Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Angkutan Umum
Angkutan umum sebagai bagian dari sistem atau sarana transportasi yang
disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut biaya. Kendaraan umum
berupa angkutan kota, bus, mini bus. Keberadaan angkutan umum dapat
mengurangi volume lalu lintas kendaraan pribadi dikarenakan angkutan umum
dapat memuat orang secara bersamaan. Angkutan umum yang bersifat massal
sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau
penumpang. Semakin banyaknya jumlah penumpang yang memilih menaiki
kendaraan umum dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan perpenumpang
serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal maka diperluka kesamaan
tempat tujuan. (Warpani, 1990)
Angkutan umum harus dikelola dengan baik dan direncanakan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan yang
cenderung tinggi. Diimbangi dengan ketersediaan angkutan umum yang memadai.
Intensitas transportasi dan pola arus pergerakan trnsportasi sangat dipengaruhi oleh
jumlah barang dan barang yang memerlukan jasa transportasi serta lokasi kegiatan.
(Asikin, 2001)
UURI No. 22 Tahun 2009 menjelaskan, bahwa Negara bertanggung jawab
atas lalu lintas dan angkutan jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh
pemerintah. Pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi :
a. Perencanaan
b. Pengaturan
c. Pengendalian
d. Pengawasan
2.1.1 Angkutan
Angkutan (transport) adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang
dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan (kendaraan).
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak dijalan, terdiri dari kendaraan
6
bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Kendaraan motor merupakan kendaraan
yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan tersebut
(Warpani, 2002).
2.1.2 Angkutan Umum
Angkutan perkotaan merupakan bentuk pelayanan antarkota yang
wilayahnya berada du daerah kota raya, sedangkan angkutan kota adalah bentuk
angkutan yang melayani di dalam wilayah administrasi kota (Warpani, 2002).
Angkutan memiliki suatu trayek yang lebih dari satu lintasan tergantung pada
jaringan prasarana atau jalan yang menghubungkan asal dan tujuan trayek tersebut.
Apabila lintasan yang dilalui hanya satu, maka semua lalu lintas menjadi beban
lintasan tunggal tersebut.Pada kenyataanya hampir selalu didapati lebih dari satu
kemungkinan lintasan yang menghubungkan antara zona satu dengan zona lainnya.
Dalam hal ini diperlukan sebuah kajian lintasan, agar lintasan yang akan dilalui
angkutan umum menjadi seimbang dan tidak hanya dibebankan pada satu ruas jalan
saja (Warpani, 2002).
Volume lalu lintas dari asal ke tujuan, sebaran permintaan berdasarkan waktu
peru pula mendapat perhatian yang seksama, Hal ini berkaitan dengan penjadwalan
operasi armada angkutan umum. Pada jam sibuk (peak period) jumlah armada yang
dikerahkan akan lebih banyak bahkan bisa-bisa seluruh armada dikerahkan,
sedangkan pada masa sepi (off peak) jumlah armada yang dikerahkan perlu
dikurangi agar tidak terjadi penumpukan armada.
2.1.3 Angkutan Umum Penumpang (AUP)
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang
menerapkan sistem sewa atau bayar. Angkutan umum penumpang terdiri dari
angkutan kota, bus, minibus, kereta api, angkutan air dan angkutan udara.
(Warpani,1990)
Dengan adanya angkutan umum penumpang dalam hal angkutan massal,
biaya angkutan menjadi beban tanggungan bersama, sehingga sistem angkutan
umum menjadi efisien karena biaya angkutan menjadi sangat murah. Karena
sifatnya yang ‘massal’, maka para penumpang harus memiliki kesamaan dalam
berbagai hal yakni asal, tujuan, lintasan, dan waktu. Kesamaan ini dicapai dengan
7
cara pengumpulan di terminal dan/atau tempat pemberhentian. Kesamaan tujuan
tidak selalu berarti kesamaan maksud (Warpani, 2002).
Menurut (Salim, 1993), Angkutan penumpang dapat dilihat dari beberapa
segi yaitu :
a. Pengangkutan penumpang antarkota kendaraan.
b. Alat pengankutan yang digunakan adalah; bus, mobil sedan, angkutan kereta
api, angkutan menggunaka kapal laut dan pengangkutan dengan pesawat
udara.
c. Selain daripada itu pengangkutan penumpang penyebaran secara geografis
yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri ke daerah-daerah.
Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan pergerakan atau
Perjalanan adalah sebagai berikut (Warpani, 2002):
a. Berdasarkan asal
b. Berdasarkan tujuan
c. Berdasarkan lintasan
d. Berdasarkan waktu
UURI No. 22 Tahun 2009 Pasal 137 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
Umum dan Jalan
Angkutan massal harus didukung dengan:
1. Angkutan orang atau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor.
2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda
motor, mobil penumpang atau bus.
3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil
barang.
4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali :
a) Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,
dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai
b) Untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8
c) Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.
UURI No. 22 Tahun 2009 Pasal 138 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
dan Jalan
Angkutan umum diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pergerakan masyarakat dan tetap berpegang teguh pada
kelancaran arus lalu lintas secara keseluruhan. Angkutan umum bukanlah alat
bagi pemerintah untuk memperoleh pendapatan daerah bahkan apabila ada rute-
rute angkutan umum yang tidak menguntungkan bagi pihaknya maka angkutan
tersebut perlu mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pemerintah sebagai
fasilisator berhak menentukan berbagai kebijakan sekaligus bertanggung jawab
terhadap keberadaan angkutan umum bagi pergereakan masyarakat sehari-hari.
2.2 Jaringan Trayek
Menurut Dirjen Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRDJ/2002 bahwa
jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan layanan
angkutan orang. Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menetapkan jaringan trayek adalah sebagai berikut :
1. Pola tata guna tanah.
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas yang
baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum diusahakan
melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi.
2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum
Rute angkutan umum yang baik arah yang mengikuti pola pergerakan angkutan
sehingga tercipta pergerakan yang efisien. Trayek angkutan umum harus
dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk yang terjadi, sehingga
transfer moda yang terjadi pada saat penumpang mengadakan perjalanan
dengan angkutan umum dapat diminimumkan.
9
3. Kepadatan penduduk
Salah satu faktor yang menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah
kepadatan penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah
yang mempunyai potensi permintaan yang tinggi
4. Daerah pelayanan
Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial
pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada.
5. Karakteristik jaringan
Kondisi jaringan jalan akan menentukan pola pelayanan trayek angkutan
umum. Karakteristik jaringan jalan meliputi kongfigurasi, klasifikasi, fungsi,
lebar jalan, dan tipe operasi jalur.
2.3 Peranan Dan Manfaat Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum memiliki peranan memenuhi kebutuhan manusia akan
pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dan mobilitas yang semakin tinggi untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang jauh maupun jarak
dekat. Angkutan umum harus memeberikan pelayanan angkutan yang baik bagi
masyarakat yang menjalankan kegiataannya menggunakan angkutan umum, baik
untuk masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi (Choice) dan bagi masyrakat
yang terpaksa harus menggunakan angkutan umum sebagai kendaraannya
(Captive). (Warpani, 2002)
Angkutan umum yang baik adalah angkutan yang memiliki pelayanan yang
aman, cepat, murah dan efisien. Pada dasarnya angkutan umum efisien terhadap
penggunaan ruas jalan dibandingkan kendaraan pribadi. (Warpani, 2002)
Menurut Warpani (2002), perangkutan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan
baik di bidang ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan
negara. Perangkutan merupakan sarana penting bagi kehidupan banyak orang, maka
dari itu pembangunan dan pengembangan sarananya perlu di tata dan
dikembangkan dengan sangat baik.
10
a. Peran Angkutan dalam pengembangan wilayah
Pemanfaatan SDA maupun mobilisai SDM serta sumber daya teknologi
dalam rangka pemerataan pembangunan daerah tidak dapat berjalan tanpa
adanya dukungan dari sistem perangkutan yang memadai. Perangkutan juga
bisa dikatakan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial-budaya, politik
dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu sistem perangkutan harus ditata
dan terus disempurnakan sejalan dengan tuntutan perkembangan yang tidak
pernah berhenti.
b. Peran Angkutan bagi mobilitas barang
Kebutuhan angkutan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Hampir segala aspek kehidupan manusia tidak
terlepas dari keperluan akan angkutan. Tingkat kehidupan masyarakat yang
tumbuh dan berkembang menuntut perkembangan sistem perangkutan untuk
memnuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi seperti untuk
berbelanja, kesekolah, berpergian, kekantor dan banyak lagi.
c. Peran Angkutan bagi mobilitas orang
Angkutan memiliki peranan dalam mobilitas orang, yaitu perpindahan orang
dari satu tempat ke tempat yang lain. Angkutan menyesuaikan kebutuhannya
sesuai dengan permintaan masyarakat, angkutan juga harus menyesuaikan
biaya pelayanan angkutan umum.
2.4 Pelayanan Angkutan Umum Penumpang
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah memberikan pelayanan yang
aman, cepat, dan murah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat,
terutama pada paksawan dalam menjalankan kegiatannya. (Warpani, 2002)
Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS), memberi batasan efisien dan efektif.
Efektif mengandung pengertian :
a. Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pengguna jasa.
b. Terpadu, antara moda dan inter moda dalam jaringan pelayanan.
11
c. Tertib penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku dimasyarakat.
d. Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang sesuai
dengan jadwal dan kepastian.
e. Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu
singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus persatuan waktu.
f. Aman dan nyaman, dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas
dari gangguan eksternal, terwujudnya ketenangan dan kenikmatan dalam
perjalanan
Efisien mengandung arti :
a. Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya
beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan
hidup pengusaha layanan jasa angkutan.
b. Beban publik rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat
sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan harus minimal,
misalnya : tingkat pencemaran rendah.
c. Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem
perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan
penumpang maupun barang, tingkat penggunaan sarana dan prasarana.
Menurut Warpani (2002) beberapa cara dapat di tempuh dalam meningkatkan
kapasitas pelayanan angkutan, yaitu :
a. Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada.
b. Penawaran pemilihan moda (moda spit), dengan sendirinya menyangkut
alternatif lintasan.
c. Mengatur waktu pembagian waktu pelayanan.
d. Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi.
Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan, termasuk
mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan menurunkan biayanya
dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan meningkatkan biaya.
(Warpani, 2002)
12
2.5 Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang
Munawar (2005) menyatakan bahwa tuntutan pemakai kendaraan
angkutan pada dasarnya menghendaki tingkat pelayanan yang cuku memadai, baik
waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin
selama perjalanan. Hal ini dapat dipenuhi bila penyedia armada angkutan umum
penumpang berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan
umum.
Jumlah armada yang “tepat” sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang
dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan.
Ketidakpastian itu disebabkan oleh pola pergerakan penduduk yang tidak merata
sepanjang waktu, misalnya pada saat jam-jam sibuk permintaan tinggi, dan pada
saat sepi permintaan rendah. (Munawar, 2005)
Jumlah kebutuhan angkutan dipengaruhi oleh :
1. Jumlah penumpang pada jam puncak
2. Kapasitas kendaraan
3. Standar beban tiap kendaraan.
Sistem penyediaan kebutuhan angkutan umum merupakan keinginan dari
berbagai lapisan masyarakat. Keinginan itu ditunjukan terhadap aspek keselamatan,
kecepatan dan kemudahan, sehingga tersedianya angkutan umum maka kompetisi
antar moda tidak dapat dicegah. Jika kompetisi ini tidak terarah, akan menimbulkan
efek negatif terhadap kualitas pelayanan maupun kualitas lingkungan dan terutama
akan mempengaruhi kebijaksanaan finansial dan ekonomi. (Munawar, 2005)
2.6 Permintaan Dan Penawaran Transportasi
2.6.1 Segi Permintaan (Demand)
Salim (1993) Menyatakan bahwa kebutuhan akan jasa transportasi
ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat
ke tempat lain. Jumlah kapasitas angkutan tersedia dibandingkan dengan kebutuhan
terbatas, di samping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan “derived
demand”. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan
13
sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa transportasi
sebagai berikut.
a. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk satu daerah, propinsi dari satu negara akan
membawa pengaruh terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan
(perdagangan, pertanian perindustrian dan sebagainya).
b. Pertumbuhan wilayah dan daerah
Dalam rangka pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di
seluruh peloksok Indonesia, transportasi sebagai sarana dan prasarana
penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus dibarengi
sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Transmigrasi dan penyebaran penduduk
Transmigrasi dan penyebaran penduduk ke seluruh daerah di Indonesia
salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan
yang harus disediakan oleh perusahaan angkutan.
Selain jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan,
ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna
jasa transportasi.
Menurut Warpani (1990) permintaan perangkutan adalah jenis permintaan
tak langsung, berawal dari kebutuhan manusia akan jenis barang dan jasa. Fungsi
utamanya adalah menjembatani jarak geografi antara produsen dan konsumen.
Angkutan memungkinkan orang atau barang bergerak atau berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Angkutan juga melayani kota dan berbagai cara digunakan
sesuai kemampuan bayar pemakai. Bila kebutuhan akan angkutan meningkat, ada
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila angkutan tidak disediakan
maka berbagai kebutuhan kota yang bersangkutan tidak dapat dipenuhi
sebagaimana mestinya. Jadi pelayanan pengangkutan dalam banyak hal sama
pentingnya seperti listrik, air dan lain-lain.
Menurut Warpani (1990) Penelaah atas permintaan perangkutan cukup
penting dalam dilakukan karena dua alasan yaitu :
14
a. Pernyataan atau keterangan tentang lintasan dan arah lalu lintas tidak
lengkap tanpa memahami terlebih dahulu perihal permintaan atau
kebutuhan.
b. Penelaan akan memperjelas adanya kebutuhan hubungan antar tempat.
Menurut Warpani (1990) pola produksi, konsumsi, penduduk, pemukiman
dan tenaga kerja adalah pokok bahasan klasik pada penelitian geografi dan
selanjutnya semua hal tersebut merupakan bahan pokok bagi penelitian permintaan
angkutan. Unsur permintaan perangkutan yang juga perlu diperhatikan adalah :
Tempat asal, Tempat tujuan, Volume.
2.6.2 Segi Ketersediaan (Supply)
Menurut Nasution (2004) jasa transportasi adalah hasil dari suatu proses
produksi, yang tidak berbeda dengan hasil suatu produksi suatu pabrik, seperti
pabrik sepatu, pabrik otomotif dan pabrik-pabrik lainnya, hanya saja apabila hasil
produksi dari pabrik sepatu, pabrik otomotif dan lain-lain dapat dilihat dan
dipegang, hasil produksi tidak dapat dipegang dan dilihat (intangible), oleh karena
itu hasil produksi semacam ini dibedakan dengan menyebutnya”jasa” dan bukan
barang.
Salim (1993) menyatakan bahwa penyediaan jasa-jasa transportasi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa
transportasi secara menhyeluruh.
Tiap moda transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang
berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa-jasa angkutan yang
ditawarkan oleh pengangkutan. Dari segi penawaran (supply) jasa-jasa angkutan
dapat kita bedakan dari segi :
a. Peralatan yang di gunakan
b. Kapasitas yang tersedia
c. Kondisi yang tersedia
d. Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkutan
e. Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkutan
Dari segi penyediaan jasa angkutan merasa puas yang berhubungan dengan :
a. Keamanan
15
b. Ketetapan
c. Kenyamanan
d. Kecepatan
e. Kesenangan
Kepuasan dalam pengangkutan tersebut sifat-sifat Penawaran Jasa Transport:
Penawaran jasa transport mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut:
a. Hasil produksi yang ditawarkan tidak dapat disimpan (unstorable) dan
karenanya tidak dapat dijadikan barang/komoditas inventaris yang dapat
disimpan.
b. Nilai produknya semakin lama semakin menurun, lebih-lebih pada saat
kendaraan sudah berangkat, nilainya sudah menjadi nol atau negatif.
c. Jasa angkutan pada umumnya bersifat perorangan (the service is usually
personalized)
d. Tidak adanya kemungkinan penggantian jasa angkutan yang telah
dibeli, apabila ternyata tidak memuaskan
e. Tingkat kesukaran menentukan kualitas angutan.
f. Waktu dimulainya dan selesainya proses produk tidak bias selalu tepat
waktu, karena produksi jasa angkutan banyak tergantung dari faktor-
faktor diluar kendali perusahaan.
g. Jasa angkutan pada umumnya ditawarkan dalam satu paket jasa (a
bundle of service)
h. Proses produksi dalam menciptakan jasa angkutan tidak pernah dalam
satu pabrik dengan lokasi tertentu. (Nasution, 2004)
Sebelumnya telah diuraikan bahwa sifat, karekteristik aspek teknik moda
transportasi tidak sama, dimana dalam pengoperasian masing-masing moda (sistem
transportasi) akan berbeda antara yang satu dengan yang lain dilihat dari segi jasa
(supply).
16
2.7 Kinerja Angkutan Umum Penumpang
Jumlah armada yang cukup besar juga jika tidak disesuaikan dengan
kebutuhan permintaan dan kapasitas jalan (selalu terbatas), menimbulkan
persaingan antar angkutan dalam hal tersebut penumpang dengan alasan kejar
setoran sehingga memacu pengendara untuk tidak disiplin berlalu lintas. Hal ini
dapat mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Indikator kualitas
pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai kinerja operasi yang dihasilkan,
parameter yang digunakan frekuensi, headway, load factor, kecepatan-kecepatan
perjalanan dan waktu tempuh (Asikin, 2001).
a. Load Factor (Faktor Muat)
Load factor didefinisikan sebagai rasio total penumpang kendaraan
dengan jumlah tempat duduk yang tersedia. Dengan diketahuinya load factor
suatu angkutan kota akan dapat diketahui beberapa jumlah penumpang yang
diangkut oleh setiap angkutan kota yang beroperasi sehingga akan didapatkan
gambaran, apakah jumlah angkutan yang ada sudah memadai dan memiliki
kualitas pelayanan yang baik atau perlu diadakan penambahan angkutan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan. Load factor pada umumnya dipengaruhi
besarnya kebutuhan angkutan, banyaknya angkutan kota yang beroperasi,
waktu yang dipergunakan pada jalur keberangkatan, rute, dan waktu dalam satu
hari (Warpani, 1990).
Load factor (LF) Merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas yang tersedia untuk satu perjalanan yang bisa dinyatakan dalam
persen(%)(Abubakar.Dkk:1995).
Menurut Warpani (1990) load factor adalah ratio perbandingan antara
jumlah penumpang yang diangkut dalam kendaraan terhadap jumlah kapasitas
kendaraan selama satu lintasan, dengan rumus :
LF = JP
C x 100..............................................................(2.3)
Dimana :
LF = Load Factor (%)
17
JP = Banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang satu lintasan sekali
jalan
C = Daya tampung kendaraan atau banyaknya tempat duduk
Menurut Abubakar, Dkk (1995) menyatakan bahwa nilai faktor muat (load
factor) dalam kondisi dinamis diambil 70%.
b. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah perjalanan dalam satuan waktu kendaraan yang
dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau frekuensi rendah.
Frekuensi tinggi berarti banyak perjalanan dalam periode waktu tertentu. Secara
relatif frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode waktu tertentu.
Frekuensi dapat diartikan juga sebagai segi dari hidup tiap moda angkutan
umum yang penting untuk penumpang dan mempengaruhi moda yang
ditetapkan untuk dipakai (Abubakar, 1995).
Menurut Morlok (1978) frekuensi adalah jumlah kendaraan yang lewat
per satuan waktu. Frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = 1
𝐻.....................................................(2.2)
Dimana : F = Frekuensi (kend/menit)
H = Headway (menit)
c. Headway
Menurut Nasution (2004), Headway adalah selisih waktu
keberangkatan antara dua pelayanan angkutan umum pada satu titik tertentu
atau selisih waktu kedatangan anatara kendaraan sebelumnya dengan kendaraan
berikutnya.
Menurut Asikin (2001), Headway adalah waktu antara satu kendaraan
dengan kendaraan lain yang berurutan di belakangnya pada satu rute yang sama.
Headway makin kecil menunjukkan frekuensi semakin tinggi, sehingga akan
menyebabkan waktu tunggu yang rendah. Hal ini merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi penumpang, namun di sisi lain akan menyebabkan
proses bunching atau saling menempel antar kendaraan dan ini akan
18
mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas lainnya. Untuk menghindari efek
bunching ditetapkan minimum headway sebesar 1 menit.
1) Headway (Waktu Antara) kendaraan, dalam hal ini dipakai satuan
menit. Dengan rumus :
Hd = 𝑇
𝐹.................................................................(2.3)
Dimana : Hd = Headway
T = 60 menit
F = Frekuensi
d. Kecepatan Tempuh
Menurut Morlok (1978), kecepatan tempuh dari awal rute ke titik akhir
rute dan di rumuskan dengan :
V = 𝑆
𝑡................................................................................(2.4)
Dimana :
V : Kecepatan rata-rata
S : Jarak tempuh
t : Waktu tempuh rata-rata
e. Waktu Tempuh
Menurut SK Dirjen Perhubungan Darat No.687 Tahun (2002) waktu
tempuh merupakan waktu perjalanan dari titik awal rute sampai titik akhir rute.
Data waktu tempuh sendiri diperoleh berdasarkan hasil survey di lapangan.
Persyaratan yang ditentukan berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Darat No.
687/AJ.206/DRDJ/2002, dimana standard untuk untuk waktu tunggu rata-rata
5-10 menit, waktu tunggu maksimum 20 menit. Persamaan waktu tunggu rata-
rata angkutan umum sesuai dengan persamaan sebagai berikut:
Waktu tunggu = 0,5 x Headway (menit) ...............................(2.5)
f. Kecepatan Perjalanan
Menurut Morlok (1978), kecepatan perjalanan dari awal rute ke titik
akhir rute dan di rumuskan dengan :
19
V = 𝑆
𝑡 .............................................................................(2.6)
Dimana :
V : kecepatan tempuh (km/jam)
S : panjang rute (km)
t : waktu tempuh (jam)
g. Jumlah kendaraan yang beroperasi
Menurut Marsudi (2006) jumlah kendaraan yang beroperasi di
definisikan sebagai perbandingan antara jumlah kendaaraan yang tersedia atau
memperoleh izin trayek dengan jumlah kendaraan yang ada atau beroperasi
sesungguhnnya dilapangan pada suatu trayek atau rute tersebut yang dinyatakan
dalam persen (%). Jumlah kendaraan yang beroperasi dirumuskan sebagai berikut:
Kendaraan beroperasi = jumlah kendaraan yang beroperasi
jumlah kendaraan yang tersedia𝑥100.................(2.7)
g. Waktu Pelayanan
Menurut Marsudi (2006) Waktu pelayanan merupakan waktu yang dibutuhkan
angkutan umum untuk melayani trayek atau rute tertentu dalam satu hari yang
dihitung berdasarkan waktu awal beroperasi hingga akhir beroperasi kendaraan
melayani penumpang tersebut.
2.8 Produktivitas Angkutan
Menurut Ruskandi (2016) dalam indikator produktivitas parameter yang
digunakan adalah total produksi kendaraan. Pengertian total produksi kendaraan
adalah rata-rata pencapain jumlah penumpang yang dapat diangkut dalam satu hari
dan satu kendaraan. Maka produktivitas dapat di rumuskan menggunakan formulasi
sebagai berikut:
Produktivitas = jumlah penumpang rata-rata (pnp/trip-kend) x jumlah trip
rata-rata (trip/hari) ......................................(2.8)
20
2.9 Kebutuhan Angkutan
Di dalam indikator kebutuhan angkutan atau kebutuhan armada yang
menggunakan formulasi empiris dengan mempertimbangkan produktivitas
angkutan adalah jumlah penumpang per harinya. Pengertian jumlah penumpang
rata-rata jumlah penumpang per armada per hari, untuk periode harian umumnya
penumpang mencapai puncaknya pada pagi dan siang hari.
kebutuhan = jumlah penumpang perhari
produktivitas angkutan...............................(2.9)