Upload
phamkhanh
View
232
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian yang atau kajian sebelumnya sebagai materi pendukung
dalam penelitian ini antara lain Penelitian yang dilakukan oleh Geri Dame
Malelak pada tahun 2013 tentang “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Wisatawan Domestik Citilink Indonesia Airlines Cabang Denpasar -
Bali”. Menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh sangat positif dan
signifikan terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen. Pada penelitian ini
penulis menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
Accidental Sampling, yaitu pengambilan sampel sesuka hati atau secara kebetulan
detemui oleh peneliti dapat dipilih sebagai anggota sampel. Keterkaitan penelitian
ini dengan penilitian yang dilakukan oleh Geri adalah fokus masalah yang hampir
sama yaitu tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan wisatawan.
Perbedaannya adalah penelitian Geri hanya meneliti kualitas pelayanan terhadap
kepuasan wisatawan, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Kepuasan dan Loyalitas Wisatawan .
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dwi Aryani dan Febrina
Rosinta dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan” pada tahun 2011. Penelitian ini
menggunakan lima variabel bebas yaitu bukti langsung, empati, daya tanggap,
keandalan, dan jaminan dan dua variabel terikat yaitu kepuasan dan loyalitas.
Penelitian ini juga sama menggunakan lima variabel bebas yaitu bukti langsung,
10
11
empati, daya tanggap, keandalan, dan jaminan, serta dua variabel terikat yaitu
kepuasan dan loyalitas.
Kemudian penelitian dengan judul “ Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan dan Loyalitas Pelanggan pada
Hotel Pelangi Malang”. Penelitian dari Selvy Normasari, Srikandi Kumadji dan
Andriani Kusumawati pada tahun 2013. Ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, citra
perusahaan dan loyalitas pelanggan dimana kontribusinya rata – rata sebesar 53
%. Persamaan penelitian ini dengan oleh selvi dan kawan – kawan adalah untuk
mengetahui hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan dan loyalitas.
Sedangkan bedanya penelitian selvy dan kawan – kawan juga meneliti tentang
citra perusahaan, sedangkan penelitian ini lebih fokus terhadap kepuasan dan
loyalitas wisatawan di daya tarik wisata Alas Kedaton.
Penelitian lainnya jurnal internasional yang di tulis oleh K. Ravichandran,
Tamil Mani, Arun Kumar dan Prabhakaran pada tahun 2010 yang berjudul
“Influence of Service Quality on Customer Satisfaction Application of Servqual
Model”. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama
– sama menggunakan lima variabel X dari kualitas pelayanan. Perbedaannya
adalah penelitian ini juga menggunakan korelasi dan determinasi sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ravichandran dan kawan – kawan hanya
menggunakan regresi saja.
Selanjutnya Majid Esmailpur, ManijeBahraini dan Effat haji melakukan
penelitian pada tahun 2012 dengan judul “The Influence of Service Quality on
Customer Satisfaction: Customers of Boushehr Bank Sepah as a Case Study”.
12
Dalam penelitian ini terdapat sembilan variabel untuk mengukur kualitas
pelayanan, dimana terdapat bermacam indikator didalammnya. Penelitian ini
berfokus pada pengaruh. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Majid dan
teman – teman dengan penelitian ini adalah sama – sama menggunakan skala
likert. Perbedaannya adalah penelitian Majid dan teman – teman melakukan
penelitian pada sebuah perusahaan yaitu bank, sedangkan penelitian ini dilakukan
pada sebuah Daya Tarik Wisata.
Selanjutnya penelitian dengan judul “Study the Effects of Customer
Service and Product Quality on Customer Satisfaction and Loyalty” yang
dilakukan oleh Asghar Afshar Jahanshahi, Mohammad Ali Hajizadeh Gashti,
Seyed Abbas Mirdamadi dan Khaled Nawaser pada tahun 2011. Penelitian ini
peneliti menggunakan analisis skala likert dan regresi. Persamaannya adalah
penelitian ini adalah memiliki fokus penelitian yang hampir sama yaitu kualitas
pelayanan dan loyalitas serta analisis yang sama yaitu skala likert dan regresi.
Perbedaannya adalah penelitian ini lebih fokus terhadap kualitas pelayanan,
sedangkan penelitian oleh Asghar dan kawan – kawan meneliti tentang kualitas
produk.
2.2 Tinjauan Konsep/Teori
2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata
Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)
menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu
13
perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di
tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan
pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti, (1991:13).Pariwisata
berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata.Pari dapat diartikan sebagai banyak,
berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan
sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan
”Tour”.
Atas dasar itu, pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain atau dalam
bahasa Inggris disebut tour. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah. (Undang-Undang RI. Tentang
Kepariwisataan Nomor 10 tahun 2009).
Suyitno (2001:12) mengemukakan tentang Pariwisata sebagai berikut :
Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku
wisata akan kembali ke tempat asalnya.
14
Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana
transportasi, akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-
lain.
Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan
kesenanga.
Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan
keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi
masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di
belanjakannya dibawa dari tempat asal.
Menurut I Gede Pitana dan Putu G. Gayatri (2005:91) pariwisata adalah
suatu aktivitas yang kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
besar, yang mempunyai berbagai komponen, seperti ekonomi, ekologi, politik,
social, budaya, dan yang lainnya.
2.2.2 Tinjauan Tentang Kualitas Pelayanan
Definisi kualitas pelayanan terfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan dalam penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Menurut Wyckoff (2002;59) kualitas pelayanan adalah:
“Tingkat keinginan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”.
Sedangkan menurut Zeithaml dan Beitner (2000;34) adalah sebagai
berikut: “service quality as the delivery of excellent or superior service relative to
customer satisfaction” Pendapat Zeithaml dan Beitner (2000;34) mengemukakan
bahwa kualitas pelayanan merupakan penyampaian secara Ecellent atau Superior
pelayanan yang ditujukan untuk memuaskan pelanggan sesuai dengan persepsi
15
dan sesuai harapannya. Dari definisi diatas secara garis besar dapat diartikan
bahwa kepuasan pelanggan akan tercapai bila kualitas pelayanan yang dirasakan
oleh pelanggan sama dengan jasa yang diharapkan, dalam arti kesenjangan yang
terjadi adalah kecil atau masih dalam batas toleransi.
Kualitas pelayanan merupakan peran yang dominan dalam kegiatan
bidang pemasaran suatu perusahaan, pengertian kualitas pelayanan menurut
Wykcof yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2000:59) adalah:
“Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dalam
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
konsumen”.
Terdapat beberapa dimensi pokok dalam menentukan suatu perencanaan
strategi serta sebagai bahan analisis. Ada delapan dimensi kualitas menurut
Lovelock (2002;14) antara lain:
1. Kinerja (Performance)
Menyangkut karakteristik operasi pokok dari produk inti. Misalnya
kecepatan, kapasitas, kemudahan, dan kenyamanan.
2. Ciri – ciri atau Keistimewaan Tambahan (Feature)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. Misalnya perlengkapan
interior dan eksterior.
3. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kegagalan atau kerusakan pada
saat dioperasikan. Misalnya mobil yang sering mogok atau rusak.
4. Kesesuaian Dengan Spesifikasi (Conformance to specification)
16
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar -
standar yang telah detetapkan sebelumnya.
5. Daya Tahan (Durability)
Yaitu berkaitan dengan beberapa lama suatu produk dapat terus digunakan
dimensi ini mencakup teknis maupun ekonomis pengguna produk.
6. Penanganan Perbaikan (Serviceability)
Yaitu kemudahan dalam perbaikan atau reparasi yang meliputi
kompetensi, kecepatan, kenyamanan, termasuk penanganan keluhan yang
memuaskan.
7. Estetika
yaitu daya tarik dari suatu produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk
fisik yang menarik, model atau desain yang artistic, perpaduan warna, dan
sebagainya.
8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality)
Yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan
terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan
atribut atau ciri - ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli
mempersiapkan kualitasnya dari segi aspek harga, nama merek, iklan,
reputasi perusahaan, maupun Negara pembuatnya.
Menurut Philip Kotler (dalam Supranto 2006 : 231) mengidentifikasi lima dimensi
pokok yang dapat mempengaruhi dan menentukan kualitas jasa yaitu:
1. Reliability (Kehandalan)
Kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat
dan memuaskan.
17
2. Responsiveness (Daya Tanggap)
Keinginan para pegawai untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap.
3. Assurance (Jaminan)
Pengetahuan, kemampuan dan kesopanan pegawai untuk menumbuhkan
rasa percaya konsumen.
4. Tangible (Bukti fisik)
Bukti fisik dari jasa yang berupa fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan
sarana komunikasi.
5. Empathy (Empati)
Kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian
pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan.
Dalam penelitian ini konsep indikator yang dipakai adalah menurut Philip
Kotler (dalam Supranto 2006 : 231). Indikator yang digunakan berasal dari
pengembangan variabel berupa pernyataan. Indikator tersebut mencakup beberapa
pernyataan dan harus lebih dari satu pernyataan. Dalam penelitian ini setiap
variabel menggunakan dua pernyataan.
2.2.3 Tinjauan Tentang Pramuwisata
Pramuwisata (guide) pada hakikatnya adalah seseorang yang menemani ,
memberikan informasi dan bimbingan serta saran kepada wisatawan dalam
melakukan aktivitas wisatanya . Aktivitas tersebut, antara lain mengunjungi objek
dan atraksi wisata, berbelanja, makan di restoran dan aktivitas lainnya dan untuk
itu ia mendapatkan imbalan
18
Menurut World Federation of Tour Guide Association, TOURIST GUIDE; a
person who guide visitors in the language of their choice and interprets the
cultural and natural heritage of an area which person normally possesses an
area-specific qualification usually issued and /or recognized by the appropriate
authority.
Menurut Mancini (2001:4) ”tour guide is someone who takes people on
sightseeing excursion of limited duration”. Hal tersebut diartikan bahwa
pramuwisata adalah orang yang membawa orang-orang (wisatawan) untuk
melakukan kegiatan kunjungan menurut jangka waktu tertentu. Pada umumnya,
pramuwisata atau tour guide diartikan sebagai setiap orang yang memimpin
kelompok yang terorganisir untuk jangka waktu singkat maupun jangka waktu
yang panjang. Tugas tour guide memiliki beberapa spesifikasi tergantung dari
tugas apa yang sedang dia lakukan (sesuai dengan kemampuannya). Seorang
guide khusus di lokasi yang khusus/tertentu disebut local guide yang biasanya
menjadi petugas tetap di lokasi tersebut (contoh: Museum, botanical garden, zoo
dan lain-lain)
Tata Nuriata (1995:1) pramuwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
pramu, wis, dan ata. Pramu berarti pelayan atau orang yang melayani, wis berarti
tempat dan ata berarti banyak. Sehingga dalam hal ini pramuwisata dapat
dikatakan sebagai petugas yang melayani orang yang sedang melakukan
perjalanan wisata.
Prof. E. Amato dari ILO, Guiding Technique menyatakan: ”tour guide is a
person employed either by the travelers, a travel agency or any others tourist
19
organization, to inform, direct and advice the tourist organization, to inform,
direct and advice the tourists before and during their short visits”. Pramuwisata
adalah seorang yang bekerja untuk wisatawan, biro perjalanan, ataupun lembaga
kepariwisataan lain untuk memberikan informasi, memimpin perjalanan atau
memberi saran-saran kepada wisatawan sebelum atau selama kunjungan-
kunjungan singkatnya.
Menurut R.S Damardjati (2001:101) sesorang yang telah bersertifikat tanda
lulus ujian profesidari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki
tanda pengenal (badge) sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan
perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alam dan
aspirasi kehidupan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan/atau
mengenai suatu objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai
perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa
bahasa tertentu. Dalam kaitan tugas-tugas tersebut di atas, dikenal adanya
pemimpin perjalanan wisata (Tour Leader), pramuwisata umum dan pramuwisata
khusus.
Menurut Ermayanti (2013) Jenis – jenis pramuwisata adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan tempat pelaksanaan
a. Local Guide, merupakan seorang pemandu wisata yang menangani
suatu tour disuatu tempat yang khusus, suatu atraksi wisata, atau
disuatu areal yang terbatas. Misalnya museum, taman hiburan, daya
tarik wisata tertentu, pabrik.
20
b. City Guide, adalah pemandu wisata yang bertugas membawa
wisatawan dan memberikan informasi wisata tentang daya tarik
wisata utama di suatu kota. Biasanya dilakukan di dalam bus atau
kendaraan lainnya
2. Berdasarkan status
a. Payroll Guide, yaitu pemandu wisata yang bekerja tetap pada suatu
biro perjalanan wisata atau lembaga pariwisata. Disebut juga full time
guide atau guide staff.
b. Frerlance Guide, yaitu pemandu wisata yang bekerja paruh waktu
pada suatu biro perjalanan wisata atau lembaga pariwisata. Bekerja
pada musim – musim tertentu saat menerima panggilan dari
perusahaan atau dipesan oleh wisatawan secara langsung. Disebut
juga part time guide atau step-one guide.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang Guide atau pramuwisata tersebut
dapat diberikan batasan bahwa pramuwisata adalah orang yang bertugas
memberikan bimbingan, informasi, dan petunjuk tentang atraksi atau destinasi.
Pekerjaan memandu wisatawan mengundang kesan sebuah pekerjaan yang
bersifat mewah dan menyenangkan dengan imbalan yang besar, padahal
pramuwisata merupakan salah satu profesi (mendapatkan bayaran yang layak atas
kemampuannya) yang unik, karena profesi ini membutuhkan kemampuan
berbahasa (sesuai yang dibutuhkan), dapat berinteraksi dengan wisatawan,
memiliki pengetahuan luas, fleksibel, penuh pengertian dan kedewasaan berpikir
serta kesehatan yang prima/kekuatan fisik/jasmani.
21
Kemampuan memandu tidak hanya didapat dari sekolah/kuliah maupun
kursus, tetapi didapat dari pengalaman yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari
mengenal objek wisata dan melakukan pemanduan tidak resmi, sampai akhirnya
setelah ”jam terbang” nya mencukupi dan dikenal oleh pengguna jasa (biro
perjalanan) barulah secara resmi di uji oleh lembaga terkait untuk mendapatkan
pengesahan sebagai tour guide yang legal dan bertanggung jawab.
Penting pula untuk diketahui bahwa tidak semua orang yang menemani
wisatawan itu disebut sebagai pramuwisata, karena masih ada profesi lain yang
kegiatannya berhubungan dengan wisatawan. Yang pertama adalah penerjemah
(enterpreter) adalah seseorang yang bertugas menerjemahkan bahasa tertentu ke
dalam bahasa yang dikehendaki oleh wisatawan, ia hanya menyampaikan apa
yang disampaikan oleh orang lain atau menjelaskan maksud percakapan dalam
drama gong (yang menggunakan bahasa Bali) dengan menggunakan bahasa
inggris.
Kedua adalah penerima tamu (Hostes) merupakan seseorang yang
menjemput tamu dibandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal serta hotel atau
memberikan ucapan selamat jalan kepada tamu yang akan kembali ketempata
asal atau melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Kegiatannya antara lain
memberfi ucapan selamat detang dengan mengalungkan rangkaian bunga,
membantu tamu pada saat pemeriksaan keimigrasian dan bea cukai,
menghubungkan dan memperkenalkan tamu dengan orang-orang tertentu.
Ketiga adalah pengawal merupakan seseorang yang bertugas mendampingi
wisatawan dalam berbagai aktivitas, seperti tour, belanja, pertemuan, termasuk
22
kegiatan-kegiatanyang sifatnya pribadi. Ruang lingkup kegiatan escortis lebih
luas dibandingkan dengan pramuwisata atau profesi sejenis lainnya.
2.2.4 Tinjauan Tentang Wisatawan
Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap orang
yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja
di situ secara teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu
membalanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat.
Sedangkan menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah pengunjung di
Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang
berdasarkan motivasi:
1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senag, berlibur, untuk
alasan kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.
2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau
sebagai utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga
dan sebagainya).
4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 9 tentang
kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan.
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
23
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan
wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997).
a. Foreign Tourist (Wisatawan asing)
Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki
suatu negara lain yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya
tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau
disingkat wisman.
b. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena
tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia
tinggal.Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan,
tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di
Indonesia (tempat ia bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata
dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan
negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang melakukan perjalanan
ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.
d. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya
berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan
wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis
yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika
24
liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana.
Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.
e. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara tertentu
yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas
kemauannya sendiri.
f. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi
perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai.
Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer
yaitu bisnis selesai dilakukan.
2.2.5 Tinjauan Tentang Kepuasan Wisatawan
Menurut Kotler (2000), konsumen didefinisikan sebagai individu atau
kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang
dipengaruhi untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Dalam suatu proses
keputusan, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi karena
konsumen akan melakukan proses evaluasi atau penilaian secara kognitif
menyangkut kinerja produk atau jasa relatif baik atau buruk atau apakah produk
atau jasa yang bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan harapan konsumen.
Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi tersebut berupa kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap pengkonsumsian suatu produk maupun jasa. Agar
perusahaan dapat memenangkan persaingannya, perusahaan harus mampu
memberikan kepuasan pada konsumennya.
25
Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa Latin “satis” yang berarti
cukup baik, memadai dan facio yang berarti melakukan atau membuat. Menurut
pakar pemasaran Kotler dan Keller (2009), menandaskan bahwa kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan
kinerja yang dipresepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka.
Apabila kinerja berada di atas presepsi konsumen, maka konsumen akan sangat
puas dan demikian pula sebaliknya apabila kinerja yang ada berada di bawah
presepsi konsumen, maka konsumen akan kecewa.
Hal tersebut ditambahkan kembali oleh Kotler dan Keller (2009) yaitu
konsumen yang sangat puas biasanya akan tetap setia untuk waktu yang lebih
lama, membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbaharui produk yang lama, membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan
dan produknya kepada orang lain dan tidak terlalu sensitif terhadap harga. Namun
sebaliknya apabila konsumen kecewa dapat membawa dampak negatif bagi
perusahaan yaitu menurunkan jumlah konsumen karena konsumen tidak tertarik
lagi untuk menggunakan jasa maupun produk suatu perusahaan sehingga akan
berdampak pada penurunan laba.
Pengertian lain mengenai kepuasan konsumen dikemukakan oleh Engel, et
al. dalam Tjiptono (2006) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen
merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
sama atau melampaui harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan timbul
apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan.
26
2.2.6 Tinjauan Tentang Loyalitas
Gramer dan Brown (dalam Utomo 2006: 27) memberikan definisi mengenai
Loyalitas (loytalitas jasa), yaitu derajat sejauh mana seorang konsumen
menunjukkan perilaku pembelian berulang dari suatu penyedia jasa, memiliki
suatu kecenderungan sikap positif terhadap penyedia jasa, dan hanya
mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia jasa ini pada saat muncul
kebutuhan untuk memakai jasa ini. Dari definisi yang disampaikan Gramer dan
Brown, konsumen yang loyal tidak hanya seorang pembeli yang melakukan
pembelian berulang, tetapi juga mempertahankan sikap positif terhadap penyedia
jasa.
Menurut Sutisna (2001: 41). Loyalitas konsumen dapat didefinisikan sebagai
“sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian
yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu”.
Loyalitas konsumen didefinisikan Oliver (dalam Taylor,Celuch, dan
Goodwin, 2004:218) sebagai komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu
produk atau jasa yang disukai dimasa mendatang, disamping pengaruh situasi dan
usaha pemasar dalam merubah perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia
untuk melakuka pembelian ulang secara terus-menerus.
Menurut Wahyu Nugroho (2005:11) loyalitas konsumen didefinisikan
sebagai suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan suatu merek
produk atau merek jasa pada kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak
pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan
memiliki kemampuan
27
Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen di atas dapat disimpulkan
bahwa Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasikan
dalam pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan
ada sikap yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk.
Indikasi loyalitas yang sesunggunhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap
sikap yang dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen (Jill Griffin: 20-24)
adalah sebagai berikut
1. Keterikatan (attachment)
Keterikatan yang dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk
oleh dua dimensi: tingkat referensi (seberapa besar keyakinan pelanggan
terhadap produk atau jasa tertentu) dan tingkat diferensiasi produk yang
dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan membedakan produk atau
jasa tertentu dari alternative-alternatif lain). Keterikatan (attachment)
adalah paling tinggi bila pelanggan mempunyai preferensi yang kuat akan
produk atau jasa tertentu dan dapat secara jelas membedakannya dari
produk – produk pesaing.
2. Pembelian Berulang
Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterkaitan rendah dan
tinggi diklasifikasi-silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan
tinggi.
a) Tanpa Loyalitas
28
Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan
loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Tantangannya adalah
menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang seperti itu dan
lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan.
b) Loyalitas yang lemah
Keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang
tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Pelanggan
ini membeli karena kebiasaan. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi
pada produk atau jasa yang sering dibeli.
c) Loyalitas Tersembunyi
Tingkat preferensi yang relative tinggi digabung dengan tingkat
pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi
(latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi,
pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan
pembelian berulang.
d) Loyalitas Premium
Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat
keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga
tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang paling disukai untuk semua
pelanggan disetiap perusahaan.
2.2.7 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata
Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya
tarik di samping harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga
syarat daya tarik, yaitu:
29
1. Ada sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see)
2. Ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do)
3. Ada sesuatu sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata
yaitu:
1. Attraction atau hal – hal yang menarik perhatian wisatawan,
2. Facilities atau fasilitas - fasilitas yang diperlukan,
3. Infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata,
4. Transportation atau jasa – jasa pengangkutan,
5. Hospitality atau keramahtamahan, kesediaan untuk menerima tamu.
Daya tarik wisata sejatinya merupakan kata lain dari objek wisata namun
sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata objek wisata sudah tidak
relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka
digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan
makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah beberapa definisi/pengertian
mengenai daya tarik wisata menurut beberapa ahli :
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,
kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
A. Yoeti (1995) menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist
attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi
daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu
30
Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994
mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai
untuk dikunjungi dan dilihat.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan
nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan kunjungan
wisatawan Daya Tarik Wisata adalah sifat yang dimiliki oleh suatu obyek berupa
keunikan, keaslian, kelangkaan, lain dari pada yang lain memiliki sifat yang
menumbuhkan semangat dan nilai bagi wisatawan. Daya tarik wisata adalah suatu
bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan
atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.
Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik
wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :
1. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan
alam, flora dan fauna.
2. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi dan komplek hiburan.
3. Daya tarik wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-
tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain