Upload
doantuong
View
243
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas mengenai strategi
Corporate Communication dalam mempertahankan citra. Salah satunya yaitu
penelitian berjudul “Analisis Strategi Corporate Communication PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk dalam Menanggapi Surat Pembaca di Kompas sebagai
Upaya Mempertahankan Loyalitas Nasabah” oleh Deby Linda Stevia (2012).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bertujuan ingin
mengetahui bagaimana strategi Corporate Communication PT. Bank Mandiri
dalam menanggapi surat pembaca di Kompas guna mempertahankan loyalitas
nasabah.
Divisi Corporate Communication PT. Bank Mandiri merasakan
pentingnya kegiatan komunikasi melalui Strategy Corporate Communication
karena perkembangan isi media massa dan teknologi informasi yang dapat
menjadi sumber informasi “instan” tanpa proses editing, dimana salah satnya
terjadi pada media surat kabar. Media surat kabar umumnya menyediakan rubrik
surat pembaca yang berisikan tanggapan, kritik, saran dan keluhan, ucapan terima
kasih, dll, dimana isinya dapat dibaca oleh siapa saja serta dapat ditujukan kepada
perusahaan atau perorangan. Kompas sebagai salah satu media surat kabar di
Indonesia menyediakan rubrik ini di kolom surat pembaca, dimana masyarakat
8
pun bebas untuk mengirimkan tanggapan serta kritiknya kepada sebuah
perusahaan, termasuk kepada PT. Bank Mandiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi surat pembaca di Kompas
mengenai PT. Bank Mandiri yang dimuat di Kompas lebih dominan keluhan,
dimana keluhan ditujukan bagi produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Arah
pesan pun cenderung bersifat unfavorable (kurang baik). Menanggapi hasil ini,
strategi yang dilakukan oleh divisi Corporate Communication Bank Mandiri
adalah memonitor surat pembaca di media, mengklarifikasi dengan cepat, serta
memberikan tanggapan ke media H+3. Selain itu, divisi ini juga menggunakan
formula PEL (Publicity Effectiveness Level), yaitu surat pembaca yang dominan
keluhan dan cenderung unfavorable dapat diseimbangkan dengan publikasi berita-
berita positif mengenai korporat. Hal ini dilakukan karena surat pembaca dapat
menimbulkan persepsi publik yang negatif bagi perusahaan serta dapat
mengganggu loyalitas para nasabah PT. Bank Mandiri.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian di sini yaitu penelitian
sebelumnya ingin menganalisis strategi Corporate Communication Bank Mandiri
dalam menanggapi media sebagai upaya mempertahankan loyalitas nasabah.
Namun, penelitian di sini ingin melihat strategi Corporate Communication
Garuda Indonesia dalam mempertahankan citra yang sudah terbentuk sejak lama
di publik eksternal yakni pelanggan.
Penelitian lainnya mengenai topik yang sama, yakni penelitian milik
Yunita Betharia (2010) yang berjudul “Strategi Corporate Communication PT.
9
Astra International Tbk dalam Melaksanakan Program “SATU Indonesia”
melalui Kegiatan Corporate and Social Responsibility”. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif melalui metode
studi kasus. Tujuan dari penelitian ini sendiri ialah ingin mengetahui srategi
Corporate Communication PT. Astra International Tbk dalam melaksanakan
program “SATU Indonesia” melalui kegiatan Enviroment and Social
Responsibilities.
Public Relations (PR) merupakan wakil dari divisi Corporate
Communication yang berkewajiban untuk mempertahankan hubungan yang
harmonis dengan publik eksternalnya dalam hal ini adalah komunitas masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan oleh public relations PT. Astra International dengan
komunitasnya sendiri ialah program “SATU Indonesia” yang didukung dengan
berbagai kegiatan CSR lainnya. “SATU Indonesia” merupakan program
penyemangat persatuan Grup Astra sebagai karyawan dengan anak bangsa untuk
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tahun 2010, program ini
dilaksanakan di wilayah Leuwiliang Bogor melalui pemberian bantuan pendidikan
kepada guru dan murid Sekolah Dasar (SD) serta program pelatihan bertani bagi
warga sekitar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program pendidikan di wilayah
Leuwiliang Bogor telah berjalan dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari prestasi
yang diraih baik oleh para guru pengajar maupun murid-murid yang menerima
bantuan dari PT. Astra International Tbk serta masyarakat sekitar yang
memberikan respon positif terhadap program pelatihan bertani dan menjadi lebih
10
terbuka terhadap hal-hal baru yang dapat mengembangkan perekonomian
daerahnya.
Perbedaan dengan penelitian disini ialah penelitian sebelumnya ingin
mengetahui strategi Corporate Communication PT. Astra International dalam
melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) sedangkan peneliti
disini ingin melihat srategi Corporate Communication Garuda Indonesia dalam
mempertahankan citra sebagai maskapai terbaik di Asia yang telah terbentuk
lama.
Terdapat pula tesis tentang “Analisis Peranan Departemen Corporate
Communication dalam Melakukan Sosialisasi Nilai Perusahaan melalui Buletin
Internal (Studi Deskriptif mengenai Sosialisasi Nilai Perusahaan PT. Darya-Varia
Laboratori Tbk.) oleh Cendera Rizky Anugrah tahun 2012. Penelitian ini
bertujuan ingin mengetahui peranan Departemen Corporate Communication
dalam melakukan sosialisasi nilai perusahaan terhadap karyawannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif melalui studi
kasus.
Penelitian ini difokuskan kepada sosialisasi nilai perusahaan yang
disalurkan melalui program-program komunikasi internal dan dijalankan oleh
departemen Corporate Communication di PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk. Nilai
perusahaan dari PT. Darya-Varia yang baru diluncurkan pada pertengahan tahun
2011 sendiri adalah BERSATU yang masing-masing melambangkan satu nilai
yakni kebersamaan.
11
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sosialisasi nilai BERSATU
dilakukan Departemen Corporate Communication menggnakan media komunkasi
internal yang dimiliki oleh perusahaan. Media komunikasi yang digunakan adalah
bulletin internal (BERSATU Newsletter), SMS Blast, E-mail Blast, Pop-Up, HR
Info, dll. Departemen Corporate Communication juga sangat berperan dengan
baik dalam menentukan identitas baru perusahaan, sehingga karyawan memahami
tentang adanya perubahan nilai perusahaan tersebut.
Perbedaan mendasar dimana penelitian diatas ingin mengetahui peran
Corporate Communication PT. Darya-Varia dalam mensosialisasikan nilai
perusahaan yang baru terbentuk melalui media internal. Penelitian disini sendiri
ingin mengetahui strategi yang dilakukan Corporate Communication Garuda
Indonesia dalam upaya mempertahankan citra sebagai maskapai terbaik di Asia
selama dua tahun.
2.2 Kerangka Konseptual
2.2.1 Strategi Corporate Communication
Beberapa tahun belakangan ini definisi dari Corporate Communication terus
berkembang sejalan dengan proses terjadinya komunikasi suatu perusahaan yang
semakin luas. Kotler (dalam Argenti, 2010:60) mendefiniskan Corporate
Communication sebagai segala bentuk komunikasi yang digunakan oleh
perusahaan, selain marketing communication. Kedua jenis komunikasi dalam
organisasi tersebut berbeda terkait dengan tujuan pesan yang dikirimkan, di mana
Corporate Communication terkait dengan perusahaan, sedangkan marketing
communication terkait dengan produk dari perusahaan tersebut. Omeno pun
12
berpendapat bahwa Corporate Communication sebagai transmisi pengirim pesan
untuk diidentifikasikan dengan brand korporat atau dengan lebih dari satu jenis
brand produk guna mendapatkan tanggapan dari khalayak perusahaan (Argenti,
2010:61).
Corporate Communication sendiri berasal dari bahasa Latin, "corpus" yang
berarti "tubuh" atau "keseluruhan, di mana komunikasi akan fokus pada masalah
organisasi secara keseluruhan atas pemenuhan tujuan perusahaan (Van Riel,
2007:22). Argenti memaparkan bahwa Corporate Communication sendiri terdiri
dari citra dan identitas perusahaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Identitas
yang dibangun oleh perusahaan, akan menghasilkan persepsi yang dilihat oleh
orang luar yang disebut sebagai khalayak atau audience sebagai penerima pesan
tersebut. Pesan sendiri dapat melalui catatan, surat, laporan, website, e-mail, dan
siaran pers yang dikeluarkan perusahaan kepada konstituen (publik utama) baik
internal maupun eksternal (Argenti, 2010:4).
Dari uraian di atas, maka Corporate Communication merupakan bagian
yang penting dalam proses pembuatan kebijakan oleh manajemen dengan
memasukkan visi dan misi perusahaan sebagai strategi transmisi pesan,
sebagaimana digambarkan dalam bagan strategi corporate communication milik
Paul Argenti berikut ini:
13
Bagan 2.1 Strategi Corporate Communication
Sumber: (Argenti, 2010: 35)
Keterangan :
a. Perusahaan merupakan bagian pertama dari sebuah strategi corporate
communication yang efektif berjalan, dan berhubungan dengan
perusahaan itu sendiri yang terdiri dari:
a. Menentukan tujuan perusahaan, dimana corporate communication
akan membantu membentuk visi dan misi perusahaan bersama
dengan pimpinan perusahaan serta manajemen lainnya serta proses
kerja publik internal.
b. Menentukan sumber daya yang tersedia, dimana untuk dapat
mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah pemberdayaan di dalam
perusahaan. Corporate communication akan memutuskan alokasi
sumber daya yang tersedia di dalam perusahaan baik sumber daya
manusianya (SDM), biaya atau pendanaan, serta waktu yang
merupakan solusi jangka pendek atau panjang. Alokasi waktu, serta
alokasi sumber daya harus ditentukan oleh apa yang benar-benar
Perusahaan
Pesan
Konstituen
Respons Konstituen
14
dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pembentukan
identitas perusahaan jangka panjang daripada hanya mencari solusi
jangka pendek.
c. Menentukan kredibilitas citra yang diinginkan perusahaan, dimana
perusahaan harus menentukan citra macam apa yang ingin mereka
miliki dengan konstituen (publik utama). Kredibilitas citra didasarkan
pada persepsi konstituen dari perusahaan akan realitas organisasi itu
sendiri sebagai identitas perusahaan. Penentuan sumber daya yang
benar akan menentukan bagaimana Corporate Communication
membentuk citra positif sehingga terhindar dari tindakan “salah
langkah” bagi perusahaan.
b. Pesan sendiri ialah visi, misi dan tujuan perusahaan serta kredibilitas citra
yang diinginkan perusahaan, dan akan dikomunikasikan secara lisan maupun
tulisan. Menyampaikan pesan dengan tepat melibatkan analisis dua langkah
bagi perusahaan yakni:
a. Bentuk pesan, perusahaan perlu memikirkan cara terbaik dalam
membentuk pesan sehingga dapat sampai kepada publik. Bentuk pesan
menurut kebanyakan ahli komunikasi terdiri dari dua hal yakni, langsung
(direct) dan tidak langsung (indirect). Bentuk langsung artinya
mengungkapkan poin utama terlebih dahulu, kemudian menjelaskan
mengapa; bentuk tidak langsung artinya menjelaskan mengapa terlebih
dahulu, selanjutnya mengungkapkan poin utama. Kedua hal ini sangat
15
berkaitan dengan saluran komunikasi yang dipilih masing-masing
perusahaan.
b. Saluran komunikasi, dimana setelah pemilihan cara membentuk pesan,
maka sebuah perusahaan harus memutuskan bagaimana pesan
tersebut ingin disampaikan (memilih sebuah saluran komunikasi).
Menentukan saluran komunikasi yang pantas merupakan hal yang
lebih sulit bagi perusahaan daripada bagi individu. Pilihan saluran
individu umumnya dibatasi hanya pada menulis atau berbicara, namun
bagi perusahaan terdapat banyak saluran yang tersedia untuk
menyampaikan pesan.
Bagan 2.2 Saluran Komunikasi
Saluran Lama Saluran Baru
Lisan
Tulisan
Fax
E-mail/Voice-mail
Konferensi Web/ Video
Situs Web Eksternal
Blog
Intranet
Situs jejaring sosial
Sumber : (Argenti, 2010 : 44)
3. Konstituen, dimana perusahaan perlu untuk menentukan dan menganalisis
target audiens yaitu publik yang menjadi sasaran dalam berkomunikasi
yang terdiri dari:
16
a. Menentukan konstituen yang relevan bagi perusahaan, di mana
terdapat dua jenis kelompok publik yang diungkapkan Argenti
(2010:38), yaitu konstituen dari kelompok primer yang terdiri dari:
karyawan, konsumen, pemegang saham, komunitas; serta kelompok
sekunder terdiri dari: media, pemasok, pemerintah daerah dan nasional,
serta kreditor. Di setiap perusahaan kedua kelompok ini dapat berubah
seiring waktu dan sasaran audience perusahaan, sehingga perlu
diperhatikan secara luas dan dekat agar dapat membangun
kesepahaman dengan konstituen yang dimaksud.
b. Sikap konstituen terhadap perusahaan sendiri juga perlu mendapat
penilaian dari divisi Corporate Communication, karena sikap tersebut
akan menentukan pemahaman karyawan sebagai publik internal
terhadap tujuan perusahaan serta membangun kepercayaan pada
konsumen terhadap perusahaan. Sikap sendiri adalah kecenderungan
bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi situasi
atau objek tertentu.
c. Persepsi akan muncul setelah perusahaan mengetahui dan mencoba
merespon sikap yang ditunjukkan oleh publik internal dan eksternal
terhadap perusahaan melalui komunikasi. Corporate communication
masuk dengan cara mempengaruhi konstituen untuk melakukan apa
yang perusahaan inginkan dalam hal pesan yang sudah dibentuk divisi
ini sebelumnya sebagai rangsangan. Kemampuan mempersepsi ini
17
Yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra perusahaan
selanjutnya
4. Respon Konstituen merupakan hasil penilaian Corporate Communication
setelah proses komunikasi berlangsung dengan konstituen. Respon atau
umpan balik dapat dikumpulkan dengan cepat setelah pengiriman sebuah
pesan melalui persepsi langsung atau tindakan langsung maupun melalui
hasil jangka panjang yakni reputasi perusahaan. Respon konstituen pada
umumnya dibagi menjadi dua, yakni:
a. Pro yang merupakan kelompok memihak (proponents) pada pesan dan
mendukung tercapainya target perusahaan,
b. Kontra ialah kelompok yang menentang (opponents) pada pesan yang
disampaikan oleh perusahaan. Kelompok ini sekaligus tantangan bagi
divisi Corporate Communication untuk mampu mengubah reaksi yang
dimunculkan oleh publik.
5. Semua proses diatas akan kembali pada perusahaan, dalam hal ini
corporate communication akan melihat respon terbanyak melalui grafik
penjualan dan pendapatan perusahaan sebagai bentuk yang nyata. Apabila
grafik menuju pada titik teratas atau seimbang, maka respon konstituen
dapat dikatakan sudah sesuai dengan target perusahaan bahkan
melampauinya. Namun, jika tidak perusahaan perlu untuk kembali
mengevaluasi strategi awal kerja corporate communication sehingga
proses ini dapat berjalan sesuai dengan visi awal perusahaan.
18
2.2.2 Public Relations
Terdapat beberapa definisi public relations yang dijelaskan oleh para
tokoh, diantaranya menurut Cutlip, Center, dan Broom dalam bukunya Effective
Public Relations (2009: 11) menyatakan bahwa :
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik serta bermanfaat antara organisasi
dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi
tersebut”.
Dari pengertian tersebut, Cutlip, Center, dan Broom mendefinisikan fungsi
public relations memiliki kesamaan dengan fungsi manajemen, yakni menilai
sikap publik, mengidentifikasikan nilai kebijakan dan tata cara seseorang atau
organisasi demi kepentingan publik, serta dukungan publik.
Frank Jefkins menuliskan definisinya tentang public relations (Ruslan,
2007:77 ) bahwa :
“Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik
itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian”.
Dari definisi-definisi tersebut, terdapat maksud dan tujuan yang sama.
Semua definisi bertujuan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian,
kepercayaan serta penghargaan pada dan dari publik khususnya masyarakat pada
19
umumnya. Selain itu, peran public relations merupakan unsur yang sangat penting
dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari perusahaan.
Peran adalah kedudukan atau perangkat seseorang dalam suatu sistem
manajemen maupun organisasi. Menurut Dozier dan Broom dalam Ruslan (2007:
20), peran public relations dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut :
a. Expert Presciber,
Sebagai praktisi, public relations berperan dalam membantu mencari
solusi dalam penyelesaian masalah dengan publiknya, sehingga pihak
manajemen bertindak pasif dengan menerima atau mempercayai apa
yang telah disarankan atau usulan dari ahli public relations.
b. Communication Fasilitator,
Praktisi public relations bertindak sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang
diinginkan serta diharapkan oleh publiknya sendiri, sekaligus mampu
menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi
kepada publiknya.
c. Problem Solving Process Fasilitator,
Praktisi public relations dalam proses pemecahan persoalan
merupakan bagian dari tim manajemen untuk membantu pimpinan
organisasi baik sebagai penasihat (advicer) hingga mengambil
tindakan eksekusi (decision maker) dalam mengatasi persoalan atau
krisis yang tengah dihadapi secara rasional.
20
d. Communication Technician,
Public relations menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal
dengan methode of communication dan sistem komunikasi dalam
organisasi tergantung masing-masing bagian atau tingkatan (level),
yaitu secara teknis komunikasi, baik arus komunikasi maupun media
komunikasi. Dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan,
dan akan berbeda dari bawahan ke atasan.
2.2.3 Corporate Identity
Corporate identity atau identitas perusahaan merupakan suatu tanda
pengenal yang memungkinkan perusahaan dikenal atau dibedakan dari perusahaan
lainnya, dimana setiap perusahaan tentu ingin memiliki identitas perusahaan yang
berbeda-beda. Defmisi corporate identity menurut Blauw (dalam Van Riel,
2007:30) adalah keseluruhan arti visual dan non visual yang dipergunakan oleh
perusahaan untuk menampilkan diriya kepada seluruh kelompok sasaran guna
menciptakan realitas. Menurut Birkigt and Stadler, identitas perusahaan adalah
perencanaan strategis dan operasional yang mempergunakan penampilan diri
internal serta tingkah laku dari sebuah perusahaan. Hal ini didasarkan pada
filosofi perusahaan, tujuan jangka panjang perusahaan, dan citra khusus yang
diinginkan, lalu dikombinasikan dengan yang akan dipergunakan oleh seluruh
instrumen perusahaan sebagai unit internal dan eksternal.
Definisi corporate identity menurut Saleme dan Selame (dalam Van Riel,
2007:30) ialah pernyataan visual lembaga kepada dunia tentang siapa dan apa
21
perusahaan serta bagaimana perusahaan memandang dirinya dan bagaimana dunia
memandang perusahaan. Pada saat ini corporate identity memiliki suatu makna
sebagai suatu cara atau upaya perusahaan “memperkenalkan dirinya” kepada
publik dengan menggunakan lambang, komunikasi, dan tingkah laku. Semua
elemen-elemen dalam corporate identity tersebut dapat digunakan dengan baik
secara internal maupun eksternal untuk memperkenalkan kepribadian suatu
perusahaan dengan nilai-nilai perusahaan yang telah disepakati (Van Riel,
1995:28).
Dari definisi mengenai corporate identity tersebut, ada empat elemen
penting yang dapat dipergunakan sebagai ukuran dalam upaya untuk
memperkenalkan diri, yakni symbolism, communication, behaviour, serta
personality. Pada mulanya corporate identity hanya dipandang sebagai sinonim
dari logo atau lambang, akan tetapi konsep tersebut lambat laun semakin
berkembang, dan pada saat ini memiliki makna sebagai salah satu cara perusahaan
“memperkenalkan dirinya”. Perusahaan diharapkan mampu mempresentasikan
dirinya melalui corporate identity yang diciptakan melalui realita perusahaan,
seperti:
1. Symbolism (logo atau simbol), melambangkan sifat-sifat implisit dari
hal-hal yang diwakili oleh perusahaan. Symbolism memiliki unsur-
unsur yang meliputi: warna, bentuk bangunan, logo, atribut, sampai
dengan pakaian seragam perusahaan. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan suatu kesan positif bagi publik, yaitu:
a. Nama perusahaan, biasanya ditulis sesuai dengan nilai serta filosofi
dari perusahaan tersebut, serta memiliki arti tertentu, yang biasanya
berkaitan dengan kemajuan, kemakmuran atau kebaikan yang
22
bertujuan agar perusahaan terus berkembang. Nama terkait dengan
logo dari perusahaan tersebut dan berhubungan pula dengan
pemilihan warna yang menarik, bentuk logo, serta makna yang
terkandung dibalik pemilihan logo tersebut.
b. Gaya bangunan atau tata ruang, akan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Hal ini dapat menciptakan iklim positif pada publik
internal serta menambah kenyamanan bagi publik eksternal
khususnya konsumen. Hal tersebut berkaitan dengan kebun, tata
ruang kantor, tata ruang pabrik, sampai dengan pengaturan fasilitas
yang ada pada perusahaan tersebut.
c. Slogan perusahaan, merupakan cerminan kinerja perusahaan
tersebut secara luas. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggannya.
d. Atribut lainnya yang digunakan pemilihan warna logo, seragam
karyawan, hingga beberapa hal yang telah disebutkan di atas dapat
mencirikan perusahaan gunam membentuk kesepahaman persepsi.
2. Communication (komunikasi), adalah cara yang paling fleksibel untuk
proses pembentukan corporate identity. Kegiatan komunikasi yang
dilakukan adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
mengharapkan adanya feedback, sehingga dapat diketahui efektivitas
proses komunikasi tersebut. Komunikasi yang terjadi mengarah pada
komunikasi organisasi atau perusahaan, tetapi hal tersebut juga
23
berpengaruh dalam upaya pembentukan corporate identity dalam
perusahaan itu sendiri. Hal ini menyangkut salah satu elemen
corporate identity mix, dimana mewakili perilaku yang terjadi pada
suatu perusahaan. Komunikasi yang terjadi dalam suatu perusahaan
berjalan secara internal dan eksternal, dalam hal ini yang menjadi
fokus adalah publik eksternal (konsumen). Komunikasi pada publik
eksternal di sini berlangsung atau terjadi dua arah antara perusahaan
dengan pihak luar, misal: komunikasi dengan rekan bisnis,
pelanggan/konsumen, komunitas sekitar, media, pemerintah, dan lain
sebagainya. Keberhasilan komunikasi eksternal ini merupakan
keberhasilan dari pihak public relations dalam upaya memperoleh
dukungan, pengertian, kepercayaan, partisipasi, dan kerjasama dengan
publiknya baik melalui pembentukan iklan, laporan tahunan, maupun
press release (Ruslan, 2001:87).
3. Behaviour (tingkah laku), merupakan hal yang sangat penting atau
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menciptakan corporate
identity. Hal ini mengingat, publik akan menilai perusahaan sesuai
dengan tingkah laku yang ditunjukkan oleh perusahaan tersebut.
Tingkah laku ini dinilai secara terus-menerus dan merupakan wujud
pelaksanaan dari nilai-nilai perusahaan yang diciptakan perusahaan.
Kepribadian perusahaan dapat ditunjukkan dengan bentuk perilaku
karyawan dan dituangkan dalam pelayanan yang diberikan. Hal ini
menuntut karyawan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pelanggannya. Pelayanan yang baik dan unik akan menanamkan kesan
di benak publik terhadap perusahaan, sikap-sikap nyata perusahaan
24
akan memberikan nilai lebih di mata publiknya. Sikap sopan, ramah,
terbuka, dan terus terang, merupakan perilaku sederhana tetapi
memiliki makna yang sangat besar bagi publik (Van Riel, 1995:51).
2.2.4 Citra Perusahaan
Memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya tergantung pada
mutu produk dan jasanya tetapi juga pada kepiawaian membentuk citra
perusahaan. Maka, seharusnya setiap perusahaan perlu mengetahui dan
mempertahankan citranya di masyarakat. Definisi citra itu sendiri menurut
beberapa tokoh adalah:
a. Frank Jefkins dalam Public Relations Techniques dikutip dari Kirana
Ambarwati (2009: 28) mengatakan:
“The impressions of an organizations based on knowledge an experience”.
b. Donald K. Robert (Argenti, 2010: 23) mengatakan:
“Representing the totality of all information about the world any
individual has processed, organized, and stored”.
c. Paul Argenti dalam Corporate Communication mengatakan:
“Citra dari sebuah perusahaan adalah fungsi dari bagaimana konstituen
melihat organisasi tersebut berdasarkan atas semua pesan yang organisasi
itu sampaikan melalui nama dan logo serta melalui presentasi diri,
termasuk ekspresi dari visi korporatnya” (Argenti, 2010: 93).
25
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan
adalah karakter perusahaan yang dibangun untuk memperoleh kesan dari publik,
baik publik internal maupun eksternal. Bagi publik internal, citra perusahaan
dibangun untuk memperoleh persepsi yang baik tentang perusahaan dan
menciptakan loyalitas karyawan. Bagi publik eksternal, citra dibangun agar
perusahaan dapat diterima secara positif di tengah-tengah publiknya.
2.2.5 Model Pembentukan Citra
Model pembentukan citra oleh John S. Nimpoeno adalah model yang
digunakan peneliti untuk mengetahui proses pembentukan citra. Citra seseorang
terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya pada objek tersebut. Menurut
Solomon dalam Rakhmat (2007) menyatakan semua sikap bersumber pada
organisasi kognitif terhadap informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Efek
kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra
seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang. Komunikasi dikatakan tidak secara langsung menimbulkan
perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan
citra perusahaan pada lingkungan (Soemirat, 2004: 115).
26
Bagan 2.4 Model Pembentukan Citra
s
Sumber : (Soemirat, 2004: 115)
Model pembentukan citra pada gambar diatas memperlihatkan bahwa
Public Relations digambarkan sebagai input. Input adalah stimulus yang
diberikan, output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri
digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap. Apabila stimulus
mendapat perhatian, maka individu akan berusaha untuk mengerti tentang
rangsangan tersebut. Adapun arti dari komponen dalam model pembentukan citra
tersebut sebagai berikut :
1. Persepsi diartikan sebagai respon perilaku dari hasil pengamatan terhadap
unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
Individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsangan tersebut. Kemampuan mempersepsi
ini yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau
pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh
rangsangan dapat memenuhi kognisi individu tersebut.
2. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.
Keyakinan akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan
tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang
cukup agar mempengaruhi perkembangan kognisinya. Motivasi dan sikap
STIMULUS
(RANGSANGAN)
KOGNITIF
PERSEPSI SIKAP
MOTIVASI
RESPON
(PERILAKU)
27
akan menggerakan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi
rangsangan.
3. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan.
4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi dan menentukan
apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa
yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek
evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan. Sikap juga dapat
diperteguh atau diubah (Soemirat & Ardianto, 2004: 119).
28
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pendapat dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli,
maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat disusun menjadi sebuah bagan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Bagan 2.3 Kerangka Pemikiran
Corporate Identity ( Identitas Perusahaan)
Divisi Corporate Communication PT.
Garuda Indonesia (Pesero) Tbk
Bertahan sebagai maskapai terbaik
di Asia tahun 2013-2014
Tidak bertahan sebagai maskapai
terbaik di Asia tahun 2013-2014
Corporate Image
(Citra Perusahaan)
Unit Public Relations PT. Garuda Indonesia Cabang
Denpasar
29
Keterangan:
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan
Corporate Communication PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam
mempertahankan citra sebagai maskapai terbaik di Asia tahun 2013-2014. Strategi
tersebut sangat dipengaruhi oleh Corporate Identity (identitas perusahaan) yang
diciptakan oleh perusahaan kepada publik, seperti komunikasi, tingkah laku serta
simbol khas lainnya. Melalui corporate identity tersebut, publik akan merespon
serta menilai perusahaan, sehingga membentuk corporate image (citra
perusahaan). Apabila respon publik menunjukkan hasil yang positif, maka citra
perusahaan dapat bertahan dengan baik maupun sebaliknya.