16
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Angkutan Umum Angkutan umum sebagai bagian dari sistem atau sarana transportasi yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut biaya. Kendaraan umum berupa angkutan kota, bus, mini bus. Keberadaan angkutan umum dapat mengurangi volume lalu lintas kendaraan pribadi dikarenakan angkutan umum dapat memuat orang secara bersamaan. Angkutan umum yang bersifat massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang. Semakin banyaknya jumlah penumpang yang memilih menaiki kendaraan umum dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perpenumpang serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal maka diperluka kesamaan tempat tujuan. (Warpani, 1990) Angkutan umum harus dikelola dengan baik dan direncanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan yang cenderung tinggi. Diimbangi dengan ketersediaan angkutan umum yang memadai. Intensitas transportasi dan pola arus pergerakan trnsportasi sangat dipengaruhi oleh jumlah barang dan barang yang memerlukan jasa transportasi serta lokasi kegiatan. (Asikin, 2001) UURI No. 22 Tahun 2009 menjelaskan, bahwa Negara bertanggung jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah. Pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi : a. Perencanaan b. Pengaturan c. Pengendalian d. Pengawasan 2.1.1 Angkutan Angkutan (transport) adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan (kendaraan). Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Angkutan Umum

Angkutan umum sebagai bagian dari sistem atau sarana transportasi yang

disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut biaya. Kendaraan umum

berupa angkutan kota, bus, mini bus. Keberadaan angkutan umum dapat

mengurangi volume lalu lintas kendaraan pribadi dikarenakan angkutan umum

dapat memuat orang secara bersamaan. Angkutan umum yang bersifat massal

sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau

penumpang. Semakin banyaknya jumlah penumpang yang memilih menaiki

kendaraan umum dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perpenumpang

serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal maka diperluka kesamaan

tempat tujuan. (Warpani, 1990)

Angkutan umum harus dikelola dengan baik dan direncanakan dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan yang

cenderung tinggi. Diimbangi dengan ketersediaan angkutan umum yang memadai.

Intensitas transportasi dan pola arus pergerakan trnsportasi sangat dipengaruhi oleh

jumlah barang dan barang yang memerlukan jasa transportasi serta lokasi kegiatan.

(Asikin, 2001)

UURI No. 22 Tahun 2009 menjelaskan, bahwa Negara bertanggung jawab

atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh

pemerintah. Pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :

a. Perencanaan

b. Pengaturan

c. Pengendalian

d. Pengawasan

2.1.1 Angkutan

Angkutan (transport) adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang

dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan (kendaraan).

Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

6

bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Kendaraan motor merupakan kendaraan

yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut

(Warpani, 2002).

2.1.2 Angkutan Umum

Angkutan perkotaan merupakan bentuk pelayanan antarkota yang

wilayahnya berada du daerah kota raya, sedangkan angkutan kota adalah bentuk

angkutan yang melayani di dalam wilayah administrasi kota (Warpani, 2002).

Angkutan memiliki suatu trayek yang lebih dari satu lintasan tergantung pada

jaringan prasarana atau jalan yang menghubungkan asal dan tujuan trayek tersebut.

Apabila lintasan yang dilalui hanya satu, maka semua lalu lintas menjadi beban

lintasan tunggal tersebut.Pada kenyataanya hampir selalu didapati lebih dari satu

kemungkinan lintasan yang menghubungkan antara zona satu dengan zona lainnya.

Dalam hal ini diperlukan sebuah kajian lintasan, agar lintasan yang akan dilalui

angkutan umum menjadi seimbang dan tidak hanya dibebankan pada satu ruas jalan

saja (Warpani, 2002).

Volume lalu lintas dari asal ke tujuan, sebaran permintaan berdasarkan waktu

peru pula mendapat perhatian yang seksama, Hal ini berkaitan dengan penjadwalan

operasi armada angkutan umum. Pada jam sibuk (peak period) jumlah armada yang

dikerahkan akan lebih banyak bahkan bisa-bisa seluruh armada dikerahkan,

sedangkan pada masa sepi (off peak) jumlah armada yang dikerahkan perlu

dikurangi agar tidak terjadi penumpukan armada.

2.1.3 Angkutan Umum Penumpang (AUP)

Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang

menerapkan sistem sewa atau bayar. Angkutan umum penumpang terdiri dari

angkutan kota, bus, minibus, kereta api, angkutan air dan angkutan udara.

(Warpani,1990)

Dengan adanya angkutan umum penumpang dalam hal angkutan massal,

biaya angkutan menjadi beban tanggungan bersama, sehingga sistem angkutan

umum menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah. Karena

sifatnya yang ‘massal’, maka para penumpang harus memiliki kesamaan dalam

berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan, dan waktu. Kesamaan ini dicapai dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

7

cara pengumpulan di terminal dan/atau tempat pemberhentian. Kesamaan tujuan

tidak selalu berarti kesamaan maksud (Warpani, 2002).

Menurut (Salim, 1993), Angkutan penumpang dapat dilihat dari beberapa

segi yaitu :

a. Pengangkutan penumpang antarkota kendaraan.

b. Alat pengankutan yang digunakan adalah; bus, mobil sedan, angkutan kereta

api, angkutan menggunaka kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat

udara.

c. Selain daripada itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis

yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri ke daerah-daerah.

Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan pergerakan atau

Perjalanan adalah sebagai berikut (Warpani, 2002):

a. Berdasarkan asal

b. Berdasarkan tujuan

c. Berdasarkan lintasan

d. Berdasarkan waktu

UURI No. 22 Tahun 2009 Pasal 137 Tentang Penyelenggaraan Angkutan

Umum dan Jalan

Angkutan massal harus didukung dengan:

1. Angkutan orang atau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor dan

kendaraan tidak bermotor.

2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda

motor, mobil penumpang atau bus.

3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil

barang.

4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali :

a) Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,

dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai

b) Untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

8

c) Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara

Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.

UURI No. 22 Tahun 2009 Pasal 138 Tentang Penyelenggaraan Angkutan

dan Jalan

Angkutan umum diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tujuan untuk

memenuhi kebutuhan pergerakan masyarakat dan tetap berpegang teguh pada

kelancaran arus lalu lintas secara keseluruhan. Angkutan umum bukanlah alat

bagi pemerintah untuk memperoleh pendapatan daerah bahkan apabila ada rute-

rute angkutan umum yang tidak menguntungkan bagi pihaknya maka angkutan

tersebut perlu mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pemerintah sebagai

fasilisator berhak menentukan berbagai kebijakan sekaligus bertanggung jawab

terhadap keberadaan angkutan umum bagi pergereakan masyarakat sehari-hari.

2.2 Jaringan Trayek

Menurut Dirjen Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRDJ/2002 bahwa

jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan layanan

angkutan orang. Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

menetapkan jaringan trayek adalah sebagai berikut :

1. Pola tata guna tanah.

Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas yang

baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan

melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi.

2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum

Rute angkutan umum yang baik arah yang mengikuti pola pergerakan angkutan

sehingga tercipta pergerakan yang efisien. Trayek angkutan umum harus

dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga

transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan perjalanan

dengan angkutan umum dapat diminimumkan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

9

3. Kepadatan penduduk

Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah

kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah

yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi

4. Daerah pelayanan

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial

pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada.

5. Karakteristik jaringan

Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan

umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi kongfigurasi, klasifikasi, fungsi,

lebar jalan, dan tipe operasi jalur.

2.3 Peranan Dan Manfaat Angkutan Umum Penumpang

Angkutan umum memiliki peranan memenuhi kebutuhan manusia akan

pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dan mobilitas yang semakin tinggi untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang jauh maupun jarak

dekat. Angkutan umum harus memeberikan pelayanan angkutan yang baik bagi

masyarakat yang menjalankan kegiataannya menggunakan angkutan umum, baik

untuk masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi (Choice) dan bagi masyrakat

yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum sebagai kendaraannya

(Captive). (Warpani, 2002)

Angkutan umum yang baik adalah angkutan yang memiliki pelayanan yang

aman, cepat, murah dan efisien. Pada dasarnya angkutan umum efisien terhadap

penggunaan ruas jalan dibandingkan kendaraan pribadi. (Warpani, 2002)

Menurut Warpani (2002), perangkutan mempunyai peranan yang sangat

penting dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan

baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan

negara. Perangkutan merupakan sarana penting bagi kehidupan banyak orang, maka

dari itu pembangunan dan pengembangan sarananya perlu di tata dan

dikembangkan dengan sangat baik.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

10

a. Peran Angkutan dalam pengembangan wilayah

Pemanfaatan SDA maupun mobilisai SDM serta sumber daya teknologi

dalam rangka pemerataan pembangunan daerah tidak dapat berjalan tanpa

adanya dukungan dari sistem perangkutan yang memadai. Perangkutan juga

bisa dikatakan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial-budaya, politik

dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu sistem perangkutan harus ditata

dan terus disempurnakan sejalan dengan tuntutan perkembangan yang tidak

pernah berhenti.

b. Peran Angkutan bagi mobilitas barang

Kebutuhan angkutan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari. Hampir segala aspek kehidupan manusia tidak

terlepas dari keperluan akan angkutan. Tingkat kehidupan masyarakat yang

tumbuh dan berkembang menuntut perkembangan sistem perangkutan untuk

memnuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi seperti untuk

berbelanja, kesekolah, berpergian, kekantor dan banyak lagi.

c. Peran Angkutan bagi mobilitas orang

Angkutan memiliki peranan dalam mobilitas orang, yaitu perpindahan orang

dari satu tempat ke tempat yang lain. Angkutan menyesuaikan kebutuhannya

sesuai dengan permintaan masyarakat, angkutan juga harus menyesuaikan

biaya pelayanan angkutan umum.

2.4 Pelayanan Angkutan Umum Penumpang

Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang

aman, cepat, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat,

terutama pada paksawan dalam menjalankan kegiatannya. (Warpani, 2002)

Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem

Transportasi Nasional (SISTRANAS), memberi batasan efisien dan efektif.

Efektif mengandung pengertian :

a. Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi

kebutuhan pengguna jasa.

b. Terpadu, antara moda dan inter moda dalam jaringan pelayanan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

11

c. Tertib penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan norma yang berlaku dimasyarakat.

d. Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang sesuai

dengan jadwal dan kepastian.

e. Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu

singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus persatuan waktu.

f. Aman dan nyaman, dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas

dari gangguan eksternal, terwujudnya ketenangan dan kenikmatan dalam

perjalanan

Efisien mengandung arti :

a. Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya

beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan

hidup pengusaha layanan jasa angkutan.

b. Beban publik rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat

sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan harus minimal,

misalnya : tingkat pencemaran rendah.

c. Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem

perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan

penumpang maupun barang, tingkat penggunaan sarana dan prasarana.

Menurut Warpani (2002) beberapa cara dapat di tempuh dalam meningkatkan

kapasitas pelayanan angkutan, yaitu :

a. Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada.

b. Penawaran pemilihan moda (moda spit), dengan sendirinya menyangkut

alternatif lintasan.

c. Mengatur waktu pembagian waktu pelayanan.

d. Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi.

Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan, termasuk

mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan menurunkan biayanya

dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan meningkatkan biaya.

(Warpani, 2002)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

12

2.5 Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang

Munawar (2005) menyatakan bahwa tuntutan pemakai kendaraan

angkutan pada dasarnya menghendaki tingkat pelayanan yang cuku memadai, baik

waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin

selama perjalanan. Hal ini dapat dipenuhi bila penyedia armada angkutan umum

penumpang berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan

umum.

Jumlah armada yang “tepat” sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang

dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan.

Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata

sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk permintaan tinggi, dan pada

saat sepi permintaan rendah. (Munawar, 2005)

Jumlah kebutuhan angkutan dipengaruhi oleh :

1. Jumlah penumpang pada jam puncak

2. Kapasitas kendaraan

3. Standar beban tiap kendaraan.

Sistem penyediaan kebutuhan angkutan umum merupakan keinginan dari

berbagai lapisan masyarakat. Keinginan itu ditunjukan terhadap aspek keselamatan,

kecepatan dan kemudahan, sehingga tersedianya angkutan umum maka kompetisi

antar moda tidak dapat dicegah. Jika kompetisi ini tidak terarah, akan menimbulkan

efek negatif terhadap kualitas pelayanan maupun kualitas lingkungan dan terutama

akan mempengaruhi kebijaksanaan finansial dan ekonomi. (Munawar, 2005)

2.6 Permintaan Dan Penawaran Transportasi

2.6.1 Segi Permintaan (Demand)

Salim (1993) Menyatakan bahwa kebutuhan akan jasa transportasi

ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat

ke tempat lain. Jumlah kapasitas angkutan tersedia dibandingkan dengan kebutuhan

terbatas, di samping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan “derived

demand”. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

13

sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa transportasi

sebagai berikut.

a. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk satu daerah, propinsi dari satu negara akan

membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan

(perdagangan, pertanian perindustrian dan sebagainya).

b. Pertumbuhan wilayah dan daerah

Dalam rangka pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di

seluruh peloksok Indonesia, transportasi sebagai sarana dan prasarana

penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus dibarengi

sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut.

c. Transmigrasi dan penyebaran penduduk

Transmigrasi dan penyebaran penduduk ke seluruh daerah di Indonesia

salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan

yang harus disediakan oleh perusahaan angkutan.

Selain jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan,

ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna

jasa transportasi.

Menurut Warpani (1990) permintaan perangkutan adalah jenis permintaan

tak langsung, berawal dari kebutuhan manusia akan jenis barang dan jasa. Fungsi

utamanya adalah menjembatani jarak geografi antara produsen dan konsumen.

Angkutan memungkinkan orang atau barang bergerak atau berpindah dari satu

tempat ke tempat lain. Angkutan juga melayani kota dan berbagai cara digunakan

sesuai kemampuan bayar pemakai. Bila kebutuhan akan angkutan meningkat, ada

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila angkutan tidak disediakan

maka berbagai kebutuhan kota yang bersangkutan tidak dapat dipenuhi

sebagaimana mestinya. Jadi pelayanan pengangkutan dalam banyak hal sama

pentingnya seperti listrik, air dan lain-lain.

Menurut Warpani (1990) Penelaah atas permintaan perangkutan cukup

penting dalam dilakukan karena dua alasan yaitu :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

14

a. Pernyataan atau keterangan tentang lintasan dan arah lalu lintas tidak

lengkap tanpa memahami terlebih dahulu perihal permintaan atau

kebutuhan.

b. Penelaan akan memperjelas adanya kebutuhan hubungan antar tempat.

Menurut Warpani (1990) pola produksi, konsumsi, penduduk, pemukiman

dan tenaga kerja adalah pokok bahasan klasik pada penelitian geografi dan

selanjutnya semua hal tersebut merupakan bahan pokok bagi penelitian permintaan

angkutan. Unsur permintaan perangkutan yang juga perlu diperhatikan adalah :

Tempat asal, Tempat tujuan, Volume.

2.6.2 Segi Ketersediaan (Supply)

Menurut Nasution (2004) jasa transportasi adalah hasil dari suatu proses

produksi, yang tidak berbeda dengan hasil suatu produksi suatu pabrik, seperti

pabrik sepatu, pabrik otomotif dan pabrik-pabrik lainnya, hanya saja apabila hasil

produksi dari pabrik sepatu, pabrik otomotif dan lain-lain dapat dilihat dan

dipegang, hasil produksi tidak dapat dipegang dan dilihat (intangible), oleh karena

itu hasil produksi semacam ini dibedakan dengan menyebutnya”jasa” dan bukan

barang.

Salim (1993) menyatakan bahwa penyediaan jasa-jasa transportasi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa

transportasi secara menhyeluruh.

Tiap moda transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang

berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa-jasa angkutan yang

ditawarkan oleh pengangkutan. Dari segi penawaran (supply) jasa-jasa angkutan

dapat kita bedakan dari segi :

a. Peralatan yang di gunakan

b. Kapasitas yang tersedia

c. Kondisi yang tersedia

d. Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkutan

e. Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkutan

Dari segi penyediaan jasa angkutan merasa puas yang berhubungan dengan :

a. Keamanan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

15

b. Ketetapan

c. Kenyamanan

d. Kecepatan

e. Kesenangan

Kepuasan dalam pengangkutan tersebut sifat-sifat Penawaran Jasa Transport:

Penawaran jasa transport mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut:

a. Hasil produksi yang ditawarkan tidak dapat disimpan (unstorable) dan

karenanya tidak dapat dijadikan barang/komoditas inventaris yang dapat

disimpan.

b. Nilai produknya semakin lama semakin menurun, lebih-lebih pada saat

kendaraan sudah berangkat, nilainya sudah menjadi nol atau negatif.

c. Jasa angkutan pada umumnya bersifat perorangan (the service is usually

personalized)

d. Tidak adanya kemungkinan penggantian jasa angkutan yang telah

dibeli, apabila ternyata tidak memuaskan

e. Tingkat kesukaran menentukan kualitas angutan.

f. Waktu dimulainya dan selesainya proses produk tidak bias selalu tepat

waktu, karena produksi jasa angkutan banyak tergantung dari faktor-

faktor diluar kendali perusahaan.

g. Jasa angkutan pada umumnya ditawarkan dalam satu paket jasa (a

bundle of service)

h. Proses produksi dalam menciptakan jasa angkutan tidak pernah dalam

satu pabrik dengan lokasi tertentu. (Nasution, 2004)

Sebelumnya telah diuraikan bahwa sifat, karekteristik aspek teknik moda

transportasi tidak sama, dimana dalam pengoperasian masing-masing moda (sistem

transportasi) akan berbeda antara yang satu dengan yang lain dilihat dari segi jasa

(supply).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

16

2.7 Kinerja Angkutan Umum Penumpang

Jumlah armada yang cukup besar juga jika tidak disesuaikan dengan

kebutuhan permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas), menimbulkan

persaingan antar angkutan dalam hal tersebut penumpang dengan alasan kejar

setoran sehingga memacu pengendara untuk tidak disiplin berlalu lintas. Hal ini

dapat mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Indikator kualitas

pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai kinerja operasi yang dihasilkan,

parameter yang digunakan frekuensi, headway, load factor, kecepatan-kecepatan

perjalanan dan waktu tempuh (Asikin, 2001).

a. Load Factor (Faktor Muat)

Load factor didefinisikan sebagai rasio total penumpang kendaraan

dengan jumlah tempat duduk yang tersedia. Dengan diketahuinya load factor

suatu angkutan kota akan dapat diketahui beberapa jumlah penumpang yang

diangkut oleh setiap angkutan kota yang beroperasi sehingga akan didapatkan

gambaran, apakah jumlah angkutan yang ada sudah memadai dan memiliki

kualitas pelayanan yang baik atau perlu diadakan penambahan angkutan untuk

memperbaiki kualitas pelayanan. Load factor pada umumnya dipengaruhi

besarnya kebutuhan angkutan, banyaknya angkutan kota yang beroperasi,

waktu yang dipergunakan pada jalur keberangkatan, rute, dan waktu dalam satu

hari (Warpani, 1990).

Load factor (LF) Merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan

kapasitas yang tersedia untuk satu perjalanan yang bisa dinyatakan dalam

persen(%)(Abubakar.Dkk:1995).

Menurut Warpani (1990) load factor adalah ratio perbandingan antara

jumlah penumpang yang diangkut dalam kendaraan terhadap jumlah kapasitas

kendaraan selama satu lintasan, dengan rumus :

LF = JP

C x 100..............................................................(2.3)

Dimana :

LF = Load Factor (%)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

17

JP = Banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang satu lintasan sekali

jalan

C = Daya tampung kendaraan atau banyaknya tempat duduk

Menurut Abubakar, Dkk (1995) menyatakan bahwa nilai faktor muat (load

factor) dalam kondisi dinamis diambil 70%.

b. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah perjalanan dalam satuan waktu kendaraan yang

dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau frekuensi rendah.

Frekuensi tinggi berarti banyak perjalanan dalam periode waktu tertentu. Secara

relatif frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode waktu tertentu.

Frekuensi dapat diartikan juga sebagai segi dari hidup tiap moda angkutan

umum yang penting untuk penumpang dan mempengaruhi moda yang

ditetapkan untuk dipakai (Abubakar, 1995).

Menurut Morlok (1978) frekuensi adalah jumlah kendaraan yang lewat

per satuan waktu. Frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut :

F = 1

𝐻.....................................................(2.2)

Dimana : F = Frekuensi (kend/menit)

H = Headway (menit)

c. Headway

Menurut Nasution (2004), Headway adalah selisih waktu

keberangkatan antara dua pelayanan angkutan umum pada satu titik tertentu

atau selisih waktu kedatangan anatara kendaraan sebelumnya dengan kendaraan

berikutnya.

Menurut Asikin (2001), Headway adalah waktu antara satu kendaraan

dengan kendaraan lain yang berurutan di belakangnya pada satu rute yang sama.

Headway makin kecil menunjukkan frekuensi semakin tinggi, sehingga akan

menyebabkan waktu tunggu yang rendah. Hal ini merupakan kondisi yang

menguntungkan bagi penumpang, namun di sisi lain akan menyebabkan

proses bunching atau saling menempel antar kendaraan dan ini akan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

18

mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas lainnya. Untuk menghindari efek

bunching ditetapkan minimum headway sebesar 1 menit.

1) Headway (Waktu Antara) kendaraan, dalam hal ini dipakai satuan

menit. Dengan rumus :

Hd = 𝑇

𝐹.................................................................(2.3)

Dimana : Hd = Headway

T = 60 menit

F = Frekuensi

d. Kecepatan Tempuh

Menurut Morlok (1978), kecepatan tempuh dari awal rute ke titik akhir

rute dan di rumuskan dengan :

V = 𝑆

𝑡................................................................................(2.4)

Dimana :

V : Kecepatan rata-rata

S : Jarak tempuh

t : Waktu tempuh rata-rata

e. Waktu Tempuh

Menurut SK Dirjen Perhubungan Darat No.687 Tahun (2002) waktu

tempuh merupakan waktu perjalanan dari titik awal rute sampai titik akhir rute.

Data waktu tempuh sendiri diperoleh berdasarkan hasil survey di lapangan.

Persyaratan yang ditentukan berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Darat No.

687/AJ.206/DRDJ/2002, dimana standard untuk untuk waktu tunggu rata-rata

5-10 menit, waktu tunggu maksimum 20 menit. Persamaan waktu tunggu rata-

rata angkutan umum sesuai dengan persamaan sebagai berikut:

Waktu tunggu = 0,5 x Headway (menit) ...............................(2.5)

f. Kecepatan Perjalanan

Menurut Morlok (1978), kecepatan perjalanan dari awal rute ke titik

akhir rute dan di rumuskan dengan :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

19

V = 𝑆

𝑡 .............................................................................(2.6)

Dimana :

V : kecepatan tempuh (km/jam)

S : panjang rute (km)

t : waktu tempuh (jam)

g. Jumlah kendaraan yang beroperasi

Menurut Marsudi (2006) jumlah kendaraan yang beroperasi di

definisikan sebagai perbandingan antara jumlah kendaaraan yang tersedia atau

memperoleh izin trayek dengan jumlah kendaraan yang ada atau beroperasi

sesungguhnnya dilapangan pada suatu trayek atau rute tersebut yang dinyatakan

dalam persen (%). Jumlah kendaraan yang beroperasi dirumuskan sebagai berikut:

Kendaraan beroperasi = jumlah kendaraan yang beroperasi

jumlah kendaraan yang tersedia𝑥100.................(2.7)

g. Waktu Pelayanan

Menurut Marsudi (2006) Waktu pelayanan merupakan waktu yang dibutuhkan

angkutan umum untuk melayani trayek atau rute tertentu dalam satu hari yang

dihitung berdasarkan waktu awal beroperasi hingga akhir beroperasi kendaraan

melayani penumpang tersebut.

2.8 Produktivitas Angkutan

Menurut Ruskandi (2016) dalam indikator produktivitas parameter yang

digunakan adalah total produksi kendaraan. Pengertian total produksi kendaraan

adalah rata-rata pencapain jumlah penumpang yang dapat diangkut dalam satu hari

dan satu kendaraan. Maka produktivitas dapat di rumuskan menggunakan formulasi

sebagai berikut:

Produktivitas = jumlah penumpang rata-rata (pnp/trip-kend) x jumlah trip

rata-rata (trip/hari) ......................................(2.8)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/47381/3/BAB II.pdfyang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut (Warpani, 2002). 2.1.2 Angkutan Umum Angkutan perkotaan

20

2.9 Kebutuhan Angkutan

Di dalam indikator kebutuhan angkutan atau kebutuhan armada yang

menggunakan formulasi empiris dengan mempertimbangkan produktivitas

angkutan adalah jumlah penumpang per harinya. Pengertian jumlah penumpang

rata-rata jumlah penumpang per armada per hari, untuk periode harian umumnya

penumpang mencapai puncaknya pada pagi dan siang hari.

kebutuhan = jumlah penumpang perhari

produktivitas angkutan...............................(2.9)