22
9 BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung begitu pesat sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang rumit dan kompleks, serta memerlukan pemecahan secara proporsional. Dalam bidang pendidikan juga terdapat berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan secara proporsional pula, baik yang menyangkut proses belajar mengajar, yang berkaitan dengan kebijaksanaan, manajemen, pendekatan, strategi, isi maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu personil pendidikan terutama guru, harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Namun untuk maksud tersebut guru-guru sering menghadapi kesulitan jika harus melakukannya sendiri karena keterbatasan ekonomi maupun waktu. Pada dasarnya guru mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk meningkatkan kinerja. Namun banyak faktor yang menghambat mereka dalam mengembangkan berbagai potensinya secara optimal. Oleh karena itu sangat dirasakan perlunya pembinaan yang berkesinambungan terhadap para guru dan personil pendidikan yang lain di sekolah. Program pembinaan guru dan personil pendidikan lazim disebut supervisi pendidikan. Untuk itu para pembina dan kepala sekolah perlu memiliki pemahaman tentang supervisi pendidikan. A. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi a. Secara Etimologi Perkataan supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision yang terdiri dari dua perkataan yaitu super dan vision. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Oleh karena secara etimologi supervisi (supervision) berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan pihak atasan

BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURUlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/21/jtptiain-gdl-s1... · DAN KINERJA GURU Perkembangan ilmu ... manajemen, pendekatan,

  • Upload
    dinhnhi

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DAN KINERJA GURU

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung begitu pesat

sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang rumit dan kompleks, serta

memerlukan pemecahan secara proporsional. Dalam bidang pendidikan juga terdapat

berbagai permasalahan yang memerlukan pemecahan secara proporsional pula, baik

yang menyangkut proses belajar mengajar, yang berkaitan dengan kebijaksanaan,

manajemen, pendekatan, strategi, isi maupun sumber-sumber pendidikan dan

pembelajaran. Untuk itu personil pendidikan terutama guru, harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat mengelola proses belajar

mengajar secara efektif dan efisien. Namun untuk maksud tersebut guru-guru sering

menghadapi kesulitan jika harus melakukannya sendiri karena keterbatasan ekonomi

maupun waktu.

Pada dasarnya guru mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk

meningkatkan kinerja. Namun banyak faktor yang menghambat mereka dalam

mengembangkan berbagai potensinya secara optimal. Oleh karena itu sangat

dirasakan perlunya pembinaan yang berkesinambungan terhadap para guru dan

personil pendidikan yang lain di sekolah. Program pembinaan guru dan personil

pendidikan lazim disebut supervisi pendidikan. Untuk itu para pembina dan kepala

sekolah perlu memiliki pemahaman tentang supervisi pendidikan.

A. Supervisi Pendidikan

1. Pengertian Supervisi

a. Secara Etimologi

Perkataan supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision yang

terdiri dari dua perkataan yaitu super dan vision. Super berarti atas atau

lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Oleh karena

secara etimologi supervisi (supervision) berarti melihat atau meninjau

dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan pihak atasan

10

(orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil

kerja bawahan.1

b. Secara Terminologi

Pada bab satu sudah disampaikan beberapa pengesahan seperti

menurut para ahli. Pada bagian ini akan disampaikan pendapat-pendapat

lain dari para ahli tentang pengertian supervisi, antara lain :

(1) M. Ngalim Purwanto

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan

pekerjaan mereka secara efektif.2

(2) Piet A. Sahertian

Supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik

sacara kelompok dalam memperbaiki pengajaran.3

(3) Hadari Nawawi

Supervisi adalah pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk

membantu guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru

atau personal yang semakin cakap. Sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahauan pada umumnya, agar mampu meningkatkan

efektivitas proses belajar mengajar di sekolah.4

Beberapa definisi di atas secara implisit mengandung ide-ide pokok

seperti menggalakkan profesional guru, memberikan layanan dan bantuan

kepada guru, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan efektifitas

proses belajar mengajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan

adalah merupakan usaha mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing

guru secara kontinu baik secara individual maupun kolektif agar lebih efektif

1 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1981) hlm. 103 2 Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Mutiara, 1978) hlm. 44 3 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik SupervisiPendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) hlm. 19. 4 Dr. Hadari Nawawi, op. cit., hlm 104

11

dalam mengelola proses belajar mengajar dan mampu memecahkan berbagai

masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien.

2. Dasar dan Tujuan Supervisi Pendidikan.

a. Dasar Supervisi Pendidikan

Guru sebagai salah satu komponen sumber daya pendidikan

memerlukan bantuan supervisi. Hal-hal yang mendasari adanya supervisi

pendidikan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Dasar Kultural

(2) Dasar Filosofis

(3) Dasar Psikologis

(4) Dasar Sosiologis

(5) Dasar Sosial

(6) Dasar Pertumbuhan Jabatan.5

Uraian dari dasar supervisi tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Dasar Kultural

Kebudayaan pada saat ini banyak mengalami perubahan dan

percampuran. Perubahan itu di antaranya disebabkan karena hasil

akal budi manusia yang semakin maju. Sekolah sebagai pusat

kebudayaan bertugas dan bertanggung jawab menyeleksi unsur-unsur

kebudayaan serta mengembangkan melalui kreativitas dan

kemampuan penalaran siswa maupun guru. Secara positif sekolah

bertugas menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide, pola

tingkah laku, kebiasaan berbudaya yang baik maupun berupa benda

budaya. Di sinilah perlunya bagi yang bertugas mengembangkan

potensi, kreativitas para peserta didik dan mengkoordinasi segala

usaha dalam rangka mengembangkan budaya sekolah.6

(2) Dasar Filosofis

Suatu sistem pendidikan dikatakan berhasil guna dan berdaya guna

bila berakar mendalam pada nilai-niai yang ada dalam pandangan

5 Piet A. Sahertian, loc cit., hlm. 4 6 Ibid, hlm. 5

12

hidup suatu bangsa. Di Indonesia sistem “Among” seperti yang

dipelopori oleh Ki Hajar Dewantoro melalui Taman Siswa yang

mendasarkan pendidikannya pada filsafat dan budaya nasional. Jika

dilihat dari segi filsafat, maka perlu ada orang yang menterjemahkan

konsep-konsep pendidikan yang masih abstrak ke dalam pengertian

yang lebih operasional.7

(3) Dasar Psikologis

Secara psikologis supervisi itu terletak berakar mendalam pada

pengalaman manusia. Pada diri manusia terdapat potensi-potensi

untuk menghasilkan sesuatu sehingga mnusia dapat memiliki cara

pemecahan suatu masalah baik sekarang maupun yang akan datang.

Pendidikan bertugas memberi dorongan untuk mencipta dan

membina kreativitas. Kondisi kreativitas itu tidak datang sendiri tapi

harus dilatih dan diajarkan. Kondisi yang mendorong atau

menghambat kreativitas bersumber pada kegiatan jiwa, seperti

pengamatan, persepsi, pertimbangan dan perasaan. Jelaslah bahwa

penciptaan suasana psikologis seperti rasa aman, kebebasan,

kehangatan suasana dapat mendorog kreativitas. Tugas supervisi

adalah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan

sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.8

(4) Dasar Sosiologis

Masyarakat dewasa ini selalu berubah. Sikap perubahan mempunyai

pengaruh terhadap tindakan dan pola tingkah laku seseorang. Dalam

era globalisasi telah terjadi pergeseran nilai sehingga norma-norma

kehidupan menjadi relatif. Menghadapi seperti ini guru-guru

memerlukan supervisor untuk mengadakan tukar-menukar ide dan

pengalaman tentang mana yang terbaik dalam menghadapi tata nilai

dalam dunia pendidikan.9

7 Ibid, hlm 6 8 Ibid, hlm 7 9 Ibid, hlm. 11

13

(5) Dasar Sosial

Cara kerja yang bersifat kooperatif secara bertanggung jawab

merupakan cara kerja yang baik. Dalam masyarakat orang saling

menghargai pendapat orang lain, saling menolong, saling memberi

kebebasan kepada orang lain sehingga tercipta rasa bersama dan rasa

aman. Dalam hal ini sebagai supervisor berfungsi membantu,

mendorong, menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama.10

(6) Dasar Pertumbuhan Jabatan

Guru seharusnya mempunyai misi dan masa depan. Ketajaman visi

mendorong guru-guru untuk mampu mengembangkan misinya untuk

dapat mewujudkan misi tersebut, guru harus belajar terus menjadi

guru yang profesional antara lain memiliki keahlian dalam hidup

yang diajarkan, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan mau

menerima inovasi serta perubahan. Dalam menghadapi perubahan-

perubahan diperlukan pembina atau supervisor yang mempu

membina guru-guru agar mampu melakukan tugas profesinya.11

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan teknis

dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil

tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam

melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.12

Secara khusus Ametembun (1981), seperti dikutip oleh E.

Mulyasa, mengupas tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut :

(1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk mengetahui tujuan

pendidikan.

(2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

lebih efektiif.

10 Ibid, hlm. 8 11 Ibid, hlm. 11 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hlm. 40

14

(3) Membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diagnosis

secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan

belajar mengajar

(4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga

sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif.

(5) Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi

berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal.

(6) Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan program

pendidikan.

(7) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan

yang tidak wajar dan kritik yang tidak sehat dari masyarakat.

(8) Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi

aktivitasnya dalam mengembangkan kreativitas peserta didik.

(9) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan di antara guru.13

3. Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Swearingen dalam bukunya “Supervision of Intruction –

Foundation and Dimension” yang dikutip oleh Sahertian, mengemukakan

fungsi supervisi, yaitu sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah

b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

c. Memperluas pengalaman guru-guru

d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.

f. Menganalisis situasi belajar mengajar

g. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf.

h. Mengintegrasikan tujuan-tujuan pendidikan.14

Uraian tentang kedelapan fungsi supervisi tersebut adalah sebagai

berikut :

13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003) Cet. 4 hlm. 157

14 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 21

15

a. Mengkoordinasi Usaha Sekolah

Oleh karena perubahan terus menerus terjadi, maka kegiatan sekolah juga

makin bertambah. Usaha-usaha sekolah untuk meningkatkan hasil agar

meksimal semakin banyak. Maka perlu adanya koordinasi yang baik

terhadap semua usaha sekolah, misalnya :

(1) Usaha setiap guru

Beberapa guru yang mengampu mata pelajaran yang sama dan ingin

mengemukakan idenya serta menguraikan materi pelajaran menurut

pandangannya ke arah peningkatan, maka hal itu perlu

dikoordinasikan

(2) Usaha-usaha sekolah

Seorang supervisor dalam menentukan kebijakan, merumuskan

tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah termasuk program-program

sepanjang tahun ajaran perlu ada koordinasi yang baik.

(3) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan

Tiap guru ingin meningkat jabatannya. Melalui membaca buku-buku

dan gagasan-gagasan baru, guru-guru ingin belajar terus menerus.

Melalui workshop, seminar, penataran-penataran guru-guru berusaha

meningkatkan diri sekaligus sebagai hiburan intelektual. Untuk itu

juga perlu adanya koordinasi.15

b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

Kepemimpinan demokrasi memegang peranan penting dalam masyarakat.

Dan kepemimpinan itu dipandang sebagai ketrampilan yang perlu

dikembangkan dengan latihan-latihan. Jadi fungsi supervisi adalah

melatih dan melengkapi guru-guru agar memiliki ketrampilan dalam

kepemimpinan sekolah.16

15 Ibid, hlm. 22 16 Ibid

16

c. Memperluas pengalaman guru-guru

Seseorang dapat berfungsi sebagai pemimpin pendidikan bilamana dapat

membantu memberikan pengalaman-pengalaan baru pada anggota

stafnya, sehingga guru meupun stafnya makin bertambah

pengalamannya.17

d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

Semua orang percaya bahwa manusia diciptakan dengan memiliki potensi

untuk berkembang dan berkarya. Supervisi bertugas mambantu,

mendorong dan menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru

untuk dapat meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya.18

e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.

Untuk mencapai keberhasilan (kemajuan) maka penilaian setiap usaha

seperti bahan-bahan pelajaran, buku-buku pelajaran atau fasilitas-fasilitas

lain harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Selain

itu penilaian juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia termasuk guru-guru. Melalui penilaian dapat diketahui

kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses belajar mengajar.19

f. Menganalisis situasi belajar mengajar

Situasi belajar mengajar adalah situasi di mana guru memberikan

pengalaman belajar kepada peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dalam situasi belajar mengajar peranan guru dan peserta

didik memegang peranan penting. Memperoleh data mengenai aktivitas

guru dan peserta didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik

terhadap perbaikan pembelajaran. Banyak sekali faktor yang

mempengaruhi perbaikan pembelajaran. Fungsi supervisi adalah

menganalisis faktor-faktor tersebut.20

17 Ibid, hlm. 23 18 Ibid.. 19 Ibid. 20 Ibid

17

g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.

Setiap guru mempunyai potensi dan dorongan untuk berkembang. Untuk

itu fungsi supervisi adalah memberi dorongan, stimulasi dan membantu

guru agar mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam

mengajar.21

h. Mengintegrasikan tujuan-tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan yang lebih baik tinggi harus berdasarkan tujuan-

tujuan sebelumnya. Setiap guru harus mampu mengukur kemampuannya.

Mengembangkan kemampuan guru secara individu maupun kelompok

adalah salah satu fungsi supervisi.22

4. Teknik-teknik Supervisi

Untuk mencapai tujuan supervisi yag telah ditentukan, maka seorang

supervisor dapat menggunakan berbagai macam teknik. Piet A. Sahertian

mengelompokkan teknik supervisi menjadi dua macam, yaitu :

a. Teknik yag bersifat individual, yang meliputi :

(1) Kunjungan kelas

(2) Observasi kelas

(3) Percakapan pribadi

(4) Intervisitasi

(5) Menilai diri sendiri

b. Teknik yang bersipat kelompok, meliputi

(1) Pertemuan orientasi pada guru-guru

(2) Panitia penyelenggara

(3) Rapat guru

(4) Studi kelompok

(5) Diskusi

(6) Tukar menukar pengalaman

(7) Loka karya (workshop)

21 Ibid. hlm 24 22 Ibid

18

(8) Simposium

(9) Demonstrasi mengajar

(10) Perpustakaan jabatan

(11) Buletin supervisi

(12) Mengikuti kursus

(13) Organisasi jabatan

(14) Perjalanan sekolah untuk anggota staf.23

Dari uraian tersebut di atas, yang ingin penulis garis bawahi adalah

perpustakaan jabatan dan buletin supervisi bukan merupakan teknik

supervisi, tetapi merupakan alat supervisi, sebab teknik merupakan cara

tertentu yang terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan beraturan,

sedangkan alat merupakan perkakas atau perabot supervisi.

Dalam pembahasan ini akan penulis paparkan beberapa teknik supervisi

yang penting dari berbagai teknik di atas.

(1) Kunjungan Kelas

Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai

supervisor ke ruang kelas dimana seorang guru sedang mengajar atau pada

waktu kelas kosong, berisi sarana kelas ketika guru tidak ada.24

Tujuan mengunjungi kelas diantaranya :

a. Untuk mengamati (mengetahui secara langsung guru dalam

melaksanakan tugas utamanya, mengajar, menggunakan alat peraga,

metode dan teknik mengajar)

b. Untuk mengetahu kelebihan dan kelemahan guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar

c. Untuk memperoleh data yag diperlukan supervisor dalam menentukan

cara-cara yang tepat utuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi

belajar mengajar.

23 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 53, 86, 122 24 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 54

19

d. Untuk merangsang para guru agar mereka mau meningkatkan

kemampuannya.25

Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan teknik :

a. Kunjungan kelas dengan pemberitahuan

b. Kunjungan kelas tanpa pemberitahuan

c. Kunjungan kelas atas undangan guru.26

(2) Observasi Kelas

Yang dimaksud dengan observasi kelas adalah kunjungan yang

dilakukan oleh supervisor ke sebuah kelas dengan maksud untuk

mencermati situasi atau peristiwa yag sedang berlangsung di kelas yang

bersangkutan.27

Ada bermacam-macam cara mengobservasi kegiatan guru dan siswa

di kelas. Seorang supervisor dapat menggunakan cara langsung masuk

kelas atau cara tidak langsung, yaitu orang yang diobservasi dibatasi oleh

ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya. Dalam

mengobservasi perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain : tujuan

yang hendak dicapai, apa yang akan diobservasi, kreteria yang dipakai

dalam observasi serta alat-alat yang digunakan dalam observasi.28

(3) Percakapan Pribadi

Yaitu percakapan antara seorang supervisor dengan seorang guru.

Tujuan percakapan pribadi antara lain.

a. Untuk saling mengenal lebih jauh antara supervisor dengan guru, baik

sebagai pribadi maupun sebagai petugas profesional.

b. Untuk membantu guru mengenal kemampuan dirinya, membantu guru

menyadari kelebihan dan kekurangannya.

c. Memupuk dan mengembangkan mengajar yang lebih baik

25 E. Mulyasa, op.cit., hlm 260 26 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan

(Jakarta, 2003) hlm 47 27 Suharsimi Arikunto, Loc. Cit, hlm 55 28 Piet A. Sahertian, op.cit, hlm. 54

20

d. Menghilangkan dan menghindari prasangka buruk antara supervisor

dengan guru.29

(4) Orientasi Bagi Guru Baru

Sebelum seorang guru menilai tugas-tugasnya di lingkungan yang

baru secara intensif, perlu diberi kesempatan kepada mereka untuk

menyesuaikan diri dalam rangka mengenal dan memahami tugas-tugas

yang dipikulnya. Orientasi pada saat permulaan bekerja antara lain bisa

mengenai orientasi personal, orientasi terhadap program, orientasi

terhadap fasilitas dan orientasi terhadap lingkungan.30

(5) Rapat guru

Yaitu pertemuan antara staf sekolah terutama guru-guru untuk

mengembangkan dan meningkatan kemampuan mereka. Rapat guru

menurut tingkatan kemampuan mereka. Rapat guru menurut tingkatannya

ada bermacam-macam :

a. Staff – meting, yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri

oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut.

b. Rapat guru bersama orang tua murid dan perwakilan murid

c. Rapat guru sekota, sewilayah, serayon dari sekolah-sekolah sejenis

dan setingkat.31

(6) Studi Kelompok

Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk

mempelajari suatu masalah atau bahan pelajaran. Pokok bahasan telah

ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk

pertanyaan pokok yang disusun secara teratur.32

(7) Diskusi

Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan

bersama. Diskusi merupakan cara mengembangkan ketrampilan anggota-

anggotanya dalammengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar

29 Ibid., hlm 73 - 74 30 Hadari Nawawi, op.cit., hlm. 106 - 107 31 Piet. A. Sahertian, op.cit., hlm. 87 32 Ibid, hlm. 95

21

pikiran. Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin

diskusi guru-guru, supervisor harus memiliki kemampuan menggerakkan

kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan

pekerjaan-pekerjaan kelompok.33

(8) Tukar menukar pengalaman

Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan. Dikatakan

membosankan karena guru-guru menganggap bahan yang diberikan sudah

dimiliki, atau mungkin cara penyajiannya kurang menarik, karena tidak

bersumber pada kebutuhan profesi meraka. Oleh karena itu suatu teknik

perjumpaan yang dinamakan sharing of experience adalah cara yang

bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah

orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui pertemuan diadakan

tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar

satu dengan yang lain.34

5. Alat-alat Bantu Supervisi Pendidikan

Agar pelaksanaan supervisi pendidikan berjalan dengan lancar dan

baik, maka seorang supervisor dapat menggunakan alat bantu atau perkakas

supervisi. Alat bantu itu digunakan untuk memungkinkan pertumbuhan

kemampuan guru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun alat bantu supervisi adalah sebagai berikut :

a. Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah.

b. Buku kurikulum/rencana pembelajaran dan buku pegangan guru.

c. Buletin pendidikan dan buletin sekolah.

d. Penasehat ahli atau resource person.35

Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah.

Supervisor harus berusaha memberikan motivasi kepada guru-guru

agar selalu berminat untuk membaca di perpustakaan. Perpustakaan harus

dikembangkan tidak hanya menghimpun buku-buku, akan tetapi juga koleksi

lain seperti koran, kaset tape recorder, majalah-majalah, slide, buletin dan

33 Ibid, hlm. 96 34 Ibid., hlm. 103 35 Hadari Nawawi, op.cit., hlm. 113-115

22

lain sebaginya yang berhubungan dengan pendidikan. Dengan demikian

ketrampilan dan kemampuan guru dapat ditingkatkan dengan banyak

membaca, menambah wawasan dari perpustakaan sekolah maupun

perpustakaan profesional.36

Buku Kurikulum/rencana pembelajaran dan buku pegangan guru.

Setiap guru yang bertugas di lembaga pendidikan harus mengetahui

program yang akan dilaksanakan baik program tahunan, program semester,

atau program mingguan.Program suatu lembaga pendidikan biasanya sudah

disusun dalam kurikulum, yang berisi berbagai jenis kegiatan yang dapat

dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah. Untuk malaksanakan kurikulum

tersebut guru-guru harus dilengkapi buku pegangan sesuai dengan bidangnya

masing-masing.37

Buletin Pendidikan dan Buletin Sekolah.

Buletin pendidikan, termasuk brosur-brosur dan majalah-majalah

tentang pendidikan merupakan salah satu sarana tertulis yang dapat

digunakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru.

Sedangkan buletin sekolah pada umumnya dipergunakan untuk

menyampaikan informasi-informasi sekolah. Dengan demikian juga dapat

digunakan untuk menyalurkan kemampuan guru dan murid. Dalam bentuk

sederhana buletin sekolah dapat berupa papan pengumuman38 dan majalah

dinding.

Penasehat ahli atau resource person.

Pada sebuah sekolah atau kantor pendidikan perlu ada seorang atau

sejumlah orang yang tergabung dalam suatu cabang ilmu sebagai suatu staf

ahli yang selalu siap memberikan bantuan dalam menyelesaikan masalah-

masalah yang dihadapi sekolah atau guru. Seorang supervisor dapat meminta

bantuannya bilamana dipandang perlu, misalnya diminta memberikan

36 Ibid. 37 Ibid 38 Ibid.

23

ceramah, nasihat, saran-saran penyelesaian masalah dan lain-lain. Bila staf

ahli itu tidak ada, supervisor dapat meminta bantuan siapa pun di luar

lembaga pendidikan yang dipandang mampu, untuk membantu meningkatkan

ketrampilan dan pengetahuan guru.39

B. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dalam Meningkatkan

Kinerja Guru

Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat

kompleks karena sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang

satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik

menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memiliki ciri-ciri tertentu

yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi yang lain. Ciri-ciri yang

menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, di mana terjadi proses

belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia.40

Karena sifatnya yang kompleks dan unik itulah, sekolah sebagai suatu

organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah

sangat ditentukan oleh kepala sekolah dalam mengkoordinasikan, menggerakkan

dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.

Kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki menajemen dan

kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa

untuk meningkatkan mutu sekolah.41

E. Mulyasa mengutip pendapat Pidarta (1988), mengemukakan bahwa

keterampilan yang harus dimilki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan

kepemimpinannya ada tiga macam. Ketiga keterampilan tersebut adalah

keterampilan konseptual, yaitu untuk memahami dan mengoperasikan

organisasi; keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama dan

39 Ibid.

40 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarata : PT Raja Grafindo Persada, 2003) Cet. 4 hlm. 81

41 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi(Bandung: Remaja Rusda Karya, 2003)., hlm. 182

24

memimpin; serta keterampilah teknik, yaitu keterampilan dalam menggunakan

ilmu pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan

tugas tertentu.42

Berkaitan dengan kinerja guru, peranan dan perhatian kepala sekolah

sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan

tenaga kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dapat dilakukan melalui

supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa supervisi

mempunyai delapan fungsi yaitu : mengkoordinasi semua usaha sekolah,

memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,

menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian terus

menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada setiap anggota staf, serta memberi wawasan yang lebih luas

dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan

kemampuan mengajar guru-guru.43

Supervisi berfungsi membantu mengembangkan kemampuan guru agar

mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Maka peranan supervisor

ditentukan oleh tujuan dan fungsi supervisi itu sendiri. Berdasarkan fungsi

supervisi yang ada delapan itu Piet A. Sahertian mengutip pendapat

Peter F. Olivia bahwa seorang supervisor dapat berperan sebagai koordinator,

sebagai konsultan, sebagai pemimpin kelompok dan sebagai evaluator.44

1. Supervisor sebagai Koordinator

Sebagai koordinator seorang supervisor kepala sekolah dapat

mengkoordinasi program belajar mengajar, membagi berbagai tugas guru

dan anggota staf lainnya ke dalam berbagai tugas. Kepala Sekolah juga

berperan sebagai kekuatan sentral untuk menggerakkan dan mengarahkan

kehidupan sekolah demi tercapainya keberhasilan sekolah. 45

42 E. Mulyasa, op.cit., hlm 126 43 Piet A. Sahertian, loc.cit. 44 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 25 45 Ibid.

25

2. Supervisor sebagai Konsultan

Sebagai konsultan seorang supervisor Kepala Sekolah memberi

bantuan kepada para guru dan staf lainnya untuk memecahkan masalah yang

dialami guru atau staf lainnya secara individual maupun secara kelompok.

Misalnya membantu guru dalam menerjemahkan kurikulum dari pusat ke

dalam bahasa belajar mengajar, membantu guru-guru dalam meningkatkan

program belajar mengajar baik dalam membantu rencana pembelajaran,

melaksanakan proses belajar mengajar maupun dalam menilai proses dan

hasil belajar mengajar. Demikian pula masalah-masalah khusus yang

dihadapi guru juga bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah sebagai

supervisor, baik menyangkut kesulitan dalam mengajarkan tiap mata

pelajaran atau masalah-masalah pribadi guru yang lain yang berpengaruh

besar terhadap ketenangan kerja. Ketenangan merupakan salah satu syarat

untuk meningkatkan kinerja seseorang.46

3. Supervisor sebagai Pemimpin Kelompok

Sebagai pimpinan Kepala Sekolah (supervisor) harus dapat memimpin

sejumlah guru dan staf dalam mengembangkan potensi kelompok. Kepala

Sekolah sebagai pemimpin kelompok harus dapat mewujudkan tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien. Misalnya pada saat mengembangkan

kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara

bersama-sama. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat

berdasarkan kriteria berikut. 47

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan.

c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat

kedewasaan guru dan pegawai seekolah yang lain.

46 Ibid, hlm. 130 47 E. Mulyasa, op.cit., 2003) hlm 126

26

e. Bekerja dengan tim manajemen.

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai ketentuan

yang telah ditetapkan.

4. Supervisor sebagai Evaluator

Seorang supervisor (Kepala Sekolah) sebagai evaluator berarti menjadi

penilai program yang telah dilaksanakan. Kepala Sekolah dapat membantu

guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar mengajar dapat menilai

kurikulum yang sedang dikembangkan Evaluasi bertujuan menjamin kinerja

yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan

untuk kepentingan tersebut evaluasi perlu membandingkan kinerja aktual

dengan kinerja standar.48

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa peranan kepala

sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja guru sangatlah

penting. Sebagai supervisor kepala sekolah dapat membantu, memberikan

suport dan mengikutsertakan guru dalam perbaikan pembelajaran. Supervisi

dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia, yaitu guru-guru baik

yang bersifat personal maupun profesional. Jadi, supervisi dilaksanakan

bukan untuk mencari-cari kesalahan guru, bukan pula untuk memberi

pengarahan guru secara terus menerus. Kalau terus menerus mengarahkan,

selain tidak demokratis juga tidak memberi kesempatan kepada guru-guru

untuk belajar mandiri dalam arti profesional. Padahal salah satu ciri guru

yang profesional adalah guru-guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas

mengembangkan diri sendiri dan atas kesadaran sendiri. Kalau standar

kinerja guru sudah dimiliki dan dilaksanakan oleh guru atas kesadaran

sendiri, maka akan terciptalah kinerja yang baik dan para guru. Semua itu

tidak bisa terlepas dari kepemimpinan Kepala Sekolah. Keberhasilan guru

dalam mencapai kinerja yang baik adalah keberhasilan Kepala Sekolah.

48 Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 26

27

C. Kinerja guru

1. Pengertian Kinerja

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian penegasan istilah, yang

dimaksud dengan kinerja adalah kemampuan kerja atau prestasi yang

diperlihatkan.49 Menurut Bernandin & Russel, seperti yang dikutip oleh

Faostino Cardiso Gomes, menyatakan bahwa kinerja adalah catatan out come

yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama

periode waktu tertentu. (“ …. the record of out comes produced on a

specified job function or activity a specified time periode”)50 Henry

Simamora mengungkapkan bahwa kinerja merupakan tingkat di mana para

karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.51

Kinerja merupakan aspek yang sangat menentukan dalam upaya

pencapaian tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan yang maksimal

merupakan hasil dari kinerja yang baik. Sebaliknya dari kinerja yang kurang

baik akan membuahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Kinerja seseorang juga dapat kita lihat dari kemampuan mencapai

standar yang telah ditetapkan. Baik buruknya kinerja seseorang tidak hanya

dilihat dari tingkat kuantitas yang dapat dihasilkan seseorang dalam bekerja,

akan tetapi juga diukur dari segi kualitasnya dalam mencapai standar yang

telah ditetapkan tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja

(performance) merupakan wujud keberhasilan seseorang atau organisasi

dalam mencapai tujuannya dan hasil tersebut tidak hanya terbatas pada

ukuran kuantitas, tetapi juga kualitas.

Untuk mengetahui kinerja seseorang (pegawai, karyawan, atau guru)

harus ditetapkan standar kinerjanya. Standar kinerja merupakan tolok ukur

bagi suatu pekerjaan, apakah yang telah dilakukan seseorang itu telah sesuai

49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua, (Surabaya : Balai Pustaka, 1994). Hlm 503 50 Faustino Cardoso Gomes, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Andi Offset,

2003). hlm. 135 51 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 1995),

hlm. 409.

28

dengan apa yang ditargetkan atau belum. Standar kinerja juga dapat dijadikan

sebagai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilakukan.

Standar kinerja masing-masing orang mempunyai perbedaan sesuai

dengan jenis pekerjaan atau profesinya. Standar kinerja mengacu pada tujuan

organisasi yang dijabarkan ke dalam tugas-tugas fungsional. Standar kinerja

guru akan berbeda dengan standar pegawai industri atau pegawai lainnya.

Masing-masing mempunyai kekhususan tugas atau pekerjaan yang berbeda.

Menurut Dale Furtwengler, aspek-aspek yang dapat dijadikan ukuran

bagi kinerja seseorang adalah : kecepatan, layanan, kualitas, nilai, terbuka

untuk berubah, ketrampilan interpersonal, mental untuk sukses, kreativitas

ketrampilan berkomunikasi, inisiatif, perencanaan dan organisasi.52

2. Guru

Guru mempunyai arti orang yang profesinya mengajar.53 Guru disebut

juga pendidik yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memeberikan

bantuan dan bimbingan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan

rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya

sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.54

a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Di samping Kepala Sekolah, guru merupakan faktor penting yang besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan. Hal ini berarti seorang guru

harus mempunyai kemampuan yang professional sehingga dapat menciptakan

pembelajaran yang berkualitas, yang sangat menentukan keberhasilan

pendidikan secara keseluruhan.

Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai tugas

dan tanggung jawab guru yakni guru sebagai pengajar, guru sebagai

pembimbing (pendidik) dan guru sebagai administrator kelas.55

52 Dale Fortwengler, Penilaian Kinerja, (Yogyakarta : Andi Offset, 2003), hlm. 86 – 93 53 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi Kedua (Surabaya: Balai Pustaka, 1994). hlm 330. 54 Nur Ubiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1997) hlm

71. 55 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar baru Algesindo,

2004) hlm 15.

29

Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Guru

sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran.

Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan

keterampilan teknis dalam melaksanakan pembelajaran, di samping

menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing

memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik

dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas ini merupakan aspek

mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu

pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan

pembentukan nilai. Sedang tugas sebagai administrator kelas pada

hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pembelajaran

dan ketatalaksanaan bidang lainnya.

b. Standar Kinerja Guru

Kinerja pegawai dalam suatu organisasi ditentukan oleh kemampuan

dan motivasi yang dimiliki oleh pegawai itu sendiri. Jika motivasi dan

kemampuan tidak ada maka akan mengakibatkan rendahnya kinerja

seseorang, sebaliknya jika kemampuan dan motivasinya tinggi seorang

pegawai akan bisa menunjukkan kinerja yang baik.

Menurut Nana Sudjana, kompetensi guru dibagi menjadi tiga bidang,

yakni:

1) Kompetensi di bidang kognitif artinya kemampuan intelektual serta

penguasaan mata pelajaran dan teknik-teknik mengajar.

2) Kompetensi bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap

berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.

3) Kompetensi perilaku (performance) artinya kemampuan dalam berbagai

keterampilan / berperilaku.56

56 Ibid, hlm. 19

30

Dalam konteks keguruan ada sepuluh kompetensi guru yang dapat

dijadikan parameter untuk melihat kinerja guru, yakni:57

1) Menguasai bahan

2) Mengelola program belajar mengajar

3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media (sumber belajar)

5) Menguasai landasan pendidikan

6) Mengelola interaksi belajar-mengajar

7) Menilai prestasi belajar

8) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan.

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10) Memahami dan menafsirkan hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru

adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan

pendidik yang diukur melalui indikator-indikator : menguasai bahan,

mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media

atau sumber belajar, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi

belajar mengajar, menilai prestasi belajar, mengenal fungsi dan layanan

bimbingan yang diperlukan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah dan memahami serta menafsirkan hasil penelitian guna keperluan

pengajaran.

57 Ibid, hlm. 19