20
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar luka Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari. Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014). Menurut Arisanty Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty, 2013). Luka adalah gangguan pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang dapat dibedakan menjadi 2 jenis menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis (Granic & Teot, 2012). Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu: 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Luka merupakan kejadian yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari yang menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. Luka merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup (Nalwaya ,et al. 2009). 2. Respon stres simpatis Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi terkait sistem imun tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe. Tipe satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel mast ataubasofil yang diikuti dengan reaksi spesifik antigen atau atibody. Tipe dua yaitu reaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

  • Upload
    haque

  • View
    226

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar luka

Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-

hari. Luka adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya

kontinuitas jaringan epitel dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya

seperti otot, tulang dan nervus yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan,

sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014). Menurut Arisanty Luka merupakan

gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty, 2013). Luka adalah gangguan

pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang dapat dibedakan menjadi 2 jenis

menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis (Granic & Teot,

2012). Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu:

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

Luka merupakan kejadian yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari yang

menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. Luka merupakan

kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup

(Nalwaya ,et al. 2009).

2. Respon stres simpatis

Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi terkait sistem

imun tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe.

Tipe satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel mast ataubasofil

yang diikuti dengan reaksi spesifik antigen atau atibody. Tipe dua yaitu reaksi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

10

sitotoksik berupa reaksi merusak sel, fagositosis, dan mekanisme bula. Tipe tiga

yaitu reaksi imun kompleks berupa sirkulasi antigen atau antibodi ke jaringan

inflamasi, trombosit rusak, vasoaktif menurun, dan pemearbelitas vaskuler

meningkat. Tipe empat yaitu raksi hipersensitif (Arisanty, 2013).

3. Pendarahan dan pembekuan darah

Luka dapat menyebabkan reaksi pendarahan dan pembekuan darah akibat

respon imun di dalam tubuh. Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan pembuluh

darah arteri dan vena (Arisanty, 2013). Pendarahan dibedakan menjadi dua yaitu

pendarahan internal dan eksternal. Pendarahan internal ditandai dengan nyeri pada

area luka, perubahan tanda-tanda vital dan adanya hematoma yang menyebabkan

penekanan jaringan disekitarnya, sehingga dapat menyumbat aliran darah(Treas

dan Wilkinson, 2013).

4. Kontaminasi bakteri

Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta mikro

organisme lainnya. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang berpotensi

menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

walaupun beberapa diantaranya bersifat parasit (Boyle, 2009). Imunitas terhadap

bakteri bervariasi tergantung pada organisme yang hidup di dalam atau di luar sel..

Walaupun banyak bekteri dapat ditolak atau bahkan dimusnahkan oleh sistem

pertahanan tubuh dasar, beberapa bakteri telah mengembangkan kemampuannya

untuk memperdaya sistem pertahanan tubuh (Boyle, 2009).

5. Kematian sel

Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa faktor. Kerusakan sel

disebabkan beberapa faktor, yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan), friction(gesekan),

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

11

bahan kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan neuropati (mati rasa). Mekanisme

kerusakan pada kulit menyebabkan terjadinya luka (arisanty, 2013).

2.1.1 Klasifikasi luka

Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme cideranya seperti luka

sayat. Luka sayat merupakan salah satu jenis luka terbuka atau luka bersih yang

disebabkan oleh pisau bedah dengan meminimalkan kerusakan kulit (Mair, 2013).

Luka sayat memiliki resiko infeksi yang tinggi sehingga perlu adanya teknik antiseptik

saat preoperatif untuk mengurangi infeksi pada area operasi dengan menggunakan

bahan Iodine, alkohol dan klorheksidine (Dumville, 2013).

Sering kita jumpai luka dapat diklasifikasikan menurut warna untuk

menentukan tingkat keparahan luka. Menurut Arisanty (2013) klasifikasi luka

berdasarkan warna dasar luka atau penampilan klinis luka(clinicalappearance). Klasifikasi

ini juga dikenal dengan sebutan RYB (red, yellow, black). Beberapa referensi

menambahkan pink dan cokelat pada klasifikasi tersebut.

2.1.2 Proses Penyembuhan Luka

Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit sendiri

yang dikenal dengan penyembuhan luka. Menurut Arisanty (2013) cara penyembuhan

luka berdasarkan tipe atau cara penyembuhannya yaitu penyembuhan luka secara

primer (primary intention), secara sekunder (secondary intention), dan secara tersier (tertiary

intention atau delayed primary intention).

1. Sering diketahui di dalam kamar operasi petugas medis melakukan upaya

penyembuhan luka secara primer. Penyembuhan luka secara primer (primary

intention) adalah luka yang ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

12

menggunakan alat bantu sehingga bekas luka (scar) tidak ada atau minimal

(Arisanty, 2013). Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka ditutup

dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas

luka(scar) tidak ada atau minimal. Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi

jaringan ikat. Contohnya adalah luka sayatan robekan dan luka operasiyang dapat

sembuh dengan alat bantu jahitan, stapler, taoe eksternal, atau lem perekat kulit

(Arisanty, 2013)

2. Penyembuhan luka secara sekunder(secondary intention). Pada proses penyembuhan

luka sekunder kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak

jaringan sehingga memerluka proses granulasi (pertumbuhan sel), kontraksi, dan

epitelisasi (penutupan epidermis) untuk menutup luka. Pada kondisi luka yang

mengalami proses penyembuhan sekunder, jika dijahit kemungkinan terbuka lagi

atau menjadi nekrosis (mati) sangat besar (Arisanty, 2013).

3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika penyembuhan luka

secara primer mengalami infeksi atau ada benda asing sehingga penyembuhannya

terlambat. Luka akan mengalami proses debris hingga luka menutup.

Penyembuhan luka dapat juga diawali dengan penyembuhan secara sekunder yang

kemudian ditutup dengan balutan jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah

luka oprerasi yang terinfeksi (Arisanty, 2013).

Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu

luka akut dan luka kronis.

1. Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti proses

hemostasis dan inflamasi. Luka akut sembuh atau menutup sesuai dengan waktu

penyembuhan luka fisiologis 0-21 hari (Arisanty, 2013). Luka akut juga merupakan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

13

luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat

sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.

2. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali

(rekuren), dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya

disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka kronik juga sering

disebut kegagalan dalam penyembuhan luka (Arisanty, 2013).

Secara umum proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase

penyembuhan dimana dibagi dalam tiga fase utama yaitu (1) Fase inflamasi: (2) Fase

proliferative: (3) Fase maturasi. Fase-fase penyembuhan luka dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka terjadi hari ke-0

sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua kegiatan utama pada fase ini, yaitu

respon vaskuler dan respon inflamasi. Respon vaskuler diawali dengan respon

hemostatic tubuh selama 5 detik pasca luka. Sekitar jaringan yang luka mengalami

iskemia yang merangsang pelapisan histamine dan vasoaktif yang menyebabkan

vasodilatasi, pelepasan trombosit, reaksi vasodilatasi dan vasokontriksi, dan

pembentukan lapisan fibrin.

Respon inflamasi adalah reaksi non spesifik tubuh dalam mempertahankan

atau memberi perlindungan terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh

(Arisanty, 2013).Fase inflamasi ditandai dengan adanya nyeri, bengkak, panas,

kemerahan dan hilangnya fungsi jaringan (Hess, 2008). Tubuh mengalami aktifitas

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

14

biokimia dan bioseluler, dimana reaksi tubuh memperbaiki kerusakan sel kulit,

leukosit memberikan perlindungan dan membersihkan makrofag (Arisanty, 2013).

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah 3 hari

penutupan luka sayat. Fase ini ditandai dengan pengeluaran makrofak dan neutrofil

sehingga area luka dapat melakukan sintesis dan remodelling pada mariks sel

ekstraselular (Hubrecht & Kirkwood, 2010). Pada fase proliferasi makrofak

berfungsi menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan kolagen dan elastin kemudian

terjadi prose angiogenesis. Pada proses granulasi kolagen dan elastin yang dihasilkan

menutupi luka dan membentuk matriks jaringan baru. Epitelasi terjadi setelah

tumbuh jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi

membentuk lapisan tipis yang menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan

mudah rusak. Sel mengalami kontraksi sehingga tepi luka menyatu dan ukuran luka

mengecil (Arisanty, 2013).

3. Fase Remodeling

Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua tahun. Pada

fase ini terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk penyembuhan luka (Hubrecht

& Kirkwood, 2010). Jaringan kolagen ini akan membentuk jaringan fibrosis atau

bekas luka dan terbentuknya jaringan baru. Sitokin pada sel endothelial mengaktifkan

faktor pertumbuhan sel dan vaskularisasi pada daerah luka sehingga bekas luka dapat

diminimalkan (Piraino & Selemovic, 2015).

Aktifitas yang utama pada fase ini adalah penguatan jaringan bekas luka

dengan aktifitas remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kontraksi sel kolagen dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

15

elastin terjadi sehingga menyebabkan penekanan ke atas kulit. Kondisi umum pada

fase remodeling adalah rasa gatal dan penonjolan epitel di permukaan kulit. Pada fase

ini kulit masih rentan terhadap gesekan dan tekanan sehingga memerlukan

perlindungan (Arisanty, 2013).

2.1.3 Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, pendarahan, dehiscence dan

evicerasi dan juga sinus.

1. Infeksi

Infeksi merupakan reaksi yang timbul jika luka tidak segera ditangani. Luka

infeksi adalah luka dengan replikasi mikroorganisme lebih dari 10 pangkat lima per

gram jaringan, dapat diketahui melalui kultur cairan (Arisanty, 2013). Infeksi biasanya

terjadi karena mikro organisme. Infeksi pada luka ditandai dengan bengkak pada area

lokal, kemerahan, panas, nyeri dan demam (suhu tubuh lebih dari 38 0C), bau yang

tidak sedap atau keluarnya cairan purulen, berubahnya warna cairan yang

mengindikasikan infeksi. Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma ,

selama pembedahan atau setelah pembedahan . Pada luka sayat, resiko infeksi akan

terjadi dalam 5 sampai 7 hari setelah operasi (Treas dan Wilkinson, 2013).

2. Perdarahan

Perdarahan merupakan kejadian yang harus segera mendapatkan penanganan.

Jika perdarahan luar atau dalam (hematoma) tidak diatasi, akan terbentuk satu

jaringan nekrosis pada luka sehingga penting sekali melindungi kulit yang mengalami

hematoma dan mengatasi perdarahan pada luka (Arisanty, 2013).Dapat menunjukan

suatu proses pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi atau erosi

dari pembuluh darah oleh benda asing.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

16

Hipovolemia mungkin tidak tampak, sehingga balutan jika mungkin harus

sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.

Jika terjadi perdarahan yang berlegihan, penambahan tekanan luka steril mungkin

diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan (Perry

dan Potter, 2005).

3. Dehiscence dan eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence

adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh

melalui daerah irisan. Sejumlahfaktor meliputi , kegemukan , kurang nutrisi. Multiple

trauma , gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi

mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka (Perry dan Potter, 2005).

4. Sinus

Sinus merupakan jalan ke permukaan kulit (terowongan) karena adanya abses

atau benda asing yang memberikan efek iritasi pada kulit yang sehat. Hal ini dapat

menyebabkan infeksi, misalnya jahitan, serat kasa, dll (Arisanty, 2013).

2.1.4 Kajian Perawatan Luka Sayat

Dalam pengkajian perawatan luka sayat ada beberapa tahap yang dilakukan

yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan

luka, pembalutan, pemberian antibiotik dan pengangkatan jahitan Pengkajian pada

saat perawatan lukasayat dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

17

1. Evaluasi luka dan pemeriksaan fisik

Tugas perawat dalam evaluasi luka dan pemeriksaan fisik pasien adalah

mengkaji turgor kulit, adanya tanda-tanda inflamasi pada daerah sekitar luka, tanda-

tanda infeksi, dan kaji nyeri yang dirasakan pasien. Penyembuhan luka yang baik

ditandai dengan mengecilnya ukuran luka, berkurangnya cairan yang keluar dari luka,

meningkatnya kondisi kulit pada area sekitar luka, dan tanda-tanda infeksi tidak

terjadi, seperti: eritema, cairan purulen, dan bau yang tidak sedap (Treas & Wilkinson,

2013).

Pemeriksaan pada area sekitar luka dapat dilakukan dengan inspeksi warna,

integritas, dan kontur kulit sedangkan palpasi dilakukan dengan merasakan suhu pada

kulit, tekstur, kelembapan, ketebalan, turgor dan mobilitas kulit (Lewis ,et al. 2014).

2. Tindakan antiseptik

Menurut Daeschlein (2013), tujuan dari tindakan antiseptik adalah

membunuh bakteri, virus dan jamur sehingga mencegah terjadinya infeksi, tindakan

ini dapat membantu proses penyembuhan luka khususnya pada fase proliferasi dan

regenerasi. Pemberian cairan antiseptik tidak boleh berlebihan karena hal tersebut

akan mengganggu proses penyembuhan luka pada fase haemostatis yang memiliki

potensi untuk memperburuk penyembuhan luka.

Pada luka insisi tindakan antiseptic dapat dilakukan dengan pemberian

Povido Iodine yang dapat dikombinasikan dengan chlorhexidine, iodine povacrylex, dan

Isopropil Alcohol.Tindakan antiseptic dapat mempercepat epitelisasi pada area luka

sekitar 24-48 jam setelah dilakukannya insisi (John & Andrew, 2012).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

18

3. Pembersihan luka

Menurut Browne (2012) pembersihan luka bertujuan untuk mengurangi

jumlah bakteri pada area luka. Pembersihan luka secara umum dilakukan untuk

memperbaiki sel kulit yang telah rusak, menumbuhkan jaringan baru dan menjaga

kelembapan kulit. Pembersihan daerah luka dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Lakukan irigasi luka dengan menggunakan normal saline atau menggunakan

cairan antiseptik

b. Bersihkan area luka dengan kasa yang diberi cairan normal saline secara

lembut untuk menghindari kerusakan jaringan kulit pada area sekitar luka

maupun jaringan sel kulit yang baru

c. Jika perlu berilah dressing sesuai dengan ukuran luka

d. Berikan balutan pada area luka tanpa memberikan penekanan

4. Penjahitan luka

Luka yang terbuka dan sangat lebar perlu tindakan penjahitan atau suture

untuk mengurangi pendarahan.Penjahitan luka memiliki beberapa teknik yang

berbeda tergantung lokasi dan lebar luka. Teknik penjahitan luka dibedakan menjadi

4 teknik utama yaitu simple suture, vertical matress suture, horizontal matress suture, dan

subcuticular suture (Jain, Stoker & Tanwar, 2013).

Menurut Singer, Hollander dan Blumm (2011), Luka sayat dapat dilakukan

penjahitan dengan dua teknik yaitu dengan percutaneous suture dan subcuticular suture.

Pemilihan bahan untuk penjahitan luka ditentukan berdasarkan lapisan kulit yang

terluka.Sebagai seorang tenaga kesehatan wajib untuk mengukur tekanan darah,

kedalaman jahitan, terjadinya edema dan waktu yang tepat untuk melepaskan jahitan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

19

5. Penutupan luka

Penutupan luka dapat dilakukan dengan penggunaan Dressing sampai kurun

waktu 48-72 jam setelah operasi. Penutupan luka ini bertujuan untuk mempercepat

penyembuhan luka dengan menyediakan lingkungan yang lembab pada area luka,

melindungi kulit dari bahaya luar yang berpotensi untuk memperburuk kondisi luka,

sebagai bahan pengkajian luka post-operasi, mengabsorbsi eksudat yang keluar dan

memberi kenyamanan (Dougherty & Lister, 2015).Penutupan luka dengan

menggunakan dressing dibedakan menjadi 2 macam bahan yaitu dressing dasar tanpa

tambahan bahan pelembab, dressing dengan hidrokoloid. Pemberian dressing setelah

operasi terbukti mempercepat proses penyembuhan luka (Bryant & Nix, 2015).

6. Pembalutan

Pembalutan luka operasi bertujuan agar jika terdapat pendarahan yang

berlebih dapat diantisipasi dengan penggunaan kasa.Pembalutan luka lebih banyak

dilakukan pada operasi dengan luka yang lebar.Pembalutan luka dilakukan setelah

penggunaan dressing, setelah dibalut maka kasa difiksasi dengan plester agar tidak

bergeser dan membuat pasien merasa nyaman (Pearce, 2009).

7. Pemberian antibiotik

Antibiotik dapat dikombinasikan dengan teknik antiseptik untuk membunuh

bakteri dan fungi pada area luka insisi. Antibiotik dibedakan menjadi dua macam

yaitu antibiotik local dan antibiotik sistemik.Antibiotik lokal tidak disarankan untuk

luka insisi karena kurang efektif dalam membunuh bakteri, sehingga diperlukan

antibiotik sistemik yang biasa digunakan untuk mengurangi resiko infeksi

(Daeschlein, 2013).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

20

Pemberian antibiotik secara topikal atau jelly petroleum dapat dilakukan setelah

dua hari pasca penjahitan luka untuk mempercepat epitelisasi jaringan pada kulit.

Antibiotik Prophylactic harus diberikan pada pasien dengan infeksi luka yang cukup

parah (Jain, Stoker & Tanwar, 2013).

8. Pengangkatan jahitan

Jahitan pada luka insisi dilepaskan untuk mengurangi resiko kontaminasi

benang suture dengan jaringan disekitar kulit yang dapat menyebabkan resiko infeksi.

Jahitan dilepaskan dengan cara menentukan titik ikatan jahitan dengan menggunakan

pinset dan mengguntingnya, kemudian tarik kedua jahitan yang terpotong sesuai arah

garis insisi dan jangan menariknya terlalu kuat karena luka insisi dapat terbuka

kembali (Jain, Stoker & Tanwar, 2013).

Pengangkatan jahitan dilakukan sekitar 3-10 hari setelah proses penjahitan

tergantung dari lokasi luka insisi. Prosedur pengangkatan jahitan harus dimulai dari

pengamatan luka dan pembersihan daerah luka dengan menggunakan teknik

steril.Prosedur pengangkatan luka dilakukan sesuai teknik pembuatan jahitan dengan

meminimalisir kontaminasi jaringan subkutan.Jahitan yang telah diangkat diberikan

obat Povidone Iodine untuk membersihkan daerah jahitan dan mempercepat

penyembuhan luka (William & Wilkins, 2009).

2.2 Tumbuhan Patikan Kebo

Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang memiliki beberapa

nama tergantung daerah. Menurut Wijayakusuma (1995) dalam Ramuan Tradisional

Untuk Pengobatan Darah Tinggi, patikan mempunyai beberapa nama di Indonesia

yaitu :Sumatra : daun biji kacang(Melayu). Jawa : gelang susu, gedong anak (Jakarta),

nanangkaan, nangkaan (Sunda), kukon-kukon, patikan , patikan jawa, patikan kebo

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

21

(Jawa). Kak-sekakan (Madura). Maluku: sosononga lobi-lobi (Halmahera), isumaibi

(Ternate), dan isugibi (Tidore). Nama asing dari tumbuhan ini yaitu: da fei yang cao,

spurge, malnommee, asthma herb. Tumbuhan patikan kebo merupakan tumbuhan yang

mudah di dapatkan karena patikan kebo merupakan tumbuhan liar atau gulma,

tumbuh di tempat terbuka sekitar pantai, padang rumput, pinggir jalan, atau kebun.

Tumbuh berpencar atau berkelompok.

GAMBAR 2.1 Tumbuhan Patikan Kebo

(Sumber: http://kb.123sehat.com/herbal/patikan-kebo/, 2016)

2.2.1 Klasifikasi Patikan Kebo

Menurut Joshi (2011) dalam jurnal yang berjudul The Magical Herb “Euphorbia

hirta L.” An Important Traditional Therapeutic Herb for Wart Disease among the Vangujjars of

Forest near Kashipur, Uttarakhand, patikan kebo diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plante Devisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Family : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Species : Hirta

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

22

2.2.2 Morfologi patikan Kebo

Patikan kebo merupakan tumbuhan liar atau gulma, tumbuh di tempat

terbuka sekitar pantai, padang rumput, pinggir jalan, atau kebun. Tumbuh berpencar

atau berkelompok. Patikan kebo ini biasanya disebut dengan patikan cina dan

tumbuh pada ketinggian ±400meter diatas permukaan laut. Tumbuhan patikan kebo

mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji. Patikan

kebo memiliki warna dominan kecoklatan dan bergetah.

Batang pohon banyak memiliki cabang dengan diameter berukuran kecil.

Daun patikan kebo memiliki bentuk bulat, memanjang dengan taji-taji. Letak daun

yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan sedangkan bunganya muncul pada

ketiak daun. Patikan kebo hidupnya merayap di tanah (Wijayakusuma, 1995).

2.2.3 Kandungan Patikan Kebo

Patikan kebo mengandung zat kimia di dalamnya yang dapat bersifat

antisepti, anti-inflamasi, anti-fungal, dan anti-bakterial, seperti diantaranya

triterpenoid , sterol , alkaloid , glikosida , flavanoid , tanin , fenol , kolin dan asam

shikimat (Abubakar, 2009). Dari zat kimia tersebut ada beberapa yang dibutuhkan

oleh tubuh saat tubuh terkena luka salah satunya adalah flavonoid , allkaloid , dan

tanin.

1. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat pada tumbuh-

tumbuhan yang bersifat basa. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon,

hydrogen, nitrogen, dan oksigen (Sumardjo, 2009 dalam Prasetya, 2014). Alkaloid

memiliki memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

23

komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel

tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1991

dalam Editya, 2014). Protoplas merupakan struktur bakteri yang kehilangan dinding

selnya sehingga sebagian masih dapat melakukan aktivitas metabolik tertentu akan

tetapi tidak dapat berkembang sehingga dapat mencegah infeksi. (Juliantina, 2009

dalam Prasetya 2014).

2. Flavonoid

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat

pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif

atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Berbagai hasil penelitian menunjukan

bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas oksidan yang beragam pada berbagai

jenis sereal, sayuran, dan buah buahan. Penelitian-penelitian mengenai peranan

flavonoid pada tingkat sel , secara in vitro maupun in vivo, membuktikan pula adanya

korelasi negatif antara asupan flavonoid dengan resiko munculnya penyakit kronis

tertentu, salah satunya di duga flavonoid memiliki efek kardioprotektif dan aktifitas

antiproliferatif (Abdi, 2013 dalam Prasetya, 2014).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang berperan aktif untuk tubuh.

Flavonoid dapat melancarkan peredaran darah seluruh tubuh dan mencegah

terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung anti inflamasi (anti

radang), berfungsi sebagai anti oksidan dan membantu mengurangi rasa sakit

analgesik (Hustiantama, 2002 dalam Editya, 2014).

3. Tannins

Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol.

Tannin memiliki kemampuan mengendapkan protein, karena tannin mengandung

sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

24

selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan kompleks yaitu protein

yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan kompleks yaitu

protein tannin.

Tannin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-

pori kulit , mengehentikan eksudat dan perdarahan yang ringan, sehingga mampu

menutupi luka mencegah prdarahan yang bisa timbul pada luka. Tannin bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap, yang tidak larut dalam air. Pada

tumbuhan letak tannin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma , tetapi bila

jaringan rusak akan terjadi reaksi penyamakan (satwadhar, 2011 dalam Prasetya 2014).

2.2.4 Khasiat Patikan Kebo

Patikan kebo temasuk tumbuhan herbal, dimana batang, daun bunga dan

buahnya penting sebagai obat, mempunyai bau lemah dan rasanya pahit.

Kemampuan tanaman patikan kebo dalam mengobati berbagai macam penyakit

melibatkna senyawa kimia di dalamnya yang dapat bersifat antisepti, anti-inflamasi,

anti-fungal, dan anti-bakterial, seperti diantaranya triterpenoid , sterol , alkaloid ,

glikosida , flavanoid , tanin , fenol , kolin dan asam shikimat (Abubakar, 2009).

Penyakit yang dapat diobati patikan kebo antara lain mengurangi bengkak,

peluruh air seni, dan menghilangkan gatal. Beberapa kalangan masyarakat juga

meyakini bahwa tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit

antara lain abses paru, bronkitis kronis, asma, disentri, melancarkan kencing, radang

kelenjar susu atau payudara, dan tipus abdominalis(Hariana, 2006 dalam Editya,

2014).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

25

2.3 Efek Patikan Kebo terhadap lama penyembuhan luka

Patikan kebo dipercaya dapat menyembuhkan luka (Hayne, 1987 dalam

Editya 2014). Karena patikan kebo mengandung zat kimia di antaranya triterpenoid ,

sterol , alkaloid , glikosida , flavanoid , tanin , fenol , kolin dan asam shikimat

(Abubakar, 2009). Selain itu didukung oleh pernyataan Priosoeryanto (2003) dalam

Editya (2014) bahwa kemampuan menyembuhkan luka di duga akibat kandungan

alkaloid, (eritradina, eritrina, eritramina, hipaforina dan erisovina) yang memiliki sifat

khas pait, mendinginkan dan membersihkan daerah yang berfungsi sebagai antibiotik,

anti inflamasi dan penghilang rasa sakit.

Alkaloid berperan aktif dalam fase inflamasi karena alkaloid memiliki efek

farmakologis pada manusia dan hewan sebagai zat antibakteri. Karena alkaloid dapat

menghambat kerja enzim untuk mensintesis kerja enzim pada bakteri. Penghambatan

kerja enzim ini dapat mengakibatkan metabolisme bakteri terganggu (Suranintyas,

2008 dalam Prasetya 2014). Kandungan Flavonoid dari patikan kebo diketahui

memegang peranan penting dalam meningkatkan proses penyembuhan luka. Zat

tersebut diketahui memiliki efek astrigent, antimikroba, dan peningkatan kecepatan

dari epitelisasi.

Zat aktif tannins juga berperan sebagai antioksidan dan anti mikroba,

meningkatkan kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan epitelisasi (Thakur, 2011).

Tannin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori

kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu menutupi

luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka (Revi, 2011 dalam

Prasetya 2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

26

2.4 Tikus Putih

Tikus putih yang memiliki nama lain Norway rat, termasuk ke dalam hewan

mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini yaitu bertubuh panjang

dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus ini tebal dan pendek dengan rambut halus.

Mata tikus putih berwarna merah Ciri-ciri yang paling terlihat adalah ekornya yang

panjang. Bobot badan tikus jantan pada umur dua belas minggu mencapai 240 gram

sedangkan betinanya mencapai 200 gram. Tikus memiliki lamahidup berkisar 4-5

tahun dengan berat badan umum tikus jantan berkisar 267-500 gram dan betina 225-

325 gram (Sirois, 2005 dalam Editya, 2014).

2.4.1 Klasifikasi Tikus Putih

Tikus putih memiliki klasifikasi berdasarkan kingdom, phylum, sub phylum,

class, ordo, sub ordo, family, sub family, genus, dan juga spesies. Menurut

Schomburg (2006) dalam buku Springer HandBook of Enzymes tikus putih

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Sub Ordo : Myomorpha Family : Muridae Sub Family : Murinae Genus : Rattus Spesies : Rattusnorvegicus

2.4.2Morfologi Tikus Putih

Tikus putih yang memiliki nama lain Norway rat, termasuk ke dalam hewan

mamalia yang memiliki ekor panjang. Ciri-ciri galur ini yaitu bertubuh panjang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

27

dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus ini tebal dan pendek dengan rambut halus.

Mata tikus putih berwarna merah. Tikus putih tersebar di beberapa habitat , manun

tikus putih lebih sering terlihat pada beberapa tempat yang merupakan habitat alami

dari tikus putih, yaitu area pertanian, hutan alami maupun buatan, pesisir pantai, dan

tenpat-tempat yang lembab (Pagad, 2011 dalam Prasetya, 2014). Ciri-ciri yang paling

terlihat adalah ekornya yang panjang.

Adapun gambar tikus putih dapat dilihat pada gambar sebagai brikut:

GAMBAR 2.2Tikus Putih

(Sumber: http://www.teropongbisnis.com/teropong-usaha/sukses-melalui-bisnis-tikus-putih/, 2016)

Tikus putih merupakan hewan yang sering dijadikan sebagai hewan uji coba

sebuah penelitian. Tikus putih memiliki lambung yang terdiri dari dua bagian, yaitu

nonglandular dan glandular. Small intentine di dalam lambung tikus putih terdiri dari

duodenum, jejenum, dan ileum. Tikus putih tergolong hewan yang mudah dipegang

(Alvyanto, 2012 dalam Editiya, 2014)

Tikus putih merupakan hewan yang sering digunakan oleh para peneliti

untuk berbagai uji coba dalam memperluas ilmu pengetahuan mempunyai ciri-ciri

spesifikasi tertentu seperti berat badan, lama hidup, temperatur tubuh, kebutuhan air,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar lukaeprints.umm.ac.id/41765/3/jiptummpp-gdl-ervinwahid-47157-3-babii.pdf · menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan,

28

kebutuhan makanan, pubertas, lama kebuntingan, mata membuka, tekanan darah,

frekuensi jantung, frekuensi respirasi, dan juga tidal volume. Hal itu dapat dilihat

pada data biologi tikus putih seperti terlihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Data Biologi Tikus Putih

Deskripsi Spesifikasi

Berat Badan: Jantan Betina Lama Hidup Temperatur Tubuh Kebutuhan air Kebutuhan Makanan Pubertas Lama kebuntingan Mata Membuka Tekanan Darah: Sistolik Diastolik Frekuensi Jantung Frekuensi Respirasi Tidal Voluime

300-400 gram 250-300 gram 2,5-3 tahun 37,5˚C 8-11 ml/100 gram BB 5 gram/100 gram BB 50-60 Hari 21-23 Hari 10-12 Hari 84-184 mm/Hg 58-145 mm/Hg 330-480 per menit 66-114 per menit 0,6-1,25 ml

(Sumber : Kusumawati, 2004)

Tikus putih merupakan hewan yang sering dipergunakan sebagai hewan uji

coba. Bobot badan tikus jantan dapat mencapai 300-400 gram sedangkan betinanya

mencapai 250-300 gram. Tikus memiliki lamahidup berkisar 2,5-3 tahun dengan berat

(Sirois, 2005 dalam Editiya, 2014). Tikus putih memiliki temperatur kulit hampir

sama dengan manusia 37,5˚C. Kebutuhan air 8-11 ml/100 gram BB dan kebutuhan

makanan 5 gram/100 gram BB. Tikus putih mengalami pubertas setelah 50-60 hari

dan juga memiliki lama kebuntingan sekitar 21-23 hari. Mata tikus putih baru

membuka sekitar 10-12 hari. Tikus putih memiliki tekanan darah: sistolik84-184

mm/Hg dan diastolik58-145 mm/Hg. Frekuensi jantung330-480 per menit dan

frekuensi respirasi66-114 per menit dan juga memiliki tidal voluime0,6-1,25 ml.