24
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid fever ialah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid yaitu jenis terbanyak dari salmonelosis. Banyak jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B) dan S. hirschfeldii (semula S. paratyphi c) (Rohana, 2016). Demam tifoid merupakan infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan tanda gejala utama demam (lebih dari 1 minggu), gangguan saluran pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat atau kesadaran (Daud, 2013). Demam tifoid adalah salah satu penyakit infeksi bakteri pada organ usus halus, dan ada pada aliran darah yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, dan C (Ardiansyah, 2012 dalam Harliani, 2014). 2.1.2. Etiologi Etiologi demam tifoid merupakan Salmonella typhi, Salmonella yang tergolong dalam family Enterobacteriaceae. Salmonela besrsifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, dan gram suhu (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, beberapa hari atau minggu, bahan limbah, bahan farmasi , bahan makanna kering, serta tinja. Salmonella mati pada suhu 54.4 0 C dalam 1 jam, atau 60 0 C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (Somatic) yaitu komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Demam Tifoid

2.1.1. Definisi Demam Tifoid

Demam tifoid atau typhoid fever ialah penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid yaitu jenis terbanyak dari salmonelosis.

Banyak jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh

S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B) dan S. hirschfeldii (semula S. paratyphi

c) (Rohana, 2016).

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh

Salmonella typhi dengan tanda gejala utama demam (lebih dari 1 minggu), gangguan

saluran pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat atau kesadaran (Daud, 2013).

Demam tifoid adalah salah satu penyakit infeksi bakteri pada organ usus halus, dan

ada pada aliran darah yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi

A, B, dan C (Ardiansyah, 2012 dalam Harliani, 2014).

2.1.2. Etiologi

Etiologi demam tifoid merupakan Salmonella typhi, Salmonella yang tergolong

dalam family Enterobacteriaceae. Salmonela besrsifat bergerak, berbentuk batang, tidak

membentuk spora, tidak berkapsul, dan gram suhu (-). Tahan terhadap berbagai

bahan kimia, beberapa hari atau minggu, bahan limbah, bahan farmasi , bahan

makanna kering, serta tinja. Salmonella mati pada suhu 54.40C dalam 1 jam, atau 600C

dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (Somatic) yaitu komponen

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

10

dinding sel dari lipopolisakarida yang satbil pada panas, dan antigen H (flagellum)

merupakan protein yang labil terhadap panas. Pada Salmonella typhi, terdapat juga pada

Salmonella dublin, dan Salmonella hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul

(Widagdo, 2011).

2.1.3. Patogenesis

Salmonella typhi adalah basil gram negative yang bergerak dengan rambut getar.

Transmisi Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yang dikenal

dengan 5F yaitu Food atau makanan yang terkontaminasi kuman atau bakteri, Fingers

(jari tangan atau kuku) melalui tangan ke mulut dimana tangan yang tidak hygienis

yang terdapat bakteri langsung bersentuhan dengan makanan yang dimakan, Fomitus

(muntah), Fly (lalat) dan Feses yaitu transmisi kotoran atau tinja adalah kotoran

individu yang terdapat basil salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan sumber air

yang dipergunakan sebagai air minum yang kemudian langsung diminum tanpa

dimasak terlebih dahulu (Hornik 1978, dalam Muttaqin & Sari, 2011).

Agar dapat menimbulkan infeksi dibutuhkan inokulum sebanyak 105-109

kuman Salmonella typhi. Keasaman lambung adalah faktor penentu dari suseptibilitas

terhadap salmonella. Kuman melekat pada jonjot ileum lalu menembus epitel usus

dan melewati plak peyer. Kuman diangkut ke kelenjar getah bening usus dan disitu

kuman memperbanyak diri di dalam sel mononukleus, kemudian sel monosit yang

mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe mesentrik, selanjutnya duktus

limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakteremia pertama yang

berlangsung singkat. Kuman mengikuti peredaran darah dan mencapai jaringan

retikuloendotelial di berbagai organ, antara lain yaitu hati, kandung empedu, limpa,

sumsum tulang, ginjal, paru dan susunan saraf. Di dinding kandung empedu kuman

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

11

berkembang dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama empedu

disalurkan ke usus. Invasi plak peyer terjadi karena adanya gen yang mirip dengan gen

dari Shigella dan E. colly, tetapi jumlah dari gel Salmonella typhi lebih banyak dari gen

Shinggela. Antigen Vi pada permukaan kampsul dari Salmonella typhi berpengaruh pada

proses fagositosis dengan cara mencegah pengikat C3 pada permukaan bakteri.

Kemampuan hidup dari bakteri dalam makrofag yaitu disebabkan karena sifat gana

(virulence trait) yang disebut phoP regulon. Endotoksin yang beredar adalah komponen

lipopolisakarida dari dinding bakteri diperkirakan sebagai penyebab panas dan gejala

toksik dari demam enteric. Endotoksin yang diproduksi karena pengaruh sitokin oleh

makrofag merupakan salah satu penyebab timbulnya tanda gejala sistemik. penyebab

diare yang terjadi adalah toksin yang ada hubungannya dengan toksin kolera dan

toksin yang labil terhadap panas dari E. colly. Penular memperlihatkan adanya

gangguan aktifitas seluler terhadap antigen dari Salmonella typhi. Pada penular

Salmonella typhi dalam jumlah yang besar melewati usus dan dieksresikan dalam tinja

tanpa masuk ke epitel usus (Nelwan, 2012).

2.1.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis demam tifoid cenderung lebih ringan ditandai dengan

demam, malaise, sakit kepala, dan takipnea. Tanda lain pada penyakit ini yang sering

terjadi yaitu diare. Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, namun dapat berkisar diantara 3-

30 hari, hal ini tergantung terutama pada besarnya inokulum yang tertelan.

Manifestasi klinis demam tifoid tergantung pada umur (Kapoor & Barnes, 2013).

a. Anak usia 7- 18 tahun

Pada usia ini terdapat gejala awal demam, malaise, anoreksia, mialgia,

nyeri kepala, dan nyri perut, gejala ini berkembang selama 2-3 hari. Biasanya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

12

terdapat diare selama awal perjalanan penyakit, konstipasi kemudian menjadi

gejala yang lebih mencolok. Mual dan muntah jarang dan memberi kesan

komplikasi, terutama terjadi pada minggu kedua atau ketiga. Batuk dan

epistaksis mungkin ada. Kelesuan berat dapat terjadi pada beberapa anak.

Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi tidak turun-turun dan tinggi

dalam satu minggu, sering mencapai 40 0 C. Selama minggu kedua penyakit,

demam tinggi bertahan, kelelahan, anoreksia, batuk, dan gejala-gejala perut

bertambah parah (Nelson, 2012).

b. Bayi dan anak umur < 5 tahun

Pada anak dengan usia ini biasanya penyakit berlangsung ringan dengan

demam ringan dan lesu, sehingga diagnosis sulit ditetapkan. Pada pemeriksaan

biakan ditemukan adanya Salmonella typhi. Gejala diare lebih sering ditemukan

hingga diagnosisnya mengarah ke gastroenteritis. Pada sebagian anak gejalanya

biasa mengarah ke infeksi saluran nafas bawah (Widagdo, 2011).

c. Bayi baru lahir / Neonatus

Disamping kemampuannya menyebabkan aborsi dan persalinan

prematur, demam enterik atau tifoid selama kehamilan dapat dapat ditularkan

secara vertikal. Penyakit neunatus biasanya mulai dalam tiga hari persalinan.

Muntah, diare, dan kembung sering ada. Suhu tubuh bervariasi tetapi dapat

setinggi 40,5 0C. Dapat terjadi kejang-kejang, anoreksia, dan kehilangan berat

badan (Nelson, 2012).

2.1.5. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.

Keluhan utama adalah badan panas 1 minggu atau lebih. Panas semakin hari semakin

tinggi, terutama pada sore atau malam hari, bisa disertai mengigau, dan kejang. Anak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

13

mungkin mengeluh sakit perut disertai diare, muntah, dan pada anak umur > 5 tahun

biasanya terdapat konstipasi. Anak juga mengeluh sakit kepala, tidak mau makan, dan

badan lemas. Pada keadaan lanjut anak bisa mengeluh BAB hitam atau ada darah.

Diagnosis demam tifoid dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase, dalam

beberapa jam dapat diperoleh hasil yang lebih sensitif dan lebih spesifik dibandingkan

dengan hasil biakan. Sebagai diagnosis diferensial demam tifoid pada stadium awal

adalah gastroenteritis dan infeksi virus, sedangkan pada stadium berikutnya adalah

pneumonia, sepsis, tuberculosis, dan malaria falsiparum (Wardana, Herawati, Yasa,

2014).

Klinis gastroenteritis salmonela tidak mudah dibedakan dengan bakteri atau

parasit lain penyebab diare berdarah, usia, paparan terhadap antibiotic, terdapatnya

demam, berhubungan dengan gejala enteritis, dan bermacam gambaran

epidemiologik kadang-kadang tersangka pada agen penyebabnya. Terdapatnya diare

inflamatori dengan demam secara konsisen juga terjadi pada Shigella, Enteroinvasive E.

coli, Campylabacter jejuni, Yersinia enterocolitica, dan Clostridium difficile. Jika nyeri abdomen

dan tenderness berat, diagnosis alternatif termasuk apendisitis, pervorasi viskus dan

colitis ulserative. Demam tifoid juga menyerupai infeksi sistem retikuloendotel lain,

termasuk infeksi virus Ebstein-Barr, disseminated histoplasmosis, ehrlichiosis, bruselosis,

tularemia, plak, dan typhus (Wardiyah, Setiawati, & Setiawati, 2016).

Selama stadium awal demam tifoid, diagnosis klinis dapat terkelirukan dengan

gastroenteritis sindrom virus, bronkitis, atau bronkopneumonia. Selanjutnya

diagnosis banding meliputi sepsis dengan bakteri patogen lain yaitu infeksi yang

disebabkan mikroorganisme intraseluler, seperti tuberkulosis, bruselosis, tularemia,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

14

leptospirosis, dan penyakit riketsia. Infeksi virus, seperti mononukleosis infeksiosa

dan hepatitis (Nelson, 2012).

2.1.6. Tes Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengecek bakteri

Salmonella typhi pada penderita demam tifoid antara lain :

a. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi

bakteri Salmonella typhi yang spesifik dalam darah penderita, sehingga

memungkinkan diagnosis dalam beberapa jam. DNA (asam nukleat) gen

flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat

atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui

identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi. Metode ini spesifik dan

lebih sensitif untuk mendeteksi bakteri yang terinfeksi dalam darah (Sucipto,

2015).

b. Biakan Salmonella typhi

Biakan Salmonella typhi dari spasimen seperti darah, sumsum tulang,

tinja, urin, dan cairan duodenum. Hasil biakan yang positif memastikan demam

tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena

hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil biakan meliputi (1) jumlah darah yang diambil, (2) perbandingan volume

darah dari media empedu, dan (3) waktu pengambilan darah. Biakan darah

positif pada 40-60% penderita ditemukan pada awal perjalanan penyakit.

Biakan sumsum tulang merupakan metode diagnosis yang palimg sensitif,

biakan ini positif pada 85-90% dan kurang dipengaruhi oleh terapi antimikroba

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

15

sebelumnya, biakan tersebut sering positif selama stadium akhir penyakit.

Biakan tinja dan urin menjadi positif selama masa inkubasi. Bila pada kasus

yang dicurigai dengan biakan tinja negatif, maka biakan aspirasi cairan

duodenum atau kapsul bertali duodenum dapat membantu dalam

mengkonfirmasi infeksi. Pada biakan tersebut yang dilakukan biasanya

membutuhkan waktu sekurang-kurangnya tiga hari untuk mendapat hasil dari

biakan (Prasetyo & Ismoedijanto, 2009).

c. Tes serologis

Tes serologis merupakan pemeriksaan diagnosis untuk mendeteksi

antibodi terhadap antigen Salmonella typhi dan menentukan terdapatnya antigen

spesifik Salmonella typhi. Tes ini terdiri dari atas tes Widal dan ELISA (Garna,

2012).

d. Tes Widal

Pada tes widal diambil darah vena sebanyak 3-5 mL. Prinsip

pemeriksaan yaitu terjadi reaksi aglutinasi antara Salmonella typhi dan aglutinin

penderita. Titer aglutinin dinyatakan dengan nilai pengenceran tertinggi yang

masi menunjukkan aglutinasi. Biasanya titer aglutinin O akan naik lebih dulu

dan lebih cepat hilang dibandingkan dengan aglutinin H atau Vi.

Interprestasi tes widal dinilai berdasarkan kenaikan titer aglutinin empat

kali, terutama aglutinin O atau aglutinin H. penetapan aglutinin O bervariasi

antara titer O > 1/160 sampai > 1/320 atau titer H > 1/800 dengan catatan 8

bulan terakhir tidak mendapatkan vaksinasi atau sembuh dari sakit demam

tifoid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

16

e. Tes ELISA

Pemeriksaan enzyme linkage immunosorbent assay (ELISA) dapat

menentukan antibodi imunoglobulin M (IgM) maupun imunoglobulin G (IgG)

pada penderita demam tifoid.

Metode ini dilakukan untuk mendeteksi kadar antibodi terhadap

Salmonella typhi. Pada metode ini antigen dimobilisasi terlebih dahulu, kemudian

antibodi primer ditambahkan dalam jumlah berlebih, lalu ditambahkan enzim

yang sudah dikonjugasikan dengan imunoglobulin antibodi atau antibodi

sekunder dalam jumlah berlebih. Kompleks antigen-antibodi primer dan

antibodi sekunder diukur secara fotometrik.

Dengan menggunakan lipopolisakarida sebagai antigen didapatkan

sensitivitas untuk IgM sebesar 69-94%, untuk IgG sebesar 93-95%, sedangkan

spesifitasnya untuk IgM dan IgG masing-masing 94% dan 98%.

Teknik yang lebih praktis pada tes ELISA adalah teknik immunodotting,

yaitu menggunakan kertas nitroselulosa sebagai fase padat yang memiliki

kapasitas yang tinggi terhadap protein yang dilapiskan. Antigen antibodi

dilekatkan pada kertas nitroselulosa dan diblokade dengan blocking uffer, terjadi

ikatan yang stabil dan dapat disimpan beberapa bulan pada suhu 40c atau

selama beberapa tahun pada suhu -700c. bila akan dipergunakan dapat segera

dipakai dengan cara meneteskan serum pada dot tersebut dan pemeriksaan

akan selesai dalam waktu 3-4 jam.

2.1.7. Prognosis

Tanpa antimikrob, sulit untuk mengalami penyembuhan, biasanya terjadi pada

anak imunokompromais gastroenteritis salmonela. Bayi dan imunokompromais

terutama mereka dengan infeksi fokal sesudah bakteremia dapat mengalami

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

17

perjalanan penyakit lama disertai komplikasi. Meningitis salmonela mempunyai

pronosis buruk dengan angka kekambuhan tinggi, terutama bila terapinya sebentar.

Walupun dengan terapi yang cukup, penderita dapat mengalami demam tifoid

rekuren sesudah terapi (angka relaps 5-20%). Relaps infeksi salmonela

menggambarkan sulitnya membunuh organisme intrafositik. Karena relaps kadang-

kadang disebabkan oleh organisme resisten, maka obat yang berbeda dari obat inisial

dipakai secara empiris selama menunggu hasil kultur (Dahlan & Munawar, 2014).

Prognosis untuk penderita demam tifoid tergantung pada terapi segera, usia

penderita, keadaan kesehatan sebelumnya, serotip salmonella penyebab, dan

munculnya komplikasi. Bayi yang berusia dibawah satu tahun dan anak-anak dengan

gangguan dasar yang melemahkan berada pada resiko yang lebih tinggi. Munculnya

komplikasi, seperti perforasi saluran pencernaan atau perdarahan berat, meningitis,

endokarditis, dan pneumonia disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi

(Nelson, 2012).

2.2. Konsep Suhu Tubuh

2.2.1. Definisi Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi

oleh tubuh dengan jumlah panas yang keluar atau hilang ke lingkungan luar (Potter &

Perry, 2010). Suhu tubuh merupakan suatu yang relatif konstan. Hal ini sangat

diperlukan agar sel-sel tubuh dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh

berkisar antara 36-37 0C. Suhu tubuh juga dapat diartikan sebagai keseimbangan

antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh (Asmadi, 2012).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

18

Nilai normal suhu tubuh adalah 36,89 0C dan naik-turunya berkisar antara

36,11 0C sampai 37,22 0C. Suhu tubuh yang normal dapat dipertahankan melalui

imbangan yang tepat diantara panas yang dihasilkan maupun panas yang hilang dan

hal tersebut dikendalikan oleh pusat pengaturan panas yang berada di dalam

hipotalamus, pusat ini sangat peka terhadap suhu dari daerah yang melaluinya dan

bekerja sebagai thermostat (Pearce, 2009).

2.2.2. Pengaturan Suhu Tubuh

Pengontrolan suhu manusia dilakukan oleh termoregulasi di hipotalamus yang

menerima input dari 2 temporatur, yaitu 1) reseptor di hipotalamus sebagai monitor

suhu darah yang melewati otak (temporatur inti) dan 2) reseptor pada kulit sebagai

monitor suhu eksternal. Kedua termoreseptor ini memiliki peran yang serta dengan

termoregulasi. Pusat pengaturan suhu tubuh akan terstimulasi apabila respon secara

volunteer tidak mencukupi. Hal ini adalah bagian dari sistem saraf autonom, sehingga

berbagai respon yang terjadi adalah involunter. Apabila kondisi terlalu panas, pusat

pelepasan panas di hipotalamus akan distimulasi (healt loss / HL), sedangkan apabila

kondisi terlalu dingin, maka pusat konservasi panas akan bekerja (heat-conservation /

HC) (Garna, 2012).

Mekanisme pengontrolan suhu tubuh pada manusia dengan menjaga suhu inti

(suhu jaringan dalam) harus tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik

yang ekstrim. Tetapi, suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan

jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu tubuh

normal pada manusia berkisar antara 36 0C sampai 38 0C (96,8 sampai 100,4 0F).

pada rentang ini, jaringan dan sel tubuh berfungsi secara optimal (Potter & Perry,

2010).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

19

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mememengaruhi Suhu Tubuh

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh, antara lain :

a. Usia

Pada bayi yang baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum

sempurna. Oleh sebab itu, suhu tubuh pada bayi sangat dipengaruhi oleh suhu

dari lingkungan sehingga harus dilindungi dari perubahan-perubahan suhu yang

ekstrim karena belum terbentuk sempurna mekanisme kontrol vasomotor

(kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), jumlah jaringan sub kutan, aktivitas

kalenjar keringat, dan metabolisme tubuh. Beberapa orang tua, terutama umur

lebih 75 tahun, beresiko mengalami hypotermi (kurang dari 36º C) (Garna,

2012).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Misalnya, terdapat

peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3-0,5 0C pada wanita yang sedang mengalami

ovulasi. Hal tersebut dapat dikarenakan selama ovulasi terjadi peningkatan

hormone progesterone pada wanita (Asmadi, 2012).

c. Emosi

Jika emosi serta perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi suhu

tubuh, yaitu dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, namun paada orang yang

apatis dan depresi dapat menurunkan produksi panas, sehingga suhu

tubuhnya dapat menurun (Asmadi, 2012). Emosi seperti marah, takut,

bahagia, sedih, dan semacamnya dapat dipetakan menjadi warna-warna yang

terkait dengan aktivitas tubuh saat itu, termasuk di dalamnya adalah yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

20

dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh pada bagian tertentu (Sarinda, Sudarti &

Subiki, 2017).

d. Aktivitas fisik

Orang yang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dapat

meningkatkan suhu tubuh. Karena olahraga dapat meningkatkan

metabolisme sel, sehingga menyebabkan produksi panas meningkat dan pada

akhirnya akan meningkatkan suhu tubuh (Asmadi, 2012). Setelah latihan fisik

atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan

oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C

(Pudjono, 2013).

e. Lingkungan

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi suhu tubuh seseorang. Hal ini dikarenakan lingkungan yang

suhunya panas dapat memberikan pengaruh terhadap suhu tubuh sehingga

mengakibatkan suhu tubuh meningkat (Asmadi, 2012). Perbedaan suhu

lingkungan dapat mempengaruhi sistem pengaturan suhu seseorang. Jika suhu

diukur didalam kamar yang sangat panas dan suhu tubuh tidak dapat dirubah

oleh konveksi, konduksi atau radiasi, suhu akan tinggi. Demikian pula, jika

klien keluar kecuaca dingin tanpa pakaian yang cocok, suhu tubuh akan turun.

f. Stres

Stress fisik meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan

persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang

cemas saat masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

21

suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani

dengan mengunakan sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan

harga diri. Sistem pendukung sangat penting untuk penatalaksanaan stres

seperti keluarga (orang tua) yang dapat mendengarkan, perhatian, merawat

dengan dukungan secara emosional selama mengalami stress. Sistem

pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan peningkatan

kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk

menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat

fungsi semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk

membantu dalam strategi reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk

mengatasi stres (Marchelia, 2014).

2.2.4. Kehilangan Panas Tubuh

Panas hilang dari tubuh melalui beberapa cara yaitu radiasi, konduksi, konveksi,

dan evaporasi yaitu :

a. Radiasi

Merupakan suatu cara dimana mentransfer panas dari permukaan suatu

objek ke permukaan objek yang lain tanpa kontak diantara keduanya. Satu

objek lebih panas dari objek yang lain, maka dengan sendirinya akan kehilangan

panasya melalui radias (Asmadi, 2012). Radiasi perpindahan panas dari

permukaan satu objek kepermukaan objek lain, tanpa hubungan antara dua

objek. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari

organ internal inti membawa panas kekulit dan kepembuluh darah permukaan.

Jumlah panas yang dibawa kepermukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

22

dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit

kesetiap objek yang lebih dingin disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila

perbedaan suhu antara objek juga meningkat. Vasokonstriksi perifer juga

meningkatkan aliran darah kekulit untuk memperluas penyebaran yang keluar.

Vasokonstriksi perifer meminimalkan kehilangan panas keluar, sampai 85%

area permukaan tubuh manusia menyebar panas kelingkungan. Namun, bila

lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas melalui radiasi

(Sandi, 2014).

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas dari satu molekul ke molekul

lain. Perpindahan konduksi tidak dapat mengalihkan tanpa hubungan antara

molekul dan nilai normal pada pengeluaran panas. Contoh ketika badan

direndamkan kedalam air es. Jumlah perpindahan panas tergantung pada

perbedaan suhu, besar dan lama hubungan (kontak). Ketika suhu dua objek

sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda

padat, gas, dan cair. Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan

panas. Konduksi adalah suatu cara pemindahan panas dari satu molekul ke

molekul yang lainnya. Cara ini panas dipindahkan ke molekul yang suhunya

lebih rendah. Pendahan melalui cara konduksi tidak dapat terjadi tanpa

adanya kontak di antara kedua molekul tersebut (Asmadi, 2012).

c. Konveksi

Dimana kehilangan panas tubuh melalui konveksi terjadi apabila

adanya pergerakan udara. Udara yang dekat dengan tubuh menjadi hangat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

23

yang kemudian bergerak agar diganti dengan udara yang dingin (Asmadi,

2012). Konduksi adalah penyebaran panas melalui aliran udara. Biasanya

jumlah sedikit dari udara panas yang berdekatan pada tubuh. Udara panas ini

meningkat dan diganti dengan udara dingin dan orang selalu kehilangan panas

dalam jumlah kecil melalui konveksi. Panas dikonduksi pertama kali pada

molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Pada saat

kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas melalui konveksi

meningkat. Kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui

konveksi. Kehilangan panas konveksi meningkat ketika kulit lembab kontak

dengan udara yang bergerak ringan (Susanti, 2011).

d. Evaporasi

Adalah penguapan terus menerus dari saluran pernafasan dan dari

mukosa mulut serta dari kulit. Kehilangan air yang terus menerus dan tidak

tampak ini disebut kehilangan air yang tidak dapat dirasakan. Jumlah

kehilangan panas yang tidak dirasakan kira-kira 10% dari produksi panas

basal. Pada saat suhu tubuh meningkat, jumlah evaporasi untuk kehilangan

lebih besar. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap

gram air yang menguap. Kira-kira 600 sampai 900 ml sehari menuap dari kulit

dan paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal

ini dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata dan tidak memainkan

peran utama dalam pengaturan suhu (Fatkularini, Mardi, Solechan, 2014).

Dimana kehilangan panas tubuh melalui evaporasi ini terus-menerus terjadi

sepanjang hidup. Kehilangan panas secara evaporasi terjadi melalui

pernapasan dan perspirasi dari kulit (Asmadi, 2012).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

24

2.2.5. Jenis Tindakan Menurunkan Suhu Tubuh

a. Tindakan farmakologi

Terapi farmakologi yang mempunyai efek antipiretik merupakan terapi

diberikan untuk mengurangi suhu tubuh normal atau suhu tubuh yang

meningkat pada heart stroke yang disebabkan oleh malfungsi dari hipotalamus.

Selama demam, pirogen endogen (Interleukin-1) dilepaskan dari leukosit dan

bekerja langsung pada pusat termoregulator dalam hipotalamus dimana untuk

menaikan suhu tubuh. Efek ini dapat berhubungan dengan peningkatan

prostaglandin otak (yang bersifat pirogenik). Aspirin mencegah efek

peningkatan suhu tubuh dari interleukinin-1 dengan mencegah peningkatan

kadar prostaglandin otak. Pemberian obat antipiretik dimana dengan cepat

dapat menurunkan suhu tubuh pasien, disebabkan efek obat tersebut mampu

memblok respons panas pada hipotalamus (Muttaqin & Sari, 2011).

b. Tindakan non farmakologi

Untuk menurunkan suhu tubuh tindakan yang dapat diberikan adalah

dengan menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan

larutan air-alkohol, melakukan kompres pada daerah aksila, dahi, dan lipatan

paha, serta menggunakan kipas angin. Tindakan yang dapat menurunkan suhu

tubuh yaitu menggunkan selimut yang di dinginkan dengan mensirkulasi air

yang dihantarkan oleh unit yang mengunakan motor / pemggerak, dapat

meningkatkan pengeluaran panas secara konduktif. Terdapat beberapa

tindakan untuk dapat memihara suhu tubuh atau menurunkan suhu tubuh

adalah dengan melalui tindkan kompres, yaitu kompres hangat dan kompres

dingin (Asmadi, 2012).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

25

2.2.6. Teknik Pengukuran Suhu Tubuh

Pengukuran suhu tubuh merupkan suatu indikator agar menilai keseimbangan

antara pembentukan dengan pengeluaran panas. Nilai dari pengukuran suhu tubuh ini

akan menunjukan peningkatan jika pengeluaran panas meningkat. Kondisi yang

demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi, dan

lain-lain. Demikian sebaliknya, jika pembentukan panas meningkat maka nilai suhu

tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat ditunjukan pada peningkatan metabolism dan

kontraksi otot. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, aksila, dan

lipatan paha (Hidayat & Uliyah, 2005).

Pengukuran mulut (oral) yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih

khususnya di bawah lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa. Namum dalam

situasi tertentu, rute oral bersifat kontaindikatif, missal ketika seorang pasien harus

melakukan pembedahan mulut atau saat kesulitan pernafasan (Vaughans, 2011).

Pengukuran di anus (rektal) adalah tempat pengukuran suhu tubuh karena daerah

tersebut banyak pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk

menghindari karena itu dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah

apabila dilakukan berulang kali (Potter & Perry, 2010).

Pengukuran di ketiak (axila) yaitu dianjurkan karena aman, bersih dan mudah

dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan resiko pada neonates dan anak-anak.

Pengukuran suhu axila adalah cara paling aman untuk mengetahui suhu tubuh pada

bayi baru lahir. Pengukuran axila mempunyai keuntungan yaitu: Keuntungan 1)

Aman dan non invansif 2) Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien

yang tidak kooperatif. Pengukuran di lipat paha Pengukuran di lipat paha juga

dianjurkan dengan beberapa pertimbangan yaitu: 1) Anatomi dan fisiologi terdapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

26

pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena femoralis dengan cabang-cabang arteri

yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari darah ke permukaan kulit melalui

dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit epidermis di lipat paha lebih tipis

dari kulit di tempat lain sehingga mempercepat terjadi pengeluran panas dari

pembuluh darah yang berada di lapisan ke permukaan kulit. 2) Aman daerah tersebut

tidak mudah lecet dan bila termometer dijepitkan tidak mudah lepas atau jatuh 3)

Termometer tidak akan terkontaminasi sehingga bisa dipakai pada pasien yang lain

tanpa harus disterilkan dalam waktu yang lama 4) Mudah dilakukan dan mudah

diamati kenaikan suhu tubuh pada termometer (Potter & Perry, 2010).

2.2.7. Termometer Digital

Suhu tubuh normal yaitu 36,5 ºC - 37 ºC. Bila suhu seseorang menjadi lebih

dari 37,5 ºC, maka orang tersebut dikatakan demam. Alat yang digunakan untuk

melakukan pengukuran suhu disebut termometer. Prinsip dasar dari alat ukur ini

adalah pemuaian yang merupakan indeks temperatur. Suhu bagian penting dari data

klinis. Dalam konteks data lain dapat memandu langkah-langkah diagnostik dan

terapi dengan menentukan adanya penyakit dan sejauh mana pasien menanggapi

pengobatan. Sejak termometer pertamakali ditemukan oleh Galileo, alat ini terus

dikembangkan untuk memberikan kemudahan dan ketepatan yang lebih baik dalam

mengukur suhu tubuh seseorang. Semakin maju teknologi, termometer digital yang

menjadi standar dalam pengukuran suhu tubuh karena termometer digital akurat dan

mudah digunakan (Nusi, Danes & Moningkan, 2013).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

27

2.3. Konsep Kompres

2.3.1. Definisi Kompres

Kompres adalah suatu metode untuk pemeliharaan suhu tubuh dengan

menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan suhu hangat atau dingin pada

daerah tubuh (Asmadi, 2012). Kompres adalah gumpalan kain yang dimasukan atau

direndam ke dalam air panas atau dingin, kemudian ditempelkan pada kulit bertujuan

untuk menurunkan suhu tubu (Kamus Keperawatan, 2013). Kompres merupakan

salah satu tindakan untuk menurunkan produksi panas dan meningkatkan

pengeluaran panas. Terapi kompres yang diberikan adalah pada daerah aksila dan

lipatan paha, dimana pada daerah tersebut terdapat pembuluh darah besar sehingga

dapat memberikan rangsangan pada hipotalamus untuk dapat menurunkan suhu

tubuh (Potter dan Parry, 2005).

2.3.2. Tujuan Kompres

Tujuan dari pemberian terapi kompres, yaitu menurunkan suhu tubuh,

memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memberi rasa hangat, nyaman,

dan tenang pada pasien, memperlancar pengeluaran eksudat, merangsang peristaltik

usus, mengurangi perdarahan setempat, mengurangi rasa sakit pada suatu daerah

setempat, dan mencegah peradangan yang meluas (Asmadi, 2012).

2.3.3. Fisiologi Kompres

Pemeberian kompres hangat pada daerah tubuh dapat memberikan rangsangan

atau sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang

peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal

yang melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh darah diatur

oleh pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

28

hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Dengan terjadinya

vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau kehilangan energi panas melalui kulit

meningkat (yang ditandai dengan tubuh mengeluarkan keringat), kemudian suhu

tubuh dapat menurun atau normal (Potter & Perry, 2005).

Mekanisme pelepasan panas tubuh merupakan proteksi tubuh terhadap

kelebihan panas yang dapat merusak tubuh. Tubuh melakukan vasodiltasi pembuluh

darah sehingga kulit akan terlihat kemerahan, suhu kulit menjadi lebih panas, dan

pelepasan panas melalui radiasi dan konveksi akan meningkat. Meningkatnya aliran

darah ke kulit dan aktivitas kelenjar keringat meningkat sehingga menyebabkan

sekresi keringat meningkat atau tarjadinya pelepasan panas tubuh melalui keringat

(Asmadi, 2012).

2.3.4. Kompres Cuka Apel

Cuka adalah cairan yang sebagian besar terdiri dari asam asetat (CH3COOH)

dan air. Asam asetat diproduksi oleh fermentasi etanol oleh bakteri asam asetat. Cuka

biasanya digunakan dalam persiapan makanan, khususnya dalam proses pengawetan.

Cuka berguna untuk mengobati infeksi untuk menyembuhkan radang selaput dada,

demam, bisul, dan konstipasi, yang sering digunakan oleh masyarakat Mesir kuno

untuk membunuh bakteri (Hasanuddin, Dewi, & Wulandra, 2012).

Kandungan cuka apel yaitu kalium, enzim, vitamin A, B dan C, mineral, dan

kaya anti-oksidan juga mengandung beta karoten, bioflavonoid, kalsium, magnesium,

kalium, fosfor, tembaga, besi, belerang, fluor, silikon, boron dan pektin. Ini secara

alami menyeimbangkan keseimbangan pH kulit dan seluruh tubuh. Cuka sebagai

tonik restoratif meningkatkan sistem sirkulasi darah kapiler yang menyehatkan kulit

dan memberikan oksigenasi, toning dan bahkan menjaga elastisitas kulit, kelembaban

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

29

alami kulit dan sel-sel regenerasi dan cuka dapat meningkatkan sirkulasi darah kapiler

kulit (Bragg, et al, 2011, dalam Antono, 2015).

Salah satu keuntungan penggunaan vinegar bagi kesehatan dan kecantikan

adalah kandungan 5% acetic acid pada vinegar dapat digunakan sebagai antiseptik dan

apabila dicampurkan ke dalam air mandi dapat membuat kulit bersih dan segar.

Kegunaan vinegar sebagai restoratic tonic dapat meningkatkan system peredaran

darah yang akan menjaga kulit dan mengoksigenasi kulit, toning kulit bahkan menjaga

kelastisan kulit, pelembap alami kulit dan meregenerasi sel (Antono, 2015).

Kompres cuka akan meningkatkan proses penguapan yang lebih baik dan lebih

aman untuk kulit, selain itu, rasa hangat juga mampu memberi sinyal di area

hipotalamus sehingga set-point bergerak untuk beradaptasi dengan stimulus dan

menurunkan suhu tubuh (Alawad, Sulieman, Osman, & Mudawi, 2015). Kompres

cuka apel adalah suatu cara untuk menurunkan suhu tubuh pada klien demam dengan

cara konduksi dan evaporasi. Kompres cuka apel ini mengandung asam asetat dan

pektin ini menghasilkan prostagladin dimana merangsang hipotalamus sehingga

meningkatkan set poin termoregulasi tubuh sehingga mencegah peningkatan suhu

tubuh dimana thermostat menurunkan demam. Cara penggunaan kompres cuka apel

yaitu sediakan waskom berisi cuka, basahi waslap dengan cuka, kemudian buka baju

klien dan letakan waslap yang sudah diberi cuka di aksila, lipatan paha dan bawah

lutut (Mohammed & Ahmed, 2012).

Pemberian kompres cuka memiliki penurunan suhu tubuh yang lebih tinggi

karena cuka merupakan antibakteria yang dapat mengurangi gejala atau peningkatan

keparahan deman serta mengandung asam asetat yang memiliki kemampuan

membantu tubuh untuk mudah menyerap mineral yang diperlukan (Mohammed &

Ahmed, 2012).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

30

2.3.5. Kompres air hangat

Kompres air hangat adalah tindakan yang diberikan dengan tujuan untuk

menurunkan suhu tubuh. Letak kompres air hangat diberikan pada dahi, aksila, dan

lipatan paha untuk memberi efek vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga

mempercepat penguapan tubuh (Ardiansyah, 2012). Kompres hangat adalah suatu

tindakan yang diberikan untuk menurunkan suhu tubuh, memperlancar sirkulasi

darah, serta memberikan rasa nyaman pada pasien (Saputra, 2013).

2.3.5.1. Manfaat Kompres Hangat

Manfaat kompres hangat diantaranya, memperbesar pembuluh darah

(vasodilatasi), meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh, memperlambat proses

inflamasi, dan mengurangi sensasi nyeri (Saputra, 2013). Manfaat lain dari kompres

hangat tidak hanya untuk menurunkan suhu tubuh namun salah satunya juga dapat

memberikan rasa sangat hangat, nyaman dan tenang pada klien (Hartin & Pertiwi,

2015).

2.4. Perbedaan Efektifitas Kompres Cuka Dan Air Hangat

Memanfaatkan system regulasi temperatur tubuh yang terjadi di hipotalamus,

sifat hangat yang akan digunakan dalam pembuatan produk berfungsi sebagai

perangsang tubuh guna dalam menurunkan suhu tubuh pasien thypoid fever

(Mohammed & Ahmed, 2012).

Pemberian kompres pada aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh darah

besar merupakan upaya memberikan rangasangan pada area preoptik hipotalamus

agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju

hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

31

sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang

lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan

berkeringat (Potter dan Perry, 2005).

Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.

Dengan air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan

menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh akan

menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu tubuh,

dengan suhu di luar hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan

mengalami vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan mempermudah

pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh (Mohamad, 2011).

Kompres cuka akan meningkatkan proses penguapan yang lebih baik dan lebih

aman untuk kulit, selain itu, rasa hangat adalah juga mampu memberi sinyal di area

hipotalamus sehingga set-point bergerak untuk beradaptasi dengan stimulus dan

menurunkan suhu tubuh. Dari sekian manfaat yang bisa diambil dari cuka, seperti

meningkatkan sirkulasi darah, vasodilatasi ini juga bertujuan untuk meningkatkan

evaporasi panas tubuh. Fungsi melembabkan kulit dan menjaga kesehatan kulit ini

juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi salah satu permasalahan dehidrasi pada

tubuh ketika suhu meningkat (Mohammed & Ahmed, 2012).

Dari hasil Penelitian Antono, 2015 yang meneliti tentang keefektifan kompres

cuka pada pasien demam terbukti dapat menurunkan suhu tubuh hingga 1,41oC

setelah dilakukan intervensi kompres cuka selama selama 15 menit. Sedangkan Hasil

penelitian Djuwariyah 2013, di RSUD Banyumas mebuktikan bahwa dalam

menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam lebih efektif menggunakan

kompres hangat, dengan nilai kompres air hangat 0,71 0C selama 30-60 menit.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam …eprints.umm.ac.id/46724/3/BAB II.pdf9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Demam Tifoid 2.1.1. Definisi Demam Tifoid Demam tifoid atau typhoid

32

Dapat simpulkan dari kedua metode diatas dimana kompres kompres efektif

dalam menurunkan suhu tubuh. Namun cuka ditemukan lebih efektif dari pada

kompres air hangat. Kompres cuka dapat digunakan dalam pengobatan demam

ketika kita perlu dengan cepat menurunkan suhu tubuh pasien. Jadi penelitian ini

mengunakan estimasi waktu selama 10-15 menit untuk kompres cuka apel dan 30-60

menit untuk kompres air hangat.