Upload
vuongdan
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Lama Persalinan
Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
Rustam Mochtar 1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan adalah
proses pengeluaran janin dan plasenta dari uterus.
Menurut Farer (2001) menyatakan persalinan normal adalah :
a. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur).
b. Selesai dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama)
c. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps)
d. Mempunyai janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak kepala)
e. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan yang hebat)
f. Mencakup kelahiran plasenta yang normal
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak
(2004) :
1) Tenaga
a) His
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada
bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah
8
ada kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu,
yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada kontraksi
Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan
nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan
nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti
his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat
bila dibawa berjalan, malahan sering berkurang. His pendahuluan
tidak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan
his persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting
ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada
cervik.
His persalinan :
Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang
fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis
lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia
dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut-
serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena
kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu
kontraksi. Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari
penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim
bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu
dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari
9
tangan dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi jantung
pada his juga ada “pacemakers” yang memulai kontraksi dan
mengontrol frekuensinya.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan
ialah :
- Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75
detik.
- Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine
sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan
dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim
ke dalam.
- Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his
timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali
dalam 2 menit.
Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :
- His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari
cervix
- His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His
pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
- His pelepasan uri yang melepaskan uri.
b) Tenaga mengejan
10
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intraabdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang
air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya waktu kepala sampai
pada dasar panggul, timbul suatu reflex yang mengakibatkan
bahwa pasien menutup glottisnya, mengontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan
sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa
tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada
penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta
setelah placenta lepas dari dinding rahim (Sastrawinata, 1983).
2) Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih
berperan dalam proses persalinan.Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu
11
ukuran dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan
dimulai (Bobak, 2005).
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4
bentuk pokok jenis panggul menurut Mochtar (1998) :
(a) Ginekoid : paling ideal, bulat : 45%
(b) Android : panggul pria, segitiga : 15%
(c) Antropoid : agak lonjong sepertri telur : 35%
(d) Platipeloid : menyempit arah muka belakang : 5%
Ukuran-ukuran panggul
a) Alat pengukur panggul :
Pita meter
Jangka panggul : Martin, Oseander, Collin, dan Baudeloque
Pelvimetri klinis dengan periksa dalam
Pelvimetri rontgenologis dibuat oleh ahli radiologi yang hasilnya
diinterprestasikan serta dikalkulasikan oleh ahli kebidanan.
b) Ukuran-ukuran luar panggul :
Distansia spinarum ; jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior 24-26 cm.
Distansia cristarum ; jarak antara kedua crista iliaka kanan dan
kiri 28-30 cm.
Konjungata externa (Boudeloque) 18-20 cm
Lingkaran panggul 80-90 cm
12
Konjungata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm
Distansia tuberum (dipakai Oseander) 10,5 cm
c) Ukuran-ukuran dalam panggul
• Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk
oleh promontorium, line innominata, dan pinggir atas
simfisis pubis.
- Konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh
konj.diagonalis 1,5-11 cm.
- Konjugata transversa konj. 12-13 cm
- Konjugata oblique 13 cm
- Konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis
ke promontorium
• Ruang tengah panggul :
- Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
- Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
- Jarak antara spina ischiadika 11 cm
• Pintu bawah panggul (outlet) :
- Ukuran anterior posterior 10-11 cm
- Ukuran melintang 10,5 cm
- Arkus pubis membentuk sudut 90˚ lebih, pada laki-laki
kurang dari 80˚.
13
Penyebab lama persalinan
Tulang panggul si ibu yang bermasalah bisa menyebabkan
persalinan menjadi agak susah, meskipun sang bayi tiada masalah dan
kontraksi juga bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau bentuknya
tidak sempurna seperti bengkok atau berbentuk segitiga (Indiarti, 2008).
Pada pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan
panggul, menurut Mochtar (1998) yang terdiri dari :
(1) Pemeriksaan panggul luar
(2) Pemeriksaan panggul dalam (VT) ; yang dievaluasi antara lain :
promontorium, linea innominata, spina ischiadika, dinding samping,
kurvatura sacrum, ujung sacrum, dan akkus pubis.
Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :
- Konjugata diagonalis dan konjugata vera
- Distansia interspinarum (diameter bispinosium)
- Diameter antero-posterior
3) Janin
Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor menurut Bobak
(2005), yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.
14
a) Ukuran Kepala Janin
Karena ukuran dan sifatnya yang relative kaku, kepala janin
sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri
dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal
dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura
membranosa : sagitalis, lambdoidalis, koronalis dan frontalis.
Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak di
tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan,
setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan
sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi dan sikap
janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan
kesejahteraan bayi baru lahir.
Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan
posterior. Fontanel yang lebih besar, yakni fontanel anterior,
berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan sutura
sagitalis, koronalis, dan frontalis. Fontanel ini menutup pada usia
18 bulan. Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua
tulang parietal dan satu tulang oksipital dan berbentuk segitiga.
Fontanel ini menutup pada usia sampai 8 minggu.
Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel sehingga
dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang beberapa lama
setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi, karena belum menyatu
15
menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang
tindih. Hal ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk
selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi
pada kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk
normalnya dalam tiga hari setelah lahir. Kemungkinan tulang
untuk saling menggeser memungkinkannya untuk beradaptasi
terhadap berbagai diameter panggul ibu.
Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses
kelahirannya, namun posisi bahu relative mudah berubah selama
persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah
daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang
kebih kecil dapat melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya
sempit, sehingga tidak menimbulkan masalah.
b) Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki
pintu atas panggul dan terus menerus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama
adalah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih
dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin
yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi
ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.
16
c) Letak Janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)
janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam
letak : memanjang atau vertikal, di mana sumbu panjang janin
parallel dengan sumbu panjang ibu dan melintang atau horisontal,
di mana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu
panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala
atau presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada
struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
d) Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat
berada di dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola
pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin
terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung
janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi
kearah sendi lutut. Sikap janin disebut fleksi umum. Tangan
disilangkan di depan thoraks dan tali pusat terletak di antara
lengan dan tungkai.
Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan
saat anak dilahirkan. Misalnya, pada presentasi kepala, kepala
janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang
17
menyebabkan diameter kepala berada pada posisi yang tidak
menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu.
e) Posisi Janin
Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin
yang menempati pintu atas panggul. Pada presentasi kepala,
bagian yang menjadi presentasi biasanya oksiput, pada presentasi
bokong, yang menjadi presentasi sacrum, pada letak lintang yang
menjadi bagian presentasi skapula bahu. Apabila yang menjadi
bagian presentasi oksiput, presentasinya adalah puncak kepala.
Penyebab persalinan lama
Bayi atau passanger yang berukuran besar, di atas 4 kg,
kadang tidak sesuai ukuran panggul ibu. Akibatnya, pembukaan tak
maju-maju karena si bayi tertahan di atas. Walaupun panggul ibunya
normal, tetap saja susah keluar. Alhasil, pembukaannya pun
terpengaruh. Bisa juga karena posisi bayi yang salah. Posisi
melintang atau posisi kepala berubah sampai tertahan di tulang
panggul. Yang normal, lahir dengan posisi kepala belakang terlebih
dahulu. (Indiarti, 2008).
Maka dari itu selama perawatan antepartal, dilakukan
pengkajian ukuran pelvic ibu dan ukuran janin yang sedang
18
berkembang. Ukuran janin ditentukan dengan palpasi panjang
crown-rump janin dalam uterus (Hamilton, 1995).
4) Psikis Ibu
Pada proses kelahiran suami yang bertanggung jawab pun tak
kalah repotdan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran
janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan
suami untuk mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, dibanding
sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk
mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya
persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu,
hingga persiapan aqiqah calon bayi.
Selanjutnya, suami pun bertanggung jawab mempersiapkan
kekuatan mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini
adalah saat perjuangan hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami
harus banyak memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi
kepada istrinya menghadapi masa sulit ini. Beberapa cara bisa
ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas pelatihan
prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di
rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.
Adalah satu hal yang sangat positif, jika suami bisa ikut hadir
saat proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekedar
menemani, memegang tangan istri dan membisikkan kata-kata
19
penghibur kepada istri, akan memberikan dorongan kekuatan mental
ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit, namun
kekuatan mental yang diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat
menahan sakit, yang pada akhirnya akan mempermudah proses
kelahiran.
Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang
sekarang mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan
bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami
sendiri. Ketika suami menyaksikan kesakitan yang diderita istri,
perjuangan beratnya melawan maut, maka kelak suami akan lebih
mampu menghargai dan memahami perasaan istrinya. Selain itu,
akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami terhadap sang bayi,
sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara ayah dan anak
(Maulana, 2007).
Penyebab persalinan lama
Ketidaktahuan menyebabkan ketakutan, yang sangat
mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan menyebabkan
kegelisahan dan respon endokrin yang menyebabkan retensi natrium,
ekskresi kalium, dan penurunan glukosa yang dibutuhkan oleh
kontraksi uterus. Respon-respon ini juga menyebabkan disekresinya
epinefrin, yang menghambat aktivitas miometrial, dan melepaskan
norepinefrin, yang menyebabkan peningkatan atau tak
20
terkoordinasinya aktivitas uterus. Peningkatan distress fisik dan
efektif persalinan membentuk lingkaran setan, lebih menyebabkan
ketakutan dan rasa tidak nyaman.
Penelitian keperawatan menemukan bahwa rasa sakit dan
hilang kontrol merupakan faktor-faktor yang paling tidak
menyenangkan dalam persalinan (Butane, 1973, dkk). Pasien yang
mengikuti kelas-kelas prenatal mendapatkan keuntungan melalui
pemeliharaan kontrol, menggunakan lebih sedikit obat-obatan,
memperlihatkan sikap yang positif, dan mengalami hal-hal yang
sebelumnya sudah ditafsirkan ketimbang ketakutan (Genest, 1982).
Selain mencari informasi, ikutlah kelas untuk ibu hamil
seperti kelas senam Lamaz. Kelas itu memberi teori teknis tentang
cara bernafas dan cara menenangkan diri ketika proses kelahiran.
Memang, mengikuti kelas itu bukan berarti secara otomatis terbebas
dari rasa sakit ketika melahirkan, akan tetapi setidaknya menjadi
lebih tenang. Jika panik, otot-otot akan menegang dan akan merasa
lelah, sehingga lebih kesakitan (Maulana, 2007).
b. Tanda-tanda permulaan persalinan
Menurut Rustam Mochtar (1998) sebelum terjadi persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya”
atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut
21
a) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
c) Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin
d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor
pains”
e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show)
c. Tanda-tanda inpartu
Tanda-tanda inpartu menurut Rustam Mochtar (1998) adalah sebagai
berikut :
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
d. Mekanisme Persalinan
22
Mekanisme persalinan menurut Hamilton adalah proses
kelahiran bayi yang melibatkan passageway, passenger dean posisi
janin. Karena jalan lahir yang tak teratur, bayi cukup bulan tidak dapat
keluar begitu saja. Janin harus berbalik dan berputar untuk menemukan
jalan keluarnya. Janin bersifat pasif secara keseluruhan, otot-otot ibu
yang harus melakukannya.
a) Penurunan (decend)
Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi
fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agar berputar ke sisi kanan dan
kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih dalam
ke pelvik dan dalam posisi menyimpang, dengan wajah ke kanan dan
oksiput ke kiri atau sebaliknya.
b) Fleksi
Sebagaimana kepala turun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi
pada dada, yang menyebabkan os occipital di belakang kepala untuk
petunjuk jalan.
c) Rotasi interna
Karena kepala mencapai tingkat spina iskiadika, yang disebut station
0, stuktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik atau berputar,
sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sangat sempit
dalam pelvic. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang
pubis.
23
d) Ekstensi
Pada saat ini jalan lahir mengalami perubahan sudut. Kepala yang
mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di
bawah tulang pubis dan melewati introitus atau orivisium vagina
kemudian ke luar. Dagu terangkat ke atas atau ekstensi dan kepala
lahir.
e) Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam
hubungan dengan bahu.
f) Rotasi eksternal
Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang
relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh
yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau
berputar, dalam hubungannya yang normal dengan bahu.
g) Ekspulsi plasenta
Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan
intervalnya sampai 400 %, sementara plasenta tetap dalam ukuran
yang sama. Hal ini menyebabkan akar plasenta runtuh dari
endometrium sehingga memisahkan plasenta dari uterus.
h) Regresi uterus
Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke
dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga
24
menyarankan ibu untuk berbaring terlungkup ketika istirahat sampai
regresi uterus kembali ke keadaan sebelum kehamilan, sekitar 4
minggu sampai 6 minggu.
e. Proses Persalinan
Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala menurut Bobak (1995) :
a) Kala I
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap (pembukaan 10).
b) Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran. Dimulai dari pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, yaitu
2-3 menit sekali karena kepala janin sudah masuk ke ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan.
Perawatan selama kala II :
Pada saat ini, ibu dibantu agar berada dalam posisi yang nyaman
baginya, denyut nadi diperiksa setiap 15 menit. Denyut jantung janin
diperiksa antara tiap kontraksi/his. Wajah dan leher ibu diusap
dengan handuk basah. Kandung kemih dikosongkan dan kemajuan
persalinan diamati.
c) Kala III atau kala uri
25
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Plasenta
biasanya lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.
d) Kala IV
Dimulai dari keluarnya plasenta sampai 1-4 jam atau sampai tanda-
tanda vital ibu stabil.
Lama Persalinan
a. Kala I fase laten pada primipara 8-9 jam tetapi tidak lebih dari 20
jam. Pada multipara 5-14 jam.
b. Kala II pada primipara 1-2 jam atau lebih. Pada multipara 20 menit.
c. Kala III pada primipara atau multipara 5-20 menit.
2. Antenatal Care
Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 1998).
Tujuan khusus Antenatal Care menurut Manuaba (1998) adalah :
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan
kala nifas
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana
26
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
Memperhatikan batasan dan tujuan Antenatal Care, maka jadwal
pemeriksaan menurut Manuaba (1998) adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
b. Pemeriksaan ulang
1) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan
2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
3) Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan
c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan lain
Dalam Asuhan Antenatal meliputi : memantau kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, mengenali
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan), mental dan social, ibu dan bayi (Sayfudin, 2002).
Keteraturan antenatal care dapat ditunjukkan melalui frekuensi
kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil
memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal
sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi
sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu
hamil kurang termotivasi dalam melakukan Antenatal care yaitu kesibukan,
tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang,
27
kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang
kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obatan penyelamat jiwa
(Prawirohardjo, 2002).
Ibu hamil dalam masa kehamilannya menimbulkan reaksi yang
berbeda, hal ini tergantung dari sifat masing-masing individu yang
berdasarkan pengalaman, pendidikan dan tingkat kedewasaan meskipun
sebagian besar wanita dalam menghadapi kehamilan merasakan ketakutan,
kecemasan yang disebabkan oleh banyak faktor terutama pada ibu
primigravida dan primipara, hal tersebut mendorong ibu primigravida dan
primipara untuk lebih patuh dalam melaksanakan antenatal care.
Kepatuhan dalam Antenatal Care meliputi kontrol teratur, dengan kontrol
teratur diharapkan dapat dideteksi lebih dini keadaan-keadaan yang
mengandung resiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu maupun
janin (Hamilton, 1995).
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Antenatal minimal
4 kali, yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester akhir sebanyak dua
kali. Pemeriksaan Pemeriksaan Antenatal Care menurut Indiarti (2008)
adalah berikut :
a) Penimbangan Berat Badan
Setiap ibu hamil memeriksakan diri, dilakukan penimbangan berat
badan. Menimbang dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
berat badan dari bulan ke bulan. Kenaikan berat badan penting untuk
28
mengetahui apakah kenaikan berat badan normal atau tidak. Jika kurang
atau berlebih, maka dilakukan pemeriksaan lain yang mendukung.
Ketidaknormalan berat badan berisiko terhadap ibu dan janin. Misalnya,
berat badan yang kurang, dikhawatirkan bayi lahir rendah, atau jika berat
badan ibu hamil berlebih, dikhawatirkan ibu menderita diabet atau
hipertensi dan janin besar.
Akan tetapi, jika pada trimester pertama ibu hamil kehilangan berat
badannya, tidak perlu cemas. Hal ini biasanya terjadi karena kondisi
morning sickness. Sebaliknya, jika di akhir kehamilan berat badan tiba-
tiba meningkat tajam, hal ini perlu diwaspadai sebab bisa sebagai tanda-
tanda Pre-eklampsia.
b) Periksa Tekanan Darah
Tekanan darah ibu hamil perlu dijaga agar selalu normal. Tekanan
darah tinggi akan berisiko terhadap ibu hamil dan bayinya. Sementara,
tekanan darah rendah juga tidak baik bagi ibu. Oleh sebab itu,
pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada setiap pemeriksaan ibu hamil.
Biasanya, tekanan darah sedikit rendah ketika hamil. Akan tetapi, jika
tekanan darah tiba-tiba meningkat dari lazimnya, maka ibu hamil harus
mulai waspada. Tekanan darah normal jika menunjukkan 120/70 mmHg.
Jika sudah mencapai 140/90 mmHg, maka sudah harus mendapatkan
perhatian khusus, yakni pemantauan secara intensif.
29
Sebenarnya tekanan darah yang dianggap tinggi sangat tergantung
dari berapa lazimnya ukuran tekanan darah. Itu sebabnya, sejak awal
kehamilan dokter atau perawat selalu mengukur tekanan darah pada setiap
pemeriksaan kehamilan. Ada baiknya pada setiap pemeriksaan ini anda
menanyakan berapa tekanan darah saat itu.
c) Pemeriksaan Urin
Awal kegunaan pemeriksaan urin adalah untuk mengetahui kepastian
kehamilan. Melalui urin juga untuk mengetahui fungsi ginjal. Dengan
pemeriksaan urin dapat dilihat kadar protein yang keluar dari air seni. Jika
terlihat adanya protein pada air seni, hal ini dapat untuk mendiagnosa
adanya gangguan Pre-eklampsia. Pemeriksaan urin di laboratorium juga
untuk mengetahui kadar gula dalam darah. Kondisi kadar gula dalam
darah menunjukkan apakah ada penyakit diabetes mellitus atau tidak.
Wanita penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan yang sama
untuk hamil. Yang penting, calon ibu perlu melakukan pemeriksaan masa
pra-konsepsi sangat memungkinkan ibu penderita diabetes menjalani
kehamilannya dengan sehat. Jika sejak awal ditangani dokter dengan
benar, menjaga berat badan ideal dan mempertahankan tingkat gula darah
yang normal, maka calon ibu penderita diabetes mellitus mempunyai
kesempatan hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
d) Periksa Detak Jantung Janin
30
Untuk mendengar detak jantung bayi pada masa awal kehamilan
dilakukan dengan sonicaid. Akan tetapi, setelah usia 28 minggu dokter
atau bidan dapat mendengarkan detak jantung melalui alat semacam
trompet yang berfungsi sebagai stetoskop janin. Dewasa ini banyak dokter
dan rumah sakit yang menggunakan Doppler, sehingga ibu hamil
maupunpendampingnya bisa mendengar bunyi detak janin.
e) Periksa Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan
memasukkan dua jarinya ke dalam vagina, sementara sebelah tangannya
menekan perut. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kehamilan, memastikan normal atau tidaknya kehamilan, pemeriksaan ada
tidaknya tumor atau kondisi abnormal di dalam rongga panggul,
mendiagnosa bisul atau erosi pada mulut rahim atau pap smear,
mengetahui penyakit, mengetahui ukuran kemampuan rongga panggul
untuk jalan lahir bayi.
Kapan pemeriksaan ini dilakukan? Lazimnya dilakukan pada
pemeriksaan di awal kehamilan. Akan tetapi, sebenarnya pemeriksaan ini
dapat dilakukan kapan saja. Biasanya hal ini dilakukan lagi setelah usia
kehamilan 36 minggu. Pada saat ini pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui letak janin pada akhir kehamilan, memperkirakan kondisi
mulut rahim, dan mengetahui kondisi tulang panggul, karena pada saat ini
letak janin lazimnya sudah menetap.
31
f) Periksa Perut
Ini dilakukan rutin setiap pemeriksaan. Tenaga kesehatan akan
memegang bagian perut. Ini untuk melihat posisi rahim untuk mengukur
pertumbuhan janin. Juga untuk mengetahui apakah posisi janin sudah
tepat, terutama pada akhir kehamilan di mana kepala janin berada di
rongga panggul.
g) Tinggi Badan
Pemeriksaan ini dilakukan pada kunjungan pertama. Pemeriksaan ini
dilakukan sebagai petunjuk untuk mengetahui ukuran panggul.
h) Periksa Kaki dan Tangan
Pemeriksaan pada kaki bawah, pergelangan kaki dan tangan untuk
mendeteksi apakah terjadi pembengkakan atau oedema. Jika terjadi sedikit
pembengkakan di akhir minggu kehamilan ialah normal, tetapi
pembengkakan yang berlebihan dapat mennandakan Pre-eklampsia.
Pemeriksaan kaki ini untuk melihat adakah kemungkinan varises atau
tidak.
i) Imunisasi
Sehat secara fisik bisa diperoleh jika seluruh organ tubuh bekerja
dengan baik. Guna mendapatkan kondisi sehat secara fisik, salah satunya
adalah dengan tidak terkena penyakit infeksi. Salah satu cara yang dapat
membantu wanita hamil terhindar dari infeksi ialah dengan melakukan
imunisasi.
32
Tentu saja pemberian imunisasi ini harus sepengetahuan atau
konsultasi dengan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan akan mengatakan
kapan seorang wanita memerlukan imunisasi dan kapan tidak.
3. Dukungan Suami
Memang, sentuhan kasih sayang dari ibu sudah cukup memenuhi
kebutuhan kasih sayang bagi si janin. Namun penting diingat, bahwa untuk
bisa memberikan perhatian dan kasih sayang penuh kepada janinnya, si ibu
membutuhkan suasana kejiwaan yang tenang dan bahagia. Ibu yang tertekan
dan stress tak akan bisa memberikan perhatian dan kasih sayangnya secara
optimal kepada janin. Di sinilah suami akan mengambil peran besar dalam
turut menjaga kesehatan kejiwaan istrinya arag tetap stabil, tenang, dan
bahagia. Sebagai orang terdekat yang menjadi belahan jiwa bagi istri, ia bisa
menjadi penentu kesehatan jiwa si istri. Suami harus bisa memberikan
perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya. Misalnya, saling
berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi pekan demi pekan, bersama-
sama mencari informasi mengenai kehamilan setiap bulan, mendiskusikan
rencana-rencana ke depan bagi calon bayi, hingga menyempatkan diri secara
rutin mengelus perut istrinya.
Pada proses kelahiran suami yang bertanggung jawab pun tak kalah
repotdan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran janin,
dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk
mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, disbanding sang istri. Banyak sekali
33
yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti
menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan
kesehatan ibu, hingga persiapan aqiqah calon bayi.
Selanjutnya, suami pun bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan
mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan
hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan
perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi masa sulit ini.
Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas
pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di
rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.
Adalah satu hal yang sangat positif, jika suami bisa ikut hadir saat
proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekedar menemani, memegang
tangan istri dan membisikkan kata-kata penghibur kepada istri, akan
memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat
mengurangi rasa sakit, namun kekuatan mental yang diperoleh istri akajn
membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya akan
mempermudah proses kelahiran.
Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang sekarang
mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan bahwa selain
bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami
menyaksikan kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan
maut, maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami
34
perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami
terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara
ayah dan anak (Maulana, 2007).
a. Pendampingan
1) Pengertian pendampingan adalah perbuatan mendampingi, menemani
dan menyertai dalam suka dan duka (Depdiknas, 2001).
2) Dukungan pendampingan persalinan
Menurut Marshall (2000) menyebutkan bahwa dukungan pada
persalinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan
langsung yang diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu
bersalin.
b) Dukungan emosional adalah dukungan berupa kehangatan,
kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan
keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami,
yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.
Persalinan adalah saat menegangkan dan menggugah emosi bagi
ibu dan keluarga. Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan
menakutkan bagi ibu, karena itu pastikan bahwa setiap ibu
mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran.
Asuhan ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami
dan anggota keluarga lain untuk berada di samping ibu selama
35
proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan untuk melakukan
peran aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasi langkah-
langkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu (Depkes RI, 2002).
Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada
sistem limbic ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang
akan menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin
yamg reaksinya akan menyebabkan kontraktilitas uterus pada
kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Guyton, 1997).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendampingan persalinan
menurut Hamilton (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi peran
pendamping persalinan antara lain sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan, pengetahuan, umur dan pendidikan.
4) Peran pendamping
Menurut Hamilton (1995) menyatakan peran pendamping selama
proses persalinan yaitu :
a) Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau
sesuai dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung
posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.
b) Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas
saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
36
c) Memberi asupan tubuh dengan menghapuskan keringan ibu,
memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu
dengan lembut.
d) Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
f) Membantu ibu ke kamar mandi.
g) Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.
h) Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
i) Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta
memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan.
37
B. KERANGKA TEORI
Variabel Independent
kunjungan antenatal
Faktor yang mempengaruhi persalinan
o Tenaga
Variabel
Dependent
o Jalan lahir
o Janin
Variabel Independent
12 kali
o Psikis Dukungan
Suami
Lama Persalinan
Teratur
38
C. KERANGKA KONSEP
Variabel bebas Variabel terikat
D. HIPOTESA
1. Ada hubungan yang signifikan Antenatal Care (ANC) dengan lama
persalinan
2. Ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan lama persalinan
ANC
DukunganSuami
Lama Persalinan