sebagainya. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian

tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetik. Bila seseorang lebih

rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasa yang bersangkutan

mempunyai corak kepribadian sendiri (kepribadian depresif) dengan ciri-ciri :

a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,

iritable, tegang, dan agitatif.

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih

senang berdamai untu menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal

dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit

ini dan itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka

menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu,

menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.

25

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan

mekanisme pertahanan penyangkalan.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala depresi ditandai dengan data subjektif dan objektif, menurut

Yosep (2010) antara lain :

a. Data Subjektif

Data subjektif menunjukkan bahwa klien tidak mampu mengutarakan

pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatik seperti

nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya

sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus

asa, mudah tersinggung, tidak mampu dalam berkonsentrasi dan cenderung

ingun bunuh diri.

b. Data Objektif

Data objektif menunjukkan bahwa gerakan tubuh klien terhambat, tubuh

yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah

murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret, kadang-kadang

dapat terjadi stupor. Seseorang yang depresi juga tampak berfikir lambat,

seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai

minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Beberapa orang

akan mengalami perasaan bersalah mendalam, tidak masuk akal (irasioanal),

waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang suka

menunjukkan sikap bermusuhan, mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka

diganggu. Bahkan ada juga yang mengalami kebersihan diri yang kurang dan

keterbelakangan psikomotor.

26

2.2.4 Bentuk-Bentuk Depresi

Menurut Junaidi (2012) depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara

lain :

1. Depresi Situasional

Depresi situasional adalah depresi yang terjadi setelah mengalami suatu

peristiwa sedih yang berat /traumatik seperti kematian orang yang dicintai, di-

PHK, kehilangan mata pencaharian mendadak, bangkrut dan sebagainya.

Sedangkan menurut Mahmet dan Roizen (2010) derpresi situasional

disebabkan oleh tekanan dalam kehidupan, penyebab sering kehilangan

sesuatu atau kesulitan dalam pekerjaan dan biasanya akan berlangsung lebih

dari dua bulan dengan gejala-gejala seperti perubahan pola tidur,

berkurangnya aktifitas, perasaan bersalah dll. Gejala–gejala tersebut akan

membalik seiring waktu, sehingga individu akan mampu melewati masa-masa

itu tanpa harus mengonsumsi obat.

2. Holiday Blues

Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau

merayakan suatu momen sedih, mengenang peristiwa masa lalu yang pahit,

lalu timbul depresi. Depresi jenis ini biasanya bersifat sementara, begitu

momen perasaan khususnya selesai maka orang tersebut akan kembali pulih.

3. Depresi Endogenous

Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja

muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya. Menurut Mahmet dan Roizen

(2010) depresi endogenous berasal dari dalam yaitu karena

27

ketidakseimbangan neurokimia daripada konflik psikologis atau stres

lingkungan. Ketidakseimbangan tersebut berasal dari faktor genetika dari

individu.

4. Depresi Vegetatif

Depresi vegetatif membuat penderita cenderung menarik diri dari

pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur. Yang

dilakukannya hanya melamun dan bingung.

5. Depresi Agiatif

Depresi agitatif diketahui dari penderitannya yang tampak sangat gelisah,

cemas, meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiperaktif, dan

tidak 27ndi diam.

6. Depresi Distrimik

Depresi jenis ini berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata.

Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak

mampu menikmati kesenangan. Penderita berlaku pasif, menarik diri

(introvert), curiga, suka mengkritik, dan sering menyesali dirinya sendiri.

Beberapa penderita mengeluhkan penyakit fisik berupa sakit dan nyeri,

ketakutan akan musibah atau takut menjadi gila. Penderita juga merasa bahwa

mereka menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau yang

memalukan misalnya kanker, HIV-AIDS, dan berpikir telah menularkan

kepada orang lain sehingga timbul rasa bersalah dan penyesalan.

7. Depresi Psikotik

Depresi psikotik diderita sekitar 15% penderita terutama pada depresi

berat, akan mengalami delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau

halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sesungguhnya tidak ada).

28

Penderita yakin telah berbuat dosa atau kejahatan besar yang tidak dapat

diampuni sehingga banyak lingkungan sekita yang menuduh atau memberikan

judgemen bahwa penderita adalah orang 28ndicato sehingga pantas untuk

mati. Perasaan tersebut membuat penderita tidak aman dan tidak berharga

yang menyebabkan depresi berat dimana penderita yakin bahwa dia diawasi

dan dihukum.

2.2.5 Tingkat Depresi

Menurut Prabowo (2014), tingkatan depresi dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Depresi Ringan

Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya antara lain

bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih, perubahan proses pikir,

komunikasi dan hubungan sosial kurang baik, dan merasa tidak nyaman

(Dalami, et al. 2009).

2. Depresi Sedang

a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan dan harga

diri rendah

b. Proses pikir : perhatian sempit, berfikir lambat, ragu-ragu atau bimbang,

konsentrasi menurun, berfikir rumit dan putus asa serta pesimis.

c. Sensasi somatic dan aktifitas motorik : bergerak lamban, tugas-tugas terasa

berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada, mual, muntah, konstipas,

nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu.

d. Pola Komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan non

verbal meningkat.

e. Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah

tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan.

29

3. Depresi Berat

Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa sedih

tertentu depresi berat) dan mania (rasa gembira berlebihan disertai dengan

gerakan hiperaktif)

a. Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, putus asa

dan inisiatif berkurang.

b. Gangguan proses pikir : halusinasi dan waham, konsetrasi berkurang,

pikiran merusak diri.

c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba

hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau

makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan

perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat.

d. Pola Komunikasi : introvert, tidak ada sama sekali komunikasi verbal.

e. Partisipasi sosial : kesulitan menjalankan peran sosial dan isolasi sosial menarik

diri.

2.2.6 Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)

Beck depression inventory merupakan salah satu instrument penelitian yang

digunakan dalam pengkajian depresi baik pada pasien dengan diagnosa kejiwaan,

kesehatan fisik, maupun pada manusia normal pada umumnya (Shahlaei, et al. 2014).

Beck depression inventory ini menjelaskan tentang skala depresi yang digunakan pada

individu yang berumur diatas 13 tahun sampai dewasa dan biasanya tanda dari

depresi ditunjukkan dengan skala 0 sampai 3 pada 20 macam soal yang diberikan.

Instrumen ini memiliki batas nilai yaitu ≤9 mengalami gejala depresi minimal atau

dikatakan normal, 10-16 depresi ringan, 17-29 depresi sedang, dan 30- 63 depresi

30

berat (Farinde, 2013). Menurut Ginting, et al. (2013) dan Shahlaei, et al. (2014)

kuesioner ini mempunyai 3 indikator gejala didalamnya yaitu :

1. Kognitif :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa gagal,

kebencian terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa bimbang,

tidak mampu mengambil keputusan dan kesulitan dalam bekerja atau

melakukan tindakan.

2. Emosi / Affektif :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa sedih,

menangis, mudah tersinggung, perasaan pesimis, perasaan tidak puas, bersalah,

keinginan untuk bunuh diri dan menarik diri dari lingkungan sosial.

3. Vegetatif / Fungsi Fisik :

Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu penyimpangan citra

tubuh, gangguan tidur, kehilangan selera/nafsu makan, kelelahan, penurunan

berat badan, gejala psikosomatis, dan kehilangan libido.

Penelitian terkait dengan depresi dengan menggunakan BDI (Beck

Depression Inventory) adalah Rodkjaer, et al. (2014) yang dilakukan pada individu

sebanyak 304 sampel yang terinfeksi HIV di Denmark dengan hasil bahwa

resiko peningkatan depresi pada individu yang terkena HIV lebih besar pada

individu yang menutup diri akan statusnya daripada individu yang terbuka

dengan statusnya sebagai pasien HIV.

31

2.3 Konsep Penerapan Metode Lafidzi

2.3.2 Definisi Metode Lafidzi

Metode Lafidzi adalah pengelolaan kesehatan terpadu memalalui serangkaian

langkah efektif terhadap suatu elemen- elemen tubuh yang terbagi dalam tiga yaitu

olah lahir, fikir, dan dzikir :

1. Olah Lahir

Olah Lahir adalah menjaga, merawat dan memelihara kebugaran fisik tubuh

dengan olah fisik secara teratur, menjaga keseimbangan tubuh serta asupan makanan

bergizi dan higenis. Olah lahir meliputi 2 bagian yaitu :

a. Olah Nafas ialah cara untuk memasukan oksigen yang akan disirkulasi ke

seluruh tubuh untuk memberi makanan setiap sel dan juga merupakan cara

mengeluarkan karbondioksida dan zat siza metabolisme serta racun untuk

membersikan setiap sel didalam tubuh. Melakukan menarik nafas dalam,

maka oksigen yang masuk akan lebih banyak di bandingkan dengan

pernapasan biasa. Metode nafas yang baik adalah sistem yang mampu

memeperlancar aliran getah bening dalam tubuh. Selain dapat meberikan

oksigen pada tubuh, juga merangsang proses listrik pada masing-masing serta

mengerakan aliran getah bening dalam tubuh yang penting bagi sistem

kekebalan (imunitas) dan sistem pembuangan bahan- bahan yang beracun

(detoksifikasi).

b. Olah Gerak adalah melakukan aktifitas fisik dengan sederhana tampa

merasa kelelahan dan kehabisan nafas. Olah gerak dengan metode lafidzi

dapat melenturkan otot –otot pada tubuh, mengendurkan sistem saraf yang

dapat merespon biolistrik menjadi baik. Melakukan olah gerak juga dapat

merangsang sistem imun yang dapat membuat bugar dan segar pada tubuh.

32

Selain itu olah gerak dapat melancarkan pembulu darah sehingga distribusi

oksigen tercukupi.

2. Olah Fikir

Olah fikir adalah menjaga, merawat dan memelihara kesegaran psikis/jiwa

dengan olah jiwa secara teratur, menjaga keseimbangan alam pikir terkait dengan

pengaktifan saraf parasimpatik dan keseimbangan frekuensi gelombang

otak(Zainul, 2007).

Menurut Sasongko dan Trianggono (2006) berfikir adalah bagian dalam

proses otak untuk menanggulagi setiap permasalahan, apabila selama proses

pembentukannya otak tidak sertai oleh hal-hal yang menggangu kenormalan

aktifitas. Berfikir kreatif dan produktif hanya akan dihasilkan melalui proses yang

dilandasi keyakinan dan harapan yang sesuai. Pola hidup yang di landasi oleh

nilai-nilai religius adalah pola hidup yang tampa masalah atau hidup tenteram

karena menggunakan proses berfikir dan bertindak yang tidak menimbulkan

masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya.

3. Olah Dzikir

Olah dzikir adalah ritual psiko-religius, mengingat, dan menghayati peran

muthlak Allah SWT dalam setiap gerak dan langkah hidup, sehingga semakin

yakin bahwa kesehatan adalah nikmat dan karunia allah yang tidak ternilai, untuk

kemudian mensyukurinya dengan melakukan perencanaa kesehatan seumur

hidup (Long Life Healthy Planing). Melalui dzikir mampu menyeimbangkan

aktivitas tubuh secara totalitas, disiplin, kontinyu, serta terkontrol (Zainul, 2007).

2.3.2 Manfaat Olah Gerak dan Olah nafas dengan Metode Lafidzi

Olah nafas dengan metode lafidzi dapat dilakukan dengan melakukan

menarik nafas dalam, maka oksigen yang masuk akan lebih banyak di bandingkan

33

dengan pernapasan biasa. Metode nafas yang baik adalah sistem yang mampu

memeperlancar aliran getah bening dalam tubuh. Selain dapat meberikan oksigen

pada tubuh, juga merangsang proses listrik pada masing-masing serta mengerakan

aliran getah bening dalam tubuh yang penting bagi sistem kekebalan dan sistem

pembuangan bahan- bahan yang beracun. Sedangkan Olah gerak dengan metode

lafidzi memberikan banyak manfaat positif, terutama bagi orang yang menggalami

depresi atau stres. Beberapa manfaat dari gerakan pada metode lafidzi adalah: 1)

Melenturkan otot- otot, mengendurkan sistem saraf sehingga respons terhadap

biolistrik menjadi baik, 2) Dapat melancarkan pembulu darah sehingga distribusi

oksigen dan zat nutrizi menjadi lancar, 3) Membuat tubuh menjadi tetap segar dan

kuat, 4) Dapat mengurangi stres dan depresi, 5) Menajamkan daya ingat, karena

meningkatkan aliran darah lebih banyak ke otak, 6) Membersikan biolistrik yang

berhubungan dengan organ- organ dalam yng tersebar diseluruh tubuh, 7)

mengaktifkan organ- organ dalam tubuh (Zainul, 2007).

Salah satu manfaat yang dapat diperoleh setiap gerakan adalah meningkatkan

perasan bahagia dan senang, meningkatkan kekuatan otak, mengurangi kecemasan,

mencegah stress dan depresi, serta mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan.

Mengerakan anggota tubuh dapat menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat

penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari (Kendhin, 2009). Menurut Sumedi, Dkk

(2010) dengan menggerakan tubuh selama 10 menit setiap hari kesehatan mental

akan meningkat cepat, daya pikir akan menjadi bertambah jernih. Melakukan gerakan

tidak hanya penting memelihara kebugaran fisik saja tetapi kesehatan mental yang

meliputi: mengurangi stress dan depresi, meningkatkan kekuatan otak,

34

mempengaruhi hormon endogenous opioid, meningkatkan gelombang otak alfa dan

penyalur otak saraf.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan jika terdapat beberapa

manfaat positif dari olah nafas dan olah gerak diantaranya adalah mengurangi stress

dan depresi yang mempengaruhi kesehatan mental. Selain itu dengan olah nafas dan

olah gerak dapat memberikan perasaan bahagia dan senang yang dapat menurunkan

tingkat depresi.

2.3.3 Proses Olah Gerak dan Olah Nafas Dengan Metode Lafidzi.

a. Proses Nafas ( Olah Nafas)

Proses pernafasan merupakan proses masuknya O2 melalui saluran nafas

kemudian masuk keparu dan diproses kedalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses

dalam paru- paru tepatnya di bronkus dan diedarkan keseluruh tubuh melalui

pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan O2. Apabila O2 dalam

otak tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan

menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan

diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor

(CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan

produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh

medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan endorphin

sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Aryana

Dkk, 2013).

b. Proses Pergerakan (Olah Gerak)

Melakukan gerakan sederhana dapat memberikan kelenturan, kekuatan,

ketahanan dan pengaktifan orang- organ dalam tubuh. Melakukan kelenturan

35

mampu mendorong proses biofisika dan biokimia tubuh yang dapat berjalan lancar

dan optimal. Gerakan kekuatan memberikan kekuatan pada bagian- bagian

persendin tubuh, diantaranya otot, leher, bahu, otot perut, bokong, tulang belakang,

persendian kaki dan merangsang aliran oksigen ke otak. Gerakan ketahanan mampu

memberikan kekuatan pada tubuh dan pengaktifan pada organ- organ tubuh.

Sedangkan gerakan pemijatan dapat membersikan sampah bio- elektrik dari tubuh,

melepaskan sumbatan yang menyebkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan

menghindarkan dari penyakit- penyakit genetik. (Zainul, 2007).

Berikut ini adalah contoh gerakan-gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan dan

gerakan proses pemijatan dengan metode lafidzi :

1. Membuka rahang dengan kosonan A.

Gambar 2.1 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan A)

2. Membuka rahang dengan kosonan I.

Gambar 2.2 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan I

Gerakan membuka rahang atau membuka

mulut berfungsi untuk penguatan otot-otot

yang mengelilingi mulut pada rahang bawah

(Trisnowiyanto, 2012).

Gerakan membuka rahang dengan konsonan I

atau gerakan seperti ujuk gigi berfungsi untuk

penguatan otot- otot yang mengelilingi mulut pada

rahang bawah (Trisnowiyanto, 2012).

36

3. Membuka rahang dengan kosonan U.

Gambar 2.3 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan U)

4. Melenturkan leher dengan menunduk dan tengada.

Gambar 2.4 Kelenturan Leher

5. Melenturkan leher dengan menengok kiri, kanan dan di putar.

Gambar 2.5 Kelenturan Leher

Gerakan membuka rahang dengan konsonan U atau

gerakan seperti bersiul berfungsi untuk penguatan

otot-otot yang mengelilingi mulut serta pengeluaran

udara yang panjang (Trisnowiyanto, 2012).

Melenturkn leher dengan menunduk dan tengadah

berfungsi melepaskan ketegangan otot serta

meningkatkan kemampuan untuk melakukan

aktivitas tampa stres ( Dennison, 2008).

Melenturkan leher dengan menegok kiri, kanan dan

memutar berfungsi memperbaiki pernapasan dan

meningkatkan relaksasi dari pita suara sehingga

resonansi sewaktu berbicara lebih besar (Dennison,

2008).

37

6. Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri.

Gambar 2.6 Kelenturan Leher

7. Melenturkan badan dengan dada dibusungkan ke depan.

Gambar 2.7 Kelenturan Badan

8. Melenturkan tangan dengan memutar lengan kedepan dan kebelakang.

Gambar 2.8 Kelenturan Tangan

Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri

berfungsi melemaskan dan merengangkan otot dan

persendian di sekitar leher (Dennison, 2008).

Melentukan badan dengan dada di busungkan ke

depan bermanfat untuk melenturkan tubuh bagian

tengah dan atas dan dapat mengurangi berat badan

(Wratsongko, 2015).

Memutar lengan ke depan dan ke belakang adalah

gerakan membangkitkan biolistrik didalam tubuh

sekaligus menjadi sirkulasi oksigen yang cukup,

sehingga tubuh akan terasa segar dan

meningkatkan energi dalam tubuh ( Sagiran,

2012).

38

9. Melenturkan tangan dengan menarik lengan kedepan.

Gambar 2.9 Kelenturan Tangan

10. Melenturkan tangan dengan menarik kebelakang.

Gambar 2.10 Kelenturan Tangan

11. Melenturkan tangan dengan meneku siku.

Gambar 2.11 Kelenturan Tangan

Melenturkan tangan dengan menarik lengan ke

depan berfungsi merengangkan otot bahu dan

merengangkan pungung bagian atas (Wratsongko,

2015)

Gerakan memutar tangan dengan menarik

kebelakang bermanfaat membuka simpul –simpul

saraf di bahu, belikat, dan tulang belakang

(Wratsongko, 2015).

Melenturkan tangan dengan menekuk siku

bermanfaat meningkatkan elastisitas dan kekuatan

otot dan memeperbaiki peredaran darah otot

sehingga terhindar dari kelelahan yang berlebihan

(Wratsongko, 2015)

39

12. Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan tangan.

Gambar 2.12 Kelenturan Tangan

13. Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan tangan.

Gambar 2.13 Kelenturan Tangan

14. Menekuk pergelangan tangan.

Gambar 2.14 Kelenturan Tangan

Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan

tangan bermanfaat melepaskan sumbatan yang

menyebabkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan

dapat terhindar dari penyakit-penyakit genetik

(Zainul, 2007).

Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan

tangan bermanfaat menstimulasi tombol –tombol

kesehatan di pergelangan tangan, lengan bawah, siku,

dan sedikit di bahu (Wratsongko, 2015).

Menekuk atau menekan pergelangan tangan

bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan

fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah

kekakuan pada sendi dan melancarkan sirkulasi

darah dalam tubuh ( Wratsongko, 2015).

40

15. Menekan pergelangan tangan.

Gambar 2.15 Kelenturan Tangan

16. Memutar pergelangan tang an

Gambar 2.16 Kelenturan Tangan

17. Menekuk jari –jari kedepan.

Gambar 2.17 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang

Menekuk jari –jari kedepan atau belakang

bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-

organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik

maupun daya pikir secara keseluruhan (

Wratsongko, 2015).

Memutar pergelangan tangan bermanfaat

melenturkan saraf pada bagian pergelangan dan

merawat kinerja pengatur ritme jantung atau nadi

agar bekerja optimal (Wratsongko, 2015).

Menekuk atau menekan pergelangan tangan

bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan

fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah kekakuan

pada sendi dan melancarkan sirkulasi darah dalam

tubuh ( Wratsongko, 2015).

41

18. Menekan jari-jari ke belakang.

Gambar 2.18 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang

19. Menekan jari- jari ke samping.

Gambar 2.19 Menekan Jari Jari Tangan ke Samping

20. Menekuk pergelangan kaki ke depan.

Gambar 2.20 Kelenturan Kaki-kaki

Menekuk pergelangan kaki ke depan bermanfaat

memberikan kelenturan otot-otot tubuh yang kaku,

melancarkan peredaran darah dan meningkatkan

fleksibilitas otot dalam tubuh (Zainul, 2007).

Menekan jari –jari kedepan atau belakang

bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-

organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik

maupun daya pikir secara keseluruhan(

Wratsongko, 2015).

Menekan jari-jari kesamping bermanfaat

melancarkan peredaran darah dalam tubuh,

mengaktifkan fungsi otak besar, dan dapat

membersikan sampah bio-elektrik dari tubuh

(Zainul, 2007).

42

21. Menekan pergelangan kaki ke belakang.

Gambar 2.21 Kelenturan Kaki-kaki

22. Memutar pergelangan kaki.

Gambar 2.22 Kelenturan Kaki- Kaki Bagian Bawah

23. Gerakan pemijatan buku-buku jari.

Gambar 2.23 Gerakan Pemijatan Buku-buku Jari

Jari kelingking : membuang sampah biolistrik dan

sistem pencernaan seperti lambung, jari manis :

membuang sampah biolistrik sistem organ

penglihatan, pendengaran, dan emosional, jari

tengah: membuang sampah biolistrik dari sistem

pernafasan, jari telunjuk : mrmbuang sampah

biolistrik dari sistem pikiran (kecerdasan), ibu jari :

membuang sampah biolistrik dari sistem

keperkasaan (tenaga atau energi) (Zaiunul, 2007).

Gerakan memutar pergelangan kaki bermanfaat

untuk meningkatkan fungsi ginjal secara cepat dan

mengurangi pembekakan disekitar pergelangan

kaki akIbat penurunan fungsi ginjal (Wratsongko,

2015).

Menekuk pergelangan kaki ke belakang

bermanfaat memberikan kelenturan otot-otot

tubuh yang kaku, melancarkan peredaran darah

dan saraf sehingga mampu mendorong prosses

biofisika dan biokimia tubuh dengan lancar dan

optimal (Zainul, 2007).

43

24. Gerakan pemijatan bagian pergelangan tangan.

Gambar 2.24 Gerakan Pemijatan Siku

25. Gerakan pemijatan bagian ketiak.

Gambar 2.25 Gerakan Pemijatan Siku

26. Gerakan pemijatan bagian siku-siku.

Gambar 2.26 Gerakan Pemijatan Siku

Gerakan pemijatan tombol siku bermanfaat

untuk memberikan tambahan biolistrik positif

dalam membuang sampah biolistrik yang

terakumulasi di lengan dan jari- jari

(Wratsongko, 2015).

Gerakan menekan tombol –tombol pada ketiak

merupakan pusat dari seluruh sistem tubuh yang

berfungsi memberikan stimulus pada pleksus

brakialis (cabang besar serabut saraf yang

berasal dari saraf tulang belakang ) yang

melayani lengan hingga jari , baik untuk fungsi

sensorik, motorik maupun otonom

(Wratsongko, 2015).

Gerakan pemijatan pada tombol- tombol

pergelangan tangan bermanfaat untuk

melepaskan sumbatan yang menyebabkan

kekacauan biolistrik dalam tubuh dan dapat

menghindarkan dari penyakit- penyakit genetik

(Zainul, 2007).

44

27. Gerakan pemijatan cekungan alis mata pada bagian kepala.

Gambar 2.27Gerakan Pemijatan kepala

28. Gerakan pemijatan tombol belakang telinga.

Gambar 2.28 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala (dengan jempol)

29. Gerakan menekan bagian daun telinga.

Gambar 2.29 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga)

Menekan , mengeser dikit dengan menggunakan

ujung jari pada cekungan alis mata untuk

menghilangkan pengapuran yang menutupi

saraf mata dan selalu arahkan gerakan pemijatan

keluar ke arah cekungan kening di samping mata

untuk menghilangakan bintit mata yang dapat

menghubungkan saraf emosi/ sedih dan kelenjar

air mata yang tidak terhubung (Wratsongko,

2015).

Gerakan menekan tombol telinga berfungsi

mengaktifkan sistem saraf agar tidak terjadi

pikun atau penuaan (Wratsongko, 2015).

Gerakan menekan daun telinga berfungsi

menyuplai darah ke wajah yang mengoptimalkan

otot –otot di wajah dan saraf (Wratsongko,

2015).

45

30. Memutar hingga area seluruh daun telinga dan menekan bagian pinggir dalam

telinga kemudian jari-jari jempol melakukan pengurutan

Gambar 2.30 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga )

31. Gerakan pemijatan tombol sekitar tulang selangkah

Gambar 2.31 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki

32. Gerakan pemijatan sekitar tombol pembakaran pada kaki.

Gambar 2.32 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki

Gerakan menekan di sekitar tulang selangka

merupakan tombol sensor untuk mengetahui

tingkat rangsangan terhadap seluruh sistem

saraf apakah telah berjalan dengan baik (Zainul,

2007).

Gerakan menekan tombol pembakaran

bermanfaat mengaktifkan sistem perlawanan

tubuh dan stimulus tombol kesehatan seperti

pencernaan, reproduksi, pembuangan ginjal

dan sistem kekebalan di liver (Zainul, 2007).

Gerakan menekan bagian pingir dalam telinga

dengan mengunakan jari jari berfungsi

meningkatkan kualitas daya ingat,

meningkatkan energi keseluruh tubuh,

mengobati stres, kecemasan, depresi dan

meningkatkan sistem kestabilan tubuh

(Wratsongko, 2015).

46

33. Gerakan sekitar pergelangan kaki yaitu pemijatan dengan menekan tombol cekungan mata kaki ke dalam dan pemijatan cekungan mata kaki keluar.

Gambar 2.33 Gerakan Sekitar Pergelangan Kaki ( Sumber : Documentasi pribadi, 2016)

2.3.3 Pengaruh Olah Gerak dan Olah Nafas dengan Metode Lafidzi

Terhadap Depresi

Pada depresi terjadi ganguan pada sistem neurobiologi yang sering

dipengaruhi oleh stressor yaitu pada aksis HPA (hypotalamic Pituitary Adrenal), sehingga

apabila HPA dipaksa untuk menghadapi stressor- stressor secara berlebih maka HPA

akan mengalami hiperaktivitas, yang nantinya akan mempengaruhi volume

hipokampus pada seseorang dan akan berdampak pada berkurangnya kemampuan

untuk berkonsentrasi dan ketajaman daya ingat seseorang, selain itu juga berdampak

pada meningkatnya kadar Glukokortikoid, yang akan mengakibatkan berhentinya

siklus sel sehingga volume hipokampus berkurang (Bramastyo, 2009).

Olah gerak dan olah nafas dalam metode lafidzi dapat mengurangi stress dan

menjauhkan dari depresi. Setiap bernafas dengan cara memasukan dan mengeluarkan

udara dari paru – paru dapat memastikan oksigen (O2) yang sangat diperlukan tubuh

untuk masuk ke dalam paru-paru. Sedangkan karbondioksida (CO2) yang tidak

berguna dibuang keluar. Pernafasan tergantung pada tulang rusuk dan diafragma

(lapisan otot bagian bawah paru- paru). Oksigen dari udara dialirkan dari paru-paru

Gerakan menekan tombol di cekungan mata

kaki dalam bermanfaat untuk membuang

sampah biolistrik dari sistem keseimbangan

tubuh, sedangkan dengan menekan tombol

mata kaki luar bermanfaat untuk membuang

sampah biolistrik sistem pencernaan,

penglihatan, pengungkapan dan pendengaran

(Zainul, 2007).

47

ke darah. Darah membawah oksigen keseluruh tubuh, lalu menukarnya dengan

karbondioksida dan dibawahnya kembali ke paru- paru untuk dihembuskan keluar.

Olah nafas diperlukan agar nafas yang dihirup dapat menghasilkan output berupa

oksigen yang optimal bagi tubuh.

Sedangkan olah gerak dengan metode lafidzi adalah gerakan tubuh sederhana

yang meliputi gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan serta gerakan pemijatan syaraf

yang dapat menstimulus pengeluaran endorfin yang merupakan polipeptida opioid

endogen oleh kelenjar pituitari dan hipotalamus. Endorfin memiliki efek analgesik

yang juga dapat menghasilkan perasaan segar dan bahagia pada individu. Salain itu

dengan olah gerak merode lafidzi juga dapat menginduksi seluler dan molekuler

yang dapat mendorong antiogenesis, neurogenesi dan sinaptogenesis otak.

Mekanisme neurobiologis yang terhadap kognitif yaitu peningkatan aliran darah ke

otak pada beberapa daerah kortikal yang merupakan peptiol dan subkortikal yang

nantinya akan menghasilkan peningkatan sintesis dan penggunaan neurotransmitter,

penurunan formasi protein betaamyloid, peningkatan sintesis dan pelepasan BDNF

(Kowel, 2006).