Upload
phamdan
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan
dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Siti, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu
proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan
berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan.
Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (45-59
tahun), elderly old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi
yang membagi ke dalam : young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia
85 tahun ke atas) (Mauk, 2010).
2.1.2 Karakteristik Lansia
Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
Kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
14
2.1.3 Proses Penuaan
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi
tua merupaka proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan , yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran , misalnya
kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan
secara alamiah yang umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan
kejadian hilangnya jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh
“mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ
tubuh tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum tergolong lanjut usia atau
masih mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok (deskriminasi).
Ada pula orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar,
dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering di alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan
struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, (misalnya hipertensi,
arteriosklerosis, diabetes militus, dan kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya
hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke , infark miokard, koma
asidotik, kanker metastasis dan sebagainya (Nugroho, 2008).
15
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikologis, teori sosial dan teori konsekuensi personal.
1. Teori biologi
a. Teori Jam Genetik
Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram
bahwa material didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis
terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini di dasarkan pada kenyataan bahwa
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan) yang tertentu.
Manusia memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di
perkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi (Padila, 2013).
b. Wear and Tear Theory
Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat
kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak
mampu meremajakan fungsinya (Padila, 2013).
c. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).
d. Slow Immunology Theory
Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan
responbilitas. Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
16
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat
tersebut menjadi jaringan lemah (Padila, 2013).
e. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi
(Padila, 2013).
f. Teori Rantai Silang
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular,
lama kelamaan akan meningkat kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan
oleh karena sel- sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan
yang sangat kuat (Padila, 2013).
g. Teori Mutasi Somatik
Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal
menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia, 2014).
h. Teori Nutrisi
Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu
meningkatkan makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih
lama sehat. (Sofia, 2014).
17
2. Teori Psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif termasuk
pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan. Teori yang merupakan
psikososial adalah sebagi berikut :
a. Teori integritas Ego
Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang
harus di capai dalam tahap perkembangannya. Tugas perkembangan terkahir
merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaianya.
b. Teori integritas personal
Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak
dan tetap bertahan secara stabil.perubahan yang radikal pada usia tua bisa
menjadi mengindikasi penyakit otak (Padila 2013).
3. Teori Sosial
Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan,
kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila 2013).
4. Teori konsekuensi fungsional
Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan
perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013).
18
2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
sosial, dan psikologis.
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan
dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar
bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit
menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan
dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan
volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot-
otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi
fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih
tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut
menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun,
rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh
serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
19
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem
saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause
yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat
mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan
asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut
menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke
ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi
urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang
dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan.
20
k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).
2. Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan
fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan
hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan
gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut
menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu
yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan
sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).
3. Perubahan Kognitif
Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah
lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan
hal yang sering terjadi (Fatimah 2010).
4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,
kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal
(Siti dkk, 2008).
2.2 Konsep Depresi
2.2.1 Definisi Depresi
Depresi merupakan gangguan alam perasaan, ditandai dengan sindrom
depresif parsial atau penuh, atau kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas
yang biasa dan yang dilakukan pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi
21
sosial atau okupasi (Doenges, Townsend, & Moorhouse, 2006). Menurut Yosep
(2009) merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanisfestasikan dengan
gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu
yang bersangkutan. Bisa juga disertai oleh komponen psikologis dan komponen
somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang (Prabowo, 2014). Perasaan sedih
yang berlebihan, murung, tidak semangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan
tidak ada harapan adalah tanda dari depresi sehingga pikiran klien akan berpusat pada
kegagalan dan menuduh diri sendiri, dan klien tidak tidak berminat pada
pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari (Ariani, 2012).
2.2.2 Faktor Penyebab Depresi
Menurut Dalami, et al. (2009), faktor penyebab depresi dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetik mengemukakan transmisi gangguan alam perawaan diteruskan
melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada
kembar monozigote dari pada kembar dizigote.
b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi
diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Ambivalen
antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang
menyalahkan diri sendiri.
c. Teori kehilangan berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya
kehilangan orang tua pada masa anak-anak, perpisahan yang bersifat traumatik
dengan orang yang dicintai sehingga individu tidak berdaya untuk mengatasi
kehilangan tersebut.
22
d. Teori kepribadian mengambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan
harga diri yang rendah mempengaruhi kepercayaan dan penilaian terhadap
depresi.
e. Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif
yang dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan
masa depan.
f. Teori belajar ketidakbedayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari
kehilangan kendali diri lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi
masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya
mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan respon
yang adaptif.
g. Teori perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan yang ada.
h. Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi
perubahan kimiawi / hormonal yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hiperssekresi kortisol. Perubahan hormon pada wanita lebih
tinggi dikarenakan perubahan hormon secara drastis yang sangat sulit
dikendalikan seperti perubahan hormon sesaat sebelum menstruasi (ketegangan
pre-menstruasi) (Junaidi, 2012).
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan alam perasaan meliputi :
a. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-
obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan
ketidakseimbangan metabolime tubuh. Faktor obat-obatan yang dapat
23
diketahui melalui efek samping obat yang digunakan, teruatam pada
sejumlah penderita kelainan jiwa yang juga bisa menyebabkan depresi
misalnya penyakit kecemasan, skizofrenia dan sebagainya (Junaidi, 2012).
b. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan
cinta seseorang dan kehilangan harga diri.
c. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian dan kehilangan
pekerjaan.
3. Perilaku
Tabel 2.1 Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Afektif Sedih, cemas, apatis, murung
Kebencian, kekesalan, marah
Perasaan ditolak, perasaan bersalah
Merasa tidak berdaya, putus asa
Merasa sendirian, rendah diri, dan tak berharga
Kognitif Ambivalensi, bingung, ragu-ragu
Tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi
Menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri
Rasa tidak menentu dan pesimis
Fisik Gangguan pencernaan, sakit perut, anoreksia, mual,
muntah, konstipasi
Lemah, lesu, nyeri kepala dan dana, insomnia, perubahan
berat badan dan gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impotent, dan tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah
Laku
Agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi sosial,
irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, dan
gangguan kebersihan baik diri dan lingkungan.
Sumber : Dalami, et al. (2009)
24
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan pada reaksi kehilangan yang
memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang
hebat. Depresi yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan, mekanisme koping
yang digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania
merupakan mekanisme koping pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari
kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
Menurut Yosep (2009) depresi disebabkan oleh banyak antara lain: faktor
herediter dan genetik , faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik,
faktor psikobiologi,factor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor elektrolit,
dan sebagainya. Depresi lebih banyak dijumpai pada seseorang dengan kepribadian
tertentu, sedang kepribadian banyak ditentukan oleh genetik. Bila seseorang lebih
rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasa yang bersangkutan
mempunyai corak kepribadian sendiri (kepribadian depresif) dengan ciri-ciri :
a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,
iritable, tegang, dan agitatif.
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih
senang berdamai untu menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal
dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit
ini dan itu.
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka
menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu,
menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.
25
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan
mekanisme pertahanan penyangkalan.
2.2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala depresi ditandai dengan data subjektif dan objektif, menurut
Yosep (2010) antara lain :
a. Data Subjektif
Data subjektif menunjukkan bahwa klien tidak mampu mengutarakan
pendapat dan malas berbicara. Sering mengemukakan keluhan somatik seperti
nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya
sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus
asa, mudah tersinggung, tidak mampu dalam berkonsentrasi dan cenderung
ingun bunuh diri.
b. Data Objektif
Data objektif menunjukkan bahwa gerakan tubuh klien terhambat, tubuh
yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah
murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret, kadang-kadang
dapat terjadi stupor. Seseorang yang depresi juga tampak berfikir lambat,
seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai
minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal. Beberapa orang
akan mengalami perasaan bersalah mendalam, tidak masuk akal (irasioanal),
waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang suka
menunjukkan sikap bermusuhan, mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka
diganggu. Bahkan ada juga yang mengalami kebersihan diri yang kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
26
2.2.4 Bentuk-Bentuk Depresi
Menurut Junaidi (2012) depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara
lain :
1. Depresi Situasional
Depresi situasional adalah depresi yang terjadi setelah mengalami suatu
peristiwa sedih yang berat /traumatik seperti kematian orang yang dicintai, di-
PHK, kehilangan mata pencaharian mendadak, bangkrut dan sebagainya.
Sedangkan menurut Mahmet dan Roizen (2010) derpresi situasional
disebabkan oleh tekanan dalam kehidupan, penyebab sering kehilangan
sesuatu atau kesulitan dalam pekerjaan dan biasanya akan berlangsung lebih
dari dua bulan dengan gejala-gejala seperti perubahan pola tidur,
berkurangnya aktifitas, perasaan bersalah dll. Gejala–gejala tersebut akan
membalik seiring waktu, sehingga individu akan mampu melewati masa-masa
itu tanpa harus mengonsumsi obat.
2. Holiday Blues
Holiday blues adalah depresi yang terjadi ketika sedang berlibur atau
merayakan suatu momen sedih, mengenang peristiwa masa lalu yang pahit,
lalu timbul depresi. Depresi jenis ini biasanya bersifat sementara, begitu
momen perasaan khususnya selesai maka orang tersebut akan kembali pulih.
3. Depresi Endogenous
Depresi endogenous adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja
muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya. Menurut Mahmet dan Roizen
(2010) depresi endogenous berasal dari dalam yaitu karena
27
ketidakseimbangan neurokimia daripada konflik psikologis atau stres
lingkungan. Ketidakseimbangan tersebut berasal dari faktor genetika dari
individu.
4. Depresi Vegetatif
Depresi vegetatif membuat penderita cenderung menarik diri dari
pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan dan tidak mau tidur. Yang
dilakukannya hanya melamun dan bingung.
5. Depresi Agiatif
Depresi agitatif diketahui dari penderitannya yang tampak sangat gelisah,
cemas, meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiperaktif, dan
tidak 27ndi diam.
6. Depresi Distrimik
Depresi jenis ini berhubungan dengan perubahan kepribadian yang nyata.
Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka bercanda atau tidak
mampu menikmati kesenangan. Penderita berlaku pasif, menarik diri
(introvert), curiga, suka mengkritik, dan sering menyesali dirinya sendiri.
Beberapa penderita mengeluhkan penyakit fisik berupa sakit dan nyeri,
ketakutan akan musibah atau takut menjadi gila. Penderita juga merasa bahwa
mereka menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau yang
memalukan misalnya kanker, HIV-AIDS, dan berpikir telah menularkan
kepada orang lain sehingga timbul rasa bersalah dan penyesalan.
7. Depresi Psikotik
Depresi psikotik diderita sekitar 15% penderita terutama pada depresi
berat, akan mengalami delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau
halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang sesungguhnya tidak ada).
28
Penderita yakin telah berbuat dosa atau kejahatan besar yang tidak dapat
diampuni sehingga banyak lingkungan sekita yang menuduh atau memberikan
judgemen bahwa penderita adalah orang 28ndicato sehingga pantas untuk
mati. Perasaan tersebut membuat penderita tidak aman dan tidak berharga
yang menyebabkan depresi berat dimana penderita yakin bahwa dia diawasi
dan dihukum.
2.2.5 Tingkat Depresi
Menurut Prabowo (2014), tingkatan depresi dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Depresi Ringan
Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya antara lain
bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih, perubahan proses pikir,
komunikasi dan hubungan sosial kurang baik, dan merasa tidak nyaman
(Dalami, et al. 2009).
2. Depresi Sedang
a. Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan dan harga
diri rendah
b. Proses pikir : perhatian sempit, berfikir lambat, ragu-ragu atau bimbang,
konsentrasi menurun, berfikir rumit dan putus asa serta pesimis.
c. Sensasi somatic dan aktifitas motorik : bergerak lamban, tugas-tugas terasa
berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada, mual, muntah, konstipas,
nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu.
d. Pola Komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan non
verbal meningkat.
e. Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah
tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan.
29
3. Depresi Berat
Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa sedih
tertentu depresi berat) dan mania (rasa gembira berlebihan disertai dengan
gerakan hiperaktif)
a. Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, putus asa
dan inisiatif berkurang.
b. Gangguan proses pikir : halusinasi dan waham, konsetrasi berkurang,
pikiran merusak diri.
c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba
hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau
makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan
perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat.
d. Pola Komunikasi : introvert, tidak ada sama sekali komunikasi verbal.
e. Partisipasi sosial : kesulitan menjalankan peran sosial dan isolasi sosial menarik
diri.
2.2.6 Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
Beck depression inventory merupakan salah satu instrument penelitian yang
digunakan dalam pengkajian depresi baik pada pasien dengan diagnosa kejiwaan,
kesehatan fisik, maupun pada manusia normal pada umumnya (Shahlaei, et al. 2014).
Beck depression inventory ini menjelaskan tentang skala depresi yang digunakan pada
individu yang berumur diatas 13 tahun sampai dewasa dan biasanya tanda dari
depresi ditunjukkan dengan skala 0 sampai 3 pada 20 macam soal yang diberikan.
Instrumen ini memiliki batas nilai yaitu ≤9 mengalami gejala depresi minimal atau
dikatakan normal, 10-16 depresi ringan, 17-29 depresi sedang, dan 30- 63 depresi
30
berat (Farinde, 2013). Menurut Ginting, et al. (2013) dan Shahlaei, et al. (2014)
kuesioner ini mempunyai 3 indikator gejala didalamnya yaitu :
1. Kognitif :
Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa gagal,
kebencian terhadap diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa bimbang,
tidak mampu mengambil keputusan dan kesulitan dalam bekerja atau
melakukan tindakan.
2. Emosi / Affektif :
Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu merasa sedih,
menangis, mudah tersinggung, perasaan pesimis, perasaan tidak puas, bersalah,
keinginan untuk bunuh diri dan menarik diri dari lingkungan sosial.
3. Vegetatif / Fungsi Fisik :
Dalam indikator ini terdapat gejala didalamnya yaitu penyimpangan citra
tubuh, gangguan tidur, kehilangan selera/nafsu makan, kelelahan, penurunan
berat badan, gejala psikosomatis, dan kehilangan libido.
Penelitian terkait dengan depresi dengan menggunakan BDI (Beck
Depression Inventory) adalah Rodkjaer, et al. (2014) yang dilakukan pada individu
sebanyak 304 sampel yang terinfeksi HIV di Denmark dengan hasil bahwa
resiko peningkatan depresi pada individu yang terkena HIV lebih besar pada
individu yang menutup diri akan statusnya daripada individu yang terbuka
dengan statusnya sebagai pasien HIV.
31
2.3 Konsep Penerapan Metode Lafidzi
2.3.2 Definisi Metode Lafidzi
Metode Lafidzi adalah pengelolaan kesehatan terpadu memalalui serangkaian
langkah efektif terhadap suatu elemen- elemen tubuh yang terbagi dalam tiga yaitu
olah lahir, fikir, dan dzikir :
1. Olah Lahir
Olah Lahir adalah menjaga, merawat dan memelihara kebugaran fisik tubuh
dengan olah fisik secara teratur, menjaga keseimbangan tubuh serta asupan makanan
bergizi dan higenis. Olah lahir meliputi 2 bagian yaitu :
a. Olah Nafas ialah cara untuk memasukan oksigen yang akan disirkulasi ke
seluruh tubuh untuk memberi makanan setiap sel dan juga merupakan cara
mengeluarkan karbondioksida dan zat siza metabolisme serta racun untuk
membersikan setiap sel didalam tubuh. Melakukan menarik nafas dalam,
maka oksigen yang masuk akan lebih banyak di bandingkan dengan
pernapasan biasa. Metode nafas yang baik adalah sistem yang mampu
memeperlancar aliran getah bening dalam tubuh. Selain dapat meberikan
oksigen pada tubuh, juga merangsang proses listrik pada masing-masing serta
mengerakan aliran getah bening dalam tubuh yang penting bagi sistem
kekebalan (imunitas) dan sistem pembuangan bahan- bahan yang beracun
(detoksifikasi).
b. Olah Gerak adalah melakukan aktifitas fisik dengan sederhana tampa
merasa kelelahan dan kehabisan nafas. Olah gerak dengan metode lafidzi
dapat melenturkan otot –otot pada tubuh, mengendurkan sistem saraf yang
dapat merespon biolistrik menjadi baik. Melakukan olah gerak juga dapat
merangsang sistem imun yang dapat membuat bugar dan segar pada tubuh.
32
Selain itu olah gerak dapat melancarkan pembulu darah sehingga distribusi
oksigen tercukupi.
2. Olah Fikir
Olah fikir adalah menjaga, merawat dan memelihara kesegaran psikis/jiwa
dengan olah jiwa secara teratur, menjaga keseimbangan alam pikir terkait dengan
pengaktifan saraf parasimpatik dan keseimbangan frekuensi gelombang
otak(Zainul, 2007).
Menurut Sasongko dan Trianggono (2006) berfikir adalah bagian dalam
proses otak untuk menanggulagi setiap permasalahan, apabila selama proses
pembentukannya otak tidak sertai oleh hal-hal yang menggangu kenormalan
aktifitas. Berfikir kreatif dan produktif hanya akan dihasilkan melalui proses yang
dilandasi keyakinan dan harapan yang sesuai. Pola hidup yang di landasi oleh
nilai-nilai religius adalah pola hidup yang tampa masalah atau hidup tenteram
karena menggunakan proses berfikir dan bertindak yang tidak menimbulkan
masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya.
3. Olah Dzikir
Olah dzikir adalah ritual psiko-religius, mengingat, dan menghayati peran
muthlak Allah SWT dalam setiap gerak dan langkah hidup, sehingga semakin
yakin bahwa kesehatan adalah nikmat dan karunia allah yang tidak ternilai, untuk
kemudian mensyukurinya dengan melakukan perencanaa kesehatan seumur
hidup (Long Life Healthy Planing). Melalui dzikir mampu menyeimbangkan
aktivitas tubuh secara totalitas, disiplin, kontinyu, serta terkontrol (Zainul, 2007).
2.3.2 Manfaat Olah Gerak dan Olah nafas dengan Metode Lafidzi
Olah nafas dengan metode lafidzi dapat dilakukan dengan melakukan
menarik nafas dalam, maka oksigen yang masuk akan lebih banyak di bandingkan
33
dengan pernapasan biasa. Metode nafas yang baik adalah sistem yang mampu
memeperlancar aliran getah bening dalam tubuh. Selain dapat meberikan oksigen
pada tubuh, juga merangsang proses listrik pada masing-masing serta mengerakan
aliran getah bening dalam tubuh yang penting bagi sistem kekebalan dan sistem
pembuangan bahan- bahan yang beracun. Sedangkan Olah gerak dengan metode
lafidzi memberikan banyak manfaat positif, terutama bagi orang yang menggalami
depresi atau stres. Beberapa manfaat dari gerakan pada metode lafidzi adalah: 1)
Melenturkan otot- otot, mengendurkan sistem saraf sehingga respons terhadap
biolistrik menjadi baik, 2) Dapat melancarkan pembulu darah sehingga distribusi
oksigen dan zat nutrizi menjadi lancar, 3) Membuat tubuh menjadi tetap segar dan
kuat, 4) Dapat mengurangi stres dan depresi, 5) Menajamkan daya ingat, karena
meningkatkan aliran darah lebih banyak ke otak, 6) Membersikan biolistrik yang
berhubungan dengan organ- organ dalam yng tersebar diseluruh tubuh, 7)
mengaktifkan organ- organ dalam tubuh (Zainul, 2007).
Salah satu manfaat yang dapat diperoleh setiap gerakan adalah meningkatkan
perasan bahagia dan senang, meningkatkan kekuatan otak, mengurangi kecemasan,
mencegah stress dan depresi, serta mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan.
Mengerakan anggota tubuh dapat menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari (Kendhin, 2009). Menurut Sumedi, Dkk
(2010) dengan menggerakan tubuh selama 10 menit setiap hari kesehatan mental
akan meningkat cepat, daya pikir akan menjadi bertambah jernih. Melakukan gerakan
tidak hanya penting memelihara kebugaran fisik saja tetapi kesehatan mental yang
meliputi: mengurangi stress dan depresi, meningkatkan kekuatan otak,
34
mempengaruhi hormon endogenous opioid, meningkatkan gelombang otak alfa dan
penyalur otak saraf.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan jika terdapat beberapa
manfaat positif dari olah nafas dan olah gerak diantaranya adalah mengurangi stress
dan depresi yang mempengaruhi kesehatan mental. Selain itu dengan olah nafas dan
olah gerak dapat memberikan perasaan bahagia dan senang yang dapat menurunkan
tingkat depresi.
2.3.3 Proses Olah Gerak dan Olah Nafas Dengan Metode Lafidzi.
a. Proses Nafas ( Olah Nafas)
Proses pernafasan merupakan proses masuknya O2 melalui saluran nafas
kemudian masuk keparu dan diproses kedalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses
dalam paru- paru tepatnya di bronkus dan diedarkan keseluruh tubuh melalui
pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan O2. Apabila O2 dalam
otak tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan
menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor
(CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan
produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh
medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan endorphin
sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Aryana
Dkk, 2013).
b. Proses Pergerakan (Olah Gerak)
Melakukan gerakan sederhana dapat memberikan kelenturan, kekuatan,
ketahanan dan pengaktifan orang- organ dalam tubuh. Melakukan kelenturan
35
mampu mendorong proses biofisika dan biokimia tubuh yang dapat berjalan lancar
dan optimal. Gerakan kekuatan memberikan kekuatan pada bagian- bagian
persendin tubuh, diantaranya otot, leher, bahu, otot perut, bokong, tulang belakang,
persendian kaki dan merangsang aliran oksigen ke otak. Gerakan ketahanan mampu
memberikan kekuatan pada tubuh dan pengaktifan pada organ- organ tubuh.
Sedangkan gerakan pemijatan dapat membersikan sampah bio- elektrik dari tubuh,
melepaskan sumbatan yang menyebkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan
menghindarkan dari penyakit- penyakit genetik. (Zainul, 2007).
Berikut ini adalah contoh gerakan-gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan dan
gerakan proses pemijatan dengan metode lafidzi :
1. Membuka rahang dengan kosonan A.
Gambar 2.1 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan A)
2. Membuka rahang dengan kosonan I.
Gambar 2.2 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan I
Gerakan membuka rahang atau membuka
mulut berfungsi untuk penguatan otot-otot
yang mengelilingi mulut pada rahang bawah
(Trisnowiyanto, 2012).
Gerakan membuka rahang dengan konsonan I
atau gerakan seperti ujuk gigi berfungsi untuk
penguatan otot- otot yang mengelilingi mulut pada
rahang bawah (Trisnowiyanto, 2012).
36
3. Membuka rahang dengan kosonan U.
Gambar 2.3 Kelenturan Kepala (membuka rahang dengan kosonan U)
4. Melenturkan leher dengan menunduk dan tengada.
Gambar 2.4 Kelenturan Leher
5. Melenturkan leher dengan menengok kiri, kanan dan di putar.
Gambar 2.5 Kelenturan Leher
Gerakan membuka rahang dengan konsonan U atau
gerakan seperti bersiul berfungsi untuk penguatan
otot-otot yang mengelilingi mulut serta pengeluaran
udara yang panjang (Trisnowiyanto, 2012).
Melenturkn leher dengan menunduk dan tengadah
berfungsi melepaskan ketegangan otot serta
meningkatkan kemampuan untuk melakukan
aktivitas tampa stres ( Dennison, 2008).
Melenturkan leher dengan menegok kiri, kanan dan
memutar berfungsi memperbaiki pernapasan dan
meningkatkan relaksasi dari pita suara sehingga
resonansi sewaktu berbicara lebih besar (Dennison,
2008).
37
6. Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri.
Gambar 2.6 Kelenturan Leher
7. Melenturkan badan dengan dada dibusungkan ke depan.
Gambar 2.7 Kelenturan Badan
8. Melenturkan tangan dengan memutar lengan kedepan dan kebelakang.
Gambar 2.8 Kelenturan Tangan
Melenturkan leher dengan menarik kanan dan kiri
berfungsi melemaskan dan merengangkan otot dan
persendian di sekitar leher (Dennison, 2008).
Melentukan badan dengan dada di busungkan ke
depan bermanfat untuk melenturkan tubuh bagian
tengah dan atas dan dapat mengurangi berat badan
(Wratsongko, 2015).
Memutar lengan ke depan dan ke belakang adalah
gerakan membangkitkan biolistrik didalam tubuh
sekaligus menjadi sirkulasi oksigen yang cukup,
sehingga tubuh akan terasa segar dan
meningkatkan energi dalam tubuh ( Sagiran,
2012).
38
9. Melenturkan tangan dengan menarik lengan kedepan.
Gambar 2.9 Kelenturan Tangan
10. Melenturkan tangan dengan menarik kebelakang.
Gambar 2.10 Kelenturan Tangan
11. Melenturkan tangan dengan meneku siku.
Gambar 2.11 Kelenturan Tangan
Melenturkan tangan dengan menarik lengan ke
depan berfungsi merengangkan otot bahu dan
merengangkan pungung bagian atas (Wratsongko,
2015)
Gerakan memutar tangan dengan menarik
kebelakang bermanfaat membuka simpul –simpul
saraf di bahu, belikat, dan tulang belakang
(Wratsongko, 2015).
Melenturkan tangan dengan menekuk siku
bermanfaat meningkatkan elastisitas dan kekuatan
otot dan memeperbaiki peredaran darah otot
sehingga terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(Wratsongko, 2015)
39
12. Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan tangan.
Gambar 2.12 Kelenturan Tangan
13. Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan tangan.
Gambar 2.13 Kelenturan Tangan
14. Menekuk pergelangan tangan.
Gambar 2.14 Kelenturan Tangan
Melenturkan tangan dengan menekan pergelangan
tangan bermanfaat melepaskan sumbatan yang
menyebabkan kekacauan biolistrik dalam tubuh dan
dapat terhindar dari penyakit-penyakit genetik
(Zainul, 2007).
Melenturkan tangan dengan memutar pergelangan
tangan bermanfaat menstimulasi tombol –tombol
kesehatan di pergelangan tangan, lengan bawah, siku,
dan sedikit di bahu (Wratsongko, 2015).
Menekuk atau menekan pergelangan tangan
bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah
kekakuan pada sendi dan melancarkan sirkulasi
darah dalam tubuh ( Wratsongko, 2015).
40
15. Menekan pergelangan tangan.
Gambar 2.15 Kelenturan Tangan
16. Memutar pergelangan tang an
Gambar 2.16 Kelenturan Tangan
17. Menekuk jari –jari kedepan.
Gambar 2.17 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang
Menekuk jari –jari kedepan atau belakang
bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-
organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik
maupun daya pikir secara keseluruhan (
Wratsongko, 2015).
Memutar pergelangan tangan bermanfaat
melenturkan saraf pada bagian pergelangan dan
merawat kinerja pengatur ritme jantung atau nadi
agar bekerja optimal (Wratsongko, 2015).
Menekuk atau menekan pergelangan tangan
bermanfaat meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah kekakuan
pada sendi dan melancarkan sirkulasi darah dalam
tubuh ( Wratsongko, 2015).
41
18. Menekan jari-jari ke belakang.
Gambar 2.18 Menekuk Jari Jari Tangan Kedepan atau Kebelakang
19. Menekan jari- jari ke samping.
Gambar 2.19 Menekan Jari Jari Tangan ke Samping
20. Menekuk pergelangan kaki ke depan.
Gambar 2.20 Kelenturan Kaki-kaki
Menekuk pergelangan kaki ke depan bermanfaat
memberikan kelenturan otot-otot tubuh yang kaku,
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan
fleksibilitas otot dalam tubuh (Zainul, 2007).
Menekan jari –jari kedepan atau belakang
bermanfaat merangsang sel –sel otak dan organ-
organ yang ada dalam tubuh agar tetap aktif,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik
maupun daya pikir secara keseluruhan(
Wratsongko, 2015).
Menekan jari-jari kesamping bermanfaat
melancarkan peredaran darah dalam tubuh,
mengaktifkan fungsi otak besar, dan dapat
membersikan sampah bio-elektrik dari tubuh
(Zainul, 2007).
42
21. Menekan pergelangan kaki ke belakang.
Gambar 2.21 Kelenturan Kaki-kaki
22. Memutar pergelangan kaki.
Gambar 2.22 Kelenturan Kaki- Kaki Bagian Bawah
23. Gerakan pemijatan buku-buku jari.
Gambar 2.23 Gerakan Pemijatan Buku-buku Jari
Jari kelingking : membuang sampah biolistrik dan
sistem pencernaan seperti lambung, jari manis :
membuang sampah biolistrik sistem organ
penglihatan, pendengaran, dan emosional, jari
tengah: membuang sampah biolistrik dari sistem
pernafasan, jari telunjuk : mrmbuang sampah
biolistrik dari sistem pikiran (kecerdasan), ibu jari :
membuang sampah biolistrik dari sistem
keperkasaan (tenaga atau energi) (Zaiunul, 2007).
Gerakan memutar pergelangan kaki bermanfaat
untuk meningkatkan fungsi ginjal secara cepat dan
mengurangi pembekakan disekitar pergelangan
kaki akIbat penurunan fungsi ginjal (Wratsongko,
2015).
Menekuk pergelangan kaki ke belakang
bermanfaat memberikan kelenturan otot-otot
tubuh yang kaku, melancarkan peredaran darah
dan saraf sehingga mampu mendorong prosses
biofisika dan biokimia tubuh dengan lancar dan
optimal (Zainul, 2007).
43
24. Gerakan pemijatan bagian pergelangan tangan.
Gambar 2.24 Gerakan Pemijatan Siku
25. Gerakan pemijatan bagian ketiak.
Gambar 2.25 Gerakan Pemijatan Siku
26. Gerakan pemijatan bagian siku-siku.
Gambar 2.26 Gerakan Pemijatan Siku
Gerakan pemijatan tombol siku bermanfaat
untuk memberikan tambahan biolistrik positif
dalam membuang sampah biolistrik yang
terakumulasi di lengan dan jari- jari
(Wratsongko, 2015).
Gerakan menekan tombol –tombol pada ketiak
merupakan pusat dari seluruh sistem tubuh yang
berfungsi memberikan stimulus pada pleksus
brakialis (cabang besar serabut saraf yang
berasal dari saraf tulang belakang ) yang
melayani lengan hingga jari , baik untuk fungsi
sensorik, motorik maupun otonom
(Wratsongko, 2015).
Gerakan pemijatan pada tombol- tombol
pergelangan tangan bermanfaat untuk
melepaskan sumbatan yang menyebabkan
kekacauan biolistrik dalam tubuh dan dapat
menghindarkan dari penyakit- penyakit genetik
(Zainul, 2007).
44
27. Gerakan pemijatan cekungan alis mata pada bagian kepala.
Gambar 2.27Gerakan Pemijatan kepala
28. Gerakan pemijatan tombol belakang telinga.
Gambar 2.28 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala (dengan jempol)
29. Gerakan menekan bagian daun telinga.
Gambar 2.29 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga)
Menekan , mengeser dikit dengan menggunakan
ujung jari pada cekungan alis mata untuk
menghilangkan pengapuran yang menutupi
saraf mata dan selalu arahkan gerakan pemijatan
keluar ke arah cekungan kening di samping mata
untuk menghilangakan bintit mata yang dapat
menghubungkan saraf emosi/ sedih dan kelenjar
air mata yang tidak terhubung (Wratsongko,
2015).
Gerakan menekan tombol telinga berfungsi
mengaktifkan sistem saraf agar tidak terjadi
pikun atau penuaan (Wratsongko, 2015).
Gerakan menekan daun telinga berfungsi
menyuplai darah ke wajah yang mengoptimalkan
otot –otot di wajah dan saraf (Wratsongko,
2015).
45
30. Memutar hingga area seluruh daun telinga dan menekan bagian pinggir dalam
telinga kemudian jari-jari jempol melakukan pengurutan
Gambar 2.30 Gerakan Pemijatan Sekitar Kepala ( bagian telinga )
31. Gerakan pemijatan tombol sekitar tulang selangkah
Gambar 2.31 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki
32. Gerakan pemijatan sekitar tombol pembakaran pada kaki.
Gambar 2.32 Gerakan Pemijatan Sekitar Kaki
Gerakan menekan di sekitar tulang selangka
merupakan tombol sensor untuk mengetahui
tingkat rangsangan terhadap seluruh sistem
saraf apakah telah berjalan dengan baik (Zainul,
2007).
Gerakan menekan tombol pembakaran
bermanfaat mengaktifkan sistem perlawanan
tubuh dan stimulus tombol kesehatan seperti
pencernaan, reproduksi, pembuangan ginjal
dan sistem kekebalan di liver (Zainul, 2007).
Gerakan menekan bagian pingir dalam telinga
dengan mengunakan jari jari berfungsi
meningkatkan kualitas daya ingat,
meningkatkan energi keseluruh tubuh,
mengobati stres, kecemasan, depresi dan
meningkatkan sistem kestabilan tubuh
(Wratsongko, 2015).
46
33. Gerakan sekitar pergelangan kaki yaitu pemijatan dengan menekan tombol cekungan mata kaki ke dalam dan pemijatan cekungan mata kaki keluar.
Gambar 2.33 Gerakan Sekitar Pergelangan Kaki ( Sumber : Documentasi pribadi, 2016)
2.3.3 Pengaruh Olah Gerak dan Olah Nafas dengan Metode Lafidzi
Terhadap Depresi
Pada depresi terjadi ganguan pada sistem neurobiologi yang sering
dipengaruhi oleh stressor yaitu pada aksis HPA (hypotalamic Pituitary Adrenal), sehingga
apabila HPA dipaksa untuk menghadapi stressor- stressor secara berlebih maka HPA
akan mengalami hiperaktivitas, yang nantinya akan mempengaruhi volume
hipokampus pada seseorang dan akan berdampak pada berkurangnya kemampuan
untuk berkonsentrasi dan ketajaman daya ingat seseorang, selain itu juga berdampak
pada meningkatnya kadar Glukokortikoid, yang akan mengakibatkan berhentinya
siklus sel sehingga volume hipokampus berkurang (Bramastyo, 2009).
Olah gerak dan olah nafas dalam metode lafidzi dapat mengurangi stress dan
menjauhkan dari depresi. Setiap bernafas dengan cara memasukan dan mengeluarkan
udara dari paru – paru dapat memastikan oksigen (O2) yang sangat diperlukan tubuh
untuk masuk ke dalam paru-paru. Sedangkan karbondioksida (CO2) yang tidak
berguna dibuang keluar. Pernafasan tergantung pada tulang rusuk dan diafragma
(lapisan otot bagian bawah paru- paru). Oksigen dari udara dialirkan dari paru-paru
Gerakan menekan tombol di cekungan mata
kaki dalam bermanfaat untuk membuang
sampah biolistrik dari sistem keseimbangan
tubuh, sedangkan dengan menekan tombol
mata kaki luar bermanfaat untuk membuang
sampah biolistrik sistem pencernaan,
penglihatan, pengungkapan dan pendengaran
(Zainul, 2007).
47
ke darah. Darah membawah oksigen keseluruh tubuh, lalu menukarnya dengan
karbondioksida dan dibawahnya kembali ke paru- paru untuk dihembuskan keluar.
Olah nafas diperlukan agar nafas yang dihirup dapat menghasilkan output berupa
oksigen yang optimal bagi tubuh.
Sedangkan olah gerak dengan metode lafidzi adalah gerakan tubuh sederhana
yang meliputi gerakan kelenturan, kekuatan, ketahanan serta gerakan pemijatan syaraf
yang dapat menstimulus pengeluaran endorfin yang merupakan polipeptida opioid
endogen oleh kelenjar pituitari dan hipotalamus. Endorfin memiliki efek analgesik
yang juga dapat menghasilkan perasaan segar dan bahagia pada individu. Salain itu
dengan olah gerak merode lafidzi juga dapat menginduksi seluler dan molekuler
yang dapat mendorong antiogenesis, neurogenesi dan sinaptogenesis otak.
Mekanisme neurobiologis yang terhadap kognitif yaitu peningkatan aliran darah ke
otak pada beberapa daerah kortikal yang merupakan peptiol dan subkortikal yang
nantinya akan menghasilkan peningkatan sintesis dan penggunaan neurotransmitter,
penurunan formasi protein betaamyloid, peningkatan sintesis dan pelepasan BDNF
(Kowel, 2006).