32
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Lama Persalinan Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain Rustam Mochtar 1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta dari uterus. Menurut Farer (2001) menyatakan persalinan normal adalah : a. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur). b. Selesai dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama) c. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps) d. Mempunyai janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak kepala) e. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan yang hebat) f. Mencakup kelahiran plasenta yang normal a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak (2004) : 1) Tenaga a) His His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-rohdianadw... · 11 ukuran dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Lama Persalinan

Persalinan adalah suatu proses hasil konsepsi (janin dan uri), yang

dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain

Rustam Mochtar 1998). Sedangkan menurut Bobak (1995) persalinan adalah

proses pengeluaran janin dan plasenta dari uterus.

Menurut Farer (2001) menyatakan persalinan normal adalah :

a. Terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur).

b. Selesai dalam 24 jam (bukan partus presipitalis atau partus lama)

c. Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forceps)

d. Mempunyai janin tunggal dengan presentasi vertex (puncak kepala)

e. Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan yang hebat)

f. Mencakup kelahiran plasenta yang normal

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Bobak

(2004) :

1) Tenaga

a) His

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada

bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah

8

ada kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu,

yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada kontraksi

Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan

nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan

nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti

his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat

bila dibawa berjalan, malahan sering berkurang. His pendahuluan

tidak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan

his persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting

ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada

cervik.

His persalinan :

Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang

fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis

lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia

dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut-

serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena

kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu

kontraksi. Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari

penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim

bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu

dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari

9

tangan dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi jantung

pada his juga ada “pacemakers” yang memulai kontraksi dan

mengontrol frekuensinya.

Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan

ialah :

- Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75

detik.

- Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine

sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan

dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim

ke dalam.

- Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his

timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali

dalam 2 menit.

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

- His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari

cervix

- His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His

pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.

- His pelepasan uri yang melepaskan uri.

b) Tenaga mengejan

10

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga

yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh

kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian

tekanan intraabdominal.

Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang

air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya waktu kepala sampai

pada dasar panggul, timbul suatu reflex yang mengakibatkan

bahwa pasien menutup glottisnya, mengontraksikan otot-otot

perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah.

Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan

sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa

tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada

penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu

dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta

setelah placenta lepas dari dinding rahim (Sastrawinata, 1983).

2) Jalan lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul, ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih

berperan dalam proses persalinan.Janin harus berhasil menyesuaikan

dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu

11

ukuran dan bentuk panggul harus ditrentukan sebelum persalinan

dimulai (Bobak, 2005).

Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4

bentuk pokok jenis panggul menurut Mochtar (1998) :

(a) Ginekoid : paling ideal, bulat : 45%

(b) Android : panggul pria, segitiga : 15%

(c) Antropoid : agak lonjong sepertri telur : 35%

(d) Platipeloid : menyempit arah muka belakang : 5%

Ukuran-ukuran panggul

a) Alat pengukur panggul :

Pita meter

Jangka panggul : Martin, Oseander, Collin, dan Baudeloque

Pelvimetri klinis dengan periksa dalam

Pelvimetri rontgenologis dibuat oleh ahli radiologi yang hasilnya

diinterprestasikan serta dikalkulasikan oleh ahli kebidanan.

b) Ukuran-ukuran luar panggul :

Distansia spinarum ; jarak antara kedua spina iliaka anterior

superior 24-26 cm.

Distansia cristarum ; jarak antara kedua crista iliaka kanan dan

kiri 28-30 cm.

Konjungata externa (Boudeloque) 18-20 cm

Lingkaran panggul 80-90 cm

12

Konjungata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm

Distansia tuberum (dipakai Oseander) 10,5 cm

c) Ukuran-ukuran dalam panggul

• Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk

oleh promontorium, line innominata, dan pinggir atas

simfisis pubis.

- Konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh

konj.diagonalis 1,5-11 cm.

- Konjugata transversa konj. 12-13 cm

- Konjugata oblique 13 cm

- Konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis

ke promontorium

• Ruang tengah panggul :

- Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm

- Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm

- Jarak antara spina ischiadika 11 cm

• Pintu bawah panggul (outlet) :

- Ukuran anterior posterior 10-11 cm

- Ukuran melintang 10,5 cm

- Arkus pubis membentuk sudut 90˚ lebih, pada laki-laki

kurang dari 80˚.

13

Penyebab lama persalinan

Tulang panggul si ibu yang bermasalah bisa menyebabkan

persalinan menjadi agak susah, meskipun sang bayi tiada masalah dan

kontraksi juga bagus. Bisa jadi panggul terlalu sempit atau bentuknya

tidak sempurna seperti bengkok atau berbentuk segitiga (Indiarti, 2008).

Pada pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan

panggul, menurut Mochtar (1998) yang terdiri dari :

(1) Pemeriksaan panggul luar

(2) Pemeriksaan panggul dalam (VT) ; yang dievaluasi antara lain :

promontorium, linea innominata, spina ischiadika, dinding samping,

kurvatura sacrum, ujung sacrum, dan akkus pubis.

Pada pemeriksaan ini dicoba memperkirakan ukuran :

- Konjugata diagonalis dan konjugata vera

- Distansia interspinarum (diameter bispinosium)

- Diameter antero-posterior

3) Janin

Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak di sepanjang

jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor menurut Bobak

(2005), yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi

janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang

menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.

14

a) Ukuran Kepala Janin

Karena ukuran dan sifatnya yang relative kaku, kepala janin

sangat mempengaruhi proses persalinan. Tengkorak janin terdiri

dari dua tulang parietal, dua tulang temporal, satu tulang frontal

dan satu tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura

membranosa : sagitalis, lambdoidalis, koronalis dan frontalis.

Rongga yang berisi membran ini disebut fontanel, terletak di

tempat pertemuan sutura-sutura tersebut. Dalam persalinan,

setelah selaput ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan

sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi dan sikap

janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan

kesejahteraan bayi baru lahir.

Dua fontanel yang paling penting ialah fontanel anterior dan

posterior. Fontanel yang lebih besar, yakni fontanel anterior,

berbentuk seperti intan dan terletak pada pertemuan sutura

sagitalis, koronalis, dan frontalis. Fontanel ini menutup pada usia

18 bulan. Fontanel posterior terletak di pertemuan sutura dua

tulang parietal dan satu tulang oksipital dan berbentuk segitiga.

Fontanel ini menutup pada usia sampai 8 minggu.

Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel sehingga

dapat menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang beberapa lama

setelah lahir terus bertumbuh. Akan tetapi, karena belum menyatu

15

menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling tumpang

tindih. Hal ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk

selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi

pada kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk

normalnya dalam tiga hari setelah lahir. Kemungkinan tulang

untuk saling menggeser memungkinkannya untuk beradaptasi

terhadap berbagai diameter panggul ibu.

Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses

kelahirannya, namun posisi bahu relative mudah berubah selama

persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah

daripada bahu yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang

kebih kecil dapat melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya

sempit, sehingga tidak menimbulkan masalah.

b) Presentasi Janin

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki

pintu atas panggul dan terus menerus melalui jalan lahir saat

persalinan mencapai aterm. Tiga presentasi janin yang utama

adalah kepala (kepala lebih dahulu), sungsang (bokong lebih

dahulu), dan bahu. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin

yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan

periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian presentasi

ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala janin.

16

c) Letak Janin

Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)

janin terhadap sumbu panjang (punggung) ibu. Ada dua macam

letak : memanjang atau vertikal, di mana sumbu panjang janin

parallel dengan sumbu panjang ibu dan melintang atau horisontal,

di mana sumbu panjang janin membentuk sudut terhadap sumbu

panjang ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala

atau presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini tergantung pada

struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.

d) Sikap Janin

Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan

bagian yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat

berada di dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola

pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin

terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal punggung

janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan paha fleksi

kearah sendi lutut. Sikap janin disebut fleksi umum. Tangan

disilangkan di depan thoraks dan tali pusat terletak di antara

lengan dan tungkai.

Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan

saat anak dilahirkan. Misalnya, pada presentasi kepala, kepala

janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang

17

menyebabkan diameter kepala berada pada posisi yang tidak

menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu.

e) Posisi Janin

Presentasi atau bagian presentasi menunjukkan bagian janin

yang menempati pintu atas panggul. Pada presentasi kepala,

bagian yang menjadi presentasi biasanya oksiput, pada presentasi

bokong, yang menjadi presentasi sacrum, pada letak lintang yang

menjadi bagian presentasi skapula bahu. Apabila yang menjadi

bagian presentasi oksiput, presentasinya adalah puncak kepala.

Penyebab persalinan lama

Bayi atau passanger yang berukuran besar, di atas 4 kg,

kadang tidak sesuai ukuran panggul ibu. Akibatnya, pembukaan tak

maju-maju karena si bayi tertahan di atas. Walaupun panggul ibunya

normal, tetap saja susah keluar. Alhasil, pembukaannya pun

terpengaruh. Bisa juga karena posisi bayi yang salah. Posisi

melintang atau posisi kepala berubah sampai tertahan di tulang

panggul. Yang normal, lahir dengan posisi kepala belakang terlebih

dahulu. (Indiarti, 2008).

Maka dari itu selama perawatan antepartal, dilakukan

pengkajian ukuran pelvic ibu dan ukuran janin yang sedang

18

berkembang. Ukuran janin ditentukan dengan palpasi panjang

crown-rump janin dalam uterus (Hamilton, 1995).

4) Psikis Ibu

Pada proses kelahiran suami yang bertanggung jawab pun tak

kalah repotdan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran

janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan

suami untuk mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, dibanding

sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk

mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya

persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu,

hingga persiapan aqiqah calon bayi.

Selanjutnya, suami pun bertanggung jawab mempersiapkan

kekuatan mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini

adalah saat perjuangan hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami

harus banyak memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi

kepada istrinya menghadapi masa sulit ini. Beberapa cara bisa

ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas pelatihan

prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di

rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.

Adalah satu hal yang sangat positif, jika suami bisa ikut hadir

saat proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekedar

menemani, memegang tangan istri dan membisikkan kata-kata

19

penghibur kepada istri, akan memberikan dorongan kekuatan mental

ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit, namun

kekuatan mental yang diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat

menahan sakit, yang pada akhirnya akan mempermudah proses

kelahiran.

Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang

sekarang mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan

bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami

sendiri. Ketika suami menyaksikan kesakitan yang diderita istri,

perjuangan beratnya melawan maut, maka kelak suami akan lebih

mampu menghargai dan memahami perasaan istrinya. Selain itu,

akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami terhadap sang bayi,

sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara ayah dan anak

(Maulana, 2007).

Penyebab persalinan lama

Ketidaktahuan menyebabkan ketakutan, yang sangat

mempengaruhi proses kelahiran. Ketakutan menyebabkan

kegelisahan dan respon endokrin yang menyebabkan retensi natrium,

ekskresi kalium, dan penurunan glukosa yang dibutuhkan oleh

kontraksi uterus. Respon-respon ini juga menyebabkan disekresinya

epinefrin, yang menghambat aktivitas miometrial, dan melepaskan

norepinefrin, yang menyebabkan peningkatan atau tak

20

terkoordinasinya aktivitas uterus. Peningkatan distress fisik dan

efektif persalinan membentuk lingkaran setan, lebih menyebabkan

ketakutan dan rasa tidak nyaman.

Penelitian keperawatan menemukan bahwa rasa sakit dan

hilang kontrol merupakan faktor-faktor yang paling tidak

menyenangkan dalam persalinan (Butane, 1973, dkk). Pasien yang

mengikuti kelas-kelas prenatal mendapatkan keuntungan melalui

pemeliharaan kontrol, menggunakan lebih sedikit obat-obatan,

memperlihatkan sikap yang positif, dan mengalami hal-hal yang

sebelumnya sudah ditafsirkan ketimbang ketakutan (Genest, 1982).

Selain mencari informasi, ikutlah kelas untuk ibu hamil

seperti kelas senam Lamaz. Kelas itu memberi teori teknis tentang

cara bernafas dan cara menenangkan diri ketika proses kelahiran.

Memang, mengikuti kelas itu bukan berarti secara otomatis terbebas

dari rasa sakit ketika melahirkan, akan tetapi setidaknya menjadi

lebih tenang. Jika panik, otot-otot akan menegang dan akan merasa

lelah, sehingga lebih kesakitan (Maulana, 2007).

b. Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut Rustam Mochtar (1998) sebelum terjadi persalinan

sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya”

atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan

(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut

21

a) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak

begitu kentara

b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun

c) Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin

d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor

pains”

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show)

c. Tanda-tanda inpartu

Tanda-tanda inpartu menurut Rustam Mochtar (1998) adalah sebagai

berikut :

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah

ada.

d. Mekanisme Persalinan

22

Mekanisme persalinan menurut Hamilton adalah proses

kelahiran bayi yang melibatkan passageway, passenger dean posisi

janin. Karena jalan lahir yang tak teratur, bayi cukup bulan tidak dapat

keluar begitu saja. Janin harus berbalik dan berputar untuk menemukan

jalan keluarnya. Janin bersifat pasif secara keseluruhan, otot-otot ibu

yang harus melakukannya.

a) Penurunan (decend)

Sekitar 96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi

fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agar berputar ke sisi kanan dan

kiri. Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih dalam

ke pelvik dan dalam posisi menyimpang, dengan wajah ke kanan dan

oksiput ke kiri atau sebaliknya.

b) Fleksi

Sebagaimana kepala turun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi

pada dada, yang menyebabkan os occipital di belakang kepala untuk

petunjuk jalan.

c) Rotasi interna

Karena kepala mencapai tingkat spina iskiadika, yang disebut station

0, stuktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik atau berputar,

sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sangat sempit

dalam pelvic. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang

pubis.

23

d) Ekstensi

Pada saat ini jalan lahir mengalami perubahan sudut. Kepala yang

mengalami dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di

bawah tulang pubis dan melewati introitus atau orivisium vagina

kemudian ke luar. Dagu terangkat ke atas atau ekstensi dan kepala

lahir.

e) Restitusi

Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam

hubungan dengan bahu.

f) Rotasi eksternal

Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang

relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh

yang lebih kecil. Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau

berputar, dalam hubungannya yang normal dengan bahu.

g) Ekspulsi plasenta

Segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan

intervalnya sampai 400 %, sementara plasenta tetap dalam ukuran

yang sama. Hal ini menyebabkan akar plasenta runtuh dari

endometrium sehingga memisahkan plasenta dari uterus.

h) Regresi uterus

Uterus yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke

dalam rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga

24

menyarankan ibu untuk berbaring terlungkup ketika istirahat sampai

regresi uterus kembali ke keadaan sebelum kehamilan, sekitar 4

minggu sampai 6 minggu.

e. Proses Persalinan

Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala menurut Bobak (1995) :

a) Kala I

Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks

menjadi lengkap (pembukaan 10).

b) Kala II

Kala II adalah kala pengeluaran. Dimulai dari pembukaan lengkap

sampai lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, yaitu

2-3 menit sekali karena kepala janin sudah masuk ke ruang panggul,

maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan.

Perawatan selama kala II :

Pada saat ini, ibu dibantu agar berada dalam posisi yang nyaman

baginya, denyut nadi diperiksa setiap 15 menit. Denyut jantung janin

diperiksa antara tiap kontraksi/his. Wajah dan leher ibu diusap

dengan handuk basah. Kandung kemih dikosongkan dan kemajuan

persalinan diamati.

c) Kala III atau kala uri

25

Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Plasenta

biasanya lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.

d) Kala IV

Dimulai dari keluarnya plasenta sampai 1-4 jam atau sampai tanda-

tanda vital ibu stabil.

Lama Persalinan

a. Kala I fase laten pada primipara 8-9 jam tetapi tidak lebih dari 20

jam. Pada multipara 5-14 jam.

b. Kala II pada primipara 1-2 jam atau lebih. Pada multipara 20 menit.

c. Kala III pada primipara atau multipara 5-20 menit.

2. Antenatal Care

Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan,

kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi

secara wajar (Manuaba, 1998).

Tujuan khusus Antenatal Care menurut Manuaba (1998) adalah :

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat

kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan

kala nifas

c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana

26

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

Memperhatikan batasan dan tujuan Antenatal Care, maka jadwal

pemeriksaan menurut Manuaba (1998) adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

b. Pemeriksaan ulang

1) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan

2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan

3) Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan

c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan lain

Dalam Asuhan Antenatal meliputi : memantau kemajuan kehamilan

untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, mengenali

secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan), mental dan social, ibu dan bayi (Sayfudin, 2002).

Keteraturan antenatal care dapat ditunjukkan melalui frekuensi

kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil

memeriksakan kehamilannya secara rutin terutama ibu hamil normal

sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak dapat terdeteksi

sedini mungkin. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu

hamil kurang termotivasi dalam melakukan Antenatal care yaitu kesibukan,

tingkat sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang,

27

kurangnya kemudahan untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang

kurang baik, kurangnya tenaga terlatih dan obat-obatan penyelamat jiwa

(Prawirohardjo, 2002).

Ibu hamil dalam masa kehamilannya menimbulkan reaksi yang

berbeda, hal ini tergantung dari sifat masing-masing individu yang

berdasarkan pengalaman, pendidikan dan tingkat kedewasaan meskipun

sebagian besar wanita dalam menghadapi kehamilan merasakan ketakutan,

kecemasan yang disebabkan oleh banyak faktor terutama pada ibu

primigravida dan primipara, hal tersebut mendorong ibu primigravida dan

primipara untuk lebih patuh dalam melaksanakan antenatal care.

Kepatuhan dalam Antenatal Care meliputi kontrol teratur, dengan kontrol

teratur diharapkan dapat dideteksi lebih dini keadaan-keadaan yang

mengandung resiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu maupun

janin (Hamilton, 1995).

Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Antenatal minimal

4 kali, yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester akhir sebanyak dua

kali. Pemeriksaan Pemeriksaan Antenatal Care menurut Indiarti (2008)

adalah berikut :

a) Penimbangan Berat Badan

Setiap ibu hamil memeriksakan diri, dilakukan penimbangan berat

badan. Menimbang dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan

berat badan dari bulan ke bulan. Kenaikan berat badan penting untuk

28

mengetahui apakah kenaikan berat badan normal atau tidak. Jika kurang

atau berlebih, maka dilakukan pemeriksaan lain yang mendukung.

Ketidaknormalan berat badan berisiko terhadap ibu dan janin. Misalnya,

berat badan yang kurang, dikhawatirkan bayi lahir rendah, atau jika berat

badan ibu hamil berlebih, dikhawatirkan ibu menderita diabet atau

hipertensi dan janin besar.

Akan tetapi, jika pada trimester pertama ibu hamil kehilangan berat

badannya, tidak perlu cemas. Hal ini biasanya terjadi karena kondisi

morning sickness. Sebaliknya, jika di akhir kehamilan berat badan tiba-

tiba meningkat tajam, hal ini perlu diwaspadai sebab bisa sebagai tanda-

tanda Pre-eklampsia.

b) Periksa Tekanan Darah

Tekanan darah ibu hamil perlu dijaga agar selalu normal. Tekanan

darah tinggi akan berisiko terhadap ibu hamil dan bayinya. Sementara,

tekanan darah rendah juga tidak baik bagi ibu. Oleh sebab itu,

pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada setiap pemeriksaan ibu hamil.

Biasanya, tekanan darah sedikit rendah ketika hamil. Akan tetapi, jika

tekanan darah tiba-tiba meningkat dari lazimnya, maka ibu hamil harus

mulai waspada. Tekanan darah normal jika menunjukkan 120/70 mmHg.

Jika sudah mencapai 140/90 mmHg, maka sudah harus mendapatkan

perhatian khusus, yakni pemantauan secara intensif.

29

Sebenarnya tekanan darah yang dianggap tinggi sangat tergantung

dari berapa lazimnya ukuran tekanan darah. Itu sebabnya, sejak awal

kehamilan dokter atau perawat selalu mengukur tekanan darah pada setiap

pemeriksaan kehamilan. Ada baiknya pada setiap pemeriksaan ini anda

menanyakan berapa tekanan darah saat itu.

c) Pemeriksaan Urin

Awal kegunaan pemeriksaan urin adalah untuk mengetahui kepastian

kehamilan. Melalui urin juga untuk mengetahui fungsi ginjal. Dengan

pemeriksaan urin dapat dilihat kadar protein yang keluar dari air seni. Jika

terlihat adanya protein pada air seni, hal ini dapat untuk mendiagnosa

adanya gangguan Pre-eklampsia. Pemeriksaan urin di laboratorium juga

untuk mengetahui kadar gula dalam darah. Kondisi kadar gula dalam

darah menunjukkan apakah ada penyakit diabetes mellitus atau tidak.

Wanita penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan yang sama

untuk hamil. Yang penting, calon ibu perlu melakukan pemeriksaan masa

pra-konsepsi sangat memungkinkan ibu penderita diabetes menjalani

kehamilannya dengan sehat. Jika sejak awal ditangani dokter dengan

benar, menjaga berat badan ideal dan mempertahankan tingkat gula darah

yang normal, maka calon ibu penderita diabetes mellitus mempunyai

kesempatan hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.

d) Periksa Detak Jantung Janin

30

Untuk mendengar detak jantung bayi pada masa awal kehamilan

dilakukan dengan sonicaid. Akan tetapi, setelah usia 28 minggu dokter

atau bidan dapat mendengarkan detak jantung melalui alat semacam

trompet yang berfungsi sebagai stetoskop janin. Dewasa ini banyak dokter

dan rumah sakit yang menggunakan Doppler, sehingga ibu hamil

maupunpendampingnya bisa mendengar bunyi detak janin.

e) Periksa Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan

memasukkan dua jarinya ke dalam vagina, sementara sebelah tangannya

menekan perut. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

kehamilan, memastikan normal atau tidaknya kehamilan, pemeriksaan ada

tidaknya tumor atau kondisi abnormal di dalam rongga panggul,

mendiagnosa bisul atau erosi pada mulut rahim atau pap smear,

mengetahui penyakit, mengetahui ukuran kemampuan rongga panggul

untuk jalan lahir bayi.

Kapan pemeriksaan ini dilakukan? Lazimnya dilakukan pada

pemeriksaan di awal kehamilan. Akan tetapi, sebenarnya pemeriksaan ini

dapat dilakukan kapan saja. Biasanya hal ini dilakukan lagi setelah usia

kehamilan 36 minggu. Pada saat ini pemeriksaan bertujuan untuk

mengetahui letak janin pada akhir kehamilan, memperkirakan kondisi

mulut rahim, dan mengetahui kondisi tulang panggul, karena pada saat ini

letak janin lazimnya sudah menetap.

31

f) Periksa Perut

Ini dilakukan rutin setiap pemeriksaan. Tenaga kesehatan akan

memegang bagian perut. Ini untuk melihat posisi rahim untuk mengukur

pertumbuhan janin. Juga untuk mengetahui apakah posisi janin sudah

tepat, terutama pada akhir kehamilan di mana kepala janin berada di

rongga panggul.

g) Tinggi Badan

Pemeriksaan ini dilakukan pada kunjungan pertama. Pemeriksaan ini

dilakukan sebagai petunjuk untuk mengetahui ukuran panggul.

h) Periksa Kaki dan Tangan

Pemeriksaan pada kaki bawah, pergelangan kaki dan tangan untuk

mendeteksi apakah terjadi pembengkakan atau oedema. Jika terjadi sedikit

pembengkakan di akhir minggu kehamilan ialah normal, tetapi

pembengkakan yang berlebihan dapat mennandakan Pre-eklampsia.

Pemeriksaan kaki ini untuk melihat adakah kemungkinan varises atau

tidak.

i) Imunisasi

Sehat secara fisik bisa diperoleh jika seluruh organ tubuh bekerja

dengan baik. Guna mendapatkan kondisi sehat secara fisik, salah satunya

adalah dengan tidak terkena penyakit infeksi. Salah satu cara yang dapat

membantu wanita hamil terhindar dari infeksi ialah dengan melakukan

imunisasi.

32

Tentu saja pemberian imunisasi ini harus sepengetahuan atau

konsultasi dengan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan akan mengatakan

kapan seorang wanita memerlukan imunisasi dan kapan tidak.

3. Dukungan Suami

Memang, sentuhan kasih sayang dari ibu sudah cukup memenuhi

kebutuhan kasih sayang bagi si janin. Namun penting diingat, bahwa untuk

bisa memberikan perhatian dan kasih sayang penuh kepada janinnya, si ibu

membutuhkan suasana kejiwaan yang tenang dan bahagia. Ibu yang tertekan

dan stress tak akan bisa memberikan perhatian dan kasih sayangnya secara

optimal kepada janin. Di sinilah suami akan mengambil peran besar dalam

turut menjaga kesehatan kejiwaan istrinya arag tetap stabil, tenang, dan

bahagia. Sebagai orang terdekat yang menjadi belahan jiwa bagi istri, ia bisa

menjadi penentu kesehatan jiwa si istri. Suami harus bisa memberikan

perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya. Misalnya, saling

berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi pekan demi pekan, bersama-

sama mencari informasi mengenai kehamilan setiap bulan, mendiskusikan

rencana-rencana ke depan bagi calon bayi, hingga menyempatkan diri secara

rutin mengelus perut istrinya.

Pada proses kelahiran suami yang bertanggung jawab pun tak kalah

repotdan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran janin,

dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk

mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, disbanding sang istri. Banyak sekali

33

yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti

menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan

kesehatan ibu, hingga persiapan aqiqah calon bayi.

Selanjutnya, suami pun bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan

mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan

hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan

perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi masa sulit ini.

Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas

pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di

rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.

Adalah satu hal yang sangat positif, jika suami bisa ikut hadir saat

proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekedar menemani, memegang

tangan istri dan membisikkan kata-kata penghibur kepada istri, akan

memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat

mengurangi rasa sakit, namun kekuatan mental yang diperoleh istri akajn

membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya akan

mempermudah proses kelahiran.

Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang sekarang

mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan bahwa selain

bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami

menyaksikan kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan

maut, maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami

34

perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami

terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara

ayah dan anak (Maulana, 2007).

a. Pendampingan

1) Pengertian pendampingan adalah perbuatan mendampingi, menemani

dan menyertai dalam suka dan duka (Depdiknas, 2001).

2) Dukungan pendampingan persalinan

Menurut Marshall (2000) menyebutkan bahwa dukungan pada

persalinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Dukungan fisik adalah dukungan langsung berupa pertolongan

langsung yang diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu

bersalin.

b) Dukungan emosional adalah dukungan berupa kehangatan,

kepedulian maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan

keyakinan bahwa ibu merasa dicintai dan diperhatikan oleh suami,

yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan.

Persalinan adalah saat menegangkan dan menggugah emosi bagi

ibu dan keluarga. Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan

menakutkan bagi ibu, karena itu pastikan bahwa setiap ibu

mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran.

Asuhan ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami

dan anggota keluarga lain untuk berada di samping ibu selama

35

proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan untuk melakukan

peran aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasi langkah-

langkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu (Depkes RI, 2002).

Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada

sistem limbic ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang

akan menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi hormon oksitosin

yamg reaksinya akan menyebabkan kontraktilitas uterus pada

kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Guyton, 1997).

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendampingan persalinan

menurut Hamilton (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi peran

pendamping persalinan antara lain sosial, ekonomi, budaya,

lingkungan, pengetahuan, umur dan pendidikan.

4) Peran pendamping

Menurut Hamilton (1995) menyatakan peran pendamping selama

proses persalinan yaitu :

a) Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau

sesuai dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung

posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.

b) Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas

saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.

36

c) Memberi asupan tubuh dengan menghapuskan keringan ibu,

memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu

dengan lembut.

d) Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.

e) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

f) Membantu ibu ke kamar mandi.

g) Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.

h) Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.

i) Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta

memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan.

37

B. KERANGKA TEORI

Variabel Independent

kunjungan antenatal

Faktor yang mempengaruhi persalinan

o Tenaga

Variabel

Dependent

o Jalan lahir

o Janin

Variabel Independent

12 kali

o Psikis Dukungan

Suami

Lama Persalinan

Teratur

38

C. KERANGKA KONSEP

Variabel bebas Variabel terikat

D. HIPOTESA

1. Ada hubungan yang signifikan Antenatal Care (ANC) dengan lama

persalinan

2. Ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan lama persalinan

ANC

DukunganSuami

Lama Persalinan